Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN TEORITIS

Kalor pembakaran suatu zat adalah kalor yang dibebaskan apabila suatu zat dibakar
sempurna dengan menggunakan oksigen. Dalam hal pembakaran alkohol dengan oksigen maka
akan terjadi pemecahan alcohol membentuk CO2 dan air yang disertai dengan pembebasan kalor.
Besarnya kalor yang dibebaskan dapat ditentukan, misalnya pembakaran metanol, dapat
ditunjukkan oleh reaksi berikut:

2CH3OH (l) + 3O2(g)  2CO2(g) + 4 H2O (l) + energi

Unsur-unsur karbon dan hidrogen, bila teroksidasi akan menghasilkan CO 2 dan air, dan
kalor pembentukannya adalah:

H2(g) + ½ O2(g)H2O (l) ΔH = -57,8kkal/mol

C (s) + O2(g)CO2(g) ΔH = -94,4kkal/mol

Kalor pembakaran negative berarti bahwa untuk membentuk zat tersebut disertai dengan
pembebasan energy atau kalor. Dengan demikian maka pada pembakaran alkohol akan banyak
dihasilkan energi atau kalor. Deret normal alcohol adalah deret alkohol yang tidak mempunyai
rantai cabang, jadi dengan kata lain semua alkohol jenis ini adalah alkohol primer yang tidak
memiliki rantai cabang. Sebagai contoh, metanol, etanol, n-propanol dan n-butanol. Makin
panjang rantai karbon makin besar kalor pembakarannya, dengan kenaikan energi yang
sebanding dengan kenaikan panjang rantainya (Chang, 1998).

Kalor pembakaran suatu zat yaitu jumlah kalor yang dihasilkan apabila suatu molekul zat
tersebut direaksikan dengan oksigen dalam suhu yang tinggi secara sempurna. Kalor pembakaran
zat organic dinyatakan sebagai banyaknya kalor yang dihasilkan untuk mengoksidasi zat organic
menjadi gas CO2 dan H2O untuk senyawa yang mengandung C, H dan O sedangkan untuk zat
organic yang mengandung N maka akan menghasilkan gas N2. Salah satu contoh senyawa
organic yang dapat dioksidasi dan menghasilkan kalor adalah senyawa golongan alcohol. Normal
alcohol dengan rantai alkil pendek sangat efektif sebagai bahan bakar alternative. Reaksi
oksidasi alcohol dengan oksigen menjadi air dan gas CO2 akan menghasilkan tenaga. Besarnya
kalor yang dihasilkan menjadi air dan gas CO2 akan menghasilkan tenaga. Besarnya kalor yang
dihasilkan pada pembakaran alcohol menjadi unsure-unsurnya dan kemudian dari unsure-unsur
tersebut dengan oksigen terbentuk H2O dan CO2 dapat ditentukan.

Deret normal alcohol adalah deret dari bentuk alcohol yang tidak mempunyai rantai
samping sama sekali, jadi semua alcohol ini merupakan alcohol primer yang tidak berantai
sampaing, misalnya methanol, etanol, propanol, butanol, pentanol, dan seterusnya. Kalor reaksi
pembakaran dapat ditentukan. Jika kalor pembakaran negative (delta H negative) berarti untuk
membentuk zat tersebut akan dikeluarkan tenaga atau panas sehingga pada pembakaran alcohol
akan menghasilkan banyak tenaga. Makin panjang rantai CH2 semakin besar kalor
pembakarannya, dengan satu kenaikan tenaga yang seimbang (Doga, 1990).

Besarnya entalphi pembakaran deret normal alcohol dapat ditentukan dengan


menggunakan azas black yang menyatakan bahwa jumlah kalor yang dihasilkan sama dengan
jumlah kalor yang diserap. Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis
besar penggunaan etanol adalah : sebagai pelarut untuk zat organik dan anorganik, bahan dasar
industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehida, antiseptik, topikal dan sebagai bahan baku
pembuatan eter dan etil ester (Keenan, 1996).

