KATA PENGANTAR
Sebagai penutup, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut membantu dalam mewujudkan diktat penuntun praktikum ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM 4 ARGENTOMETRI
PRAKTIKUM 5 KOMPLEKSOMETRI
PRAKTIKUM 6 PERMANGANOMETRI
PRAKTIKUM 7 IODOMETRI
PRAKTIKUM 8 IODIMETRI
PRAKTIKUM 8 NITRITOMETRI
KEBERSIHAN LABORATORIUM
1. Semua praktikan diwajibakan memakai jas laboratorium untuk menjaga
kerusakan akibat zat-zat kimia.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau kertas saring pada bak
pencuci, buanglah sampah tersebut pada tempat yang telah disediakan.
3. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, harus cepat dibersihkan dengan air, karena
zat- zat tersebut dapat merusak meja praktikum jika tidak segera dibersihkan. Jika
terjadi kecelakaan cepat diberitahukan kepada asisten yang bertugas.
4. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan merokok dalam
ruangan laboratorium dan tidak diperkenankan memakai sandal.
5. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan
mengganggu ketenangan pekeraan orang lain.
LAIN-LAIN
1. Sebagian besar zat di labolatorium kimia analitik mudah terbakar dan beracun.
Ikuti petunjuk berikut untuk menjaga keselamatan :
a Perlakukan semua zat sebagai racun. Jika zat kimia mengenai kulit, cuci
segera dengan air yang banyak. Gunakan sabun dan air menghilangkan zat
padat berbau atau cairan kental. Jangan pernah mencicipi zat kimia
kecuali ada petunjuk khusus. Jika harus membaui zat kimia lakukan
dengan mengibas gas dan menempatkan wadahnya 15 sampai 25 cm dari
hidung dan hisap sesedikit mungkin. Jika ada zat yang tertumpah, segera
bersihkan, hal ini termasuk untuk tumpahan terhadap permukaan meja, lantai,
alat pemanas, timbangan, dll.
b Zat yang bertitik didih rendah yang mudah terbakar harus didestilasi
atau dievaporasi dengan menggunakan heating mantle atau dalam
penangas oil, jangan dipanaskan. Jangan dipanaskan dengan pembakar
bunsen. Senyawa seperti : metanol, etanol, benzen, petroleum eter, aseton.
c Pelarut yang mudah terbakar disimpan dalam botol bermulut kecil dan
disimpan agak jauh dengan tempat anda bekerja
d Jangan mengembalikan zat yang sudah dikeluarkan ke dalam botol
asalnya. Hitung dengan seksama keperluan anda terhadap suatu zat dan
ambil sesuai dengan keperluan. Bawa tempat zat yang akan ditimbang ke
dekat neraca, dan tutup kembali segera setelah penimbangan.
e Gunakan zat sesuai dengan keperluan praktikum, hal ini untuk
mengurangi limbah dan mencegah kecelakaan
f Ketika melarutkan asam kuat dengan air, selalu tambahkan asam ke dalam
air sambil terus diaduk.
g. Jangan membuang pelarut organik ke dalam tempat sampah, karena dapat
menyebabkan kebakaran.
2. Jangan membuang campuran air-pelarut tak larut air (eter, petroleum eter,
benzen, dll) dan campuran yang mengandung senyawa yang tak larut air
ke dalam bak cuci. Gunakan kaleng atau tempat khusus untuk menampung
limbah ini. Jika masuk ke dalam bak cuci maka harus diguyur dengan air yang
banyak
1. TUJUAN
Tuliskan tujuan praktikum yang akan dikerjakan secara jelas dan singkat
(sebutkan senyawa yang aka ndiuji)
2. PRINSIP
Tuliskan prinsip dasar dari proses yang akan dikerjakan
3. REAKSI
Tuliskan reaksi yang akan terjadi pada praktikum (tuliskan semua
kemungkinan yang mungkin terjadi bila ada banyak sampel)
4. PROSEDUR
Tuliskan dalam bentuk diagram alir
5. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Pengamatan:
a. Pembuatan larutan baku primer
Penimbangan baku primer (tuliskan senyawanya)…..
