KIMIA FISIK II
“DIAGRAM BINER”
NIM : A1C119015
KELOMPOK : 2 (DUA)
DOSEN PENGAMPU
Dr. YUSNAIDAR, S.Si., M.Si
Dr. Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd
ASISTEN DOSEN
Pada suhu rendah (di bawah tc), misalnya t₁, penambahan sedikit fenol
ke dalam air akan terlihat bahwa fenol akan larut dalam air (sepanjang o-p).
Jika Kemudian fenol ditambahkan maka sampai pada titik p akan terjadi
larutan jenuh fenol dalam air. Pada penambahan fenol lebih lanjut maka fenol
tidak larut dan setelah keadaan kesetimbangan tercapai maka cairan akan
memisah menjadi 2 lapisan (L1 dan L2) yang masing-masing lapisan
mengandung komponen air dan fenol (sepanjang p-q). Jika fenol ditambahkan
lagi maka akan tercapai keadaan terbentuknya larutan jenuh (pada q), dalam
1
hal ini yang terbentuk adalah larutan jenuh air dalam fenol. Penambahan fenol
lebih lanjut mengakibatkan terbentuknya suatu larutan satu fasa yaitu larutan
air dalam fenol (sepanjang q-r) Dapat dilihat bahwa suhu tersebut (t₁) fenol
dapat saling melarutkan hanya pada posisi tertentu saja. Jika suhu dinaikkan,
kemampuan saling melarutkan kedua zat tersebut semakin besar dan pada suhu
tertentu akan didapat bahwa fenol dan air dapat saling melarutkan pada
berbagai komposisi. Suhu di saat tepat terjadinya perubahan dari dua fasa ke
satu fasa untuk berbagai macam komposisi dinamakan suhu kelarutan kritis
(tc). Artinya di atas suhu tersebut kedua zat dapat saling melarutkan dalam
berbagai komposisi (Tim Dosen Kimia Fisik, 2021)
Kesetimbangan fasa cair padat adalah kata kunci untuk memahami
ekstraksi. Proses operasi separasi atau peristiwa perpindahan massa lainnya
yang menggunakan prinsip kesetimbangan fasa cair-padat adalah kristalisasi
dan adsorbsi,( Bahri, 2019)
Menurut (Widjayanti, 2008), Istilah dalam kesetimbangan fasa ada
beberapa macam yaitu:
1. Fasa (P)
Fasa dapat didefinisikan sebagai setiap bagian sistem yang :
a. homogen dan dipisahkan oleh batas yang jelas
b. sifat fisik dan sifat kimia berbeda dari bagian sistem lain
c. dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain sistem itu
Contoh
sistem satu fasa : Dua cairan yang bercampur homogen
sistem 2 fasa : cairan polar (misal air) dan non polar (misal:minyak)
sistem belerang padat (monoklin dan rombik)
sistem 3 fasa : es, uap air dan air
CaCO3 (s) CO2 (g) + CaO (s)
2. Komponen (C)
2
Jumlah komponen suatu sistem dinyatakan sebagai jumlah minimum
spesi kimia yang membentuk sistem tersebut yang dapat menentukan susunan
setiap sistem fasa sistem.
3. Derajad Kebebasan (F)
Derajad kebebasan (F) dari suatu sistem setimbang merupakan variabel
intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem
tersebut. Untuk menentukan derajad kebebasan dibutuhkan aturan fasa.
4. Aturan Fasa
Aturan fasa mengatur hubungan antara jumlah komponen, jumlah fasa
dan derajad kebebasan suatu sistem. Menurut aturan fasa
F = C-P+2
Dalam kesetimbangan fasa terdapat Sistem Satu Komponen dan Sistem
Dua Komponen yaitu Untuk sistem 1 komponen aturan fasa berubah menjadi
F= 3-P. Karena fasa tidak mungkin = 0, maka derajad kebebasan masimum
adalah 2 artinya sistem 1 komponen paling banyak memiliki 2 variabel intensif
untuk menyatakan keadaan sistem yaitu P (tekanan) dan T (suhu). Diagram
fasa adalah diagram yang menggambarkan keadaan sistem (komponen dan
fasa) yang dinyatakan dalam 2 dimensi. Dalam diagram ini tergambar sifat-
sifat zat seperti titik didih, titik leleh, titik tripel. Sebagai contoh adalah
diagram fasa 1 komponen adalah diagram fasa air.