Metanol merupakan alkohol paling sederhana yang memiliki titik didih pada suhu 64,7 C.
Fungsi metanol yang telah banyak digunakan pada berbagai industri adalah untuk anti beku,
pelarut, bahan bakar, dan sebagai bahan baku etanol. Fungsi lainnya juga dapat ditemukan pada
prosesproduksi biodesel dengan reaksi Transesterifikasi. Metanol dan gliserol sebagai sacrifical
agent dalam produksi hidrogen telah diteliti oleh bebrapa penulis. Metanol adalah salah satu
yang terbaik dalam membanu produktivitas produksi Hidrogen, sementara Gliserol merupakan
sacrificial agent yang potensial untuk digunakan karena diprediksi kuantitasnya yang akan
semakin banyak dalam beberapa waktu kedepan secara lebih spesifik, penggunaan metanol
dalam produksi Hidrogen ditemukan hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan Gliserol
(Kustiningsih, dkk., 2015).
4. PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No. Zat (alkohol) Ulangan Massa lampu Massa Massa lampu
percobaan kosong lampu+ zat + zat akhir
(gram) awal (gram) (gram)
1. Methanol 0 115,40 gram 190,02 gram 103,33 gram
2. Etanol 0 97,73 gram 172,86 gram 156,04 gram
3. n-Propanol 0 145,64 gram 239,48 gram 198,25 gram
4. n-Butanol 0 137,24 gram 229,10 gram 155,26 gram

4.2 Reaksi-Reaksi
 n-propanol
C3H7OH(l) + 5O2(g) => 3CO2(g) + 4H2O(l)
 methanol
2CH3OH(l) + 3O2(g) => 2CO2(g) + 4H2O(l)
 etanol
C2H5OH(l) + 3O2(g) => 2CO2(g) + 3H2O(l)
 n-butanol
C4H9OH(l) + 6O2(g) => 4CO2(g) + 5H2O(l)

4,3 Pembahasan
4.3.1 Perhitungan
 n-Propanol
Dik : G1 = (239,48 - 198,25) = 41,23 gr
G2 = (413,27 – 133,15) = 280,12 gr
Mr = 60 gr/mol
W = -2,076 kkal/mol
CP = 3,6 x 10-3 kkal/mol
(T1-T2 )= 345o K
Dit : ∆Hc =….?
Sehingga :
(G1/Mr) ∆Hc = W (T1-T2 ) G2. CP(T1-T2 )
(41,23/ 60) ∆Hc = -2,076 x 345 x 280,12 x 3,6 .10-3 x 345
0,687 ∆Hc = -716,22 + 347,90
0,687 ∆Hc = -368,32
∆Hc = -368,32/0,687
∆Hc = -536,12 kkal/mol

 n-Butanol
Dik : G1 = (229,18 - 155,26) = 73,84 gr
G2 = (390,28 – 110,16) = 280,12 gr
Mr = 74 gr/mol
W = -2,076 kkal/mol
CP = 3,6 x 10-3 kkal/mol
(T1-T2 )= 345o K
Dit : ∆Hc =….?
Sehingga :
(G1/Mr) ∆Hc = W (T1-T2 ) G2. CP(T1-T2 )
(73,84 /74) ∆Hc = -2,076 x 345 x 280,12 x 3,6 . 10-3 x 345
0,998 ∆Hc = -716,22 + 347,90
0,998 ∆Hc = -368,32
∆Hc = -368,32/0,998
∆Hc = - 369,05 kkal/mol

Tabel kalor pembakaran


No. Alkohol Mr zat (gr/mol) ∆Hc (kkal/mol)
1. Methanol 32 gr/mol -135,91 kkal/mol
2. Etanol 46 gr/mol -1006.3 kkal/mol
3. n-propanol 60 gr/mol -536,12 kkal/mol
4. n-butanol 74 gr/mol -369,05 kkal/mol

