Anda di halaman 1dari 16

TITRASI PERMANGANOMETRI DAN BIKROMATOMETRI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik Dasar

Oleh :
Ulfa Fatkhul Janah ( 4301415009)
Isna Mauliana (4301415020)
Anneke Fitria Luthfiani ( 4301415018)

Dosen Pengampu :
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016
1

Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Titrasi Pemanganometri dan Bikromatometri.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Sri Nurhayati yang telah memberikan tugas ini kepada penulis, serta pihak-pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawsan dan pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan, dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah penulis buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Terima kasih.
Semarang, 15 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

LATAR BELAKANG................................................................................................. 4
RUMUSAN MASALAH............................................................................................ 4
TUJUAN...................................................................................................................... 4
MANFAAT.................................................................................................................. 4

BAB 2 ISI
A. PENGERTIAN TITRASI PERMANGANOMETRI.............................................. 5
a. Pengertian dan prinsip Titrasi Permanganometri............................................ 5
b. Pembuatan dan standarisasinya......................................................................... 6
c. Penentuan Kadar Fe (II)...................................................................................... 8
d. Kelebihan & kekurangan Titrasi Permanganometri........................................ 8
e. Standar-standar primer untuk permanganat.................................................... 9
B. PENGERTIAN TITRASI BIKROMATOMETRI.................................................. 9
a. Pengertian dan prinsip Titrasi Bikromatometri................................................ 9
b. Pembuatan larutan standar K2Cr2O7................................................................. 10
c. Penentuan Kadar Fe (II)...................................................................................... 10
d. Indikator pada titrasi jenis redoks..................................................................... 11
e. Kelebihan & kekurangan Titrasi Bikromatometri........................................... 11
C. CONTOH SOAL........................................................................................................ 12
BAB 3 PENUTUP
A. SIMPULAN................................................................................................................. 15
B. SARAN........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah beranggapan bahwa
itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di dalam kehidupan sehari-hari
kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu kebutuhan sehari-hari seperti makanan,
minuman, pernafasan, pakaian, obat-obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam
tubuh kita sendiri juga berupa proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari
zat kimia. Kenyataannya memang zat kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita
manusia
tetapi
juga
berbahaya
bagi
kehidupan
kita
manusia.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan
oksidator akan tereduksi.
Salah satu jenis titasi redoks adalah titrasi permanganometri dan titrasi bikromatometri.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO 4 sudah dikenal
lebih dari seratus tahun. Sedangkan bikromatometri merupakan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi pemanganometri dan bikromatometri?
2. Bagaimana prinsip kerja dari titrasi permanganometri dan bikromatometri?
3. Bagaimana cara membuat larutan dan standarisasinya?
4. Bagaimana perhitungan dalam titrasi permanganometri dan bikromatometri?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri dan bikromatometri?
C. TUJUAN
1. Mampu memahami mengenai titrasi permanganometri dan bikromatometri
2. Memahami prinsip kerja dari titrasi permanganometri dan bikromatometri
3. Memahami bagaimana cara membuat larutan dan standarisasi dalam titrasi
permanganometri dan bikromatometri
4. Mahir dalam melakukan perhitungan mengenai titrasi permanganometri dan
bikromatometri
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri dan bikromatometri
D. MANFAAT
Dapat memberikan wawasan dan informasi mengenai titrasi permanganometri dan
bikromatometridan terampil membuat larutan dan standarisasinya, serta dapat terampil
untuk memecahkan soal terkait dengan titrasi permanganometri dan bikromatometri.

BAB II
ISI
A. TITRASI PERMANGANOMETRI
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi. Salah satu jenis dari titrasi redoks adalah
titasi permanganometri dan bikromatometri. (Day, dkk, 1986).
1. Pengertian Dan Prinsip Kerja Titrasi Permanganometri
Titasi Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi
dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Reaksi dalam suasana asam
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, jadi titrasi permanganometri
ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam
karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa
senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya
hidrasin, sulfit, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu :
MnO4 + 4H+ + 3e MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e MnO42MnO42- + 2H2 O + 2e MnO2 + 4OHMnO4- + 2H2 O + 3e MnO2 +4OHReaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan
misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan
yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannyadiatas penangas uap
selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak
mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca
maser.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi


berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta
bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi
yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat
adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi
MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangandioksidasimengkatalisis dekomposisi larutan permanganate.
Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat
reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air,
mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya,
pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan
melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO 2. Larutan
tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan
konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam
titrasi-titrasipermanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam
klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi
(II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida.
2. Pembuatan Larutan Dan Standarisasi KMnO4
Pembuatan larutan standar KMnO40,1 N 100 ml
Menimbang 0,316 g padatan KMnO4. Larutkan dengan 50 ml akuades lalu
didihkan selama 10 menit. Setelah itu didinginkan dan disaring dengan
seinter glass atau corong yang ada glaswoolnya. Diperoleh larutan yang
jernih dimasukkan kedalam labu takar 100 ml tambahkan akuades sampai

