Disusun Oleh:
Ir. Cahya Widiyati, M.Kes
NIP. 195812031988032002
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2020
i
TATA TERTIB
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
yang bersangkutan.
5. Mehasiswa memeriksa jumlah dan keutuhan alat, bila ada yang tidak sesuai
6. Peralatan yang akan dipakai sebelum praktek dimulai dicuci terlebih dahulu,
8. Mahasiswa dilarang merokok, makan dan minum atau bersendau gurau saat
praktikum.
11. Hasil praktikum ditulis dalam laporan sementara dan disahkan oleh asisten
yang bersangkutan.
ii
12. Laporan sementara dilampirkan dalam laporan resmi praktikum.
14. Bagi mahasiswa yang tidak hadir praktikum tanpa surat keterangan sakit dari
iii
PEDOMAN PRAKTIKUM
1. Meletakkan tas dalam rak yang tersedia, jangan meninggalkan uang atau barang
berharga di rak tas, kehilangan bukan tanggung jawab dosen, asisten atau
pengelola laboratorium
2. Baca dan pelajarilah petunjuk –petunjuk praktikum yang akan dilakukan dengan teliti
sebelum praktikum dimulai, akan dilakukan test tertulis sebelum acara praktikum
3. Gunakan jas praktikum dan kenakan alat pelindung diri yang terkait dengan acara
praktikum. Sediakan dua kain pembersih, yang satu untuk tangan satu untuk
peralatan praktikum
4. Alat yang digunakan dipinjam sesuai kebutuhan acara praktikum dengan cara
mencatat pada buku bon pada petugas laboratorium, pastikan kondisi alat dalam
5. Bila akan bekerja pada suhu tinggi pilihlah peralatan gelas yang tahan suhu tinggi,
peralatan yang bersih dan kering. Peralatan yang dirangkai sebelum digunakan
iv
7. Guna mencegah kekeliruan , maka berilah label pada setiap hasil percobaan,
kemudian catatlah dengan singkat hasil hasil pekerjaan yang dilakukan dalam
8. Semua hasil praktek dicatat serta dikonsultasikan pada dosen/ asisten, jangan
9. Mulailah bekerja dengan tertib, amati hasil apa yang didapat pada percobaan itu,
misalnya :
10. Jika pada percobaan timbul gas berbahaya/beracun untuk kesehatan, misalnya :
mengambil larutan yang pekat, H2SO4 pekat, HCl pekat, maka percobaan harus
11. Berhati-hatilah bila bekerja dengan zat-zat yang dapat menimbulkan bahaya bagi
praktikan, seperti:
a. Bahan kimia yang agresif antara lain : H 2SO4 pekat, HNO3 pekat, CH3COOH,
KOH, NaOH, NH4OH, H2O2, air brom, senyawa Cr, CaOCl2 dan asam Oksalat
b. Bahan Kimia yang eksplosif antara lain: ClO 2 , Mn2O7 , oksigen dari logam
c. Gunakan alat pelindung diri bila terjadi kontak dengan bahan kimia korosif,
eksplosif, oksidator dan bahan mudah terbakar serta bahan yang fasenya
uap atau gas yang berbahaya dengan alat pelindung diri yang sesuai.
v
Misalnya untuk tangan menggunakan sarung tangan, kaca mata pelindung
untuk mata, serta respirator untuk melindungi dari uap/gas yang berbahaya
d. Bahan kimia yang mudah terbakar antara lain: alkohol, eter, CS2 dan aseton.
Bila bekerja dengan bahan kimia yang eksplosif dan bahan kimia yang mudah
12. Bila mencampur reagen lakukan sedikit demi sedikit, untuk mengambil bahan kimia
yang berupa Kristal/ tepung, gunakan sendok yang berlainan untuk masing-masing
13. Cucilah tangan dan bagian tubuh saudara setelah terkontaminasi zat-zat kimia
14. Setelah selesai praktikum alat yang dipinjam dikembalikan pada petugas
laboratorium pada kondisi baik dan bersih sesuai saat peminjaman dan pastikan
telah dicoret oleh petugas jenis alat yang dikembalikan. Bila memecahkan/
menghilangkan alat harap mengganti sesuai jenis dan spesifikasinya sebelum acara
bersih.
