UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik 2, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing. Dalam
pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri
penulis sehingga jauh dari harapan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
3.1.Kesimpulan ..................................................................................................30
3.2.Saran ............................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk
hasil keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan
tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan
cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi
gas.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diambil, terdapat beberapa tujuan
dari pengkajian makalah yang kami tulis, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip dari Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi?
2. Untuk mengetahui jenis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi?
3. Untuk mengetahui intrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan
fungsinya?
4. Untuk mengetahui cara kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi?
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi?
6. Untuk mengetahui aplikasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Prinsip Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Teknik ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang
polar seperti silika gel atau alumina.Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah
salah satu bentuk dari LSC.Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan
partikel-partikel micro or macro particular (berkulit tipis 37-44µ).Sebagian
4
besar dari KCKT sekarang ini dibuat untuk mencapai partikel-partikel
microparticulate lebih kecil 20µ.Teknik ini biasanya digunakan untuk zat padat
yang mudah larut dalam pelarut organik dan tidak terionisasi.Teknik ini
terutama sangat kuat untuk pemisahan isomer-isomer.
b. Kromatografi partisi
Teknik ini bergantung pada partisi zat padat diantara dua pelaru yang
tidak dapat bercampur salah satu diantranya bertindak sebagai rasa diam dan
yang lainnya sebagai fase gerak.Pada keadaan awal dari kromatografi cair
(LSC),rasa diamnya dibuat dengan cara yang sama seperti pendukung pada
kromatografi gas (GC).Fasa diam (polar atau non polar) dilapisi pada suatu
pendukung inert dan dipakai kedalam sebuah kolom.Kemudian rasa gerak
dilewatkan melalui kolom.Bentuk kromatografi partisi ini disebut kromatografi
cair-cair (LLC).
5
untuk pemisahan asam-asam amino. Teknik ini dapat dipakai untuk keduanya
kation dan anion.
a. Fase gerak
Fase gerak dalam KCKT adalah berupa zat cair dan disebut juga dengan
eluen atau pelarut. Fase gerak di dalam KCKT selain berfungsi sebagai
pembawa komponen-komponen campuran menuju detektor, fase gerak dapat
berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu, fase gerak dalam merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan proses pemisahan (Hendayana, 2006).
Sebelum digunakan, fase gerak harus dihilangkan gasnya terlebih dahulu
(degassing) untuk menghindari berkumpulnya gas dengan komponen lain pada
pompa dan detektor. Fase gerak juga harus disaring untuk menghindari
partikel-partikel kecil yang dapat terkumpul dalam kolom atau tabung yang
sempit sehingga mengakibatkan kekosongan pada kolom atau tabung tersebut.
Zat cair yang akan digunakan sebagai fase gerak harus memenuhi
beberapa persyaratan, antara lain:
(1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk sampel yang akan
dianalisis
(2) Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang
dapat mengganggu interpretasi kromatogram
(3) Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada
kolom.
(4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun
(5) Zat cair tidak kental. Umumnya tidak melebihi 0,5 cP (centi Poise)
(6) Sesuai dengan detektor yang berfungsi untuk mendeteksi solut-solut yang
keluar dari kolom analitik.
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.
6
Daya elusi dan resolusi ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas
fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Fase normal (fase diam
lebih polar dari pada fase gerak) kemampuan elusi meningkat dengan
meningkatnya polaritas pelarut dan untuk fase terbalik (fase diam kurang polar
dari pada fase gerak) kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Penentuan untuk pemilihan fase gerak dapat berdasarkan
deret eluotropik (Tabel 1.).
Parameter Parameter
kekuatan kekuatan UV cut-off
Pelarut pelarut pelarut (nm)
(adsorpsi) (partisi)
Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak, KCKT (kolomnya) dibedakan
menjadi:
7
a. Kromatografi fase normal Kromatografi dengan kolom konvensional dimana
terdiri atas :
Fase diam : normal (bersifat polar), misalnya Silika gel
Fase gerak : bersifat non polar Contohnya adalah sebuah kolom sederhana diisi
dengan partikel silika yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya heksan.
Senyawa-sen\yawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih
lama pada silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar.
Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati
kolom.
b. Kromatografi fase terbalik Kromatografi fase terbalik terdiri atas :
Fase diam yang sifatnya non polar, misalnya Silika gel direaksikan dengan
klorosilan,
Fase gerak yang bersifat polar Contoh kasusnya yaitu silika yang dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18.
Sebagai contoh, pelarut polar digunakan berupa campuran air dan alkohol
seperti metanol. Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi yang kuat antara pelarut
polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Atraksi yang
terjadi tidak akan sekuat atraksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang
berlekatan pada silika (fase diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan.
