Anda di halaman 1dari 33

PENUNTUN PRAKTIKUM

KINETIKA KIMIA

OLEH:

TIM MIPA KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Kinetika Kimia untuk mahasiswa/i Jurusan MIPA Fakultas Teknik
Universitas Samudra ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Praktikum Kinetika Kimia ini merupakan penerapan pengetahuan umum kimia analisis
meliputi analisa kualitatif dan kuantitatif. Kami harapkan kesadaran para praktikan untuk
mengadakan persiapan sebelum bekerja di Laboratorium dengan jalan diadakan tes
pendahuluan serta tes apa yang akan dikerjakan. Kepada semua pihak pengguna Laboratorium
mampu menaati tata tertib laboratorium yang sudah ditetapkan. Demikianlah harapan kami,
semoga para praktikan dan semua pihak dapat memakluminya. Kami menyadari bahwa
penuntun praktikum Kinetika Kimia ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini
dimasa yang akan datang.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Langsa, Januari 2018

Penyusun

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
TATA TERTIB BAGI PRAKTIKAN

1. Praktikan sudah berada dalam ruangan laboratorium tepat pada waktunya.


Keterlambatan lebih dari 10 menit, praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
2. Saat memasuki ruangan laboratorium, praktikan harus siap dengan pakaian
laboratorium dan peralatan yang menunjang praktikan.
3. Kedalam ruangan laboratorium hanya diperkenankan membawa jurnal, alat tulis dan
peralatan yang menunjang praktikum.
4. Sebelum mengikuti praktikum, praktikan harus menyerahkan jurnal praktikum kepada
asisten. Apabila tidak membawa jurnal praktikum, praktikan tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
5. Ketidakhadiran lebih dari 3 kali selama praktikum berlangsung, dianggap gagal dan
nilainya tidak akan dikeluarkan.
6. Sebelum praktikum dimulai, asisten mengadakan test (respon)
7. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib menjaga kebersihan dan ketenangan di
laboratorium.
8. Selama praktikum berlangsung, praktikan hanya boleh masuk atau meninggalkan
ruangan laboratorium dengan izin asisten.
9. Setelah selesai praktikum, praktikan harus membersihkan meja kerja sampai bersih dan
membuang larutan atau padatan pada bak yang telah disediakan.
10. Setelah menyelesaikan praktikum pada hari yang bersangkutan, praktikan diwajibkan
membuat laporan sementara yang harus disetujui oleh asisten.
11. Setiap praktikan harus membuat laporan praktikum sesuai dengan percobaan yang
dilakukan dan harus dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum.
12. Apabila ada peralatan yang digunakan praktikan rusak, pecah atau hilang, maka
praktikan wajib menggantikan kerusakan tersebut.
13. Apabila ada ketentuan-ketentuan yang dirasa perlu yang tidak tercantum diatas, akan
diatur lebih lanjut oleh asisten.

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERALATAN

1. Tiap kelompok akan mendapatkan satu set peralatan untuk tiap percobaan.
2. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor.
3. Pada akhir kerja, praktikan harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang
bersih.
4. Jika ada peralatan yang pecah atau rusak harus segera dilaporkan kepada laboran untuk
diketahui dan mendapatkan gantinya.

BAHAN

1. Bahan kimia dipakai bersama dan disimpan pada arak-rak di meja kerja. Reagen-
regaen khusus yang diperlukan dan tidak tersedia akan dijelaskan oleh asisten.
2. Larutan dan padatan yang telah dipergunakan harus dibuang kedalam bak pembuangan
yang telah disediakan.
3. Tutup botol jangan diletakkan di atas meja, tetapi tetap dipegang ditangan, untuk
kemudian ditutup kembali.
4. Reagen yang telah diambil dari tempatnya tidak boleh dikembalikan lagi ke wadah
semula.
5. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak.
6. Ambil reagen secukupnya saja untuk percobaan.
7. Pengambilan larutan dilakukan dengan menggunakan pipet tetes, jika ingin mengambil
larutan yang lain harus menggunakan pipet tetes yang lain dan yang bersih agar larutan
tidak terkontaminasi.

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Laboratorium bukan tempat yang berbahaya selama kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar:

1. Kacamata pelindung dipakai selama di laboratorium (terutama jika bekerja dengan


bahan eksplosif).
2. Sepatu harus selalu dikenakan di dalam laboratorium.
3. Rambut panjang harus selalu diikat rapi ke belakang.
4. Semua kecelakaan harus dilaporkan kepada asisten.
5. Dilarang berlari di dalam laboratorium.
6. Selama di laboratorium dilarang merokok, makan atau minum.
7. Jika bahan kimia mengenai anggota tubuh maka cucilah dengan air sebanyak-
banyaknya dan laporkan kejadian tersebut pada asisten.
8. Jangan mencoba mencicipi apapun atau mencium langsung asap/uap dari mulut tabung
tetapi tepislah uap tersebut dengan tangan kemuka anda.
9. Bahan kimia yang berbahaya atau berbau merangsang selalu ditempatkan di dalam
lemari asam. Juga semua pekerjaan yang berkenaan dengan penggunaan bahan tersebut
dilakukan di dalam lemari asam.
10. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota tubuh lainnya dengan tangan yang
mungkin telah terkontaminasi bahan kimia.
11. Jangan arahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke muka anda atau ke teman
anda karena isi tabung dapat menyembur.
12. Bila menyisipkan pipa kaca atau thermometer ke dalam gabus, lumasi batang dan
lubang gabus dengan gliserol atau air, lindungi tangan anda dengan lap dan putar
masuk alat kaca kedalam gabus. Agar tidak pecah, kedudukan kedua tangan tidak
boleh berjauhan.
13. Banyak pelarut biasa seperti alcohol, aseton, eter dll sangat mudah terbakar. Jangan
menggunakan atau meletakkan bahan-bahan tersebut dengan nyala api.

