Anda di halaman 1dari 72

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas berkah dan rahmat
serta kesehatan yang telah dilimpahkan sehingga petujuk praktikum kimia organik
I ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan
atas junjungan dan suri tauladan Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya,
para sahabatnya dan para ummatnya hingga akhir zaman.
Tujuan dari pembuatan petunjuk praktikum yaitu membantu mahasiswa
dalam memahami pelaksanaan praktikum serta menambah wawasan dalam
melaksanakan praktikum kimia organik I yang dilaksanakan. Petunjuk praktikum
ini dilengkapi dengan prinsip dasar dan prosedur percobaan yang dapat membantu
dan membimbing mahasiswa/i untuk melakukan percobaan, secara terperinci,
singkat dan mudah. Teori yang lebih lengkap dapat dilihat pada buku/diktat kuliah
serta buku acuan lainnya.
Penyusun menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam petunjuk
praktikum kimia bahan alam ini, baik dari segi bahasa, struktur penyajian,
maupun isi buku petunjuk praktikum. Namun, penyusun berharap agar petunju
pratikum yang dikembangkan dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa/I
yang akan melakukan praktikum kimia organik I.

Mataram, Agustus 2020

Penyusun

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................................ 4
PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA..................................................... 6

TATA TERTIB PRAKTIKUM

SEBELUM PRAKTIKUM

15 menit sebelum praktikum dimulai, praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada har
boratorium, praktikan wajib menggunakan jas laboratorium dan harus menggunakan sepatu.
ahami apa yang akan dikerjakan dalam praktikum yang akan dilaksanakan.
ratorium, praktikan harus tenang, tertib dan sopan.
Petunjuk
akanan, minuman, rokok dan barangPraktikum Kimiadiperlukan.
lain yang tidak Organik I 3
B. SAAT PRAKTIKUM

menulis semua perangkat praktikum (alat-alat yang dibutuhkan selama praktikum) pada formulir peminjaman alat dan menyerahkan k
memeriksa kelengkapan alat-alat yang dipinjamkannya pada saat serah terima alat.
n runagan tanpa izin.
keselamatan diri, alat-alat, kebersihan laboratorium dan ketertiban.
kelompok lain.
oleh data dari hasil percobaan sendiri, bila menyalin data dari pihak lain, maka praktikum hari tersebut dinyatakan gagal.
ganti alat-alat yang rusak atau hilang selama praktikum berlangsung.

C. SETELAH PRAKTIKUM

angkat praktikum (alat-alat yang digunakan selama praktikum) ke tempatnya masing-masing dengan rapid an harus sesuai dengan dafta
p segera melapor pada laboran dan diwajibkan mengganti sesuai dengan spesifikasi alat tersebut.

sementara yang berisikan data hasil praktikum dan diserahkan kepada guru pembimbing setelah melaksanakan praktikum.
m petunjuk praktikum dan dikumpulkan lima hari setelah kegiatan praktikum dilakukan.
Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 4
D. KETENTUAN LAIN

Bagi praktikan yang tidak hadir dapat melakukan praktikum susulan pada jadwal pengulangan yang telah ditentukan.
Praktikan dapat diberikan peringatan, dikeluarkan ataupun digagalkan jika melanggar tata tertib.
Hal-hal yang belum tercantumdalam ketentuan ini akan diatur kemudian.

PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

kita untuk memahami dan melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan K3, diantaranya: mematuhi tata tertib yang berlak

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 5


Lembar Data Keselamatan Simbol bahan kimia berbahaya dan beracun (B3)

Simbol bahan kimia berbahaya dan beracun (B3)


Simbol bahan kimia berbahaya dan beracun (B3)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 6


Paparan Bahan Kimia
atorium, memungkinkan terjadinya paparan bahan kimia berbahaya yang berasal dari berbagai bahan kimia yang kita gunakan.
n meliputi: Pertolongan Pertama
buk bahan kimia
dalam bentuk padatan atau cairan lewat mulut
ebabkan pecahan kaca dan masuknya bahan kimia kedalam tubuh
a melalui kulit

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 7


Tumpahan Bahan Kimia

g tangan, netralisasi asam/basa; serap tumpahan dengan menggunakan kain dan buang dalam kantong/wadah pembuangan yang sesu
mbimbing, gunakan sarung tangan dan sepatu pengaman, gunakan sebuah kit yang didesain khusus untuk bahan kimia tersebut.
gan segera untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

na pakaian.
an bahan kimia dengan air dan lakukan pertolongan pertama. Obati dengan segera untuk meminimalkan resiko bahaya.
a yang besar besar, kemudian lakukan pertolngan pertama.

ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Pembuangan Limbah Kimia

han tidak terlarut, endapan-endapan, zat warna, dan lain- lain), dan larutan sisa yang harus dibuang. Sebelum membuang limbah kimia
proses pembuangan telah selesai, bilas wastafel untuk membuang bahan- bahan korosif.
hulu menjadi bahan yang tidak terlalu berbahaya sebelum ditempatkan dalam wadah pembuangan.
, dan kebakaran.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 8


Peralatan Laboratorium Kimia

patula
ekanik/elektronik. Dalam praktiknya kalian harus bisa menggunakan peralatan tersebutsesuai dengan fungsi dari masing-masing alat. P
ntuk mengambil zat kimia padatan dalam bentuk serbuk.
alaupun
abu bulatterdapat
250 ml skala, namun ralatnya cukup besar).
erfungsi untuk Memanaskan dan menyimpan larutan.
orong
orong digunakan untuk memasukan atau memindahkan larutan dari satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses peny
eraca Analitik
Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 9
ntuk menimbang bahan kimia dengan ketilitian hinga 4 digit.
romatografi kolom
igunakan untuk memurnikan Bahan kimia tunggal dari campurannya
otary Evaporator
Percobaan I
DESTILASI DAN EKSTRAKSI

I. Tujuan
a. Melakukan destilasi untuk pemisahan dan pemurnian zat cair

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 10


b. Mengkalibrasi thermometer
c. Melakukan teknik ekstraksi untuk pemisahan senyawa organic
d. Prinsip destilasi dan ekstraksi

II. Landasan teori

Destilasi adalah suatu teknik pemisahan suatu zat dari campurannya


berdasarkan titik didih. Destilasi ada dua macam, yaitu destilasi sederhana dan
destilasi bertingkat. Destilasi sederhana merupakan proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari
campurannya apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komponen
lain jauh lebih tinggi). Misalnya pengolahan air tawar dan air laut. Sementara
destilasi bertingkat merupakan proses destilasi berulang-ulang yang terjadi pada
kolom fraksionasi. Kolom fraksionasi terdiri atas beberapa plat yang lebih tinggi
lebih banyak mengandung cairan yang mudah menguap, sedangkan cairan yang
tidak mudah menguap lebih banyak dalam kondensat. Contoh destilasi bertingkat
adalah pemisahan campuran alkohol-air, pemurnian minyak bumi dan lain-lain.
(Syarifudin, 2008:10)
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya
yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanan
uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 11


murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat
terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat.
(Purba, 2004:56)
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan
uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai
kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Uap
akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih
lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan didinginkan, uap akan
terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat
pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika
suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa
murni dari salah satu komponen dalam campuran.
(Ristiyani.2008:4-5)

Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran dari berbagai komponen. Contohnya, tanah terdiri dari berbagai
senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair dan gas. Untuk memperoleh zat
murni kita harus memisahkannya dari campurannya. Campuran dapat dipisahkan
memlalui peristiwa fisika atau kimia, satu komponen atau lebih direaksikan
dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran
pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika
komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan
dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari porinya yang besar
sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semipermeabel.
Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarutnya.
Campuran homogen, seperti alkohol dalam air, tidak dapat dipisahkan dengan
saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring da selaput
semipermeabel. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika yaitu
destilasi, rekristalisasi, ekstraksi dan kromaografi.

(Syukri, 1999:15)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 12


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
(Diana Barsasella. 2012 : 173)

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:


 Tipe persiapan sampel
 Waktu ekstraksi
 Kuantitas pelarut
 Suhu pelarut
 Tipe pelarut
Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang
lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali.
(Arsyad. 2001 : 96)

Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,


ekstraksi continue, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan
cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut
pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan
pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi
pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.

(Khopkar. 1990 : 78)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 13


III. Prosedur percobaan

3.1 Alat dan Bahan


Alat :

Labu alas bundar 100 mL


Set alat destilasi
Gelas ukur 100 mL
Termometer
Batu didih
Pembakar Bunsen
Penangas air
Corong pisah 100 mL
Erlenmeyer 100 mL
Corong Buchner dan pemisah
Statip dam klem bundar
Batang pengaduk
Tabung reaksi besar

Bahan :
Benzena teknis
Metanol teknis
Asam benzoat
Toluena
Larutan NaOH 10%
Larutan HCl 10%
Kertas indikator
Kertas saring

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 14


3.2 Skema kerja
Destilasi
Kalibrasi Termometer

Campuran air es
Dicelupkan termometer kedalamnya (titik nol)

10 ml Aquades
Dimasukkan kedalam tabung reaksi besar, ditambahkan
batu didih
Dipanaskan sampai mendidih
Dimasukkan termometer tanpa menyentuh permukaan air
atau pada uapnya saja (titik 100)
Diperiksa tekanan barometer

Hasil

Destilasi biasa
Pemurnian

50 ml benzene teknis
Dimasukkan kedalam labu yang telah dirangkai menjadi
alat destilasi sederhana
Ditambahkan batu didih
Dipanaskan
Diatur pemanasan dengan kecepatan menetes destilat satu
tetes per detik
Diamati dan dicatat suhu pada tetesen pertama
Dicatat suhu dan volume destilat setiap selang jumlah
penampungan destilat tertentu

Hasil

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 15


Pemisahan
50 ml campuran metanol-air
Dimasukkan kedalam labu destilasi
Dipanaskan seperti pada proses sebelumnya
Dicatat suhu dan volume destilat
Dicatat tekanan atmosfer
Dibuat grafik

Hasil

Ekstraksi

30 ml larutan Asam benzoat dalam Toluena


Dimasukkan kedalam corong pisah
Dilakukan ekstraksi dengan

15 ml larutan NaOH 10%


Dibiarkan beberapa saat dan dipisahkan lapisan bagian
bawah
Diulangi ekstraksi dengan cara yang sama

