Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagian sistem yang komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya seragam,

yang terdapat dari bagian sistem lainnya oleh adanya bidang batas disebut fasa.

Perilaku fasa yang dimiliki oleh suatu zat murni adalah sangat beragam dan

sangat rumit, akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan

termodinamika dapat dibuat ramalanramalan. Pemahaman mengenai perilaku fasa

berkembang dengan adanya aturan fasa gibbs. Hokum fasa gibbs, jumlah terkecil

variable bebas yang dilakukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan

tepat dengan kesetimbangan (Soraya, 2014: 2).

Sistem fasa komponen dinyatakan sebagai sistem cair-cair cair. Jumlah

fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Sistem koordinat diagram ini

digambarkan sebagai segitiga sama sisi dapat berupa % mol atau fraksi mol

ataupun % berat. Sistem fasa komponen mempunyai derajat kebebasan F=3-P,

karena tidak mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, mak sistem tersebut

dibuat pada tekanan dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya merupakan fungsi

komposisi. Harga derajat kebebasan maksimal adalah 2, karena harga P hanya

mempunyai 2 pilihan 1 fasa yaitu ketiga komponen bercampur homogen atau 2

fasa yang meliputi 2 pasang misibel. Hasil dari sistem fasa komponen tersebut

digambarkan dalam diagram fasa terner (Soraya, 2014: 4).

Diagram fasa terner diartikan sebagai diagram fasa yang menggambarkan

dalam satu bidang bidang datar berupa segitiga sama sisi dan dapat

menggambarkan sistem tiga kompenen zat dalam berbagai fasa. Diagram fasa

terner sistem tiga komponen umumnya berbentuk prisma standar, dengan dasar

segitiga ekilateral ABC, dan tiga”dinging” sistem biiner (AB, B-C, C-A). Dalam

1
2

bentuk tiga dimensi ini, dapat dispesifikasi tiga variabel independen, misalnya dua

komponen konsentrasi dan temperatur. Termaksud sebagai diagram isobarik,

kaidah fasa yang dimodifikasi dapat diterapkan. Sisi vertikal menggambarkan

komponen murni dari sistem metalik atau keramik. Garis kontur isotermal

merupakan alat bantu yang berguna untuk menunjukkan kelengkungan

permukaan likuidus dan solidus (Soraya, 2014: 3). Berdasarkan uraian diatas

dilakukan percobaan tentang sistem tiga komponen diagram fasa sistem terner

yang bertujuan untuk menggambarkan diagram fase sistem terner atau sistem

pembentuk sepasang zat cair yang bercampur sebagian, yaitu campuran

kloroform-air-asetat dan memperhatikan atau menentukan letak "plate poin" atau

titik jalin pada diagram fasenya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menggambarkan diagram fase sistem terner atau sistem

pembentuk sepasang zat cair yang bercampur sebaglan, yaitu campuran

kloroform-air dan asam asetat ?

2. Bagaimana memperhatikan atau menentukan letak "plate poin" atau titik

jalin pada diagram fasenya ?

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan diagram fase sistem terner atau sistem pembentuk

sepasang zat cair yang bercampur sebaglan, yaitu campuran kloroform-air

dan asam asetat.

2. Memperhatikan atau menentukan letak "plate poin" atau titik jalin pada

diagram fasenya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem

Menurut Suardana (2017: 34-35) bahwa sistem adalah sejumlah zat atau

campuran zat-zat yang dipelajari sifat-sifat dan perilakunya, sedangkan

lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem. Suatu sistem terpisah dari

lingkungannya dengan batas-batas tertentu yang dapat nyata atau tidaknyata.

Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi antaraksi yang dapat menyebabkan

terjadinya pertukaran energi dan materi. Berdasarkan antaraksi antara sistem dan

lingkunan, sistem dapat diklasifikasikan menjadi taga jenis, yaitu:

a. Sistem tersekat (terisolasi), pada sistem ini antara sistem dan lingkungan tidak

terjadi pertukaran energi maupun materi. Sistem jenis inimempunyai energi

tetap. Contoh: botol termos ideal.

b. Sistem tertutup, yaitu suatu sistem yang dengan lingkungannya hanya dapat

mempertukarkan energi, tetapi tidak dapat mempertukarkanmateri. Contoh:


sistem gas dalam silinder tertutup.

c. Sistem terbuka, yaitu suatu sistem yang dengan lingkungannya dapat

mempertukarkan baik energi maupun materi. Contoh: sejumlah zat dalam

wadah terbuka.

Keadaan sistem ditentukan oleh sejumlah parameter atau variabel,

misalnya suhu, tekanan, volume, massa, dan konsentrasi. Variabel sistem disebut

variabel keadaan yang dapat bersifat intensif dan ekstensif. Variabel intensif

adalah variabel sistem yang tidak bergantung pada ukuran sistem. (contoh: suhu,

massa jenis, dan lain-lain), sedangkan variabel ekstensif adalah variabel sistem

yang bergantung pada ukuran sistem (contoh: massa,volume, panas, dan lain lain).

3
4

Setiap variabel yang hanya bergantung pada keadaan sistem dan tidak bergantung

pada bagaimana keadaan itu tercapai disebut fungsi keadaan. Contoh dari fungsi

keadaan antara lain suhu atau temperatur , tekanan, volume, energi dalam, entalpi,

entropi, dan energi bebas Gibbs (Suardana, 2017: 35-36).

B. Fasa

Fasa adalah daerah materi dari suatu sistem yang secara fisis dapat

dibedakan dari daerah materi yang lain dalam sistem tersebut. Fasa memiliki

struktur atom dan sifat, sifat sendiri yang apabila terjadi perubahan temperatur,

komposisi, atau perubah thermodinamik yang lain, akan berubah secara kontinyu

(tidak berubah mendadak). Pada dasarnya berbagai fasa yang hadir dalam sistem

dapat dipisahkan secara mekanis seperti fasa sigma. Fasa sigma merupakan fasa

yang memiliki kandungan unsur Cr dan Mo yang tinggi. Fasa ini terbentuk pada

temperatur antara 650oC sampai 1000oC melalui ferrit yang terdekomposisi

(perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana) (Noer dan Dayana, 2021: 73).

Komposisi menjadi fasa sigma dan fasa austenit sekunder. Fasa ini

merupakan fasa yang menggetaskan. Selain itu, fasa ini dapat menurunkan sifat

ketahanan korosi dan impak. Karena dampak yang ditimbulkan, fasa ini perlu

dihilangkan. Untuk menghilangkan fasa ini, dapat dilakukan dengan beberapa

cara, salah satunya adalah melalui perlakuan panas berupa solution annealing.

Solution annealing akan meningkatkan pembentukan fasa ferrit dan melarutkan

unsur-unsur pembentuk fasa sigma, kemudian dilanjutkan pendinginan cepat

melalui tahap quenching dengan media air agar fasa sigma tidak kembali

terbentuk dari transformasi fasa (Fellicia, dkk., 2017: 57).

Transformasi fasa adalah proses perubahan struktur atau keadaan dari

suatu keadaan awal (fasa pertama) menjadi struktur yang berbeda (fasa

selanjutnya) dengan perubahan karakteristik dan sifat yang berbeda. Sedangkan


5

Transformasi fasa padat adalah proses perubahan berbagai fase ke fase padat, bisa

dengan sistem multi-fasa ataupun sistem satu fasa. Posisi ketimbangan yang

dicapai pada proses pemanasan atau pendinginan sesuai dengan diagram fasa bisa

dicapai dengan laju yang lambat. Cara lain yang dipakai adalah supercooling yaitu

transformasi pada proses pendinginan dilakukan pada temperatur yang lebih

rendah, atau superheating yaitu transformasi pada proses pemanasan dilakukan

pada temperatur yang lebih tinggi (Noer dan Dayana, 2021: 73-74).

Sebagian besar transformasi bahan padat tidak terjadi terus menerus sebab

ada hambatan yang menghalangi jalannya reaksi dan bergantung terhadap waktu.

Contoh umumnya transformasi membentuk minimal satu fase baru yang

mempunyai komposisi atau struktur kristal yang berbeda dengan bahan induk

(bahan sebelum terjadinya transformasi). Pengaturan Susunan atom tejadi karena

proses difusi. Secara struktur mikro, proses pertama yang terjadi pada

transformasi fasa adalah nukleasi yaitu pembentukan partikel sangat kecil atau

nuklei dari fase baru. Nuklei ini akhirnya tumbuh membesar membentuk fasa

baru. Pertumbuhan fase ini akan selesai jika pertumbuhan tersebut berjalan

sampai tercapai fraksi kesetimbangan (Noer dan Dayana, 2021: 74-75).