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
DAFTAR ISI

TATA TERTIB PRAKTIKAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PERCOBAAN I PENGARUH KONSENTRASI DAN TEMPERATUR TERHADAP


LAJU REAKSI ANTARA KMnO4 DAN H2C2O4

PERCOBAAN II KINETIKA REAKSI REDOKS

PERCOBAAN III LAJU REKASI Na2S2O3

PERCOBAAN IV PENGARUH SUHU DAN KATALISATOR TERHADAP


KECEPATAN REAKSI

PERCOBAAN V PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN


(TENSIOMETER)

PERCOBAAN VI REAKSI EKSOTERM DAN ENDOTERM

PERCOBAAN VII PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN

PERCOBAAN VIII KINETIKA REAKSI PENGURAIAN H2O2

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN I
PENGARUH KONSENTRASI DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI
ANTARA KMnO4 DAN H2C2O4

I. TUJUAN
 Untuk mengetahui pengrauh konsentrasi terhadap laju reaksi pada percobaan
 Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada percobaan
 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

II. TEORI
Kinetika reaksi atau kinetika kimia merupakan bagian ilmu kimia yang mempelajari
mekanisme dan laju perubahan suatu zat menjadi zat lain serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pada umumnya laju reaksi bergantung kepada sifat – sifat reaktan,
konsentrasi reaktan, suhu dan ada tidaknya medan listrik di sekitar reaktan. Faktor yang
terakhir ini berhubungan dengan sifat pelarut, ada tidaknya ion – ion di sekeliling yang
tidak bereaksi atau ada tidaknya perlakuan listrik dari luar. Laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi reaktan per satuan waktu. Untuk reaksi kesetimbangan :
A+BC+D
Laju reaksi dapat dirumuskan :

−dA x y
=k [ A ] [ B ]
dt
dimana :

−dA
=laju reaksi yakni banyaknya A yang sudah mengalami reaksi dA sesudah waktu dt
dt
k =tetapan lajureaksi
x dan y = besaran yang harganya bergantung pada orde reaksi
Pada rumus itu, kita tambahkan tanda negatif di muka dA/dt karena konsentrasi A
sesudah waktu bertambah kecil sehingga harga dA adalah negatif. Dengan
ditambahkannya tanda negatif maka nilai laju reaksi adalah positif sebab tak mungkin laju
reaksi negatif. A dan B adalah massa aktif dari reaktan. Massa aktif adalah jumlah
molekul – molekul yang ada pada saat pengamatan siap untuk bereaksi. Tetapan k
besarnya tetap untuk reaksi tertentu pada suhu tertentu. Tetapan ini dapat dihitung jika
mengetahui orde reaksi dan data percobaan. Orde reaksi menunjukkan ciri mekanisme
suatu reaksi berlangsung. Orde reaksi dapat ditentikan dari data percobaan yang
kemudian dicocokkan dengan persamaan diatas. Orde reaksi merupakan jumlah x+y dari
persamaan tersebut. Jika x+y=1 maka disebut orde satu dan seterusnya. Suatu reaksi
disebut orde pertama jika laju reaksinya hanya bergantung pada konsentrasi pada salah
satu reaktan. Ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
−dC
=k C
dt
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Kenaikan laju reaksi ini
dapat diterangkan sebagian sebagai lebih cepatnya molekul – molekul bergerak pada
temperatur yang lebih tinggi dan karena itu bertabrakan satu sama lain lebih sering. Suhu
akan meningkatkan energi kinetik sehingga akan meningkatkan kecepatan reaksi. Energi
aktivasi kimia dapat ditunjukkan melaliu koefisien suhu dari konstanta kecepatan dengan
menggunakan persamaan berikut :
−Ea
ln K = +konstanta
RT
E dapat diperoleh dari plot ln k Vs i/T

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
Suatu katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan kecepatan suatu reaksi
kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Proses ini disebut
katalisis. Katalis mungkin dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan reaksi. Katalis
yang dapat meningkatkan laju reaksi disebut katalis positif dan yang memeperlama
disebut katalis negatif. Jumlah dari katalis yang dibutuhkan untuk mengubah kecepatan
reaksi selalu berjumlah kecil. Reaksi dimana reaktan atau produk merupakan katalis
disebut dengan autokatalitik. Jika semua reaktan dan produk berada dalam satu fasa reaksi
disebut homogen dan apabila beda fasa disebut heterogen.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Beaker glass 500 ml
 Termometer 360⁰C
 Pipet tetes
 Botol aquadest
 Gelas ukur 10 ml
 Penjepit tabung
 Stopwatch
III.2. Bahan
 H2C2O4 0,1 N
 KMnO4 0,1 N
 Aquadest

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
 Diambil sebanyak 3 ml H2C2O4 0,1 N dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
 Ditambahkan 3 ml aquadest
 Dipanaskan pada suhu 45⁰C
 Ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 N lalu dicatat waktu yang dibutuhkan untuk
menghilangkan warna merah rose
 Dilakukan hal yang sama untuk variasi volume aquadest 6, 9, 12 dan 15 ml
 Dicatat

b. Pengaruh Suhu terhadap laju reaksi


 Diambil sebanyak 3 ml H2C2O4 0,1 N dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
 Ditambahkan 3 ml aquadest
 Dipanaskan pada suhu 50⁰C
 Ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 N lalu dicatat waktu yang diperlukan untuk
menghilangkan warna merah rose
 Dilakukan hal yang sama untuk variasi suhu 60, 70, 80 dan 90⁰C
 Dicatat

V. DATA PERCOBAAN

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
a. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi antara H2C2O4 dan KMNO4
V H2C2O4 Waktu
No VAquadest (ml) V KMNO4 (ml) Suhu (⁰C)
(ml) (sekon)
1

b. Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi antara H2C2O4 dan KMNO4


Waktu
No V H2C2O4 (ml) VAquadest (ml) V KMNO4 (ml) Suhu (⁰C)
(sekon)
1

VI. PERHITUNGAN
A. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi antara KMNO4 dan H2C2O4
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan =
N1 = Normalitas H2C2O4
V1 = Volume H2C2O4
N2 = Normalitas H2C2O4 + H2O
V2 = Volume H2C2O4 + H2O

Tabel metode biasa


x= X y Normalitas H2C2O4 + H2O
y= waktu (s)

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

a. Menentukan nilai
a dan b
a=
∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=
n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
n ( Σ x 2) −(Σx) ²
( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

b. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana:
x = Normalitas H2C2O4 + H2O

Tabel metode Least Square


x y Keterangan :

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
x = Normalitas H2C2O4 + H2O
y = Persamaan garis regresi
B. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi antara KMNO4 dan H2C2O4
Tabel metode biasa
x = suhu X y (oC)
y = waktu (s)

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=

a. Menentukan nilai a dan b


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

b. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana:
x = suhu

Tabel metode Least Square


x y Keterangan : x = suhu
y = Persamaan garis regresi

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
2. Jelaskan cara kerja katalis
3. Jelaskan pembagian katalis

