Anda di halaman 1dari 66

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

Oleh :
Dwi Kartika, S.Si., M.Sc
Dra. Eva Vaulina, YD., M.Si

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page i


KATA PENGANTAR

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat, struktur,


energi, dan perubahan-perubahannya. Untuk lebih memahami ilmu kimia,
selain mempelajari teori secara mendalam, penting pula dilakukan
eksperimen, baik di laboratorium ataupun di lapangan. Dalam melakukan
eksperimen, perlu adanya pemahaman terlebih dahulu tentang berbagai
hal yang ada hubungannya dengan eksperimen yang akan dilakukan, di
samping itu adanya pedoman eksperimen (petunjuk praktikum) juga akan
membantu dan mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum di laboratorium, serta untuk meminimalisasi tingkat kesalahan.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I disusun untuk membantu
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Kimia Dasar I yang
merupakan implementasi dari kuliah Kimia Dasar I. Walaupun materi
praktikum Kimia Dasar I belum mencakup semua materi kuliah Kimia
Dasar I, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami
materi kuliah khususnya yang berhubungan dengan materi pengenalan
alat dan bahan kimia, kalibrasi alat pengukur volume (volumetri),
penentuan sifat fisik zat, teknik pemisahan dan pemurnian, identifikasi
kation dan anion, stokiometri: penentuan rumus kimia, reaksi asam basa
dan sistem redoks.
Petunjuk pratikum ini dilengkapi pula dengan peraturan dan tata
tertib, keamanan dan keselamtan kerja, cara mencegah terjadinya
kecelakaan, dan pertolongan pertama pada kecelakaan. Kritik dan saran
dari pembaca untuk perbaikan petunjuk praktikum ini sangat kami
harapkan. Semoga petunjuk praktikum ini dapat bermanfaat dan kami
ucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan petunjuk praktikum ini.

Purwokerto, Juni 2017


Penulis.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page ii


DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. PERATURAN DAN TATA TERTIB.................................... 1
B. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3).. 2
C. MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN................... 5
D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN...... 6
PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA.............................. 9
PERCOBAAN II
KALIBRASI ALAT PENGUKUR VOLUME (VOLUMETRI) ....... 21
PERCOBAAN III
PENENTUAN SIFAT FISIK ZAT..................................................... 25
PERCOBAAN IV
TEKNIK PEMISAHAN DAN PEMURNIAN................................... 31
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI KATION DAN ANION........................................... 36
PERCOBAAN VI
STOKIOMETRI: PENENTUAN RUMUS KIMIA............................ 43
PERCOBAAN VII
REAKSI ASAM BASA...................................................................... 49
PERCOBAAN VIII
REAKSI REDOKS.............................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 61

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page iii


PENDAHULUAN

A. PERATURAN DAN TATA TERTIB


1. Praktikan datang tepat pada waktunya (± 10 menit sebelum
praktikum dimulai).
2. Praktikan harus sudah mempersiapkan apa yang akan dilakukan
dalam praktikum (tujuan percobaan, bahan dan alat yang
digunakan dan cara kerja percobaan)
3. Pada waktu melakukan percobaan praktikan harus memakai jas
praktikum warna putih, apabila diperlukan harus menggunakan
alat pengaman seperti sarung tangan, masker dan kaca mata
pengaman.
4. Tidak boleh makan/minum, merokok dan bersendau gurau
selama praktikum.
5. Selama percobaan dilakukan, praktikan harus mengamati dengan
cermat percobaannya dan mencatat hasil yang diperoleh seperti:
berat/volume hasil, bentuk, warna, bau, titik didih, titik lebur dan
sebagainya.
6. Setelah selesai percobaan, praktikan harus membersihkan alat-
alat gelas, meja, lantai serta merapikan kembali meja kerja.
7. Praktikan harus membuat laporan sementara setelah selesai
praktikum dan menyerahkan laporan resmi sebelum percobaab
berikutnya.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 1


B. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Di dalam bekerja di laboratorium kimia praktikan dihadapkan
pada pekerjaan dengan resiko yang besar. Hal ini disebabkan karena
dalam setiap percobaan digunakan:
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah
terbakar, korosif, dan bersifat racun.
2. Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tangan
atau muka kita.
3. Reagen anorganik yang reaktif
4. Alat-alat listrik seperti: kompor listrik, oven, lampu pemanas,
lampu UV dan lain sebagainya.
5. Api, dalam beberapa percobaan sering digunakan api dari lampu
spiritus atau lampu bunsen untuk memanasi sesuatu.
6. Air untuk pendingin yang sewaktu-waktu dapat berhenti
alirannya atau bocor, oleh karena itu air di laboratorium kimia
sangatlah penting.
Penggunaan bahan kimia yang berbahaya sebaiknya
dihindari, tetapi apabila harus dilakukan maka penggunaan bahan
berbahaya tersebut dibuat sekecil mungkin atau harus dirancang dulu
percobaan yang akan dilakukan (bahannya, alatnya, kondisinya dsb.),
sehinggaaman dalam bekerja di laboratorium kimia. Untuk percobaan
yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya harus dilakukan
pada lemari asam.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 2


Kenyataan yang terjadi saat ini kita tidak pernah
memperhatikan resiko yang terjadi di laboratorium. Hal ini
disebabkan karena kurangnya penjelasan atau kurangnya kesadaran
kita terhadap keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium. Alat
pengaman seperti alat pemadam kebakaran harus selalu ada di
laboratorium kimia. Kebakaran bahan kimia, tidak dapat dipadamkan
dengan air, tetapi harus menggunakan bahan kimia
kering/karbondioksida. Persediaan obat-obatan untuk
praktikan/pekerja laboratorium yang terkena bahan kimia atau luka
bakar sangat dianjurkan. Obat-obat yang harus ada terutama obat luka
bakar, obat merah dan pembalut.

Simbol bahaya (Hazard symbol)


Legislasi pada pengepakan dan pelabelan zat berbahaya menentukan
bahan kimia berbahaya (hazardous chemichals) di bawah kategori
berikut:

Gambar 1 Simbol bahaya (Hazard symbol)

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 3


Toxic. Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius bila sedikit bahan kimia masuk ke dalam tubuh dengan
ingestion, menghirup uap, bau, atau debu, atau dengan penyerapan
melalui kulit.
Corrosive. Produk ini dapat merusak jaringan hidup, mata paling
mudah kena.
Explosive. Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan
bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk
garam yang eksplodif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)
Oxidizing. Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini
menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen
pereduksi (reduktor).
Flammable. Senyawa ini mempunyai “flash point” yang rendah, dan
yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk
menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen)
dari hidrida metal. Sumber nyala termasuk api bunsen, permukaan
metal panas, loncatan bunga api listrik dan lain-lain.
Harmful. Bahan kimia irritan menyebabkan luka bakar pada kulit,
berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia
mempunyai sifat seperti ini (harmful) khusus kontak dengan kulit,
dihirup atau ditelan.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 4


C. MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN
1. Percobaan yang menimbulkan gas bercun seperti : CO, H2S,
HCN, dan bahan kimia korosif lainnya yang menguap, harus
dilakukan dalam lemari asam.
2. Hindarkan dan matikan semua api atau yang menimbulkan api
pada waktu bekerja dengan pelarut-pelarut organic yang mudah
terbakar seperti : eter, petroleum eter, atau benzene dan lainnya.
3. Jika akan mengencerkan asam kuat (H2SO4 misalnya) atau
melarutkan basa kuat maka zat tersebut harus yang dimasukkan
atau dituangkan ke dalam air, bukan sebaliknya.
4. Ketahuilah dan hati-hatilah bahwa campuran zat-zat berikut dapat
MELEDAK..! :
a. HClO3 + H2 SO4
b. KMnO4 + H2 SO4
c. H2 + O2
d. Amida logam kuat + NH3
e. Perklorat senyawa-senyawa organik
f. N2O2 dan senyawa-senyawa organik di samping C, S, serbuk
Mg dan bahan kimia lainnya yang mudah meledak.
g. Eter peroksida yang tertinggal dalam destilasi eter.
h. Endapan yang terjadi pada pemebentukkan perak amoniakal.
i. Jika melakukan percobaan dalam tabung reaksi dengan
pemanasan, maka mulut tabung jangan diarahkan ke muka
sendiri atau orang lain.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 5


j. Jangan menghisap bahan-bahan kimia yang reaktif dengan
mulut. Gunakan
penghisap karet (filler).

D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


KEBAKARAN.
Jika terjadi kebakaran yang harus dilakukan pertama kali adalah :
1. Semua kran pipa gas harus ditutup.
2. Padamkan api dengan bahan pemadam api yang tersedia.
3. Putuskan aliran listrik.
4. Jika ada orang yang terbakar, selimuti dia dengan kain yang
cukup basah. Pakaian yang melekat dilepas dengan cara
memotong-motong dengan gunting dan segera dibawa ke rumah
sakit.
5. Luka bakar yang ringan dapat ditolong dengan menggunakan
asam pikrat.