Dilarutkan sampai…….mL
b. Pembuatan larutan baku sekunder
Penimbangan baku sekunder
Dilarutkan sampai……mL
c. Pembakuan
Titrasi Ke Volume Lar Baku Konsentrsi Lar. Volume Lar. Baku
Primer (ml) Baku Primer (N) Sekunder (ml)
1
2
3
Rata-rata
Perhitungan:
a. Penentuan Kadar Baku Primer
Massa baku Primer (tuliskan senyawanya) yang ditimbang: ……..g
Mr baku primer: ………
Volume Larutan ..................... ml
Tuliskan rumus dan lakukan perhitungan
Kadar Baku primer (tuliskan senyawanya) adalah……..N
b. Pembakuan
Kadar baku primer (tuliskan senyawanya):….N
Volume titran sebesar……ml
V1N1 = V2N2
Tuliskan perhitungan
Kadar Baku sekunder(tuliskan senyawanya) adalah……..
c. Perhitungan Kadar Analit dalam sample
Kadar baku sekunder (tuliskansenyawanya):….
Volume titran sebesar……ml
V1 N1 = V2N2
Tuliskan perhitungan
Kadar analit dalam sampel (tuliskan senyawanya) adalah …….. %
6, PEMBAHASAN
(Tulis/bahas alasan teoris beberapa prosedur dan alasan terjadinya kesenjangan
antara teori dengan hasil pengamsatan dan praktikum
8. DAFTAR PUSTAKA
Bila buku : Tulis : Nama Pengarang, (tahun penerbitan), Judul Buku, Penerbit,
Kota Penerbitan
Bila Artikel dari Internet : Tulis : Nama Pengarang (Tahun Pengungghan), Judul
artikel, Tersedia, Nawa Laman, Tanggal Pengunggahan)
PRAKTIKUM 1 dan 2
TITRASI ASAM BASA
1. Tujuan
2. Teori
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel yang bersifat
asam dengan cara mentitrasinya menggunakan larutan baku basa (alkalimetri)
atau menetapkan kadar suatu sampel yang bersifat basa dengan cara mentitrasinya
menggunakan larutan baku asam (asidimetri).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri
dalam Farmakope Indonesia Edisi IV adalah : amfetamin sulfat dan sediaan
tabletnya ,ammonia, asam asetat glacial, asam asetil salisilat, asambenzoate, asam
fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asamsitrat, asam
sorbet, asamsulfat, asam tartrat, asam undesilenat, benzyl benzoate,busulfan dan
sediaan tabletnya, butylparaben,efedrin dan sediaan tabletnya, etanzinamida, etil
paraben, etisteron,eukuinin, furosemida, gliben klamid, kalamin,ketoprofen,
kloralhidrat,klonidin hidroklorida, levamisolHCl, linestrenol, magnesium
hidroksida, magnesium oksida, meprobamat, metenamin, metil paraben, metil
salisilat, naproksen, natrium bikarbonat serta sediaan tablet dan injeksinya,
natrium hidroksida, natrium tetraborat, neotigmin metilsulfat,propil paraben,
propintiour asil,sakarin natrium,dan zink oksida.
- Buret 50 mL
- Labu Erlenmeyer 250 mL
- Labu Takar 250 mL
- Pipet Volume 10 mL, 25 mL, 50mL
- Neraca Analitik
- Gelas kimia
4. LangkahKerja
b. Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan H2C2O4.2H2O
1. Masukan larutan NaOH ke dalam buret,sebelumnya dibilas dulu
dengan larutan NaOH tersebut.
