Anda di halaman 1dari 52

PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOKIMIA
Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medik

Disusun oleh:
A’yunil Hisbiyah, S.Si., M.Si.
Khoirun Nisyak, S.Si., M.Si.
Yulianto Ade Prasetya, S.Si., M.Si

LABORATORIUM KIMIA TERPADU


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
SIDOARJO
2018
KATA PENGANTAR

Petunjuk Praktikum Biokimia adalah buku petunjuk


tata laksana praktikum Biokimia mahasiswa Program Studi
DIII Teknologi Laboratorium Medik STIKes RS Anwar
Medika semester II. Petunjuk Praktikum ini bukan
merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar
pustaka untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan
demikian praktikan diharapkan tetap untuk mempelajari
buku-buku Biokimia lain guna menambah pengetahuan
dan memperkuat pemahaman atas modul-modul yang
dikerjakan.
Praktikum Biokimia yang dilaksanakan terdiri atas 7
materi percobaan berupa analisa kualitatif dan kuantitatif
mengenai karbohidrat, lemak, protein, vitamin, enzim, dan
asam nukleat. Keterampilan yang diperoleh dalam
praktikum biokimia digunakan sebagai dasar Praktikum
Kimia Klinik dan Analisa Makanan dan Minuman
Penyusunan Petunjuk Praktikum Biokimia ini masih
banyak kekurangan dan perlu adanya penyempurnaan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun, sebagai bahan
perbaikan di masa mendatang. Semoga Petunjuk
Praktikum Biokimia ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang memerlukannya.

Sidoarjo, Februari 2017

A’yunil Hisbiyah, S.Si, M.Si


Khoirun Nisyak, S.Si, M.Si
Yulianto Ade Prasetya, S.Si, M.Si

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................... iii
Tata Tertib Praktikum Biokimia .................................. iv
Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia ................ vii
Sistematika Laporan Praktikum Biokimia .................... x
P I. Karbohidrat............................................................ 1
P II. Lipid ....................................................................10
P III. Protein ...............................................................16
PIV. Vitamin ...............................................................25
P V. Enzim .................................................................32
P VI. Asam Nukleat ...................................................36

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOKIMIA

Sebelum masuk ke laboratorium


1. Praktikan harus sudah menyiapkan tiket masuk
praktikum sesuai dengan percobaan yang dilakukan
pada hari itu. Tiket masuk praktikum meliputi penulisan
dasar teori, metodologi percobaan, dan tabel data
pengamatan. Apabila tidak menyiapkan tiket masuk,
tidak dapat mengikuti praktikum.
2. Praktikan harus mengenakan jas laboratorium dan alat
pelindung diri lainnya
3. Wajib menggunakan sepatu tertutup
4. Dilarang memakai make up berlebihan
5. Jika ke empat hal diatas tidak ditaati maka mahasiswa
yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
6. Mahasiswa masuk ke laboratorium 15 menit sebelum
jadwal praktikum dimulai, jika terlambat masuk sesuai
jadwal, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

Setelah masuk laboratorium


1. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir yang telah
disediakan.
2. Mahasiswa wajib mengikuti pretest. Bagi mahasiswa
yang tidak mengikuti pretest, apapun alasannya, maka
dianggap tidak lulus percobaan tersebut.

Selama Praktikum Berlangsung


1. Melakukan praktikum dengan tertib, ikuti pengarahan
dari instruktur, baik mengenai prosedur praktikum
maupun penggunaan peralatan gelas.
2. Pergunakan peralatan gelas sesuai dengan fungsinya.
3. Tidak diperkenakan keluar-masuk laboratorium, makan
dan minum, membuat keributan, serta menerima tamu.
4. Menjaga ketertiban dan keselamatan kerja, menjaga
kebersihan, serta bersikap sopan selayaknya seorang
mahasiswa.

iv
Setelah Praktikum Selesai
1. Bersihkan semua peralatan dan meja seperti kondisi
semula.
2. Buat laporan singkat pada buku folio, dan kumpulkan
H+1 praktikum dilaksanakan.
3. Periksa kembali kebersihan lemari, meja, dan lantai
(tidak basah dan tidak ada sampah yang tercecer)
4. Tinggalkan laboratorium dalam keadaan bersih dan
rapi.

