Oleh :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
Puji syukuri saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kimia Analitik ” tepat sesuai pada
waktunya.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik. Dalam
penyusunan makalah ini, saya mendapat bimbingan dan petunjuk dari :
1. I Wayan Karta S.Si, M.Sc selaku dosen pembimbing mata kuliah Kimia Analitik.
Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, maka kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………..i
BA II Pembahasan ....................................................................................... 3
Daftar pustaka.............................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah kebutuhan dasar bagi ke hidupan di muka bumi. Setiap penggunaan air untuk
suatu kebutuhan, diperlukan syarat syarat kualitas air sesuai peruntukannya. Salah satu syarat
yang penting adalah ukuran banyaknya zat organik yang terdapat dalam air. Oleh karena itu,
penentuan zat organik dalam air menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan
kualitas air, karena bisa menjadi salah satu ukuran seberapa jauh tingkat pencemaran pada
suatu perairan hwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber
lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya. Makin tinggi
kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar.
Analisa zat organik dalam air dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi
permanganometri. Metode titrasi ini menggunakan kalium permanganat yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun.
Reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan
larutan yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.
1
seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, jadi titrasipermanganometri ini tidak
memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih
mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida dan tiosulfat .
MnO4- + 3e → MnO42-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan
ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang
dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah
untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannyadiatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam
suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus
saring dari kaca maser.Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa
banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan
ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur
pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksidaMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan
persamaan
3
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .Tindakan pencegahan khusus harus
dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangandioksidasimengkatalisis dekomposisi
larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau
terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam
air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya,
pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui
asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan
banyak berubah selama beberapa bulan.Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu
aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasipermanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi
adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses
kelarutan.Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi
(II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor
jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida
yang masuk .Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi
dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas
dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna
kuning dari ion besi.
- Kelebihan
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator,
yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut
juga sebagai autoindikator.
- Kekurangan
4
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasipermanganometri yang dilaksanakan.4
Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi.
Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara
permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang
dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
5
Pada waktu pendidihan selama 15 menit didapatkan hasil sebesar 55,1 mg/L. Hasil ini lebih
tinggi dari kadar yang telah ditetapkan yaitu 54 mg/L. Berdasarkan prinsip penetapan dalam
SNI 06-6989.22-2004 zat organik akan dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dengan prosedur
lamanya pendidihan selama 10 menit, sehingga pada penetapan ini zat organik dapat
dipastikan telah dioksidasi dengan sempurna oleh KMnO4 berlebih dikarenakan lamanya
pendidihan telah mencapai waktu 10 menit. Namun dari hasil yang didapat, kadar zat organik
menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Menurut Khopkar (2003) KMnO4 dalam air
kestabilannya dapat dipengaruhi oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn(II), dan MnO2.
Dikarenakan zat organik telah habis teroksidasi dan pendidihan masih berlangsung, KMnO4
berlebih yang masih terdapat dalam sampel dapat terganggu kestabilannya. Selama pendidihan
yang terus berlangsung KMnO4 berlebih dalam sampel air menjadi tidak stabil dan air
teroksidasi dengan cara: Dengan terjadinya reaksi tersebut KMnO4 yang terdapat dalam
sampel menjadi berkurang. Sehingga pada saat penambahan asam oksalat, KMnO4 yang
bereaksi dengan asam oksalat akan kurang dari yang seharusnya. Akibatnya asam oksalat
yang selanjutnya akan dititrasi dengan KMnO4 menjadi lebih banyak. Hal ini dapat
menyebabkan penambahan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya
membuat hasil menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Dari penelitian yang telah dilakukan
didapatkan perbedaan ketepatan hasil zat organik yang merupakan bagian dari kesalahan
sistematika.
Untuk mendeteksi kesalahan tersebut maka dilakukan dengan mengamati secara kritis
proses pengujian secara keseluruhan yang meliputi diantaranya tahapan metode pengujian
termasuk pengendalian mutu internal dengan memastikan bahwa proses pengujian berjalan
secara efektif, kondisi instrumen atau alat yang digunakan dalam keadaan baik dan terkalibrasi,
kondisi akomodasi dan lingkungan pengujian yang memadai, bahan kimia yang digunakan
memenuhi persyaratan teknis, dan analis yang kompeten dalam melakukan pengujian tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil % Bias untuk lamanya pendidihan 5, 10, dan 15
menit secara berurutan yaitu 3,1%; 0,9%; dan 1,1%. Berdasarkan hasil tersebut dapat terbukti
tingkat ketelitian hasil yang paling baik berdasarkan atas % Bias adalah pada pendidihan
selama 10 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu diperhatikan
ketepatan dan ketelitian pada proses pendidihan dalam penetapan kadar zat organik sehingga
hasil yang dikeluarkan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Berdasarkan prosedur dalam SNI
06-6989.22-2004 lamanya waktu pendidihan untuk penetapan kadar zat organik dalam sampel
air adalah selama 10 menit, sehingga tidak diperbolehkan untuk tenaga laboratorium
melakukan pendidihan dengan waktu kurang dari atau lebih dari 10 menit. Kemudian
berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/ Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan air bahwa kadar zat organik pada air bersih adalah tidak boleh lebih dari 10
mg/L,oleh karena itu sangat penting untuk air yang akan dikonsumsi harus diolah terlebih
dahulu agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan cara pengolahan yang baik adalah dengan
memanaskan air hingga mendidih sehingga kandungan zat organik pada air tersebut dapat
berkurang.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi
permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam melihat dan
mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret dan selalu menjaga suhu larutan konstan
pada saat melakukan standarisasi.Dan pada hasil percobaan zat organik perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel langsung dari lapangan dengan
penambahan matrik sampel.
7
DAFTAR PUSTAKA
Haitami, Dinna Rakhmina, Syahid Fakhridani, 2016. Ketepatan Hasil dan Variasi Waktu
Pendidihan Pemeriksaan Zat Organik. Diakses dari
http://www.ejurnal-analiskesehatan.web.id/index.php/JAK/article/download/117/36
http://syadharzyarga.blogspot.com/2011/02/titrasi-permanganometri.html