35 ml larutan HCl 10%


Ditambahkan kedalam kedua ekstrak
Diatur pH (sekitar 2) dengan kertas indikator
Disaring endapan yang terbentuk
Dicuci endapan dengan air dingin
Dikeringkan endapan dan ditimbang
Dilakukan ekstrak yang satu lagi
Dibandingkan hasil keduanya
Dihitung kadar Asam benzoat total

Hasil

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 16


IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil
a. Pemurnian : destilasi benzene teknis
No Volume Suhu Volume larutan yang telah didestilasi
. : 21 mL
1. Tetes pertama 60 °C
2. 5 mL 68 °C Berat : 16,52 g
3. 10 mL 72 °C
4. 15 mL 74 °C
5. 20 mL 74 °C
6. 25 mL 74 °C

b. Pemisahan : methanol-air

No Volume (mL) Suhu (°C) - Terdapat endapan putih


1 Tetes pertama 68
2 5 69
3 10 70 Volume methanol yang telah
4 15 70 didestilasi : 26 mL
5 20 70
6 25 70 Berat : 20,17 g

7 30 72
8 35 72
9 40 74
10 45 76
11 50 77

c. Ekstraksi
- V.lapisan bawah : 16 mL
- V.lapisan atas : 14 mL
- V.tetesan HCl (I): 30 mL
- V.tetesan HCl (II): 30 mL

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 17


4.2 Pembahasan
Pada percobaan destilasi biasa praktikan menggunakan sampel benzene
tekstil dan metanol-air, lalu percobaan ini praktikan menggunakan batu didih yang
bertujuan agar tidak terjadi letupan-letupan dan juga sebagai meratakan panas.
pengkalibrasian termometer tidak dilakukan, karena percobaan langsung
dilakukan. Kalibrasi thermometer berfungsi untuk memverifikasi , artinya
mengetahui apakah thermometer sesuai atau tidak dengan standar.

Dalam percobaan pemurnian suhu pada waktu tetesan pertama benzene


tekstil yaitu 600C. Saat 5 mL yang telas menetes suhunya naik menjadi 68 0C. Pada
10 mL suhu naik kembali menjadi 720C. Pada 15 mL suhu naik menjadi 740C.
Terjadi suhu konstan pada suhu tersebut hingga volume larutan yang di
murnikan mencapai 25 mL.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, tetesan pertama benzen terjadi


pada suhu 60℃, sedangkan titik didih bezen sebenarnya adalah 81℃ ,hal ini
terjadi karena adanya kesalahan yang dilakukan oleh praktikan seperti pengukuran
suhu atau pada penggunaan alat destilasi.

Pada percobaan destilasi pemisahan, praktikan memisahkan air dan


methanol. Perbandingan air dan methanol yaitu 50:50. Tetesan pertama terjadi
pada suhu 68˚C. selanjutnya suhu terus naik, dan pada percobaan ini kami tidak
mengalami suhu konstan. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan praktikan saat
merangkai alat destilasi sehingga terjadi kebocoran uap. Titik didih methanol
adalah 64,7 ˚C, dan tetesan pertama terjadi pada suhu 68˚C. volume destilat saat
selesai destilasi yaitu 26 mL.

Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan


suatu senyawa dari satu fasa ke fasa lain. Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair
yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair. Keberhasilan pemisahan
sangat tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa tersebut dalam kedua
pelarut. Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut
dalam pelarut yang satu dan sangat larut dipelarut lainnya. Air banyak dipakai

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 18


dalam system ekstraksi cair-cair senyawa organic, karena banyak senyawa organic
yang bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air.

Pada percobaan ini dilakukan ekstraksi terhadap asam benzoat dalam


toluena yang diekstraksi dengan menggunakan larutan NaOH 10%. solven yang
dipakai dalam percobaan kali ini adalah NaOH dam asam benzoat sebagai
solutnya, molekul-molekul NaOH akan saling menjauh untuk memberi tempat
pada molekul-molekul Asam benzoat yang terlarut di dalam Toluena, sehingga
molekul-molekulnya akan memisah agar dapat menempati ruang dalam campuran.
Setelah terjadi pemisahan, pada hasil yang diperoleh ditambahkan 10 ml HCl
untuk membuat PH larutan bersifat asam dan terbentuknya endapan
berwarna putih. Endapan itulah yang merupakan ekstrak asam benzoate murni.

Namun pada percobaan ini tidak terbe ntuk endapan putih. Hal ini disebabkan
oleh proses ekstraksi yangb tidak berjalan lancer, sehingga tidak didapati ekstrak
asam benzoate tersebut. Sehingga lapisan bawah ekstraksi tidak bereaksi
membentuk endapan putih pada saat direaksikan dengan HCl.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 19


V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
1. Prinsip Destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya,
pada suhu dan tekanan tertentu. Sedangkan prinsip Ekstraksi adalah suatu
senyawa yang yang kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut
di pelarut lainnya. Dalam sistem ekstraksi, akan dihasilkan dua fasa yaitu
fasa air (aqueous) dan fasa organik.
2. Titik didih benzena adalah 81℃, sedangkan tetesan pertama destilat pada
suhu 60˚C. Sedangkan Titik didih methanol adalah 64,7 ˚C, dan tetesan
pertama terjadi pada suhu 68˚C.
3. Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan
suatu senyawa dari satu fasa ke fasa lain. Prinsip Ekstraksi adalah suatu
senyawa yang yang kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut
di pelarut lainnya. Dalam sistem ekstraksi, akan dihasilkan dua fasa yaitu
fasa air (aqueous) dan fasa organik.

5.2 Saran
 Berdasarkan hasil percobaan dan praktikum yang telah dilakukan, maka
saran yang dapat berikan yaitu: Pada praktikum ini, percobaan yang dilakukan
berjalan dengan baik, tetapi akan lebih baik jika percobaan dapat dilakukan
perkelompok. Keterbatasan alat praktikum di laboratorium dapat diatasi
sesegera mungkin, agar praktikum dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 20


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Jakarta :


Gramedia.
Barsasella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta : Trans Info media.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Purba,Michael. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Ristiyani, Janik. 2008. Laporan praktikum Kimia Organik II. Sintesis Klorofom.
Yogyakarta: Laboratorium UIN Sunan Kalijag.

Syarifudin. 2008. Kimia. Tangerang : Scientific Press.

Syukri, S. 1999.Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 21


LAMPIRAN

1. Jawablah setiap pertanyaan pada cara kerja percobaan di atas?

2. Buatlah grafik yang baik dari suhu terhadap volume destilat dari percobaan
destilasi di atas!

3. Jelaskan ada berapa macam metoda ekstraksi dan jelaskan pula cara kerja
ekstraksi dia atas termasuk metoda ekstraksi yang mana!

Jawab :

1. Kondensor/pendingin yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air


yang masuk berasal dari bawah dan keluar dari atas karena jika airnya masuk
dari atas maka air dalam pendingin tidak akan memenuhi isi pendingin
sehingga tidak dapat digunakan untuk mendinginkan uap yang mengalir lewat
kondensor tersebut.

Larutan sampelnya adalah benzene teknis dengan dimasukkan dalam labu


destilasi yang volumenya maksimum setengah karena agar pada saat
pemanasan larutan tidak melimpah.

2.

Destilasi Pemurnian
90
80
70 f(x) = 0.22 x + 69.93
R² = 0.38
60
volume (mL)

50 Suhu (°C)
40 Linear (Suhu (°C))
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
suhu °C

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 22


Destilasi Pemisahan
100
80 f(x) = 0.41 x + 66.27
R² = 0.89
volume (mL)
60
Suhu (°C)
40 Linear (Suhu (°C))

20
0
0 10 20 30 40 50 60
suhu (°C)

3. Macam-macam metoda ekstraksi :


a. Maserasi, adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan
perendaman, pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat).
c. Sokletasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang secara terus-
menerus, umumnya dilakukan dengan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi
kontinue dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 23


Percobaan II
REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH
I. Tujuan
Teknik-teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat padat dengan
rekristalisasi serta penentuan kemurnian dengan titik leleh

II. Landasan Teori

Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan
zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total
impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin,
maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk
yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa
bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. dalam
pelarutan pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingakat partikel
individual. dalam pengendapan terjadi kebalikannya: tarik menarik zat terlarut
erjadi kembali suatu zat terlarut meninggalkan larutan. dalam rekristalisasi pasti
sebelumnya terjadi proses kristalisasi dimana dilakukannya pemisahan zat pada
dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya, zat padat tersebut dalam
keadaan lewat jenuh akan terbentuk kristal. Selama proses kristalisasi ini hanya
partikel murni yang akan mengkristal sedangkan zat zat yang tidak kita inginkan
akan tetap berwujud cair. Semakin besar kristal kristal yang terbentuk selama
berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dpat disaring dan mungkin
sekali makin cepat kristal kristal itu akan turun keluar dari larutan,yang lagi lagi
akan membantu penyaringan. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk lekuk dan lubang luban, akan menahan cairan induk. Bahkan
setelah dicuci dengan seksama.
(Sunardi, 2004)
Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan suhunya
kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 24


rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari karena tidak
teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat hanya membicarakan kristal. Suatu
zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat yang mempunyai struktur kristal
yang sama disebut isomorfik (sama bentuk), contohnya NaF dengan MgO, K 2SO4
dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik tidak selalu dapat
mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak dapat
menggantikan kedudukan partikel lain. Suatu zat yang mempunyai dua kristal
atau lebih disebut polimorfik (banyak bentuk).
(Beny, 1994)
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian
komponen larutan organic. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih
pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat
padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, mengeringkan
produknya (hasil).
Terdapat tiga jenis kristal cair: smektik, nematik, dan kholesterik. Hubungan
struktural antara kristal padat-smektik, nematik dan kholesterik secara skematik
ditunjukkan pada gambar. Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan praktis
semacam layar TV atau jam tangan.
Keteraturan dalam kristal cair. Keteraturan dalam kristal adalah tiga dimensi.
Dalam kristal cair smektik dapat dikatakan keteraturannya di dua dimensi, dan di
nematik satu dimensi. T adalah temperatur transisi.
(Sudjadi, 1986)
Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna
putih dan merupakan asam karboksilataromatik yang paling sederhana. Nama
asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan
satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya
digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang
penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya. Untuk semua metode
sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air, karena
asam benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin.
Penghindaran penggunaan pelarut organik untuk rekristalisasi membuat