3
Sistem Dua Komponen yaitu Sistem 2 komponen dapat berupa
campuran dari fasa cair- gas, cair- cair, fasa padat- cair, ataupun padat- padat.
Karakteristik setiap campuran sangat khas, misalnya ada sistem cair- cair yang
membentuk campuran yang homogen atau 1 fasa pada segala P,T dan
komposisi, tetapi ada pula yang hanya membentuk 1 fasa pada P,T atau
komposisi tertentu. Diagram fasa untuk sistem dua komponen digambarkan
sebagai fungsi komposisi terhadap tekanan atau komposisi terhadap suhu. Oleh
sebab itu aturan fasa berubah menjadi F = C –P+1 karena salah satu variabel
(P atau T) dalam keadaan konstan. Derajad kebebasan (F) menjadi = 2-P
Menurut Fellicia ( 2017) dalam sebuah penelitiannya mengenai fasa
menerangkan bahwa Fasa sigma merupakan fasa yang memiliki kandungan
unsur Cr dan Mo yang tinggi. Fasa ini terbentuk pada temperatur antara 650ᵒC
sampai 1000ᵒC melalui ferrit yang terdekomposisi menjadi fasa sigma dan fasa
austenit sekunder.
Menurut Dogra SK & Dogra S (2008). Sistem biner fenol–air
merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara
fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan)
adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum
zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut.Contohnya adalah etanol di dalam air.Sifat ini lebih
dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, Pada
system biner fenol –air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada
kondisi tertentu Suatu fase didefenisikan sebagai bagian system yang seragam
atau homogeny diantara keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar
terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik.
Campuran padatan atau dua campuran yang tidak saling bercampur dapat
4
membentuk fase terpisah.Sedangkan campuran gas-gas adalah suatu fase
karena sistemnya yang homogen.Symbol umum untuk jumlah fase adalah P.
Menurut Darmaji, (2005) Sistem biner fenol - air merupakan sistem
yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada
suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen
campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen
penyusunnya yaitu fenol atau air.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol
di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut
miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat
murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti
perak klorida dalam air. Istilah “tak larut” (insoluble) sering diterapkan pada
senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus
yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan
yang disebut lewat jenuh yang metastabil atau mengendap.
5
yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya %
fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika
temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka
komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol
dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan
kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %).
Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan
tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.
y₁P = x₁y₁P₁ͥ
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-
masing adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, X c adalah mol fraksi
komponen pada suhu krisis (Tc). Sistem ini mempunyai suhu kritis (Tc) pada
tekanan tetap yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara
homogen dengan komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan komposisi A1 dan B1 atau
suhu T2 dengan komposisi A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa (keruh).
Sedangkan diluar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, T c), sistem berada
satu fasa (jernih).
6
Temperatur kritis atas Tc adalah batas atas temperatur dimana terjadi
pemisahan fase. Di atas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar
bercampur.Temperatur ini ada gerakan termal yang lebih besar menghasilkan
kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen.
Buret
Disiapkan
Timbangan
7
Ditimbang tabung reaksi diatas (lengkap dengan sumbat,
batang pengaduk dan termometer).
Timbangan
Tabung Reaksi
Penangas
Dipanaskan campuran tersebut jika keruh,
Termometer
Tabung Reaksi
Hasil Percobaan
8
Gambar 7.1 Tabung Reaksi
termometer
pengaduk
sumbat