Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM III: KELARUTAN

Kelas A3C (Farmasi Klinis)/ Kelompok 02

Nama Kelompok:

A.A.Pt.Ag. Wulandari Shri Handayani (18021076)

Putu Ayu Nita Pebriyanti (18021077)

Ni Kadek Sucahya Oktapiani (18021078)

Ni Putu Sasmitha Sekar A.P (18021080)

I Putu Arya Yayang Kresna Yuda (18021081)

Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu, 19 Oktober 2019

Nama Dosen : IGA Windra Wartana Putra, S.Farm.,M.Farm, Apt

Nama Asdos : A.A Aditya Bhadrapada Pudja

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

2019
PRATIKUM III
KELARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menerapkan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
II. DASAR TEORI

Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen.
Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan tekanan
(Lachman, 1986). Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada
sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon farmakologi (Edward dan Li, 2008;
Vemula et al., 2010). Obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air sering
membutuhkan dosis yang tinggi untuk mencapai konsentrasi terapeutik setelah pemberian
oral. Umumnya obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah memiliki kelarutan
terhadap air yang buruk (Savjani et al., 2012).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat)
yang terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling bercampur.
Oleh karena molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara merata maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan tersebut diencerkan atau dicampur
(Savjani et al., 2012). Pada sepuluh tahun terakhir ini, jumlah obat yang memiliki
kelarutannya rendah semakin meningkat. Kelarutan obat ini berkorelasi dengan
bioavaibilitas (Speiser, 1988).
Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau
kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam
formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dalam sediaan semi padat
dapat berupa pasta yang penggunaanya secara topikal. Dengan penambahan kosolven
dalam sediaan pasta dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati
membran. Sedangkan untuk sediaan trasdermal dapat berupa semprot hidung ataupun
implan (susuk).
Proses pelarutan yang melibatkan interaksi solut dengan solut, solven dengan
solven, dan solut dengan solven terdiri dari tiga tahap (Martin dkk, 1993) yaitu :
1. Tahap pertama menyangkut pemindahan suatu molekul zat dari zat terlarut pada
temperatur tertentu. Kerja yang dilakukan dalam memindahkan satu molekul dari
zat terlarut sehingga dapat lewat ke wujud uap membutuhkan pemecahan ikatan
antar molekul-molekul berdekatan. Proses pelepasan ini melibatkan energi sebesar
2W22 untuk memecah ikatan antar molekul yang berdekatan dalam kristal. Tetapi
apabila molekul melepaskan diri dari fase zat terlarut, lubang yang ditinggalkan
tertutup, dan setengah dari energi diterima kembali, maka total energi dari proses
pertama adalah W22.
2. Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang dalam pelarut yang cukup besar
untuk menerima molekul zat terlarut. Energi yang dibutuhkan pada tahap ini
adalah W11. Bilangan 11 menunjukkan bahwa interaksi terjadi antar molekul solven.
3. Tahap ketiga penempatan molekul zat terlarut dalam lubang pelarut. Lubang dalam
pelarut yang terbentuk pada gambar 2, sekarang tertutup. Pada keadaan ini, terjadi
penurunan energi sebesar – W12, selanjutnya akan terjadi penutupan rongga kembali
dan kembali terjadi penurunan energi potensial sebesar –W12, sehingga tahap ketiga
ini melibatkan energi sebesar –W12. Interaksi solut-solven ditandai dengan 12.
Pelarut Bila suatu zat melarut, kekuatan tarik-menarik antar molekul dari zat
terlarut harus diatasi oleh kekuatan tarik-menarik antara zat terlarut dengan pelarut.
Ini menyebabkan pemecahan kekuatan ikatan antar zat terlarut dan pelarut untuk
mencapai tarik-menarik zat pelarut (Martin dkk, 1993).
Pelarut Polar Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut,
yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain.
Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dengan segala perbandingan dan
melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain. Air melarutkan fenol, alkohol,
aldehid, keton amina dan senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang
dapat membentuk ikatan hidroksi dalam air(Martin dkk, 1993).
Pelarut Non Polar Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda
dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara
ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarutjuga
tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemahkarena pelarut
non polar tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena
itu, zat terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanyadapat larut sedikit dalam
pelarut non polar(Martin dkk, 1993).
Pelarut Semipolar Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat
menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga
menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzen yang mudah dipolarisasikan,
kenyataannya senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang
dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar (Martin dkk, 1993).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Beaker glass
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
4. Pipet volume
5. Pipet tetes
6. Corong
7. Buret
8. Statif
9. Erlenmeyer
10. Gelas ukur
11. Sendok tanduk
12. Kertas saring

3.2 Bahan
1. Air
2. Alcohol 70%
3. Larutan propilen glikol
4. Asam salisilat
5. Larutan NaOH 0,1N
6. Indicator phenolphatalein (PP)
IV. PROSEDUR KERJA

Dibuat 10 ml campuran dalam pelarut dengan perbandingan yang


tertera pada tabel di bawah ini :

Air (% v/v) Alcohol (%v/v) Propilen glikol


(%v/v)
60 0 40

60 5 35

60 10 30

60 15 25

60 30 10

60 35 5

60 40 0

Timbang asam salisilat sebanyak 1 gram ( 7 kali ).