Oleh karena itu, molekul-molekul polar dalam campuran akan menghabiskan
waktunya untuk bergerak bersama dengan pelarut. Senyawa-senyawa non
polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus
hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini
juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan
hydrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam
molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh karenanya, senyawa-
senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat
dalam kolom. Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih
cepat melalui kolom. Keuntungan kromatografi fase terbalik :
8
a) Senyawa yang polar akan lebih baik pemisahannya
b) Senyawa ionic dapat dipisahkan
c) Air dapat digunakan sebagi pelarut
b. Pompa
Pada pompa jenis ini, gas bertekanan tinggi didesak ke dalam bagian atas
pompa. Gas ini mendesak eluen dalam tabung ke atas. Pompa tekanan
langsung adalah jenis pompa yang paling murah. Kekurangan utamanya ialah
bahwa gas melarut dalam pelarut. Jika pelarut yang jenuh mencapai detektor,
banyaknya gas yang terlarut dalam pelarut lebih besar daripada banyaknya gas
yang setimbang pada tekanan detektor. Hal ini sering sekali menyebabkan
terjadinya gelembung gas dalam sel detektor, yang menimbulkan noise yang
berlebihan pada detektor. Karena adanya masalah yang berkaitan dengan gas
yang terlarut dalam eluen, tekanan kerja maksimum pompa tekanan langsung
biasanya sekitar 1000 psi.
Pompa ini lebih mahal sedikit daripada pompa tekanan langsung, tetapi
banyak dipakai pada kromatografi cair. Pompa ini tidak dapat membentuk
elusi gradient. Sebaliknya pompa ini mampu menghasilkan laju aliran yang
sangat tinggi yang diperlukan dalam pemakaian preparatif.
9
2. Pompa pendesakan tetap (constant displacement)
Reciprocating pump
10
Pompa syringe
Terdapat tiga tipe dasar injector yang bias digunakan dalam KCKT :
A. Injektor septum
11
Penyuntikan pada bagian atas kolom menghasilkan kromatografi yang
sangat efisien. Injektor aliran henti dirancang untk memungkinkan
penempatan cuplikan langsung pada bagian atas (pangkal) kolom. Volum
penyuntikan harus kecil untuk mencegah agar proses kromatografi tidak
dimulai dengan pita yang lebar.
Prinsip kerja katup kitar, dimana pada saat awal sampel akan masuk
memenuhi volume loop terlebih dahulu dan akhirnya segera masuk menuju
kolom pemisahan dengan volume yang tidak berkurang sedikitpun. Pada saat
sampel diinjeksikan maka sampel tidak langsung masuk ke dalam kolom, tapi
akan memenuhi pipa dosis, terlebih dahulu. Pipa dosis ini mempunyai ukuran
volum yang bermacam- macam dari 5 ul – 2000ul. Volum sampel yang
diinjeksikan sebaiknya 5 kali dari volum pipa dosisnya.
d. Kolom
Kolom KCKT biasanya terbuat dari stainless steel. Kolom utama berisi
fase diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya. Terdapat dua jenis kolom yang sering digunakan dalam KCKT
yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor.
12
Gambar 30. Kolom KCKT
1. Kolom analitik
Kolom analitik digunakan untuk penentuan jenis dan jumlah analit yang
diperiksa. Ditinjau dari ukurannya (panjang dan diameternya) kolom KCKT
dibagi menjadi beberapa bagian sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Microbore 10 2,4 5
High Speed 6 4,6 3
13
1. Jumlah fase gerak yang dibutuhkan pada pemisahan menggunakan kolom
mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom
konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih
kecil (10 -100 μl/menit).
2. Aliran fase gerak yang lebih kecil membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spektrometer massa.
Adapun tujuan kolom dibuat dengan diameter internal sangat kecil (kolom
mikro) adalah sebagai berikut:
14
2. Kolom Preparatif
Gambar 31. Perbedaan diameter dan panjang dari kolom analitik dan kolom
preparative
15
Pompa preparatif
Sesuai namanya, jenis HPLC ini merupakan kebalikan dari HPLC Fase
Normal. Pada jenis ini, fase diam yang digunakan bersifat non-polar dan fase
geraknya bersifat polar. Fase diam yang digunakan pada fase ini biasanya
merupakan hidrokarbon alkil non polar seperti rantai C-8 atau C-18 yang
terikat pada basis silika. Kolom C18 atau Oktadesil Silika (ODS) merupakan
jenis yang paling populer digunakan dalam HPLC. Fase gerak yang kerap
16
digunakan pada fase terbalik adalah campuran air dengan pelarut polar lain
seperti Metanol, Asetonitril, atau Tetrahidrofuran.