TERKENA BAHAN KIMIA.


Bahan kimia yang dapat menimbulkan luka atau kerusakan pada
kulit:
1. Asam : H2SO4, HCl, HF, dan CH3COOH.
2. Basa : KOH, NaOH dan NH4OH
3. Oksidator : H2O2 pekat, amonium cair, senyawa-senyawa khlor,
kromat, persulfat, kaorit, asam oksalat dan ammonium sulfida.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 6


Tindakan yang harus dilakukan bila bahan kimia tersebut di atas
mengenai kulit antara lain :
1. Dicuci dengan air selama mungkin.
2. Jika terkena asam kuat, cuci dengan larutan Natrium Bikarbonat.
3. Jika terkena basa kuat, seteleh dicuci dengan air kemudian dicuci
dengan Air Bor (H3BO3) atau CH3COOH encer (0,25 N).
4. Jika terkena Air Brom, cuci dengan air kemudia campuran
ammonia, minyak terpentin, lakohol = 1 : 1 : 10.
5. Jika terkena oksidator kuat, cuci dengan air kemudian dengan
larutan amodia sulfide encer.
6. Jika terkena HF, cuci dengan air, jika luka parah tutup dengan
kasa steril/kapas yang telah diberi campuran gliserol dan MgO
(2 : 1)
7. Jika bahan kimia tersedot ke mulut dan masuk tenggorokan,
berkumurlah dengan air sebanyak-banyaknya. Minum air bersih
+2 gelas dan segera pergi ke dokter.

GAS-GAS BERACUN.
Gas-gas beracun pada umumnya berupa CO, H 2S, Uap Hg, HCN,
AsH3, NO2, Cl2, Br2.
1. Untuk mencegah terjadinya keracunan gas, maka percobaan yang
menggunakan atau menimbulkan bahan-bahan beracun harus
dilakukan dalam ruangan asam.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 7


2. Jika mencium gas-gas tersebut, maka segera keluar ruangan dan
bernafas di udara terbuka.
3. Jika keadaan parah segera pergi ke dokter.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 8


PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA

TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal alat-alat praktikum dan bahan-bahan kimia serta cara
penimbangan

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa dapat mengenal alat-alat praktikum dan kegunaannya.
2. Mahasiswa dapat mengenal bahan-bahan kimia, rumus molekul,
bobot molekul dan derajat kemurniannya.
3. Mahasiswa dapat mengenal alat dan cara menimbang.

TEORI DASAR
A. PENGENALAN ALAT

Laboratorium Kimia Dasar memiliki peralatan instrumentasi


sederhana meliputi Spektrofotometer Genesis 20 D, pH meter Digital,
Neraca Digital dan Manual, Hot Plate Stirrer, Penangas, dan
Microscope. Selain instrumentasi sederhana juga terdapat alat yang dapat
digunakan dalam analisis-analisis kimia baik klasik maupun instrumental
dari tahap persiapan sampai tahap pengukuran yang sebagian besar
terbuat dari gelas. Alat-alat gelas yag dipakai untuk analisis kimia harus
dibuat dari bahan gelas yang tahan panas dan korosi. Biasanya alat-alat
gelas yang memenuhi kualitas tersebut adalah merk Pyrex, Scoot, Duran,

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 9


Iwaki, Leerdam dan Assisten. Di samping alat gelas, ada pula alat-alat
yang terbuat dari porselen, besi dan karet (Gambar 1).

a. Alat-alat yang terbuat dari gelas :


1. Buret, yaitu pipa ukur panjang yang dilengkapi dengan kran untuk
mengukur volume cairan yang akan dipindahkan. Ukuran
bervariasi dari 10 mL sampai 50 mL, terbagi dalam skala-skala
kecil sebesar 0,1 mL dengan standar deviasi 0,01 mL atau 1%.
Pada mikroburet (10 mL) pembagian skalanya sampai 0, 01 mL.
2. Gelas ukur, yaitu silinder gelas berskala untuk mengukur volume
larutan atau zat cair dengan tepat. Standar deviasinya kira-kira 1%
dari volume yang diukur sebenarnya. Gelas ukur bermulut lebar
dan bercucuk, lebar mulut sama dengan lebar alasnya dengan
ukuran 1 mL sampai dengan 1 liter atau lebih.
3. Labu seukuran, yaitu labu gelas dengan volume tertentu serta
mempunyai mulut yang sangat kecil dibandingkan labunya. Alat
ini digunakan untuk menampung larutan atau cairan dengan
volume yang tepat. Biasanya digunakan untuk membuat larutan
standar yang tepat dan teliti. Standar deviasinya sekitar 0,01%.
4. Pipet seukuran, yaitu pipa gelas untuk memindahkan larutan atau
zat cair dalam ukuran volume tertentu saja. Ukuran/volume pipet
ini bervariasi dari 1 mL sampai 100 mL. Tingkat kesalahannya
kurang dari 0,01 mL.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 10


5. Pipet ukur, yaitu pipet yang fungsinya sama dengan pipet seukuran
tetapi kurang tepat dibandingkan dengan pipet seukuran
dengantingkat kesalahan 0,01%.
6. Pipet mikro, yaitu pipet untuk memindahkan larutan dengan

dengan standar deviasi 0,1%. Pipet mikro ini ada yang dirancang
secara otomatis.
7. Pipet tetes, yaitu pipet gelas yang dilengkapi dengan penyedot
karet untuk memindahkan larutan yang volumenya tidak perlu
diperhatikan.
8. Tabung reaksi, tabung yang digunakan untuk mereaksikan zat.
9. Labu Erlenmeyer, yaitu labu gelas atau tempat menampung
larutan. Erlenmeyer ada yang berskala ada juga yang tidak
berskala, ada yang bertutup dan juga tidak bertutup. Dalam
volumetri labu Erlenmeyer digunakan untuk mentitrasi larutan
yang akan ditetapkan normalitasnya.
10. Labu didih, labu gelas yang digunakan mendidihkan larutan.
11. Beaker glas, yaitu bejana dari gelas berbentuk silinder yang
bercucuk, digunakan untuk menampung zat atau larutan. Beaker
glass ada yang berskala dan ada yang tidak berskala.
12. Termometer, untuk mengukur suhu.
13. Desikator, alat untuk menyimpan bahan dan benda supaya tetap
kering terutama bahan-bahan higroskopis.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 11


14. Cuvet, yaitu tabung gelas berbentuk kubus panjang, digunakan
untuk menampung larutan yang akan diukur oleh spektrometer.
Biasanya berukuran 1x1x5 cm. Cuvet yang baik terutama untuk
analisis dengan metoda spektrofotometer yang menuntut ketelitian
tinggi harus dibuat dari kwarsa atau silika. Cuvet ada pula yang
berbentuk silinder.
15. Gelas arloji, adalah cawan yang berbentuk irisan bola, digunakan
untuk penguapan atau pengeringan padatan dalam bentuk tepung.
16. Batang pengaduk, adalah batang gelas yang digunakan mengaduk
larutan.

b. Alat-alat yang terbuat dari porselen :


1. Cawan porselin, adalah cawan yang bercucuk dan terbuat dari
porselen, dipakai untuk penguapan atau pengeringan padatan dalam
bentuk tepung.
2. Sendok porselin, atau spatula adalah alat untuk mengaduk bahan-
bahan kimia yang berbentuk padatan dan tepung. Selain porselin
spatula ada juga yang terbuat dari bahan baja yang tahan karat dan
korosi.
3. Mortar, adalah alat tumbuk yang terbuat dari porselen tebal untuk
menghancurkan padatan kimia.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 12


c. Alat-alat yang terbuat dari logam :
1. Statip, adalah tiang besi yang digunakan memegang buret atau alat
gelas lainnya. Statip dilengkapi dengan manice dan klem.
2. Kaki tiga atau tripod, adalah alat untuk menyangga labu yang
dididihkan atau keperluan alainnya.
3. Pembakar bunsen, adalah pipa logam dilengkapi dengan pengatur
gas dan udara yang digunakan untuk pembakaran dengan nyala api
Bunsen. Alat pembakar yang lebih besar dari Bunsen adalah Fisher.

d Alat-alat yang terbuat dari karet:


1. Filler, adalah alat penyedot pipet untuk larutan yang berbahaya.
Alat ini terdiri dari bola karet yang dilengkapi tiga cabang leher
yang masing-masing berfungsi untuk menyedot, mendorong larutan
dalam pipet dan membuang udara.
2. Prop atau tutup karet, adalah tutup botol atau labu, terbuat dari
karet, kadang-kadang dilubangi untuk pipa destilasi, penyangga
corong Buchner dan lain-lainnya.

e. Alat-alat yang terbuat dari plastik/mika:


1. Pipet Pump Glassifirm, adalah alat penyedot pipet terbuat dari
plastik untuk larutan yang berbahaya. Alat memiliki fungsi mirip
atau sama dengan filler dengan ketelitian sangat tinggi dengan
putaran naik untuk menyedot larutan dan putaran turun untuk
mendorong larutan dalam pipet.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 13


2. Syringe, merupakan alat yang dapat bertindak sebagai filler. Alat
ini pada dasarnya adalah alat suntik (injeksi) apabila dihubungkan
dengan jarum. Syringe banyak terbuat dari mika/plastik, walaupun
ada juga yang terbuat dari stainless steel.