garis batas.
Standarisasi larutan KMnO4
6

Larutan KMnO4 dapat distandarisasi dengan larutan standar H2C2O4 dengan


mereaksikan 10 mL H2C2O4 0,1N dengan 5 mL larutan H2SO4 1M ke dalam
erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan dengan kompor listrik atau pembakar
spirtus hingga hampir mendidih. Warna dari H2SO4dan H2C2O4 mula-mula
tidak berwarna kemudian dititrasi dengan KMnO4 tetes demi tetes hingga
warnanya menjadi merah muda. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan
permanganat lambat pada suhu kamar,oleh karena itu dipanaskan. Setelah itu
suhu dipertinggi rekasi memulai lambat tetapi kecepatan meningkat setelah
Mn2+ terbentuk. Mn2+ bertindak sebagai katalis dihasilkan oleh reaksinya
sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan tersebut dititrasi dengan KMnO 4
hingga diperoleh warna merah muda permanen. Setelah itu menghitung
jumlah KMnO4 yang digunakan dan mengulangi percobaan dua atau tiga kali
(duplo atau triplo).Standardisasi yang digunakan asam oksalat CH2C2O4
0,05M yang oleh KMnO4 akan dioksidasi menjadi CO2 menurut reaksi
sebagai berikut:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
Dalam titrasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu
titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya
saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang,
hal ini menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan
reduksi:
Oksidasi : H2C2O4 CO2 + 2H+ +2eReduksi : MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O

3. Penetapan Kadar Fe Dalam Sampel


Mengambil 10 ml larutan cuplikan yang mengandung Fe2+ditambah dengan 5 ml
larutan H2SO4 1M. Titrasi dengan larutan KMnO40,1 N hingga timbul warna merah
muda. Lakukan titrasi secara duplo atau triplo.
7

4. Kelebihan Dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


1.Kelebihan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi
sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mntidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.
2.Kekurangan Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasipermanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2
sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu
cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 . Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan
telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
H2O2

H2O + O2

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
5. Standar-standar Primer Untuk Permanganat
Arsen (III) oksida
Senyawa As2O2 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutanlarutan permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopik dan tersedia dengan tingkat
kemurnian yang tinggi.
8

Natrium Oksalat
Senyawa ini Na2C2O4, juga merupakan standar primer yang baik untuk
permanaganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik. Reksinya
dengan permanganat agak sedikit rumit, dan meskipun banyak penyelidikan telah
dilakukan, mekanisme tepatnya tidak perna jelas
Persamaan untuk reaksi untuk oksalat dan permanganat adalah :
5C2O42+ + 2MnO4- + 16H+
2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat di jadikan sebagai
sebuah standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer dan semua besi (III)
yang siproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II) jika larutannya
kemudian dititrasi dengan permanganat, cukup banyak ion klorida yang dioksidasi
selain besi (II).
B. TITRASI BIKROMATOMETRI
1. Pengertian Titrasi Bikromatometri
Bikromatometri adalah titrasi oksidasi reduksi dengan menggunakan K2Cr2O7 sebagai titran
oksidasi. Kalium bikromat ( K2Cr2O7 ) merupakan zat pengoksid yang cukup kuat dengan
potensial standar reaksi Eonya = + 1,33 volt, tetapi tidak sekuat E0 KMnO4 =1,59 volt.
Kalium bikromat adalah zat baku primer dan dapat diperoleh dalam keadaan murni
dengan penghabluran kembali. Oleh karena itu larutan bakunya dapat dibuat dengan
melarutkan langsung sejumlah tertentu hablur kalium bikromat yang ditimbang seksama.
Kalium bikromat mempunyai keterbatasan dibandingkan KMnO4 atau Ce ( IV ) yaitu
kekuatan oksidasinya lebih lemah dan reaksinya lambat. Tapi garam kalium dikromat dalam
suasana asam adalah suatu oksidator kuat .
Kalium bikromat digunakan hanya dalam larutan asam,dan direduksi dengan cepat pada
temperature biasa menjadi kromium(III) yang hijau. Kalium bikromat tidak direduksi oleh
asam klorida dingin,asalkan konsentrasi asam itu tak melampaui 1 atau 2 M. Larutan-larutan
bikromat juga stabil terhadap cahaya. Karena itu kalium dikromat berharga,khusus dalam
penetapan besi dalam bijih besi: bijih itu biasanya dilarutkan dalam asam klorida,besi(III)
direduksi menjadi besi(II),dan larutan lalu dititrasi dengan larutan bikromat standar ,berikut
ini reaksi yang terjadi :
9