Masukan ke dalam masing-masing campuran pelarut,sedikit demi


sedikit sambil dikocok dengan alat pengocok orbital selama 15
menit. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tmbahkan
lagi asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali
(ditandai dengan endapan asam salisilat yang tidak larut).
Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil saring
diberi indicator phenolphatalein dan dititrasi menggunakan larutan
NaOH 0,1N titrasi menggunakan buret bening.

Buatlah tabel dan grafik di kertas millimeter antara kelarutan asam


salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur
ditambahkan.
V. HASIL PENGAMATAN

No Air ( Alkohol Propilen Asam Volume Volume


%v/v) (%v/v) Glikol Salisilat Campuran NaOH
(ml) (ml) (%v/v) (gram) (ml) 0,1 N
(ml) (ml)
1. 60 0 40 1 5 3,6
2. 60 5 35 1 5 4
3. 60 10 30 1 5 2,5
4. 60 15 25 1 5 2,6
5. 60 30 10 1 5 2,6
6. 60 35 5 1 5 2,3
7. 60 40 0 1 5 2,8

VI. PERHITUNGAN

6.1 Normalitas Asam Salisilat

1. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

3,6 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =

N As, Salisilat = 0,072 N

2. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

4 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =

N As, Salisilat = 0,08 N

3. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

2,5 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =
N As, Salisilat = 0,05 N

4. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

2,6 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =

N As, Salisilat = 0,052 N

5. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

2,6 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =

N As, Salisilat = 0,052 N

6. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

2,3 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =

N As, Salisilat = 0,046 N

7. V NaOH x N NaOH = V As. Salisilat x N As. Salisilat

2,8 ml x 0,1 N = 5 ml x N As. Salisilat

N As. Salisilat =

N As, Salisilat = 0,056 N

6.2 Perhitungan Konstanta Dielektrik

KD alkohol = 25,7

KD air = 80,4

KD Propilen Glikol = 50

1. air = 80,4

V air = 60 (%v/v)
= 80,4 x

= 48,24

2. Propilen glikol = 50

 V propilen glikol I = 40 (%v/v)

= 50 x = 20

 V propilen glikol II = 35 (%v/v)

= 50 x = 17,5

 V propilen glikol III = 30 (%v/v)

= 50 x = 15

 V propilen glikol IV = 25 (%v/v)

= 50 x = 12,5

 V propilen glikol V = 10 (%v/v)

= 50 x =5

 V propilen glikol VI = 5 (%v/v)

= 50 x = 2,5

 V propilen glikol VII = 0 (%v/v)

= 50 x =0

Rata – rata = 10,25


3. Alkohol = 25,7

 V Alkohol I = 0 (%v/v)

= 25,7 x =0

 V Alkohol II = 5 (%v/v)

= 25,7 x = 1,28

 V Alkohol III = 10 (%v/v)

= 25,7 x = 2,57

 V Alkohol IV = 15 (%v/v)

= 25,7 x = 3,85

 V Alkohol V = 30 (%v/v)

= 25,7 x = 7,71

 V Alkohol VI = 35 (%v/v)

= 25,7 x = 8,99

 V Alkohol VII = 40 (%v/v)

= 25,7 x = 1,03

Rata – rata = 3,63


VII. PEMBAHASAN
Uraian Bahan :
1. Asam Salisilat
Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
RM/BM : C2H6O3/138,12
Rumus struktur : COOHOH
Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau
serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak
berbauk. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau
lemah.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut
dalam etanol dan dalem eter, larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel zat terlarut
( Ditjen POM 1995 : 50)
2. Alkohol
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung daricahaya, di
tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai sampel (pelarut campur)

(Ditjen POM, 1979 ; 63)

3. Air Suling
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air
Pemerian :Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel (pelarut campur)
(Ditjen POM, 1979 ; 96)
4. Propilenglikol
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain : Propilenglikol
Pemberian : cairan kental, jenih,tidak berwarna,tidak berbau,rasa
agak manis, higroskopik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel pelarut campur
(Ditjen POM, 1979; 534)