B. PENGENALAN BAHAN KIMIA


Bahan kimia atau kemikalia yang sering digunakan dalam analisi
kimia, tersedia dalam bentuk cair atau padat dan dikemas dalam botol
plastik atau botol gelas yang gelap. Semua kemikalia dibuat oleh pabrik
dengan kemurnian yang berbeda-beda. Derajat kemurnian kemikalia yang
dibuat di pabrik harus dicantumkan pada label botol kemas bahan kimia
tersebut. Beberapa derajat kemurnian kemikalia yang terkenal antara lain:
1. Komersial Grade atau kemikalia teknik. Bahan kimia ini pada
umumnya tidak digunakan di laboratorium untuk analisis kimia karena
kemurniannya rendah.
2. USP – Grade (United State Pharmacope) adalah kemikalia yang
dimurnikan agar lulus dari suatu uji-uji tertentu atau tidak
mengandung beberapa zat tertentu. Pada umumnya kemurnian USP –
Grade tidak setinggi CP-Grade tetapi dapat dipakai untuk keperluan
laboratorium.
3. CP- Grade (Chemical Pare Grade). Kemikalia dalam grade ini
mempunyai derajat kemurnian yang lebih tinggi dari USP-Grade.
4. Reagent Grant atau Analyzed Grade. Kemikalia ini dihasilkan oleh
pabrik dan telah dimurnikan, serta telah dites untuk meyakinkan

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 14


bahwa kandungan dari zat-zat tertentu di bawah batas maksimum
sesuai dengan ketetapan Commite An Analytical of American
Chemical Society.
5. Primary Standard Grade atau disebut PA (Pro Analisys) merupakan
kemikalia yang memenuhi semua persyaratan untuk membuat
pereaksi atau standar analisis kimia. Kemurnian mendekati 100%.
Ukuran derajat kemurnian lainnya :
BP = British Pharmacopia (Inggris)
DAB = Deutshes Arzneibuch (Jerman)
IP = Pharmacopoeia (India)
JP = Japanese Pharmacopoeia (Jepang)
Ph. Eur = European Pharmacopoeia (Eropa)
Ph. Franc = Pharmacopoeia Francaise (Perancis)
Ph. Ned = Dutch Pharmacopoeia (Belanda)
Air dalam analisis kimia digunakan dalam jumlah yang sangat
besar. Oleh karena itu adanya zat-zat yang terdapat dalam air dapat
menimbulkan kesalahan yang sangat besarvdalam analisis kimia. Ada 3
(tiga) macam derajat kemurnian air :
1. Aqua DM : air yang telah dihilangkan kandungan mineralnya
dengan adsorben.
2. Aquades : air hasil destilasi.
3. Aquabides : air yang telah didestilasi dua kali.
Dalam analisis kimia yang sering digunakan adalah aquades,
walaupun masih terdapat pengotor. Pengotor dalam aquades diantaranya :

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 15


- Pengotor dari pipa destilasi atau tabung penampung.
- Gas-gas dari udara yang larut dalam air, misalnya CO 2.
- Zat-zat organik yang tersebar di udara dan lain-lain.
Untuk menguji kemurnian air dapat dilakukan dengan bantuan 1%
AgNO3 yang diteteskan ke dalam sampel air. Jika tampak keruh maka air
tersebut diragukan kemurniannya.
Akuades pada umumnya mempunyai pH 6,5 yang dapat diukur
dengan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan buffer standar pH
7,0. Untuk membuat larutan standar asam atau basa biasanya digunakan
akuades bebas CO2. Gas CO2 yang dalam air dapat dihilangkan dengan
memanaskan akuades tersebut beberapa menit.

PROSEDUR PERCOBAAN
A. PENGENALAN ALAT
1. Amatilah contoh alat yang disediakan. Tuliskan minimal 20 (dua
puluh) nama alat sesuai dengan nomor alat beserta
penggunaan/fungsinya.
2. Dengan dipandu oleh asisten, praktekkan penggunaan masing-
masing alat dengan benar.

B. PENGENALAN BAHAN KIMIA


1. Amatilah dan bacalah label dalam botol kemas bahan kimia yang
telah disediakan.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 16


2. Tuliskan nama bahan kimia tersebut, rumus molekul, berat molekul,
derajat kemurnian, densitas dan hazardous level.

C. PENIMBANGAN
1. Persiapan Menimbang :
a. Periksa water pass (air bubble) putar kaki neraca pada bagian
belakang jika gelembung udara tidak terletak di tengah lingkaran.
b. Bersihkan semua bagiandalam neraca termasuk piringannya.
c. Hubungkan dengan arus listrik.

2. Penimbangan
a. Pintu neraca dalam keadaan tertutup. Tekan tombol on dan
biarkan sampai neraca terbaca angka 0,000 g.
b. Buka pintu neraca, lalu letakkan wadah kosong di atas piring
neraca.
c. Catat wadah kosong (ingat pintu dalam keadaan tertutup).
d. Timbang sejumlah zat yang diinginkan dengan cara memasukkan
zat sedikit demi sedikit ke dalam wadah sampai menunjukkan
angka tertentu.
e. Catat bobot wadah beserta isinya.
f. Bobot zat adalah selisih bobot wadah dari atas piringan dikurangi
bobot wadah kosong.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 17


3. Selesai Menimbang

a. Tekan tombol off dan keluarkan wadah dari atas piringan serta
bersihkan semua bagian dalam neraca lalu tutup kedua pintu
neraca.
b. Lepaskan kabel yang dihubungkan ke stop kontak.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 18


Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 19
Gambar 2. Alat-alat Sederhana pada Laboratorium Kimia

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 20


PERCOBAAN II
KALIBRASI ALAT PENGUKUR VOLUME (VOLUMETRI)

TUJUAN PERCOBAAN
Menguasai teknik kalibrasi alat pengukur volume.

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik kalibrasi alat pengukur
volume.
2. Mahasiswa mampu menentukan volume sebenarnya labu takar,
buret, pipet volumetrik, dan pipet Mohr.

TEORI DASAR
Buret, pipet, labu seukuran, gelas ukur merupakan alat pengukur
volume sederhana yang umum ada di Laboratorium Kimia. Alat-alat
pengukur volume seringkali perlu dikalibrasi sebelum dipergunakan. Hal
itu disebabkan karena kemungkinan kesalahan/kekurang telitian dalam
pembuatannya. Mengingat hasil kalibrasi ini merupakan salah satu
panduan dalam menilai alat ukur yang digunakan masih layak atau tidak,
dan untuk suatu proses produksi alat ukur biasanya berpengaruh langsung
dengan kualitas produk maka proses kalibrasi ini sangatlah penting kita
perhatikan, karena kesalahan dalam kalibrasi juga berakibat pada hasil
ukur yang tidak tepat dan bisa berakibat fatal pada produk yang

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 21


dihasilkan. Selain itu volume dipengaruhi suhu sehingga nilainya akan
berubah bila suhu berubah.
Prinsip dasar kalibrasi dilakukan dengan cara menimbang sejumlah
volume air tertentu yang dikeluarkan dari buret ataupun pipet.
Berdasarkan bobot air dan dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu
pengukuran maka volume alat dikoreksi.

Tabel 1. Volume 1 gram air pada berbagai suhu

Suhu Volume Suhu Volume


(oC) (mL) (oC) (mL)
11 1.0017 21 1.0030
12 1.0018 22 1.0032
13 1.0019 23 1.0034
14 1.0020 24 1.0036
15 1.0021 25 1.0038
16 1.0022 26 1.0041
17 1.0023 27 1.0043
18 1.0025 28 1.0046
19 1.0026 29 1.0048
20 1.0028 30 1.0051

PROSEDUR PERCOBAAN
Alat dan Alat:
- Neraca analitik (digital), labu takar 50 mL, buret 50 mL, pipet
volumetri 10 dan 25 mL, pipet Mohr 10 dan 25 mL, erlenmeyer
100 mL bertutup yang telah dicuci dan dikeringkan, aquadest.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 22


ProsedurPercobaan:
A. KALIBRASI LABU TAKAR
1. Bersihkan labu takar dan keringkan (15 menit, 100oC)
2. Keluarkan dari oven, diamkan sebentar di luar, masukkan ke
dalam eksikator
3. Timbang tepat labu takar, kemudian isi labu takar dengan
aquadest sampai tanda batas, dan ditimbang kembali.
4. Perhitungkan volume sebenarnya berdasarkan Tabel 1.
5. Data yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel 2.

