Anda di halaman 1dari 26

2019

MODUL
PRAKTIKUM
KIMIA LINGKUNGAN 1
Laboratorium Lingkungan Dasar

kimia lingkungan 1
KIMIA LINGKUNGAN 1 i
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
Lembar Pengesahan

Modul Praktikum
Kimia Lingkungan 1

Oleh:
Ardhana Rahmayanti, S.Si., M.Si
NIK. 19890403 050115 314

Modul ini disusun sebagai pedoman dan acuan dalam pelaksanaan


praktikum Kimia Lingkungan 1 semester 1
Program Studi Teknik Lingkungan – Fakultas Teknik
Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo

Disahkan pada tanggal 2 September 2019

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi


Teknik Lingkungan

Luqman Hakim, S.T., M.T Muchammad Tamyiz, S.Si., M.Si


NIK. 19780510 251014 307 NIK. 19890510 050115 313

KIMIA LINGKUNGAN 1 ii
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang telah
kita terima, sehingga kegiatan praktikum Kimia Lingkungan I ini bisa
dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan praktikum ini, perlu diketahui bahwa praktikan akan
diperkenalkan dan dilatih menggunakan peralatan laboratorium serta bahan-
bahan kimia baik dalam bentuk padat, cair maupun gas yang pada umumnya
bersifat racun. Oleh karena itu, sebelum praktikum dilaksanakan, praktikan
diharuskan membaca dan memahami dengan benar tata tertib dan petunjuk
praktikum yang akan dilakukan.
Agar pelaksanaan praktikum ini dapat mencapai tujuan pendidikan, maka
praktikan, asisten, analis serta Bapak/Ibu dosen Pembina praktikum
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan tanggung jawab dengan
sebaik-baiknya.
Demikian atas perhatian dan kerjasama yang baik. Semoga kegiatan ini
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, sehingga mendapatkan manfaat dan
rahmat-Nya.

Sidoarjo, September 2019


Desen Pembina

Ardhana Rahmayanti

KIMIA LINGKUNGAN 1 iii


Daftar Isi

Lembar Pengesahan .................................................................. ii


Kata Pengantar ........................................................................ iii
Daftar Isi .................................................................................. iv
Praktikum 1. Pengenlan Alat .......................................................1
Praktikum 2. Ekstraksi Zat organik ...............................................3
Praktikum 3. Oksidasi Zat Organik oleh Permanganat ....................6
Praktikum 4. Pemansan Zat Organik ............................................9
Praktikum 5. Destilasi senyawa organik ......................................12
Praktikum 6. Surfaktan (Detergen) .............................................14
Praktikum 7. Hidrolisis dalam Larutan Asam ...............................19

KIMIA LINGKUNGAN 1 iv
Praktikum 1. Pengenlan Alat

I. Dasar Teori
Mengenal peralatan di laboratorium penting untuk dilakukan sebelum bekerja.
Pengenalan alat laboratorium meliputi mepahaman dan cara penggunaan peralatan
dasar yang biasanya digunakan dalam laboratorium kimia. Perlu diketahui setiap
alat di laboratorium memiliki cara pemakaiannya sendiri-sendiri.
Untukmempermudah mengenal alat kimia, digunakan pengelompokan yang umum
dipakai dalam dunia laboratorium kimia. Hal inilah yang melatarbelakangi
tersusunnya Laporan Pengenalan Alat-alat Laboratorium, yang dimana setiap alat
laboratorium mempunyai karakteristik, fungsi, maupun cara kerja yang berbeda.
Keselamatan dalam laboratorium dipengaruhi oleh apakah kita mengenal alat-alat
di laboratorium, sehingga kita sebagai pratikan dapat menggunakan alat-alat
praktikum sesuai dengan prosedur dan fungsinya.

II. Tujuan Percobaan


Untuk mengenal beberapa macam alat dan cara penggunaanya. Percobaan ini
merupakan pendahuluan bagi percobaan-percobaan selanjutnya

III. Alat dan Bahan


• Gelas beker • Ball pipet
• Erlenmeyer • Buret
• Gelas ukur • Labu destilasi
• Labu ukur • Kondensor
• Pipet tetes • Bunsen
• Pipet ukur • Hot plate
• Corong pisah

IV. Prosedur
Peralatan yang telah di persiapak diamati dan catat. Fungsi dari masing-masing
peralatan dicatat. Semua peralatan yang telah diobservasi kemudian digambarkan.