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN II
KINETIKA REAKSI REDOKS

I. TUJUAN PERCOBAAN
- Untuk mengetahui Prinsip Percobaan
- Untuk menentukan orde reaksi dan ketetapan laju reaksi redoks

II. TEORI
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi perubahan bilangan oksidasi. Konseptentang
bilangan oksidasi,. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimilikisuatu atom
jika seandainya electron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih
kecil lebih positif, sedangkan atom yang keelektronegatifanyalebih kecil lebih positif.Reaksi
redoks mencakup reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksiadalah reaksi yang terjadi
penurunan bilangan oksidasi melalui penangkapan elektron,contohnya [1]:

Cu2+(aq)+ 2e→Cu(s)

 Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan oksidasimelalui
pelepasan elektron, contohnya :
Zn(s) →Zn2+(aq) + 2e

Laju reaksi (reaction rate) adalah perubahan kosentrasi reaktan atau produk terhadapwaktu
(M/s). kita telah mengetahui bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaanumum
[2] :
Reaktan → Produk

 Persamaan ini memberitahukan bahwa, selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul


reaktan bereaksi sehingga produk terbentuk. Sebagai hasilnya, kita dapat mengamati jalannya
reaksidengan cara memantau menurunnya konsentrasi reaktan atau meningkatnya reaksi
produk[2].
Percobaan kinetik berdasarkan reaksi redoks untuk menentukan persamaan laju danenergi
aktivasi. Reaksi redoks digambarkan dengan reaksi [3]

S2O82-+I-→ 2SO42-+I3- (1)

Dalam percobaan ini, laju penggunaan atau pemakaian iodin akan terhitung untukmenentukan
persamaan laju. Pada proses reaksi 1 , jumlah iodin yang dihasilkan akantereduksi seperti pada
reaksi kedua [3]
2S2O32-(aq) _+I3-(aq) → S4O62-(aq)+3I-(aq) (2)

Untuk mengamati titik akhir reaksi dengan mudah, kanji ditambahkan untuk


memperolehkompleks larutan kanji iodin berwana biru pekat, yang akan mengganti ketika
seluruhtiosulfat digunakan dan iodin bebas terbentuk dalam larutan[3]

I2+(C6H10O5)n x H2O → Kompleks kanji iodin biru pekat (3)

Iodida (I-) dan ion persulfat (S2O82-) bereaksi untuk memperoleh Iodin (I2) dan sulfat
(SO42-).Iodin dihasilkan dan segera digunakan oleh ion tiosulfat [S2O32-]. Segera seluruh ion
S2O32- digunakan, proses terbentuknya iodin bebas bereaksi dengan kanji.Pembentukan
larutanmenjadi biru. sejumlah tiosulfat ditambahkan sama dengan pembentukan iodin dalam
waktuyang dibutuhkan larutan untuk beralih ke biru [4].
Kinetika kimia juga disebut reaksi kinetik yang mempelajari tentang laju dan mekanismedari
reaksi kimia. Sistem bereaksi tidak dalam kesetimbangan, jadi reaksi kinetik bukan bagian dari

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
termodinamika tetapi merupakan cabang dari kinetika. Laju konversi J merupakankuantitas
luas dan bergantung pada ukuran sistem. Konversi laju per unit volume J/V
disebutlaju reaksi r [5].

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
- Beaker glass 100 ml
- Beaker glass 250 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Stopwatch
- Pipet volume10 ml
- Pipet tetes panjang
III.2. Bahan
- KI 0.4 M
- Na2S2O3 0.01 M
- K2S2O8 0.2 M
- Indikator Kanji (amilum 1%)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Pengaruh konsentrasi I- terhadap laju reaksi dengan variasi konsentrasi I- dankonsentrasi
persulfat konstan. Pertama disiapkan 2 gelas kimia 100 mL yang telahdibersihkan, kemudian
dimasukkan larutan KI ke dalam gelas 1. Dimasukkan Na 2S2O3 0.01 M; (NH4)2S2O8 0,2 M dan
kanji ke dalam gelas 2. Campuran dalam gelas 2 di masukkan kedalam gelas 1, dan di
hidupkan stopwatch. Bila terjadi perubahan warna larutan dari
tidak berwarna menjadi biru, di matikan stopwatch dan dicatat waktu Diulangi percobaan
sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi reaksi redoks dengan variasi KI


Volume (ml)

Percobaan KI H2O K2S2O8 Na2S2O3 Kanji

1 10 10 5 0,5 2

2 5 15 5 0,5 2

3 2,5 17,5 5 0,5 2

4 0 20 5 0,5 2

Pengaruh ion persulfat terhadap laju reaksi dengan variasi konsentrasi K 2S2O8 dan konsentrasi
KI konstan. Disiapkan 2 gelas kimia 100 mL yang telah dibersihkan. Dimasukkanlarutan KI
ke dalam gelas 1. Dimasukkan Na2S2O3 0.01 M ; K2S2O8 0,2 M dan kanji ke dalamgelas 2,
campuran dalam gelas 2 di masukkan ke dalam gelas 1, dan di hidupkan stopwatch. Bila
terjadi perubahan warna larutan dari tak berwarna menjadi biru, di matikan stopwatchdan
dicatat waktu. Diulangi percobaan sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 2. Komposisi reaksi redoks dengan variasi K2S2O8 


Volume (ml)

Percobaan KI H2O (NH4)2S2O8  Na2S2O3 Kanji

1 2,5 10 10 0,5 2

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
2 2,5 15 5 0,5 2

3 2,5 17,5 2,5 0,5 2

4 2,5 20 1,25 0,5 2

V. DATA PERCOBAAN
Pengaruh Ion I- terhadap laju reaksi
Volume KI [Ao] Ln [Ao] 1/[Ao] t (s)

Pengaruh Ion S2O82- terhadap laju reaksi


Volume (ml)

Percobaan KI H2O K2S2O8 Na2S2O3 Kanji t (s)

VI. PERHITUNGAN
a. Grafik variasi [I-] orde 0 ( [Ao] vs t (s))
b. Grafik variasi [I-] orde 1( [Ln Ao] vs t (s))
c. Grafik variasi [I-] orde 2( [1/Ao] vs t (s))

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan pengaruh orde reaksi terhadap reaksi redoks !
2. Jelaskan prinsip percobaan !

