Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu zat pelarut
2. Menggambarkan fase diagram tiga komponen
3. Menerapkan dalam menentukan komposisi kadar minyak pengering
dalam zat

1.2 DASAR TEORI
1.2.1 Larutan
Suatu larutan adalah campuran homogen dari atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya
dapat begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-
bagian atau fasa-fasa yang terpisah.
Meskipun semua campuran fase gas bersifat homogen namun
dapat disebut juga sebagai larutan. Molekul-molekulnya begitu
terpisah sehingga tak dapat saling tarik-menarik dengan efektif.
Larutan fase padat sangat berguna dan di kenal baik, contoh perunggu.

1.2.1 Hubungan Kelarutan
a. Larutan Jenuh
Bila kristal gula ditaruh ke dalam air molekul-molekul
memisahkan diri dari permukaan gula dan menuju ke dalam
pelarut. Dimana molekul-molekul ini bergerak kira-kira dengan
cara yang sama seperti molekul air. Karena gerakan acak ini
beberapa dari mereka akan menabrak permukaan gula dan terikat
disitu oleh gaya tarik dari molekul-molekul gula yang lain.

Gula itu secara tetap pada tiap saat melarut dan mengkristal
ulang. Waktu gula itu mula-mula ditaruh dalam air, laju pelarutan
sangat cepat dibandingkan dengan laju pengkristalan ulang. Makin
lama konsentrasi gula yang terlarut meningkat dengan teratur dan
pengkristalan juga meningkat. Ketika laju pengkristalan dan
pelarut telah sama, proses-proses itu berada dalam kesetimbangan.
Kondisi kesetimbangan anak panah rangkap dalam suatu
persamaan, untuk menunjukkan bahwa dua proses yang
berlawanan sedang terjadi serempak dengan laju yang sama:
Gula + H
2
O larutan gula
Suatu larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk
adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan tidak larut.
Pembentukan yang kuat dan zat terlarut yang berlebih.
Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut
per 100 cm
3
atau 100 gram pelarut pada temperatur yang
diperlukan.

b. Larutan Tak Jenuh dan Lewat Jenuh
Suatu laruan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada
suatu larutan jenuh dan suatu larutan lewat jenuh lebih pekat
dibandingkan suatu larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur
yang lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam
pelarut panas dari pada pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang
belum larut sisa itu disingkirkan.
Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati
untuk menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak boleh
digetarkan atau diguncangkan dan debu maupun materi asing harus

dilarang masuk. Jika tidak ada zat terlarut yang memisahkan diri
selama pendinginkan maka larutan dingin itu bersifat lewat jenuh.

1.2.2 Efek Temperatur pada Kelarutan
Dalam seksi ini diperiksa efek temperature pada dua tipe larutan.
Zat padat dilarutkkan dalam cairan.

a. Zat Padat dalam Cairan
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam
suatu cairan bila temperatur dinaikkan namun terdapat beberapa zat
padat yang kelarutannya menurun bila temperaturnya dinaikkan.
Karena proses pembentukkan larutan dan proses pengkristalan
berlangsung dengan laju yang sama pada kesetimbangan, perubahan
energi netto adalah nol. Tetapi jika temperatur dinaikkan proses yang
menyerap kalor dalam hal ini pembentukan larutan lebih disukai,
segera setelah temperatur dinaikkna sistem itu tidak berada dala
kesetimbangan karena ada lagi zat padat yang melarut.

b. Azas Chatelier (1850 1936)
Bila dilakukan suatu paksaan pada suatu sistem
kesetimbangan, sistem itu cenderung berubah demikian untuk
mengurangi akibat paksaan itu. (Keenan, 1984)

