Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan
benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor didefinisikan sebagai sebagai
energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi
maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar. Begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar
kecilnya suatu kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu massa
zat, jenis zat (kalor jenis), perubahan suhu. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah
ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik
yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.
Reaksi suatu  zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Kalor pembakaran adalah
kalor yang dilepaskan atau diserap oleh 1 mol unsur atau senyawa diberi symbol ∆Hc (c =
combustion). Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh pembakaran
1 mol unsur atau senyawa diberi simbol ΔHc (c = combustion). Seperti diterapkan untuk
senyawa organik, kalorimeter pembakaran mencakup pemutusan lengkap kerangka karbon.
Bila senyawa itu terbakar dalam oksigen, metode pembakaran mempunyai penerapan yang
meluas dengan senyawa organik yang reaktif terhadap reagensia selain oksigen atau yang
menghasilkan lebih dari satu produk organik dengan regenerasi lain. Kalor pembakaran
ditentukan menggunakan kalorimeter dengan prinsip percobaan asas black, dimana asas black
merupakan hukum yang mempelajarivtentang perubahan kalor dari sistem ke lingkungan
maupun sebaliknya, dengan kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diserap (Qlepas =
Qserap). Perasamaan termokimia panas yang dikaitkan dengan suatu reaksi kimia dinyatakan
dengan suatu reaksi. Jika suatu reaksi yang membebaskan kalor adalah suatu reaksi
Eksoterm, dan suatu reaksi yang menyerap kalor disebut reaksi Endoterm. Bila entalphi
pereaksi lebih besar dari pada entalphi produk, reaksi itu adalah Eksoterm. Sebaliknya jika
entalphi produk reaksi lebih besar maka reasi adalah Endoterm
1.2 Tujuan
1. Mengetahui nilai kalor pembakaran dari metanol, etanol, propanol dan butanol serta
hubunganya dengan struktur rantainya.
2. Mengetahui perubahan massa metanol, etanol, propanol, dan butanol sebelum dan
sesudah pembakaran serta hubungannya dengan kalor pembakarannya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Kalor pembakaran suatu zat adalah kalor yang dibebaskan apabila suatu zat dibakar
sempurna dengan menggunakan oksigen. Dalam hal pembakaran alkohol dengan oksigen
maka akan terjadi pemecahan alcohol membentuk CO2 dan air yang disertai dengan
pembebasan kalor. Besarnya kalor yang dibebaskan dapat ditentukan, misalnya pembakaran
metanol, dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut:
2CH3OH (l) + 3O2(g)  2CO2(g) + 4 H2O (l) + energi
Unsur-unsur karbon dan hidrogen, bila teroksidasi akan menghasilkan CO 2 dan air, dan
kalor pembentukannya adalah:
H2(g) + ½ O2(g)H2O (l) ΔH = -57,8kkal/mol
C (s) + O2(g)CO2(g) ΔH = -94,4kkal/mol
Kalor pembakaran negative berarti bahwa untuk membentuk zat tersebut disertai dengan
pembebasan energy atau kalor. Dengan demikian maka pada pembakaran alkohol akan
banyak dihasilkan energi atau kalor. Deret normal alcohol adalah deret alkohol yang tidak
mempunyai rantai cabang, jadi dengan kata lain semua alkohol jenis ini adalah alkohol
primer yang tidak memiliki rantai cabang. Sebagai contoh, metanol, etanol, n-propanol dan n-
butanol. Makin panjang rantai karbon makin besar kalor pembakarannya, dengan kenaikan
energi yang sebanding dengan kenaikan panjang rantainya (Chang, 1998).
Kalor pembakaran suatu zat yaitu jumlah kalor yang dihasilkan apabila suatu molekul zat
tersebut direaksikan dengan oksigen dalam suhu yang tinggi secara sempurna. Kalor
pembakaran zat organic dinyatakan sebagai banyaknya kalor yang dihasilkan untuk
mengoksidasi zat organic menjadi gas CO2 dan H2O untuk senyawa yang mengandung C, H
dan O sedangkan untuk zat organic yang mengandung N maka akan menghasilkan gas N2.

2
Salah satu contoh senyawa organic yang dapat dioksidasi dan menghasilkan kalor adalah
senyawa golongan alcohol. Normal alcohol dengan rantai alkil pendek sangat efektif sebagai
bahan bakar alternative. Reaksi oksidasi alcohol dengan oksigen menjadi air dan gas CO2
akan menghasilkan tenaga. Besarnya kalor yang dihasilkan menjadi air dan gas CO2 akan
menghasilkan tenaga. Besarnya kalor yang dihasilkan pada pembakaran alcohol menjadi
unsure-unsurnya dan kemudian dari unsure-unsur tersebut dengan oksigen terbentuk H2O
dan CO2 dapat ditentukan.
Deret normal alcohol adalah deret dari bentuk alcohol yang tidak mempunyai rantai
samping sama sekali, jadi semua alcohol ini merupakan alcohol primer yang tidak berantai
sampaing, misalnya methanol, etanol, propanol, butanol, pentanol, dan seterusnya. Kalor
reaksi pembakaran dapat ditentukan. Jika kalor pembakaran negative (delta H negative)
berarti untuk membentuk zat tersebut akan dikeluarkan tenaga atau panas sehingga pada
pembakaran alcohol akan menghasilkan banyak tenaga. Makin panjang rantai CH2 semakin
besar kalor pembakarannya, dengan satu kenaikan tenaga yang seimbang (Doga, 1990).
Besarnya entalphi pembakaran deret normal alcohol dapat ditentukan dengan
menggunakan azas black yang menyatakan bahwa jumlah kalor yang dihasilkan sama dengan
jumlah kalor yang diserap. Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik,
mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan.
Secara garis besar penggunaan etanol adalah : sebagai pelarut untuk zat organik dan
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehida, antiseptik, topikal dan
sebagai bahan baku pembuatan eter dan etil ester (Keenan, 1996).
Metanol merupakan alkohol paling sederhana yang memiliki titik didih pada suhu 64,7 C.
Fungsi metanol yang telah banyak digunakan pada berbagai industri adalah untuk anti beku,
pelarut, bahan bakar, dan sebagai bahan baku etanol. Fungsi lainnya juga dapat ditemukan
pada prosesproduksi biodesel dengan reaksi Transesterifikasi. Metanol dan gliserol sebagai
sacrifical agent dalam produksi hidrogen telah diteliti oleh bebrapa penulis. Metanol adalah
salah satu yang terbaik dalam membanu produktivitas produksi Hidrogen, sementara Gliserol
merupakan sacrificial agent yang potensial untuk digunakan karena diprediksi kuantitasnya
yang akan semakin banyak dalam beberapa waktu kedepan secara lebih spesifik, penggunaan
metanol dalam produksi Hidrogen ditemukan hampir dua kali lebih besar dibandingkan
dengan Gliserol (Kustiningsih, dkk., 2015).

3
BAB III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR
3.1 Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Beaker glass 250 mL 2 buah
2 Erlenmeyer 250 mL 2 buah
3 Termometer 100oC 2 buah
4 Lampu spiritus - 4 buah
5 Neraca - 1 buah
6 Klem dan statif - 2 set
7 Penjepit tabung - 2 buah

3.2 Bahan

No Nama Bahan Rumus Konsentrasi Wujud Warna Jumlah


Kimia
1 Metanol CH3OH - Cair Bening Secukupnya
2 Etanol C2H5OH - Cair Bening Secukupnya
3 n-propanol C3H7OH - Cair Bening Secukupnya
4 n-butanol C4H9OH - Cair Bening Secukupnya
5 Akuades H2O - Cair Bening Secukupnya

4
3.3 Prosedur Kerja

Beaker Glass

Ditimbang

Dimasukkan aquades sebanyak 300 mL pada suhu

kamar

Ditimbang kembali beaker glass yang berisi aquades

Di catat suhu kamar (T1) dan massa aquades (G2)

Ditimbang lampu kosong

Dimasukkan n-propanol, kemudian ditimbang

kembali

Dicatat massa n-propanol mula-mula

Dinyalakan lampu pembakaran dibawah beaker glass


Hasil Pengamatan:

No. Zat (alkohol) Ulangan Massa lampu Massa lampu + Massa lampu
percobaan kosong zat awal + zat akhir
(gram) (gram) (gram)

1. Methanol 0 115,40 gram 190,02 gram 103,33 gram

2. Etanol 0 97,73 gram 172,86 gram 156,04 gram

3. n-Propanol 0 145,64 gram 239,48 gram 198,25 gram

4. n-Butanol 0 137,24 gram 229,10 gram 155,26 gram


5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

No. Zat (alkohol) Ulangan Massa lampu Massa Massa lampu


percobaan kosong lampu+ zat + zat akhir
(gram) awal (gram) (gram)
1. Methanol 0 115,40 gram 190,02 gram 103,33 gram
2. Etanol 0 97,73 gram 172,86 gram 156,04 gram
3. n-Propanol 0 145,64 gram 239,48 gram 198,25 gram
4. n-Butanol 0 137,24 gram 229,10 gram 155,26 gram

4.2 Reaksi-Reaksi

 n-propanol
C3H7OH(l) + 5O2(g) => 3CO2(g) + 4H2O(l)
 methanol
2CH3OH(l) + 3O2(g) => 2CO2(g) + 4H2O(l)
 etanol
C2H5OH(l) + 3O2(g) => 2CO2(g) + 3H2O(l)
 n-butanol
C4H9OH(l) + 6O2(g) => 4CO2(g) + 5H2O(l)

4.3 Pembahasan
4.3.1 Perhitungan
Menghitung W berdasarkan azas Black dengan larutan standar propanol
Rumus : (G1/Mr) ΔHc = W (T2-T1) + G2 . Cp (T2-T1)
Dik : G1 = (239,48-198,25) = 41,23 gr
G2 = (413,27-133,15) = 280,12 gr
Mr = 60 gr/mol
ΔHc = -536,0 kkal/mol
Dit : W = …?
Cp = 3,6 × 10-3 kkal/mol
(T2-T1) = 100oC - 28oC = 72 oC + 273 = 345 oC
Sehingga :
(G1/Mr) ΔHc = W (T2-T1) + G2 . Cp (T2-T1)

6
(41,23/60) -536,0 = W (345) + 280,12 × (3,6 × 10-3) × 345
-368,32 = 345 W + 347,90

W=

W = -2,076 kkal/k
 methanol

Dik : G1 = (190,02-103,39) = 86,69 gr


G2 = (438,78-158,66) = 280,12 gr
Mr = 32 gr/mol
Cp = 3,6 × 10-3 kkal/mol
(T2-T1) = 345oK
Dit : ΔHc = … ?

Sehingga :

(G1/Mr) ΔHc = W (T2-T1) + G2 . Cp (T2-T1)


(86,69/32) ΔHc = -2,076 (345) + 280,12 × (3,6 × 10-3) × 345
2,71 ΔHc = -716,22 + 347,90
2,71 ΔHc = -368,32

ΔHc =

ΔHc = -135,91 kkal/mol


 etanol
Dik : G1 = (172,86-156,04) = 16,82 gr
G2 = (381,83-101,71) = 280,12 gr
Mr = 46 gr/mol
Cp = 3,6 × 10-3 kkal/mol
(T2-T1) = 345oK
Dit : ΔHc = … ?
Sehingga :

(G1/Mr) ΔHc = W (T2-T1) + G2 . Cp (T2-T1)


(16,82/46) ΔHc = -2,076 (345) + 280,12 × (3,6 × 10-3) × 345

7
0,366 ΔHc = -716,22 + 347,90
0,366 ΔHc = -368,32

ΔHc =

ΔHc = -1006,3 kkal/mol


 n-Propanol
Dik : G1 = (239,48 - 198,25) = 41,23 gr
G2 = (413,27 – 133,15) = 280,12 gr
Mr = 60 gr/mol
W = -2,076 kkal/mol
CP = 3,6 x 10-3 kkal/mol
(T1-T2 )= 345o K
Dit : ∆Hc =….?
Sehingga :
(G1/Mr) ∆Hc = W (T1-T2 ) G2. CP(T1-T2 )
(41,23/ 60) ∆Hc = -2,076 x 345 x 280,12 x 3,6 .10-3 x 345
0,687 ∆Hc = -716,22 + 347,90
0,687 ∆Hc = -368,32
∆Hc = -368,32/0,687
∆Hc = -536,12 kkal/mol
 n-Propanol
Dik : G1 = (239,48 - 198,25) = 41,23 gr
G2 = (413,27 – 133,15) = 280,12 gr
Mr = 60 gr/mol
W = -2,076 kkal/mol
CP = 3,6 x 10-3 kkal/mol
(T1-T2 ) = 345o K
Dit : ∆Hc =….?
Sehingga :
(G1/Mr) ∆Hc = W (T1-T2 ) G2. CP(T1-T2 )
(41,23/ 60) ∆Hc = -2,076 x 345 x 280,12 x 3,6 .10-3 x 345
0,687 ∆Hc = -716,22 + 347,90