2. Pipet 10mL larutan H2C2O4.2H2O dengan pipet volume masukkan ke
dalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan 1-2 tetes phenolphthalein.
c. Penetapan Kadar
Note:
b. Pembakuan
Pembakuan larutan H2SO4 dengan Na2B4O7.10 H2O
1. Masukkan larutan H2SO4 ke dalam buret, sebelumnya dibilas dulu
dengan larutan H2SO4 tersebut.
2. Pipet 25 mL Na2B4O7.10 H2O 0,5 N dengan pipet volume masukkan
kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan1-2 tetes phenolphthalein.
c. Penetapan Kadar
b. Titrasi Blanko
1. Masukkan 50 ml Larutan NaOH 0,5 N dengan pipet volume ke dalam labu
erlenmeyer
2. Didihkan campuran secara perlahan selama 10 menit.
3. Tambah 1-2 tetes Indikator Phenolphtalen.
4. Titrasi larutan Blanko NaOH dengan larutan H2SO4 0,5 N sampai larutan
berubah warna dari merah muda menjadi bening. Lakukan Titrasi Duplo.
PERCOBAAN 3
TITRASI DALAM PELARUT BUKAN AIR
1. Tujuan
- Memahami teknik analisis, metode analisis, dan prosedur analisis Titrasi
Bebas Air Asam Lemah dan Basa Lemah
- Menentukan jumlah Klorofenilamin Maleat dan Allopurinol dengan
menggunakan metode Titrasi Bebas Air
2. Teori
Titrasi bebas air (TBA) merupakan prosedur titrimetri yang paling umum
digunakan untuk uji-uji dalam Farmakope. Metode ini mempunyai keuntungan karena
ia dapat menentukan kadar senyawa yang memiliki sifat keasaman dan kebasaan yang
sangat lemah, selain itu pelarut yang digunakan adalah pelarut organik yang juga
mampu melarutkan analit-analit organik.
Air dapat bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam
lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat
lemah dalam hal menerima atau memberi proton sebagaimana ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Gambar 1. Kompetisi air dengan asam lemah dan basa lemah untuk memberi dan menerima
proton
Adanya pengaruh kompetisi ini berakibat pada kecilnya titik infleksi pada
kurva titrasi asam sangat lemah dan basa sangat lemah sehingga mendekati batas pH 0
dan pH 14. Oleh karena itu, deteksi TAT (Titik Akhir Titrasi) sangat sulit. Sebagai
aturan umum: basa-basa dengan pKa < 7 atau asam-asam dengan pKa>7 tidak adapat
ditentukan kadarnya secara tepat pada media air. Berbagai macam pelarut organic dapat
digunakan untuk mengganti air karena pelarut-pelarut ini kurang berkompetisi secara
efektif dengan analit dalam hal menerima atau memberi proton.
4. Langkah Kerja
1. Pembakuan
a. Asam perklorat 0,1 N
140 mg Kalium biftalat yang telah dikeringkan, dilarutkan dengan 10mL asam
asetat glasial. Dua tetes kristal violet ditambahkan kemudian larutan dititrasi
dengan larutan asam perklorat sampai larutan berwarna ungu berubah menjadi
hijau biru.
b. Natrium metoksida 0,1 N
500 mg asam benzoat dilarutkan dengan 100 mL dimetilformamida dalam labu
takar. 10 mL larutan diambil dengan pipet volume lalu dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer. Tiga tetes biru timol ditambahkan lalu larutan dititrasi dengan
natrium metoksida sampai titik akhir berwarna biru
2. Penetapan Kadar
a. Klorfeniramin maleat
Sampel dilarutkan dengan 25 mL asam asetat glasial dalam labu takar 25 mL.