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN III
ISOTERM ADSORBSI LANGMUIR DAN FREUNDLICH

I. TUJUAN
 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
 Untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH 0,01N ; CH3COOH 0,02N; CH3COOH 0,03N;
CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N setelah diadsorbsi dengan arang aktif
 Untuk mengetahu volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH 0,0N ;
CH3COOH 0,02N; CH3COOH 0,03N; CH3COOH 0,04N; CH3COOH 0,05N

II. TEORI
Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini
menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah terjadi
kontak antarmuka atau bidang batas ( interface) cairan - cairan, cairan - gas atau cairan -
padatan dalam waktu tertentu. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Absorpsi adalah proses
penyerapan molekul gas atau cairan kedalam suatu struktur atau media sampai kedalam
bagian media tersebut dimana seolah – olah molekul yang diserap menjadi bagian
keseluruhan media tersebut. Zat penyerap disebut adsorben dan zat yang diserap disebut
adsorbat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi dari suatu adsorben adalah :
1. Luas permukaan adsorben, semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak
adsorbat yang diserap ,sehingga proses adsorbsi dapat semakin efektif . Semakin kecil
diameter partikel suatu adsorban maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel , makin kecil ukuran partikel maka semkin besar kecepatan adsorpinya.
Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm sedangkan ukuran diameter
dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak, semakin lama waktu kontak maka semakin memungkinkan proses difusi
dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat – zat organik
akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori, distribusi akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat
yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorbsi merupakan bahan
yang sangat berpori dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau
letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk
menjelaskan isoterm adsorpsi.

1. Isoterm Langmuir  
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-
molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut: selalu ada
ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan mekanisme
adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir
yang teradsorpsi. Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
A(g) + S ⇌ AS
dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan adsorpsi.

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
2. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET).
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa
molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah:
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan
untuk adsoprsi fisik.
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi
dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich.
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen
dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini
merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah
x/m = kC1/n
dengan x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konstentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat
logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersep k. Dari isoterm ini, akan diketahui
kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu
adsorben.
Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah sebagai berikut.
            1. Kurva isoterm yang cenderung datar artinya, isoterm yang digunakan menyerap
pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan.
            2. Kurva isoterm yang curam artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi kesetimbangan
Adsorpsi ion logam oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan
Langmuir. Persamaan Langmuir merupakan tinjauan teoritis proses adsorpsi. Persamaan
tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan. Konstanta pada persamaan adsorpsi
Langmuir menunjukan besarnya adsorpsi maksimum (b) oleh adsorben, dan K
menunjukkan konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat. Harga adsorpsi maksimum
secara teoritis 
C/(x/m) = 1/Kb + C/b
Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan. Konstanta pada
persamaan adsorpsi Langmuir menunjukan besarnya adsorpsi maksimum (b) oleh
adsorben, dan K menunjukkan konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
 Erlenmeyer
 Beaker glass
 Buret
 Gelas ukur
 Pipet Volum
 Pipet tetes
 Bola karet
 Statif dan klemp
 Corong kaca

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
 Spatula
 Kertas saring
 Plastik dan karet
 Botol aquadest

III.2. Bahan
 CH3COOH 0,01 N
 CH3COOH 0,02 N
 CH3COOH 0,03 N
 CH3COOH 0,04 N
 CH3COOH 0,05 N
 Aquadest
 NaOH 0,02 N
 Indikator Fenolftalein
 Arang Aktif

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


 Diukur 10ml CH3COOH 0,01 N kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
 Ditambahkan 0,1 g arang aktif lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
 Dikocok selama 5 menit lalu disaring
 Dipipet sebanyak 5 ml filtrat kemudian ditambahkan3 tetes indikator PP
 Dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai larutan berubah warna dari bening menjadi
merah rose
 Dilakukan hal yang sama untuk CH3COOH 0,02N; CH3COOH 0,03N; CH3COOH
0,04N; CH3COOH 0,05N dengan wantu pengocokan 10 menit, 20 menit, 25 menit
dan 30 menit.
 Dicatat

V. DATA PERCOBAAN
Volume Normalitas Volume
Arang Indikator Waktu
No CH3COOH CH3COOH NaOH
Aktif (g) PP (tetes) (menit)
(ml) (N) 0,02N (N)
1
2
3
4
5

VI. PERHITUNGAN
1. Penentuan konsentrasi CH3COOH
V1 . N1 = V2 . N2
Dimana ;
V1 = Volume CH3COOH
N1 = Konsentrasi CH3COOH
V2 = Volume NaOH
N2 = Konsentrasi NaOH
2. Penentuan nilai log konsentrasi CH3COOH
X = - log N
3. Penentuan nilai Y
x .t
Y =log
m
Dimana ;

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
T = waktu (s)
m = massa karbon aktif (gr)
x = konsentrasi log CH3COOH

Tabel metode biasa


X y x = - log N
x.t
y = log
m

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=

a. Menentukan nilai a dan b


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

b. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana: x = - log N

Tabel metode Least Square


x y Keterangan :
x = - log N
y = Persamaan garis regresi

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan tahap-tahap pembuatan arang aktif
2. Tuliskan zat-zat aktifator yang digunakan dalam proses aktifasi
3. Jelaskan fungsi dari arang aktif

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN IV
KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN PENGUAPAN

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui maksud dari judul percobaan
- Untuk mengetahui pengaruh suhu dalam proses penguapan

II. TEORI
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga dipandang
sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah pereaksi sedangkan hasil
reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan dan perubahan energy penguapan
adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1
mol zat dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas pada titik didihnya.
Contohnya dapat dilihat dari reaksi pemanasan air pada system terbuka berikut ini:

H2O(l) --> H2O(g) ΔH = + 44 kJ

Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sebagai proses yang hanya terdiri atas
satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai energy pengaktifan reaksi
penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor penguapan dapat diukur dengan cara yang
lazim digunakan untuk energy pengaktifan. Pengukuran energy pengaktifan dilakukan dengan
mengukur laju reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan Arrhenius
berikut:
Log k = log A (E/2,303 RT)
Keterangan :
K = tetapan laju reaksi pada suhu konstan T
A = suatu tetapan
E = energy pengaktifan
R = tetapan gas ideal
T = suhu mutlak
Dengan demikian, kalor penguapan dapat diperoleh dengan mengukur laju penguapan
pada berbagai suhu dan dengan mengartikan E sebagai kalor penguapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan :
- Memanaskan
Sudah jelas bahwa menaikkan suhu akan mempercepat penguapan
-Memperluas permukaan zat cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat berlangsung secara serentak akan tetapi
bergiliran dimulai dari permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk melakukan
penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat penguapan kita juga bisa melakukannya
dengan memperluas permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas dalam gelas akan
lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan atau piring.
-Meniupkan udara di atas permukaan zat cair
Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan tidak sepenuhnya dilakukan oleh
panas sinar matahari, akan tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian
sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar dari pakaian dan pakaian
menjadi cepat kering.
-Mengurangi Tekanan
Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair berarti jarak antar partikel udara
di atas zat cair tersebut menjadi lebih renggang. Dengan memperkecil tekanan udara pada
permukaan zat, berakibat jarak antar molekul udara menjadi besar. Hal ini mengakibatkan
molekul-molekul pada permukaan zat cair akan berpindah ke udara di atasnya sehingga
mempercepat proses penguapan. Akibatnya molekul air lebih mudah terlepas dari
kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara partikel-partikel udara tersebut. Hal yang

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
sering terjadi di sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran tinggi akan lebih cepat
mendidih daripada ketika kita memasak di dataran rendah. KASUS KHUSUS jika bensin kita
teteskan pada kulit? Ternyata bensin akan menguap dan kulit kita terasa dingin. Pada peristiwa
ini kalor yang diperlukan untuk menguap diambil dari kulit tangan, sehingga suhu turun dan
kulit tangan kita terasa dingin. Proses penguapan yang mengambil kalor di sekitarnya, seperti
bensin tadi digunakan dalam prinsip kerja lemari es dan pendingin ruangan (Air Conditioner).

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
- Hot Plate
- Beaker glass
- Termometer
- Kaca arloji
- Pipet tetes
- Stopwatch

III.2. Bahan
- Etanol
- Aquadest

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Dipanaskan air di dalam beaker glass dengan menggunakan hot plate sampai mencapai
suhu 50 oC
- Ditutup dengan cawan penguap (Kaca arloji)
- Diteteskan 1 tetes etanol diatas cawan penguap (Kaca arloji)
- Dihidupkan stopwatch
- Dimatikan stopwatch saat etanol habis menguap
- Dicatat waktu pada saat etanolnya habis menguap
- Dilakukan percobaan yang sama untuk variasi suhu 55 oC, 60 oC, 65 oC, dan 70 oC

V. DATA PERCOBAAN
NO Sampel (tetes) Suhu (C) Waktu untuk habis
menguap (sekon)
1 1 50
2 1 55
3 1 60
4 1 65
5 1 70

VI. PERHITUNGAN
1. Etanol
1
x= ,T =suhu(K )
T

1
y= , t=waktu ( s)
t

Tabel metode biasa


X y 1
x= T

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
1
y= t
Tabel metode Least Square
X y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=

a. Menentukan nilai a dan b


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

b. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana:
1
x= T

Tabel metode Least Square


x y Keterangan :
1
x= T
y = Persamaan garis regresi

VII. Pertanyaan
1. Jelaskan cara kerja mesin carnot
2. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan
3. Jelaskan aplikasi percobaan

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN V
PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN (TENSIOMETER)

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui besar tegangan permukaan sampel yang diperoleh dari
percobaan
- Untuk mengetahui besar densitas sampel yang diperoleh dari percobaan
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan

II. TEORI
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya
kohesi antara molekul air.

Molekul cairan biasanya saling tarik menarik. Di bagian dalam cairan, setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya; tetapi di permukaan cairan,
hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada molekul
cairan lainnya. Karena molekul cairan saling tarik menarik satu dengan lainnya, maka terdapat
gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan. Sebaliknya,
molekul cairan yang terletak dipermukaan ditarik oleh molekul cairan yang berada di samping
dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah.
Karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan
cenderung memperkecil luas permukaannya, dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang
menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang
tipis. Fenomena ini kita kenal dengan istilah Tegangan Permukaan.
Karena tegangan permukaan merupakan perbandingan antara Gaya tegangan
permukaan dengan Satuan panjang, maka satuan tegangan permukaan adalah Newton per
meter (N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m
Berikut ini beberapa nilai Tegangan Permukaan yang diperoleh berdasarkan
percobaan.
Zat cair yang bersentuhan Tegangan Permukaan
Suhu (oC)
dengan udara (mN/m = dyn/cm)
Air 0 75,60
Air 20 72,80
Air 25 72,20
Air 60 66,20
Air 80 62,60
Air 100 58,90
Air sabun 20 25,00
Minyak Zaitun 20 32,00
Air Raksa 20 465,00
Oksigen -193 15,70
Neon -247 5,15
Helium -269 0,12
Aseton 20 23,70
Etanol 20 22,30
Gliserin 20 63,10
Benzena 20 28,90

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
Berdasarkan data Tegangan Permukaan, tampak bahwa suhu mempengaruhi nilai
tegangan permukaan fluida. Umumnya ketika terjadi kenaikan suhu, nilai tegangan permukaan
mengalami penurunan (Bandingkan nilai tegangan permukaan air pada setiap suhu. Lihat
tabel). Hal ini disebabkan karena ketika suhu meningkat, molekul cairan bergerak semakin
cepat sehingga pengaruh interaksi antar molekul cairan berkurang. Akibatnya nilai tegangan
permukaan juga mengalami penurunan.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
- Piknometer
- Tensiometer kapiler
- Pipet tetes
- Neraca analitik
- Gelas ukur
- Botol aquadest
III.2. Bahan
- Aquadest
- CuSO4 0,1 N
- CuSO4 0,2 N
- CuSO4 0,3 N
- CuSO4 0,4 N
- CuSO4 0.5 N