B. KALIBRASI BURET
1. Isi buret dengan aquadest sampai meniscus mencapai 0,00
ataupun daerah berskala.
2. Timbang Erlenmeyer kosong yang telah bersih dan kering
dengan tutupnya
3. Keluarkan 10 mL air dari buret (catat dengan teliti meniscus awal
dan akhir cairan), tampung dalam Erlenmeyer (2), tutup dan
kemudian timbang.
4. Ulangi seperti tahap ke 3, tetapi dengan jumlah air 0-20, 0-30, 0-
40 dan 0-50 mL
5. Perhitungkan volume yang sebenarnya dari data berdasarkan
volume untuk 1 gram air pada berbagai suhu (Tabel 1).
6. Percobaan dilakukan secara duplo atau triplo.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 23


C. KALIBRASI PIPET VOLUMETRIK
Prosedur yang sama seperti buret, tetapi dengan mengeluarkan
seluruh cairan sekaligus

D. KALIBRASI PIPET MOHR


Prosedur yang sama seperti buret, tetapi dengan volume air 0-5, 0-10,
0-15, 0-20 dan 0-25 mL

Tabel 2. Data Pengamatan Kalibrasi Alat Pengukur Volume

Alat Meniskus Volume Bobot Volume


Awal Akhir (mL) (g) sebenarnya
Labu takar

Buret

Pipet
Volumetric

Pipet Mohr

-----------------------

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 24


PERCOBAAN III
PENENTUAN SIFAT FISIK ZAT

TUJUAN PERCOBAAN
Memahami sifat fisik zat padat dan zat cair.

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami sifat fisik zat dan zat cair.
2. Mahasiswa mampu menentukan kelarutan zat padat.
3. Mahasiswa mampu menentukan berat jenis zat padat dan zat cair.
4. Mahasiswa mampu menentukan massa jenis zat.

TEORI DASAR
Sifat fisik suatu zat merupakan karakteristik dari zat yang dapat
diamati dan diukur tanpa mengubah komposisi kimia dari zat tersebut.
Warna, masa jenis dan wujud zat (cair, padat, gas) merupakan sifat fisik
yang berhubungan dengan kualitas dari zat di mana dapat langsung
diamati atau diukur.
Sifat fisik lain yang berhubungan dengan kondisi di mana terjadi
perubahan fisik adalah kelarutan dari zat tersebut dengan pelarut tertentu,
temperatur untuk mencairnya zat padat, atau mendidihnya zat cair pada
tekanan tertentu. Pada umumnya setiap zat mempunyai sifat fisik tertentu
yang dapat dipakai untuk identifikasi. Contohnya : titik leleh titanium

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 25


adalah 1675 oC dan massa jenisnya 4,5 g/cm3. Sedangkan aluminium
mempunyai titik leleh 660oC dan massa jenis 2,7 g/cm3.
Kelarutan didefinisikan sebagai massa maksimum dari
zat/bahan yang dilarutkan dalam 100 mL atau 1 L pelarut tertentu pada
temperatur tertentu. Satuan kelarutan adalah gram zat terlarut dalam 100
mL pelarut pada temperatur tertentu.Kelarutan dari zat tergantung pada
pelarut yang dapat melarutkan zat tersebut, volume pelarut yang
digunakan dan temperatur pelarutan.
Titik leleh adalah temperatur dimana suatu zat berada dalam
keadaan kesetimbangan antara padat dan cair. Hal ini berarti tidak ada
kecenderungan zat tersebut untuk mencair dan membeku. Titik leleh
biasanya tidak begitu dipengaruhi oleh perubahan tekanan atmosfir, dan
tidak diperlukan faktor koreksi barometrik.
Berat jenis suatu zat adalah massa zat dibagi dengan volumenya
(dalam sentimeter kubik : cm3). Berat jenis suatu gas sangat peka
terhadap temperatur dan tekanan, tetapi berat jenis suatu padatan dan
cairan biasanya tidak banyak berubah dengan perubahan tekanan, dan
hanya sedikit berubah dengan variasi temperatur yang sedang. Satuan
berat jenis umumnya disertai dengan temperatur pada saat pengukuran.
Ketika berat jenis digunakan untuk identifikasi suatu zat, pengukuran
harus dibuat seteliti mungkin pada temperatur yang digunakan. Jik berat
jenis dari dua zat hampir sama, misalnya Cu dan Ni (Tabel 3), maka kita
harus melihat sifat fisik lainnya, misalnya warna.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 26


Tabel 3 Berat jenis zat
Zat Al Cd Cu Fe Pb Ni Zn
BJ (g/cm3) 2,70 8,65 8,96 7,87 11,40 8,90 7,13

Berat jenis air pada 4oC adalah 1,000 g/cm3 dan pada 20 oC
adalah 0,9982 g/cm3. Zat dengan berat jenis yang lebih kecil dari air akan
mengapung di permukaan air dan akan tenggelam/terendapkan jika zat
tersebut mempunyai berat jenis lebih besar dari air.

PROSEDUR PERCOBAAN

A. Kelarutan Zat Padat dan Zat Cair


 Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, prop, pipet tetes.
- Aquades, etanol, n-heksana, benzena, kristal naftalen,
sampel.
 Prosedur percohan :
1. Masukkan 2 mL masing-masing aquades, etanol, dan n-heksana ke
dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Tambahkan 0,1 g kristal naftalen pada tiap-tiap pelarut.
3. Tutup tabung dan goyangkan untuk melarutkan padatan. Catat pada
lembar data apakah padatan larut dalam masing-masing pelarut.
Terjadinya gumpalan menunjukkan ketidaklarutan dari bahan tersebut.
4. Kosongkan tabung reaksi, bersihkan dan keringkan kemudian isi
kembali dengan ketiga pelarut di atas.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 27


5. Ulangi percobaan dengan benzena sebagai zat terlarut. Tambahkan 2
tetes benzena pada masing-masing pelarut. Catat pengamatan.
Pembentukkan lapisan larutan menunjukkan ketidaklarutan.
6. Ulangi percobaan dengan sampel padatan dan cairan yang tidak
diketahui.
Perhatian : benzena dan n-heksana mudah terbakar, hindarkan dari
api..!!

B. PENENTUAN BERAT JENIS ZAT


a. Berat Jenis Padatan
Alat dan Bahan :
- Gelas ukur 50 mL, neraca analitik
- Aquades, sampel logam
Prosedur Percobaan :
1. Timbang berat sampel logam dengan ketelitian 0,01 g
2. Isi gelas ukur dengan 25 mL aquades dan baca volumenya dengan
teliti.
3. Masukkan sampel logam yang telah ditimbang ke dalam gelas ukur
tersebut. Caranya dengan memiringkan sedikit gelas ukur dan
masukkan sampel logam ke dalam gelas ukur dan usahakan tidak
terjadi percikkan aquades. Pastikan tidak ada gelembung udara antara
padatan logam dengan dinding gelas ukur.
4. Baca penambahan volume yang terjadi. Selisih voluma yang diperoleh
adalah volume padatan sampel logam tersebut.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 28


5. Hitung berat jenis sampel logam tersebut dalam satuan g/cm 3.
Identifikasi logam dengan melihat Tabel 3.
6. Ulangi percobaan sekali lagi.

b. Berat Jenis Cairan


Alat dan bahan :
- Gelas kimia 50 mL, neraca analitik.
- Aquades, etanol, sampel cairan
Prosedur Percobaan :
1. Timbang gelas kimia 50 mL, neraca analitik.
2. Tambahkan 2 mL etanol ke dalam gelas kimia tersebut dengan
menggunakan pipet volumetri.
3. Timbang kembali gelas kimia yang telah berisi etanol dan catat
beratnya.
4. Selisih berat gelas kimia kosong dengan gelas kimia berisi etanol
adalah berat etanol tersebut.
5. Hitung dan catat berat jenis dari etanol tersebut dalam g/cm3.
6. Ulangi percobaan ini.

C. PENENTUAN MASSA JENIS ZAT CAIR


Alat dan Bahan :
- Piknometer, neraca analitik
- Aquades, sampel cairan

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 29


Prosedur percobaan :
1. Bersihkan piknometer dengan aquades dan biarkan kering.
2. Timbang dengan teliti piknometer kosong. Catat beratnya dan
suhu penimbangan.
3. Isilah piknometer dengan aquades sampai penuh kemudian
piknometer ditutup.
4. Timbang kembali piknometer yang telah berisi aquades. Catat
berat dan suhu penimbangan.
5. Selisih berat piknometer kosong dengan piknometer yang berisi
aquades merupakan massa jenis aquades.
6. Ulangi percobaan dengan menggunakan sampel cairan.
Bandingkan hasilnya.

