UMUM I
KIMIA DASAR
Gabungan buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I dan II
LAYANAN FISIKA
OLEH :
digabung oleh:
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM KIMIA
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Tata Tertib Praktikum i
Daftar Isi iv
Percobaan 1
Percobaan 2
Stoikhiometri 25
Percobaan 3
Reaksi Kimia 28
Percobaan 4
Termokimia 34
Percobaan 5
Laju/ Kecepatan Reaksi
Pemurnian 37
Percobaan 6
Redoks dan Sel Elektrokimia 43
Kesetimbangan Kimia 42
iv
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I 1
PERCOBAAN 1
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan beberapa macam alat yang sederhana dan penggunaannya.
B. TEORI SINGKAT
Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan,
dan uji mutu (quality control). Mengingat perbedaan fungsi tersebut, maka berbeda pula
dalam desain, fasilitas dan penggunaan bahan serta prioritas peralatan yang diperlukan.
Walaupun demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium kimia
mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan tekniknya.
Berikut ini akan diperkenalkan beberapa alat sederhana dan penggunaannya.
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, gunanya untuk
mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah
sedikit baik padat ataupun cair. Dapat
dipanaskan.
2. Penjepit
Terbuat dari kayu atau logam, gunanya
untuk pemanasan menjepit tabung reaksi
pada pemanasan atau mengambil cawan
dalam keadaan panas.
4. Pengaduk
Terbuat dari gelas, gunanya untuk
mengaduk suatu campuran atau larutan,
dipakai juga untuk membantu pada saat
menuangkan cairan dalam proses
penyaringan atau pemindahan dari suatu
wadah ke wadah yang lain
5. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, gunanya untuk
membantu pada saat memasukkan cairan ke
dalam suatu tempat yang mulutnya sempit
seperti labu ukur, botol, buret dan
sebagainya. Dapat juga untuk membantu
dalam penyaringan.
6. Pipa Bengkok
Terbuat dari gelas, gunanya untuk
mengalirkan ke dalam suatu tempat
tertutup atau ke dalam larutan.
7. Gelas Arloji
Gunanya untuk tempat menimbang zat yang
berbentuk Kristal dan tidak higroskopis,
dapat juga digunakan untuk menguapkan
larutan dalam jumlah sedikit.
8. Gelas Ukur
Gunanya untuk mengukur volume zat kimia
dalam bentuk cair (volume kira-kira), alat ini
mempunyai skala terdiri dari bermacam-
macam ukuran, jangan digunakan untuk
mengukur larutan yang panas.
10. Erlenmeyer
Terbuat dari gelas. Digunakan sebagai
tempat larutan zat yang akan dititrasi, boleh
untuk memanaskan larutan.
12. Buret
Terbuat dari gelas, mempunyai skala dan
kran. Digunakan untuk titrasi atau sebagai
tempat titrant yang dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui kran. Volume dari zat yang
dipakai dapat dilihat pada skala.
13. Pipet
a. Pipet Gondok
Pada bagian tengah dari pipet ini
membesar (gondok), ujungnya runcing.
Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertntu dan tepat.
Tersedia dengan berbagai ukuran.
b. Pipet Ukur
Bagian tengah dari pipet ini sama besar
(lurus). Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu,
mempunyai skala dan tersedia dengan
berbagai ukuran.
c. Pipet Pasteur (pipet tetes)
Digunakan untuk mengambil larutan
dalam jumlah sedikit.
14. Cawan Penguap
Terbuat dari porselen, digunakan sebagai
tempat untuk menguapkan suatu larutan.
C. CARA KERJA
Agar mengerti tentang alat-alat yang sudah diperkenalkan tersebut di atas, maka akan
dilakukan beberapa percobaan. Yang terpenting disini adalah bagaimana menggunakan alat-
alat tersebut dengan baik dan bekerja dengan benar.
Cara Kerja :
a) Ambil kristal NH4Cl ± 0,5 g, masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 3 mL
larutan NaOH 2 M.
b) Pegang tabung reaksi dengan penjepit, kemudian panaskan sambil digoyang-goyangkan
dengan posisi tabung agak condong ke arah tempat yang kosong (jangan ke arah diri
sendiri atau orang lain).
c) Pada saat mendidih, jagalah agar larutan dalam tabung tidak sampai keluar (lebih-lebih
untuk zat yang mudah terbakar). Caranya dengan mengangkat tabung dari atas api bila
larutan dalam tabung mulai naik atau mendidih.
d) Praktekkan cara membaui di atas, catat bagaimanan bau gas yang terjadi dan amati zat-
zat sebelum dan sesudah reaksi.
e) Peganglah kertas lakmus merah di dekat mulut tabung, kemudian lakmus biru. Amati
perubahan warna yang terjadi dan berikan kesimpulan.
V1 M1 = V2 M2 V1 = V2 M2
M1
Dimana : V1 = volume larutan awal yang diperlukan.
M1 = molaritas larutan awal.
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat.
M2 = molaritas larutan standar yang akan dibuat.