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Penentuan densitas dengan menggunakan piknometer
- Mula-mula piknometer dikosongkan, dikeringkan, lalu ditimbang dengan
neraca analitik dan dicatat massanya
- Dilakukan sebanyak 3 kali
- Dimasukkan aquadest kedalam piknometer lalu ditimbang dan dicatat
massanya
- Dilakukan sebanyak 3 kali
- Kemudian aquadest diganti dengan larutan CuSO4 0,1 N lalu ditimbang dan
dicatat massanya
- Dilakukan sebanyak 3 kali
- Dilkukan prosedur yang sama untuk larutan CuSO4 0,2 N; CuSO4 0,3 N; CuSO4
0,4 N; CuSO4 0,5 N; dan CuSO4 Unknown masing-masing sebanyak 3 kali
2. Penentuan tinggi larutan dengan tensiometer kapiler
- Tensiometer kapiler mula-mula dibilas dengan aquadest
- Dimasukkan aquadest sebanyak 10 ml ke dalam tensiometer
- Dihisap aquadest kedlam kapiler secara perlahan-lahan, kemudian dibiarkan
turun hingga setimbang
- Dicatat tinggi aquadest yang tertinggal di dalam kapiler
- Dilakukan sebanyak 3 kali
- Dilkukan prosedur yang sama untuk larutan CuSO4 0,2 N; CuSO4 0,3 N; CuSO4
0,4 N; CuSO4 0,5 N; dan CuSO4 Unknown masing-masing sebanyak 3 kali

V. DATA PERCOBAAN
1. Penentuan Densitas dengan Menggunakan Piknometer

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
No Berat
Sampel Densitas
. m1 (gr) m2 (gr) m3 (gr) m (gr)

1. Piknometer Kosong

2. Piknometer + CuSO4 0,1N


3.
4.
5.

2. Penentuan Tinggi Larutan dengan Tensiometer Kapiler


No Tinggi
Sampel
. h1 (cm) h2 (cm) h3(cm) h (cm)
1. Aquadest
2. CuSO4 0,1N
3.
4.
5.

VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung densitas larutan dengan menggunakan piknometer
massa piknometer berisi−massa piknometer kosong
d=
volume piknometer
2. Menghitung tegangan permukaan larutan dengan tensiometer
r .d. g.h
y=
2
Dimana ; y = tegangan permukaan (dyne/cm)
r = jari-jari pipa kapiler (cm)
d = densitas larutan (gr/ml)
g = percepatan gravitasi (cm/s2)
h = tinggi larutan dalam pipa kapiler (cm)
Table metode biasa
x y Keterangan :
x = Konsentrasi CuSO4 (N)
y = Tegangan permukaan CuSO4
(dyne/cm)

Tabel metode Least Square


x y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑xy = ∑x2 =

a. Menentukan nilai a dan b


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx)²

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
b. Menghitung Persamaan Garis Regresi
y = ax + b dimana:
x= konsentrasi CuSO4
Tabel metode Least Square

x y Keterangan :
x = Konsentrasi CuSO4 (N)
y = Persamaan garis
regresi

3. Menghitung konsentrasi CuSO4 Unknown


r .d. g.h
y=
2
y = ax +b
4. Menghitung persen ralat CuSO4 Unknown
Nteori−Npraktek
% Ralat = | Nteori |
x 100 %

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan metode-metode penentuan tegangan permukaan!
2. Bagaimana cara kerja dari alat tensiometer?
3. Jelaskan hubungan antara tegangan permukaan dengan densitas!

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN VI
KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN PENGUAPAN

III. TUJUAN
- Untuk mengetahui maksud dari judul percobaan
- Untuk mengetahui pengaruh suhu dalam proses penguapan

IV. TEORI
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga dipandang
sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah pereaksi sedangkan hasil
reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan dan perubahan energy penguapan
adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1
mol zat dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas pada titik didihnya.
Contohnya dapat dilihat dari reaksi pemanasan air pada system terbuka berikut ini:

H2O(l) --> H2O(g) ΔH = + 44 kJ

Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sebagai proses yang hanya terdiri atas
satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai energy pengaktifan reaksi
penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor penguapan dapat diukur dengan cara yang
lazim digunakan untuk energy pengaktifan. Pengukuran energy pengaktifan dilakukan dengan
mengukur laju reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan Arrhenius
berikut:
Log k = log A (E/2,303 RT)
Keterangan :
K = tetapan laju reaksi pada suhu konstan T
A = suatu tetapan
E = energy pengaktifan
R = tetapan gas ideal
T = suhu mutlak
Dengan demikian, kalor penguapan dapat diperoleh dengan mengukur laju penguapan
pada berbagai suhu dan dengan mengartikan E sebagai kalor penguapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan :
- Memanaskan
Sudah jelas bahwa menaikkan suhu akan mempercepat penguapan
-Memperluas permukaan zat cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat berlangsung secara serentak akan tetapi
bergiliran dimulai dari permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk melakukan
penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat penguapan kita juga bisa melakukannya
dengan memperluas permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas dalam gelas akan
lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan atau piring.
-Meniupkan udara di atas permukaan zat cair
Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan tidak sepenuhnya dilakukan oleh
panas sinar matahari, akan tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian
sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar dari pakaian dan pakaian
menjadi cepat kering.
-Mengurangi Tekanan
Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair berarti jarak antar partikel udara
di atas zat cair tersebut menjadi lebih renggang. Dengan memperkecil tekanan udara pada
permukaan zat, berakibat jarak antar molekul udara menjadi besar. Hal ini mengakibatkan
molekul-molekul pada permukaan zat cair akan berpindah ke udara di atasnya sehingga
mempercepat proses penguapan. Akibatnya molekul air lebih mudah terlepas dari
kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara partikel-partikel udara tersebut. Hal yang

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
sering terjadi di sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran tinggi akan lebih cepat
mendidih daripada ketika kita memasak di dataran rendah. KASUS KHUSUS jika bensin kita
teteskan pada kulit? Ternyata bensin akan menguap dan kulit kita terasa dingin. Pada peristiwa
ini kalor yang diperlukan untuk menguap diambil dari kulit tangan, sehingga suhu turun dan
kulit tangan kita terasa dingin. Proses penguapan yang mengambil kalor di sekitarnya, seperti
bensin tadi digunakan dalam prinsip kerja lemari es dan pendingin ruangan (Air Conditioner).