Jenis HPLC ini digunakan untuk sampel yang bersifat ionik atau dapat
diubah menjadi ionik. Fase diamnya memiliki permukaan bermuatan ionik
yang berlawanan dengan sampel. Semakin kuat muatan komponen sampelnya,
maka komponen tersebut akan tertarik pada permukaan fase diam sehingga
akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melewatinya.
17
Kolom pertukaran ion dengan Polyethyleneimine sebagai fase diam
e. Fase diam
f. Detektor
Secara umum detektor yang ideal untuk kromatografi cair harus memiliki
semua karakteristik berikut :
18
a. Memiliki sensitifitas yang memadai. Kisaran umum sensitifitas
berkisar dari 10-8 hingga 10- 15gram zat terlarut per pembacaan
1. Detektor Universal
19
Detektor indeks bias
2. Detektor Spesifik
Terbagi menjadi :
a) Detektor Fluoresensi
20
Senyawa-senyawa yang mempunyai sifat pendar fluor secara alamiah
mempunyai struktur siklis yang terkonjugasi, misalnya hidrokarbon
aromatis polisiklis. Senyawa yang tidak berpendar fluor dapat juga dirubah
menjadi senyawa yang berpendar fluor dengan mereaksikan suatu reagen
tertentu.
Detektor fluoresensi
b) Detektor UV-Vis
21
Detektor UV merupakan detector yang paling banyak digunakan
sebagai detektor pada HPLC. Detektor UV memiliki sensitivitas dan
reliabilitas yang baik serta cocok digunakan pada banyak golongan analit,
meskipun faktanya detector UV kurang sensitive terhadap senyawa-
senyawa non polar dan senyawa yang tidak memiliki gugus kromofor.
Pada umumnya analit menyerap sinar UV pada panjang gelombang 200-
350oA, analit ini biasanya memiliki satu atau lebih ikatan rangkap
(elektron π) atau semua analit yang memiliki electron sunyi (olefin,
aromatik dan semua senyawa yang mengandung gugus fungsi –CO, -
CS,N=O dan N=N)
𝐼𝑇 = 𝐼0𝑒−𝑘𝐿𝑐
Dimana :
c = kosentrasi analit
UV
atau
ln 𝐼𝑇 = ln 𝐼0 − 𝑘𝐿𝑐
Sehingga
𝐼𝑇 = 𝐼010−𝑘𝐿𝑐
22
gelombang yang digunakan. Sehingga kosentrasi minimum yang masih
bisa dideteksi (LOD) dapat berubah sesuai dengan panjang gelombang
sumber sinar yang digunakan. Sensitivitas detector juga ditentukan oleh
panjang sel yang digunakan. Tetapi penambahan panjang sel tidak bisa
dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas, karena sel yang panjang akan
berakibat terjadinya pelebaran puncak yang berlebihan sehingga akan
menurunkan resolusi.
23
Gambar 33. Diagram Detektor UV Fixed Wafelangth
Photodiode Array
24
neurotransmitter dan metabolit mereka di dalam fluida ekstra seluler dari
jaringan otak hewan.
25
Dari Gambar waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui /dihitung.
Ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen,
bila kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding
atau proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh
hasil secara kuantitatif.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan
Banyak analisis yang mengutamakan penggunaan KCKT dalam proses
kerja mereka,hal ini dikarenakan KCKT mempunyai beberapa kelebihan
dibidang metode kromatografi lainnya,diantaranya :
1. Cepat : waktu analisis umumunya kurang dari 1 jam.Banyak analisis yang
dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit.Untuk analisis yang tidak rumit
(uncomplicated),waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai. Berbeda
dengan kromatografi lainnya, contohnya pada kromatografi kertas yang
membutuhkan waktu semalaman.
2. Selektif : sifatnya memilih jenis sampel yang digunakan, berbeda dengan
KG(Kromatografi Gas ). Pada KG, gas interaksi dengan zat padat terutama
pada fase diam saja, sedangkan KCKT berinteraksi dengan fase diam dan
fase gerak sehingga parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan.
3. Peka : KCKT sangat sensitif, yaitu dapat memisahkan senyawa yang
memiliki konsentrasi yang sangat kecil. Sehingga memang benar-benar
harus memilih komponen yang akan di pisahkan atau dimurnikan.
4. Kolom dapat dipakai lagi : Berbeda dengan kolom kromatografi
klasik,kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable). Sedangkan pada
kolom kromatografi harus ditukar. Karena pada KCKT tidak terjadi
kerusakan pada alat-alat KCKT salah satunya kolom.
5. Mudah memperoleh kembali sampel : Umumnya setektor yang digunakan
dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen
sampel yang diperiksa,oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat
dengan mudah disimpulkan setelah melewati detektor. Solvennya dapat
dihilangkan dengan menguapkan kecuali untuk kromatogarafi penukar ion
memerlukan prosedur khusus.