Cara Kerja :
a) Buat 50 mL larutan HCl 0,1 M dengan menggunakan pipet gondok, perhatikan miniskus
(permukaan cekung dari zat cair) harus tepat menyinggung garis pada pipet gondok.
b) Masukkan larutan HCl tersebut ke dalam labu ukur, dan encerkan sampai tanda batas.
Pengenceran ini harus sekali jadi (maksudnya jangan sampai menambahkan air melebihi
tanda batas, lalu membuangnya sampai tanda batas, hal ini akan menimbulkan
kesalahan yang cukup besar). Pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati dan sedikit
demi sedikit setelah dekat dengan tanda batas. Gunakan pipet tetes untuk
menambahkannya.
Cara Kerja :
a) Ambil 5 mL air suling dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan bagian bawah dari
miniskus, air harus tepat menyinggung skala 5 mL. Pandangan mata harus tepat sejajar
dengan tinggi miniskus air. Tuangkan ke dalam tabung reaksi besar.
b) Ambil 1 mL H2SO4 pekat dengan pipet ukur (perhatikan miniskus).
c) Masukkan H2SO4 pekat ini ke dalam tabung reaksi yang berisi air suling, lakukan dengan
perlahan dan hati-hati. Perhatikan perubahan panas sebelum dan sesudah ditambahkan
H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi.
4. Penyaringan.
Menyaring merupakan salah satu metoda pemisahan, yaitu cara untuk memisahkan
suatu endapan dari suatu larutan. Dalam percobaan ini akan dilakukan penyaringan PbSO 4,
yang dibuat dengan mereaksikan larutan H2SO4 dan Pb-Asetat.
Cara Kerja :
a) Tuangkan 5 mL larutan Pb-Asetat 0,1 M dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 1 mL
H2SO4 hasil pengenceran di atas. Amati yang terjadi dan catat warnanya.
b) Ambil kertas saring yang berbentuk lingkaran, dan lipat menjadi ¼ lingkaran (seperti
pada gambar).
c) Masukkan kertas saring yang telah dilipat pada corong, dan basahi dengan sedikit air
suling hingga kertas menempel pada dinding corong.
d) Tempatkan corong tersebut di atas erlenmeyer untuk menampung filtratnya, dan
tuangkan larutan yang akan disaring ke dalam corong dengan bantuan pengaduk gelas
(memegang pengaduk tepat pada mulut tabung). Tujuannya agar tidak ada cairan yang
jatuh di luar kertas (seperti pada gambar).
5. Titrasi Asam-Basa.
Dasar reaksi titrasi asam-basa merupakan reaksi penetralan, pada titrasi larutan basa
dengan larutan standar asam (asidimetri) atau sebaliknya pada titrasi larutan asam dengan
larutan standar basa (alkalimetri). Pada dasarnya titrasi ini bertujuan untuk menentukan
banyaknya asam atau basa yang secara kimia tepat ekivalen (setara) dengan banyaknya basa
atau asam di dalam larutan. Titik atau pada saat dimana keadaan tersebut tercapai disebut
titik ekivalen atau titik akhir teoritis.
Untuk mengetahui saat tercapainya titik ekivalen dalam suatu proses titrasi, digunakan
suatu zat penunjuk yang di dalam larutan mempunyai warna yang berbeda, tergantung dari
besarnya konsentrasi ion H+ yang terdapat dalam larutan. Zat penunjuk tersebut dinamakan
indikator netralisasi/indikator asam-basa. Sifat penting dari indikator adalah terjadinya
perubahan warna dalam larutan, baik yang bersifat asam atau basa. Perubahan warna
tersebut tidak terjadi secara drastis, tetapi terjadi secara perlahan-lahan sesuai dengan
terjadinya perubahan pH larutan.
Cara Kerja :
a) Ambillah 10 mL larutan HCl hasil pengenceran percobaan No. 2 dengan menggunakan
pipet gondok atau pipet ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL atau 100 mL.
b) Tambahkan 3 tetes indikator PP ke dalam larutan tersebut dan catat warna larutannya.
c) Titrasilah larutan ini dengan larutan NaOH 0,1 M yang telah disediakan.
d) Catatlah volume larutan NaOH yang digunakan pada saat larutan berwarna merah muda.
e) Ulangi titrasi ini hingga diperoleh dua hasil yang tetap (perbedaannya sedikit).
f) Hitunglah konsentrasi HCl yang sebenarnya.
Penandaan atau pemberian label terhadap jenis-jenis bahan kimia diperlukan untuk
dapat mengenal dengan cepat dan mudah sifat bahaya dari suatu bahan kimia. Pengenalan
dengan label ini amat penting dalam penanganannya, transportasi dan penyimpanan bahan-
bahan atau pergudangan. Cara penyimpanan bahan-bahan kimia memerlukan pengetahuan
dasar akan sifat bahaya serta kemungkinan interaksi antar bahan serta kondisi yang
mempengaruhinya. Tanpa memperhatikan semua faktor tersebut, dapat mengakibatkan ;
kebakaran, ledakan, keracunan, atau kombinasi di antara kemungkinan ketiga akibat
tersebut.
b) Pengaruh kelembaban.