C. Diagram Terner

Menurut sopyan, dkk (2018: 93-95) diagram segitiga sistem tiga

komponen (sistem terner) adalah diagram fasa yang menggambarkan dalam satu

bidang bidang datar berupa segitiga sama sisi dan dapat menggambarkan sistem

tiga kompenen zat dalam berbagai fasa. Untuk lebih memperjelas cara

penggunaannya maka dibawah ini diuraikan sebagai berikut:

1. Setiap sudut segitiga menunjukkan bobot 100% satu komponen (A, B, atau

C). Dengan demikian pada titik tersebut dua komponen lainnya

menunjukkan 09%.
6

2. Sisi segitiga menunjukkan campuran dua komponen dari tiga

kemungkinan kombinasi A, B, dan C. Jadi garis (sisi) AB, BC, dan CA,

masing-masing digunakan untuk dua campuran A dan B, B dan C, serta C

dan A. Dengan membagi tiap garis menjadi 100 unit skala, maka lokasi

tiap titik pada garis tersebut akan menunjukkan persen satu komponen

dalam sistem dua komponen. Misalnya titik y yang berada di tengah-

tengah sisi AB, menunjukkan sistem yang terdiri dari 50% B (tentunya

50% A pula). Titik z pada tiga per empat garis BC menujukkan bahwa

sistem terdiri dari 75% C dalam B.

3. Daerah di dalam segitiga menunjukkan seluruh kemungkinan kombinasi

A, B, dan C untuk memberikan sistem tiga komponen. Titik x yang

terdapat di dalam daerah segitiga dapat ditentukan komposisi

campurannya sebagai berikut. Garis AC yang berhadapan dengan sudut B,

menunjukkan bahwa sistem terdiri dari A dan C. Tidak ada B (B = 0).

Garis sejajar AC yang ditarik dalam segitiga menunjukkan kenaikan B dari

0 (pada garis AC) menjadi 100 (pada titik B). Garis sejajar AC yang

memotong titik x adalah setara dengan 15% B, sehingga sistem pada titik

tersebut terdiri dari 15% B dan 85% campuran A dengan C. Seperti halnya

di atas maka sepanjang garis (sisi) AB komponen C = 0. Titik x dipotong

oleh garis sejajar AB pada kesetaraan 30% C. Sehingga komponen A

adalah 85% - 30% = 55%; atau dengan melihat diagram dan cara yang

sama seperti di atas terlihat bahwa titik x dipotong oleh garis sejajar BC

pada kesetaraan 55%.

4. Bilamana satu garis ditarik dari titik sudut ke sisi dihadapkannya (garis

DC), maka seluruh sistem yang terdapat pada garis tersebut akan

mempunyai ratio tetap dari dua komponen, dalam hal ini adalah A dan B.
7

Selanjutnya penambahan C terus-menerus pada campuran A dengan B

akan menghasilkan sistem yang segera mendekati sudut C (100%

komponen C). Efek ini dilukiskan dalam Tabel 10, yang memperlihatkan

penambahan bobot C pada campuran A dan B yang bobotnya tetap.

5. Setiap garis yang ditarik sejajar terhadap salah satu sisisegitiga, misalnya

HI pada gambar diagram di atas, menunjukkan sistem terner dengan salah

satu komponen proporsinya (persen atau bobot) tetap. Pada contoh ini,

seluruh sistem yang dibuat pada garis HI akan terdiri dari 20% C dan

konsentrasi A dengan B akan bervariasi.

Menurut Sunarya dan Setiabudi (2007: 12-15) diagram fasa adalah

ungkapan perubahan keadaan dasar fasa suatu zat dalam bentuk dingran. Diagram

fasa dapat dinyatakan berdasarkan perubahan suhu (C) dan tekanan (atm),

dinamakan diagram P - T. Dalam diagramn fasa terdapat kurva kesetimbangan

antara fasa padat, cair, dan gas.