26
2. Resolusi yang baik sulit diperoleh, karena sampelnya dipilih selektif.
3. Mahal
4. Sampel yang digunakan jumlahnya sedikit, karena kolom yang dipakai
berukuran sangat kecil.
5. Perlu tenaga ahli untuk mengoperasikan. Yaitu butuh operator untuk
membantu dalam proses kromatografi.
27
2. Kckt untuk farmasi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu
metoda pemisahan canggih dalam analisis farrnasi yang dapat digunakan
sebagai uji identitas, uji kemumian dan penetapan kadar. Titik beratnya
adalah untuk analisis senyawasenyawa yang tidak mudah menguap dan
tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan
Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis, dengan KCKT
mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik makromolekul.
Untuk analisis dan pemisahan obat /bahan obat campuran rasemis optis
aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yang
mampu menentukan rasemis dan isomer aktif. Pada Farmakope Indonesia
Edisi III Tahun 1979 KCKT belum digunakan sebagai suatu metoda
analisis baik kualitatif maupun kuantitatif. Padahal di Farmakope negara-
negara maju sudah lama digunakan, seperti Farmakope Amerika Edisi 21
(United State of Pharmacopoeia XXI), Farmakope Jerrnan Edisi 10
(Deutches Arzneibuch 10). Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun
1995 sudah digunakan KCKT dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif
dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratus tujuh puluh tujuh) obat/bahan
obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari Farmakope Indonesia Edisi
IV Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia melalui
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan benar-benar telah mengikuti
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih
dalam bidang analisis obat. Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan
untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih
untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat / bahan obat karena hasil
analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi, waktu analisis
cepat. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat Daftar Obat-obat yang Penetapan
Kadamya dengan KCKT yang tercantum dalam Farmakope Indonesia
Edisi IV Tahun 1995.
1. Tablet Asetazolamida
2. Asetilsistein
3. Larutan Asetilsistein
4. Sisplatin
5. Sisplatin untuk Injeksi
6. Tablet Klemastin Fumarat
7. Kelindamisin Hidroklorida
8. Kapsul Klindamisin Hidroklorida
28
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa : 1. Penetapan Kadar
obat / Bahan ohat baik dalam bentuk murni maupun dalam bentuk
sediaannya ditetapkan dengan KCKT 2. Penetapan kadar Obat / Bahan
Obat dalam bentuk murni dilakukan dengan metoda lain seperti Titrasi
Bebas Air, Nitrimetri, lodo-i/metri dan lain-lain, I sedangkan Penetapan
Kadar sediaannya menggunakan KCKT. 3. Khusus untuk beberapa
Antibiotik dalam bentuk murninya dilakukan Penetapan Potensinya,
namun dalam bentuk sediaannya dilakukan Penetapan kadar dengan
KCKT. Namun ada juga Antibiotik baik bentuk murninya dan sediaannya
ditetapkan kadarnya dengan KCKT 4. Beberapa senyawa Sulfonamida
dalam bentuk murninya ditetapkan kadarnya dengan nitrimetri tetapi
dalam bentuk sediaannya dengan KCKT.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Kromatografi Cair Tingkat Tinggi ialah :
1) Jenis-jenis KCKT antara lain kromatografi padatan cair, kromatografi
partisi, kromatografi penukar ion (IEC), kromatografi eksklusi,
kromatografi pasangan ion (IPC) 3.
2) Instrumentasi pada KCKT terdiri atas : pompa, injector, kolom, detector,
system penyuntik, tendon pelarut. 4.
3) Prinsip kerja KCKT adalah pemisahan analit-analit berdasarkan
kepolarannya. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya,
dan kecepatannya untuk sampai ke detektor (waktu retensinya) akan
berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya
terpisah. 5.
4) KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi
cair klasik, antara lain: Cepat, Resolusi, Sensitivitas detector, Kolom yang
dapat digunakan kembali, Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik,
Mudah rekoveri sampel.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami ajukan melalui makalah singkat kami ini ialah agar
proses pembelajaran berjalan lancar, sebaiknya para mahasiswa menggunakan
KCKT ketika praktikum di laboratorium, tidak hanya sebatas pengetahuan materi
saja namun juga penerapan KCKT sehingga lebih dipahami lagi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Meri Susanti dan Dachriyanus, 2017, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, LPTIK,
Padang.
Putra L.,2004, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi, Jurnal
Perpustakaan Digital, USU.
Sri Wahyuni, 2014, Validasi Metode Penetapan Kadar Aliskiren dalam Plasma
Darah Secara In Vitro Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT), Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta.
31