-----------------------------

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 30


PERCOBAAN IV
TEKNIK PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

TUJUAN PERCOBAAN
Memahami teknik pemisahan dan pemurnian zat melalui
penyaringan, dekantasi, ekstraksi, sublimasi, kristalisasi, dan destilasi.

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik penyaringan.
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik dekantasi.
3. Mahasiswa mampu melakukan teknik ekstraksi.
4. Mahasiswa mampu melakukan teknik sublimasi.
5. Mahasiswa mampu melakukan teknik kristalisasi.
6. Mahasiswa mampu melakukan teknik destilasi.

TEORI DASAR
Teknik pemisahan yang paling sederhana adalah penyaringan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan corong dan kertas saring,
atau corong buchner tergantung dari ukuran partikel endapan. Berbeda
dengan penyaringan, proses dekantasi merupakan pemisahan endapan
dari filtrat tanpa penyaringan tetapi melalui penuangan filtrat
Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutan zat tersebut di antara dua pelarut yang tidak
bercampur. Sublimasi adalah penguapan langsung padatan pada kondisi

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 31


tertentu tanpa mengalami proses pelelehan, kemudian uap tersebut
dikondensasi sehingga didapat zat murninya. Kristalisasi adalah proses
pemurnian suatu zat dari campuran dengan cara pembentukan kristal
murninya.
Proses yang terjadi pada destilasi adalah perubahan fasa cair
menjadi fasa uap atau gas dengan dididihkan, kemudian gas tersebut
diembunkan kembali. Tahap terpenting pada destilasi ialah pendidihan
dan kondensasi. Untuk memisahkan atau memurnikan suatu zat cair dapat
digunakan beberapa cara destilasi yang berdasarkan perbedaan titik didih
cairan dapat dipisahkan.

PROSEDUR PERCOBAAN
A. PENYARINGAN DAN DEKANTASI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah kertas saring, corong, gelas piala 125
mL, pipet tetes, neraca analitik, sentrifuse, tabung sentrifuse, gelas
ukur, batang pengaduk, statip dan klem. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah CaCO3 dan akuades.
Prosedur :
1. Dengan menggunakan neraca analitik timbanglah 1 g CaCO 3.
Larutkan dalam akuades 50 mL. Larutan dibagi menjadi dua
bagian. Sebagian larutan disaring sehingga edapan terpisah dari

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 32


filtratnya. Cara melipat kertas saring akan dicontohkan oleh
asisten.
2. Sebagian dari larutan pada prosedur nomor 1, dimasukkan ke
dalam tabung sentrifus kemudian diseimbangkan beratnya untuk
disentrifugasi. Endapan yang diperoleh dipisahkan dari cairannya
menggunakan pipet.

B. EKSTRAKSI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan meliputi corong pisah 100 mL, statip, dan gelas
piala 100 mL. Sedangkan bahan yang digunakan adalah n-heksana,
larutan I2 dan larutan sampel.
Prosedur :
1. Masukkan 10 mL akuades dan 10 mL n-heksana ke dalam corong
pisah, amati kemudian tambahkan 1 mL larutan I2.
2. Tutup corong pisah dan kocok dengan baik untuk mencampurkan
larutan. Sekali-kali buka kran corong pisah dengan arah
menghadap ke atas untuk mengurangi tekanan di dalam corong.
(asisten akan memberikan contoh)
3. Masih dalam keadaan tertutup, tempatkan corong pisah pada
statip. Biarkan selama beberapa menit agar cairan memisah
dengan sempurna. Larutan n-heksana yang mempunyai berat
jenis lebih rendah dari pada akuades akan berada di lapisan atas
larutan, sedangkan akuades berada pada lapisan bawah. I2 akan

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 33


terekstraksi ke dalam n-heksana dan akuades sesuai dengan
koefisien distribusi. Catat pengamatan.
4. Corong pisah yang ditempatkan pada statip, buka tutupnya
kemudian buka kran bawah untuk mengalirkan larutan ke dalam
gelas piala. Hentikan aliran sebelum lapisan n-heksana melewati
kran.
5. Ulangi percobaan di atas menggunakan sampel yang telah
disediakan.

C. SUBLIMASI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah gelas arloji, gelas piala 100 mL, hot plate
dan spatula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah naftalen,
aquades dan es batu.
Prosedur :
1. Letakkan 0,5 gram serbuk naftalen (sebelumnya ditimbang
terlebih dahulu) ke dalam gelas piala 100 mL dan tutup dengan
gelas arloji.
2. Letakkan beberapa es batu di atas gelas arloji kemudian gelas
piala tersebut dipanaskan.
3. Ambil gelas arloji tersebut dan kumpulkan kristal yang terbentuk.
Catat pengamatan.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 34


C. KRISTALISASI
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah neraca analitik, gelas piala 50 mL, gelas
ukur 25 mL, batu didih, hot plate dan batang pengaduk. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah CuSO4 dan akuades.
Prosedur :
1. Larutkan 1,5 g CuSO4 ke dalam gelas piala yang berisi 25 mL
akuades, saring bila perlu.
2. Bubuhkan batu didih di dalam gelas piala tersebut lalu uapkan
sehingga volume larutan menjadi kurang lebih 10 mL.
3. Biarkan larutan menjadi dingin dan jaga jangan sampai
terguncang. Amati kristal yang terbentuk.

D. DESTILASI
Alat dan Bahan :
Alat dan bahan yang digunakan adalah 1 set alat destilasi dan spirtus.
Prosedur :
(Asisten akan melakukan demo destilasi untuk memurnikan spirtus).
Perhatikan alat destilasi saat proses destilasi sedang berlangsung.
Gambar alat destilasi dan bagaimana cara bekerjanya.

--------------------------------

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 35


PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI KATION DAN ANION

TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi logam dengan reaksi nyala serta kation dan
anion dengan reaksi basah.

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi logam dengan reaksi nyala.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kation dengan reaksi basah.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi anion dengan reaksi basah.

TEORI DASAR
Identifikasi merupakan salah satu analisis kualitatif yang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kimia dan fisikokimia. Agar
suatu zat dapat diidentifikasi maka zat tersebut harus direaksikan dengan
zat lain menjadi senyawa baru yang sifatnya mudah dikenali. Perubahan
ini disebut reaksi kimia dan zat yang digunakan untuk perubahan disebut
zat pereaksi atau reagen. Reaksi kimia dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu reaksi kering dan reaksi basah.

Reaksi kering
Cara reaksi kering biasanya dipakai untuk pengujian pendahuluan
terhadap kemurnian endapan dan pengujian adanya mineral dalam suatu

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 36


bahan. Zat yang akan diidentifikasi melalui reaksi kering harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. dapat lebur
b. mampu menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala bunsen
c. volatil (mudah menguap)
d. bertingkah laku redoks (reduksi-oksidasi)
Agar reaksi-reaksi ini dapat berlangsung maka harus
menggunakan api yang tidak berjelaga yaitu nyala api bunsen. Nyala api
dari hasil pemanasan gas etilen dapat menimbulkan jelaga yang berasal
dari karbon yang terbentuk :
C2H4  CH4 + C
Hidrokarbon-hidrokarbon lain yang tidak jenuh juga mempunyai sifat
seperti etilen. Timbulnya jelaga ini dapat diatasi dengan memasukkan
udara ke dalam gas yang akan dibakar. Dengan menggunakan pembakar
Bunsen, udara dapat dimasukkan ke dalam gas dengan mengatur lubang
yang terdapat pada bagian bawah alat tersebut.
Sumbangan yang sangat besar dari teori atom modern dalam
pengembangan ilmu kimia adalah menginterpretasikan sifat-sifat zat ke
dalam konfigurasi elektron. Salah satu interpretasi tersebut adalah adanya
hubungan langsung antara konfigurasi elektron dengan warna. Suatu
radiasi elektromagnetik akan dipancarkan atau akan diserap zat jika zat
tersebut mempunyai elektron-elektron yang berpindah tempat dari satu
tingkat energi ke tingkat energi lain. Di dalam zat, tingkat energi atom,
ion atau molekul sangat berjauhan sehingga gelombang radiasi

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 37


elektromagnetik yang diserap atau yang dipancarkan terletak di daerah
spektrum sinar tampak sehingga zat tersebut akan menghasilkan warna.

Gambar 3. Struktur nyala api Bunsen

Reaksi basah
Reaksi basah mudah dilakukan dan jalannya reaksi dapat diikuti
dari :
a. pembentukan endapan
b. perubahan warna
c. pengeluaran gas atau bau yang spesifik
Keuntungan reaksi basah terutama dalam analisa kualitatif adalah
sebagian besar jalannya reaksi kimia mudah dilihat dari perubahan warna

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 38


atau timbulnya endapan. Bau gas yang timbul juga membantu dalam
mengidentifikasi beberapa substansinya.