1. Diagram Fasa Air

Seperti yang telah ketahui, air dapat berada dalam fasa gas, cair, dan padat

bergantung pada suhu dan tekanan. Ketiga fasa tersebut dapat diungkapkan dalam

bentuk diagram P-T. Pada diagram fasa tersebut terdapat tiga kurva yang

membagi diagram ke dalam daerah padat, cair, dan gas. Pada seriap daerah,

menunjukkan keadaan wujud zat yang stabil. Setiap titik pada kurva menunjukkan

hubungan tekanan dan suhu.

a. Kurva AB yang membagi wilayah padat dan cair, menyatakan keadaan padat

dan cair berada dalam keadaan setimbang. Kurva tersebut memberikan

informasi tentang titik leleh padatan atau titik beku cairan pada suhu dan

tekanan tertentu. Umumnya peleburan (padat > cair) atau pembekuan (cair >

padat) tidak dipengaruhi oleh tekanan sehingga kurva AB cenderung


8

membentuk garis lurus. Kurva AB untuk air agak miring ke kiri karena

pembentukan es pada tekanan tinggi suhunya turun sebesar 1°C dari keadaan

normal (1 atm). Hal ini disebabkan pada keadaan cair kurang rapat

dibandingkan pada keadaan padat.

b. Kurva AC yang membagi wilayah cair dan gas memberikan informasi tentang

tekanan uap air pada berbagai suhu. Kurva tersebut menunjukkan garis

kesetimbangan fasa antara cair dan gas. Titik leleh dan titik didih air pada

tekanan 1 atm ditunjukkan dengan garis putus-putus, berada pada suhu OPC

dan 10°C.

c. Kurva AD yang membagi wilayah padat dan gas memberikan informasi

tentang tekanan uap padatan pada berbagai suhu. Kurva tersebut menunjukkan

garis kesetimbangan fasa antara padat dan gas. Kurva ini berpotongan dengan

kurva yang lain pada ticik A. Ticik A dinamakan titik tripel, yaitu titik di mana

pada suhu dan tekanam tersebut terjadi kesetimbangan fasa antara gas, cai, dan

padat secara bersama-sama. Titik tripel untuk air terjadi pada suhu 0,01°C dan

tekanan 0,006 atm (4,58 mmHg).

Dengan diagram fasa, dapat memperkirakan wujud suatu zat pada suhu

dan tekanan tertentu. Pada tekanan 1 atm dan suhu 25°C, air akan berwujud cair,

sedangkan pada suhu 0°C air berwujud padat (es). Diagram fasa yang lain

misalnya diagram fasa CO. Titik tripel Co, berada pada-56,4°C dan 5,11 atm.

Oleh sebab itu, CO, padat (dry ice) akan menyublim jika dipanaskan di bawah

tekanan 5,11 atm. Di atas 5,11 atm, dry ice akan mencair jika dipanaskan. Pada

suhu kamar dan tekanan udara normal dry ice menyublim sehinga sifat ini sering

dimanfaatkan untuk pertunjukan panggung terbuka, agar di panggung tampak

seperti berkabut. Dengan sedikit pemanasan, dry ice langsung menguap seperti

asap.
9

2. Diagram Fasa dan Stfet Kollgatif

Diagram fasa dapat digunakan untuk menyatakan sifat koligatif larutan,

seperti kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan penurunan tekanan uap. Jika

ke dalam air ditambahkan zat nonvolatil, larutan yang terbentuk akan memiliki

titik didih lebih tinggi dibandingkan pelarut murninya. Adapun titik beku larutan

akan lebih rendah dibandingkan titik beku pelarut murninya. Pada tekanan normal

(atm), pelarut murni air memiliki titik beku O°C (titik C), titik didih 10°C (titik

B), dan tekanan uap (kurva A- B) yang bergantung padasuhu. Adanya zat terlarut

nonvolatil mengkibatkan pergeseran posisikesetimbangan diagram fasa cair-gas.

Titik beku larutan lebih rendah dari titcik beku pelarutnya (citik C) titik didih

larutan lebih tinggi dibandingkan ditik didih pelarutnya (titik B), dan tekanan uap

turun, ditunjukkan oleh kurva (A' - B). Demikian pula titik tripel larutan lebih

rendah dari eitik tripel air murni. Nilai AT, dan AT, ditunjukkan oleh selisih

pergeseran kesetimbangan antara pelarut murni dan larutannya, yaitu: AT,C-C dan

ATB-B. Penurunan tekanan uap larutan ditunjukkan oleh selisih garis ABAB.

Menurut Helwani dan Martunus (2006: 38) berdasarkan sifa-sifat interaksi

biner tersebut maka ada dua tipe diagram fasa yaitu :

1. Diagram fasa tertutup.

Diagram fasa tertutup adalah diagram yang menggambarkan kurva

kesetimbangan fasa campuran terner yang salah satu sistim binernya hanya dapat

saling melarutkan sebagian (memiliki miscibility gap), sedangkan dua sistim biner

lainnya dapat saling larut sempurna. Dalam hal ini, komponen A dan S hanya

saling melarutkan sebagian (memiliki miscibility gap) sedangkan komponen A

dengan C serta komponen S dengan C dapat saling larut sempurna.