KIMIA LINGKUNGAN 1 1
V. Laporan Sementara

Perlakuan Pengamatan

KIMIA LINGKUNGAN 1 2
Praktikum 2. Ekstraksi Zat organik

I. Dasar Teori
Ekstraksi merupakan metode yang umum dilakukan untuk memisahkan suatu
senyawa kimia dari pengotornya atau memisahkan senyawa tersebut dari
campurannya dengan senyawa yang lain. Prinsip dasar pemisahan metode ini
adalah distribusi fasa senyawa-senyawa yang tercampur di dalam media
pemisahnya. Dua macam ekstraksi yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi padat cair ini bertujuan untuk mencari senyawa yang dikehendaki dari
bahan padat dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Agar ekstraks iini dapat
berhasil dengan baik, harus diketahui sifat senyawa yang akan diekstraksi terutama
kelarutannya. Kelarutan suatu senyawa berkaitan dengan kepolarannya, senyawa
yang polar biasanya larut dalam pelarut polar pula.

II. Tujuan Percobaan


1. Memahami prinsip ektrskasi zat organik
2. Memahami proses pemisahan senyawa

III. Alat dan bahan


• Sampel (campuran minyak,
air dan surfaktan)
• Kertas saring
• Larutan HCL
• Pelarut organik
(kloroform/Dikloro metana/
etil asetat)
• MgSO4
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Corong pisah 100 ml
• Erlenmeyer
• Gelas beker 10 ml

KIMIA LINGKUNGAN 1 3
IV. Prosedur
Sampel berupa 2 ml minyak ditambahkan 50 ml air sabun. Campuran tersebut
kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan HCl ditambahkan sebanyak 5
tetes. Pelarut organik sebanyak 50 ml ditamtambahkan, kemudian dikocok dengan
sesekali membuka kran corong pisah. Corong pisah selanjutnya didiamkan
sehingga campuran membentuk 2 fasa. Fasa organik dan fasa aquos selanjutnya
dipisahkan. Fasa organik dikemudian ditampung didalam erlenmenyer. Ekstraksi
dilakukan berulang pada fasa aquos sebanyak 3 kali. Fasa organik yang didapatkan
kemudian ditampung dan dikeringkan menggunakan MgSO 4. Pelarut selanjutnya
diuapkan dan minyak yang diperoleh kemudian diukur.

KIMIA LINGKUNGAN 1 4
V. Laporan Sementara

Perlakuan Pengamatan

KIMIA LINGKUNGAN 1 5
Praktikum 3. Oksidasi Zat Organik oleh Permanganat

I. Dasar Teori
Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda, reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan dari 1 hingga 7 yang semuanya stabil kecuali 1 dan 5. Kebanyakan
titrasi dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu ada beberapa titrasi yang
penting dilakukan dalam keadaan basa untuk bahan-bahan organic. Karena daya
oksidasi yang besar dalam keadaan asam itu maka banyak titrasi yang dapat
dilakukan.

II. Tujuan Percobaan


• Memahami prinsip reaksi oksidasi zat organik dengan oksidator permanganat
• Memahami jenis-jenis zat organik yang mampu dioksidasi dengan
permanganat

III. Alat dan Bahan


• Buret
• Erlenmeyer
• Pipet volume 25 ml
• Bola hisap
• Gelas beaker
• Hot plate/bunzen
• Penjepit
• Larutan KMnO4 0,01
• Asam oksalat 0,01 M
• Larutan asam sulfat bebas
organik 4N
• Sampel yang digunakan
o Larutan gula 1%
o Minyak goring
o Larutan PVC
o DMAC

KIMIA LINGKUNGAN 1 6
IV. Prosedur
Larutan sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan aquades hingga
100 ml. H2SO4 kemudian ditambahkan sebanyak 2,5 ml dan KMnO4 tetes demi
tetes hingga timbul warna ungu pertama kali. Larutan sampel kemudian dipanaskan
sehingga mendidih. KMnO4 kembali ditambahkahkan sehingga menjadi ungu dan
selanjutnya dididihkan. Asam oksalat 0,01 M selanjutnya ditambahkan sebanyak 10
ml. Larutan kemudian dititrasi menggunakan KMnO4 0,01 M dan amati perubahan
yang terjadi.