15. Buatlah laporan resmi praktikum sesuai sistematika dan berdasarkan hasil laporan
16. Hal - hal yang belum diatur pada pedoman ini akan disampaikan secara lisan oleh
vi
DAFTAR ISI
TATA TERTIB................................................................................................................................................ii
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS.......................................................................................................................ii
PEDOMAN PRAKTIKUM..............................................................................................................................iv
PERCOBAAN I PEMBUATAN LARUTAN STANDAR........................................................................................1
PERCOBAAN II PENENTUAN KADAR Na2CO3 DALAM SODA ABU (ACIDIMETRI).........................................11
PERCOBAAN III PENENTUAN KADAR NaOClDALAM LARUTAN PEMUTIH..................................................15
PERCOBAAN IV PENENTUAN KESADAHAN AIR SECARA VOLUMETRI.........................................................20
PERCOBAAN V MENENTUKAN KADAR CH3COOHDALAM CUKA PERDAGANGAN.......................................23
PERCOBAAN VI PENENTUAN KADAR ASAM FORMIAT TEKNIS...................................................................30
PERCOBAAN VII PENENTUAN KANDUNGAN BESI SECARA GRAVIMETRI...................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................40
vii
PERCOBAAN I PEMBUATAN LARUTAN
STANDAR
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR
A. Dasar TeorI
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti,
artinya dalam larutan tersebut terkadang suatu zat dengan berat tertentu di dalam
Umumnya kepekatan larutan standar dinyatakan dalam besar normal (N) yaitu
banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam setiap liternya. Untuk itu perlu dipahami
tentang pengertian berat ekivalen secara tepat, sebab tidak semua zat mempunyai B.E
sama (tetap) dalam setiap proses. Contohnya: FeSO 4 dalam proses netralisasi. B.E
Oleh karena itu untuk menentukan B.E suatu zat perlu diketahui proses yang
akan terjadi pada zat tersebut. Berikut ini kami sajikan beberapa contoh B.E pada
proses netralisasi:
1
B.E Asam Hn A → 1 grek = g mol
n
1
Contoh: H2SO4 → 1 grek = g mol
2
1
B.E Basa B (OH)n → 1 grek = g mol
n
B.E Garam:
1
Contoh: NH4Cl → 1 grek = 1 g mol
1
CaCO3 → 1 grek = g mol
2
1
- Jika garam dari asam valensi (a) dan Basa Valensi (b) maka 1 grek = g mol
a xb
1
Contoh: Na2CO3 → 1 grek = g mol
2x 1
1
Ca Cl2 → 1 grek = g mol
1x 2
1
Al2 (SO4)3 → 1 grek = g mol
2x 3
Demikian selanjutnya untuk zat dan proses-proses lain dapat dipelajari dalam buku
Suatu larutan standart dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa
baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam
volumen larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu
larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku sekunder harus
dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder
dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standardidasi.
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
2
a. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 + 0,02)% atau dapat dimurnikan
dengan penghabluran kembali.
b. Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan
baku primer).
c. Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara.
d. Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya.
e. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan
menjadi lebih kecil.
f. Mudah larut.
g. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan terukur
3. Indikator
+ −
Netralisasi adalah reaksi antara ion H dari sama dengan ion OH dari
basa membentuk molekul air. Reaksi netralisasi harus berlangsung sesempurna
mungkin. Untuk mencapai maksud tersebut dapat dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti tersebut di bahwa ini:
+ −
Indikator yang berupa asam Hln H + In .............................. (1)
+ −
Indikator yang berupa basa InOH In + OH ......................... (2)
Kita pandang suatu indikator yang berupa asam organik menurut persamaan
+
keseimbangan . Apabila dalam larutan banyak ion H atau dalam suasana asam,
3
maka keseimbangan akan ke kiri yaitu ke arah bentuk molekul yang tidak terion.
Sebaiknya, dalam suasana basakesetimbangan dalam bergeser ke kanan sehingga
indikator akan lebih banyak dalam bentuk terion, dan warna yang ditunjukan
merupakan warna dalam bentuk ionnya.
4
Daftar Indikator
Indikator Acid Color Base Color PH pKa
Range
Cresol red Red Yellow 0.2-1.8 -
Thymol blue Red Yellow 1.2-2.8 1.7
Bromophenol blue Yellow Blue 3.0-4.6 4.1
Methyl orange Red Orange 3.1-4.4 3.7
Congo red Blue Red 3.0-5.0 -
Bromocresol green Yellow Blue 3.8-5.4 4.7
Methyl red Red Yellow 4.2-6.3 5.0
Bromocresol purple Yellow Purple 5.2-6.8 6.1
Litmus Red Blue 5.0-8.0 -
Bromothymol blue Yellow Blue 6.0-7.6 7.1
Ohenol red Yellow Red 6.8-8.4 7.8
Cresol red Yellow Red 7.2-8.8 8.2
Thymol blue Yellow Blue 8.0-9.6 8.9
Phenolphthale in Colorless Red 8.3-10.0 9.6
Alizarin yellow R Yellow Orange/red 10.1-12.0 -
Mixed Indikator Acid Color Base pH Range
Color
Bromocresol green and methyl Orange Blue- 3.5-4.3
orange Yellow- green 5.4-6.2
Bromocresol green and chlorophenol green Blue-violet 7.2-7.6
red Yellow Violet
Ph
Bromothymol blue and phenol red
Acid Color Base Range
Screened Indikator Color
Dimethyl yellow and methylene blue Blue-violet Green 3.2-3.4
Methyl red and methylene blue Red-violet Green 5.2-5.6
Neutral red and methylene blue Violet-blue Green 6.8-7.3
5
A. PEMBUATAN LARUTAN STANDAR
a. Zat cair bahan pembuat larutan standar sudah diketahui normalitasnya, maka
Keterangan :
a) Membuat larutan standar HCl 0,1 Nsebanyak 500 ml dengan bahan HCl 5 N.