PROSEDUR PERCOBAAN
A. STRUKTUR NYALA BUNSEN
Prosedur :
1. Sementara kran gas ditutup, buka pengatur aliran gas dengan
memutar ke kiri (berlawanan arah jarum jam)
2. Tutup rapat keping udara.
3. Nyalakan korek api (jangan gunakan kertas, kain atau media
yang lain !)
4. Buka kran gas dan dekatkan batang api ke mulut cerobong.
5. Atur keping udara sampai warna nyala tidak kuning. Amati dan
gambar struktur nyala api Bunsen.

B. IDENTIFIKASI LOGAM ALKALI DENGAN REAKSI


KERING
Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah kawat platina, pembakar Bunsen, tabung
reaksi dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
larutan HCl pekat, KCl 5%, NaCl 5% dan CaCl2 5%.
Prosedur :
1. Cucilah kawat platina terutama bagian ujungnya dengan cara
mencelupkannya ke dalam HCl pekat.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 39


2. Panaskan ujung kawat di daerah fusi api Bunsen sampai tidak
menimbulkan warna apa pun.
3. Celupkan lagi ujung kawat tersebut ke dalam HCl pekat
kemudian ke dalam larutan KCl 5%.
4. Bakarlah ujung kawat pada api Bunsen di daerah oksidasi dan
kemudian amati dan catat warna yang ditimbulkannya.
5. Ulangi langkah no. 1 sampai 4 untuk masing-masing larutan
NaCl 5% dan CaCl2 5%.

C. IDENTIFIKASI KATION DENGAN REAKSI BASAH


Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas ukur, gelas piala,
pipet tetes dan penangas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
larutan AgNO3 1%, HCl 1%, NH4OH 1%, Pb(NO3)2 1%, KI 1%,
HgCl2 1%, FeSO4 1%, NaOH 1%, BaCl2 1%, (NH4)2CO3 1%, HNO3
1%, NH4Cl 1% dan kertas laksmus.
Prosedur :
1. 0,1 mL larutan AgNO3 1% ditambah 0,1 larutan HCl 1%, amati
yang terjadi, kemudian ditambah larutan NH 4OH berlebih. Amati
perubahan yang terjadi.
2. 1 mL larutan Pb(NO3)2 1% ditambah 0,1 larutan KI 1%, amati
yang terjadi, kemudian didihkan campuran tersebut. Setelah
dingin, amati perubahan yang terjadi.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 40


3. 1 mL larutan HgCl2 1% ditambah 0,1 larutan KI 1%, amati yang
terjadi, kemudian tambahkan larutan KI 1% berlebih. Amati
perubahan yang terjadi.
4. 1 mL larutan FeSO4 1% ditambah 1 mL larutan NaOH 1%, amati
yang terjadi, kemudian kocok, amati perubahan yang terjadi.
5. 1 mL larutan BaCl2 1% ditambah 1 mL larutan (NH4)2CO3 1%,
amati yang terjadi, kemudian tambahkan 1 mL larutan HNO 3 1%,
amati kembali.
6. 1 mL larutan NaOH 1% ditambah 1 mL larutan NH 4Cl 1%, amati
yang terjadi jika laksmus merah basah ditempatkan pada bibir
tabung. Kemudian tabung dipanaskan, apa yang terjadi dan
bagaimana baunya.

D. IDENTIKASI ANION DENGAN REAKSI BASAH


Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, gelas ukur, pipet
volumetri dan gelas piala. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
larutan KBr 1%, AgNO3 1%, Na2SO4 1%, BaCl2 1%, K4Fe(CN)6 1%,
H2SO4 pekat, H3PO4 1%, (NH4)2MoO4 1%, Na2C2O4 1%, HNO3 1%
dan Na2S2O3 1%.
Prosedur :
1. 1 mL larutan KBr 1% ditambah 0,1 mL larutan AgNO 3 1%,
amati yang terjadi.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 41


2. 1 mL larutan Na2SO4 1% ditambah 1 mL larutan BaCl2 1%,
amati yang terjadi.
3. 1 mL larutan K4Fe(CN)6 1% ditambah 0,1 mL larutan H2SO4
pekat (dengan hati-hati), amati yang terjadi.
4. 1 mL larutan H3PO4 1% ditambah 1 mL larutan (NH4)2MoO4 1%
dan 1 mL larutan HNO3 1%, kemudian dipanaskan sebentar lalu
didinginkan, amati perubahan yang terjadi.
5. 1 mL larutan Na2C2O4 1% ditambah 1 mL larutan H2SO4 pekat
(dengan hati-hati), amati yang terjadi.
6. 0,1 mL larutan Na2S2O3 ditambah 1 mL larutan AgNO3 1%,
amati yang terjadi.

Data pengamatan untuk percobaan reaksi basah meliputi hasil


pengamatan dan reaksi-reaksi yang terjadi !

-------------------------------

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 42


PERCOBAAN VI
STOKIOMETRI: PENENTUAN RUMUS KIMIA

TUJUAN PERCOBAAN
Memahami reaksi stoikiometri untuk menyelesaikan perssamaan
kimia dan memahami stoikiometri suatu system

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu mengembangkan persamaan untuk reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mampu menentukan perbandingan kation dan anion
pada persenyawaan tertentu
3. Mahasiswa mampu memahami stoikiometri system larutan.

TEORI DASAR
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree)
merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut
perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya
perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H 2O. Kata stoikiometri
berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 43


metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias
Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali
meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri
adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau
pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain.
Mengapa kita harus mempelajari stoikiometri? Salah satu
alasannya, karena mempelajari ilmu kimia tidak dapat dipisahkan dari
melakukan percobaan di laboratorium. Adakalanya di laboratorium kita
harus mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah
gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita memiliki
sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk
menjawab pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri.
Misalkan ada 2 ion A dan B bergabung membentuk suatu endapan
dengan rumus AB3. Jika kita akan menambahkan A dan B secara
bersama-sama dalam perbandingan molar 1 : 1, pengendapan AB3 akan
meninggalkan kelebihan sejumlah A di dalam larutan. Sebab 3 mol B
dibutuhkan untuk bereaksi dengan 1 mol A atau dengan kata lain 1 mol B
akan bereaksi dengan 1/3 mol A sehingga 2/3 mol A akan tersisa dalam
larutan. Perbandingan larutan dari endapan dengan perbandingan 1 : 1
dalam percobaan akan menunjukkan kelebihan A dengan jumlah yang
cukup banyak.
Percobaan kedua, kita menggunakan perbandingan molar 1 : 2 atau
dengan kata lain 2 mol B akan bereaksi dengan 2/3 mol A sehingga 1/3
mol A tertinggal di dalam larutan. Pengujian cairan dari endapannya

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 44


masih akan menunjukkan adanya A tetapi dalam jumlah yang lebih
sedikit dari percobaan pertama. Sekarang apabila percobaan dilanjutkan
dan dibuat dengan perbandingan molar 1 : 3, cairan supernatant tidak
akan menunjukkan kelebihan A.
Jika perbandingan molar kemudian dinaikkan menjadi 1 : 4 jumlah
A kemudian menjadi pereaksi pembatas, sebab 1 mol A akan bereaksi
dengan 3 mol B dan 1 mol B akan tersisa. Sekarang pengujian cairan
supernatant tidak akan menunjukkan adanya A tetapi akan menunjukkan
adanya B. Bila dilanjutkan menaikkan molar menjadi 1 : 5 atau lebih,
tidak akan menunjukkan adanya A dalam cairan supernatant, tetapi
menunjukkan kenaikan jumlah B.
Untuk menentukan perbandingan molar dimana A dan B bergabung
dilakukan dengan menguji cairan supernatannya. Penting dikakukan
beberapa percobaan dengan jumlah A dan B yang berbeda dan mencari
senyawaan mana dan kira-kira berapa banyak yang kelihatan berlebih.
Perbandingan dimana tidak satupun senyawa berlebihan dalam larutan
dalah perbandingan stoikiometrinya. Misalnya dalam contoh diatas
perbandinga A : B = 1 : 3. Jadi rumus senyawa tersebut adalah AB.
Selain penentuan molar, stoikiometri juga dapat dipelajari melalui
perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia. Perubahan kalor
bergantung kepada jumlah pereaksi, jika mol yang bereaksi diubah tanpa
merubah volume totalnya. Stoikiometri reaksi tersebut dapat ditentukan
dari titik perubahan kalor maksimum dengan cara mengalurkan
kenaikkan temperature terhadap komposisi campuran.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 45