KIMIA LINGKUNGAN 1 7
V. Laporan sementara

Perlakuan Pengamatan

KIMIA LINGKUNGAN 1 8
Praktikum 4. Pemansan Zat Organik

I. Dasar Teori
Volatile organik compound (VOC) didefinisikan sebagai senyawa organik yang
tekanan uapnya lebih besar atau setara dengan 0,1 mmHg pada 20ºC. Untuk tujuan
pengaturan, VOC didefinisikan oleh U.S Enviromental Protection Agency (EPA)
sebagai “ Semua senyawa karbon, kecuali karbon monoksida, karbon dioksida,
asam karbonat, senyawa logam karbida atau karbonat, dan ammonium karbonat,
yang turut serta dalam reaksi fotokimia atmosfer. Beberapa VOC merupakan polutan
lingkungan yang tidak hanya bersifat toksik, tetapi juga merupakan prekursor-
prekursor ozon yang penting dalam pembentukan asap/kabut. Bahan menguap
pengotor biasanya merupakan sisa pelarut atau residu kimia dalam jumlah sedikit
dalam bahan atau produk obat yang ada saat produksi atau pabrikasi atau terbentuk
selama pengemasan dan penyimpanan. Pabrik obat harus menjamin residu-residu
ini telah dihilangkan atau ada hanya dalam jumlah konsentrasi terbatas.
VOC mengandung karbon yang menguap pada tekanan dan temperatur tertentu
atau memiliki tekanan uap yang tinggi pada temperature ruang. VOC yang paling
umum dikenal adalah pelarut (solvents), VOC jenis lainnya seperti monomer dan
pewangi (fragrance). Kenapa VOC sangat berbahaya dan menjadi perhatian banyak
kalangan, sehingga banyak Negara yang membuat peraturan khusus untuk
mengurangi dampak dari VOC tersebut. Salah satu sebabnya adalah karena VOC
bereaksi dengan Nitrogen Oksida (NOx) jika terkena sinar matahari membentuk
ground level ozone dan asap atau kabut. Pada konsentrasi tertentu di udara, ozone
dapat mempengaruhi kesehatan dan lingkungan.
Pemanasan VOC pada suhu tinggi akan mengakibatkan terurainya karbon menjadi
CO, CO2 dan sebagainya sehingga karbon akan habis dalam pemanasan. Bahan
organik stabil (seperti logam-logam maupun garam) yang dikenal sebagai abu akan
tersisa. Pemansan atau pembakaran dengan metode gravimetri akan diketahui
jumlah bahan volatile, kadar air dan jumlah karbon stabil.

II. Tujuan Praktikum


• Untuk memahami prinsip penentuan senyawa organik yang mudah menguap
(VOC)
• Memahami tahapan oksidasi pada suatu senyawa oragnik yang mudah
menguap (VOC)

KIMIA LINGKUNGAN 1 9
• Menghitung komponen senyawa organik yang mudah menguap (VOC)

III. Alat dan Bahan


• Neraca analitik
• Oven
• Furnace
• Hot plate
• Desikator
• Cawan Porselen
• Penjepit
• Gula
• PVC
• Plastik

IV. Prosedur
Sampel ditimbang dalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Sampel
selanjunya dioven pada suhu 105 C selama 15 menit. Kemudian sampel
didinginkan dalam desikator. Berat sampel konstan selanjutnya ditimbang dan
dipanaskan diatas hot plate sehingga didapatkan arang yang baik. Sampel
kemudian dikeringkan mengguanakan oven selama 10 menit. Sampel kemudian
didinginkan dan ditimbang. Sampel selanjunya dipanaskan kembali menggunakan
furnace pada suhu 550 C. kemudian diturunkan suhunya secara bertahap
menggunakan oven dan desikator. Hasil selanjunya ditimbang.