Sebanyak 10 mL larutan diambil lalu dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Setelah itu ditambahkan dua sampai tiga tetes kristal violet dan larutan dititirasi
dengan asam perklorat 0,1 N. Prosedur dilakukan dua kali dan dilakukan
SekolahTinggiIlmu Kesehatan an Nasher Cirebon
Page1
515
Panduan Praktikum Kimia Analisis Volumetri 2018
penetapan blanko, dimana asam asetat glasial tanpa sampel dititrasi dengan asam
perklorat 0,1 N
b.Allopurinol
Sampel dilarutkan dengan 50 mL dimetilformamida dalam labu takar 50 mL.
Sebanyak 10 mL larutan diambil lalu dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Setelah itu, tiga tetes biru timol ditambahkan dan larutan dititrasi dengan
natrium metoksida 0,1 N. Prosedur dilakukan dua kali dan dilakukan penetapan
blanko, dimana dimetilformamida tanpa sampel dititrasi dengan natrium
metoksida 0,1 N
V. Daftar Pustaka
- Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis .
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 141-145
- Tim Penyusun Modul Kimia Farmasi Analisis. 2014. Kimia Farmasi Analisis
Bandung : Penerbit ITB. Hal 13-16
PRAKTIKUM 4
ARGENTOMETRI
1. Tujuan
2. Teori
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3)
pada suasana tertentu. Metode Titrasi Argentometri disebut juga dengan Metode
Titrasi Pengendapan karena pada titrasi argentometri memerlukan pembentukan
senyawa yang relative tidak larut atau endapan.
Metode Titrasi Argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah teknik
titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebih ditambahkan ke dalam sampel yang
mengandung ion klorida atau bromide. Selanjutnya sisa AgNO dititrasi kembali
dengan Ammonium Tiosianat menggunakan indicator Besi(III) Ammonium
Sulfat.
Titrasi Argentometri terbagi menjadi beberapa metoda,diantaranya adalah:
1. Metode Mohr : Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida
dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi
akan terjadi endapan perak klorida sampai mencapai titik ekuivalen. Setelah
titik ekivalen penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah bata.
2. Metode Volhard : Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam
dalam larutan baku kalium atau ammonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium
sulfat sebagai indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)
tiosianat.
3. Metode Fajans : pada metode ini digunakan indicator absorpsi, sebagai
kenyataan bahwa pada titik ekuivalen indicator terabsorbsi oleh endapan.
Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan,tetapi pada
permukaan endapan.
Secara singkat perbedaan ketiga metode di atas diringkas dalam tabel berikut :
Penggunaan Penentuan Cl- atau Br-. Penentuan Cl-, Br-,I-, Penentuan Cl-, Br-,I-,
I- tak dapat ditentukan SCN- SCN-
karena I-terabsorbsi kuat
oleh endapan, sama untuk
SCN.
4. LangkahKerja
a. Pembuatan Larutan-larutan
1. Larutan Baku Primer NaCl 0,1 N
Ditimbang dengan teliti NaCl pa sebanyak yang dibutuhkan dan
larutkan dalam aquadest sebanyak yang dibutuhkan.
2. Larutan Baku Sekunder AgNO3 0,1 N
Larutkan AgNO3 dengan aquadest,simpan dalam botol coklat.
3. Indikator K2CrO4
Larutan 5% b/v, diambil 1mL untuk volume air 50-100 mL.Apabila
padatan buat larutan K2CrO4 0,1% dengan melarutkan K2CrO4 dengan
aquadest.
b. Pembakuan
Pipet 10 mL NaCl,masukkan kedalam Erlenmeyer tambahkan 4-5 tetes
indicator K2CrO4 kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 (dikocok cepat
terutama menjelang titik akhir titrasi),sampai terbentuk endapan merah
bata. Catat volume AgNO3, lakukan titrasi minimal duplo.
4-5 tetes larutan indicator K2CrO4, kemudian titrasi dengan larutan AgNO3
sampai terbentuk endapan merah bata. Catat volumeAgNO3, lakukan titrasi
minimal duplo.
