Anda di halaman 1dari 14

Pembahasan

Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan maupun gas)
oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan adsorben.
Padatan yang dapat menyerap partikel fluida disebut bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Sedangkan zat yang terserap disebut adsorbat. Secara umum Adsorpsi didefinisikan sebagai
suatu proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh
permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi
dengan penyerapnya. Penyerapan partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut
peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi bermuatan listrik.

Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya bahan yang
mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu proses
maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada
tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai adsorpsi. (Giyatmi,
2008: 101).

Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah
dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi
zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada
permukaan (Sukardjo, 2002:190).

Sedangkancontoh – contohadsorbsiadalahsebagaiberikut:

a. Pengeringan udara atau gas – gas lain,


b. Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk dari udara buang,
c. Pengambilan kembali pelarut dari udara buang,
d. Penghilangan warna larutan (sebelum kristalisasi),
e. Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan pemisahan pengotor berbentuk
koloid yang sukar disaring).

1.2.2 Jenis –Jenis Adsorbsi


Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang disebabkan
oleh gaya Van Der Waals. Adsorpsi fisika terjadi jika daya tarik menarik antara zat
terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya. Kerena gaya tarik menarik yang lemah tersebut maka zat yang terlarut akan
diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi fisika biasanya terjadi pada temperatur
rendah sehingga keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya
cepat tercapai dan bersifat reversibel.

2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya dan kalor yang sama
dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada
permukaan oleh ikatan valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-
atom dalam molekul. Ikatan kimia tersebut menyebabkan pada permukaan
adsorbent akan terbentuk suatu lapisan film.

Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan adsorpsi adalah banyaknya zat yang


teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi kinetika adsorpsi.
Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam jangka waktu
tertentu. Banyak sedikitnya zat yang teradsorpsi di pengaruhi oleh:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Adsorpsi:

a. Macam adsorben
b. Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
e. Temperatur

Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu
fase fluida (Saragih, 2008). Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan yang sangat berpori dan
adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-letak tertentu di dalam
partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalam menjadi
beberapa orde besaran lebih besar daripada permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g.
Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas yang
menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan tersebut lebih erat daripada molekul
lainnya. Adsorben yang digunakan secara komersial dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok polar dan non polar (Saragih, 2008).

a. Adsorben Polar Adsorben polar disebut juga hydrophilic. Jenis adsorben yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah silika gel, alumina aktif, dan zeolit.
b. Adsorben non polar Adsorben non polar disebut juga hydrophobic. Jenis
adsorben yang termasuk kedalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan
karbon aktif.
Menurut IUPAC (Internasional Union of Pure and Applied Chemical) ada beberapa klasifikasi pori
yaitu :

a.Mikropori : diameter < 2nm

b.Mesopori : diameter 2 – 50 nm

c.Makropori : diameter > 50 nm

Adsorbat adalah substansi dalam bentuk cair atau gas yang terkonsentrasi pada
permukaan adsorben. Adsorbat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok polar seperti air dan
kelompok non polar seperti methanol, ethanol dan kelompok hidrokarbon (Suzuki, 1990 dalam
saragih, 2008). Karbondioksida merupakan jenis adsorbat yang sesuai digunakan untuk adsorben
jenis hidrofobic seperti karbon aktif. Karbondioksida merupakan persenyawaan antara karbon
dengan oksigen. Pada kondisi tekanan dan temperatur atmosfir, karbondioksida merupakan gas
yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak reaktif, tidak beracun dan tidak mudah terbakar
(nonflammable). Pada kondisi triple point, karbondioksida dapat berupa padat, cair ataupun gas
bergantung pada kondisinya. Karbondioksida berada pada fase padat pada temperature -109
°F(-78,5oC) dan tekanan atmosfir akan langsung menyublimasi tanpa melalui fase cair terlebih
dahulu. Sedangkan pada tekanan dan temperatur di atas triple point dan di bawah temperatur
87,9 °F (31,1oC) maka karbondioksida cair dan gas akan berada pada kondisi kesetimbangan.