Zat-zat higroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang
eksotermis akan menimbulkan pemanasan ruang.
2. Bahan korosif.
Contoh : asam-asam, anhidrida asam dan alkali.
Merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun
menghasilkan uap/gas beracun.
Syarat penyimpanan : - Ruangan dingin dan berventilasi.
- Wadah tertutup dan beretiket.
5. Bahan oksidator.
Contoh : perklorat, permanganat, peroksida organik.
Syarat penyimpanan : - suhu ruangan dingin dan berventilasi.
- jauhkan dari sumber api dan panas termasuk loncatan api,
listrik dan bara rokok.
- Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau
reduktor.
Catatan : pemadam kebakaran kurang berguna karena zat oksidator
dapat menghasilkan oksigen sendiri.
6. Bahan reaktif terhadap air.
Contoh : Natrium, Hidrida, Karbit, Nitrida dan sebagainya.
Syarat penyimpanan : - suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi.
- jauh dari sumber nyala api atau panas.
- bangunan kedap air.
- disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, Halon, dry
powder).
8. Gas bertekanan.
Contoh : gas N2, Asetilen, H2 dan Cl2 dalam silinder.
Syarat penyimpanan : - disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat.
- ruangan dingin dan tidak terkena langsung matahari.
- jauhkan dari api adan panas.
- jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup-
katup.
Seperti diuraikan sebelumnya, ada bahan-bahan kimia yang tak boleh dicampur
dalam penyimpanannya seperti asam dengan bahan beracun, bahan mudah terbakar dari
oksidator dan sebagainya. Bahan-bahan demikian disebut “incompatible” dan harus
disimpan secara terpisah.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah lamanya waktu penyimpanan untuk
zat-zat tertentu. Eter, parafin cair dan olefin membentuk peroksida karena kontak dengan
udara dan cahaya. Semakin lama disimpan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter,
etil eter, dioksan dan tetrahidrofuran adalah zat-zat yang sering menimbulkan bahaya akibat
terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi
satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam
bulan, atau sebelum dipakai dites dahulu kadar peroksidanya, dan bila positif, peroksida
tersebut dipisahkan atau dihilangkan secara kimia.
Contoh bahan-bahan demikian seperti pada tabel 3.1. Zat pada kolom A kontak
dengan zat pada kolom B akan menghasilkan gas racun (kolom C).
3.2 Bahan-bahan reaktif yang bila dicampur menimbulkan reaksi hebat, kebakaran dan
atau ledakan:
Banyak cara-cara dan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi masih dapat terjadi
kecelakaan dalam laboratorium. Oleh karena itu, untuk menghindari akibat yang tidak
diinginkan, diperlukan usaha-usaha pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan. Meskipun
banyak cara P3K yang umumnya cukup luas, tetapi P3K dalam laboratorium kimia dapat
diarahkan pada kecelakaan yang berupa luka bakar, luka pada mata dan keracunan.
Biasanya pertolongan pertama selalu diikuti pengobatan dengan pemberian
“antidote” (penangkal). Dan selanjutnya harus segera diikuti pengobatan oleh dokter.
Namun demikian, dokter memerlukan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya
kecelakaan, terutama jika terjadi keracunan, agar dokter yang bersangkutan dapat
memberikan obat yang tepat.
LUKA BAKAR
Luka bakar karena bahan kimia (chemical burns).
Bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan oksidator, dapat melukai kulit, terasa panas
seperti terbakar. Pertolongan yang harus dilakukan adalah melepaskan kontak dengan
bahan tersebut secepat mungkin, dan bagian tubuh yang terluka segera dicuci dengan air
sebanyak mungkin. Selanjutnya jika terkena asam, bilas dengan larutan soda 3%, dan jika
terkena basa, bilas dengan Asam asetat 1%, kemudian oleskan BOORSALP.
Percikan atau aerosol dari bahan kimia yang korosif atau iritan dapat melukai mata jika
lupa memakai pelindung mata. Pertolongan yang segera diberikan adalah mencuci mata
dengan air bersih yang mengalir (air kran). Pada saat pencucian, kelopak mata harus
dibuka agar bersih di seluruh permukaan mata. Pencucian ini sebaiknya dilakukan terus
menerus selama 5-15 menit. Selanjutnya lakukan pencucian dengan larutan bikarbonat
3% jika terkena asam, dan dengan Asam borat 1-3% jika terkena basa. Bahan-bahan
kimia seperti Asam sulfat, Asam nitrat, Asam klorida, Asam fluorida, Natrium atau Kalium
hidroksida, Amonia dan senyawa-senyawa amina, sangat berbahaya jika terkena mata.
Oleh karena itu, gunakan kacamata atau GOGGLES untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang membahayakan mata.
KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang sering terjadi dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia ke dalam tubuh lewat saluran
pernafasan atau lewat kulit, dan sangat jarang lewat mulut.