PRAKTIKUM 5
KOMPLEKSIOMETRI
1. Tujuan
- Memahami teknik analisis, metode analisis, dan prosedur analisis Titrasi
Kompleksiometri-
- Menentukan kadar Magnesium Sulfat dan Kalsium Karbonat
2. Teori
Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetric berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk
kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan adalah Dinatrium Etilen,Diamin
Tetra Asetat (NA2EDTA).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetric
melibatkan pembentuka
n (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi
ion logam,sebuah kation ,dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset,1994)
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti diatas, dikenal
pula kompleksiometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
1. Titrasi Langsung
Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan, diberi buffer sampai
pH yang dikehendaki dan titrasi langsung dengan larutan baku EDTA. Untuk
mencegah pengendapan hidroksida logam (garam basa) dengan menambahkan
sedikit zat pengkompleks pembantu seperti tartrat atau sitrat atau trietanolamina.
Pada titik ekuivalen, besarnya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan turun
mendadak. Ini umumnya ditetapkan dari perubahan warna dari indikator logam yang
berespons (Basset, dkk., 1991).
4. Titrasi Alkalimetri
SekolahTinggiIlmu Kesehatan an Nasher Cirebon
Page2
222
Panduan Praktikum Kimia Analisis Volumetri 2018
Ion hidrogen yang dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan baku natrium
hidroksida dengan menggunakan indikator asam-basa. Pilihan lain, suatu campuran
iodat- iodida ditambahkan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Larutan logam yang akan ditetapkan harus
dinetralkan dengan tepat sebelum dititrasi; ini hal yang sukar yang disebabkan oleh
hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi alkalimetri (Basset,
dkk 1991).
4. LangkahKerja
a. Pembuatan Larutan
3. EDTA 0,05N
Timbang 9,307 g EDTA dilarutkan dalam 500 ml aquades,
c. Penetapan Kadar
1. Penetapan Kadar Magnesium
Pipet 10 mL MgSO4 masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 1mL
larutan dapar salmiak pH10 dan indikator EBT. Titrasi dengan Na2EDTA
pada suhu 40°C sampai terjadi perubahan dari merah anggur menjadi biru.
PRAKTIKUM 6
PERMANGANOMETRI
1. Tujuan
- Memahami metode analisis, teknik analisis, dan prosedur analisis Titrasi
Kompleksiometri-
- Menentukan kadar H2O2 menggunakan Metode Titrasi Permanganometri
2. Teori
SekolahTinggiFarmasiIndonesia
Jl.SoekarnoHattano.354Bandung Page3
030
Panduan Praktikum Kimia Analisis Volumetri 2018
2+ 2+ 2+
Fe , Sn ,Vo C2O42-, SO3, H2O2 ,Mo Ti, As .
Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai
berikut:
2+
MnO4+ 8H+ + 5e- Mn + 4H2O
0
Potensial standar dalam larutan asam ini adalah sebesar (E =1,51volt).
Jadi kalium permanganat merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari
persamaan reaksi diatas dapat diketahui bahwa berat ekivalen (BE) dari
KMnO4 adalah 1/5 dari berat molekulnya, karena tiap mol kalium
permanganat setara dengan 5 elektron sehingga valensinya 5 dan
BE=1/5 BM.
SekolahTinggiFarmasiIndonesia
Jl.SoekarnoHattano.354Bandung Page3
131
b. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-
zat yang dapat direduksi (oksidator). Didalam tiap-tiap penentuan,
sejumlah tertentu reduktor ditambahkan dengan larutan oksidator
yang akan dianalisa, setelah reduksi sempurna,kelebihan reduktor
dititrasi dengan larutan kalium permanganate standar. Beberapa zat
yang dapat digunakan dengan cara ini antara lain; MnO4, Cr2O72-
4+
,MnO2 ,Mn3O4, PbO2, PbO3, PbO4. Ce .
+ -
2MnO4- + 16H + 10Cl 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
- -
2MnO4 + 2H2O 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH
Dan sebagaimana dijelaskan diatas ,reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat..