Dalam istilah farmasi, larutan di definisikan sebagai sediaan cair yang


mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air,
yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya,
tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya kelarutan atau solubilitas adalah
kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu
pelarut (solvent) (Sienko, M.J., Plane, R.A., 1961).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zattertentu
dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.Zat terlarut (solute)
adalah komponen yang mengandung jumlah zatsedikit dalam larutan yang disebut zat
terlarut(Sienko, M.J., Plane, R.A., 1961).
Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau
kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam
formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dalam sediaan semi
padat dapat berupa pasta yang penggunaanya secara topikal. Dengan penambahan
kosolven dalam sediaan pasta dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk
melewati membran. Sedangkan untuk sediaan trasdermal dapat berupa semprot
hidung ataupun implan (susuk).Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam
suatu sistem untuk membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat,
cara ini disebut kosolvensi. Cara ini cukup potensial dan sederhana dibanding
beberapa cara lain yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas
suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat mempengaruhi polaritas sistem, yang
dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan dielektrikanya(Ditjen POM, 1979;
534).
Dalam pratikum ini bertujuan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
suatu zat serta bagaimana pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat.
Solvent adalah komponenyang mengandung jumlah zat terbanyak dalam larutan yang
disebut sebagai pelarut.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain
adalah suhu, pH, ukuran partikel, tetapan dielektrik, dan penambahan zat-zat tertentu
misalnya surfaktan(Sienko dan Plane, 1961).
Asam salisilat, dikenal juga dengan asam 2-hidroksi benzoat atau asam-
ortohidro benzoat yang memiliki struktur kimia C7H6O3. Asam salisilat telah
digunakan sebagai bahan terapi topikal lebih dari 100 tahun yang lalu. Dalam bidang
dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utamanya sebagai bahan
keratolitik(Ditjen POM, 1979).
Untuk mengetahui pelarut campur terhadap kelarutan, dilakukan uji kelarutan
terhadap asam salisilat dalam pelarut aquadest, alcohol, dan campuran antara propilen
glikol dengan volume masing-masing pelarut sebanyak 10ml, divariasikan yang
dimasukan dalam tujuh buah erlenmeyer.
Untuk pelarut campur A didapatkan volume titran sebanyak 3,6 ml. Untuk
pelarut campur B didapatkan volumetitran sebanyak 4 ml. Untuk pelarut campur C
didapatkan volume titran sebanyak 2,5 ml.Untuk pelarut D didapatkan volume titran
sebanyak 2.6 ml. Untuk pelarut E didapatkan volume titran sebanyak 2,6 ml. Untuk
pelarut F didapatkan volume titran sebanyak 2,3 ml. Untuk pelarut G didapatkan
volume titran sebanyak 2,8 ml. Hal ini membuktikan makin besar tetapan dielektrik
suatu zat maka makintinggi pula kelarutannya.
Berdasarkan konsentrasi asam salisilat yang diperoleh,dapat ditentukan
hubungan antara konsentrasi asam salisilat dengan konstanta dielektrik dari pelarut
campur. Hubungan antara konsentrasi asam salisilat dengan konstanta dielektrik dari
pelarut campur akan digambarkan melalui grafik.
Dalam grafik tersebut dapat dilihat pengaruh dari masing-masing pelarut dari 7
variasi pelarut campur dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar alkohol dalam pelarut
campur tersebut maka semakin tinggi juga kelarut dari sampel yang digunakan.
VIII. SOAL PENUNTUN
1. Apa yang dimaksud konstanta dielektrik dan hubungannya terhadap kelarutan?
Jawab:
Konstanta dielektrik berhubungan dengan kepolaran suatu zat. Zat yang
memilki konstanta dielektrik dengan nilai yang tinggi merupakan zat yang bersifat
polar. Sebaliknya, zat yang konstanta dielektriknya rendah merupakan senyawa
nonpolar.Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non
polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. (Adamsons, 1982)
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat padat dalam cairan
antara lain :
a. Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak bergerak
dan kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter zat padat
tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan larutannya tidak
berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai perbedaan konsentrasi. Pada
pengadukan yang tinggi sistem menjadi turbulent. Gaya sentrifugal dari
putaran cairan mendorong partikel ke arah luar dan atas.
b. pH (keasaman atau kebasaan)
Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini bereaksi dengan
kelompok asam dan basa kuat serta dalam jarak pH tertentu berada pada
bentuk ion yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutan
elektrolit lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
c. Suhu
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat hubungannya
dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan apabila satu mol zat terlarut
dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk menghasilkan satu larutan jenuh.