KIMIA LINGKUNGAN 1 10
V. Laporan sementara

KIMIA LINGKUNGAN 1 11
Perlakuan Pengamatan

Praktikum 5. Destilasi senyawa organik

KIMIA LINGKUNGAN 1 12
I. Dasar Teori
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan tingkat volatilitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan
tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu penguapan campuran
dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan. Destilasi memiliki
peranan yang penting dalam penggunaanya. Destilasi dapat digunakan untuk
memisahkan minyak mentah menjadi lebih banyak fraksi dengan kegunaan yang
lebih spesifik. Destilasi juga dimanfaatkan dalam pemisahan fraksi-fraksi minyak
bumi. Minyak bumi dipisahkan menjadi fraksi-fraksi tertentu berdasarkan perbedaan
titik didih. Selain itu destilasi diterapkan dalam pemisahan alkohol yang terbentuk
dalam proses fermentasi. Proses pemisahan dengan metode destilasi ini juga dapat
dimanfaatkan untuk mereduksi polutan organik dalam bentuk cair yang ada di
lingkungan.

II. Tujuan Praktikum


• Untuk mengetahui prinsip dasar destilasi
• Untuk memisahkan polutan organik berdasarkan perbedaan titi didih
• Untuk menghitung kadar polutan organik

III. Alat dan Bahan


• Peralatan destilasi kapasitas 500 ml
• NaOH satandar 0,1 N
• Sampel
o Minyak goreng
o Air parit
o Bensin

IV. Prosedur
Sampel diambil 10 ml dan diencerkan dalam labu ukur 250 ml dengan aquades.
Campuran selanjunya didestilasi pada suhu 100 C. Volume larutan yang
didapatkan selanjutnya diukur. Nilai recovery factor (F) dari larutan yang didaptkan
selanjutnya dihitung.

V. Laporan Sementara

KIMIA LINGKUNGAN 1 13
Perlakuan Pengamatan

Praktikum 6. Surfaktan (Detergen)

I. Dasar Teori

KIMIA LINGKUNGAN 1 14
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik)
dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat
mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah bahan
aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif
ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan
positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil semetara
bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok berdasarkan muatan ion gugus hidrofilnya,
yaitu:
a. Surfaktan anionik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu anion.
Contohnya garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat
b. Surfaktan kationik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu kation.
Contohnya garam alkil trimethil amonium, garam dialkil-dimethil amonium,
garam alkil dimethil benzil amonium.
c. Surfaktan nonionik, surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya
ester gliserin, ester sorbitan, ester sukrosa, polietilena alkil amina, glukamina,
alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
d. Surfaktan amfoter, surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatif. Contohnya asam amino, betain, fosfobetain.
Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan imbahnya dapat
mencemarkan lingkungan, karena sifatnya yang sukar terdegradasi, selain itu
minyak bumi merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat diperbarui. Surfaktan
diyakini sebagai salah satu polutan yang banyak ditemukan di tanah sebagai hasil
buangan rumah tangga.
Pemerikasaan surfaktan dapat dilakukan berdasarkan pada reaksi dengan metilen
blue. Kadar zat yang bereaksi dengan metilen blue yang membentu wana biru
(Methylene Blue Active Substances- MBAS) dihitung dengan menggunakan standar
LAS. Perhitungan MBAS dapat dilakukan dengan kalibrasi atau berdasarkan
persamaan garis yang dibuat dari standar LAS atau langsung pada konsentrasi alat
spektrofotometer dengan model konsentrasi.

II. Tujuan Praktikum


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar detergen dalam suatu
sampel.

KIMIA LINGKUNGAN 1 15
III. Alat dan Bahan
• Spektrofotometer
• Corong pisah 500 ml
• Pipet ukur
• Pipet tetes
• Larutan standar LAS
indicator fenoftalein
• Larutan NaOH 1N
• Larutan H2SO4 1N
• Metilen blu
• Pelarut organic (kloroform/
Dikloro metana)
• Larutan pencuci (KH3PO4)

KIMIA LINGKUNGAN 1 16
IV. Prosedur
Larutan standart LAS dengan berbagai variasi volume disiapkan (5 ml
dan 10 ml). masing masing diencerkan pada labu 100 ml menggunakan
aquades. Larutan standart selanjunya diambil 25 ml dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Indikator PP 4 tetes, NaOH 1 tetes, H 2SO4 1 tetes
dan metal blue 25 ml ditambahkan secara berturut-turut. Larutan
pencuci ditambahkan selanjutnya sebanyak 25 ml. larutan kemudian
diekstrak menggunakan pelarut organik (3x5 ml).

