Anda di halaman 1dari 50

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I
Hamidatun Nisa
8196142001

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STATE UNIVERSITY OF MEDAN


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Penuntun Praktikum Kimia memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan dan Pengembangan Praktikum Kimia di Perguruan Tinggi.
Dalam penyusunan bahan ajar ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan penuntun praktikum ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen, orang tua dan teman-teman, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si. selaku dosen yang telah memberikan tugas,
petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan penuntun
praktikum ini.
Semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.

Medan, Mei 2020

Penulis

i
3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………..
………………………………………………. i
Daftar Isi ………….
………………………………………………………………………… ii
Peraturan Kerja di Laboratorium ………….……………….
……………………… iii
Peraturan di Laboratorium …………………………………………………………..
iv iv
Keselamatan Laboratorium Kimia ….. v

…………………………………………….
Simbol Hazard Bahan
Kimia……………………………………………………….. vi

Percobaan 1. Identifikasi Gugus Fungsi Senyawa Organik …................. 1


Percobaan 2. Titik Lebur……..
………………………………………………………. 6
Percobaan 3. Kristalisasi..
……………………………………………………………… 8
Percobaan 4. Destilasi……………………….
……………………………………….... 13

Percobaan 5. Nitrasi Senyawa Aromatis………....................................... 18


Percobaan 6. Sintesis Aspirin
……………………………………………………… 22
Percobaan 7. Sintesis Metil Salisilat
……………………………………………… 25
Percobaan 8. Model
Molekul………………………………………………………. 28

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….......... 39

4
TATA TERTIB LABORATORIUM
1. Praktikan yang diperkenankan menggunakan laboratorium dan melakukan praktikum
adalah mahasiswa yang terdaftar secara akademik .
2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan lebih dari
5 menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir.
3. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai sepatu (dilarang mengenakan
sandal atau sepatu sandal) dan jas laboratorium dikancingkan dengan rapi.
4. Barang-barang laboratorium (alat dan bahan kimia) tidak boleh diambil atau dibawa
keluar dari laboratorium, kecuali atas perintah dan petunjuk dosen atau asisten
laboratorium.
5. Tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman kedalam laboratorium.
6. Hendaknya selalu berhati-hati dan menghindari kebakaran. Untuk menyalakan
pemanas, jangan menggunakan kertas yang dibakar.
7. Jika terjadi kecelakaan, barang pecah, atau alat rusak, harus segera dilaporkan kepada
dosen atau asisten laboratorium yang bertugas pada waktu itu.
8. Jangan mencampurkan bahan kimia sembarangan. Alat dan bahan kimia harus
digunakan menurut petunjuk yang digunakan.
9. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan meminjam alat-alat dengan mengisi
buku peminjaman alat dan menandatangani peminjaman alat.
10. Sesudah melaksanakan praktikum, alat-alat harus dikembalikan dalam keadaan bersih
dan kering serta mengisi buku peminjaman alat dan menandatangani pengembalian
alat.
11. Sebelum ditinggal, meja praktikum harus dalam keadaan bersih dan kering.
12. Setelah selesai praktikum, tangan harus dicuci hingga bersih (dengan sabun).
13. Setiap kelompok diharuskan membuat laporan praktikum sementara yang berisikan
data.

5
iii
KONTRAK KESELAMATAN KERJA
Setelah membaca dengan cermat dan mengerti maksud yang dikehendaki pada
keterangan Panduan Keselamatan dan Peraturan Keselamatan yang tertera di bawah ini,
maka saya menyetujui untuk mengikutinya.
A. PANDUAN KESELAMATAN
1. Mengetahui bahan kimia yang digunakan dalam percobaan di laboratorium dan
bahaya yang berkaitan dengannya.
2. Melaporkan setiap kecelakaan, sekecil apapun kepada asisten laboratorium.
3. Bacalah label dengan teliti.
4. Tutup kembali botol bahan kimia segera setelah digunakan untuk menghindari
kontaminasi.
5. Jaga area kerja tetap bersih dan rapi.
6. Jaga kebersihan neraca/ timbangan dan bebas dari kontaminasi, dan jangan pernah
menimbang bahan-bahan kimia secara langsung diatas panci timbangan.
7. Gunakan penjepit atau pelapis panas ketika memindahkan barang pecah belah dalam
keadaan panas.
8. Beritahu asisten mengenai tumpahan atau kerusakan apapun yang terjadi.
9. Hindari membawa botol-botol yang berisi bahan kimia ke bangku laboratorium-mu.
10. Lepaskan semua perhiasan/pakaian yang mudah lepas atau menjuntai. Ikat rambut
yang panjang.
11. Mengetahui letak seluruh perlengkapan penyelamat di dalam laboratorium:
pancuran/shower, handuk, pembasuh mata, alat pemadam kebakaran, P3K.
12. Cuci alat gelas setelah digunakan.

iv

6
B. PERATURAN KESELAMATAN
1. Dilarang bekerja di laboratorium tanpa pengawasan.
2. Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.
3. Kenakan selalu pelindung mata di dalam laboratorium, walaupun tidak sedang
melakukan percobaan.
4. Dilarang mengenakan sandal di dalam laboratorium.
5. Buanglah pecahan kaca ke dalam wadah khusus.
6. Buanglah sampah kimia ke dalam tempat yang ditunjuk atau sesuai dengan prosedur.
7. Jangan pernah meninggalkan penyalaan api tanpa pengawasan.
8. Jangan pernah mengembalikan bahan kimia yang sudah tidak digunakan ke dalam
botol reagen.
9. Jangan menunjukkan ujung tabung reaksi yang terbuka kepada siapapun di dalam
laboratorium.
10. Jangan memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar/mudah menguap dari
tutup/kapnya.
11. Dilarang melakukan eksperimen di dalam laboratorium tanpa ijin.

7
SIMBOL HAZARD DI BAHAN KIMIA

LAMBANG KETERANGAN

Eksplosive memiliki simbol huruf ‘E’

dan memiliki arti Bahan kimia yang

mudah meledak dengan adanya panas

atau percikan bunga api, gesekan atau

benturan.

Tindakan yang perlu kita lakukan

adalah hindari pukulan/benturan,

gesekan, pemanasan, api dan sumber

nyala lain bahkan tanpa oksigen

atmosferik.

Contoh bahan kimianya adalah KClO3,

NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT).

Oxidizing atau Bahan kimia bersifat

pengoksidasi, bahaya yang dapat

ditimbulkan adalah dapat menyebabkan

kebakaran dengan menghasilkan panas

saat kontak dengan bahan organik dan

bahan pereduksi. Tindakan

pencegahannya adalah Hindarkan

bahan Oxidizing (O) dari panas dan

reduktor.

Contohnya : Hidrogen peroksida,

Kalium perklorat.

vi

8
Corrosisive berarti Bahan yang bersifat

korosif atau dapat merusak jaringan

hidup, dapat menyebabkan iritasi pada

kulit, gatal-gatal dan dapat

membuat kulit mengelupas. Hindari

kontak langsung dengan kulit dan

hindari dari benda-benda yang

bersifat logam.

Contohnya HCl, H2SO4, NaOH (>2%)

Dengerous For the Environment

artinya bahan kimia yang berbahaya

bagi satu atau beberapa komponen

lingkungan yang dapat menyebabkan

kerusakan ekosistem. Hindari kontak

atau bercampur dengan lingkungan

yang dapat membahayakan makhluk

hidup. Contohnya Tributil timah

klorida, Tetraklorometan, Petroleum

bensin.

Simbol selanjutnya adalah FLamable

yang berarti bahan kimia yang

mempunyai titik nyala rendah, mudah

terbakar dengan api bunsen, permukaan

metal panas atau loncatan bunga api.

Jauhkan bahan kimia ini dari

benda-benda yang berpotensi

vii

9
mengeluarkan api. Contoh bahan kimia

ini adalah Minyak terpentin.

Toxic berarti bahan yang bersifat

beracun. Bila tertelan atau terhirup

zat ini dapat menyebabkan sakit yang

serius bahkan kematian. Tindakan

pencegahan adalah jangan ditelan dan

jangan dihirup, hindari kontak

langsung dengan kulit.

Contoh bahannya : Metanol, Benzena.

Simbol X ini merupakan simbol bahan

kimia berbahaya yaitu Irritant artinya

bahan yang dapat menyebabkan iritasi,

gatal-gatal dan dapat menyebabkan

luka bakar pada kulit. Hindari kontak

langsung dengan kulit. Contohnya

adalah NaOH, C6H5OH, Cl2.

viii

10
PERCOBAAN I

UJI KUALITATIF GUGUS FUNGSIONAL

Kompetensi Dasar : Menjelaskan identifikasi senyawa gugus fungsi


Indikator : Mampu menjelaskan identifikasi gugus fungsi
Tujuan : Mahasiswa mampu membandingkan reaksi gugus fungsi dengan
beberapa reagen pada gugus fungsi
.
DASAR TEORI

Senyawa di alam begitu banyak dan melimpah, saat ini diperkirakan sudah
mencapa jutaan dan akan terus bertambah dengan hadirnya senyawa-senyawa baru hasil
sintesis para ahli kimia organik. Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa
organik adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan
atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor. Senyawa organik
merupakan senyawa yang paling banyak dibandingkan dengan senyawa lain.

Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan karakteristik senyawa. Oleh karena
itu. Perubahan kimia terjadi pada gugus fungsi, selebihnya cenderung tetap seperti struktur
aslinya. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yang
sama. Gugus fungsi memainkan peran penting dalam nomenklatursenyawa organik,
menggabungkan nama-nama kelompok fungsional, dalam hal ini gugus fungsi terdiri atas
gugus fungsi -OH (alcohol atau alkanol), gugus fungsi -O- (eter atau alkoksi alkana), gugus
fungsi _CHO (aldehida atau alkanal), gugus fungsi -CO (keton atau alkanon), gugus fungsi
-COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat), gugus fungsi -X (haloalkana atau alkil
halida).

ALAT & BAHAN


1. ALAT
No. Nama Alat Ukuran
1. Tabung Reaksi -
2. Pemanas Listrik -
3. Gelas Ukur 10 mL
4. Termometer -
5. Beaker Glass 100 mL
6. Erlenmeyer -
7. Rak Tabung -
8. Penangas Air -
9. Pipet tetes -

2. BAHAN
N Bahan Jumlah N Bahan Jumlah N Bahan Jumlah
o o o
.
1
1 Br2 5% 1 Etanol 95 % 1 HCl 5ml(pekat)
. 0 9
. .
Toluena - 1 1-propanol - 2 AgNO3 5%
2 1 0
. . .
Aseton - 1 2-butanol - 2 NaOH 5%
3 2 1
. . .
- 1 Asetofenon - 2 NH3 encer -
4 Benzaldehida 3 2
. . .
5 Metanol 1 Klorobenzena 2 Fehling A -
. 4 3
. .
Larutan 5% 1 CrO3 5 gram 2 CuSO4.5H20 -
6 FeCl3 5 4
. . .
KMnO4 2% 1 H2SO4 5 ml (pekat) 2 Fehling B -
7 6 5
. . .
8 NAI 15 % 1 2,4- - 2 Fehling A -
. 7 dinitofenilhidra 6
. sin .
AgNO3 2% 1 dietilen glikol - 2 Aquadest -
9 8 7
. . .

PROSEDUR KERJA

1. Uji kimia ketidak jenuhan


a. Reaksi dengan Brom
Reagen : 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 1% dalam air
Dimasukkan 4 tetes sampel masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi bersih
dam kering. Ditambahkan 2 ml Br2, dikocok campuran perlahan-lahan sampai tidak
terjadi perubaha warna.

b. Oksidasi dengan KMnO4


Reagen : larutan 2% KMnO4
Dimasukkan 4 tetes sampel masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi bersih
dam kering. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan
hitam (atau larutan menjadi keruh).

2. Uji adanya Halogen


a. Reagen : 2% AgNO3 dalam etanol 95%
2
Dimasukkan 3 tetes sampel ke dalam tabung reaksi kering dan bersih.
Ditambahkan 2 ml reagen AgNO3. Didiamkan beberapa menit. Dimasukkan tabung
reaksi ke penangas air (50-60oC) bila belum terjadi endapan. Dicatat waktu yang
diperlukan untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel.

b. Reagen : larutan 15% NaI dalam aseton kering (harus dibuat baru)
Ditambahkan 3 tetes sampel ke dalam 2 ml reagen NaI ke dalam tabung reaksi
kering dan bersih. Dikocok campuran dalam tabung reaksi dan dibiarkan sekitar 3
menit. Bila tidak terjadi perubahan, dimasukkan tabung reaksi dalam penangas air
o
pada suhu 50 C. Dicatat waktu yang diperlukan untuk terbentukknya endapan.

3. Uji OH alkohol
Reagen: Larutan Asam Kromat (5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat)
Dimasukkan 4 tetes sampel ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 tetes
aseton, dan 1 tetes larutan asam kromat, dikocok campuran dan diamati perubahan
yang terjadi, positif jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau
terbentuk endapan.

4. Uji Aldehida dan Keton


A Reagen : 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat.
Dimasukkan 2 tetes sampel, 2 ml etanol 95 %, dan 1 ml larutan fenilhidrazin ke dalam
tabung reaksi. Dilakukan penggojokan kuat-kuat. Jika tidak terbentuk endapan,
dipanaskan campuran dengan pembakar spiritus. Reaksi positif jika terbentuk endapan
kunig-merah. Dicatat perubahan warna terhadap sampel aldehida dan keton.

a. Tes Fehling
Reagen : Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 ml larutan
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 ml larutan
Dimasukkan 1 ml sampel, 1 ml reagen Fehling A dan 1 ml reagen Fehling B ke dalam
tabung reaksi. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama
sekitar 5 menit. Diamati warna endapan yang terbentuk.

c. Tes Tollen
Reagen : larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH 3 encer (pengenceran 10
kali ammonia pekat).
Dimasukkan 1 ml sampel, ditambahkan 1 ml larutan 5% AgNO3 dan 1 ml larutan 5%
NaOH dan 5 tetes ammonia ke dalam tabung reaksi yang bersih. Dipanaskan tabung
reaksi di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit. Diamati endapan yang
terbentuk.

5. Uji OH Fenol
Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 2 tetes sampel, 1
ml etanol 95% dan 1 tetes larutan FeCl3 5% . Dilakukan pengocokan kuat-kuat.
3
Diamati dan dicatat terjadinya perubahan berwarna yang terjadi pada setiap sampel.
Perubahan warna dari oranye ke kehjauan akan pudar terhadap perubahan waktu.

TABEL HASIL PENGAMATAN

I. Uji Ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan Brom
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Benzaldehid
2 Aseton
3 Etanol
4 Toluena

b. Reaksi dengan KMnO4


No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Benzaldehid
2 Aseton
3 Etanol
4 Toluena

2. Uji Halogen
a. Reagen AgNO3
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Kloroform
2 Klorobensena

b. Reagen NaI
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Kloroform
2 Klorobensena

4
3. Uji adanya OH Alkohol
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Metanol
2 Etanol
3 2-butanol

4. Uji Aldehida dan Keton


a. Reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Aseton
2 Benzaldehid
3 Asetofenon
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Aseton

b. Tes Tollens
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 Aseton
2 Benzaldehid
3 Asetofenon

5. Uji Alkohol
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
1 2-butanol
2 Fenol
3 1-propanol

PERTANYAAN
1. Bagaimanakah membedakan pengamatan sampel pada uji halida dan uji
keton?
2. Tuliskan reaksi KMnO4 dengan etanol? Jelaskan perubahan yang terjadi
setelah diamati ?
3. Bagaimana perbedaan Raegen NI yang dimasukkan kedalam sampel
kloroform dan klorobenzena ?
5
PERCOBAAN II

TITIK LELEH

Kompetensi Dasar : Menjelaskan titik leleh dalam suatu sampel


Indikator : Mampu menjelaskan titik leleh sampel yang diuji coba
Tujuan : Mahasiswa mampu mengidentifikasi titik sampel pada suatu
larutan dengan tepat.

DASAR TEORI

Titik leleh suatu padatan Kristal didefinisikan sebagai suhu dimana padatan
berubah menjadi cairan di bawah tekanan total satu atmosfer. Pada titik leleh tekanan
uap dari fasa padat sama dengan tekanan uap dari fasa cair yang dinamakan mencair,
sehingga fasa padat dan fasa cair benar-benar dalam kesetimbangan satu sama lain.
Untuk zat murni titik leleh biasanya tajam, rentang pelelehan dari 0,5 1,0 oC.
Karena ketajaman dalam pelelehan ini, titik leleh dapat digunakan sebagai suatu
kriteria dari kemurnian atau sebagai alat indikasi suatu padatan. Adanya suatu
pengotor yang sedikit larut dalam padatan yang meleleh biasanya akan menghasilkan
suatu daerah pelelehan yang besar dan menurunkan suhu dimana pelelehan terjadi.

6
Gambar 1. Alat Melting Point

ALAT & BAHAN


1. ALAT

No. Nama Alat Ukuran


1. Cawan -
2. Pipa Kapiler -
3. Tabung kapiler -
4. Aluminium foil -

2. BAHAN

No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah

1 Asam Benzoat - 15 mg

2 Asam asetil salisilat - 10 ml

3 Parasetamol - 10 ml

4 Asam Salisilat - 10 ml

5 Asam sitrat - 5 ml

PROSEDUR KERJA
1. Sejumlah kristal sampel dihaluskan kemudian dimasukkan sedikit dengan cara
menekan mulut kapiler pada serbuk sampel.
2. Tabung kapiler kemudian dipegang vertical dan dimasukkan serbuk Kristal
sampel dan ditutup.
3. Tabung kapiler yang telah berisi serbuk sampel dimasukkan dalam suatu alat
melting point, dicatat titik leleh dari sampel

TABEL HASIL PENGAMATAN


o
Titik Leleh ( C)
Sampel
Literatur Percobaan
Asam benzoat
Asam asetil salisilat
Parasetamol
Asam salisilat
7
Asam sitrat

PERTANYAAN

1. Carilah sifat-sifat larutan (asam benzoate, asam asetile salisilat, parasetamol, asam
salisilat, asam sitrat) yang diperlukan untuk menjelaskan literatur pada sampel
larutan ( titik leleh,polaritas, densitas, kelarutan, wujud zat dan warna zat,
penyimpanan, rumus molekul, dll).

2. Urutkan titik leleh cairan berdasarkan percobaan (asam benzoate, asam asetil
salisilat, parasetamol, asam salisilat, asam sitrat)!

8
PERCOBAAN III

KRISTALISASI

Kompetensi Dasar : Menjelaskan kristalisasi dalam pemurnian senyawa padat yang


dihasilkan reaksi organik
Indikator : Mampu menjelaskan pemisahan dan pemurnian zat terlarut dalam
senyawa padat
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan kristalisasi dengan
mengidentifikasi pemisahan dan pemurnian zat terlarut pada
senyawa padat

DASAR TEORI

Kristalisasi adalah suatu metode untuk pemurnian senyawa padat yang dihasilkan dari
reaksi organik. Metode rekristalisasi melibatkan 5 tahap:
1. Pemilihan pelarut
Pelarut yang terbaik adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut
sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misalnya pada
titik didih pelarut tersebut. Pelarut harus memisahkan secara mudah pengotor-pengotor
dan harus mudah menguap, sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari materi yang
dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan. Pelarut tidak
boleh bereaksi dengan zat yang dimurnikan dan harus murah harganya.
2. Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas
Padatan yang dimurnikan harus dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut panas
dalam labu erlenmeyer. Pada titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai terlihat
bahwa tidak ada tambahan materi yang larut lagi.
3. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang masih panas kemudian disaring melalui kertas saring yang
ditempatkan dalam suatu corong saring.
4. Kristalisasi
Filtrat panas kemudian dibiarkan dingin dalam gelas kimia. Zat padat murni
memisahkan sebagai kristal. Jika Kristal tidak terbentuk selama pendinginan filtrat dalam
waktu cukup lama maka larutan harus dibuat lewat jenuh.

9
5. Pemisahan dan pengeringan Kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan. Penyaringan
umumnya dilakukan di bawah tekanan menggunakan corong buchner. Bila larutan
induk sudah keluar, kristal dicuci dengan pelarut dingin murni untuk menghilangkan
kotoran yang menempel. Kristal kemudian dikeringkan dengan menekan kertas
saring atau di dalam oven, desikator vakum atau piston pengeringan.

Gambar 1. Corong Butcher

ALAT & BAHAN


1. ALAT
No Nama Alat Ukuran

.
1. Tabung Reaksi -
2. Pipet Tetes -
3. Penangas Air -
4. Erlenmeyer 50 mL
5. Corong Buncher -
6. Timbangan -
7. Alat Penentu Titik Leleh -

10
2. BAHAN

No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah

1 Etanol 95 % -

2 Etil Asetat - -

3 Aseton - -

4 n-heksana - -

5 Aquades - -

6 Norit - -

7 Kapas - -

Sampel A (Tablet
8 Bodrex) - -

Sampel B (Tablet
9 Ponstan) - -

Sampel C (Tablet
10 Parasetamol) - -

PROSEDUR KERJA
A. Pemilihan Pelarut
Dimasukkan masing-masing 0.5 gram sampel A yang telah dihaluskan ke
dalam 6 tabung reaksi. Ditambahkan 2 ml akuades, etanol 95%, etil asetat, aseton,
toluen dan heksana pada masing-masing tabung reaksi. Tabung dikocok dan diamati
kelarutan sampel pada suhu kamar, dicatat hasil pengamatan. Sampel yang tidak larut
dipanaskan, lalu dikocok tabung dan dicatat kelarutannya. Dibiarkan larutan menjadi
dingin dan diamati pembentukan kristalnya. Dilakukan prosedur yang sama untuk
sampel B dan C serta ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi.
B. Rekristalisasi Sampel
Dimasukkan 0.1 gram sampel A ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 2 ml
pelarut yang sesuai dari hasil prosedur A. Dipanaskan campuran perlahan sambil
dikocok hingga semua padatan larut, lalu disaring. Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan
filtrat menjadi dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, disiapkan ice bath
untuk menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu dimasukkan wadah larutan ke dalam
ice bath dan diamati pemebentukan kristalnya. Disaring kristal dan dicuci dengan
11
sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring Buchner. Lalu dilanjutkan
penyaringan hingga kering. Kristal ditimbang dan dihitung persen recovery-nya.

TABEL HASIL PENGAMATAN

Penentuan Pelarut

Sampel A
Pelarut Suhu Kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil Asetat
Aseton
Toluena
Heksana
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut

Sampel B
Pelarut Suhu Kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil Asetat
Aseton
Toluena
Heksana
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut

Sampel C
Pelarut Suhu Kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil Asetat
Aseton
Toluena
Heksana
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut

B. Rekristalisasi Sampel

12
Sampe Perlakuan
l Pelarut Suhu Kamar Panas Dingin Kering Rendemen
Contoh Etanol Larut Larut Semua Terbentuk Terbentuk 60 %
Sebagian Kristal Serbuk
Kembali
A

Rendemen = (Berat Hasil Percobaan/Berat Sampel)x100%

PERTANYAAN

1. Bagaimana cara menghitung persen rendemen pada suatu sampel pelarut ?


2. Dari hasil percobaan, apa yang dapat anda simpulkan mengenai kristalisasi,
pemurnian dan juga pemisahan zat ?

13
PERCOBAAN IV

DESTILASI

Kompetensi Dasar : Menjelaskan pemisahan dan pemurnian zat terlarut dalam senyawa
padat
Indikator : Mampu menjelaskan pemisahan dan pemurnian zat terlarut dalam
senyawa padat
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan kristalisasi dengan mengidentifikasi
pemisahan dan pemurnian zat terlarut pada senyawa padat

DASAR TEORI

Destilasi atau penyulingan adalah metode yang banyak digunakan untuk memisahkan
campuran berdasarkan perbedaan kondisi yang diperlukan untuk mengubah fase komponen
campuran. Untuk memisahkan campuran cairan, cairan dapat dipanaskan untuk memaksa
komponen, yang memiliki titik didih berbeda, ke dalam fasa gas. Gas tersebut kemudian
dikondensasi kembali ke bentuk cair dan dikumpulkan. Jenis-jenis distilasi yang digunakan:
a. Destilasi Sederhana
Di dalam destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh
atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen
yang titik didihnya lebih rendah menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Destilasi sederhana dimanfaatkan untuk memisahkan campuran air serta
alkohol. Metoda ini digunakan untuk memurnikan cairan-cairan yang tidak terurai pada titik
didihnya dari pengotor-pengotor non volatil atau memisahkan cairan yang mempunyai
perbedaaan titik didih paling sedikit antara 70-80oC.

Gambar 1. Destilasi Sederhana

14
b. Destilasi Fraksinasi
Destilasi fraksinasi merupakan salah satu destilasi yang berfungsi memisahkan
komponen-komponen cair dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.

Konstituen dari suatu campuran cairan yang berbeda titik didihnya sekitar 30 oC atau
lebih dapat dipisahkan dengan teknik ini. Susunan peralatan sama dengan destilasi
sedergana, hanya dilengkapi dengan kolom fraksionasi. Aplikasi destilasi varian ini
digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen
dalam minyak mentah.
Perbedaan destilasi fraksionasi dengan destilasi sederhana adalah ada kolom
fraksionasi. Di dalam kolom terjadi pemanasan bertahap dengan suhu berbeda setiap
plat. Pemanasan yang berbeda-beda bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

Gambar 2 Alat Destilasi Fraksinasi


c. Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasa digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil,
terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya ataupun campuran yang memiliki
titik didih di atas 150 °C. Aplikasi metode ini digunakan untuk memurnikan cairan
organik yang terurai pada atau di bawah titik didih normalnya atau untuk cairan yang
mempunyai titik didih sangat tinggi yang sulit dilakukan pada tekanan biasa.
Metode ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih rendah jika
kondensor menggunakan air dingin, sebab komponen yang menguap tidak dapat

15
Aspirator berfungsi menurunkan tekanan pada system atau digunakan Rotary

Gambar 3. Alat Destilasi Vakum Gambar 4. Rotari Epavorator


d. Destilasi Uap
Destilasi uap menguapkan senyawa dengan suhu mendekati 100°C dalam
tekanan atmosfer yang menggunakan uap atau air mendidih. Destilasi uap digunakan
untuk campuran yang tidak larut dalam air, tetapi dapat didestilasi dengan air.
Aplikasi destilasi uap untuk mengekstrak beberapa produk alam, seperti minyak
eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari citrus atau jeruk, dan ekstraksi minyak
parfum yang tumbuhan.
Campuran dipanaskan melampaui uap air yang dialirkan ke dalam campuran.
Uap dari campuran akan naik menuju kondensor lalu masuk ke labu destilat. Metode
ini digunakan untuk memurnikan senyawa organik yang volatil, tidak bercampur
o
dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada 100 C dan mengandung
pengotor non volatile.

16
ALAT & BAHAN

1. ALAT
NO Nama Alat Ukuran
.
1. Set alat destilasi -
2. Gelas ukur 10mL
3. Erlenmeyer 50 mL
4. Statif -
5. Kertas Saring -

2. BAHAN

NO Nama Bahan Jumlah


.
1. Kayu Manis -
2. Magnesium Sulfat anhidrat -
3. Batu Didih -
4. Aquadest -

PROSEDUR KERJA

Prosedur pertama adalah melakukan persiapan sampel. Kayu manis dihaluskan


yang sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Kemudian setting alat
distilasi sesuai gambar pada buku petunjuk praktikum. Dimasukkan 10 g sampel ke
dalam labu alas bulat 250 ml. Labu diisi dengan akuades hingga setengah volume total
labu, ditambahkan batu didih. Dipasang kembali labu pada alat distilasi. Dipanaskan
labu pada mantel pemanas secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika sudah
diperoleh distilat sebanyak 100 ml atau telah dipanaskan selama 1-1,5 jam. Dicatat
volume distilat yang diperoleh, dibiarkan distilat beberapa saat hingga diperoleh 2 fasa,
fase air dan fase orgnaik. Dipisahkan minyak atsiri dari air yang ada dalam campuran
distilat lalu ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada distilat minyak atsiri dengan
cara dekantasi. Dicatat volume minyak atsiri yang diperoleh. Dihitung rendemen
minyak atsiri yang diperoleh. Diamati bau dan warna dari minyak atsiri tersebut.

HASIL PENGAMATAN

17
HASIL PENGAMATAN
Data dan Perhitungan
Data Awal Kayu Manis
Berat sampel awal : …….gram
Volume air awal : …….ml
Bau : ……………….
Bentuk awal : ……………….

Massa minyak yang dihasilkan + Erlenmeyer : ……………………… .gram


Massa Erlenmeyer :…… .……………….. gram
Massa destilat yang diperoleh :………………………. gram
Bentuk :………………………..gram
Warna :………………………..gram
Setelah ditambah MgSO4 :………………………..gram

PERTANYAAN

1. Tuliskan massa berat awal sebelum dan setelah melakukan percobaan?


2. Jelaskan kenapa dalam suatu percobaan ditambahkan dengan padatan MgSO4? Jelaskan
pengaruh dan reaksinya ?

18
PERCOBAAN V

NITRASI SENYAWA AROMATIS

Kompetensi Dasar : Menjelaskan dan mengidentifikasi reaksi substitusi karbon alifatik


yang bersifat nukleofilik dan elektrofilik melalui percobaan.
Indikator : Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi reaksi substitusi karbon
alifatik yang bersifat nukleofilik dan elektrofilik melalui percobaan.
Tujuan : Mahasiswa mampu mengidentifikasi reaksi substitusi karbon alifatik
yang bersifat nukleofilik dan elektrofilik melalui percobaan.

DASAR TEORI
` Reaksi substitusi pada atom karbon alifatik umumnya bersifat nukleofilik dan
reaksi substitusi aromatik bersifat elektrofilik. Mekanisme reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dapat dilihat sebagai berikut:
Tahap I:

Tahap II:

Reaksi tahap 1 menunjukkan benzena mendonorkan pasangan elektron bebas (PEB)


pada spesi elektrofilik (E+), menghasilkan intermediat karbokation, ion arenium. Reaksi tahap
2 melalui eliminasi sebuah proton dari ion arenium menghasilkan benzena tersubstitusi.
Reaksi monosubstitusi aromatik elektrofilik pada benzena dapat berjalan lambat atau
cepat. Gugus pensubstitusi yang meningkatkan laju reaksi disebut gugus pengaktivasi. Gugus
pensubstitusi yang menurunkan laju reaksi disebut gugus pendeaktivasi. Semua gugus yang
mengaktivasi cincin aromatik melalui dorongan elektron adalah pengarah orto-para.
Substituen penarik elektron umumnya pengarah meta. Klasifikasi gugus pengarah orto, meta
dan para dapat dilihat sebagai berikut:

19
ALAT & BAHAN

1. ALAT
No. Nama Alat Ukuran

1 Erlenmeyer 50 mL

2 Pipet tetes -

3 Gelas piala 50 dan 100 ml

4 Gela Ukur 10 mL

5 Penangas Es -

2. BAHAN

No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah

1 Nitrobenzena - -

2 Metil Benzoat - -

3 Klorobenzena - -

4 aquades - -

5 Larutan H2SO4 pekat -

6 Larutan HNO3 pekat -

PROSEDUR KERJA
1. Nitrasi Toluena
Sebanyak 3 ml toluena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah
berisi 6 ml H2SO4 pekat. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga tidak
terasa panas. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan erlenmeyer selama
10 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H 2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat ke
dalam erlenmeyer yang masih berada dalam penangas es sambil diaduk. Diamati
dengan teliti dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil
percobaan.

20
2. Nitrasi Klorobenzena
Sebanyak 2,25 ml klorobenzena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang
telah berisi 6 ml H2SO4 pekat. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga
tidak terasa panas. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan erlenmeyer
selama 10 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3
pekat ke dalam erlenmeyer yang masih berada dalam penangas es sambil diaduk.
Diamati dengan teliti dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar
pengamatan hasil percobaan.

3. Nitrasi Metil Benzoat


Sebanyak 1,5 ml metil benzoat dan 4 ml H2SO4 pekat dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 125 ml. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga tidak
terasa panas. Ditambahkan 2 ml HNO3 pekat tetes demi tetes ke dalam campuran reaksi
yang masih berada dalam penangas es, diaduk campuran reaksi dengan
menggoyangkan erlenmeyer pendinginan selama 5 menit. Diamati.

4. Nitrasi Nitrobenzena
Sebanyak 2,25 ml nitrobenzena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang
telah berisi 6 ml H2SO4 pekat. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan
erlenmeyer selama 20 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan 2
ml HNO3 pekat ke dalam erlenmeyer sambil diaduk. Diamati dengan teliti dan dicatat
setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil percobaan.

PROSEDUR KERJA
A. Sebelum Percobaan
No Nama Bahan Bentuk Warna

21
A. Sesudah Percobaan

No Sampel Hasil Percobaan

1 Toluena

2 Klorobenzena

3 Metil Benzoat

4 Nitrobenzena

PERTANYAAN

1. Bagaimana persamaan nukleofilik pada sampel percobaan toluena dan klorobenzena?


2. Gambarkan struktur benzene pada metal benzoate, nitrobenzene, klorobenzena dan
toluene ?

22
PERCOBAAN VI

SINTESA ASPIRIN

Kompetensi Dasar : Menjelaskan dan memahami kemurnian aspirin dan mensintesa


aspirin
Indikator : Mampu menjelaskan kemurnian aspirin dan mensintesa aspirin
Tujuan : Mahasiswa dapat mengidentifikasi kemurnian aspirin desertai
dengan mampu mensintesa aspirin dengan FeCl3

DASAR TEORI

Asam asetil salisilat disebut aspirin digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan
anti rematik. Aspirin dibuat dari reaksi asam salisilat dengan asam asetat anhidrida

menggunakan katalis 85% H3PO4. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Oleh karena itu, asam salisilat dapat
mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi asam
salisilat dengan metanol akan menghasilkan metil salisilat. Reaksi dengan asam asetat
anhidrida akan menghasilkan aspirin, seperti gambar berikut:

Gambar 1 Reaksi Sintesa Aspirin


Kemurnian aspirin diuji dengan menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi dengan
gugus fenol membentuk kompleks ungu atau ditentukan dengan uji titik leleh, dimana
titik leleh aspirin murni adalah 136 oC. Asam salisilat akan berubah menjadi ungu jika
FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol.
Produk direkristalisasi menggunakan pelarut alcohol 96% panas. Kemurnian
produk ditentukan dengan mudah menggunakan “spot test”. Asam salisilat memiliki
gugus fenolik, sehingga menghasilkan uji positif, sedangkan aspirin murni tidak
memberikan warna ungu.

23
ALAT & BAHAN

1. ALAT

No Nama Alat-alat Ukuran


.
1. Penagas air -
2. Erlenmeyer 125 mL
3. Batang Pengaduk -
4. Klem -
5. Corong Buncher -
6. Tabung reaksi -
7. Tabung kapiler -
8. Melting blok -
9. Bunsen -
10. Termometer
11. Buret -
BAHAN

No. Nama Bahan Konsentrasi


1. Asam asetil salisilat -
2. Anhidra asetat -
3. Asam fosfat 85 %
4. Aquadest -
5. Etanol -
6. FeCl3 -
7. Fenolptalein -
8. Tablet aspirin -
9. NaOH 0,1 M

PROSEDUR KERJA
A. Sintesa Aspirin
Ke dalam labu 100 ml dimasukkan 5 g salisilat; 7,5 g asam asetat anhidrida
(BJ: 1,08 g/ml) dan 5 tetes asam sulfat pekat. Campuran dikocok sampai homogen.

Kemudian dipanaskan di atas penangas air (suhu didalam labu ± 50-60 oC) sambil
diaduk dengan termometer selama 15 menit.

B. Isolasi
Didinginkan sambil tetap diaduk dan ditambah 75 ml air, kemudian disaring dengan
pompa vakum.
C. Pemurnian
Pemurnian dilakukan dengan rekristalisasi. Pelarut yang digunakan adalah campuran
15 ml alkohol 96% dan 40 ml aquadest. Kristal dimasukkan ke dalam pelarut dan

24
dipanaskan hingga semua kristal larut, kemudian didinginkan perlahan-lahan akan
diperoleh kristal berbentuk jarum.
D. Uji Aspirin
Disiapkan 3 tabung reaksi, asam salisilat, aspirin hasil sintesa dan aspirin murni
dimasukkan masing–masing ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 20 tetes

aquadest sanbil digoyang dan ditambah 10 tetes FeCl3 10%, diamati perubahan warna
yang terjadi.

TABEL HASIL PENGAMATAN

A. Sebelum Percobaan
No Nama Bahan Bentuk Warna
1
2
3
4
5

B. Sesudah Percobaan
Sampel Hasil Percobaan
Asam salisilat
Aspirin Pembanding
Aspirin Percobaan

PERTANYAAN
1. Prinsip apakah yang mendasari percobaan ini?
2. Dari percobaan di atas, tuliskan kesimpulan yang Anda dapatkan!

25
PERCOBAAN VII

SINTESIS METIL SALISILAT

Kompetensi Dasar : Menjelaskan dan memahami pemurnian asam metil salisilat,


pemurnian methanol dan persen rendemen
Indikator : Mampu menjelaskan pemurnian asam metil salisilat, pemurnian
methanol, serta menghitung persen rendemen
Tujuan : Mahasiswa dapat mengidentifikasi pemurnian metil salisilat,
methanol, dan menghitung persen rendemen.

DASAR TEORI

Metil salisilat diperoleh dari sintesis atau maserasi dan dilanjutkan dengan destilasi dari
daun Gaultheria procumbens Linne (Familia: Ericaceae) atau kulit batang betula lente Linne.
Metil salisilat berupa cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan, berbau khas dan

rasa seperti gandapura. Mendidih antara 219 oC dan 224 oC disertai peruraian. Senyawa ini
sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan larut dalam asam asetat glasial.
Metil salisilat digunakan sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit dan sebagai
antipiretik untuk mengurangi demam. Penggunaan obat ini untuk pemakaian topikal
mempunyai potensi analgetik sama dengan turunan salisilat-salisilat lainnya. Metil salisilat
diresorbsi baik oleh kulit dan banyak digunakan dalam obat gosok dan krim (3-10%) untuk
nyeri otot, sendi, dan lain-lain. Berdasarkan strukturnya, metil salisilat merupakan senyawa
ester, yaitu hasil reaksi esterifikasi antara asam salisilat dengan methanol.

ALAT DAN BAHAN


1. Alat
No. Nama Alat Ukuran

1 Abu alas bulat -

2 Labu destilasi -

3 Pendingin Liebig -

4 Kondensor -

5 Tabung Reaksi -

6 Corong Pisah -

26
2. Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi


1. Asam salisilat -
2. Asam sulfat pekat
3. Natrium Bikarbonat -
4. Magnesium sulfat -
anhidrat

PROSEDUR KERJA

A. Sintesis

Ke dalam labu 500 ml dimasukkan 14 gram asam salisilat, ditambahkan 40,5


ml metanol absolute, 4 ml asam sulfat pekat dan dimasukkan 2-3 buah batu didih.
o
Labu dihubungkan dengan pendingin tegak, direfluks selama 1,5 jam pada 70 -80 C.

B. Isolasi
Kelebihan metanol didestilasi pada suhu 80o C, proses dinyatakan optimal jika
tidak ada tetesan destilat. Residu dituang ke corong pisah, diambil lapisan metil
salisilat. Lapisan metil salisilat yang diperoleh ditambahkan larutan natrium
bikarbonat, digojok-gojok, dipisahkan (diulang beberapa kali sampai netral, tidak

terbentuk gelembung CO2). Hasil sintesis dikeringkan dengan cara ditambahkan 2,5 g

MgSO4 anhidrida dalam wadah erlenmeyer, didiamkan selama 30 menit pada suhu
kamar, disaring, filtrat dimurnikan lebih lanjut.

Gambar 7.1 Seperangkat Alat Destilasi Gambar 7.2 Corong Pisah


C. Pemurnian
o
Hasil isolasi didestilasi kembali dengan suhu 224 C, kemudian destilat
ditampung dalam wadah kering dan bersih. Hasil sintesis disimpan dalam wadah
gelap, tertutup rapat dan terlindung cahaya matahari.
I.
cc

Bahan Awal Setelah Pengamatan Rendemen


27
Asam Salisilat (%)
Asam Salisilat (g) Metanol (ml) (g) Metanol (ml)

Maka massa secara teoritis = mol x Mr


…… x …..
……. gram
Persen rendemen = massa praktek : massa teoritis x 100 %
1.…….gram : …….gram x 100%
2. …….. %

PERTANYAAN

1. Apa fungsi larutan asam salisilat dan methanol pada percobaan ini?
2. Berilah kesimpulan anda terhadap percobaan ini ? Hitunglah persen rendemen kedua
sampel setelah diuji !

28
PERCOBAAN VIII

MODEL MOLEKUL

Kompetensi Dasar : Menjelaskan dan memahami makna konformasi, isometri, model


geometric cincin aromatic, dan enantiomer
Indikator : Mampu menjelaskan dan memahami makna konformasi, isometri,
model geometric cincin aromatic, dan enantiomer
Tujuan : Mahasiswa dapat memahami makna konformasi, isometri,
model geometric cincin aromatic, dan enantiomer.

DASAR TEORI

Bentuk molekul merupakan konsep dasar dalam kimia organik. Molekul ini berbentuk
tiga dimensi dan interaksi ruang dari suatu bagian molekul dengan bagian molekul lainnya
sangat penting dalam menentukan sifat  fisik dan kimia dari molekul-molekul tersebut
(Syaffrudin, 2000).
Molekul terlalu kecil untuk diamati langsung. Cara efektif untuk memvisualisasikan
molekul adalah dengan menggunakan model molekul. Ada dua jenis standar model yang
sering digunakan : model bola dan model tongkat, atom-atom diwakili oleh bola kayu atau
bola plastik yang mempunyai lubang-lubang. Tongkat atau pegas digunakan untuk mewakili
ikatan kimia. Sudut-sudut yang terbentuk antar mewakili sudut ikatan dalam molekul yang
sebenarnya (Chang, 2004).
Model molekul didefinisikan sebagai gambaran ideal dari suatu sistem atau proses,
seringkali dalam bentuk persamaan matematika, atau perencanaan yang digunakan untuk
memfasilitasi perhitungan dan prediksi. Oleh karena itu, pemodelan molekul tersebut terkait
dengan cara untuk meniru perilaku molekul dan sistem molekul. Kini pemodelan molekul
terkait erat dengan pemodelan komputer,karena komputasi telah mengevolusi pemodelan
molekul menjadi lebih luas lagi (Prianto, 2010).
Bentuk molekul merupakan konsep dasar dalam kimia organik. Molekul ini berbentuk tiga
dimensi dan interaksi ruang dari suatu bagian molekul dengan bagian molekul lainnya sangat
penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari molekul-molekul tersebut (Petrucci,
1982).

29
Model ball-and-stick merupakan model tiga dimensi yang sering digunakan dalam
pembelajaran bentuk molekul. Kelebihan model ini yaitu representasi 3D yang bagus,
jumlah ikatan pada tiap atom ditunjukkan dengan tepat, panjang dan sudut ikatan juga
ditunjukkan dengan tepat. Kelemahannya adalah tidak tampaknya overlap awan elektron
dari atom yang membentuk ikatan kovalen (Ardiansyah, 2013).
Pemodelan molekul dapat digunakan untuk merancang suatu molekul sebelum dibuat
di laboratorium sehingga dapat diperoleh molekul yang diinginkan secara efisien, sebagai
contoh pemodelan molekul untuk merancang struktur zeolit sebelum dilakukan sintesis
zeolit yang dikehendaki. Senyawa organik dapat digunakan untuk menciptakan rongga dan
ukuran senyawa zeolit yang dibuat. Bentuk dan ukuran senyawa organik bersifat khas,
sehingga dapat dijadikan template untuk mendapatkan rongga rongga optimum sesuai
kebutuhan (Endrias, 2013).
Molymod merupakan media pembelajaran kimia yang terdiri atas bola warna warni
yang menggambarkan suatu atom dan mempunyai lubang sesuai dengan jumlah atom lain
yang dapat diikat oleh atom tersebut serta pasak yang menggambarkan ikatan yang terjadi
antara dua atom tersebut. Molimod dapat digunakan untuk menerangkan materi pokok
ikatan kovalen (Sari, 2013)

Gambar 1. Molymod
Bentuk geometri molekul merupakan materi kimia yang menjelaskan teori jumlah
pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan bentuk
molekul. Karakteristik materi bentuk geometri molekul ialah bersifat abstrak serta
gabungan antara pemahaman konsep dan aplikasi (Syafriani, 2014).

Gambar 2. Contoh bentuk geometri dari Molymod

30
ALAT & BAHAN

1. ALAT

No Nama alat Kategori Gambar Fungsi


1. Bola hitam (karbon) 1 Alat untuk
memperagaka
n bentuk
molekul
2. Bola hijau (klor) 1 Alat untuk
memperagaka
n bentuk
molekul
3. Bola putih (hidrogen) 1 Alat untuk
memperagaka
n bentuk
molekul

4. Batang valensi 1 Menghubungk


an bola satu
dengan bola
lainnya
(ikatan
valensi)
5. Bola merah (oksigen) 1 Alat untuk
memperagaka
n bentuk
molekul

PROSEDUR KERJA

1. Konformasi pada propena

Bola hitam (karbon) dan bola


putih (hidrogen)

Membuat model untuk molekul propana


Membuat konformasi ekstrem stabil dan tidak stabil
Membuat proyeksi Newman untuk kedua konformasi
Terbentuk konformasi goyang
dan konformasi eklips

31
2. Konformasi pada sikloheksana dan sikloheksan bersubstitusi
a. Sikloheksana

Bola hitam (karbon) dan


bola putih (hidrogen)

Membuat model molekul sikloheksana


Membuat berbagai konformasi pada model
tersebut yaitu konformasi ekstrem stabil dan tidak
stabil
Terbentuk konformasi kursi
dan konformasi perahu

b. Metil sikloheksana

Bola hitam (karbon) dan


bola putih (hidrogen)

Membuat model molekul sikloheksana


Membuat konformasi yang paling stabil untuk posisi
metil

Terbentuk struktur metil


sikloheksana (posisi aksial dan
ekuatorial)
c. 1,2-dimetil sikloheksana

Cincin sikloheksana

Memasukkan dua gugus metil pada dua atom C


yang bersebelahan
Membuat konformasinya

Terbentuk struktur cis-1,2-


dimetilsikloheksana dan trans-1,2-
dimetilsikloheksana

32
d. 1,3-dimetil sikloheksana

Cincin sikloheksana

Memasukkan dua gugus metil pada atom C1 dan


atom C3
Membuat konformasinya

Terbentuk struktur cis-1,3-


dimetilsikloheksana dan trans-1,3-
dimetilsikloheksana
e. 1,4-dimetil sikloheksana

Cincin sikloheksana

Memasukkan dua gugus metil pada atom C1 dan


atom C4
Membuat konformasinya

Terbentuk struktur cis-1,4-


dimetilsikloheksana dan trans-1,4-
dimetilsikloheksana

4. Isomer cis-trans pada alkena


a. 1,2-dikloroetena
Membuat
Bola hitam dan bolamodel
putih molekul benzene
Membandingkan struktur benzene dan siklohekasana

Membuat model molekul etena

Memasukkan 2 gugus kloro pada atom C1 dan C2

Membuat isomer dari senyawa diatas

Cis-1,2-dikloroetena dan trans-1,2-dikloroetena

33
4. Enantiomer
a. Pusat Kiral
1 bola hitam, 1 bola merah, 1 bola hijau, 1 bola putih, 1 bola biru

Membuat 2 struktur yang sama

Mengganti kedudukan dari 2 gugus dari salah satu model molekul

Mengamati sifat putaran optik

Terbentuk Enantiomer

Membuat model asetaldehid


Bola hitam, putih, merah, dan hijau
Mengambil dua buah nukleofilik

Meletakkan nukleofilik pada C karbonil pada sisi kanan (Model 1) dan pada sisi kiri (model 2)

Membandingkan model molekul

Perbandingan model
molekul asetaldehid

TABEL HASIL PENGAMATAN


1. Konformasi pada propana

No Nama Nama Struktur Gambar Gambar 3D


IUPAC Trivial Pengamatan

1. n-propana H2
C
H3C CH3
CH3
H H

H H

(Konformasi
goyang)

2. n-propana

34
H2
C
H3C CH3
H
H

H
H H H

(konformasi eklips)

2. Konformasi pada sikloheksana dan sikloheksana tersubtitusi


a. Sikloheksana

No Nama Nama Struktur Gambar Gambar 3D


IUPAC Trivial Pengamatan

1. Sikloheksana
H2
C
H2C CH2

H2C CH2
C
H2

(konformasi
kursi)

2. Sikloheksana

(konformasi
perahu)

b. Metil-sikloheksana

No Nama Nama Struktur Gambar Gambar 3D


IUPAC Trivial Pengamatan

1. Metil H2C CH2

sikloheksana H2C CH CH3

(posisi H2C CH2

aksial)
CH3

2. Metil H2C CH2

sikloheksana H2C CH CH3

(posisi H2C CH2

equatorial)

35
H

CH3

c. 1,2-dimetilsikloheksana

No Nama Nama Struktur Gambar Gambar 3D


IUPAC Trivial

1. Cis-1,2- CH3

dimetilsikloh H2C CH CH3

eksana H2C CH

H2C CH2

CH3

H
CH3

CH3
2. Trans-1,2-
dimetilsikloh H2C CH

H2C CH
eksana CH3
H2C CH2
H

CH3

CH3

d. 1,3-dimetilsikloheksana

No Nama IUPAC Nama Struktur Gambar Gambar


Trivial 3D
H2C CH2
1. Cis-1,3- CH3
dimetilsikloheksana H2C CH3 C
H
C CH2

H3C

H CH3

36
H2C CH2
2. Trans -1,3- CH3
H2C H
dimetilsikloheksana C
H
C CH2

CH3

CH3 CH3

e. 1,4-dimetilsikloheksana

No Nama IUPAC Nama Struktur Gambar Gambar 3D


Trivial
H2C CH2
1. Cis-1,4- H3C
C C
CH3

dimetilsikloheksana H
H2C CH2
H

CH3

H3C H

H2C CH2
2. Trans -1,4- H CH3
C C
dimetilsikloheksana H3C
H2C CH2
H

CH3
H H

CH3

3. Model cincin aromatic


No Nama IUPAC Nama Struktur Gambar Gambar 3D
Trivial
HC CH
1. Benzena atau 1,3-
sikloheksatriena HC CH

HC CH

4. Isomer cis-trans pada alkena


a. 1,2-dikloroetena
No Nama IUPAC Nama Struktur Gambar Gambar 3D
Trivial

37
Cl Cl
1. Cis-1,2-
dikloroetena H H

H Cl
2. Trans -1,2-
dikloroetena Cl H

b. Asam etilenadikarboksilat

No Nama IUPAC Nama Trivial Struktur Gambar Gambar 3D

O
1. Asam trans-1,2- Asam fumarat
H C OH
etilenadikarboksil O C
C C
H
at atau asam(E)-
H
butenadioat

O O
2. Asam cis-1,2- Asam maleat
HO C OH
etilenadukarboksi H
C C
H
lat atau asam (Z)-
butenadioat

5. Enantiomer
a. Pusat kiral
No Nama IUPAC Nama Trivial Struktur Gambar Gambar
3D
A A
1. -
C C
E E
B B
D D

b. Reaksi yang menghasilkan pusat kiri


No Nama IUPAC Nama Struktur Gambar Gambar

38
Trivial 3D
OH OH
1. H H -
H3C NH3 H3N CH3

PERTANYAAN

1. Gambarkan struktur 3 Dimensi pada kolom diatas yang tidak diisi gambar?
2. Berilah Penamaan trivial dan penaman IUPAC pada struktur yang diamati !
3. Berilah kesimpulan anda terhadap percobaan ini ?

39
DAFTAR PUSTAKA

Brian S. Furniss, B. S., Hannaford, A. J., Smith, P. W. G., Tatchell, A. R., 1989,
Vogel’s Textbook Of Practical Organic Chemistry, 5th edition, Longman
Scientific And Technical, John Wiley and Sons, New York.
Wilcox, Jr., C. F., and Wilcox, M. F., 1995, Experimental Organic Chemistry; A
Small-Scale Approach, 2nd edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid
Jakarta: Erlangga
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Aksara Baru

40

Anda mungkin juga menyukai