Maka:
N2 =0,1 N
V2 = 500 ml
N1 =5N
V1 =?
N1V1 = N2V2
0,1 x 500
V 1= =10 ml
5
6
b) Zat cair bahan pembuat larutan standar belum diketahui normalitasnya, maka
N x V x BM
V x=
10 x n K x D
Keterangan :
Contoh: Ingin dibuat larutan standar HCl 0,1 N sebanyak 100 ml dari HCl
pekat.
misalkan: 1,198 g/ml. Maka dari tabel bisa dilihat kadarnya = 37%.
Valensi HCl = 1
Cara lain:
BM HC1 = 36,5
HCl merupakan asam monoprotik sehingga dalam hal ini valensinya satu.
HCl 37% = 37gram/100gram. Diketahui BJ HCl = 1,19gram/ml dan BM HCl =
36,5 maka:
37gram/100gram x 1,19 x 1000 = 440,3 gram/liter
440,3 / 36,5 mol/liter = 12,06 M x valensi = 12,06 N.
Jadi HCl 37% setara dengan 12,06 N.
7
Kalau mau membuat HCl 0,1 N 1 liter maka memakai persamaan:
V1N1 = V2N2 aml x12,06 = 0,1 N x 1000 ml
a = 8,3 ml
sehingga caranya membuat HCl 0,1 N sebanyak 1000 ml dari HCl 37% adalah
sebagai berikut: Pipet 8,3 ml HCl 37% encerkan dengan aquades sampai
1000 ml.
Untuk membuat larutan HCl dengan normalitas tertentu dapat digunakan
rumus di atas (V1N1 = V2N2).
Sehingga untuk membuat HCl 100 ml , HCl pekat yang akan diencerkan =
0,83 ml.
Cara Kerja:
1 . Pipet larutan HCl pekat 0,83 ml dalam almari asam (posisi mesin
B. Standarisasi larutan
1).HCl
a. Menimbang 1 gram natrium tetraborat murni dengan gelas arloji, kemudian
larutkan dalam beker glas 100 ml hingga homogen,masukkan ke dalam labu
ukur 100 ml.
b.Menambahkan aquades sampai garis batas, kemudian goyang sampai
homogen.
c.Memipet larutan natrium tetraborat sebanyak 25 ml dengan pipet gondok,
masukkan dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan indikator MO.
d.Menitrasi dengan larutan HCI dalam buret hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda.
e..Mengulangi langkah c,d sebanyak 2 kali.
8
f. .Mencatat informasi yang diperoleh.
1.Pengamatan
Standarisasi Larutan HCI
Volume HCI : ……………………………………….
Berat Boraks : ……………………………………….
Titrasi Volume HCI Volume Boraks Perubahan warna
(ml) (ml) selama Titrasi
1.
2.
3.
2.Reaksi kimia :
Na2B4O7.10H2O + 2 HCI 4 H3BO3 + 2 NaCI + 5 H2O
3. Perhitungan
N boraks = gr/Mr xn/V
n = valensi boraks=2
V= volume satuan liter
Berdasarkan rumus:
V1N1 =V2N2
Normalitas HCI hasil standarisasi
N Boraks x V Boraks
N HCI =
V HCI
Cara kerja:
1). Timbang sekitar 0,399 gram NaOH diletakkan diatas gelas arloji
9
2). Larutkan 1 gram NaOH dengan aquadest menggunakan beker glass dan diaduk
b. Standarisasi NaOH
Pengamatan
Standarisasi Larutan NaOH
Berat NaOH : ……………………………….
Berat As. Oksalat : ……………………………….
Titrasi Volume As. Oksalat Volume NaOH Perubahan warna
(ml) (ml) selama Titrasi
1.
2.
3.