Diaduk dengan batang pengaduk. Ujung batang pengaduk jangan mengenai dasar tabung
reaksi.
Diaduk dengan memutar tabung reaksi.
8. Cara mengambil larutan dengan pipet ukur untuk larutan yang tidak berbahaya
24
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 2
STOIKHIOMETRI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan angka koefisien reaksi Natrium hidroksida dengan Tembaga II sulfat.
B. TEORI SINGKAT
Koefisien reaksi adalah angka yang menunjukkan banyaknya mol zat yang
bereaksi atau banyaknya mol zat yang dihasilkan dari suatu reaksi. Koefisien reaksi dapat
ditentukan dengan cara perhitungan atau dengan percobaan.
Salah satu cara yang mudah untuk mempelajari stoikhiometri beberapa reaksi
adalah dengan percobaan. Metoda yang digunakan adalah metoda variasi kontinyu.
Dalam metoda ini dilakukan sederetan pengamatan dari suatu reaksi dimana jumlah mol
seluruh pereaksi adalah sama, tetapi jumlah mol masing-masing zat yang bereaksi
berbeda-beda atau bervariasi.
Salah satu sifat fisika dan sifat kimia yang dapat dipilih untuk diamati dalam
suatu reaksi kimia adalah massa, volume dan suhu, karena kuantitas pereaksi berlainan
perubahan ketiga sifat kimia dapat digunakan untuk meramalkan angka koefisien reaksi.
Pada percobaan ini sifat kimia yang akan diamati adalah massa dari hasil
suatu reaksi antara NaOH dengan CuSO4.
UKURAN/ JUMLAH
NO. NAMA ALAT/BAHAN
KONSENTRASI KEBUTUHAN
1 Corong
2 Gelas kimia 100 mL 4 buah
3 Gelas ukur 50 mL 2 buah
4 Botol semprot 25
5 Batang pengaduk
6 Kertas saring
7 NaOH 0,5 M 100 mL
8 CuSO4 0,5 M 100 mL
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
D. CARA KERJA
1. Sediakan 2 buah gelas kimia 100 mL, lalu isi dengan NaOH masing-masing sebanyak 10
mL dan 20 mL.
2. Ambil lagi 2 buah gelas kimia 100 mL, kemudian isi dengan larutan CuSO4 masing-masing
sebanyak 40 mL dan 30 mL.
3. Tuangkan perlahan-lahan larutan CuSO4 ke dalam larutan NaOH sehingga terjadi
endapan, dan biarkan beberapa saat sampai semua endapan turun ke dasar gelas kimia.
4. Saring endapan dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya, lalu cuci endapan
dengan aquades dan keringkan, kemudian timbang. Catat berat endapan yang di
hasilkan.
5. Lakukan percobaan ini sesuai dengan tabel berikut :
Nama Larutan Volume (mL)
NaOH 10 30 40
CuSO4 40 20 10
6. Buat grafik yang menunjukkan mol NaOH sebagai sumbu X dan berat endapan sebagai
sumbu Y.
7. Titik potong garis sebelah kiri dan garis sebelah kanan menunjukkan perbandingan mol
NaOH dengan CuSO4.
E. LEMBAR KERJA
1. Pengamatan
Percobaan 1 2 3 4 5
mol NaOH
(x 10-3)
CuSO4
(x 10-3)
Berat endapan (gram)
26
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
2. Tugas
Pada reaksi A dengan B perubahan sifat kimia yang diamati adalah suhu. Hasil pengamatan
ditunjukkan dalam tabel berikut :
Vol A
10 20 30 40 50 60 70 80 90
(mL)
Vol B
90 80 70 60 50 40 30 20 10
(mL)
29,1
T awal 28,6 28,2 28,5 27,1 27,5 27,0 29,2 28,2
31,1
T akhir 29,8 30,8 32,4 32,3 34,1 34,9 34,9 32,0
Dengan membuat grafik yang menghubungkan ΔT dan volume A, tentukan rumus empiris
senyawa yang terjadi.
27
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 3
REAKSI KIMIA
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi-reaksi kimia.
B. TEORI SINGKAT
Reaksi kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia yang mempelajari sifat-
sifat kimia dari suatu zat seperti apakah suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain. Apakah
reaksi tersebut menghasilkan gas atau endapan atau apakah reaksi tersebut memerlukan
panas atau memerlukan pH tertentu, cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu atau
berbagai zat dilakukan dengan melalui percobaan kemudian diamati perubahan apa yang
terjadi. Perubahan yang terjadi kemudian dicatat sebagai data komulatif.
Pada percobaan ini akan dipelajari berbagai reaksi kimia dari bebrapa zat yang
bereaksi.