KIMIA LINGKUNGAN 1 17
V. Laporan Sementara

Perlakuan Pengamatan

KIMIA LINGKUNGAN 1 18
Praktikum 7. Hidrolisis dalam Larutan Asam

I. Dasar Teori
Plastik merupakan salah satu material polimer yang banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki
sifat yang unik, diantaranya adalah ringan, kuat, mudah dibentuk, anti
karat, memiliki ketahanan terhadap bahan kimia dan memiliki sifat
isolasi listrik yang baik. Polietilen tereftalat merupakan salah satu bahan
plastik yang paling sering digunakan. Hampir semua kemasan botol air
mineral menggunakan bahan tersebut. Polietilen tereftalat (PET)
mempunya sifat yang tidak berkarat, tidak menyerap air dan mempunya
sifat mekanik yang bagus. Namun salah satu sifat lain dari PET adalah
tidak dapat terdekomposisi oleh makhluk mikroorganisme. Padahal,
sektor industri yang menggunakan PET untuk botol kemasan minuman
setiap tahunnya mencapai 1,5 juta ton (Suh dkk., 2000). Menumpuknya
limbah polimer plastik tersebut harus segera ditangani dengan serius,
karena dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kehidupan
manusia. Dengan menggunakan metode kimia polimer dapat diubah
kembali menjadi monomernya (depolimerisasi). Proses tersebut
merupakan salah satu jalan yang cukup efektif karena mampu
mengubah limbah menjadi bahan bakunya kembali dalam waktu yang
singkat dan dalam jumlah cukup besar. Depolimerisasi ini dapat
ditempuh dengan menggunakan beberapa jenis reaksi seperti glikolisis,
hidrolisis, alkohilisis, dan amminolisis. Hidrolisis merupakan salaha satu
metode yang menarik untuk diterapkan karena sifatnya yang ramah
lingkunga. Hidrolisis merupakan proses kimia yang menggunakan H2O
sebagai pemecah suatu persenyawaan. Reaksi hidrolisis dapat
dilakukan dengan memanfaatkan larutan basa atau asam. Hidrolisis
dalam laurtan asam dapat dilakukan dengan asam pekat atau encer,
misalnya HCl, H2SO4 yang biasanya berfungsi sebagai katalisator.

II.
III. Tujuan Praktikum

KIMIA LINGKUNGAN 1 19
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendepolimerisasi plastic
melalui hidrolisis asam.

IV. Alat dan Bahan


• Labu leher dua
• Kondensor
• Thermometer
• Magnetic stirrer
• Pemanas
• Spatula
• Peralatan gelas
• Kertas saring
• Oven
• Neraca analitik
• Polietilen tereftalat (PET)
• H2SO4
• NaOH
• Aquades.

V. Prosedur
Potongan PET yang telah dipreparasi (Gambar 1.) diambil sebanyak 2
gram, dimasukkan ke dalam labu leher 2 yang dilengkapi dengan
termometer, kondensor dan pemanas. Potongan PET ditambahkan H 2SO4
7,4 M sebanyak 25 mL. Campuran PET dan asam sulfat direfluks pada suhu
120 ˚C untuk masing masing variasi waktu refluks (4 sampai dengan 12 jam
dengan interval 2 jam). Setelah direfluks, dengan segera labu dipindahkan
ke penangas air (suhu ruang). Reaktan yang semula berupa campuran
heterogen 2 fase yaitu padatan bening dan larutan bening (potongan PET
dan larutan asam sulfat) berubah menjadi campuran padatan putih dan
larutan putih keruh. Campuran disaring menggunakan kertas saring,
sehingga didapat filtrat dan residu. Residu yang didapat dikeringkan pada
suhu ruang selama 10 menit dan selanjutnya dicuci dengan 15 mL NH 4OH

KIMIA LINGKUNGAN 1 20
25%. Filtrat yang terbentuk ditambahkan H2SO4 7,4 M demi tetes hingga
terbentuk endapan berwarna putih dan pH=3. Endapan yang dihasilkan
disaring dan selanjutnya dipanaskan dengan oven pada suhu 105°C selama
2 jam. Endapan yang telah dikeringkan kemudian ditimbang untuk
mengetahui persentase rendemen asam tereftalat yang dihasilkan.

KIMIA LINGKUNGAN 1 21
VI. Laporan Sementara
Perlakuan Pengamatan

KIMIA LINGKUNGAN 1 22

Anda mungkin juga menyukai