10
V= volume satuan liter
(ACIDIMETRI)
B. DASAR TEORI
soda abu. Secara komersial natrium karbonat dikenal sebagai soda abu, kandungan
natrium karbonat dalam soda abu berkisar 40-90 % dan sisanya berisi garam-garam
soda abu dengan larutan standar asam klorida. Bila asam ditambahkan pada larutan
yang berisi ion karbonat, akan terjadi dua tahap reaksi seperti yang ditunjukkan dalam
Pada reaksi terhadap (1) hanya terjadi garam bicarbonat (HCO -3) sehingga pH
11
pH = ½ pKal + ½ pKa2 (3)
Ka1 dan Ka2 adalah tetapan yang diperoleh dari peruraian asam karbonat
Pada teaksi (2) terjadi reaksi antara bicarbonat dengan asam khlorida yang
menghasilkan asam carbonat (H2CO3) dan asam ini segera terurai menjadi gas CO 2 dan
H2O.
pH=−log¿ (6)
Untuk harga (H2CO3) sama dengan 0,1 M harga pH tersebut adalah 3,6 indikator yang
dapat dipakai adalah metil orange.
1. Timbang sebanyak 1 gram cuplikan soda abu menggunakan gelas arloji dan
12
2. Ambil 10 ml dengan pipet gondok ,masukkan dalam Erlenmeyer dan tambahkan
standar HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna, catat volume HCl nya dan
Normalitas HCl = N
13
Titrasi Skala awal Skala akhir Volum Larutan Volum Rata-
(ml) HCl (ml) rata
(ml) HCl (ml)
1.
2.
3.
PERHITUNGAN ;
N Boraks x V Boraks
N HCI =
V HCI
N HCI X V HCI
N Na2 CO3=
V Na2 CO3
N Na2 CO 3 x V Na2 CO 3 x BE Na2 CO3 250
Kadar Na2 CO 3 % ( bb )= m sampel (mgr)
X
10
X 100 %
14
PERCOBAAN III PENENTUAN KADAR NaOClDALAM LARUTAN PEMUTIH
A.Tujuan
Praktikan mampu menentukan kadar NaOCI dalam larutan bleaching
menggunakan reaksi reduksi-oksidasi.
B. Dasar Teori
Operasi bleaching bertujuan untuk mengurangi jumlah kromofor pada kulit
sehingga kulit akan semakin putih merata. Kromofor merupakan pembawa warna
yang seringkali tidak diinginkan keberadaannya. Metode bleaching dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu oksidasi menggunakan KMnO 4, NaOCI, H2O2, serta reduksi
menggunakan hidrosulfit, rongalit-C (produk patent). Kadar NaOCI dalam larutan
bleching dapat dicari menggunakan metode iodometri.
Proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I 2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal NaOCl) dalam larutannya yang bersifat
netral atau sedikit asam maka penambahan ion iodide berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I 2 yang setara jumlahnya dengan
banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya dapat dititar dengan larutan standar
natrium thiosulfat. Biasanya, iodometri menggunakan indicator amylum karena
memberikan perubahan warna yang jelas, mudah dibuat serta tidak berbahaya.
Warna biru tua terbentuk akibat teradgorpsinya iodin ke dalam cincin helix β-amilose
(komponen dari amylum). Amylum terdekomposisi dalam larutan yang mengandung
iodin dalam konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, pada titrasi larutan yang
mengandung iodin menggunakan titran thiosulfate, penambahan amylum dilakukan
pada saat sudah terjadi perubahan dari merah kecoklatan menjadi kuning (sudah
mendekati titik akhir titrasi).
15
Pada prinsipnya, iodometri merupakan reaksi reduksi-oksidasi, karena terjadi
perubahan bilangan (biloks) dari zat-zat yang terlibat dalam reaksi, dalam hal ini
transfer electron dari pasangan pereduksi ke pasangan pengoksidasi. Oksidasi
adalah pelepasan satu atau lebih electron dari suatu atom, ion atau molekul.
Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau lebih electron. Tidak ada
electron bebas dalam system kimia, oleh karena itu pelepasan electron (oksidasi)
selalu diikuti penangkapan electron (reduksi).
D. Cara Kerja
Pembuatan dan Standarisasi Larutan Na2S2O3.5H2O 0.1 N
1. Pembuatan larutan Na2S2O3.5H2O 0.1 N
.Menimbang 2,48 gram natrium tiosulfat kemudian dilarutkan dengan aquades
dalam labu takar 100 ml.Apabila akan digunakan selama beberapa hari,
tambahkan 0,08 gram natrium karbonat atau 2 tetes kloroform untuk tiap 1 liter
larutan.
2.Standarisasi Na2S2O3.5H2O 0.1 N
a. Menimbang 0,500 g kalium dikromat menggunakan timbangan analitik
kemudian larutkan dengan aquadesdalam beker glas hingga 100 ml
menggunakan labu takar.
b. Memipet 10 ml larutan tersebut menggunakan pipet gondok dan masukkan
dalam Erlenmeyer.