2- - -
MnO4 + 2H2O + 2e MnO2 + 4 OH
0
Potensial standar reakasi yang pertama E = 0,56volt, sedangkan pada reaksi
0
kedua sebesar E = 0,60 volt. Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya
menambah ion barium yang dapat membentuk endapan barium manganat) maka
reaksi pertama dapat berjalan baik sekali.
Dalam membuat larutan baku kalium permanganate harus dijaga factor -faktor
yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku
tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan
zat-zat yang mudah dioksidasi.
Dalam penentuan kadar H2O2 menggunakan Metode Titrasi Alkalimetri,
ion KmnO4- dalam suasana asam akan mengoksidasi H2O2 menjadi O2 menurut
reaksi sebagai berikut :
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
4. Langkahkerja
1. Pembuatan larutan
a. Larutan baku primer (H2C2O4.2H2O)
Buat larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N dengan aquadest dalam labu ukur 100,0
mL. BE = 1/2 BM, BM = 214
b. Larutan baku sekunder (KMnO4.5H2O) BE = 1/5 BM
KMnO4 merupakan oksidator kuat sehingga harus ditimbang dalam kaca
arloji. Buat larutan baku sekunder KMnO4.5H2O dengan konsentrasi 0,1
N sebanyak 1L dengan aquadest. Larutan didihkan selama 15-20 menit,
kemudian saring dengan glasswol. Filtrat ditampung dalam botol bersih
bebas lemak dan ditutup. Bila selama penyimpanan terbentuk lagi
endapan,maka harus disaring lagi sebelum distandarkan.
3. Penetapan Kadar
Pipet 2 mL larutan sampel ,masukkan ke dalam labu erlemeyer yang berisi 20
ml. aquades. Tambahkan 10 mL H2SO4 4N, Titrasi dengan larutan KMnO4 0,1
N LV sampai terbentuk warna rose. Catat volume KMnO4 ,lakukan titrasi
minimal duplo.
1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg H2O2 .
Panduan Praktikum Kimia Analisis Volumetri 2018
PRAKTIKUM 7
IODOMETRI
1. Tujuan:
- Memahami metode analisis, teknik analisis, dan prosedur analisis Titrasi Iodometri
- Menetapkan kadar senyawa CuSO4 dengan titrasi iodometri
2. Teori
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih
besar dari pada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodide berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat. Banyaknya volume
Natrium thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya analit
di dalam sampel.
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya
pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi
dengan hidroksida membentuk iodide dan hipoyodit dan selanjutnya terurai
menjadi iodide dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadis sulfat,
sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat
dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial
yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH
yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasia atau
reduksi dari senyawa.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak
mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk
kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak
boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat
larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tia-
tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari
larutan menjadi bening.
SekolahTinggi Ilmu Kesehatan An Nasher Cirebon
Panduan Praktikum Kimia Analisis Volumetri 2018
Reaksi
Reaksi pembakuan
Cr2O72- + 6I- + 14H+ 2Cr3+ + 3I2 + 7 H2O
-
BE= mol zat Cr2O72- ~ 1 molI
1mol Cr2O72- ~ 3mol I2
1mol Cr2O72- ~ 6 mo l
-
1/6mol Cr2O72 - ~ 1molI
BE Cr2O72- = 1/6mol
Langkah kerja
1. Pembuatan larutan
a. Larutan Baku Primer K2Cr2O7 0,1 N
Timbang 1,225 gram K2Cr2O7 masukkan kedalam gelas kimia 100 ml,
larutkan dengan 50 ml aquades.
Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 250 ml, tambahkan aquades
sampai tanda batas.
d. H2SO4 6 N
Ambil 200 ml aquades dalam gelas kimia500 ml.
Tambah 83,3 ml H2SO4 pekat (36 N) lewat dinding
Tambahkan aquades sampai 500 ml.