10

2. Diagram fasa terbuka.

Diagram fasa terbuka adalah diagram yang menggambarkan kurva

kesetimbangan fasa campuran terner dengan dua sistim binernya bersifat hanya

dapat saling melarutkan sebagian (memiliki miscibility gap), sedangkan satu

sistim biner sisanya bersifat saling bercampur sempurna. Dalam hal ini,

komponen A dengan C saling larut sempurna, sedangkan komponen A dengan S

dan komponen C dengan S hanya saling melarutkan sebagian (memiliki

miscibility gap).

D. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Aplikasi sistem tiga komponen sistem terner pada logam berbasis Zr

dipilih sebagai biomaterial dikarenakan nilai kerentanan magnet yang terkecil

dibandingkan jenis-jenis logam yang umum digunakan untuk aplikasi biomaterial

dibidang medis. Selain itu, Zr memiliki ketahanan korosi yang baik karena

permukaan Zr dapat membentuk lapisan pasif. Zr juga memiliki sifat sitoksitas

rendah, yang artinya tidak mengganggu jaringan tubuh dengan tidak

menyebabkan alergi. Namun, jika Zr tidak dipadukan dengan unsur lain, maka

sifat mekanis yang dihasilkan akan lebih rendah dibandingkan titanium dengan

paduannya. Sehingga dilakukan penambahan unsur Nb dan Mo, yang berfungsi

sebagai unsur penguat sistem mekanis. Selain itu, Nb dan Mo juga memiliki sifat

sitotoksitas yang rendah dan kerentanan magnetik yang rendah, sehingga dapat

mendukung sebagai paduan untuk material zirkonium. Paduan Zr-Nb memiliki

ketahanan korosi, tahan lama, dan biokompatibel untuk komponen ortopedi yang

terutama ditujukan sebagai implan pinggul dan lutut. Proses perlakuan pelarutan

dilakukan pada paduan Zr-Nb-Mo dapat mempengaruhi ketahanan korosi, sifat

mekanis dan ukuran butirnya, transformasi martensit dapat terjadi pada paduan Zr

yang didinginkan dengan cepat dari temperatur tinggi fasa hcp menjadi bcc
11

martensit, ada dua jenis yaitu lath martensite dan plate martensite dan digunakan

untuk optimasi formula (Alam, dkk., 2019: 16).

Diagram terner dapat juga digunakan dalam melakukan optimasi formula

menggunakan metode Simplex Lattice Design untuk menentukan formula

optimum sediaan mikroemulsi. Penentuan formula optimum dilakukan dengan

menentukan konsentrasi batas atas dan batas bawah dari masing-masing

komponen penyusun mikroemulsi dengan membuat segitiga sama kaki pada area

pembentukan mikroemulsi. Konsentrasi batas atas dan batas bawah dari

masing-masing komponen pembentuk mikroemulsi dan digunakan juga pada

penyembuhan cedara patah tulang ( (Wijaya, dkk., 2019: 6).

Penyembuhan cedera patah tulang dapat ditangani dengan pemasangan

implan pada tulang orthopaedic implant dan material yang sering digunakan

sebagai implan ortopedi adalah logam. Prinsip penggunaan biomaterial logam

sebagai bahan baku implan ortopedi didasarkan pada karakteristik kompatibilitas

biomekanik, biokimia, dan kompatibilitas biologi yang cukup baik terhadap

tubuh. Beberapa biomaterial logam yang sering digunakan sebagai material

implan adalah SUS 316L stainless steel, paduan Co-Cr, dan paduan titanium.

Material yang mulai dikembangkan sebagai material implan adalah zirkonium.

Bukti in vivo menunjukkan bahwa implan zirkonium menunjukkan osseointegrasi

(hubungan struktur langusng antara tulang dan permukaan implant yang

menerima beban) yang baik dan bahkan tingkat yang lebih tinggi dari implan

titanium (Alam, dkk., 2019: 16).

E. Bahan

1. Akuades (H2O)

Akuades (H2O) digunakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan

hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di
12

dalam akuades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai

gugus fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya

disebabkan oleh kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan

hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida

dan keton. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat

pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening,

tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk

membersihkan alat-alat laboratorium dari zat pengotor (Khotimah, 2017: 35).