16
c. Menambahkan 3 ml larutan KI 20% dan 7,5 ml H 2SO4 4N kemudian tutup
erlenmeyer dengan sumbat asah dan simpan ditempat gelap selama 2 menit.
d. Menitrasi dengan larutan natrium thiosulfate sampai terjadi perubahan warna
dari kuning dan tambahkan indicator amylum sebanyak 3 tetes dan titrasi
menjadi biru , kemudian kembali dengan larutan natrium thiosulfate sampai
larutan menjadi jernih.seperti air
e. Mengulangi langkah percobaan di atas sebanyak 2 kali (b sampai d).
f. Mencatat informasi yang diperoleh.
Penetapan kadar NaOCl dalam Sampel Larutan Bleaching
a. Memipet 5 ml larutan bleaching (Bayclin) kemudian memasukkan dalam labu
ukur takar 100 ml, serta tambahkan aquades sampai tanda batas kemudian
digoyang hingga homogen
b. Memipet larutan pemutih sebanyak 5 ml dimasukkan kebotol timbang,
masukkan dalam Erlenmeyer dan tambahkan 5 ml larutan KI 20% dan 5 ml
larutan H2SO4 4N.
c. Menutup Erlenmeyer dengan plastik (yg bukan sumbat asah) dan simpan di
tempat yang gelap selama 3 menit, titrasi dengan Na 2S2O3 sampai terjadi
perubahan warna dari coklat menjadi kuning.
d. Menambahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes kemudian titrasi kembali
sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening(tidak berwarna).
e. Mengulangi langkah di atas sebanyak 2 kali (b sampai d).
f. Mencatat informasi yang diperoleh.
Catatan :
Pengujian kadar Ca(OCI)2 dalam kaporit dapat dilakukan dengan cara yang sama.
Penyiapan sampel dilakukan dengan mengambil pasta sebanyak 5 gram kemudian
dilarutkan dan dihaluskan dengan morter, pindahkan cairannya ke dalam labu ukur 250
ml. Apabila masih tertinggal pasta di morter, larutkan dan haluskan lagi sampai
semuanya terambil. Encerkan larutan dalam labu ukur sampai tanda .
E. Pengamatan
a. Standarisasi Larutan Natrium Thiosulfat
17
Berat Na2S2O3.5H2O : …………………………………
Berat K2Cr2O7 : …………………………………
F. Perhitungan
a. Perhitungan Standarisasi Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N
Reaksi
Cr2O72- + 6I- + 14 H+ 2Cr 3+ + 3 I2 + 7 H2O
I2 + 2 S2O32- 2 I- + S4O62-
Pada saat titik ekivalen berlaku :
N K 2 Cr2 O 7= gr/Mr x n/ V
n K 2Cr 2O 7= valensi K 2Cr 2O 7=¿6
V= volume satuan liter
N K 2Cr 2 O 7 x V K 2 Cr2 O 7
NNa 2 S 2 O 3=
V Na2 S 2 O 3
18
CIO- + 2 I- + 2 H+ CI- + I2 + H2O
I2 + 2 S2O32- 2 I- + S4O6 2-
Pada saat titik ekivalen berlaku :
N Na2 S 2 O 3 x V Na 2 S 2 O3
N NaOCI ❑=
VNaOCL
b N xV x BE NaOCl
Kadar NaOCl % ( ) b
= NaOCl NaOCl
V sampel (mgram)
x FP x 100 %
19
A. MAKSUD DAN TUJUAN : Menentukan kandungan garam-garam kalsium dalam
cuplikan air.
B. DASAR TEORI
Air bila dengan larutan sabun akan menghasilkan buih tetapi ada juga air yang
tak memberikan buih dengan larutan sabun. Hal ini disebabkan air ini mempunyai
kesadahan yang cukup tinggi atau biasanya disebut air sadah. Kesadahan ini karena
adanya kandungan garam-garam kalsium dan magnesium dalam air. Ion-ion kalsium
dan magnesium ini dapat bereaksi dengan lemak yang ada dalam sabun dan
menghasilkan endapan garam kalsim/ mangnesium dari lemak. Selama masih ada
Ca/Mg dalant air maka sabun tidak ada artinya lagi bagi keperluan misal untuk mencuci.
adalah garam-garam bikarbonat, khlorida dan sultaf.Garam bikarbonat dari Ca/Mg jika
dipanasi akan hilang, karena terurai sesuai dengan reaksi sebagai berikut:
→
Ca (HCO3)2 ↑ CaCO3+ CO2 + H2O (1)
dan sulfat tidak dapat hilang dengan pemanasan, kesadahan ini disebut kesadahan
tetap (permanen).
20
Menyelidiki kesadahan suatu air adalah penting, air dengan kesadahan tinggi
sangat berbahaya jika diminum. Air yang mengandung CaCO 3 danCaHCO3 akan
menghasilkan kerak bila dipanaskan kerak ini dapat merusakan alat pemanas.