PROSEDUR PERCOBAAN
A. PENETAPAN PERBANDINGAN MOLAR
Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi, pipet tetes
- Larutan 1% Pb(NO3)2, 1% KI, Aquades
Prosedur Percobaan :
1. Siapkan lima buah tabung reaksi yang telah dibersihkan dan
diberi label dan memasukkan sejumlah volume tertentu (tetes)
dari setiap larutan dan aquades seperti yang ditunjukkan pada
table 5.1. Jumlah volume dipilih sedemikian rupa untuk
menghasilkan jumlah total volume yang tetap untuk menjangkau
batas perbandingan molar pereaksi-pereaksi dari 1 : 3 sampai 3 :
1

Tabel 5.1 Perbandingan volume pereaksi


Pereaksi I II III IV V
Pb(NO3)2 9 9 9 9 9
KI 3 4,5 9 18 27
Aquades 28 26,5 22 13 4

2. Bilas pengaduk gelas dan aduk setiap larutan. Perlu lebih teliti
untuk membilas dan mengeringkan pengaduk untuk setiap larutan
yang berbeda.
3. Dengan pipet tetes yang bersih ambil sebagian filtrat dari tabung
reaksi I dan masukkan masing-masing 5 tetes kedalam dua
tabung bersih (tabung A dan B)

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 46


4. Kedalam tabung A tambahkan dua tetes larutan KI, kedalam
tabung B tambahkan 2 tetes larutan Pb(NO3)2.
5. Dari kedua hasil percobaan diatas, tentukan ion mana yang
berada dalam jumlah berlebih pada tabung I. Jika terbentuk
endapan, tabung disentrifuse sehingga banyaknya endapan akan
dapat dibandingakan dengan banyaknya endapan yang terbentuk
dari uji lainnya.
6. Ulangi percobaan dengan 5 tetes contoh filtrat dari tabung II, III,
IV dan V. Bandingkan hasil dari 5 pengujian diatas dan tentukan
rumus kimia dari endapan tersebut.

B. STOIKIOMETRI LARUTAN
Alat dan Bahan :
- Gelas Piala 100 mL, batang pengaduk, termometer
- CuSO4 1 M, NaOH 2M
Prosedur percobaan :
1. Masukkan 40 mL NaOH kedalam beaker gelas dan catat
temperaturnya.
2. Sambil diaduk, tambahkan 10 mL larutan CuSO 4 yang diketahui
temperatur awalnya (sebelum pencampuran, temperatur larutan
CuSO4 diatur agar sama dengan temperatur NaOH dalam beaker
gelas) dan amati temperatur campuran tersebut.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 47


3. Ulangi percobaan dengan menggunakan 20 mL NaOH dan 30
mL CuSO4 kemudian 10 mL NaOH dan 40 mL CuSO 4 dan
akhirnya menggunakan 30 mL NaOH dan 20 mL CuSO 4
4. Selisih temperature yang didapat digunakan untuk menentukan
stoikiometri reaksi kedua larutan tersebut.

C. STOIKIOMETRI ASAM-BASA
Alat dan Bahan
- Gelas piala, termometer, batang pengaduk
- NaOH 1M, HCl 1M
Prosedur Percobaan :
1. Masukkan bertururt-turut 5, 10, 15, 20, dan 25 mL larutan NaOH
kedalam 5 buah beaker gelas. Temperatur dicatat.
2. Masukkan pula berturut-turut 5, 10, 15, 20, dan 25 mL. larutan
NaCl kedalam 5 buah beaker gelas yang lainnya. Temperatur di
catat.
3. Kedua larutan dicampurkan dengan sedemikianrupa sehingga
volume campuran larutan asam dan basa ini tetap yaitu 30 mL.
4. Aduk masing-masing campuran tersebut dan catat temperaturnya
5. Buat grafik antara ∆T (sumbu Y) dengan volume asam (sumbu
X) dan tentukan stoikiometri reaksi asam-basa tersebut.

----------------------------

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 48


PERCOBAAN VII
REAKSI ASAM BASA

TUJUAN PERCOBAAN
Menguasai teknik titrasi asam basa

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi asam-basa.
2. Mahasiswa mampu menguasai teknik titrasi asam-basa
3. Mahasiswa mampu membuat larutan standard
4. Mahasiswa terampil dan dapat melakukan pekerjaan secara baik
dan teliti dengan kesalahan sekecil mungkin.

TEORI DASAR
Dalam perkembangan teori asam-basa dimulai dengan
mengklasifikasi zat-zat menjadi asam atau basa yang didasarkan atas
sifat-sifat dan karakteristik yang ditunjukkan oleh zat-zat tersebut dalam
larutan air. Asam dan Basa mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat
mempermudah kita untuk mengenalnya. Misalnya larutan asam
mempunyai rasa asam. Sebagai contoh jus lemon dan cuka rasanya asam.
Sedangkan basa memiliki rasa pahit atau sepat, sebagai contonya adalah
sabun. Selain rasa, sifat-sifat asam dan baa juga dapat ditentukan dengan
melihat pengaruhnya terhadap indikator. Indikator merupakan suatu zat
kimia yang dapat berubah warnanya tergantung dari keasaman atau

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 49


kebasaan suatu larutan. Contoh yang paling sederhana adalah kertas
lakmus. Kertas lakmus akan mempunyai warna biru jika dicelupkan pada
larutan yang bersifat basa dan menjadi warna merah muda jika
dicelupkan pada larutan yang bersifat asam.

Asam-Basa Arhenius

Tahun 1887 arhenius mempostulatkan bahwa apabila molekul elektrolit


dilarutkan dalam air akan terbentuk ion-ion negative dan positif.
Asam adalah senyawa yang dapat melepaskan ioh hydrogen (H +) jika
dilarutkan dalam air.
Contoh : HCl H+(aq) + Cl-(aq)
HNO3 H+(aq) + NO3-(aq)
Basa adalah senyawa yang dapat melepas ion hidroksida (OH-) jika
dilarutkan dalam air.
Contoh : NaOH Na+(aq) + OH-(aq)
KOH K+(aq) + OH-(aq)

Asam-Basa Bronsted-Lowry

Tahun 1923 J.N Bronsted di Denmark dan T.M. Lowry di inggris secara
terpisa memberikan cara lain dalam mendefiniasikan asam dan basa.
Asam adalah donor proton dan basa adalah aseptor proton. Definisi ini
dapat mengklasifikasikan sifat asam atau basa suatu larutan dalam pelarut
lainnya selain pelarut air.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 50


Secara umum reaksi dapat ditulis :
Asam Proton + Basa
Asam1 Basa konjugasi 1 + H+
Basa 2 Asam Konjugasi 2
Reaksi secara keseluruhan menjadi
Asam 1 + Basa 2 Basa Konjugasi 1 + Asam Konjugasi 2
Contoh :

Jika kita melihat definisi asam-basa menurut Bronsted-Lowry maka


kekuatan asam dalam suatu pelarut bergantung kepada kecenderungannya
menyumbangkan proton.

Asam-basa Lewis

Teori yang sangat umum mengenai prilaku asam dan basa dinyatakan
oleh G.N. Lewis. Menurut konsep ini, suatu asam lewis adalah sebagai
spesi apa saja bertindak sebagai penerima pasangan electron dalam reaksi
kimia, dan suatu basa lewis ialah donor pasangan electron. Definisi lewis
memperluas konsep asam-basa ke sejumlah reaksi yang tidak melibatkan
transfer proton.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 51


Indikator Asam-basa
Banyak zat yang warnanya dalam larutan bergantung pada
suasana pH (konkentrasi ion hidrogen). Senyawa-senyawa ini disebut
sebagai indikator asam-basa yang banyak digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 52


Indikator asam basa umumnya adalah senyawa organik dengan
massa molekul besar yang dalam air atau pelarut lain dapat bersifat asam
atau basa. Beberapa contoh indikator dapat dilihat pada Tabel 6.1

Tabel 6.1 Contoh indikator asam-basa


Indikator Interval Warna dalam Warna dalam
pH larutan asam larutan basa
Cresol merah 0,2 – 1,8 Merah Kuning
Tymol biru 1,2 – 2,8 Merah Kuning
Brom fenol biri 3,0 – 4,6 Kuning Biru
Kongo merah 3,0 – 5,0 Violet Merah
Brom tymol biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
Phenolphetalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna Merah

Dalam pekerjaan titrasi, untuk menentukan konsentrasi suatu


larutan baku (standar) yaitu suatu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya (konsentrasi tidak mudah berubah), sebagai larutan
standar primer umumnya digunakan larutan asam oksalat dan larutan
NaOH sebagai larutan standar sekunder. Penetapan konsentrasi larutan
NaOH dilakukan sebelum melakukan titrasi asam basa.
Perhitungan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan asumsi
bahwa jumlah ekivalen zat yang dititrasi sama dengan jumlah ekivalen
dari larutan standar yang dipakai sehingga dapat ditulis sebagai berikut :

VA . NA = VB . NB

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 53


Dimana :
VA = Volume larutan standar
NA = normalitan larutan standar
VB = volume larutan sampel
NB = naomalitas larutan sampel

PROSEDUR PERCOBAAN
A. PEMBUATAN DAN PENETAPAN LARUTAN
STANDAR
Alat dan Bahan
- Neraca analitik, labu volumetri 100 mL, gelas piala 50 mL,
corong, pipet tetes
- Kristal H2C2O4 0,1N, aquades
Prosedur percobaan :
1. Timbang dengan teliti sejumlah kristal asam oksalat yang diperlukan
untuk membuat larutan asam oksalat 0,1 dalam 100mL.
2. Larutkan asam oksalat tersebut mula-mula dengan 25 mL aquades
dalam sebuah gelas piala 50 mL
3. Tuangkan dalam labu volumetri 100 mL dan tambahkan aquades
sambil membilas gelas piala sampai mendekati tanda batas.
Kemudian tambahkan aquades dengan pipet tetes tepat sampai tanda
batas.
4. Tutup labu volumetri, kemudian dikocok sambil dijungkirbalikkan
agar larutan homogen. Hitung normalitas asam oksalat sebagai

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 54


larutan standar. Gunakan larutan standar ini untuk menentukan
konsentrasi larutan NaOH pada titrasi asam basa.