1.2.3 Diagram Tiga Komponen
Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat-zat lain
dalam suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dan
mengamatipengaruh perubahan temperature, tekanan serta konsentrasi
zat tersebut. Sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem,
seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya
komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang
diperlukan untuk menentukan komposisi semua fase yang ada dalam

sistem. Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam
sistem tidak bereaksi sehingga kita dapat menghitung banyaknya.
(Anonim, 2010)
Untuk sistem tiga komponen,derajat kebebasan, F = 3 P + 2 =
5 P. untuk P = 1, ada 4 derajat kebebasan. Tak mungkin menyatakan
sistem seperti ini dalam bentuk grafik yang lengkap dalam tiga
dimensi, apalagi dalam dua dimensi. Oleh karena itu biasanya sistem
dinyatakan pada suhu dan tekanan yang tetap, dan derajat kebebasan
menjadi F = 3 P, jadi derajat kebebasannya paling banyak ada dua,
dan dapat dinyatakan dalam satu bilanhan pada suhu dan tekanan tetap,
variabel yang dapat digunakan untuk menyatakan sistem tinggal yaitu
Xa, Xb dan Xc yang dihubungkan molekul Xa + Xb + Xc = 1.
Komposisi salah satu komponen lainnya diketahui antara dua
komponen.
Untuk fasa tunggal bagi sistem tiga komponen terdapat 4
derajat kebebasan.
F = C D + 2
= 3 1 + 2
= 4 (temperatur dan tekanan susunan 2 dan 3 komponen)
Sistem tiga komponen sebenarnya banyak kemungkinan yang paling
umum.
a. Sistem tiga komponen yang terdiri atas zat cair yang sebagian
saling campur
b. Sistem tiga komponen yang terdiri atas dua komponen padat dan
satu komponen cair
Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen
adalah dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga. Konsentrasi
dapat dinyatakan dengan istilah % berat atau fraksi mol. Puncak-
puncak dihubungkan dengan titik tengah dari sisi yang berlawanan
yaitu Aa, Bb dan Cc. titik nol dimulai dari a, b, c dan titik tengah A, B
dan C. lebih lanjut segitiga adalah sama sisi jumlah jarak-jarak garis

tegak lurus dari sembarang titik dengan segitiga ke sisi-sisi adalah
konstan dan sama dengan panjang garis tegak lurus antara sudut dan
pusat dari sisi yang berlawanan, yaitu 100% atau 1.
Pada ekstraksi eluen maupun solven sedikit larut maka baik
komponen di eluen maupun solven terdapat di kedua fase, yaitu fase
ekstrak dan rafinat. Oleh karena itu data kesetimbangan harus
menunjukkan hubungan ketiga komponen di kedua fase tersebut, atau
dikenal dengan dengan diagram terner.
Dua fase dalam kesetimbangan harus selalu bertemperatur
sama. Lebih dari itu harus bertekanan sama, asalkan tidak terpisah oleh
dinding keras atau lebih oleh suatu permukaan yang memiliki
lengkung berarti. Akhirnya sembarang zat yang dapat lalu lalang
dengan bebas di antara kedua fase itu harus memiliki potensial kimia
yang sama di dalamnya. Kriteria penting bagi kesetimbangan ini yang
dinyatakan oleh sifat-sifat intersep T, p dan , langsung menuju
kepada aturan fase Willard Gibbs.
Dengan fase merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud
zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Contoh khas diagram fase tiga
komponen air, kloroform dan asam asetat. Dalam diagram fase bahwa
tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk
maupun keluar dari sitem ini.
Asam asetat lebih suka pada air dibandingkan kloroform oleh
karena bertambahnya kelarutan kloroform dalam air lebih cepat
dibandingkan dengan kelarutan air dalam kloroform. Penambahan
asam asetat lebih lanjut akan membawa sistem bergerak ke daerah atau
satu fase (fase tunggal). Namun demikian saat komposisi mencapai
titik a
3
, ternyata masih ada dua lapisan maupun sedikit. Setelah
penambahan asam asetat diteruskan, pada saat akan menjadi satu fase
yaitu pada titik p. titik p disebut pliet atau titik jalin yaitu semacam
titik kritis. (Anonim, 2011)


BAB II
METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat Yang Digunakan
1. Labu Erlenmeyer 50 mL
2. Piknometer
3. Pipet Volume 10 mL
4. Bulp
5. Neraca digital
6. Deksikator
7. Klem dan statif
8. Buret