1.2.4 Adsorbsi Isoterm Freundlich


Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan
monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
log (x/m) = log k + 1/n log c ....(1),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada gambar berikut

Gambar 1 Kurva Adsorbsi Isotherm Freundlich

Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan
sebagai:
x/m = k. Cn ….(2)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan,
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis
dapat dievaluasi tetapan k dan n.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat
logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui
kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu
adsorben.

1.2.5 Karbon Aktif

Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon.
Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen membentuk
struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya. Susunan kisi-kisi
heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk
dengan sela-sela di antaranya.
Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon
dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi karbon terikat, abu, air,
nitrogen, dan sulfur (Djatmiko et al. 1985 dalam Januar Ferry 2002). yang mempunyai
luas permukaan dan jumlah pori sangat banyak (Baker 1997).
Manes (1998) mengatakan bahwa karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai
macam produk yang mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas
permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya
telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari
campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan (Roy 1985).
Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku,
pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50
nm), dan makropori (diameter >50 nm) (Baker 1997).
Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2 berdasarkan fungsinya,
yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon): Jenis arang ini digunakan untuk
mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada karbon aktif jenis ini
tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu melewatinya, tetapi
molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada
karbon tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase carbon).
Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran atau zat yang tidak
diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon aktif ini adalah makropori
yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya
berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi.
Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas permukaan karbon aktif
dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan
kimia. Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2,
NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti
udara, uap air atau CO2.

Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari
ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan
adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari
pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa
karbon.

Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat
padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena
tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair,
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke
dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo,
1990). Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya
penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan
menjadi adsorpsi fisik dan kimia.

Tabel 5.1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia

Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia

Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan
van der Waals kimia

Mempunyai entalpi reaksi – 4 sampai – Mempunyai entalpi reaksi – 40 sampai –


40 kJ/mol 800 kJ/mol

Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer

Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
bawah titik didih adsorbat

Jumlah adsorpsi pada permukaan Jumlah adsorpsi pada permukaan


merupakan fungsi adsorbat merupakan karakteristik adsorben dan
adsorbat

Tidak melibatkan energi aktifasi tertentu Melibatkan energi aktifasi tertentu

Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a. Jenis adsorben

Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan
dengan komponen yang kurang polar.

b.Jenis adsorbat

c. Luas permukaan adsorben

Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif sesuai dengan fungsinya
sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbsi; tingkat adsorbsi naik dengan
adanya penurunan ukuran partikel.
Oleh karena itu adsorbsi menggunakan karbon PAC (Powdered Acivated Carbon) lebih cepat dibandingkan
dengan menggunakan karbon GAC (Granular Acivated Carbon). Kapasitas total adsorbsi karbon tergantung
pada luas permukaannya.

Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukaanya. Oleh sebab itu GAC atau PAC dengan berat
yang sama memiliki kapasitas adsorbsi yang sama.

d. Konsentrasi zat terlarut

Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi
dibandingkan senyawa tidak larut.

e. Temperatur

Tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti dengan penurunan temperatur.

(Atkins, 1990).

Penentuan Adsorbsi Isoterm

Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai dengan mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari
melalui penentuan isoterm adsorpsi yang sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah dua diantara
isoterm-isoterm adsorpsi yang dipelajari:

a.IsothermLangmuir.
Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser (1853-1940), penemu teori adsorpsi
adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobel laureate in Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi Langmuir
didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu :
(1) Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer),

(2) Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan

(3) Semua situs dan permukaannya


Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya
kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan
molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai
berikut :

C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram
adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas
adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1.

b. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich

Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul
adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan
adsorben

bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan

sebagai berikut.

Log (x/m) = log k + 1/n log c………………………………………………………..(2),

sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2.


Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas atau
persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan
isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai:

x/m = k. Cn……………………………………………………………………………………………(1)
dalam hal ini :

x = jumlah zat teradsorbsi (gram)

m = jumlah adsorben (gram)

C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi

k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi :

log x/m = log k + n log c……………………………………………………………………..(2)

persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm Freundlich, maka aluran
log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n. (Tim Labor
Kimia Fisika,2012).

Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi
adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari
isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben.

Arang Aktif
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-
atom karbon yng berikatan secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada
setiap sudutnya(Gambar 1). Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar
yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.

Gambar 1 Struktur grafit karbon aktif

Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon dan senyawa organik lainnya.
Komponen arang ini meliputi karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur (Djatmiko et al. 1985 dalam Januar
Ferry 2002). yang mempunyai luas permukaan dan jumlah pori sangat banyak (Baker 1997).

Manes (1998) mengatakan bahwa karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang
mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif berbentuk
kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi
gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan (Roy 1985).
Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses
aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori
(diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm), dan makropori (diameter >50 nm) (Baker 1997).

Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2 berdasarkan fungsinya, yaitu Karbon adsorben gas
(gas adsorbent carbon): Jenis arang ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang
terdapat pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu
melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada karbon
tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan
untuk mengadsorpai kotoran atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon
aktif ini adalah makropori yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini
biasanya berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi.

Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas permukaan karbon aktif dengan penghilangan
hidrokarbon. Ada dua macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi kimia dilakukan dengan
merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2, NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan aktivasi fisika menggunakan gas
pengoksidasi seperti udara, uap air atau CO2.
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi
pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga
jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorbsi
(anonim,2008).
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi satu molekul
untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut : selalu
ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak inert dan mekanisme
adsorbsi pada molekul pertama asangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir yang
teradsorpsi.
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut
: A(g) + S ↔ AS, dimana A adalah molekul gas dan s adalah permukaan adsorpsi
(anonim,2008).
Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada tekanan tiggi
gas. Irving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana pada pertimbangan teoritis
berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai adsorpsi isoterm Langmuir (anonim,2010).
2. Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan yang homogen.
Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat
bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme
adsopsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini
adalah :
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan
isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan untuk adsorpsi fisik
(anonim,2008).
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat
digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini
berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang
paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai
ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan
diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam
menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan
isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (anonim,2008).

2.6 Analisis Bahan


2.6.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut tidak berwarna dengan
konstanta dielektrik yang tinggi. H2O berguna sebagai pelarut dalam
beberbagai reaksi kimia. Akudes memiliki titik didih pada suhu
100 0 C dan titik lebur 0,0 0C (Daintith,1994).
2.6.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan asam lemah berupa cairan dengan
bau yang khas. CH3COOH sebagian besar dihasilkan melalui proses
fermentasi. Asam asetat memiliki titik beku 16,6 0C dan titik didih
118 0C (Arsyad,2001).
2.6.3 Asam Klorida (HCL)
Asam korida merupakan asam yang berbau merangsang
dan berbahya. HCL berupa gas yang tidak berwarna dan dapat
menetralkan larutan basa. Asam klorida memiliki titik leleh -114 0C
dan titik didih -85 0C (Rivai,1994).
2.6.4 Indikator PP (C2H14O4)
Indikator PP merupakan suatu indikator yang umum
digunakan dalam tittasi asam-basa. Indikator PP sangat mudah
larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya. C2H14O4 tidak
memberikan warna di bawah pH=8 dan mamberikan warna di atas
pH=9,6 (Basset, DKK, 1994).
2.6.5 Karbon Aktif
Karbon aktif umumnya digunakan sebagai media
penyerapan zat terlarut. Karbon aktif baik digunakan sebagai suatu
adsorben dalam menghilangkan zat dalam larutan. Karbon aktif
dihasilkan melalui proses pemanasan pada suhu tinggi untuk bahan
yang mengandung kabon aktif (Tim Dosen Kimia Fisika, 2011).
2.6.6 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mudah larut dalam etanol maupun
pelarut air. NaOH memiliki titik lebur 3,8 0C dan titik beku 139 0C.
NaOH 50% pada temperatur tertentu dapat sebagai media oksida
anodik yang tumbuh pada baja (Burleigh, DKK, 2008 dan Daintith,
1994).

Anda mungkin juga menyukai