B. TITRASI ASAM BASA


Alat dan Bahan :
- Buret 50 mL, statif, pipet volumetri 10 mL, Erlenmeyer 250
mL, corong.
- H2C2O4 0,1N; sampel larutan NaOH; sampel larutan HCl;
indikator phenolphtaelein (pp).
Prosedur percobaan :
1. Masukkan larutan NaOH ke dalam biuret yang bersih dan kering.
Atulah meniscus larutan pada titik “nol” dan jangan ada gelembung
udara di dalamnya.
2. Pipetlah 10 mL larutan asam oksalat kedalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 2 tetes indikator phenolphthalein.
3. Tempatkan Erlenmeyer tersebut di bawah buret dan mulailah titrasi.
Titrasi segera diakhiri pada saat terjadi perubahan warna menjadi
merah muda terang yang stabil selama 20 detik yang menendai titik
ekivalen titrasi telah tercapai.
4. Catat volume larutan NaOH yang digunakan. Ulangi titrasi sekali lagi
dengan selisih hasil kurang dari 1%. Hitung konsentrasi larutan
NaOH.
5. Pipetlah 10 mL larutan sampel asam HCl kedalam Erlenmeyer,
tambahkan 2 tetes indikator henolphtalein.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 55


6. Ulangi pengerjaan titrasi seperti diatas sebanyak dua kali dengan
selisih hasil kurang dari 1%. Hitung konsentrasi larutan HCl.

----------------------

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 56


PERCOBAAN VIII
REAKSI REDOKS

TUJUAN PERCOBAAN
Menguasai teknik titrasi redoks dan menentukan reaktivitas
logam

SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu menjelaskan reaksi reaksi redoks.
2. Mahasiswa mampu menguasai teknik titrasi titrasi redoks
3. Mahasiswa mampu mengurutan reaktivitas logam-logam
berdasarkan reaksi redoks
4. Mahasiswa terampil dan dapat melakukan pekerjaan secara baik
dan teliti dengan kesalahan sekecil mungkin.

TEORI DASAR
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan
oksidasi. Reaksi redoks selalu terdiri atas setengah reaksi reduksi dan
setengah reaksi oksidasi. Reaksi keseluruhannya disebut sebagai reaksi
redoks. Reaksi redoks ditandai dengan perubahan bilangan oksidasi pada
saat pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Cara menyamakan persamaan
reaksi redoks telah dipelajari pada stoikiometri.
Contoh reaksi redoks:
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Oksidasi : Fe2+ Fe3+ + e

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 57


Pada reaksi redoks, 1 mol zat adalah sekian ekivalen yang sesuai
dengan banyaknya electron yang diikat atau dilepaskan pada persamaan
reaksinya.
1 mol KMnO4 = 5 ekivalen
BE KMnO4 = 1/5 BM KMnO4
1 mol FeSO4 = 1 ekivalen
BE FeSO4 = BM FeSO4
Dalam pekerjaan titrasi redoks dengan normalitas KMnO4 yang diketahui
dapat untuk menghitung normalitas FeSO4 dengan persamaan :
V1 . N1 = V2 . N2
Dimana :
V1 = volume KMnO4
N1 = normalitas KMnO4
V2 = volume FeSO4
N2 = normalitas FeSO4
Jika kita mempelajari sistem redoks, tidak dapat lepas dari deret
Volta. Deret Volta merupakan urutan logam-logam dan hidrogen
berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya dari kiri ke kanan
mulai dari harga yang paling negatif ke harga yang paling positif.
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret Volta sifat reduktornya
makin kuat dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian suatu logam
dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di sebelah kanannya tetapi
tidak mampu mereduksi ion-ion disebelah kirinya. Deret ini sering pula
dikenal dengan deret elektrokimia atau deret potensial. Deret ini tidak

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 58


dapat memberikan informasi tentang laju reaksi, hanya melalui
eksperimen dapat ditentukan apakah suatu reaksi dapat berlangsung atau
tidak. Deret Volta memiliki urutan:
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au

PROSEDUR PERCOBAAN
A. TITRASI REDOKS
Alat dan Bahan :
- Buret, statif, Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 10 mL,
penangas
- KMnO4 ; H2C2O4 0,1N; H2SO4 4N; larutan sampel
Prosedur percobaan :
1. Isilah buret dengan larutan KMnO4 tepat pada titik “nol”.
2. Pipetlah 10 mL larutan asam oksalat 0,1 N ke dalam labu
Erlenmeyer. Tambahkan 5 mL H2SO4 4N, panaskan dengan penangas
sampai 80oC.
3. Titrasi larutan tersebut dengan larutan KMnO 4 sampai terbentuk
warna merah muda. Hitung normalitas KMnO4
4. Untuk menentukan kadar sampel logam, pipetlah 10 mL larutan
sampel kedalam Erlenmeyer dan tambahkan 5 mL H 2SO4 4N
5. Lakukan titrasi dan hitunglah normalitas KMnO 4.
6. Hitunglah berapa gram kadar sampel logam yang terdapat dalam
larutan sampel.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 59


A. REAKTIVITAS LOGAM
Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi, logam Fe, Zn, Cu, Pb (lempeng atau batangan)
dan kikir/ampelas
- Fe(NO3)2 0,1 M; ZnSO4 0,1 M; CuSO4 0,1 M; Pb(NO3) 0,1 M;
HCl 4 M

Prosedur percobaan :
1 Logam Fe digosok menggunakan kikir/ampelas kemudian dipotong
kecil-kecil dengan ukuran 0,3 cm x 0,3 cm (atau sedikit lebih
besar).
2 Lima tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan Fe(NO3)3
0,1 M; ZnSO4 0,1 M; CuSO4 0,1 M; Pb(NO3)2 0,1 M dan HCl 4 M.
3 Sepotong logam Fe yang telah digosok dimasukkan ke dalam lima
tabung reaksi di atas dan amati apa yang terjadi.
4 Langkah 1sampai dengan 3 diulangi untuk logam Zn, Cu, dan Pb.
5 Data yang diperoleh digunakan untuk memprediksi reaksi-reaksi
yang terjadi dan menentukan urutan reaktivitas logam Fe, Zn, Cu
dan Pb

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 60


DAFTAR PUSTAKA

Barret, L.R. 1965. A Modern Course Laboratory Manual. Charles Merril


Book.

Brady. J.E, I.R Holum. 1988. Fundamental of Chemistry. 3rd edition.


John Wiley & Sons. New York.

Roger. Weiner. Gilkerson. 1993. Experimentation and Analysis in The


Chemistry Laboratory. Saunes College Publishing. New York.

Mulyono. HAM. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi


Aksara. Jakarta.

Vogel. A.T. 1995. A Textbook of Quantitative Analysis Macro and


Semimicro. Prentice Hall. New York.

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 61


Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 62
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM

1. Judul modul Praktikum : Kimia Dasar I


2. Bidang kajian :-
3. Penyusun Utama
Nama : Dwi Kartika, S.Si., M.Sc
NIP : 19800529 200501 1 002
Pangkat/ Golongan : Lektor / IIIc
4. Tim Penyusun :
No. Nama NIP
1 Dwi Kartika, S.Si., M.Sc 19800529 200501 1 002
2 Dra. Eva Vaulina, YD., M.Si 19640713 199103 2 002

Purwokerto, Juli 2017


Menyetujui,
Ketua Jurusan Kimia Penyusun Utama,

Dr. Suwandri, S.Si., M.Si Dwi Kartika, S.Si.,M.Sc


NIP. 19730918 2000031001 NIP. 19800529 200501 1 002

Mengetahui,
Dekan Fakultas MIPA

Drs. Sunardi, M.Si


NIP. 19590715 199002 1 001

Laboratorium Kimia Dasar UNSOED Page 63

Anda mungkin juga menyukai