d. Komposisi cairan pelarut
Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu
pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (kosolvensi) dan
kombinasi pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut disebut kosolven.
e. Ukuran partikel
Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.
f. Pengaruh surfaktan
Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat
dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan
tegangan permukaan antara zat terlarut dengan mediumnya.
g. Pembentukan kompleks
Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya
van der waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen
memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan
kovalen koordinat penting dalam beberapa kompleks logam. Salah satu faktor
yang penting dalam pembentukan kompleks molekular adalah persyaratan
ruang.
h. Tekanan
Pada umumnya perubahan volume larutan yang dikarenakan perubahan
tekanan kecil, sehingga diperlukan tekanan yang sangat besar untuk dapat
mengubah kelarutan suatu zat
(Sienko dan Plane, 1961).
IX. KESIMPULAN
1. Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas
yang terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan
homogen. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta
suhu dan tekanan. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut
yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Dalam pratikum ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu
zat serta bagaimana pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu
zat.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain adalahsuhu,
pH, ukuran partikel, tetapan dielektrik, dan penambahan zat-zat tertentu
misalnya surfaktan.
2. Pada praktikum ini didapatkan hasil yakni;untuk pelarut campur A didapatkan
volume titran sebanyak 3,6 ml. Untuk pelarut campur B didapatkan volume
titran sebanyak 4 ml. Untuk pelarut campur C didapatkan volume titran
sebanyak 2,5 ml.Untuk pelarut D didapatkan volume titran sebanyak 2.6 ml.
Untuk pelarut E didapatkan volume titran sebanyak 2,6 ml. Untuk pelarut F
didapatkan volume titran sebanyak 2,3 ml. Untuk pelarut G didapatkan volume
titran sebanyak 2,8 ml. Jadi dapat disimpulkan semakin besar tetapan dielektrik
suatu zat maka makin tinggi pula kelarutannya. Jadi semakin tinggi campuran
alkohol dalam pelarut campur maka semakin tinggi juga kelarutan dari asam
salisilat.
X. DAFTAR PUSTAKA
Adamsons, Arthur W. 1982.Physical Chemistry of Surface. A wiley-Interscience
Publication, United State Of America.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope
Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Edward K.H. dan D.Li. “Solubility” in Drug Like Properties : Concept, Structure,
Design, and Methods, from ADME to Toxicity Optimization. Elsevier.2008;56
Lachman L., H.Lieberman dan J.N. Kanig. The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy Edisi ke-3. Amerika Serikat : Lea & Febiger.1986.Solubility:
Importance and Enhancement Techniques.” ISRN
Pharmaceutics.2012;(2012): 195727.
Sareen S, Mathew G, Joseph L. Improvement In Solubility Of Poor Water-Soluble
Drugs By Solid Dispersion. International Journal of Pharmaceutical
Investigation. 2012;2(1):12-17.
Savjani Ketan T., Anuradha K. Gajjar, dan Jignasa K. Savjani. “Drug by Using
Water-Soluble Polymers: Dispersion of Beta-Carotene by
Polyvinylpyrralidone. Kolloid-Z. Polym. 1965;203(2):130-133.
Sharma D., M. Soni, S. Kumar, and G. D. Gupta, “Solubility Enhancement—
Eminent Role in Poorly Soluble Drugs,” Research Journal of Pharmacy and
Technology. 2009;2(2):220–224.
Sienko, M.J., Plane, R.A., 1961, Chemistry, 2nd Ed., 206-211, McGrawHill Book
Co., New York.
Speiser, PP. Poorly soluble drugs: a challenge in drug delivery. In Müller RH,
Benita S, Böhm B (eds). Emulsions and nanosuspensions for the formulation
of poorly soluble drugs. Medpharm Stuttgart: Scientific Publishers, pp. 15–
28. 1998.
Vemula V.R., V.Lagishetty, dan S.Lingala. Solubility Enhancement Techniques.
International Journal of Pharmaceutical Science Review and Research.
2010;5(1):41 – 51.
XI. LAMPIRAN
1. Tabel gambar titrasi pada larutan

NO KETERANGAN GAMBAR

1. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 3,6 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
2. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 4 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
3. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,5 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
4. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,6 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
5. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2, 6 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink

6. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,3 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
7. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,8 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
2. Proses Pengerjaan

Proses pencampuran larutan Larutan yang telah dicampurkan


asam salisilat diaduk sampai larut
dam homogen

Larutan yang telah dicampur Larutan disaring, hasil saringan


kemudian ditambahkan asam dipipet dengan pipet volume sebagai
salisilat sebanyak 1 gram analit dalam titrasi

Anda mungkin juga menyukai