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 25


eksperimen ini aman. Pelarut lainnya yang memungkinkan diantaranya meliputi
asam asetat, benzena, eter petrolium, dan campuran etanol dan air.
Sublimasi merupakan prinsip pengering-bekuan (freeze drying) adalah
menghilangkan air dan pelarut lain dari produk beku tanpa melewati fase cair.
Tingkat kebekuan produk yang dapat dicapai, lama pengeringan dan jenis produk
yang dikering-bekukan serta faktor personil yang mengoperasikan alat dalam
proses sublimasi tersebut. Pembekuan secara perlahan-lahan lebih baik
dibandingkan dengan pembekuan secara cepat sebab dengan pembekuan secara
perlahan-lahan akan terbentuk kristal es yang besar sehingga kondisi ini akan
memperlancar proses sublimasi dari setiap lapisan es dalam produk. Tahap
pengeringan pertama dimulai pada saat produk sudah berada dalam kondisi beku
sempurna dan keadaan beku ini harus tetap dipertahankan selama proses
pengeringan.
Metode rekristalisasi melibatkan tiga tahapan:
1. Pemilihan Pelarut
Pelarut yang baik adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut
sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi.
2. Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas
Pada titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai terlihat bahwa tidak
ada tambahan materi yang larut lagi.
3. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang masih panas kemudian disaring ,melalui kertas saring yang
ditempakan dalam suatu corong saring.
Adapun syarat dari proses rekristalisasi adalah:
1. Perbedaan kelarutan cukup jauh
2. Suhu kelarutan tidak terlalu jauh atau tinggi
3. Antara zat terlarut dan pelarut diusahakan tidak bereaksi
4. Gunakan pelarut nonpolar
(Wasiloh,1978)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 26


III. Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Corong tangkai pendek 15 cm
Corong Buchner 15 cm
Erlenmeyer 125 dan 200 mL
Pembakar Bunsen
Labu isap 250 mL
Kaca arloji
Kertas saring

b. Bahan
Asam benzoat murni
Asetanilida
NaftalAlat Thiele
Karbon/arang/norit
Etanol 95%

3.2 Skema Kerja


A. Penetuan titik leleh

Kristal Benzoat Murni

diambil dalam kaca arloji


digerus
diambil tabung kaca kapiler
dibalikkan ujung yang terbuka
ditekan-tekan ke dalam serbuk kristal
dibalikkan lagi tabung
diketuk-ketuk
diulangi pengambilan
dipasang kapiler ini di tempat alat Thiele
dipanaskan
diperhatikan dan catat saat dimana kristal mulai meleleh
Hasil

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 27


B. Rekristalisasi
- Kristalisasi dari pelarut air

Asetanilida kotor
ditimbang 5gr
dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL
dimasukkan 50 mL air panas
ditambah 5-7 mL air panas
dididihkan diatas kasa asbes
ditambah 0,5-1 gr karbon/ norit
diaduk
dididihkan
disiapkan corong penyaring kaca, lengkapi kertas saring lipat
dipasang labu erlenmeyer
dituangkan larutan keatas corong
dilakukan penyaringan kristal
dicuci kristal dengan sptula
ditekan kristal dengan spatula
ditebarkan kristal diatas kertas saring
ditekan
diditimbangkristal kering
ditentukan titik lelehnya
Hasil
- Rekristalisasi dalam pelarut organik
Naftalen kotor
ditimbang 5 gr
dimasukkan dalam erlenmeyer 100 mL
ditambah 20 mL etanol 95%
diaduk
dipanaskan dan didihkan
diangkat
ditambah 0,5 gram karbon atau norit
dididihkan sebentar
dilakukan penyaringan diatascorong kaca kertas saring
didinginkan filtrat
didilakukan penyaringan dengan corong bucher
dicuci kristal dengan 2-3 mL etanol
dikeringkan
ditimbang
ditentukan titik lelehnya
Hasil
Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 28
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Data Pengamatan
A. Penetuan titik leleh

Titik leleh (0C)


Awal Akhir
127,5 0C 132 0C

B. Rekristalisasi
- Kristalisasi dari pelarut air

Massa Kristal Titik leleh (0C)


Awal Akhir
1,422 gram 112,1 0C 132 0C

- Rekristalisasi dalam pelarut organik

Massa Kristal Titik leleh (0C)


Awal Akhir
3,416 gram 84,26 0C 98,21 0C

IV.2 Pembahasan
A. Penetuan titik leleh
Dalam percobaan ini dilakukan untuk menentukan titik leleh dengan
prinsip berdasarkan perubahan fasa dari padat ke cair dalam keadaan
setimbang. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yakni asam benzoat
yang digerus terlebih dahulu karena untuk menentukan titik leleh harusnya
menggunakan pipa kapiler dan diameter kapiler ini sangatlah kecil. Setelah
zat yang akan ditentukan sudah masuk dalam pipa kapiler, pipa kapiler
tersebut dimasukkan dalam alat melting point. Suhu mulainya untuk
menentukkan titik leleh suatu zat yang akan ditentukan adalah suhu yang
rendah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan
dalam menetukan suhu titik lelehnya karena kita belum mengetahui titik leleh
suatu zat yang akan ditentukan titik lelehnya, maka suhu awal penentuan titik
leleh haruslah suhu yang rendah. Apabila menggunakan suhu awal yang

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 29


terlalu tinggi dan kita memasukkan sampel untuk ditentukan titik lelehnya,
terdapat kemungkinan bahwa suhu yang terlalu tinggi menyebabkan sampel
langsung meleleh, karena suhu tersebut melebihi dari suhu titik leleh sampel
yang sebenarnya dan kita menganggap bahwa suhu  awal tersebut adalah titik
leleh dari suatu sampel. Pada penentuan titik leleh dari suatu sampel, dilihat
dari pertama kali sampel tersebut mencair pada suhu berapa.
Dari hasil percobaan didapat bahwa titik leleh murni asam benzoat adalah
127,5oC sedangkan menurut teori titik leleh asam benzoat adalah sebesar
122,40C. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa titik leleh kristal asam
benzoat hasil percobaan tidak jauh berbeda dengan titik leleh asam benzoat
murni. Akan tetapi titik leleh asam benzoat murni lebih tinggi dibanding titik
leleh asam benzoat berdasar teori. Hal ini dikarenakan pada asam benzoat
murni terdapat kemungkinan adanya pengotor, sehingga titik lelehnya lebih
tinggi dibanding titik leleh asam benzoat berdasar teori. Ketidakakuratan hasil
penentuan titik lelehpun dipengaruhi adanya kemungkinan kesalahan
pembacaan suhu dimana seharusnya suhu tersebut dilihat dari pertama kali
sampel mencair, akan tetapi ada kemungkinan suhu yang terbaca saat sampel
telah banyak mencair.

B. Rekristalisasi
- Kristalisasi dari pelarut air

Percobaan yang dilakukan adalah rekristalisasi. Percobaan ini bertujuan


untuk mempelajari t e k n i k rekristalisasi untuk pemurnian
senyawa organic. Rekristalisasi merupakan
t e k n i k    pemisahan suatu campuran dengan mengggunakan metode
pembentukan kristal. Prinsip yang m e n d a s a r i m e t o d e i n i k e l a r u t a n
suatu zat dalam pelarut tertent. hal ini yang
m e n j a d i k a n rekristalisasi sering digunakan dalam pemurnian padatan
organik. Pemilihan suatu pelarut dalam rekristalisasi sangat penting
sebab dengan pelarut yang tepat akan didapat pemisahan
yangsempurna. Umumnya zat terlarut akan lebih mudah dalam pelarut panas
dan akan mengkristal apabila larutan jenuh didinginkan dengan

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 30


demikian zat yang terlarut dalam larutan tersebutdapat dipisahk an.
Syarat pelaru t yan g digunakan dalam rekristalisasi adalah
pelarutnya tidak  bereaksi dengan zat yang dilarutkan pelarut hanya dapat
melarutkan zat yang akan dimurnikandan tidak melarutkan zat pencemarnya.
Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zatyang dimurnikan agar
zat tersebut tidak terurai. pada percobaan ini sampel yang digunakan adalalah
asetanilida. P e l a r u t y a n g d a p a t d i g u n a k a n d a l a m rekristalisai
asetalinida adalah akuades. Akuades merupakan pelarut yang lebih baik 
sebab perbedaan titik didih akuades dan asetanilida cukup jauh, apabila
rekristalisasi asetanilida dilakukan dengan  pelarut akuades yang titik
didihnya jauh dibawah asetalinida maka akan memperkecil kemungkinan
asetalinida ikut teruapkan.

Prinsip percobaan rekristalisasi asetanilida adalah memurnikan padatan


asetanilida dengan melarutkan ke dalam pelarut yang sesuai pada keadaan
panas. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan antara padatan
yang dimurnikan dengan pengotornya. Penambahan karbon aktif berfungsi
untuk menyerap pengotor selanjutnya dipisahkan dengan penyaringan vakum
menggunakan corong buchner dalam keadaan panas. Pada keadaan dingin
akan terbentuk kristal asetanilida yang murni. Kristal murni yang terbentuk
ditimbang massanya. Berdasarkan percobaan rekristalisasi didapatkan kristal
murni asetanilida dengan massa sampel 5 gram. Pada pengujian kemurnian
kristal diperoleh titik leleh kristal murni asetanilida 112,10C. Berdasarkan
referensi, asetanilida mempunyai titik leleh sebesar 114,3 0C kemungkinan
masih terdapat pengotor di dalam kristal sehingga mempengaruhi hasil
pengukuran titik leleh. Kristal asetanida yang didapatkan mempunyai sifat
fisik yaitu berwujud padatan kristal berwarna putih, hasil tersebut sesuai
dengan referensi.