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
17 K2CrO4 0,1 M
18 CaCO3 Kristal
19 HCl 3M
20 Ba(OH)2 2M
21 NH4Cl Kristal
22 Air klor
23 KI 0,05 M
24 CHCl3
25 CCl4
26 H2C2O4 0,1 M
27 KmnO4 0,05 M
28 KSCN 0,1 M
29 FeSO4 0,1 M
30 Na3PO4 Kristal
31 H2SO4 2M
32 FeCl3 0,1 M
D. CARA KERJA
1. Indikator sebagai petunjuk sifat asam atau basa
a) Ambil 2 (dua) buah tabung reaksi dan isi masing-masing dengan larutan HCl 0,05 M dan
1mL larutan NaOH 0,05 M.
b) Tambahkan 1 tetes indikator PP pada kedua tabung, amati apa yang terjadi dan catat
pada lembar kerja anda.
c) Ulangi percobaan a dan b dengan mengganti indikator PP dengan indikator MM.
2) Pada tabung reaksi yang lain masukkan 1 mL Al2(SO4)3 0,1 M lalu tambahkan 1 mL
NaOH 1 M. tambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M, amati apa yang terjadi.
b) Endapan Zn
Ulangi percobaan di atas, tetapi larutan Al2(SO4)3 0,1 M diganti dengan larutan ZnSO4 0,1
M.
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
c) Endapan Ba
1) Ambil 1 mL larutan BaCl2 0,1 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1
mL larutan K2CrO4 0,1 M, amati apa yang terjadi.
2) Masukkan 1 mL larutan BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan
kedalamnya 1 mL HCl 0,1 M, kemudian tambahkan lagi 1 mL larutan K 2CrO4 0,1 M.
Amati dan catat hasil pengamatan anda.
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
E. LEMBAR KERJA
1. Indikator sebagai penunjuk sifat asam atau basa
Indikator/larutan HCl 0,05 M NaOH 0,05 M
PP
MM
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
2. Reaksi pengendapan
a) Endapan Al
Reaksi Pengamatan
Al2(SO4)3 + NH4OH
………… + NH4OH
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
Al2(SO4)3 + NaOH
………… + NaOH
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
b) Endapan Zn
Reaksi Pengamatan
ZnSO4 + NH4OH
……… + NH4OH
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
ZnSO4 + NaOH
……… + NaOH
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
c) Endapan Ba
Reaksi Pengamatan
31
BaCl2 + K2CrO4
……………………………………………….
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
BaCl2 + HCl + K2CrO4
……………………………………………….
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
c) Pembentukan gas I2
Reaksi Pengamatan
Air klor + KI
Air klor + KI + CHCl3
Air klor + KI
Air klor + CCl4
Kesimpulan :
Reaksi Pengamatan
32
FeSO4 + H2SO4
……… + KmnO4
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
Reaksi Pengamatan
FeCl3 + KSCN
…….. + Na3PO4
Kesimpulan : ……………………………………………………………………………….
33
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 4
TERMOKIMIA
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan tetapan calorimeter
2. Menentukan kalor reaksi netralisasi
B. Teori Singkat
Pada percobaan menentukan tetapan calorimeter, di dalam calorimeter, sejumlah air
yang massa dan suhunya diketahui dicampur dengan sejumlah air yang lebih panas yang
massa jdan suhunya juga telah diketahui. Jika calorimeter tidak menyerap kalor pada
pencampuran ini, maka kalor yang diberikan oleh air panas harus sama dengan kalor
yang diserap oleh air dingin. Bagian kalor yang hilang akan diserap oleh system
calorimeter itu sendiri, sehingga kalor yang diserap oleh calorimeter adalah selisih kalor
yang diberikan oleh air panas dikurangi dengan kalor yang diserap oleh air yang lebih
ringan.
Nilai tetapan calorimeter yang diperoleh didapat dengan membagi jumlah kalor yang
diserap calorimeter dengan perubahan suhu calorimeter. Satuan tetapan calorimeter :
JK-1. Besarnya perubahan suhu dapat ditentukan melalui grafik.
Tujuan dari percobaan menentukan kalor reaksi netralisasi ∆Hn adalah untuk
menentukan kalor penetralan HCl(aq) + NaOH(aq). Reaksi ini adalah reaksi asam dengan
basa yang menghasilkan garam dan air. Kalor reaksi penetralan dari asam dan basa yang
cukup encer dapat menaikkan suhu calorimeter.
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
9 HCl 2M 20 mL
10 NaOH 2M 20 mL
D. Cara Kerja
1. Menentukan tetepan kalorimeter
a. Siapkan 50 mL air dalam kalorimeter, catat suhunya (dianggap suhu kamar)
b. Siapkan pula 50 mL air yang suhunya + 10˚C lebih tinggi dari suhu air yang
pertama, dan catat suhu yang sebenarnya
c. Kemudian keduanya dicampurkan (dalam kalorimeter), aduk, catat suhunya
dengan selang waktu tertentu (misalnya ½, 1 menit,….)