3. Penetapan sampel
Pipet 10 mL larutan CuSO4, masukkan ke dalam labu erlemeyer.
Tambahkan 2 mL H2SO4 6N dan 1g Kalium Iodida,titrasi cepat-cepat
dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning, tambahkan 2 mL
amylum dan titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna dari biru
menjadi tidak berwarna.
PRAKTIKUM 8
IODIMETRI
Tujuan:
Teori
Titrasi iodimetri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung, suatu titrasi yang melibatkan reaksi
langsung antara analit dengan zat pentitrasinya (larutan standar sekunder). Dasar
reaksi titrasi ini adalah :
Reduktor + I2 I-
Senyawa yang berfungsi sebagai Reduktor adalah analit.
Beberapa ketentuan praktis pada Titrasi Iodimetri adalah sebagai berikut :
- Zat Pentitrasi atau Titran atau Larutan Standar Sekunder adalah Larutan I2
- Indikatornya adalah Amilum
- Titik Akhir Titrasinya ditunjukkan saat timbulnya warna biru.
- Larutan Standar Sekunder I2 dapat distandarisasi dengan Larutan Standar Primer
As2O3 dan Larutan Standar Sekunder Na2S2O3 yang sudah distandarisasi.
Asam Askorbat (Vitamin C) mempunyai Potensial Standar (E0) yang lebih kecil
dari pada Iodium sehingga penetapan kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi
langsung dengan Iodium ( Titrasi Iodimetri). Asam Askorbat dioksidasi oleh Iodium
menjadi asam dihidroaskorbat.
Reaksi
Reaksi pembakuan
Cr2O72- + 6 S2O32- + 14H+ 2Cr3+ + 3 S4O62- + 7H2O
Langkah kerja
1. Pembuatan larutan
a. Larutan Baku Primer K2Cr2O7 0,1 N
Timbang 1,225 gram K2Cr2O7 masukkan kedalam gelas kimia 100 ml,
larutkan dengan 50 ml aquades.
Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 250 ml, tambahkan
aquades sampai tanda batas.
e. H2SO4 6 N
Ambil 200 ml aquades dalam gelas kimia500 ml.
Tambah 83,3 ml H2SO4 pekat (36 N) lewat dinding
Tambahkan aquades sampai 500 ml.
Larutan Na2S2O3 yang telah dibakukan dengan K2Cr2O7 dapat digunakan untuk
membakukan larutan baku sekunder I2.
PRAKTIKUM 9
NITRITOMETRI
Tujuan:
Teori
Titrsi Nitritometri disebut juga Titrasi Diazotasi. Titrasi ini menggunakan Larutan Baku
natrium Nitrit. Metode ini didasarkan atas pembentukan asam diazonium antara
senyawa bergugus Amin aromatik primer dengan Asam Nitrit (HNO2) dalam suasana
asam. berdasarkan reaksi berikut :
Reaksi Diazotasi di atas berjalan cukup cepat sehingga dapat digunakan pada titrasi
langsung. Karena kelarutan asam nitrit (HNO2) tidak stabil, maka titrasi dilakukan
menggunakan Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai titran dalam suasana asam. Di bawah
kondisi yang terkendali metode titrasi ini dapat digunakan untuk menentukan kadar
senyawa senyawa amin aromatik primer bebas, misalnya : golongan sulfonamid, INH,
dan benzoakain.
Senyawa amina lainnya dapat menggangggu metode ini karena dapat bereaksi juga
dengan asam nitrit. Amin sekunder membentuk turunan N-nitroso, dan amin alifatik
bereaksi dengan HNO2 membentuk gas hidrogen.
Page19
Langkah kerja
1. Pembuatan larutan
a. Larutan Baku Sekunder NaNO2 0,1 M
Timbang 7,0 gram NaNO2 padat masukkan kedalam gelas kimia 1000 ml,
Larutkan dengan 1000 ml aquades.
Page19