- Rekristalisasi dalam pelarut organik

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 31


Pada percobaan ini sampel yang digunakan yakni naftalen. Naftalena
merupakan senyawa organik yang memiliki dua cincin siklo dan sama-sama
memiliki ikatan rangkap. Struktur dari naftalena adalah

Pada percobaan ini, naftalena dilarutkan dalam etanol dan


menghasilkanlarutan yang keruh dan tidak semua naftalen dapat
melarut, kemudian larutanyang masih terdapat endapan ini dipanakan
namun pada proses pemanasan ini endapan yang terbentuk tetap tidak
melarut. Untuk menghilangkan pengotor yang mungkin ada pada naftalen
maka ditambahkan arang aktif. arang aktif sebagai  penyerap aktif zat
pengotor yang terkandung dalam suatu sampel. Pada saat penambahan arang aktif
ini larutan menjadi berwarna hitam. Kemudian larutan inid i s a r i n g s e l a g i
masih panas, hal ini bertujuan agar zat padat yang
t e r s u s p e n s i dalam larutan dapat dipisahkan dari naftalena, sehingga dari
penyaringan didapatf i l t r a t yang murni. Kemudian dilakukan
p e n y a r i n g a n m e n g g u n a k a n c o r o n g  buchner yang dilengkapi dengan pipa
pengisapan. Penyaringan inidilakukan,untuk mempercepat pengeringan
agar terbentuk kristal murni yang bagus. Agar kristal yang dihasilkan lebuh
bersih maka ditambahkanlah etanol.Pada pemurnian naftalena ini digunakan
etanol sebagai pelarutnya. Hal inidikarenakan etanol mempunyai sifat-sifat yaitu:
1. T i d a k d a p a t m e l a r u t k a n n a f t a l e n a p a d a s u h u
k a m a r , t e t a p i d a p a t melarutkannya setelah dipanaskan.
2. Titik didih etanol lebih rendah yaitu kurang lebih 78 0C yang
mempermudah pengeringan kristal naftalena yang terbentuk, karena etanol
mudah menguap.
3. E t a n o l t i d a k b e r e a k s i d e n g a n n a f t a l e n a k a r e n a t i t i k
didih etanol l e b i h rendah dari titik didih naftalena, sehingga
menyebabkan naftalena mudah terurai menjadi senyawa lain.

Setelah dilakukan proses rekristalisasi (proses pembentukan kristal


padat kembalidari suatu larutan induk yang homogen), langkah

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 32


selanjutnya adalah penetuan titik leleh dari kristal yang
dihasilkan.penentuan ini dilakukan dengan cara, menggerusk r i s t a l y a n g
telah didapatkan kemudian memasukkan ke dalam pipa
kapiler.Setelah itu serbuk dari kristal dimasukkan
k e d a l a m p i p a k a p i l e r   untuk pengukuran titik leleh menggunakan
digital melting point apparatus, dimana pada saat serbuk tersebut meleleh
saati t u l a h p e n e n t u a n t i t i k l e l e h n a f t a l e n d a p a t d i k e t a h u i .
Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa titik leleh dari
n a f t a l e n a d a l a h 8 4 0C . J i k a dibandingkan dengan titik leleh
yang terdapat pada referensi titik leleh sbesar  800C.Perbedaan ini
dipengaruhi kemungkinan adanya zat pengotor dalam kristal.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 33


V. Kesimpulan dan Saran
V.1Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip menentukan titik leleh dengan berdasarkan perubahan fasa dari
padat kecair dalam keadaan setimbang.
2. Padatan organik asetanilida dan naftalen dapat dimurnikan dengan
metode rekristalisasi yang didasarkan pada perbedaan kelarutan antara
padatan yang dimurnikan dengan pengotornyapada suatu pelarut tertentu.
Dalam metode ini, padatan dapat larut pada temperatur tinggi dan
kelarutannya akan berkurang pada temperatur rendah sehingga dapat
dihasilkan padatan kembali.
3. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang dimurnikan dengan zat pengotornya.
4. Penambahan arang aktif /norit digunakan untuk menyerap zat pengotor
yang berwarna sehingga dihasilkan kristal yang bersih.

V.2Saran
Diharapkan pada pihak laboratorium untuk melengkapi lagi alat-alat dan
bahan praktikum agar praktikum yang diselengarakan dapat berjalan dengan baik
dan selesai tepat waktu.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 34


DAFTAR PUSTAKA

Beny, Karyadi. 1994. Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud

Mochtar, Apt. 1986. Farmasi Kimia. Yogyakarta: UGM press

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Jakarta: Kanisius

Sunardi. 2004. Cara-cara pemisahan. Depok: Dept Kimia FMIPAUI

Wasiloh, Abu Sudja. 1978. Kimia Organik. Bandung: Karya Nusantara

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 35


LAMPIRAN
- Pertanyaan

1. Terangkan prinsip dasar dari penentuan titik leleh!


Jawab:
Prinsip dasar dari penetuan titik leleh adalah proses pembentukkan senyawa
dari fasa padat menjadi fasa cainya. Ini dikarenakan jika suatu zat dinaikan
temperaturnya, maka akan tercapai suatu keadaan dimana terjadi pemutusan
ikatan antara molekul-molekulnya sehingga molekul tersebut muda berpindah
tempat seperti gerakkan benda cair. Temperatur pada saat terjadi hal yang
demikian disebut titik leleh.

2. Terangkan pula prinsip dasar dari rekristalisasi!


Jawab:
Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah proses pembentukan senyawa dari fasa
cairnya menjadi fasa padatnya, dikarenakan senyawa tersebut mencapai titik
bekunya. Ketika mencapai titik bekunya, ikatan antara molekulnya akan
semakin kuat sehingga menyulitkan pergerakkan dari molekulnya.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses kristalisasi dan bentuk


kristal?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kristalisasi, antara lain:
a. Kesetimbangan molekul dalam reaksinya
b. Temperatur reaksi
c. Pelarut yang digunakan tidak boleh bereaksi dengan zat terlarutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:
a. Lajupembentukan inti (nukleasi), laju ini dapat dinyatakan dengan jumlah
inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi,
banyak sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satu pun dari inti tersebut
akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari
partikel-partikel kecil. Laju ini tergantung pada derajat lewat jenuh.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 36


b. Lajupertumbuhan kristal. Jika laju ini tinggi, kristal yang terbentuk besar-
besar. Laju ini tergantung juga pada derajat lewat jenuh. Namun sebaiknya
kita menciptakan kondisi-kondisi pada mana lewat jenuhnya sedang-sedang
saja sehingga terbentuk sejumlah inti yang relatif sedikit yang kemudian
menjadi kristal-kristal besar.

4. Gambarkan diagram fasa dari proses penentuan titik leleh dan rekistalisasi!
Jawab:

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 37


Percobaan III
SENYAWA – SENYAWA HIDROKARBON
I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat senyawa hidrokarbon dan mengetahui reaksi-reaksi
yang terjadi pada senyawa hidrokarbon.

II. Landasan Teori


Hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya mengandung unsur karbon
(C) dan hidrogen (H). Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan kovalen
tunggal. Dengan demikian, semua atom karbon dalam molekulnya mempunyai
hibridisasi sp3. Senyawa ke-1 dan ke-3 di atas termasuk hidrokarbon jenuh.
Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga di
antara atom-atom karbonnya. Atom karbon yang memiliki sebuah ikatan rangkap
dengan tetangganya, mempunyai hibridisasi sp2, sedangkan atom karbon yang
memiliki sebuah ikatan ganda tiga, mempunyai hibridisasi sp. Senyawa ke-2 dari
gambar di atas termasuk hidrokarbon tak jenuh.
(Wasiloh, 1978)
Hidrokarbon aromatik sebetulnya juga tak jenuh, tetapi kestabilannya jauh
lebih tinggi daripada hidrokarbon tak jenuh, sehingga dimasukkan dalam
golongan yang berbeda, yaitu hidrokarbon aromatik. Senyawa ke-4 (benzena) di
atas termasuk dalam hidrokarbon aromatik
(Cotton, 2007)
Penggolongan Senyawa Karbon
Penggolongan hidrokarbon didasarkan pada dua hal, yaitu bentuk rantai
karbon dan jenis ikatan.
1. Berdasarkan Bentuk Rantai Karbon
a. Rantai karbon alifatis, yaitu rantai karbon terbuka. Rantai karbon alifatis
ini bisa lurus dan bisa juga bercabang.
Contoh:

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 38


b. Rantai karbon siklis, yaitu rantai karbon tertutup. Dibedakan atas
karbosiklik dan heterosiklik.
- Karbosiklik adalah senyawa karbon siklik yang rantai lingkarnya hanya
terdiri dari atom C saja. Yang termasuk karbosiklik adalah senyawa
aromatis dan alisiklik.
1) Senyawa aromatis adalah senyawa karbo siklik yang terdiri atas 6 atom
karbon atau lebih yang memiliki ikatan rangkap 2 terkonjugasi
(selengkapnya akan Anda pelajari di kelas XII). Contoh:

2) Senyawa alisiklik adalah senyawa karbosiklik yang hanya mempunyai


ikatan tunggal.
Contoh:

- Heterosiklik adalah senyawa karbo siklik yang di dalam rantai lingkarnya


terdapat atom lain selain atom karbon.
Contoh:

(Sumardjo, 2008)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 39


2. Berdasarkan Jenis Ikatan
a. Ikatan jenuh, jika semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal
(-C-C-).
Contoh

b. Ikatan tak jenuh, jika mengandung ikatan rangkap 2 ( ) maupun


rangkap 3 (  ) pada ikatan karbon – karbon.
Dikatakan tak jenuh karena ikatan rangkap, baik rangkap 2 maupun
rangkap 3 ini masih dapat mengalami pemutusan ikatan.
Contoh:

(Beny, 1994)

Ciri-ciri umum
 Karena struktur molekulnya berbeda, maka rumus empiris antara hidrokarbon
pun juga berbeda: jumlah hidrokarbon yang diikat pada alkena dan alkuna pasti
lebih sedikit karena atom karbonnya berikatan rangkap.
 Kemampuan hidrokarbon untuk berikatan dengan dirinya sendiri disebut
dengan katenasi, dan menyebabkan hidrokarbon bisa membentuk senyawa-
senyawa yang lebih kompleks, seperti sikloheksana atau arena seperti benzena.
Kemampuan ini didapat karena karakteristik ikatan diantara atom karbon bersifat
non-polar.
 Sesuai dengan teori ikatan valensi, atom karbon harus memenuhi aturan “4-
hidrogen” yang menyatakan jumlah atom maksimum yang dapat berikatan dengan
karbon, karena karbon mempunyai 4 elektron valensi. Dilihat dari elektron valensi
ini, maka karbon mempunyai 4 elektron yang bisa membentuk ikatan kovalen atau
ikatan dativ.
 Hidrokarbon bersifat hidrofobik dan termasuk dalam lipid.
(Sutresna, 2003)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 40


III. Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
c. Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas ukur
d. Bahan
Minyak paraffin
2-Pentena
Sikloheksena
Toluena
Larutan 2% Br2 dalam CCl4
Larutan KMnO4 0,5%
Larutan Na2CO3 10%
H2SO4 pekat

3.2 Skema Kerja


DiLakukan tes A, B dan C pada senyawa hidrokarbon berikut :
1. Hidrokarbon jenuh atau minyak paraffin
2. Hidrokarbon tak jenuh seperti 2-Pentena atau Sikloheksena
3. Hidrokarbon aromatis seperti benzen atau toluen
A. Tes Brom
1 mL hidrokarbon jenuh

dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi


ditambahkan 1 – 2 tetes larutan Br2 dalam CCl4
diguncangkan, ditempatkan satu tabung pada
tempat gelap dan tabung lain di bawah sinar
matahari
diandingkan dan amati

Hasil
hidroka
rbon
jenuh

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 41


1 mL hidrokarbon tak jenuh

ditambahkan 1 – 2 tetes larutan 2% Br2 dalam CCl4


diguncangkan tabung dan diamati hasil
dilakukan dengan cara yang sama untuk hidrokarbon aromatis

Hasil
hidroka
B. Tes Bayer rbon
jenuh
1 mL hidrokarbon jenuh

dimasukkan ke dalam tabung reaksi


ditambahkan 1 – 3 tetes larutan KMnO4 0,5% dan
3 mL larutan Na2CO3 10%
diguncangkan dan amati
dilakukan dengan cara yang sama untuk
hidrokarbon aromatis

Hasil
hidroka
rbon
C. Tes Asam Sulfat
jenuh
3 mL H2SO4 pekat

dimasukkan melalui dinding tabung reaksi


ditambahkan 1 mL hidrokarbon jenuh
diguncangkan dan amati
dilakukan dengan cara yang sama untuk
hidrokarbon tak jenuh dan aromatis

Hasil
hidroka
rbon
jenuh

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 42


IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Data Pengamatan
C. Tes Bayer

Perlakuan Hasil
I. Minyak Parafin 1 mL + 3 tetes - Berbuih
KMnO4 0,5% + 3 mL Na2CO3 10% - Terdapat padatan putih yang
mengapung
- Berwarna ungu pekat kehitaman
- Terdapat 2 lapisan
II. Benzena 1 mL + 3 tetes KMnO4 - Terdapat Gelembung
0,5% + 3 mL Na2CO3 10% - Terbentuk Cincin putih
- Berwarna ungu

D. Tes Asam Sulfat

Perlakuan Hasil
I. H2SO4 3 mL + minyak parafin 1 - Terdapat 3 lapisan: atas jingga,
mL tengah kuning dan bawah bening
II. H2SO4 3 mL + Benzena 1 mL - Terdapat 2 lapisan: atas (keruh)
dan bawah bening,
III. H2SO4 3 mL + sikloheksana 1 mL - Terdapat 2 lapisan, atas bening,
lapisan bawah coklat bening

IV.2 Pembahasan
A. Tes Brom
Percobaan ini tidak dilakukan karena tidak adanya bahan, sehingga data
yang telah didapatkan dari literatur tentangTes bromin bahwa apabila alkana
direaksikan dengan air brom maka warna air brom ( merah coklat) tidak
hilang karena reaksi adisi pada senyawa alkana tidak terjadi. Namun pada
senyawa alkena jika direaksikan dengan air brom warna air brom ( merah
coklat) akan hilang, karena reaksi yang terjadi yakni reaksi adisi dengan
halogen.
Uji bromin juga bertujuan agar dapat mengetahui pengaruh cahaya dalam
mempercepat terjadinya reaksi senyawa hidrokarbon. Uji dikatakan positif

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 43


atau terbentuk gas HBr yaitu dengan pengujian pengujian melalui kertas
lakmus yang akan mengalami perubahan warna merah karena adanya HBr
yang merupakan asam. Reaksi dengan brom (Br2) disebut reaksi halogenasi
atau sering disebut juga brominasi. Halogenasi alkanadilakukan pada tempat
yang diterangi reaksi terjadi akan sangat cepat sehingga mengakibatkan
terbentuknya suatu molekul baru sebagai hasil terpisahnya partikel partikel
yang bertumbukkan. Sehingga menghasilkan HBr dan sebuah radikal bebas.

B. Tes Bayer
Pada uji ini dilakukan tes bayer. Tes bayer merupakan suatu uji untuk
menunjukkan kereaktifan senyawa hidrokarbon terdapat oksidator KMNO 4
yang merupakan katalis. Uji baeyer adalah uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya ikatan rangkap pada larutan uji. Sampel yang
digunakan dalam uji baeyer ini adalah minyak parafin (hidrokarbon jenuh)
dan benzen (hidrokarbon aromatik). Uji bayer dilakukan dengan
mencampurkan larutan Na2CO3dan KMnO4terhadap suatu larutan sampel.
Penambahan larutan Na2CO3jelas dilakukan untuk mengoksidasi senyawa
hidrokarbon. Penambahan KMnO4bertujuan untuk mengetahui terjadinya
reaksi oksidasi. KMnO4 merupakan zat pengoksidasi yang kuat. Reaksi
oksidasi terjadi bila warna ungu dari KMnO4 hilang dari campuran tersebut. 
Endapan coklat dari MnO2- .
Pada sampel minyak parrafin hasil menunjukkan negatif, karena hasil
yang didapat menunjukkan warna ungu pekat, padatan padatan putih
menunjukkan adanya ion karbonat (CO3-). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
senyawa hidrokarbon jenuh memberikan hasil negatif pada uji bayer karena
hidrokarbon jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap.
Pada sampel benzena hasil menunjukkan terbentuknya cincin putih dan
warna ungu. Reaksi ini menjukkan positif karena terbentuknya cincin putih
berarti adanya reaksi oksidasi. Namun adanya sebagian ungu dan tidak
adanya endapan karena kesalahan percobaan yakni terlalu cepat mengambil
kesimpulan. Seharusnya percobaan ini dibiarkan pada waktu yang lama
sehingga reaksi oksidasi akan sempurna.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 44


Menurut teori, prinsip dari uji bayer ini adalah untuk mendeteksi ikatan
rangkap , berdasarkan hilangnya warna ungu dari MnO4-, karena bereaksi
dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari
MnO.
Reaksinya adalah

R R R R
C C + MnO4- R C CR + MnO
Coklat
R R R R
Endapan berwarna coklat ini menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap
pada larutan. Selain itu apabila terdapat pergeseran warna didalam larutan
yaitu dari ungu ke coklat menandakan adanya reaksi.

C. Tes Asam Sulfat


Uji asam sulfat dilakukan dengan mereaksikan sampel hidrokarbon
dengan asam sulfat pekat. Dari hasil percobaan, umumnya uji ini
menghasilkan larutan bening yang terpisah berdasarkan tingkat
kekeruhannya. Sedangkan bau yang ditimbulkannya kurang menyengat.
Hilangnya bau ini diakibatkan terjadinya reaksi sulfonasi (-SO3H) pada masa
itu.
Pada saat direaksikan dengan H2SO4 pekat dinginminyak parrafin tidak
larut karena tidak terjadi perubahan suhu. Hal ini karena alkana bersifat jenuh
sehingga mempunyai sifat sukar bereaksi dibandingkan dengan senyawa
organik lain yang mempunyai gugus fungsional sekalipun direaksikan dengan
asam sulfat.
Namun ketika dikocok menjadi 3 lapisan larutan, yakni jingga, kuning
dan bening. Kemngkinan minyak parrafin mengalami reaksi substitusi,
dengan reaksi :
CnH2n+2 + H2SO4 CnH2n+1 –SO3 + H2O
Uji asam sulfat mengahsilkan suatu senyawa alkil hidroksulfat yang
diperoleh dari suatu alkana (senyawa dengan ikatan tunggal). Hal ini
menunjukkan bahwa alkana dengan ikatan tunggal masih mampu bereaksi

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 45


dengan asam sulfat walaupun dalam jumlah sedikit atau terajdi reaksi
pengsulfonatan.
Pada saat mereaksikan hidrokarbon takjenuh dan aromatik dengan
pereaksi H2SO4 pekat sampel tersebut tidak mengalami reaksi karena ketika
diamati setelah direaksikan dengan asam sulfat larutan menjadi terdiri dari 2
fasa, ini terjadi karena asam sulfat memiliki massa jenis yang lebih tinggi dari
pada senyawa senyawa organik sehingga posisi larutan asam sulfat berada
dibawah dan senyawa hidrokarbon diatasnya. Dari hasil percobaan, umumnya
uji ini menghasilkan larutan bening pada sikloheksena larutan tetap bening
tetapi terdapat 2 lapisan, dan begitu pula untuk benzen larutan tetap bening
dan terbentuk 2 lapisan. Sedangkan bau yang dihasilkan kurang menyengat.
Hilangnya bau ini diakibatkan terjadinya reaksi sulfonasi (SO 3H) pada
senyawa itu.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 46


V. Kesimpulan dan Saran
V.1Kesimpulan
Berdasar praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Uji bromin yang merupakan reaksi halogenasi hanya terjadi dengan cepat
pada reaksi tempat terang yang menhasilkan gas HBr
2. Uji bayer digunakan untuk mengidentifikasi adanya ikatan tak jenuh
(ikatan rangkap) biasanya rangkap dua/pada sampel senyawa hidrokarbon ,
dan terjadi reaksi pada uji ini. reaksi adisi pada bayer juga termasuk reaksi
oksidasi.
3. Alkana dengan ikatan tunggal masih mampu bereaksi dengan asam sulfat
walaupun dalam jumlah sedikit atau terjadi reaksi pengsulfonatan.

