Nama Kelompok:
2019
PRATIKUM III
KELARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menerapkan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
II. DASAR TEORI
Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen.
Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan tekanan
(Lachman, 1986). Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada
sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon farmakologi (Edward dan Li, 2008;
Vemula et al., 2010). Obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air sering
membutuhkan dosis yang tinggi untuk mencapai konsentrasi terapeutik setelah pemberian
oral. Umumnya obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah memiliki kelarutan
terhadap air yang buruk (Savjani et al., 2012).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat)
yang terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling bercampur.
Oleh karena molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara merata maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan tersebut diencerkan atau dicampur
(Savjani et al., 2012). Pada sepuluh tahun terakhir ini, jumlah obat yang memiliki
kelarutannya rendah semakin meningkat. Kelarutan obat ini berkorelasi dengan
bioavaibilitas (Speiser, 1988).
Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau
kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam
formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dalam sediaan semi padat
dapat berupa pasta yang penggunaanya secara topikal. Dengan penambahan kosolven
dalam sediaan pasta dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati
membran. Sedangkan untuk sediaan trasdermal dapat berupa semprot hidung ataupun
implan (susuk).
Proses pelarutan yang melibatkan interaksi solut dengan solut, solven dengan
solven, dan solut dengan solven terdiri dari tiga tahap (Martin dkk, 1993) yaitu :
1. Tahap pertama menyangkut pemindahan suatu molekul zat dari zat terlarut pada
temperatur tertentu. Kerja yang dilakukan dalam memindahkan satu molekul dari
zat terlarut sehingga dapat lewat ke wujud uap membutuhkan pemecahan ikatan
antar molekul-molekul berdekatan. Proses pelepasan ini melibatkan energi sebesar
2W22 untuk memecah ikatan antar molekul yang berdekatan dalam kristal. Tetapi
apabila molekul melepaskan diri dari fase zat terlarut, lubang yang ditinggalkan
tertutup, dan setengah dari energi diterima kembali, maka total energi dari proses
pertama adalah W22.
2. Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang dalam pelarut yang cukup besar
untuk menerima molekul zat terlarut. Energi yang dibutuhkan pada tahap ini
adalah W11. Bilangan 11 menunjukkan bahwa interaksi terjadi antar molekul solven.
3. Tahap ketiga penempatan molekul zat terlarut dalam lubang pelarut. Lubang dalam
pelarut yang terbentuk pada gambar 2, sekarang tertutup. Pada keadaan ini, terjadi
penurunan energi sebesar – W12, selanjutnya akan terjadi penutupan rongga kembali
dan kembali terjadi penurunan energi potensial sebesar –W12, sehingga tahap ketiga
ini melibatkan energi sebesar –W12. Interaksi solut-solven ditandai dengan 12.
Pelarut Bila suatu zat melarut, kekuatan tarik-menarik antar molekul dari zat
terlarut harus diatasi oleh kekuatan tarik-menarik antara zat terlarut dengan pelarut.
Ini menyebabkan pemecahan kekuatan ikatan antar zat terlarut dan pelarut untuk
mencapai tarik-menarik zat pelarut (Martin dkk, 1993).
Pelarut Polar Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut,
yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain.
Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dengan segala perbandingan dan
melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain. Air melarutkan fenol, alkohol,
aldehid, keton amina dan senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang
dapat membentuk ikatan hidroksi dalam air(Martin dkk, 1993).
Pelarut Non Polar Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda
dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara
ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarutjuga
tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemahkarena pelarut
non polar tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena
itu, zat terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanyadapat larut sedikit dalam
pelarut non polar(Martin dkk, 1993).
Pelarut Semipolar Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat
menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga
menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzen yang mudah dipolarisasikan,
kenyataannya senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang
dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar (Martin dkk, 1993).
3.2 Bahan
1. Air
2. Alcohol 70%
3. Larutan propilen glikol
4. Asam salisilat
5. Larutan NaOH 0,1N
6. Indicator phenolphatalein (PP)
IV. PROSEDUR KERJA
60 5 35
60 10 30
60 15 25
60 30 10
60 35 5
60 40 0
VI. PERHITUNGAN
N As. Salisilat =
N As. Salisilat =
N As. Salisilat =
N As, Salisilat = 0,05 N
N As. Salisilat =
N As. Salisilat =
N As. Salisilat =
N As. Salisilat =
KD alkohol = 25,7
KD air = 80,4
KD Propilen Glikol = 50
1. air = 80,4
V air = 60 (%v/v)
= 80,4 x
= 48,24
2. Propilen glikol = 50
= 50 x = 20
= 50 x = 17,5
= 50 x = 15
= 50 x = 12,5
= 50 x =5
= 50 x = 2,5
= 50 x =0
V Alkohol I = 0 (%v/v)
= 25,7 x =0
V Alkohol II = 5 (%v/v)
= 25,7 x = 1,28
= 25,7 x = 2,57
V Alkohol IV = 15 (%v/v)
= 25,7 x = 3,85
V Alkohol V = 30 (%v/v)
= 25,7 x = 7,71
V Alkohol VI = 35 (%v/v)
= 25,7 x = 8,99
= 25,7 x = 1,03
3. Air Suling
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air
Pemerian :Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel (pelarut campur)
(Ditjen POM, 1979 ; 96)
4. Propilenglikol
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain : Propilenglikol
Pemberian : cairan kental, jenih,tidak berwarna,tidak berbau,rasa
agak manis, higroskopik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel pelarut campur
(Ditjen POM, 1979; 534)
NO KETERANGAN GAMBAR
1. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 3,6 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
2. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 4 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
3. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,5 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
4. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,6 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
5. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2, 6 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
6. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,3 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
7. Larutan ditambahkan
indicator PP lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N dan
volume yang dihabiskan
sebanyak 2,8 ml dengan
menunjukkan perubahan
indicator berwarna merah
muda/pink
2. Proses Pengerjaan