Reaksinva:
H2O CO2
Air yang diselidiki di sini tidak dipanaskan terlebih dahulu, tetapi langsung
dititrasi. Untuk kesadahan tetap air dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan
kesadahan sementara.
menghilangkan Mg, setelah endapan terjadi kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
Misal untuk penitaran 100 ml cuplikan air dibutuhkan V 1ml HCl 0,1 N. Maka untuk
21
Misal: untuk 100 ml larutan cuplikan air pada penitaran pertama dibutuhkan V 1 ml. Pada
penitaran kedua membutuhkan. V2 ml HCl 0,1N maka basa yang bereaksi adalah
C. CARA KERJA:
2. Larutan tersebut ditrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga terjadi warna jingga.
bagiannya. Larutan dijaga tetap netral, bila larutan menjadi asam, netralkan
22
PERCOBAAN V MENENTUKAN KADAR CH3COOHDALAM CUKA PERDAGANGAN
DASAR TEORI
Titrasi adalah metoda volumetri yang baik untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan. Proses ini dilakukan dengan menambahkan suatu larutan yang telah diketahui
konsentrasinya pada larutan yang akan ditentukan konsentrasinya. Larutan yang telah
volume larutan standar serta volume larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
Berdasar reaksi yang terjadi titrasi terdiri atas bermacam-macam type reaksi (1)
asam dan basa, (2) oksidasi-reduksi (3) reaksi pembentuk kompleks dan (4) reaksi
pengendapan. Titrasi asam dan basa sering juga disebutdengan acidimetri atau
alkalimetri.
Pada acidimetri dipakai larutan basa sebagai larutan standar. Contoh acidimetri
adalah titrasi antar larutan NH 4OH dengan larutan HCl sebagai larutan standar.
larutan standar.
penetrasi adalah dalam pembuatan larutan standar NaOH sebagai kristal NaOH bersifat
23
higroscopis (dapat menyerap air pada temperatur besar, oleh sebab itu sebelum larutan
standar NaOH digunakan untuk penitrasi perlu dititrasi terlebih dahulu dengan larutan
standar primer. Dalam peroobaan ini digunakan larutan asam oxalat sebagai larutan
standar primair.
Dalam percobaan ini dilakukan dua titrasi yaitu (1) standar disasi larutan NaOH
dengan larutan asam oxalat, (2) penentuan konsentrasi larutan asam cuka dengan
Pada analisa asam asetat dalam cuka perdagangan, dianggap asam asetat
Di dalam percobaan ini larutan basa kuat NaOH digunakan untuk menentukan
berikut:
Dari reaksi dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Pada
titik okivalen banyaknya asam asetat dan NaOH bebas dalam asam, tetapi karena
asam asetat merupakan elektrolit lenah maka ion H + yang disebabkan sangat sedikit.
Sedangkan pada NaOH yang merupakan basa kuat akan mengalami ionisasi
sempurna, jumlah ion OH- yang ada dalam larutan sangat besar, sehingga larutan yang
dihasilkan pada akhir titrasi atau titrasi akan berakhir pada pH > 7 (dalam suasana
basa).
24
PENGERTIAN TENTANG INDIKATOR
Titik akhir titrasi dapat dianatidengan bantuansuatu senyawa kimia yang dikenal
dengan nama indikator. Yaitu senyawa yang mempunyai warna yang berbeda dalam
larutannya dan warna ini bergantung pada konsentrasi ion H + dalam larutan.
Dan indikator ini merupakan molekul-molekul yang bersifat asam basa, dalam
Indikator dalam bentuk molekul (HIn) mempunyai warna yang berbeda dengan
indikator dalam bentuk ion (In -). Bila kesetimbangan dalam persamaan (2) tergantung
sebagai contoh misal oleh penambahan basa dari larutan penitrasi dapat
mengurangikonsentrasi ion H+dan setelah titik akhir titrasi tercapai. Warna larutan
berubah dari warna -1 menjadi warna -2. Dalam persobaan ini indikator yang digunakan
adalah phenolphtalin, dalam larutan yang bersifat asam, tak berwarna dan dalam
Perubahan warna ini terjadi akibat terjadinya perubahan kimia dalam indikator
25
Proton yang terdapat dalam molekul ditunjukkandengan tanda bintang
dititrasi dengan basa, maka pertama-tama yang bereaksi dengan basanya adalah
larutan asamnya.
Setelah titik akhir dari reaksi tercapai maka penambahan basa yang berlebihan
dapat menyebabkan reaksi pada persamaan (3) terjadi kelebihan basa tersebut akan
Asam asetat dalam cuka dihitung dengan menentukan konsentrasi asam asetat
Perhitungan:
2 NaOH + H2C2O4.2 H2O Na2C2O4 + 4 H2O
26
n = valensi asam oksalat =2
V= volume satuan liter
CARA KERJA II
1. Ambil 10 ml larutan cuka perdagangan dan masukkan pada labu takar 100ml,
3. Titrasi larutan tersebut dengan larutan standar sampai terjadi warna pintau
Titrasi
27
Volume : ............ ml
Normalitas : ............ N
............ ............