2.1.2 Bahan Yang Digunakan
1. Kloroform
2. Asam Propionat
3. Aquadest

2.2 PROSEDUR KERJA
1. Membuat campuran antara aquades dan asam asetat glasial dengan
komposisi yang divariasikan
2. Menambah masing-masing campuran dengan CHCl
3
melalui buret
hingga terbentuk dua fase
3. Mencatat volume CHCl
3
yang terpakai dan menghitung masing-
masing koposisi zat dalam setiap campuran dan dibuat diagram terner





2.3 DIAGRAM ALIR

Mengitung berat jenis CH
3
COOH, H
2
O, dan CHCl
3
dengan
piknometer

Memipet larutan CH
3
COOH dan H
2
O dengan volume yang telah
divariasikan kedalam masing-masing erlenmeyer

Menitrasi campuran larutan CH
3
COOH dan H
2
O dengan CHCl
3

hingga terbentuk 2 fase

Mencatat volume CHCl
3
yang terpakai

Menghitung massa dan % massa dari larutan CHCl
3,
CH
3
COOH dan
H
2
O


Membuat diagram terner





BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang tersaji pada
Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 3.1.1. Data Pengamatan
Volume H
2
O
(mL)
Volume C
3
H
6
O
2

(mL)
Volume CHCl
3

(mL)
10 1 0,05
9 2 0,1
8 3 0,15
7 4 0,3
6 5 0,6
5 6 1,15
4 7 1,75
3 8 3,8
2 9 8,5
1 10 12,05

3.2 DATA PERHITUNGAN
Tabel 3.2.1. Perhitungan Massa H
2
O, C
3
H
6
O
2
dan CHCl
3

Massa H
2
O
(gram)
Massa C
3
H
6
O
2

(gram)
Massa CHCl
3

(gram)
9.653 1.0639 0.0811
8.6877 2.1278 0.1622
7.7224 3.1917 0.2433
6.7571 4.2556 0.4867
5.7918 5.3195 0.9734

Massa H
2
O
(gram)
Massa C
3
H
6
O
2

(gram)
Massa CHCl
3

(gram)
4.8265 6.3834 1.8656
3.8612 7.4473 2.8390
2.8959 8.5112 6.1647
1.9306 9.5751 13.7896
0.9653 10.639 19.5487

Tabel 3.2.2. Komposisi Masing-masing Zat
% Massa H
2
O % Massa C
3
H
6
O
2
% Massa CHCl
3

89.40 9.85 0.75
79.14 19.38 1.48
69.21 28.61 2.18
58.76 37.01 4.23
47.93 44.02 8.05
36.91 48.82 14.27
27.29 52.64 20.07
16.48 48.44 35.08
7.63 37.85 54.51
3.10 34.15 62.75


3.3 PEMBAHASAN
Pada praktikum kelarutan zat (diagram terner) ini bertujuan untuk
menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut, serta menggambarkan
fase diagram tiga komponen. Pada praktikum ini digunakan metode titrasi.
metode titrasi dilakukan dengan menambahkan zat ketiga yang mampu
menambahkan atau mengurangi kelarutan campuran dari kedua larutan
tersebut. Selain itu, metode titrasi juga digunakan untuk menentukan
volume titran pada titik akhir titrasi, yang biasanya ditandai dengan
perubahan warna pada akhirnya.

Pada praktikum ini cairan yang digunakan adalah H
2
O, CHCl
3
, dan
CH
3
COOH. Dimana CHCl
3
digunakan untuk menitrasi campuran H
2
O dan
CH
3
COOH dengan volume campuran yang divariasikan. Pemvariasian
volume dimaksudkan untuk memudahkan saat membuat kurva diagram
terner.
Pada proses titrasi ini, titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya larutan yang berwarna keruh. Hal ini terjadi karena
penambahan kloroform pada campuran kedua larutan itu mengakibatkan
pecahnya campuran kedua larutan, menjadi dua larutan konjugat terner.
dalam hal ini, campuran yang merupakan fasa tunggal, kemudian berubah
menjadi fasa biner. Hal ini terjadi karena, pada penambahan kloroform
akan mempengaruhi kelarutan dari campuran larutan antara air serta asam
asetat glasial. Dimana dalam hal ini, kloroform akan larut sebagian dalam
air, dan sebagian lagi dalam asam asetat glasial.
Ketika campuran CH
3
COOH dan aquadest ditirasi dengan CHCl
3
,
maka akan terbentuk 2 fasa yaitu campuran antara asam asetat dengan air ,
dan kloroform. Pembentukan dua fasa ini terjadi karena asam asetat
membentuk ikatan hidrogen yang lebih kuat dengan molekul air pada
bagian OH dari gugus COOH asam asetatnya. Sehingga air yang
bersifat polar akan berikatan dengan asam asetat yang bersifat semi polar.
Selain itu dengan adanya penambahan zat ketiga yang hanya larut dalam
salah satu zat cair yang terdahulu, hal ini menyebabkan kelarutan dari
kedua cairan terdahulu menjadi kecil dan membentuk 2 fasa.
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar
volume asam asetat dan volume airnya semakin kecil, maka volume
kloroform yang digunakan semakin banyak sehingga proses kekeruhan
terjadi lebih lama.
Dari hasil perhitungan persen massa dari masing masing komponen
tersebut maka dapat dibuat diagram fasa sistem untuk masing-masing