d. Buat kurva pengamatan dan tentukan suhu kalorimeter
2. Menentukan kalor reaksi netralisasi ∆Hn
a. Masukkan 20 mL HCl 2 M ke dalam kalorimeter, catat suhunya
b. Siapkan 20 mL NaOH 2 M dalam gelas ukur, dan catat suhunya (aturlah
sedemikian rupa sehingga suhunya sama dengan suhu HCl)
c. Campurkan NaOH ke dalam kalorimeter dan catat suhu campuran selama 5 menit
dengan selang waktu ½ menit
d. Buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi ini
e. Hitung ∆H penetralan jika kerapatan larutan 1,03 g/cm3, dan kalor jenisnya 3,96
Jg-1K-1
35
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
E. Lembar Kerja
1. Pengamatan
a. Menentukan tetapan kalorimeter
Sistem Suhu (˚C) Waktu (menit)
Air (a) 0
Air (b) 0
Campuran Air (a) dan Air (b) 0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Laboratorium Kimia
FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
KECEPATAN REAKSI
Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis
terhadap kecepatan reaksi.
Teori Singkat
Kecepatan reaksi kimia adalah suatu ukuran perubahan zat
pereaksi menjadi zat hasil reaksi per satuan waktu. Kecepatan reaksi
dapat diukur dari pengurangan massa zat pereaksi atau kenaikan
massa zat hasil pereaksi. Zat hasil reaksi berupa gas dapat diukur dari
volumenya yang dihasilkan per satuan waktu. Dalam sistem homogen
kecepatan reaksi dapat diukur dari perubahan konsentrasi per satuan
waktu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain
adalah a) konsentrasi, b) temperatur, c) luas permukaan, d) katalis, e)
tekanan, f) cahaya dan lain-lain.
Teori Tumbukan
1. Partikel-partikel zat harus bertumbukan terlebih dahulu sebelum
bereaksi.
2. Hanya tumbukan yang efektif yang dapat menghasilkan
perubahan/bereaksi. Untuk itu diperhatikan cukup energi.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 36
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Bahan:
1. Larutan Na2S2O3 0,1 M 150 mL 6. H2SO4 pekat ( 5M) 6 mL
2. Larutan HCl 0,1 M 160 mL 7. Larutan H2C2O4 0,05M 60 mL
3. Larutan HCl 1 M 30 mL 8. Marmer pecahan 15 gr
4. Larutan KMnO4 0,01 M 75 mL 9. Es batu & alumunium foil
5. Larutan MnSO4 0,1 M 5 mL
Cara Kerja
PENGARUH KONSENTRASI terhadap KECEPATAN REAKSI
1. Sediakan 4 buah tabung reaksi yang bersih dan isi masing-masing
tabung dengan 20 mL HCl 0,1 M.
2. Ambil 4 buah gelas kimia 100 mL yang bersih, lalu beri tanda a, b,
c, d.
3. Kemudian isi masing-masing gelas kimia a, b, c, dan d dengan
larutan natrium tiosulfat 0,1 M dengan volume sebagai berikut:
a. 25 mL Na2S2O3
b. 20 mL Na2S2O3 ditambah 5 mL air
c. 15 mL Na2S2O3 ditambah 10 mL air
d. 10 mL Na2S2O3 ditambah 15 mL air.
Perhatian
1. Larutan Na2S2O3 dan HCl tidak boleh berdekatan sebelum
direaksikan, apa lagi kalau masing-masing larutan dalam keadaan
terbuka.
2. Tulis tanda silang dengan spidol pada kertas putih, dan tempatkan
dibawah gelas kimia (a).
3. Pegang stop watch dan salah satu tabung yang berisi HCl.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 37
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
4. Segera tuangkan HCl kedalam gelas kimia (a), pencet tombol stop
watch pada saat bersamaan. Amati perubahan yang terjadi, dan
segera matikan stop watch pada saat tanda silang tidak kelihatan
lagi. Catat waktu yang diperlukan.
5. Pindahkan kertas yang bertanda silang kebawah gelas kimia (b),
lalu ulangi percobaan 5-6. Begitu seterusnya sampai gelas kimia
(d).
PERTANYAAN
1. Kenapa larutan Na2S2O3dan HCl tidak bobleh berdekatan sebelum
direaksikan?
2. Berdasarkan percobaan diatas kesimpulan apa yang anda peroleh?
3. Bagaimana kalau percobaan tersebut dibalik, dimana larutan HCl
yang diencerkan seperti yang dilakukan pada Na 2S2O3 diatas,
sedangkan larutan Na2S2O3 tetap 20 mL.
4. Berdasarkan data yang diperoleh dapatkah anda jelaskan
kaitannya dengan teori tumbukan?
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 38
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
PERTANYAAN
1. Berdasarkan percobaan diatas kesimpulan apa yang anda peroleh?
2. Berdasarkan data yang diperoleh dapatkah anda jelaskan kaitannya
dengan teori tumbukan?