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
- Hot Plate
- Beaker glass
- Termometer
- Kaca arloji
- Pipet tetes
- Stopwatch

III.2. Bahan
- Etanol
- Aquadest

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Dipanaskan air di dalam beaker glass dengan menggunakan hot plate sampai mencapai
suhu 50 oC
- Ditutup dengan cawan penguap (Kaca arloji)
- Diteteskan 1 tetes etanol diatas cawan penguap (Kaca arloji)
- Dihidupkan stopwatch
- Dimatikan stopwatch saat etanol habis menguap
- Dicatat waktu pada saat etanolnya habis menguap
- Dilakukan percobaan yang sama untuk variasi suhu 55 oC, 60 oC, 65 oC, dan 70 oC

V. DATA PERCOBAAN
NO Sampel (tetes) Suhu (C) Waktu untuk habis
menguap (sekon)
1 1 50
2 1 55
3 1 60
4 1 65
5 1 70

VI. PERHITUNGAN
2. Etanol
1
x= ,T =suhu(K )
T

1
y= , t=waktu ( s)
t

Tabel metode biasa


X y 1
x= T

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
1
y= t
Tabel metode Least Square
X y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=

c. Menentukan nilai a dan b


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

d. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana:
1
x= T

Tabel metode Least Square


x y Keterangan :
1
x= T
y = Persamaan garis regresi

VII. Pertanyaan
1. Jelaskan cara kerja mesin carnot
2. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan
3. Jelaskan aplikasi percobaan
1.

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN VII
PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN
I. TUJUAN
- Untuk mengetahui hubungan konsentrasi larutan dengan viskositas larutan
- Untuk mengetahui hukum yang mendasari percobaan
- Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan

II. TEORI
Viskositas adalah suatu ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan yang dapat mengalir dengan cepat, sedangkan yang lainnya ada juga yang
mengalir dengan lambat. Cairan yang dapat mengalir dengan cepat seperti air, alkohol, dan
bensin, mempunyai viskositas yang kecil. Sedangkan cairan yang dapat mengalir dengan
lambat seperti glyserin, minyak ester, dan madu, mempunyai viskositas yang besar. Jadi
viskositas tidak lain memerlukan kecepatan alir dari suatu cairan yang akan diukur tersebut.
Viskositas atau kekentalan akan menimbulkan gesekan antara baigan – bagian atau
lapisan – lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lainnya. Hambatan atau gesekan
yang terjadi ditimbulkan oleh adanya gaya kohesi dalam zat cair sedangkan viskositas gas
ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara molekul – molekul gas tersebut. Pada
bab ini akan khusus dibahas pada viskositas cairan atau fluida saja.
Koefisen viskositas;
Dalam larutan ideal (fluida tidak kental), tidak ada kekentalan yang dapat menghambat
lapisan – lapisan cairan ketika bergeser menuju ke atas larutan lainnya. Dalam suatu pipa yang
memiliki luas penampang yang sama, setiap lapisan bergerak juga denga kecepatan yang
sama. Pada fluida kental, antara lapisan – lapisan cairan akan mengalami gaya gesekan,
sehingga kecepatan alir tidak seluruhnya akan sama. Pada bagian tengah di sekitar sumbu
cairan mengalir lebih cepat, karena lebih leluasa. Sebaliknya di sekitar dinding pipa, cairan
mengalir lebih lambat, bahkan yang melekat pada dinding pipa cairan mengalir lebih lambat,
bahkan yang melekat pada dinding sama sekali tidak bergerak.
Gaya tahan lapisan cairan terhadap lapisan lainnya dapat dipandang pada fluida antara
dua plat sejajar seperti ini. Satuan SI untuk viskositas adalah Newton kali sekon per meter
kuadrat sama juga dengan pascal sekon, sedangkan menurut system cgs, satuan viskositas
adalah poiselle (1 Poise = 0,1 Pa.s) yang setara dengan dyne sekon per cm kuadrat. Suatu
carian mempunyai viskositas yang absolute atau dinamik 1 poise, bila gaya 1 dyne diperlukan
untuk menggerakkan bidang seluas 1cm2 pada kecepatan 1cm per detik terhadap permukaan
bidang datar sejauh 1 cm. Viskositas sering juga dinyatakan dalam sentipoise (1 poise = 100
cP). Suatu fluida tidak kental bias mengalirmelalui pipa yang bertingkat tanpa adanya gaya
yang diberikan.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. ALAT
- Beaker glass
- Piknometer
- Neraca analitik
- Botol aquadest
- Viskosimeter Ostwald
- Statif dan klem
- Bola karet
- Stopwatch
- Pipet tetes
- Gelas ukur

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
III.2. BAHAN
- Aquadest
- NaCl 0,1N
- NaCl 0,2N
- NaCl 0,3N
- NaCl 0,4N
- NaCl 0,5N
- NaCl Unknown

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Penentuan Densitas
- Ditimbang piknometer kosong dengan neraca analitik
- Dicatat massanya
- Dilakukan sebanyak 3 kali
- Dimasukkan aquadest ke dalam piknometer
- Ditimbang piknometer yang berisi aquadest
- Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan
- Dicatat massa yang didapat
- Dilakukan prosedur yang sama untuk NaCl 0,1N; NaCl 0,2N; NaCl 0,3N; NaCl
0,4N; NaCl 0,5N; dan NaCl Unknown
- Dicatat hasilnya dan dihitung densitasnya

b. Penentuan Waktu Alir


- Dicuci viskosimeter Ostwald dan dikeringkan
- Dirangkai viskosimeter Ostwald dengan statif dan klem
- Dimasukkan 10ml aquadest ke dalam viskosimeter
- Dihisap aquadest dengan bola karet sehingga mencapai batas atas pada viskosimeter
- Dihidupkan stopwatch pada saat larutan mencapai batas atas
- Dimatikan stopwatch ketika larutan encapai batas bawah
- Dicatat waktu alirnya sebagai t1
- Dilakukan hal yang sama untuk t2 dan t3
- Diulangi prosedur yang sam untuk NaCl 0,1N; NaCl 0,2N; NaCl 0,3N; NaCl 0,4N;
NaCl 0,5N; dan NaCl Unknown serta sampel

V. DATA PERCOBAAN
a. Penentuan Densitas Larutan
No Sampel m1 (g) m2 (g) m3 (g) ḿ (g) d (g/ml)
.

1. Piknometer kosong

2. Aquadest

3. NaCl 0,1N

b. Penentuan Waktu Alir


No Sampel t 1(s) t 2 (s) t 3 (s) t́ ( s)
.