V.2 Saran

Diharapkan pada pihak laboratorium untuk melengkapi lagi alat-alat dan


bahan praktikum agar praktikum yang diselengarakan dapat berjalan dengan
baik dan selesai tepat waktu.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 47


DAFTAR PUSTAKA

Beny, Karyadi. 1994. Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud

Cotton, F.A. 2007. Kimia Organik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia

Sumardjo, Damim. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC

Sutresna, Nana. 2003. Kimia. Bandung: Grafindo

Wasiloh, Abu Sudja. 1978. Kimia Organik. Bandung: Karya Nusantara

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 48


LAMPIRAN

- Pertanyaan

1. Bagaiman sifat kimia paraffin dan mengapa disebut paraffin?


Jawab :
 Paraffin merupakan hidrokarbon jenuh oleh karena itu bersifat tidak reaktif
bila direaksikan dengan unsur-unsur ogam kecuali karbon dan hidrogen.
 Pembakaran/oksidasi alkana bersifat eksotermik (menghasilkan kalor)
 Alkana bersifat non polar tidak larut dalam air, asam dan H2SO4
 Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila dibanding dengan
senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut
paraffin (berasal dari bahasa latin : parum affin, yang artinya “afinitas kecil
sekali”).

2. Senyawa apakah selain hidrokarbon tak jenuh yang positif dengan tes Bayer
dan larut dalam asam sulfat pekat?
Jawab : Senyawa hidrokarbon aromatis

3. Bagaimana cara memisahkan paraffin yang bercampur dengan olefin?


Jawab:
Dengan cara destilasi bertingkat. Dalam proses distilasi bertingkat, minyak
mentah tidak dapat dipisahkan menjadi komponen komponen murn, melainkan
kedalam fraksi fraksi, yakni kelompok-kelompok yang mempumyai kisaran
titik didih tertentu. Hal ini dikarenakan jenis komponen hidrokarbon begitu
banyak dan isomer hidrokarbon mempunyai titik dididh yang dekat.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 49


Percobaan IV
UJI KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
I.  Tujuan
1.  Menguji kelarutan beberapa senyawa organik.
2.  Menentukan sifat suatu senyawa (basa kuat, asam kuat, asam lemah, atau zat
netral).

II.   Dasar Teori

Kelarutan menyatakan secara kualitatif jumlah maksimal zat yang dapat


terlarut dalam sejumlah zat terlarut atau larutan. Dengan tes kelarutan, suatu
senyawa dapat ditentukan apakah suatu senyawa yang sedang diuji adalah basa
kuat (amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam karboksilat), atau suatu zat
netral (aldehid, keton, alkohol, ester, eter). Pelarut yang digunakan dalam uji
kelarutan senyawa organik adalah HCl 5%, NaOH 5%, NaHCO3 5%,
H2SO4 pekat, air, dan pelarut-pelarut organik. Senyawa organik adalah golongan
besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon,kecuali karbida,
karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia
organik. Dari dolongan besar itu senyawa organik dapat diklasifikasikan  dalam
keluarga (families) dan kelas (class) yang berbeda. Senyawa organik dibagi
kedalam Sembilan kelas yang berbeda, digolongkan menurut sifat masing-masing
dalam senyawa tersebut. Secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi atau
kelas dari larutan digunakan uji kelarutan terhadap senyawa tersebut.

Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai


like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling
melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute
yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan
hydrogen, ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain.
Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen
dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol
momen saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 50


Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang
jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol,
alkohol, aldehida, keton, dll yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan
dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen
dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau
hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut
dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak
larut dalam pelarut nonpolar

Pelarut polar (etanol, aseton dan metanol) dan pelarut non-polar n-heksana.
(Martono, 2012), metanol merupakan pelarut yang dapat melarutkan hampir
semua senyawa organik baik senyawa Polar maupin nonpolar, sehingga metanol
mudah menguap (Putry, 2010). Senyawa yang terekstrak dalam metanol bersifat
Polar dengan polaritas yang lebih rendah dibandingkan air sebagai fase kontinyu
dalam sistem pengujian sehingga diduga cenderung ada pada antar permukaan.
Metanol merupakan pelarut yang paling baik.

(Mu’nisa. 2010)

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya


mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Di antara
beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawa yang mengandung
paling tidak satu cincin benzene; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom
non karbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus
berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya
ikatan karbon hydrogen. Sehingga asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan
asam format, asam lemak pertama organik.

(Cahyono, 2012).

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 51


Ikatan hidrogen dapat membentuk fase baru dan menghasilkan suatu
senyawa baru dalam ikatannya dengan atom lain seperti atom C, N, O, maupun
ikatannya dengan atom hidrogen sendiri, antara lain dalam pembentukan benzena,
air(es), amoniak dan lain-lain. Pada ikatan hidrogen tersebut terdapat karakteristik
proton penyusun atomnya, yaitu gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan
tersebut dapat dipelajari dengan mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan
sehingga dapat diketahui perilaku proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen
dalam molekul H2O merupakan ikatan kovalen, kajian kepadanya diperlukan
untuk mengetahui bagaimana keadaan ideal dari molekul tersebut.

(Kurniawan, 2005).

Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar
dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara
garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik
dan sebagai bahan baku pembuatan eter danetil ester.

(Wiratmaja, 2011)

Umumnya minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng adalah


minyak bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak kelapa. Fakta bahwa, ketika
minyak seperti ini yang dipanaskan untuk perpanjangan waktu (penyalahgunaan),
mereka mengalami oksidasi (degradasi) dan menimbulkan oksida. Banyak dari
seperti hidroperoksida, epoksida dan polimer zat telah menunjukkan merugikan
kesehatan / biologi efek seperti retardasi pertumbuhan, peningkatan ukuran hati
dan ginjal serta kerusakan sel.

(Sudhir, 2010)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 52


III.    Metodologi Percobaan

3.1 Alat dan Bahan


Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Spatula

Bahan
NaOH 5%
HCl 5%
Zat Unknown
NaHCO3 5%
H2SO4 pekat

3.2 Prosedur Kerja


1 ml aquades

(+) 1-2 tetes cairan


diketuk atau digoyang
diamati
Hasil

di uji dengan lakmus jika larut


Hasil

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 53


IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Pengamatan

    Penambahan Keterangan

Aquadest Tidak Larut

NaOH 5% Tidak Larut

HCl 5% Tidak Larut

H2SO4 pekat Tidak Larut

4.2 Pembahasan

Pada percobaan uji kelarutan senyawa organik, praktikan harus menentukan


apakah zat unknown yang diberikan termasuk senyawa netral (alkena, alkuna,
alcohol, keton, amida, aldehida, ester, eter atau senyawa nitro) atau senyawa inert
(alkana, alkil halide, atau senyawa aromatik). Hal pertama yang harus dilakukan
adalah memasukkan 1 ml aquades ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 2
tetes zat unknown kedalam tabung reaksi yang berisi larutan aquadest dan yang
terjadi adalah reaksi antara aquadest dengan zat unkown tidak larut, Hal ini
mungkin terjadi karena zat unknown bersifat nonpolar karena aquadest bersifat
polar, sehingga reaksi yang terjadi tidak larut. Tidak larutnya suatu campuran
ditandai dengan terbentuknya 2 fase

Karena campuran tersebut tidak larut, praktikan menambahkan 1 ml NaOH


5%. Ketika ditambahkan 1 ml NaOH 5% campuran tidak larut juga, hal ini
mungkin disebabkan adanya perbedaan kepolaran. Lalu ditambahkan 1 ml HCl
5% dan hasilnya menunjukkan bahwa campuran tidak larut juga. Selanjutnya
untuk mengetahui apakah senyawa tersebut senyawa netral atau inert adalah
dengan ditambahkan H2SO4 pekat, dan ternyata hasil menunjukkan bahwa
campuran tersebut tidak larut. Berdasarkan dari hasil pengamatan ini, mungkin zat
unknown yang diberikan adalah senyawa inert (sukar bereaksi atau tidak aktif),
hal ini sesuai dengan diagram uji kelarutan.

V. Kesimpulan dan Saran

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 54


5.1 Kesimpulan
1. Zat unknown merupakan senyawa inert.
2. Senyawa organik dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut
organikya itu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar
larut dalam senyawa nonpolar.
3. Kelarutan dari senyawa organik dalam pelarut inert dan dalam pelarut aktif,
secara kimia tergantung pada struktur molekulnya serta sifat fisika dan
kimia zat pelarut.

5.2 Saran
Diharapkan pada pihak laboratorium untuk memperbanyak lagi
tabung reaksi dan pipet tetes agar percobaan yang dilakukan cepat selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi ketiga. Jilid 1.
Jakarta : Erlangga

Hadiat, dkk. 2004. Kamus Sains. Jakarta : Balai Pustaka

Nurbayti, Siti. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jakarta : Fakultas


Sains danTeknologi UIN Syarif Hidayatullah

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 55


Percobaan V
SENYAWA ALKOHOL DAN FENOL
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari sifat-sifat kimia alkohol dan fenol.
2. Mempelajari tes untuk membedakan alkohol alifatik dan alkohol aromatic.

II. Teori
Alkohol merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus hidroksil, -OH.
Fenol juga mengandung gugus hidroksil tetapi gugus fungsi ini melekat pada
cincin aromatik.
( Fessenden R.J , 1986 : 96 )
Alkohol mempunyai bentuk umum R – OH, dengan gugus fungsional – OH
dan rumus empiris CnH2n+2O. pembagian alkohol berdasarkan jumlah gugus OH
dibedakan atas :
1. Alkohol monovalen (terdapat sebuah gugus OH)
2. Alkohol polivalen (terdapat ˃ sebuah gugus OH)
Misalnya : alkohol bivalen (2 buah OH), alkohol trivalent (3 buah OH)

Berdasarkan letak gugus OH, alkohol dibedakan atas :

1. Alkohol primer : bila gugus OH terikat pada gugus OH primer


2. Alkohol sekunder : bila gugus OH terikat pada gugus OH sekunder
3. Alkohol tersier : bila gugus OH terikat pada gugus OH tersier
(Pengelompokan ini hanya berlaku pada alkohol polivalen, pada alkohol
monovalen tidak dinyatakan).