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 39
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 40
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
LEMBAR PENGAMATAN
I. PENGARUH KONSENTRASI terhadap KECEPATAN REAKSI
NOMOR VOLUME
WAKTU
ALAT HCl 0,1 M Na2S2O3 0,1 M Air
A 20 mL 25 mL 0 mL
B 20 mL 25 mL 5 mL
C 20 mL 25 mL 10 mL
D 20 mL 25 mL 15 mL
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 41
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 42
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan perubahan bilangan oksidasi pada reaksi antara Fe 2+
dengan Mn2+
Teori Singkat
Reaksi redoks ditandai oleh perubahan bilangan oksidasi pada saat
pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Disini diberikan tiga buah contoh
dari reaksi redoks.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 22
43
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Ion besi (II) mudah dioksidasikan menjadi ion besi (III), dimana
oksidasi tersebut dilakukan oleh ion permanganat dalam suasana
asam.
Bahan:
1. (NH4)2Fe(SO4)2 6H2O 0,1 M 50 mL
2. Larutan KMnO4 0,01 M 1 mL
3. Larutan H2SO4 2 M 10 mL
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 23
44
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Cara Kerja
1. Hitunglah berapa gram amonium ferrosulfat dibutuhkan untuk
membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 M sebanyak 50 mL.
2. Timbang kristal amonium ferrosulfat sesuai dengan perhitungan
anda, larutkan dengan 10 mL H2SO4 2 M, masukkan kedalam labu
ukur 50 mL lalu encerkan dengan aquades sampai garis tanda labu
ukur.
3. Lakukan kalibrasi pipet tetes yang akan anda gunakan sebagai alat
titrasi, dengan cara menghitung jumlah tetes dalam 1 mL larutan.
4. Pipet 10 mL larutan amonium ferrosulfat yang anda buat dan
masukkan kedalam erlenmeyer 100 mL.
5. Dengan menggunakan pipet tetes yang sudah dikalibrasi,
tambahkan larutan KMnO4 0,01 M tetes demi tetes sampai terjadi
perubahan warna. Catat jumlah tetes yang diperlukan (volume
penitrasi), amati dan catat perubahan warna larutan (pada titik akhir
titrasi).
6. Ulangi pekerjaan 4-5 sebanyak 3-4 kali.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 24
45
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
LEMBAR PENGAMATAN
Pengamatan:
1. Massa (NH4)2Fe(SO4)2 6H2O .................................. gram
2. Jumlah tetes larutan KMnO4 0,10 M yang digunakan: ........ a. tetes
b…………tetes
c…………tetes
3. Kalibrasi pipet tetes ................................................ tetes/mL
PERTANYAAN
1. Jumlah mol Fe2+ yang bereaksi = .........................
2. Jumlah mol MnO4- yang bereaksi = .........................
3. Fe2+ Fe3+ + e- 1 mol Fe2+ melepaskan 1 mol
elektron.
Jumlah mol elektron yang dilepaskan dalam reaksi pada eksperimen
ini = ………
4. Jumlah mol elektron yang diperlukan untuk mengubah bilangan
oksidasi mangan pada MnO4- yang bereaksi ...................... =
5. Jumlah mol elektron yang diperlukan untuk mengubah bilangan
oksidasi mangan pada 1 mol MnO4- = .........................
6. Bilangan oksidasi mangan pada MnO4- = .........................
Maka bilangan oksidasi mangan sesudah reaksi = ............
7. Pada reduksi MnO4- dapat terbentuk MnO42-, MnO2, Mn3+, atau Mn2+
8. Persamaan setengah reaksi (reduksi) MnO 4- + H+ + e-
9. Tulis semua persamaan reaksi redoks yang mungkin terjadi pada
eksperimen ini.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 25
46
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi KMnO4 dengan larutan standar H2C2O4
Teori Singkat
Titrasi redoks dapat digunakan untuk menentukan kuantitas suatu
senyawa yang mengalami perubahan bilangan oksidasi, seperti titrasi
“permanganometri”. Besarnya kuantitas senyawa yang akan ditentukan
dihitung berdasarkan kuantitas KMnO 4 yang diperlukan apabila
konsentrasi KMnO4 yang digunakan telah ditetapkan melalui standarisasi.
Pada eksperimen ini kita akan menstandarisasi KMnO 4 dengan suatu
larutan yang dapat ditentukan konsentrasinya melalui penimbangan.
Larutan ini disebut standar primer. Standar primer yang dimaksud adalah
H2C2O4 dan titrasi dilakukan dalam suasana asam.
Penambahan satu tetes larutan KMnO4 akan terjadi reaksi antara
KMnO4 dengan H2C2O4 yang ditandai dengan hilangnya warna ungu dari
KMnO4 menjadi tidak berwarna berdasarkan reaksi dibawah ini:
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O x2
C2O42- 2 CO2 + 2 e- x5
2 MnO4- + 16 H+ + 5 C2O42- 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 26
47
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Cara Kerja
1. Cuci buret dengan aquades sampai bersih.
2. Bilaslah dengan sedikit larutan KMnO4.
3. Isilah larutan KMnO4 tersebut ke dalam buret sampai tepat tanda
batas (miniskus berimpit dengan garis etsa).
4. Pipet 25 mL larutan 0,1 M H2C2O4 dan masukkan ke dalam
erlenmeyer.