1. Aquadest

2. NaCl 0,1N

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
VI. PERHITUNGAN
d1 −t 1
η= xη d1 = densitas sampel t1 = waktu alir sampel
d2 −t 2 aq uadest
d2 = densitas aquadest t2 = waktu alir aquadest
Tabel metode biasa

x= X y Konsentrasi larutan
y=η

Tabel metode Least Square


x y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=

a. Menentukan nilai a dan b


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

b. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana: x = konsentrasi larutan

Tabel metode Least Square

x y Keterangan :
x = konsentrasi larutan
y = Persamaan garis regresi

Menghitung konsentrasi NaCl Unknown


y−b
x=
a
Menghitung % ralat
Xteori = 0,25
Maka;
xteori −x praktek
%ralat = | x teori| x 100 %

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan 2 metode umum yang digunakan untuk mengetahui viskositas cairan?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengruhi viskositas?
3. Jelaskan pengertia dari viskositas,aliran laminar,dan aliran turbulen?

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
PERCOBAAN VIII
KINETIKA REAKSI PENGURAIAN H2O2

I. TUJUAN
 Untuk mengetahui prinsip percobaan
 Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
 Untuk mengetahui aplikasi percobaan

II. TEORI
Dalam ilmu kimia kita tentu sering mendengar istilah laju reaksi. dalam penerapannya,
jika laju reaksi tersebut sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A dan B sehingga:
v = k [A][B]

Koefisien k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi
bergantung pada temperatur). Lain halnya dengan ordo dari suatu reaksi kimia, ordo reaksi
nilainya ditentukan secara percobaan dan tidak dapat diturunkan secara teori, walaupun
stokhiometrinya telah diketahui (Atkins, 1996).
Besar kecilnya nilai dari laju dari suatu reaksi kimia dapat ditentukan dalam beberapa
faktor, antara lain sifat pereaksi, suhu, katalis dan konsentrasi pereaksi. Dalam  sifat
pereaksinya, ada yang reaktif dan ada yang kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat
terbakar daripada minyak tanah. Berdasarkan suhunya, hampir semua pereaksi menjadi
lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah energi
kinetik partikel pereaksi, akibatnya, jumlah energi tabrakan bertambah besar. Dalam
katalis, laju reaksi dapat dipercepat dengan menambah zat yang disebut katalis. Katalis
sangat diperlukan dalam reaksi organik, termasuk dalam organisme. Sedangkan pada
konsentrasi pereaksi, dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika
konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak
kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi (Syukri, 1999).
Dalam percobaan ini volume tiosulfat yang dititrasikan sebesar b adalah jumlah
peroksida yang bereaksi selama t detik, maka konsentrasi peroksida setelah t detik adalah
sebesar (a-b). Jika a adalah banyaknya tiosulfat yang setara dengan peroksida saat t o atau
mula-mula. Dengan membuat grafik ln (a-b) terhadap t maka akan didapatkan –k sebagai
slope sehingga harga k dapat ditentukan. Dengan  persamaan sebagai berikut:
ln (a – b)  =  -kt  +  ln a (Atkins, 1996).
Kecepatan reaksi sangat bergantung pada ion peroksida, kalium iodida dan asamnya.
Reaksi hidrogen peroksida dengan kalium iodida dalam suasana asam dan dengan adanya
natrium tiosulfat, maka peroksida akan membebaskan iodium yang berasal dari kalium
iodida yang telah diasamkan dengan asam sulfat. Bila reaksi ini merupakan reaksi
irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan merubah iodium bebas menjadi
asam iodida kembali) kecepatan reaksi yang terjadi besarnya seperti pada reaksi
pembentukannya, sampai konsentrasi terakhir tak berubah (Bird,1993).
Pada larutan yang mempunyai keasaman tinggi atau kadar iodida yang tinggi akan
didapatkan kecepatan reaksi yang lebih besar. Untuk menghitung kecepatan reaksi, yang
dapat dihitung adalah penjabaran kecepatan reaksi yang memerlukan besarnya konstanta
kecepatan reaksi. Hukum  laju orde pertama untuk konsumsi reaktan adalah
(Syukri, 1999).

III. ALAT DAN BAHAN


III.1. Alat
 Erlenmeyer - Plastik dan karet
 Corong pisah - Termometer
 Beaker glass - Hot Plate
 Bola karet

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
 Pipet tetes
 Botol aquadest
 Gelas ukur
 Spatula
 Statif dan klemp
 Buret

III.2. Bahan
 H202 3%
 KI 0,1 N
 H2SO4 2 N
 KMnO4 0,1 N
 Na2C2O4 0,1 N
 Aquadest

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


 Diukur sebanyak 5 ml H202 3% dan 5 ml KI 0,1 N
 Dimasukkan kedalam Erlenmeyer secara bersamaan
 Dikocok beberapa saat
 Diukur 10 ml H2SO4 2 N dan 12 ml KMnO4 0,1 N
 Dimasukkan kedalam Erlenmeyer tersebut secara bersamaan
 Ditutup plastic dan diikat dengan karet
 Dikocok selama 5 menit
 Dipanaskan pada suhu 60 oC - 63 oC
 Dititrasi dengan Na2C2O4 0,1 N dalam keadaan panas berubah warna dari ungu
menjadi berwarna merah rose dan endapan hilang
 Dicatat volume Na2C2O4 0,1 N yang terpakai
 Dilakukan prosedur yang sama untuk waktu pengocokan 10;15;20;25 menit

V. DATA PERCOBAAN
No V H202 3% V KI 0,1 N V H2SO4 2 N V KMnO4 0,1 N Waktu V Na2C2O4 0,1 N
(ml) (ml) (ml) (ml) (menit) (ml)
1

VI. PERHITUNGAN
a. Menghitung konsentrasi H202
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan : N1 = Konsentrasi H202
V1 = Volume H202
N2 = Konsentrasi Na2C2O4
V2 = Volume Na2C2O4

b. Penentuan –log H202


-log konsentrasi H202

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32
Tabel metode biasa
x= –log H202
X Y
y = t (sekon)

Tabel metode Least Square


X y Xy x2

∑ x=¿ ∑y = ∑ xy=¿ ∑ x 2=

Menentukan nilai Slope (a)


n ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)
a= n ( Σ x 2) −(Σx) ²

Menentukan nilai Intersept (b)


( Σ x 2 ) ( Σy )−(Σx)(Σxy)
b = n ( Σ x2 ) −(Σx )²

c. Menghitung Persamaan Garis Regresi


y = ax + b dimana:
x = –log H2O2

Tabel metode Least Square

X y Keterangan :
x = –log H2O2
y = Persamaan garis regresi

VII. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum yang mendasari percobaan !
2. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi !
3. Jelaskan Aplikasi percobaan !

32
Penuntun Praktikum Kinetika Kimia
32

Anda mungkin juga menyukai