Titrasi 1
Titrasi 2
Titrasi 3
Perhitungan
N CH 3 COOH = NNaOH xV NaOH
VCH3COOH
n =valensi =1
28
KadarCH3COOH(%b/v)=NCH3COOHxVCH3COOHxBECH3COOHx100/10x100%
ml sampel
29
PERCOBAAN VI PENENTUAN KADAR ASAM FORMIAT TEKNIS
A. TUJUAN :
B. DASAR TEORI
Pengertian Asam Formiat Kata formiat berasal dari nama sejenis semut merah
“formica rufa” yang dapat mengeluarkan asam dan terbentuk sebagai asam
bebas. Asam ini banyak dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan, pada bulu-bulu
Nama asam format berasal dari kata Latin formica yang berarti semut. Pada awalnya,
30
misalnya kelompok garam dan ester, dinamakan format ataumetanoat. Ion format
Asam formiat atau asam metanoat yang juga dikenal sebagai asam semut adalah
senyawa organik yang mengandung gugus karboksil (-CO2H) dan merupakan bagian
dari senyawa asam karboksilat. Asam formiat ini pertama kali diperoleh oleh ahli kimia
pada abad pertengahan melalui proses penyulingan semut merah dengan rumus
molekul HCOOH.
Sifat dari asam formiat ini adalah mudah terbakar, tidak berwarna, berbau
tajam/menusuk dan mempunyai sifat korosif yang cukup tinggi. Asam formiat ini mudah
larut dalam air dan beberapa pelarut organik, tetapi sedikit larut dalam benzene, karbon
tetraklorida dan toluene, serta tidak larut dalam dalam karbon alifatik.
Asam formiat mempunyai bobot molekul 46,03 g/mol dan merupakan asam paling kuat
dari deretan gugus asam karboksilat serta berfungsi sebagai reduktor. Asam formiat
dalam keadaan murninya mempunyai titik leleh 8oC, titik didih 101oC, dan rapatan
sebesar 1,2 g/ml pada suhu 20oC, secara ideal struktur karbonil senyawa asam formiat
(kira-kira 10 kkal/mol untuk 2 ikatan hydrogen), maka asam karboksilat ini sering
dijumpai dalam bentuk dimer asam karboksilat / bahkan dalam fasa uap (Fesenden &
Fesenden, 1995).
Kegunaan Asam Formiat Asam formiat memiliki banyak kegunaan dan digunakan pada
berbagai macam industri dan reaksi- reaksi. Salah satu industri yang sering
menggunakan asam formiat adalah industri karet. Dalam industri karet, asam formiat
31
digunakan sebagai bahan koagulan untuk meng-koagulasi karet dari lateks. Kualitas
karet yang dihasilkan dengan asam formiat lebih baik dibandingkan dengan jenis
koagulan lainnya. Industri lain yang menggunakan asam formiat adalah industri tekstil
dan kulit. Pada indi=ustri tekstil, asam formiat digunakan untuk mengatur pH pada
proses pemutihan, pencelupan/ pewarnaan. Asam formiat merupakan asam yang lebih
kuat dari asam asetat sehingga menghasilkan produk yang lebih baik. Pada industri
kulit, asam formiat digunakan dalam proses penyamakan kulit yaitu sebagai bahan
pembersih zat kapur dan pengatur pH saat pencelupan. Asam formiat digunakan untuk
menetralkan kapur (deliming) agar kulit menjadi lebih besar dan padat. Asam formiat
merupakan bahan yang mudah menguap sehingga tidak akan tertinggal pada serat
kulit. Asam formiat juga sering digunakan pada peternakan. Pada peternakan, asam
formiat untuk mengawetkan membunuh bakteri yang terdapat pada makanan ternak.
Apabila disemprotkan pada jerami, asam formiat dapat menahan proses pembusukan
Kegunaan-kegunaan lain dari asam formiat adalah sebagai berikut: a. Reagen pada
reaksi kimia organik, sebagai sumber gugus formil dan ion hidrogen. b. Cleaning /
disinfection, sebagai bahan produk pembersih komersial dan disinfektan tong kayu
untuk membuat anggur atau bir. c. Membersihkan logam asam (industri electroplating)
Umwelttlechnik) e. Sebagai bahan baku dalam industri farmasi f. Sebagai bahan aditif
32
C.Pembuatan larutan KMnO4
tambahkan aquadest lagi dalam labu takar hingga larutan menjadi 100 ml
dalam botol berwarna coklat yang telah dicuci dengan larutan asam kromat
sekitar 700C
warna ungu yang bertahan selama kira kira15 detik, suhu akhir titrasi
perubahan warna
masukan kedalam labu takar 100ml dan tambahkan aquades sampai batas
buat 3 sampel
4. Memanaskan larutan sampai suhu 500C, kemudian lakukan titrasi dengan larutan
standard KMNO4 0,1N hingga terbentuk endapan MnO2 berwarna coklat ungu
Pengamatan
Cara Lieben
Titrasi Volume As. Volume Perubahan warna
Formiat KMnO4 (ml) selama Titrasi
34
(ml)
1.