Cr2O72- + 6Fe2+ + 14H+

2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O

Dan untuk ion besi ( II ) ialah


Fe2+

Fe3+ + e-

Penggabungan keduanya memberikan reaksi,


Cr2O7 + 14H+ 6Fe2+

2Cr3+ + 7H2O + 6Fe3+

Garam K2Cr2O7 yang oleh suatu reduktor akan tereduksi menjadi garam kromi ( Cr
3+

). Dilihat dari reaksi redoks diatas 1 mol ion bikromat ( IV ) berbanding 6 mol ion besi

( II ) jadi ekivalennya adalah seperenam mol yaitu 294,18/6 = 49,03. Atau larutan 0,1 N
K2Cr2O7 mengandung 49,03 gram K2Cr2O7 perliter.
2. Pembuatan Larutan Standar K2Cr2O7 0,1 N 100 ml
Menimbang padatan K2Cr2O7 sebanyak 0,49 gram. Selanjutnya menambahkan dengan
akuades di dalam beker glass hingga padatannya larut. Setelah larut dimasukan ke dalam labu
takar 100 ml dan tambah akuades sampai garis batas.
3. Penentuan Kadar ion Fe(II) dalam Sampel
Memasukan 10 ml sampel ang mengandung Fe 2+ ke dalam erlenmeyer, lalu dititrasi
dengan K2Cr2O7. Indikator Kalium Ferrisianida ditaruh pada plat tetes, jika semua ion Fe(II)
telah menjadi ion Fe(III) maka warna indikator dan sampel dalam plat tetes berubah warnanya
dari biru menjadi kuning coklat.
4. Kelebihan Dan Kekurangan Titrasi Bikromatometri
a) Keuntungan
a. K2Cr2O7 merupakan standar primer yang dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang
tinggi, mempunyai berat ekivalen cukup tinggi, tidak higroskopis, inert terhadap HCL,
padatan dan larutannya sangat stabil.
b. Kalium dikromat tidak direduksi oleh asam klorida dingin,asalkan konsentrasi asam itu
tak melampaui 1 atau 2 M. Sehingga tidak akan terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
c. Larutan dikromat stabil terhadap cahaya.
b) Kerugian
a) Kekuatan oksidasinya lebih lemah dan reaksinya lambat dibanding KMnO4 atau Ce(IV)

10

b) Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr3+ yang terbentuk oleh reduksi kalium
bikromat membuat tak mungkin untuk memastikan titik akhir titrasi dan perlu ditambah
indicator redoks yang memberi perubahan warna yang kuat untuk mencapai titik akhir titrasi.
5. Indikator Titrasi Redoks
Indikator titrasi redoks merupakan senyawa berwarna yang akan berubah warna jika
teroksidasi atau tereduksi. Indikator akan bereaksi secara redoks dengan penitrasi setelah
semua larutan yang dititrasi habis bereaksi dengan penitrasi, karena indicator ditambahkan
dalam jumlah kecil.
Indikator oksidasi reduksi yang ideal adalah indikator yang mempunyai potensial
oksidasi di pertengahan antara potensial oksidasi larutan yang dititrasi dan potensial oksidasi
titran dan yang memperlihatkan perubahan warna yang tajam dan mudah dideteksi.
Indikator redoks merupakan senyawa yang memperlihatkan warna yang berbeda dalam
bentuk teroksidasi dan tereduksi. Indikator harus bereaksi secara cepat dengan penetrasi. Bila
indicator bereaksi lambat maka titik akhir titrasi akan datang terlambat, sehingga akan lebih
banyak volume penetrasi yang diperlukan dari yang seharusnya.
Walaupun K2Cr2O7 berwarna jingga dan Cr3+ berwarna hijau, namun perubahan warna
tersebut tidak cukup baik untuk indikator. Sehingga masih perlu ditambahkan indikator.
Misalnya pada titrasi Fe bisa dipakai indikator asam difenil sulfonat. Perubahan warna dari
hijau ( Cr3+ ) menjadi violet.
Beberapa indukator titrasi oksidasi dan reduksi :
Indikator