4.3.2 Teori Dan Praktek


Secara teori, kalor pembakaran adalah kalor pembakaran atau kalor yang diserap oleh
pembakaran 1 mol unsur atau senyawa yang di beri simbol ∆Hc. Pada proses pembakaran ini,
melibatkan alkohol dan O2 dan udara yang akan menghasilkan karbondioksida (Co2) dan uap air
(H2O). Dalam prosesnya akan terjadi reaksi eksoterm (pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan) dengan nilai ∆Hc (perubahan entalpi) selalu negatif. Pada pembakaran alcohol
kalor pembakaran dipengaruhi oleh panjang rantai atom c yang terikat, artinya semakin panjang
rantai atom c yang terikat maka nilai kalor pembakarannya semakin besar karena semakin
panjang atau banyak rantai yg diputus. Adapun media pembakarannya adalah air yang memiliki
titik didih 100o C.
Secara praktikum, kalor pembakaran pada percobaan ini yaitu menggunakan metanol,
etanol, n-propanol, dan n-butanol dimana untuk menentukan kalor pembakaran pada bunsen
yang berisi metanol, etanol, n-propanol, dan n-butanol saat memanaskan air. Awalnya air
dipanaskan pada masing-masing bunsen yang berisi alkohol. Sebelum dipanaskan terlebih
dahulu ditimbang massa bejana didih dan air yang akan dipanaskan, lalu ditimbang massa
bunsen dan alkohol pada masing-masing bunsennya (metanol, etanol, n-propanol, dan n-
butanol), sehingga nantinya kita akan mengetahui massa alkohol sebelum pembakaran dan massa
alkohol sesudah pembakaran. Setelah dilakukan percobaan didapat bahwa massa setelah
pembakaran pada alkohol yaitu: metanol adalah -135,91kkal/mol, etanol adalah -1006,3kkal/mol,
n-propanol adalah -536,12kkal/mol dan n-butanol adalah -369,05kkal/mol. Jika dibandingkan
dengan teori hasilnya tidak sesuai dengan praktek seharusnya nilai kalor pembakarannya
berbanding lurus dengan Mr. zat artinya seharusnya nilai kalor pembakaran tertinggi adala n-
butanol dan yg terendah metanol karena atom c nya paling sedikit sehingga cepat putus ikatan
antar atom c, namun hasil pada praktek didapati etanol yang palin tinggi, perbedaan ini dapat
disebabkan karena beberapa faktor mulai dari kesalahan praktikan dalam hal procedural ataupun
kelalaian dalam menggunakan alat penunjang percobaan.
4.3.3 Sifat Dan Fungsi Bahan
 Air dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan yang akan dididihkan (media
pemanasan).
Massa molar = 18,0153g/mol
Titik beku = 0oC
Titik didih = 100 oC
Kalor jenis 4184 J/Kg.K

 Methanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk memanaskan
air( media yg diamati)
Massa molar = 32,04g/mol
Titik lebur = -97 oC
o
Titik didih = 64,7 C

 Etanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk memanaskan air(
media yg diamati).

Massa molar = 46,06844g/mol


Titik lebur =-114,14 oC
Titik didih = 78,29 oC

 n- Propanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk


memanaskan air( media yg diamati) dan sekaligus sebagai larutan standar untuk
menetapkan entalpi kalor pembakaran.
Massa molar = 60,1g/mol
Titik lebur =-126 oC

 n- Butanol dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan pembakaran untuk memanaskan
air( media yg diamati).

Massa molar = 74,123g/mol


Titik lebur =-89,8 oC
Titik didih = 117,7 oC

4.3.4 Pengaplikasian Dalam Kehidupan Sehari-Hari :


 metanol
Metanol digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor, namun digunakan secara
terbatas dalam mesin pembakaran dalam. Karena metanol dengan mudah terbakar
dibandigkan dengan bensin.
 Etanol
Bioetanol dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar terbarukan.
 n-butanol
n-butanol dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin bensin pada pembakaran internal
tanpa modifikasi mesin.
 n-propanol
n-propanol dapat digunakan sebagai bahan bakar karena alkohol ini dapat disintesis
secara kimia maupun biologi. Dan karakteristik yangdimiliki membuat alkohol ini dapat
dipakai pada mesin-mesin modern saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., (1998), Kimia Dasar II Jilid 3, Erlangga, Jakarta.

Doga, S., (1990), Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI-Press, Jakarta.

Keenan, (1996), Kimia untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.

Kustiningsih, I., Haryadi, W., dan Slamet, (2015), Studi Produksi Hidrogen Menggunakan
Fotokatali Pt (1%) / Titania Nanotube Dengan Sactifical Agentmetanol Dan Gliseron,
Jurnal Konversi, 4(1), ISSN: 2252-7311.

Anda mungkin juga menyukai