2.
3.
Rerata
Perhitungan ;
35
A. MAKSUD PERCOBAAN : Mempelajari analisa suatu unsur secara gravimetri.
B. DASAR TEORI
Analisa gravimetri adalah salah satu metode analisa kwantitatif micro yang paling
tepat dan akurat, artinya untuk menganalisa cuplikan dalam jumlah besar (100 m gram).
Meskipun metode ini merupakan metode analisa tetapi didalamnya juga termasuk
proses pemisahan dan beberapa perlakuan pada proses pemisahan. Karelia itulah
metode ini juga diklasifikasikan sebagai metode analisa berdasarkan atas prinsip
Analisa ini merupakan suatu analisa kwantitatif dengan jalan menimbang, yaitu
susunan tertentu, endapan ini dipisahkan dan kemudian baru ditimbang. Sedang berat
unsur atau gugusan yang diselidiki dapat dihitung dengan menggunakan rumus kimia
2 × BAFe
Berat Fe = × berat Fe2 O 3
BM Fe 2 O 3
2 × BA Fe
×berat Fe 2 O3
BM Fe2 O3
%Fe= × 100 %
berat persenyawaan
2× BA Fe
=¿ Faktor gravimetri atau disebut juga faktor kimia
Bm Fe2 O3
36
Faktor gravimetri adalah perbandingan antara berat unsur yang ditentukan
dengan berat senyawanya atau berat senyawa yang ditimbang, faktor gravimetri
daribeberapa unsur mempunyai harga yang berbeda-beda, seperti yang terlihat dalam
tabel berikut:
3. Fe Fe2O3 0,6994
4. Ni Ni(C8H14N4)4(Ni-DMG) 0,2032
6. Ba BaSO4 0,2745
2. Pereaksi ditambahkan secara perlahan-lahan sambil diaduk dan perlu dicegah agar
3. Pada saat terjadinya endapan, larutan perlu dipanasi pada temperatur dibawah titik
4. Endapan sebaiknya dicuci dengan air yang mengandung elektrolit sebab jika dipakai
air murni biasanya terjadi peristiwa peptisasi. Yang dimaksud dengan peristiwa
peptisasi ialah dimana zat padat larut karena adanya muatan listrik.
37
Dengan perubahan elektrolit maka daya melarut dan endapan menjadiberkurang
Dalam analisa ini larutan cuplikan ditambah dengan larutan amonia 1:1 akan
sebagai berikut:
endapan akan terurai menjadi Fe 2O3 yang dapat ditimbang dan persamaan reaksinya
a. Gelas ukur 10 ml 50 ml 2
b. Bekker glas 100 ml / 200 ml 2
c. Erlenmeyer 250 ml 2
d. Corong 1
e. Crush porselen
f. mufle
C. CARA KERJA:
38
1. Ambil larutan cuplikan sebanyak 50 ml masukkan dalam beker gelas.
3. Bila sebagian besar endapan telah turun, pindah tuangkan (decanter) larutan
jernihnya ke dalam kertas saring bebas abu, sisakan sedikit larutan jernih pada
endapan.
4. Filtrat ditest dengan larutan amonia 1:1, jika masih terbentuk endapan maka
hingga merata
6. Kemudian setelah didiamkan sebentar saring endapan ini dengan kertas saring
bebas abu
8. Kertas saring yang berisi endapan masukkan ke dalam krus porselin dan
kemudian pijarkan hingga suhu 1000°C dan timbang hingga berat yang tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
39
Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1983, "Analisa Kimia Kuantitatif", Penerbit Erlangga, Jakarta
Jefferey, G.H., Bassett, J., Mendham, J. & Denney, R.C., 1989, "Vogel’s Textbook of Quantitative
Inorganic Analysis", 5th ed., Longman, London
Sari, F.I. dan Soedjajadi K. 2005. “Efektifitas Larutan Asam Cuka” Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1,
No.2, Januari 2005.
Skoog, D.A., West, D.M., 2004, "Fundamentals of Analytical Chemistry", 8th ed., Brooks/Cole-Thomson
Learning Inc., Belmont
Vogel, A.I., Jefferey, G.H., 1989, "Vogel’s Textbook of Quantitative Chemical Analysis", 5th ed.,
Longman Scientific and Technical, London
40