Warna

Tris(5-nitro-1,10-penanthroline)

tereduksi
merah

bentuk Warna

bentuk Eo (V )

teroksidasi
biru

1,25

iron (II) sulfate, disebut nitroferoin


Tris(1,10-penanthroline) iron (II) merah

biru

1,06

sulfate, disebut ferron


Tris(2,2-bipyridine)
iron

(II) merah

biru

0,97

sulfate
Tris(4,7-dimethyl-1,10-

merah

biru

0,88

penantroline) iron (II) sulfate


Diphenylaminesulfonic acid

Tak

ungu

0,84

Diphenylamine
Methylen blue

berwarna/hijau
Tak berwarna
biru

ungu
Tak berwarna

0,76
0,53
11

1,10-penantroline vanadium
C. CONTOH

SOAL

biru
UNTUK

hijau
TITRASI

0,15

PERMANGANOMETRI

DAN

BIKROMATOMETRI
1.Titrasi Pemanganometri
Dalam suasana asam besi (II) dititrasi dengan larutan kalium permanganat 0,0206 M,
larutan KMnO4 yang diperlukan 40,20 mL. Hitunglah mg besi dalam larutan tersebut?
Penyelesaian
Dalam suasan asam:
Reduksi

: MnO4-+ 8H++ 5e Mn2+ + 4H2O

oksidasi : Fe2+ Fe3++ e

x1

x5

MnO4-+ 8H+ + 5Fe2+ Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+


Pada titik ekivalen:
Mol KMnO4 = M.V
Mol KMnO4 = M.V
= 0,0206 M x 40,2 mL
= 0,828 mmol
5 mol Fe 1 mol KMnO4
mol Fe yang diperlukan
= 5 x 0,828 mmol
= 4,14 mmol
Banyaknya Fe yang diperlukan adalah:
= 4,14 mmol Ar.Fe.
=4,14 x 56
= 231,84 mgram
=0,2318 gram

2. Titrasi Bikromatometri

12

Menghitung banyaknya volume larutan kalium bikromat yang mengandung 25g K 2Cr2O7
terlarut dalam setiap liter larutannya, apabila larutan bikromat dimaksud dalam suasana
asam dapat mengoksidasi sempurna ion Fe2+ dalam larutan yang mengandung 3,4015 g
garam FeSO4.7H2O
Penyelesaian :
25g K2Cr2O7

= 25/294 mol

N larutan K2Cr2O7

= 6 x 25/294= 0,51 grek/liter

3,4015 g FeSO4.7H2O = 3,4015/278 mol = 12,25 mmol


Banyaknya ion Fe2+ dalam larutan
12,25 mmol = 12,25 mgrek
Andaikan banyaknya volume larutan K2Cr2O7 yang diperlukan a ml :
Maka persamaannya :
0,51 X a = 12,25
Jadi :
a = 12,25/0,51
= 24,01
Jadi banyaknya volume larutan K2Cr2O7 yang diperlukan untuk mengoksidasi sempurna
ion Fe2+ adalah = 24,0 ml

13

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
a. Titrasi permanganometri merupakan titrasi yang menggunakan larutan KmnO4
sebagai titran. Dalam titrasi permnganometri tidak menggunakan indikator karena
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir
suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap. Reaksi yang
terjadi dalam standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat adalah :
MnO -(aq) + 6H+(aq)+5H C O (aq) 2Mn2+(aq)+8H O(l)+10CO (g)
4

Titrasi permanganometri berfungsi untuk mentukan kadar dari zat-zat yang bilangan
oksidasinya masih dapat dioksidasi. Contohnya dalam menentukan Fe2+ dalam suatu
sampel.
b. Titrasi Bikromatometri merupakan titrasi yang menggunakan larutan K2Cr2O7 sebagai
titran. K2Cr2O7 merupakan suatu larutan standar primer sehingga hanya perlu
menghitung massa padatan K2Cr2O7 yang akan dilarutkan untuk membuat larutan
standar primer, dan tidak perlu untuk distandarisasi lagi.
Titrasi Bikromatometri dapat digunakan untuk menentukan kadar Ion Fe2+ dalam
suatu sampel.
14

c. SARAN
Titrasi permangometri dan bikromatometri dilakukan untuk mengetahui
penetapan kadar besi atau Fe(II) dari suatu sampel dengan larutan kalium permanganate
sebagai titran pada titrasi permangometri dan dengan larutan kalium bikromat sebagai
titran pada titrasi bikromatometri. Titrasi permanganometri dan bikromatometri
merupakan titrasi jenis redoks. Pemahaman reaksi ini harus dimengerti karena dalam
ilmu kimia analisis reaksi ini diperlukan jika kita dihadapkan dengan suatu permasalahan
yaitu penetapan kadar Fe(II) dari suatu sampel yang akan digunakan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
Rivai, Harrizul. 1994.Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia : Jakarta.
Tim Dosen.2016. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar.
Semarang : Universitas Negeri Semarang
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif ., Edisi keenam. Erlangga : Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai