KIMIA DASAR I
Oleh :
Dwi Kartika, S.Si., M.Sc
Dra. Eva Vaulina, YD., M.Si
Hal
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. PERATURAN DAN TATA TERTIB.................................... 1
B. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3).. 2
C. MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN................... 5
D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN...... 6
PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA.............................. 9
PERCOBAAN II
KALIBRASI ALAT PENGUKUR VOLUME (VOLUMETRI) ....... 21
PERCOBAAN III
PENENTUAN SIFAT FISIK ZAT..................................................... 25
PERCOBAAN IV
TEKNIK PEMISAHAN DAN PEMURNIAN................................... 31
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI KATION DAN ANION........................................... 36
PERCOBAAN VI
STOKIOMETRI: PENENTUAN RUMUS KIMIA............................ 43
PERCOBAAN VII
REAKSI ASAM BASA...................................................................... 49
PERCOBAAN VIII
REAKSI REDOKS.............................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 61
GAS-GAS BERACUN.
Gas-gas beracun pada umumnya berupa CO, H 2S, Uap Hg, HCN,
AsH3, NO2, Cl2, Br2.
1. Untuk mencegah terjadinya keracunan gas, maka percobaan yang
menggunakan atau menimbulkan bahan-bahan beracun harus
dilakukan dalam ruangan asam.
TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal alat-alat praktikum dan bahan-bahan kimia serta cara
penimbangan
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa dapat mengenal alat-alat praktikum dan kegunaannya.
2. Mahasiswa dapat mengenal bahan-bahan kimia, rumus molekul,
bobot molekul dan derajat kemurniannya.
3. Mahasiswa dapat mengenal alat dan cara menimbang.
TEORI DASAR
A. PENGENALAN ALAT
dengan standar deviasi 0,1%. Pipet mikro ini ada yang dirancang
secara otomatis.
7. Pipet tetes, yaitu pipet gelas yang dilengkapi dengan penyedot
karet untuk memindahkan larutan yang volumenya tidak perlu
diperhatikan.
8. Tabung reaksi, tabung yang digunakan untuk mereaksikan zat.
9. Labu Erlenmeyer, yaitu labu gelas atau tempat menampung
larutan. Erlenmeyer ada yang berskala ada juga yang tidak
berskala, ada yang bertutup dan juga tidak bertutup. Dalam
volumetri labu Erlenmeyer digunakan untuk mentitrasi larutan
yang akan ditetapkan normalitasnya.
10. Labu didih, labu gelas yang digunakan mendidihkan larutan.
11. Beaker glas, yaitu bejana dari gelas berbentuk silinder yang
bercucuk, digunakan untuk menampung zat atau larutan. Beaker
glass ada yang berskala dan ada yang tidak berskala.
12. Termometer, untuk mengukur suhu.
13. Desikator, alat untuk menyimpan bahan dan benda supaya tetap
kering terutama bahan-bahan higroskopis.
PROSEDUR PERCOBAAN
A. PENGENALAN ALAT
1. Amatilah contoh alat yang disediakan. Tuliskan minimal 20 (dua
puluh) nama alat sesuai dengan nomor alat beserta
penggunaan/fungsinya.
2. Dengan dipandu oleh asisten, praktekkan penggunaan masing-
masing alat dengan benar.
C. PENIMBANGAN
1. Persiapan Menimbang :
a. Periksa water pass (air bubble) putar kaki neraca pada bagian
belakang jika gelembung udara tidak terletak di tengah lingkaran.
b. Bersihkan semua bagiandalam neraca termasuk piringannya.
c. Hubungkan dengan arus listrik.
2. Penimbangan
a. Pintu neraca dalam keadaan tertutup. Tekan tombol on dan
biarkan sampai neraca terbaca angka 0,000 g.
b. Buka pintu neraca, lalu letakkan wadah kosong di atas piring
neraca.
c. Catat wadah kosong (ingat pintu dalam keadaan tertutup).
d. Timbang sejumlah zat yang diinginkan dengan cara memasukkan
zat sedikit demi sedikit ke dalam wadah sampai menunjukkan
angka tertentu.
e. Catat bobot wadah beserta isinya.
f. Bobot zat adalah selisih bobot wadah dari atas piringan dikurangi
bobot wadah kosong.
a. Tekan tombol off dan keluarkan wadah dari atas piringan serta
bersihkan semua bagian dalam neraca lalu tutup kedua pintu
neraca.
b. Lepaskan kabel yang dihubungkan ke stop kontak.
TUJUAN PERCOBAAN
Menguasai teknik kalibrasi alat pengukur volume.
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik kalibrasi alat pengukur
volume.
2. Mahasiswa mampu menentukan volume sebenarnya labu takar,
buret, pipet volumetrik, dan pipet Mohr.
TEORI DASAR
Buret, pipet, labu seukuran, gelas ukur merupakan alat pengukur
volume sederhana yang umum ada di Laboratorium Kimia. Alat-alat
pengukur volume seringkali perlu dikalibrasi sebelum dipergunakan. Hal
itu disebabkan karena kemungkinan kesalahan/kekurang telitian dalam
pembuatannya. Mengingat hasil kalibrasi ini merupakan salah satu
panduan dalam menilai alat ukur yang digunakan masih layak atau tidak,
dan untuk suatu proses produksi alat ukur biasanya berpengaruh langsung
dengan kualitas produk maka proses kalibrasi ini sangatlah penting kita
perhatikan, karena kesalahan dalam kalibrasi juga berakibat pada hasil
ukur yang tidak tepat dan bisa berakibat fatal pada produk yang
PROSEDUR PERCOBAAN
Alat dan Alat:
- Neraca analitik (digital), labu takar 50 mL, buret 50 mL, pipet
volumetri 10 dan 25 mL, pipet Mohr 10 dan 25 mL, erlenmeyer
100 mL bertutup yang telah dicuci dan dikeringkan, aquadest.
B. KALIBRASI BURET
1. Isi buret dengan aquadest sampai meniscus mencapai 0,00
ataupun daerah berskala.
2. Timbang Erlenmeyer kosong yang telah bersih dan kering
dengan tutupnya
3. Keluarkan 10 mL air dari buret (catat dengan teliti meniscus awal
dan akhir cairan), tampung dalam Erlenmeyer (2), tutup dan
kemudian timbang.
4. Ulangi seperti tahap ke 3, tetapi dengan jumlah air 0-20, 0-30, 0-
40 dan 0-50 mL
5. Perhitungkan volume yang sebenarnya dari data berdasarkan
volume untuk 1 gram air pada berbagai suhu (Tabel 1).
6. Percobaan dilakukan secara duplo atau triplo.
Buret
Pipet
Volumetric
Pipet Mohr
-----------------------
TUJUAN PERCOBAAN
Memahami sifat fisik zat padat dan zat cair.
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami sifat fisik zat dan zat cair.
2. Mahasiswa mampu menentukan kelarutan zat padat.
3. Mahasiswa mampu menentukan berat jenis zat padat dan zat cair.
4. Mahasiswa mampu menentukan massa jenis zat.
TEORI DASAR
Sifat fisik suatu zat merupakan karakteristik dari zat yang dapat
diamati dan diukur tanpa mengubah komposisi kimia dari zat tersebut.
Warna, masa jenis dan wujud zat (cair, padat, gas) merupakan sifat fisik
yang berhubungan dengan kualitas dari zat di mana dapat langsung
diamati atau diukur.
Sifat fisik lain yang berhubungan dengan kondisi di mana terjadi
perubahan fisik adalah kelarutan dari zat tersebut dengan pelarut tertentu,
temperatur untuk mencairnya zat padat, atau mendidihnya zat cair pada
tekanan tertentu. Pada umumnya setiap zat mempunyai sifat fisik tertentu
yang dapat dipakai untuk identifikasi. Contohnya : titik leleh titanium
Berat jenis air pada 4oC adalah 1,000 g/cm3 dan pada 20 oC
adalah 0,9982 g/cm3. Zat dengan berat jenis yang lebih kecil dari air akan
mengapung di permukaan air dan akan tenggelam/terendapkan jika zat
tersebut mempunyai berat jenis lebih besar dari air.
PROSEDUR PERCOBAAN
-----------------------------
TUJUAN PERCOBAAN
Memahami teknik pemisahan dan pemurnian zat melalui
penyaringan, dekantasi, ekstraksi, sublimasi, kristalisasi, dan destilasi.
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik penyaringan.
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik dekantasi.
3. Mahasiswa mampu melakukan teknik ekstraksi.
4. Mahasiswa mampu melakukan teknik sublimasi.
5. Mahasiswa mampu melakukan teknik kristalisasi.
6. Mahasiswa mampu melakukan teknik destilasi.
TEORI DASAR
Teknik pemisahan yang paling sederhana adalah penyaringan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan corong dan kertas saring,
atau corong buchner tergantung dari ukuran partikel endapan. Berbeda
dengan penyaringan, proses dekantasi merupakan pemisahan endapan
dari filtrat tanpa penyaringan tetapi melalui penuangan filtrat
Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutan zat tersebut di antara dua pelarut yang tidak
bercampur. Sublimasi adalah penguapan langsung padatan pada kondisi
PROSEDUR PERCOBAAN
A. PENYARINGAN DAN DEKANTASI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah kertas saring, corong, gelas piala 125
mL, pipet tetes, neraca analitik, sentrifuse, tabung sentrifuse, gelas
ukur, batang pengaduk, statip dan klem. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah CaCO3 dan akuades.
Prosedur :
1. Dengan menggunakan neraca analitik timbanglah 1 g CaCO 3.
Larutkan dalam akuades 50 mL. Larutan dibagi menjadi dua
bagian. Sebagian larutan disaring sehingga edapan terpisah dari
B. EKSTRAKSI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan meliputi corong pisah 100 mL, statip, dan gelas
piala 100 mL. Sedangkan bahan yang digunakan adalah n-heksana,
larutan I2 dan larutan sampel.
Prosedur :
1. Masukkan 10 mL akuades dan 10 mL n-heksana ke dalam corong
pisah, amati kemudian tambahkan 1 mL larutan I2.
2. Tutup corong pisah dan kocok dengan baik untuk mencampurkan
larutan. Sekali-kali buka kran corong pisah dengan arah
menghadap ke atas untuk mengurangi tekanan di dalam corong.
(asisten akan memberikan contoh)
3. Masih dalam keadaan tertutup, tempatkan corong pisah pada
statip. Biarkan selama beberapa menit agar cairan memisah
dengan sempurna. Larutan n-heksana yang mempunyai berat
jenis lebih rendah dari pada akuades akan berada di lapisan atas
larutan, sedangkan akuades berada pada lapisan bawah. I2 akan
C. SUBLIMASI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah gelas arloji, gelas piala 100 mL, hot plate
dan spatula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah naftalen,
aquades dan es batu.
Prosedur :
1. Letakkan 0,5 gram serbuk naftalen (sebelumnya ditimbang
terlebih dahulu) ke dalam gelas piala 100 mL dan tutup dengan
gelas arloji.
2. Letakkan beberapa es batu di atas gelas arloji kemudian gelas
piala tersebut dipanaskan.
3. Ambil gelas arloji tersebut dan kumpulkan kristal yang terbentuk.
Catat pengamatan.
D. DESTILASI
Alat dan Bahan :
Alat dan bahan yang digunakan adalah 1 set alat destilasi dan spirtus.
Prosedur :
(Asisten akan melakukan demo destilasi untuk memurnikan spirtus).
Perhatikan alat destilasi saat proses destilasi sedang berlangsung.
Gambar alat destilasi dan bagaimana cara bekerjanya.
--------------------------------
TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi logam dengan reaksi nyala serta kation dan
anion dengan reaksi basah.
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi logam dengan reaksi nyala.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kation dengan reaksi basah.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi anion dengan reaksi basah.
TEORI DASAR
Identifikasi merupakan salah satu analisis kualitatif yang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kimia dan fisikokimia. Agar
suatu zat dapat diidentifikasi maka zat tersebut harus direaksikan dengan
zat lain menjadi senyawa baru yang sifatnya mudah dikenali. Perubahan
ini disebut reaksi kimia dan zat yang digunakan untuk perubahan disebut
zat pereaksi atau reagen. Reaksi kimia dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering
Cara reaksi kering biasanya dipakai untuk pengujian pendahuluan
terhadap kemurnian endapan dan pengujian adanya mineral dalam suatu
Reaksi basah
Reaksi basah mudah dilakukan dan jalannya reaksi dapat diikuti
dari :
a. pembentukan endapan
b. perubahan warna
c. pengeluaran gas atau bau yang spesifik
Keuntungan reaksi basah terutama dalam analisa kualitatif adalah
sebagian besar jalannya reaksi kimia mudah dilihat dari perubahan warna
PROSEDUR PERCOBAAN
A. STRUKTUR NYALA BUNSEN
Prosedur :
1. Sementara kran gas ditutup, buka pengatur aliran gas dengan
memutar ke kiri (berlawanan arah jarum jam)
2. Tutup rapat keping udara.
3. Nyalakan korek api (jangan gunakan kertas, kain atau media
yang lain !)
4. Buka kran gas dan dekatkan batang api ke mulut cerobong.
5. Atur keping udara sampai warna nyala tidak kuning. Amati dan
gambar struktur nyala api Bunsen.
-------------------------------
TUJUAN PERCOBAAN
Memahami reaksi stoikiometri untuk menyelesaikan perssamaan
kimia dan memahami stoikiometri suatu system
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu mengembangkan persamaan untuk reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mampu menentukan perbandingan kation dan anion
pada persenyawaan tertentu
3. Mahasiswa mampu memahami stoikiometri system larutan.
TEORI DASAR
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree)
merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut
perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya
perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H 2O. Kata stoikiometri
berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan
2. Bilas pengaduk gelas dan aduk setiap larutan. Perlu lebih teliti
untuk membilas dan mengeringkan pengaduk untuk setiap larutan
yang berbeda.
3. Dengan pipet tetes yang bersih ambil sebagian filtrat dari tabung
reaksi I dan masukkan masing-masing 5 tetes kedalam dua
tabung bersih (tabung A dan B)
B. STOIKIOMETRI LARUTAN
Alat dan Bahan :
- Gelas Piala 100 mL, batang pengaduk, termometer
- CuSO4 1 M, NaOH 2M
Prosedur percobaan :
1. Masukkan 40 mL NaOH kedalam beaker gelas dan catat
temperaturnya.
2. Sambil diaduk, tambahkan 10 mL larutan CuSO 4 yang diketahui
temperatur awalnya (sebelum pencampuran, temperatur larutan
CuSO4 diatur agar sama dengan temperatur NaOH dalam beaker
gelas) dan amati temperatur campuran tersebut.
C. STOIKIOMETRI ASAM-BASA
Alat dan Bahan
- Gelas piala, termometer, batang pengaduk
- NaOH 1M, HCl 1M
Prosedur Percobaan :
1. Masukkan bertururt-turut 5, 10, 15, 20, dan 25 mL larutan NaOH
kedalam 5 buah beaker gelas. Temperatur dicatat.
2. Masukkan pula berturut-turut 5, 10, 15, 20, dan 25 mL. larutan
NaCl kedalam 5 buah beaker gelas yang lainnya. Temperatur di
catat.
3. Kedua larutan dicampurkan dengan sedemikianrupa sehingga
volume campuran larutan asam dan basa ini tetap yaitu 30 mL.
4. Aduk masing-masing campuran tersebut dan catat temperaturnya
5. Buat grafik antara ∆T (sumbu Y) dengan volume asam (sumbu
X) dan tentukan stoikiometri reaksi asam-basa tersebut.
----------------------------
TUJUAN PERCOBAAN
Menguasai teknik titrasi asam basa
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi asam-basa.
2. Mahasiswa mampu menguasai teknik titrasi asam-basa
3. Mahasiswa mampu membuat larutan standard
4. Mahasiswa terampil dan dapat melakukan pekerjaan secara baik
dan teliti dengan kesalahan sekecil mungkin.
TEORI DASAR
Dalam perkembangan teori asam-basa dimulai dengan
mengklasifikasi zat-zat menjadi asam atau basa yang didasarkan atas
sifat-sifat dan karakteristik yang ditunjukkan oleh zat-zat tersebut dalam
larutan air. Asam dan Basa mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat
mempermudah kita untuk mengenalnya. Misalnya larutan asam
mempunyai rasa asam. Sebagai contoh jus lemon dan cuka rasanya asam.
Sedangkan basa memiliki rasa pahit atau sepat, sebagai contonya adalah
sabun. Selain rasa, sifat-sifat asam dan baa juga dapat ditentukan dengan
melihat pengaruhnya terhadap indikator. Indikator merupakan suatu zat
kimia yang dapat berubah warnanya tergantung dari keasaman atau
Asam-Basa Arhenius
Asam-Basa Bronsted-Lowry
Tahun 1923 J.N Bronsted di Denmark dan T.M. Lowry di inggris secara
terpisa memberikan cara lain dalam mendefiniasikan asam dan basa.
Asam adalah donor proton dan basa adalah aseptor proton. Definisi ini
dapat mengklasifikasikan sifat asam atau basa suatu larutan dalam pelarut
lainnya selain pelarut air.
Asam-basa Lewis
Teori yang sangat umum mengenai prilaku asam dan basa dinyatakan
oleh G.N. Lewis. Menurut konsep ini, suatu asam lewis adalah sebagai
spesi apa saja bertindak sebagai penerima pasangan electron dalam reaksi
kimia, dan suatu basa lewis ialah donor pasangan electron. Definisi lewis
memperluas konsep asam-basa ke sejumlah reaksi yang tidak melibatkan
transfer proton.
VA . NA = VB . NB
PROSEDUR PERCOBAAN
A. PEMBUATAN DAN PENETAPAN LARUTAN
STANDAR
Alat dan Bahan
- Neraca analitik, labu volumetri 100 mL, gelas piala 50 mL,
corong, pipet tetes
- Kristal H2C2O4 0,1N, aquades
Prosedur percobaan :
1. Timbang dengan teliti sejumlah kristal asam oksalat yang diperlukan
untuk membuat larutan asam oksalat 0,1 dalam 100mL.
2. Larutkan asam oksalat tersebut mula-mula dengan 25 mL aquades
dalam sebuah gelas piala 50 mL
3. Tuangkan dalam labu volumetri 100 mL dan tambahkan aquades
sambil membilas gelas piala sampai mendekati tanda batas.
Kemudian tambahkan aquades dengan pipet tetes tepat sampai tanda
batas.
4. Tutup labu volumetri, kemudian dikocok sambil dijungkirbalikkan
agar larutan homogen. Hitung normalitas asam oksalat sebagai
----------------------
TUJUAN PERCOBAAN
Menguasai teknik titrasi redoks dan menentukan reaktivitas
logam
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu menjelaskan reaksi reaksi redoks.
2. Mahasiswa mampu menguasai teknik titrasi titrasi redoks
3. Mahasiswa mampu mengurutan reaktivitas logam-logam
berdasarkan reaksi redoks
4. Mahasiswa terampil dan dapat melakukan pekerjaan secara baik
dan teliti dengan kesalahan sekecil mungkin.
TEORI DASAR
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan
oksidasi. Reaksi redoks selalu terdiri atas setengah reaksi reduksi dan
setengah reaksi oksidasi. Reaksi keseluruhannya disebut sebagai reaksi
redoks. Reaksi redoks ditandai dengan perubahan bilangan oksidasi pada
saat pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Cara menyamakan persamaan
reaksi redoks telah dipelajari pada stoikiometri.
Contoh reaksi redoks:
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Oksidasi : Fe2+ Fe3+ + e
PROSEDUR PERCOBAAN
A. TITRASI REDOKS
Alat dan Bahan :
- Buret, statif, Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 10 mL,
penangas
- KMnO4 ; H2C2O4 0,1N; H2SO4 4N; larutan sampel
Prosedur percobaan :
1. Isilah buret dengan larutan KMnO4 tepat pada titik “nol”.
2. Pipetlah 10 mL larutan asam oksalat 0,1 N ke dalam labu
Erlenmeyer. Tambahkan 5 mL H2SO4 4N, panaskan dengan penangas
sampai 80oC.
3. Titrasi larutan tersebut dengan larutan KMnO 4 sampai terbentuk
warna merah muda. Hitung normalitas KMnO4
4. Untuk menentukan kadar sampel logam, pipetlah 10 mL larutan
sampel kedalam Erlenmeyer dan tambahkan 5 mL H 2SO4 4N
5. Lakukan titrasi dan hitunglah normalitas KMnO 4.
6. Hitunglah berapa gram kadar sampel logam yang terdapat dalam
larutan sampel.
Prosedur percobaan :
1 Logam Fe digosok menggunakan kikir/ampelas kemudian dipotong
kecil-kecil dengan ukuran 0,3 cm x 0,3 cm (atau sedikit lebih
besar).
2 Lima tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan Fe(NO3)3
0,1 M; ZnSO4 0,1 M; CuSO4 0,1 M; Pb(NO3)2 0,1 M dan HCl 4 M.
3 Sepotong logam Fe yang telah digosok dimasukkan ke dalam lima
tabung reaksi di atas dan amati apa yang terjadi.
4 Langkah 1sampai dengan 3 diulangi untuk logam Zn, Cu, dan Pb.
5 Data yang diperoleh digunakan untuk memprediksi reaksi-reaksi
yang terjadi dan menentukan urutan reaktivitas logam Fe, Zn, Cu
dan Pb
Mengetahui,
Dekan Fakultas MIPA