2. Asam asetat (CH3COOH)

Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah

suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa

asam yang tajam dan larut didalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan

atmosferik, titik didihnya 118,oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat

luas di bidang industri dan pangan. Kebutuhan asam asetat masih harus diimport,

sehingga perlu diusahakan kemandirian dalam penyediaan bahan asam asetat

memilki aplikasi yaitu sintesis monomer vinil asetat (Hardoyo dkk., 2007: 17).

3. Kloroform (CHCl3)

Kloroform (CHCl3) adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan tidak

mudah terbakar serta senyawa yang mempunyai bau yang khas. Kloroform

memiliki nama umum yakni triklorometana dan sering digunakan sebagai

pembius akan tetapi penggunaannya sudah dilaranang telah terbukti dapat

merusak liver dan ginjal. Kloroform digunakan sebagai pelarut lemak pembuatan

fluotokarbon dan plastik serta digunakan sebagai obat bius. Kloroform merupakan

senyawa yang bersifat iritan pada kulit dan termaksud dalam anestetik yang kuat.

Kloroform termaksud pelarut semipolar dan juga dapat di ekstrak dari daun sirsak
13

Kloroform dapat ekstrak dari daun sirsak yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli yaitu pada konsentrasi 1 ppm denganzona hambat sebesar

3,23 mm. Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak kloroform daun sirsak

menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid, steroid, saponin dan tanin. Hasil

identifi kasi spektrofotometer IR menunjukkan bahwa ekstrak kloroform daun

sirsak memiliki gugus fungsi OH, C-H alifatik, C=O, C=C aromatik, CH3, C-O

eter dan C-H di luar bidang (Ningsih, dkk., 2017: 91).

F. Integrasi Ayat

Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan percobaan ini adalah

Qs Al-Mu’minum/23: 13, yangberbunyi

      


Terjemahnya:
“kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim)”.
Ayat di atas menjelaskan bahawa usai menguraikan keberuntungan orang

mukmin beserta sifat mereka, Allah lalu menyusulinya dengan uraian tentang

proses kejadian manusia yang amat mengagumkan; suatu proses yang semestinya

mendorong setiap manusia untuk beriman. Dan sungguh, Kami telah menciptakan

manusia bermula dari suatu saripati yang berasal dari tanah. Kemudian Kami

menjadikannya, yaitu saripati itu, air mani yang disimpan dalam tempat yang

kokoh, yakni rahim. Kemudian Kami (Allah) tempatkan saripati air mani itu

dalam tulang rusuk sang suami yang dalam persetubuhan dengan istrinya

ditumpahkan ke dalam rahimnya, suatu tempat penyimpanan yang kukuh bagi

janin sampai saat kelahirannya. Hubungan ayat dengan percobaan ini adalah pada

awal manusia berasal air mani yang berbentuk cair kemudian terbentuk menjadi

embrio ketika pembuahan hal tersebut perubahan antara fase cair ke padat.

Kemudian semakin lama embrio itu berkembang yang bertesktur lunak menjadi

lebih keras (Tafsir Kemenag RI)


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Senin, 06 November 2021

pukul 13.00-15.00 WITA di Laboratorium Kimia Fisik Fakultas Sains dan

Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret asam 50 mL,

erlenmeyer 250 mL, gelas kimia 5 mL, pipet skala 5 mL, corong, bulp, statif dan

klem.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H 2O),

aluminium foil, asam asetat glasial (CH3COOH) dan kloroform (CHCl3).

C. Prosedur Kerja

Sediakan dua buah buret yang bersih dan kering. Isi masing-masing

dengan akuades dan asam asetat glacial(CH3COOH). Sediakan 5 buah

Erlenmeyer, masing-masing diisl dengan 3 ml, 4 mL, 6 ml, dan 7 mL kloroform.

Kerjakan satu persatu mengingat kloroform mudah menguap dan toksik.

Menambahkan masing- masing 5 mL aquadest, kocok sebentar, campuran akan

membentuk dua lapis. Titrasi dengan asam asetat glacial sampai kedua lapisan

membentuk satu fase. Mencatat volume asam asetat glacial yang ditambahkan.

Ulangi untuk labu Erlenmeyer kedua sampai kelima. Buat diagram fase terner

dengan terlebih dahulu menghitung komposisi P.

14

Anda mungkin juga menyukai