5. Tambahkan 50 mL air dan 10 mL H2SO4 2 M.
6. Panaskan sampai hampir mendidih ( 700C).
7. Teteskan larutan KMnO4 ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
larutan H2C2O4 daslam keadaan panas sambil diguncang-
guncangkan.
8. Hentikan penetesan larutan KMnO4 pada saat larutan berwarna
ungu tetap. Catat volume KMnO 4 yang diperlukan.
9. Lakukan tiga kali. Hitung konsentrasi KMnO4.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ 48
Page 27
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
LEMBAR PENGAMATAN
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 28
49
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Tujuan Percobaan
Menentukan daya gerak listrik antara larutan tembaga (II) sulfat dengan
larutan timah (II) klorida.
Teori Singkat
Sel Volta atau sel Galvani adalah sel elektrokimia dimana energi kimia
berubah menjadi energi listrik dengan adanya reaksi redoks pada kedua
elektroda.
Contoh: Sel Daniel, terdiri atas elektroda seng Zn/Zn 2+ dan elektroda
tembaga Cu/Cu2+.
(+) (-)
Jembatan garam
Elektroda Cu
Elektroda
Zn
Larutan
CuSO4
Larutan ZnSO4
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 29
50
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Sehingga ion-ion Cu2+ akan diendapkan sebagai logam Cu. Reaksi sel
keseluruhan adalah jumlah dari kedua reaksi di atas.
Dalam keadaan standar: E0sel = E0+ - E0-
E0sel = DGL standar dari sel
E0+ = potensial elektroda positif (elektroda
Cu)
E0- = potensial elektroda negatif (elektroda
Zn)
Untuk sel Daniel: E0sel = E0Cu - E0Zn
= 0,34 – (-0,76)
= 0,110 volt.
Arus listrik terjadi jika terdapat DGL (Daya Gerak Listrik), yaitu perbedaan
potensial dari masing-masing elektroda.
Cara Kerja
1. Pembuatan setengah sel Zn(s) Zn2+ (0,5 M)
Masukkan 125 mL larutan ZnSO4 0,5 M ke dalam gelas kimia 250
mL. Tempatkan sebatang lempeng seng ke dalam gelas tsb.
2. Pembuatan setengah sel Cu (s) Cu2+(0,5 M)
Masukkan 125 mL larutan CuSO4 0,5 M ke dalam gelas kimia 250
mL. Tempatkan sebatang lempeng tembaga dalam gelas kimia.
3. Hubungkan lempeng seng dengan kutub negatif voltmeter dan
hubungkan lempeng tembaga dengan kutub positif voltmeter.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ 51
Page 30
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 31
52
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
LEMBAR PENGAMATAN
Pengamatan
1. Zn (s) Zn2+ (0,5 M) terhadap Cu (s) Cu2+ (0,5 M) ...............volt
2. Sn (s) Sn2+ (0,5 M) terhadap Cu (s) Cu2+ (0,5 M) ..............volt
3. a. Zn (s) Zn2+ (1 M) terhadap Cu (s) Cu2+ (1 M) .................volt
b. Setelah penambahan larutan Na2S
PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada elektroda dalam setiap sel.
2. Apa gunanya jembatan garam
3. Hitunglah potensial elektroda dengan anggapan bahwa potensial
elektroda Sn:
a. 0 volt
b. -0,14 volt
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 32
53
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan reaksi pada anoda dan katoda apabila suatu
larutan dialiri arus listrik.
Teori Singkat
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia dengan
adanya arus listrik. Elektrolisis terdiri dari sel elektrolitik yang berisi
elektrolisis (larutan atau leburan) dan dua elektroda, anoda dan katoda.
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda akan terjadi reaksi
reduksi. Reaksi yang terjadi pada elektroda bergantung pada
kecenderungan terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi.
Contoh: (a) Elektrolisis larutan pekat NaCl dengan elektroda Pt
Anoda : 2 Cl- Cl2 + 2 e-
Katoda : 2H2O + 2 e- H2 + 2 OH-
(b) Elektrolisis leburan NaCl
Anoda : 2 Cl- Cl2 + 2 e-
Katoda : Na+ + e Na
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 33
54
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
Cara Kerja
1. Masukkan larutan KI dalam pipa U, sampai 2 cm dari mulut
tabung.
2. Masukkan elektroda masing-masing pada mulut tabung dan
hubungkan dengan sumber arus selama 5 menit.
3. Catat perubahan yang terjadi pada anoda dan katoda.
4. Pipet 2 mL larutan dari ruang katoda masukkan dalam tabung
reaksi dan tambahkan indikator PP 3 tees.
5. Pipet 2 mL larutan dari ruang anoda masukkan dalam tabung reaksi
dan tambahkan indikator amilum 3 tetes.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 34
55
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II
D. LEMBAR PENGAMATAN
PERTANYAAN
1. Tulis reaksi lengkap dari elektrolisis di atas.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya elektrolisis.
Laboratorium Kimia
FMIPA UNJ Page 35
56