percobaan yang digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu
segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap sudut segitiga itu
menggambarkan suatu komponen murni. Titik menyatakan campuran
terner dengan komposisi x% mol A, y% mol B dan z% mol C.
Berdasarkan grafik diketahui bahwa asam asetat lebih suka bercampur
dengan air dibandingkan kloroform. Hal ini terlihat pada grafik yang lebih
condong ke arah kanan atau ke kloroform. Hal ini terjadi karena
bertambahnya kelarutan kloroform dalam air lebih cepat dibandingkan
kelarutan air dalam kloroform. Selain itu asam asetat lebih suka ke air
karena massa jenis asam asetat lebih dekat dengan H
2
O yaitu 1.0639
g/mL dan 0.9653 g/mL. Hasil ini telah sesuai dengan teori bahwa asam
asetat lebih suka pada air dibandingkan kloroform karena bertambahnya
kelarutan kloroform dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air
dalam kloroform

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran
dengan ekstraksi yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut
dengan sempurna.
2. Dua komponen larutan yang tak saling melarutkan akan membentuk
daerah berfase dua.
3. Kloroform larut dalam asam asetat glasial dan tidak larut dalam air.
4. Semakin banyak volume asam asetat glasial dan semakin kecil volume
aquadest, maka semakin banyak pula volume kloroform yang
dibutuhkan untuk membentuk dua fase.

4.2 SARAN
1. Sebaiknya ditambahkan suatu indikator untuk mempermudah
pengamatan telah terbentuknya dua fase.
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) karena kloroform merupakan zat
untuk anestesi sehingga berbahaya untuk dihirup.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010 a. 2010. http://anzar27.blogspot.com/2011/01/Laporan-Fisik-
sistem_terner.html

Anonim. 2010 b. http://ginaangraeni10.wordpress.com/2010/05/03/diagram-
terner-sistem-tiga -komponen

Keenan, W.C. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Samarinda: Polnes
Gina . 2010 . Diagram Terner (sistem tiga komponen).
http://ginaangraeni10.wordpress. com/2010/05/23/diagram-terner-sistem-
tiga-komponen/. 4 juni 2014 16:32
Taher, Tarmizi.2013.Diagram terner. http://chemist-
try.blogspot.com/2013/02/diagram-terner.html. 4 Juni 2014 16:33


PERHITUNGAN

1. DENSITAS

H
2
O = 0.9653 g/mL
CH3COOH = 1,0639 g/mL
CHCl
3
= 1,6223 g/mL

2. MASSA DAN % KOMPOSISI







1. Titrasi 1






2. Titrasi 2







3. Titrasi 3







4. Titrasi 4







5. Titrasi 5







6. Titrasi 6







7. Titrasi 7







8. Titrasi 8







9. Titrasi 9







10. Titrasi 10








GRAFIK PENGARUH PENAMBAHAN CHCl
3
TERHADAP
CAMPURAN H
2
O DAN CH
3
COOH








GAMBAR ALAT




















Erlenmeyer

Bulp

Gelas Kimia

Neraca Digital

Buret

Desikator

Piknometer

Klem dan Statif

Anda mungkin juga menyukai