( Diana Barsasella, 2012 : 189-191)

Alkohol (R – OH) mempunyai bagian yang larut dalam air (hidrofilik =


suka air) yaitu –OH dan yang tidak larut dalam air (hidrofobik = takut air) yaitu
R- atau rantai hidrokarbon. Bila R makin panjang maka kelarutan dalam air akan
menurun. Titik didih dari alkohol sebanding dengan kenaikan BM.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 56


Kelarutan alkohol dengan rantai R pendek adalah disebabkan terjadinya
interaksi hidrogen (ikatan hidrogen) dengan air seperti berikut :

H – O – H ……..O – CH3 (……..) adalah ikatan hidrogen


O
( Marham Sitorus , 2010 : 47 – 48 )
Karakteristik senyawa fenol adalah mempunyai cincin benzena (aromatik)
dan mempunyai paling sedikit satu subtituen hidroksil (-OH). Banyak senyawa
fenol yang terikat dengan gula yang dikenal sebagai glukosida yang biasa terdapat
pada vacuola sel. Pada umumnya senyawa fenol terdapat pada tumbuhan seperti
lignin (pembangunan sel) antosianin (pigmen bunga) sedangkan peranan golongan
fenolat yang lain masih merupakan dugaan.
Cara klasik untuk uji kualitatif senyawaan fenol yang paa umumnya larut
dalm air dan etanol adalah dengan mereaksikannya dengan besi (III) klorida 1%
alam air atau etanol akan menimbulkan warna merah, ungu, biru atau hitam pekat.
Senyawa fenol aktif terhadap protein dengan membentuk kompleks sehingga
sering terjadi hambatan kerja enzim pada ekstrak tumbuhan kasar. Sebalikny
senyawa fenol peka terhadap enzim fenolase (terjadi degradasi) sehingga pada
prosedur ekstraksi dilakukan dengan pelarut yang panas untuk menghambat kerja
enzim fenolase.
( Petrucci, 1987 )

Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya


maupun dengan air. Hal ini dapat mengakibatkan titik didih maupun kelarutan
alkohol dalam air cukup tinggi. Selain dipengaruhi oleh ikatan hidrogen, kelarutan
alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang
dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon. Seperti air, alkohol
adalah asam atau basa sangat lemah. Pada larutan encer dalam air, alkohol
mempunyai pKa yang kira-kira sama dengan pKa air. Namun dalam keadaan
murni keasaman alkohol jauh lebih lemah daripada air. Hal ini disebabkan karena
alkohol mempunyai tetapan elektrik yang rendah.

(Suminar , 1990 : 160-161 )

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 57


Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H + dari
gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C 6H5O−
yang dapat dilarutkan dalam air.

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph


Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen
utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP
(trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika
oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol yang terkonsentrasi dapat
mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.

( Wilbraham, 1992 )

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal


ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol denganNaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-
satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban
negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. 

( Sarbini, 1993 )

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 58


III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat :
Tabung reaksi
Pipet tetes
Pemanas air
Gelas ukur 25 mL
Gelas piala

B. Bahan :

Etanol
Butanol
sec-Butanol
ter-Butanol
Iodium dalam KI
NaOH 10%
Asam asetat glacial
Asam sulfat pekat
Iso amilalkohol
HCl
ZnCl2
Gliserol
CuSO4
Fenol
Brom 2% dalam CCl4
FeCl3
Methanol
Logam Na
Natrium Bikromat 1%
KMnO4
Air brom

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 59


3.2 Skema kerja
A. alcohol
1. Tes iodoform

Etanol, butanol, dan sec-butanol

dimasukan dalam tabung reaksi yang berbeda


ditambah 1-2 tetes iod dalam KI

ditambah NaOH 10%

Hasil

2. Reaksi esterifikasi

Etanol, butanol dan


sec-butanol

dimasukkan kedalam masing-masing 1 tabung reaksi.

ditambahkan1 ml asam asetat glacial.

di tambahkan 0,5 ml asam sulfat.

diguncangkan dan dipanskan perlahan.

ditambahkan 3 ml air.

di amati uap.

Hasil

3. Tes dengan Logam Na

3 ml etanol atau metanol


Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 60
dimasukan dalam tabung reaksi.
ditambah 1 lempeng logam Na.
diguncang dan diamati.
ditambah indicator PP.

Hasil

4. Tes Oksidasi

5 mL Na-bikromat 1 %

ditambah 1 tetes H2SO4.


dikocok dan ditambah 2 tetes sampel.
dipanaskan dan diamati perubahan warna.

Etanol, sec-butanol
dan ter-butanol

dilakukan sama dengan prosedur diatas.

Hasil
5. Tes Lukas

0.5 mL sampel
alkohol

dimasukan dalam tabung reaksi.


ditambah pereaksi Lukas.
ditutup tabung reaksi.
dikocok dan di dinginkan.
diamati setelah 5 menit dan 1 jam.
dicatat waktu hingga terbentuk larutan menyerupai
awan.

HCl pekat
Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 61
Dilakukan jika uji di atas menunjukan hasil positif.

Hasil

6. Membedakan Monoalkohol dan Polialkohol

1 ml etanol dan
gliserol
Dimasukan dalam tabung reaksi.
Deincerkan dengan aquades.
Ditambah 3 tetes CuSO4 5% dan NaOH 10%.
Diguncang dan diamati.

Hasil

B. Fenol
1. Tes Brom

0.2 mL fenol dalm CCl4

Dimasukan dalam tabung reaksi.

Ditetesi brom 2% dalam CCl4 tetes demi tetes.

Dibiarkan hingga warna brom hilang.

Ditutup mulut tabung jika ada uap HBr.

Hasil

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 62


IV. Hasil dan pembahasan
4.1 Data Pengamatan
A. alcohol
Percobaan Perlakuan Hasil pengamatan
1. Tes Iodoform
Etanol Etanol (+) NaOH. Warna menghilang pada
tetesan NaOH ke-2.
Warna menghilang pada
Butanol Butanol (+) NaOH. tetesan NaOH ke-12.
2. Reaksi Esterifikasi
Etanol Etanol (+) asam Menimbulkan bau ballon.
asetat (+) asam sulfat
(dipanaskan) (+) H2O.
Butanol (+) asam Menimbulkan bau apple.
Butanol asetat (+) asam sulfat
(dipanaskan) (+) H2O.
3. Membedakan
Monoalkohol dan
Polialkohol
Gliserol 1 mL gliserol (+) H2O Terjadi perubahan warna
5 tetes (+) CuSO4 5% dari biru-hijau toska-
dan NaOH 3 tetes. kuning-orange.
Etanol 1 mL etanol (+) H2O Tidak terjadi perubahan
5 tetes (+) CuSO4 5% warna karena larutan
dan NaOH 3 tetes. tetap berwarna biru.
4. Tes Lukas
n-butanol n-butanol (+) pereaksi Tidak bereaksi.
Lukas.
ter-butanol Ter-butanol (+) Tidak bereaksi.
pereaksi Lukas.
iso-amilalkohol Iso-amilalkohol (+) Terbentuk 2 lapisan :
pereaksi Lukas. Lapisan atas (keruh)
Lapisan bawah (bening)

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 63


B. Fenol

Uji yang dilakukan Perlakuan Hasil pengamatan


1. Tes dengan FeCl3 FeCl3 (+) fenol Larutan berwarna
bening sedikit biru dan
terbentuk cicin.
Larutan bening menjadi
FeCl3 (+) H2O sedikit kuning dengan
gelembung sederhana.
4.2
Pembahasan

A. Alkohol
Merupakan kelompok senyawa organic yang cukup popular dengan rumus umum R-
OH, dengan R adalah gugus alkil dan gugus hidroksil ¯OH sebagai gugus fungsi. Fenol
mempunyai struktur yang serupa dengan alcohol tetapi gugus fungsinya melekat langsung
pada cincin aromatic dan dengan A- (sebagai aril) maka rumus fenol ditulis Ar-OH. Alcohol
terbagi atas 3 golongan, yaitu ; alcohol primer, alcohol sekunder, dan alcohol tersier.
1. Tes Iodoform

Tes iodoform merupakn reaksi antara etanol absolute atau sampel alcohol yang lain
yang bereaksi dengan iodium. Pada percobaan kali ini praktikan meneteskan NaOH untuk
menghilangkan warna dari iodiumnya, dan pada sampel yang diujikan oleh praktikan baik
etanol maupun butanol menunjukan reaksi positif karena kedua senyawa alcohol tersebut
dapat menghilangkan warna dari iodium pada saat diteteskan dengan NaOH. Jika etanol,
warna iodium menghilang ketika diteteskan NaOH 2 tetes, sedangkan butanol warna iodium
menghilang ketika diteteskan NaOH sebanyak 12 tetes.

Hasil yang didapatkan oleh praktikan ini sama dengan apa yang ada di literature.
Berikut adalah reaksi yang terbentuk :

3 CH 3 CH 2 OH (aq )+6 I −¿ −¿
2 CHI 3(aq) +2 CH 3 COO−¿ −¿
(aq ) OH (aq )+3 OH (aq) ¿ ¿ ¿ ¿

2. Reaksi Esterifikasi

Merupakan reaksi yang mereaksikan sampel alcohol dengan asam karboksilat yang
hasil reaksinya adalah senyawa ester yang dengan kata lain jika uji yang dilakukan oleh

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 64


praktikan menunjukan hasil positif apabila tercium bau ester. Pada percobaan kali ini hasil
yang didapatkan oleh praktikan adalah uji positif karena kedua sampel yang diujikan
menimbulkan bau ester, dimana jika pada sampel etanol menimbulkan bau ballon, sedangkan
pada sampel butanol menimbulkan bau apple. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada uji
esterifikasi :

a. Reaksi etanol dengan asam asetat glacial dan asam sulfat pekat.

H 2 SO 4
CH 3 CH 2 OH (aq )+CH 3 COOH ( aq) → CH 3 COOCH 2 CH 3( aq) + H 2 O(l )

b. Reaksi butanol dengan asam asetat glacial.