8
0,687 ∆Hc = -368,32
∆Hc = -368,32/0,687
∆Hc = -536,12 kkal/mol
 n-Butanol
Dik : G1 = (229,18 - 155,26) = 73,84 gr
G2 = (390,28 – 110,16) = 280,12 gr
Mr = 74 gr/mol
W = -2,076 kkal/mol
CP = 3,6 x 10-3 kkal/mol
(T1-T2 ) = 345o K
Dit : ∆Hc =...?
Sehingga :
(G1/Mr) ∆Hc = W (T1-T2 ) G2. CP(T1-T2 )
(73,84 /74) ∆Hc = -2,076 x 345 x 280,12 x 3,6 . 10-3 x 345
0,998 ∆Hc = -716,22 + 347,90
0,998 ∆Hc = -368,32
∆Hc = -368,32/0,998
∆Hc = - 369,05 kkal/mol
Tabel kalor pembakaran
No. Alkohol Mr zat (gr/mol) ∆Hc (kkal/mol)
1. Methanol 32 gr/mol -135,91 kkal/mol
2. Etanol 46 gr/mol -1006.3 kkal/mol
3. n-propanol 60 gr/mol -536,12 kkal/mol
4. n-butanol 74 gr/mol -369,05 kkal/mol

Grafik Hubungan antara ∆Hc dengan Mr Zat

9
4.3.2 Teori Dan Praktek
Secara teori, kalor pembakaran adalah kalor pembakaran atau kalor yang diserap oleh
pembakaran 1 mol unsur atau senyawa yang di beri simbol ∆Hc. Pada proses pembakaran ini,
melibatkan alkohol dan O2 dan udara yang akan menghasilkan karbondioksida (Co2) dan uap
air (H2O). Dalam prosesnya akan terjadi reaksi eksoterm (pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan) dengan nilai ∆Hc (perubahan entalpi) selalu negatif. Pada pembakaran alcohol
kalor pembakaran dipengaruhi oleh panjang rantai atom c yang terikat, artinya semakin
panjang rantai atom c yang terikat maka nilai kalor pembakarannya semakin besar karena
semakin panjang atau banyak rantai yg diputus. Adapun media pembakarannya adalah air
yang memiliki titik didih 100o C.
4.3.3 Sifat Dan Fungsi Bahan
 Air dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan yang akan dididihkan (media
pemanasan)
Massa molar = 18,0153g/mol
Titik beku = 0oC
Titik didih = 100 oC
Kalor jenis = 4184 J/Kg.K
 Methanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk
memanaskan air( media yg diamati)
Massa molar = 32,04g/mol
Titik lebur = -97 oC
Titik didih = 64,7 oC
 Etanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk memanaskan
air( media yg diamati)
Massa molar = 46,06844g/mol
Titik lebur = -114,14 oC
Titik didih = 78,29 oC
 n- Propanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk
memanaskan air( media yg diamati) dan sekaligus sebagai larutan standar untuk
menetapkan entalpi kalor pembakaran
Massa molar = 60,1g/mol

10
Titik lebur = -126 oC
 n- Butanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., (1998), Kimia Dasar II Jilid 3, Erlangga, Jakarta.


Doga, S., (1990), Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI-Press, Jakarta.
Keenan, (1996), Kimia untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Kustiningsih, I., Haryadi, W., dan Slamet, (2015), Studi Produksi Hidrogen Menggunakan
Fotokatali Pt (1%) / Titania Nanotube Dengan Sactifical Agentmetanol Dan Gliseron,
Jurnal Konversi, 4(1), ISSN: 2252-7311.

11

Anda mungkin juga menyukai