H 2 SO4
CH 3 (CH ¿¿ 2)3 OH (aq )+CH 3 COOH ( aq) → CH 3 COO(CH ¿¿ 2)3 CH 3(aq) + H 2 O( l) ¿ ¿

3. Membedakan Monoalkohol dan Polialkohol

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil ; jika pada gliserol ditambah H 2O ditambah
CuSO4 5% dan NaOH menghasilkan perubahan warna biru menjadi hijau tosca menjadi
kuning dan menjadi orange, sedangkan pada etanol ditambah H2O ditambah CuSO4 5% dan
NaOH menghasilkan warna biru dan tidak berubah warna lagi. Berikut adalah reaksi yang
terjadi:

a. Reaksi monoalkohol jenis alcohol primer yaitu etanol

CH 3 CH 2 OH (aq )+Cu SO4¿¿

b. Reaksi polialkohol (gliserol)

C 3 H 5 ( OH )3 +Cu SO4¿ ¿

4. Tes Lukas

Tes Lukas dilakukan untuk membedakan alcohol primer, sekunder, dan tersier yang
dapat larut dalam air. Reagen Lukas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dengan
seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis yang ketika ditambahkan dengan asam
klorida akan membuat larutan menjadi lebih asam.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 65


Berdasarkan literature, alcohol tersier larut dalam air akan bereaksi cepat dengan
reagen Lukas dan membentuk alkil kloriada yang tak larut dalam larutan berair. Alcohol
sekunder jika di reaksikan dengan pereaksi Lukas maka reaksi yang terjadi berjalan lambat
dan setelah pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya setelah 10 menit.
Alcohol primer dan methanol tidak dapat bereaksi dalam kondisi seperti ini.

Hasil yang didapatkan oleh praktikan pada uji Lukas ini adalah : jika pda alcohol
primer praktikan memakai n-butanol menunjukan hasil positif karena tidak bereaksi dengan
pereaksi Lukas, hasil ini sama dengan literature diatas. Pada alcohol sekunder, praktikan
memakai iso-amilalkohol yang ketika ditambah pereaksi Lukas membentuk 2 lapisan dengan
lapisan atas keruh dan lapisan bawah baning. Hasil ini juga sama dengan literature. Uji yang
terakhir praktikum memakai alcohol tersier yakni ter-butanol, hasil yang didapatkan oleh
praktikan menunjukan hasil positif karena ter-butanol tidak bereaksi dengan reagen Lukas,
karena reagen Lukas merupakan zat/senyawa berair, dimana hasil ini membenarkan hasil
yang didapatkan oleh praktikan karena menurut literature alcohol tersier akan membentuk
alkil klorida yang tidak larut dalam larutan berair. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada uji
ini:

a. Reaksi pada sampel n-butanol

CH 3 (CH ¿¿ 2)3 OH (aq )+ HCl (aq) ZnCl 2 CH 3 (CH ¿ ¿2)3 Cl( aq) + H 2 O (l ) ¿ ¿

b. Reaksi pada sampel iso-amilalkohol

H2 H2 H ZnCl2 H2 H2 H
H3 C C C C OH + HCl H3 C C C C Cl + H2O

CH3 CH3

c. Reaksi pada ter-butanol

CH3 CH3
ZnCl2
H3C C OH + HCl H3C C Cl + H2 O

CH3 CH3

5. Tes dangan logam Na

Natrium adalah logam yang mudah teroksidasi membentuk ion Na+. Etanol bersifat
asam dengan Ka=10¯ 16. Air adalah senyawa yang tergolong netral kareana autaionisasinya

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 66


menghasilkan asam dan basa dalam jumlah yang sama, sehingga sifatnya saling meniadakan.
Berikut adalah reaksi yang terjadi :

H 2 O ( l) ⇌ H +¿ −¿
( aq ) +OH ( aq ) ¿¿

ROH ( aq) ⇌ H +¿ −¿
( aq ) + RO ( aq ) ¿ ¿

Etanol merupakan asam sangat lemah, namun kesetimbanganya dapat bergeser pada
penambahan natrium. Natrium yang dicampurkan pada alcohol akan menarik ion RO¯
membentuk RONa. Berarti natrium mengusir ion H+. Reaksi ini tergolong reaksi substitusi,
karena substitusi Na menyebabkan ion H+ dari etanol lepas dan membentuk gas hydrogen
yang tergolong eaksi redoks. Natrium mengalami oksidasi sedangkan hydrogen pada gugus
¯OH mengalami reduks. Reaksi dengan 95% etanol :

2 CH 3 CH 2 OH (aq) +2 Na(s ) ⟶ 2CH 3 CH 2 ONa(aq )+ H 2( g )

Keasaman alcohol berturut-turut menurun alcohol primer, sekunder, dan tersier. Oleh
karena itu, reaksi antara natrium dan alcohol yang terbaik dengan alcohol primer. Akan tetapi
uji dengan lagam Na ini tidak diujikan oleh praktikan dikarenakan kurangnya alat dan
bahanyang akan digunakan oleh praktikan.

6. Tes Oksidasi

Pada tes oksidasi ini praktikan juga tidak melakukannya. Berdasarkan literature tes
oksidasi merupakn tes yang digunakan untuk menguji tingkat oksidasi dari ketiga jenis
alcohol yaitu; alcohol primer, sekunder, dan tersier.

Na-bikarbonat, merupakan slah satu zat oksidator yang dapat mengoksidasi senyawa
alcohol. Penambahan asam siltrat pekat bertujuan untuk mengubah Na-bikarbonat menjadi
sedikit asam, sehingga dengan begitu reaksi dapat berlangsung. Reaksi pada alcohol primer
akan membentuk asam karboksilat:

Reaksi pada alkohol primer akan membentuk asam karbosilat

OH O

Na2Cr2O7
H3C C CH3 H3 C C H
H H+

Reaksi pada alkohol sekunder akan membentuk keton

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 67


OH O

Na2Cr2O7
H3C C CH3 H3C C CH3
H H+

Reaksi pada alkohol tersier tidak dapat berlangsung

CH3
Na2Cr2O7
H3C OH Tidak ada reaksi
H+
CH3

B. Fenol

1. Tes Brom

Tes brom pada percobaan kali ini tidak dilakukan karena keterbatasan bahan yang
digunakan. Berdasarkan literatuur reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi elektrofi
senyawa aromatic. Yang beperan sebagai gugus penyerang adalah Br dalam larutan brom
2% (CCl4). Reaksinya adalah sebagai berikut :

OH OH
OH
Br
Br

+ + HBr
+ Br2

Br

Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa saat ion Br¯ menyerang fenol sehingga terjadi 2
kemungkinan yaitu terbentuk orto-bromo fenol dan para-bromo fenol serta pembentukan
senyawa asam bromide.

2. Tes dengan FeCl3

FeCl3 merupakan reagen yang efektif terhadap pengujian senyawa aromatic.


Padapraktikum kali ini praktikan melakukan 2 percobaan yakni mereaksikan fenol denagn air
dengan FeCl3. Untuk reaksi FeCl3 dengan fenol didapatkan hasil larutan bening sedikit biru
dan terbentuk cincin, berikut adalah reaksi yang terjadi :

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 68


OH OH
OH
Cl
Cl

+
+ FeCl3

Cl

Untuk reaksi air dengan FeCl3 hasil yang didapatkan oleh praktikan adalah warna
larutan yang awalnya bening menjadi sedikit kuning dengan gelembung gas
sementara.Berikut adalah reaksi yangterjadi:

FeCl3 + H 2 O⟶ FeCl3(aq ) (kuningpudar)

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan
adalah sebagai berikut :

1. Yang termasuk alcohol primer yaitu; etanol, alcohol sekunder yaitu iso-amilalkohol, dan
alcohol tersier yaitu ter-butanol.

2. Tes yang digunakan untuk membedakan alcohol alifatik dan aromatic yaitu tes iodoform,
tes Lukas, reaksi esterifikasi, dan reaksi cupirifill.

5.2 Saran

Diharapkan pada pihak laboratorium untuk memperbanyak lagi tabung reaksi dan
pipet tetes agar percobaan yang dilakukan ceoat selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Barsasela, Diana, 2012. Buku wajib kimia dasar. Jakarta : trans info media.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 69


Fassanden. R. J. 1986.kimia organic edisi 3 jilid 2. Warth publisher, INC. Belmont : USA.

Petrucci, 1987. Kimia dasar. Jakarta : Erlangga.

Sabirin, 1993. Kimia organic dasar 1. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Sitorus, marham, 2010. Kimia organic. Yogyakarta : Graham Ilmu.

Seminar, 1990. Kimia organic suatu kuliah singkat. Jakarta : Erlangga.

Wilbraham, 1992. Pengantar kimia organic dan hayati. Bandung : ITB.

LAMPIRAN

1. Tuliskan mengapa methanol tidak memberikan hasil positif dengan iodoform

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 70


Jawab :

Karena hasil positif dari iodoform dapat diperoleh dari reaksi dengan alcohol yang
mengandung kelompok gugus seperti gambar berikut

"R" bisa berupa sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon (misalnya, sebuah
gugus alkil).

2. Tuliskan struktur 2-Propanol dan isobutanol serta nyatakan apakah memberikan tes positif
dengan tes iodoform.

Jawab :

2-propanol memberikan hasil positif dengan iodoform


Isobutanol memberikan hasil negative dengan iodoform

3. Tulis rumus struktur dan isomer(2 buah) dari amilalkohol, yang manakah yang
memberikan tes positif dengan tes lucas, tetapi memberikan tes negative terhadap tes
iodoform. Apakah perbedaannya antara alcohol dengan fenol?

Jawab :

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 71


Yang memberikkan hasil positif terhadap uji lucas tetapi negative terhadap uji
iodoform adalah 2-metil-2-butanol Karena 2-metil-2-butanol adalah alkohol tersier.Perbedaan
alcohol dan fenol adalah

1. Alcohol memiliki rantai karbon terbuka, sedangkan fenol memiliki rantai karbon
tertutup atau melingkar.
2. Alcohol dan fenol bersifat asam lemah. Namun, sifat asam pada fenol lebih kuat
daripada alcohol karena fenol memiliki anion dengan muatan negatif yang disebar oleh
cincin melingkar.
3. Alcohol tidak bereaksi dengan basa, sedangkan fenol bereaksi dengan basa.
4. Alcohol bereaksi dengan Na atau PX 3 sedangkan fenol tidak bereaksi( X adalah
halogen).
5. Alcohol bereaksi dengan asam karboksilat, sedangkan fenol tidak.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik I 72

Anda mungkin juga menyukai