Laporan
1. Laporan dibuat sesuai petunjuk yang dilampirkan dalam
buku petunjuk praktikum.
2. Laporan diserahkan paling lambat 7 hari setelah
praktikum dilaksanakan.

Kehadiran
1. Semua praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian
praktikum dari mulai pengarahan, response, dan
praktikum itu sendiri.
2. Jika tidak hadir pada saat pengarahan maka tidak
diperkenankan mengikuti praktikum

Penilaian
Hal yang dinilai adalah :
1. Pretest 15%
2. Keaktifan 25%
3. Laporan praktikum 30%
4. Ujian Akhir Praktikum 30%

Pemecahan Alat
1. Setiap peralatan gelas yang dipecahkan harus diganti
dengan jenis, merek, dan ukuran yang sama.
2. Penggantian alat yang dipecahkan paling lambat 2
minggu setelah pemecahan.
3. Jika hingga akhir semester peralatan gelas tidak diganti,
maka nilai praktikum tidak akan dikeluarkan (E)
v
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA

Laboratorium Kimia bukan tempat yang berbahaya,


sepanjang kita bekerja dengan hati-hati mengikuti teknik
yang benar. Untuk itu hendaknya ditaati aturan-aturan yang
berlaku.

ALAT PELINDUNG DIRI


1. Jas Laboratorium
Jas Laboratorium yang dipakai harus berlengan
panjang, terbuat dari kain yang tebal.
2. Kacamata Laboratorium
3. Masker
4. Sarung Tangan
5. Sepatu Tertutup

API
 Api harus dihindari, semua senyawa organik bersifat
volatile (mudah menguap) dan mudah terbakar, karena
itu hindarkan pemakaian api terbuka. Pakailah
waterbath atau heating mantle.
 Api di meja seringkali mudah dimatikan dengan lap
basah, hati-hati jika ingin memakai pemadam api,
jangan mengenai orang lain.
 Pakaian terbakar, penting sekali untuk membaringakan
dan menggulirkan penderita. Tetap berdiri akan
membahayakan pernapasan dan mata penderita.
Dilarang memakai pemadam api, pakailaih shower.

BAHAN KIMIA
Selain bahaya kebakaran oleh pelarut organik, bahan –
bahan kimia dianggap berbahaya karena korosif dan
beracun. Karena itu perlu diperhatikan hal – hal sebagai
berikut:

vi
 Jika terkena bahan kimia korosif, baik pada kulit
ataupun mata, cepat cuci dengan air sebanyak-
banyaknya, kemudian minta bantuan pengawas.
 Jangan mencoba mencicipi apapun ataupun mencium
langsung asap/uap dari mulut tabung, tapi kipaslah uap
tersebut dengan tangan ke muka anda.
 Jangan memipet dengan mulut larutan-larutan korosif
seperti asam-asam kuat (HCl pekat, H2SO4 pekat,
HNO3 pekat) basa-basa kuat (NaOH pekat, KOH pekat),
dan larutan zat – zat beracun (NaCN, air brom, dan lain-
lain.
 Jangan menggosok – gosok mata atau anggota badan
lain dengan tangan yang mungkin sudah terkontaminasi
bahan kimia.
 Bahan-bahan kimia dengan uap beracun atau
merangsang selalu ditempatkan di lemari asam. Semua
pekerjaan yang menggunakan bahan-baha tersebut,
harus dilakukan dalam lemari asam tersebut.
 Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke
dalam air, tidak sebaliknya.
 Beberapa bahan kimia memerlukan penanganan
khusus, seperti asam dan basa pekat, bromine, dimetil
sulfat, fenol, sianida, H2S, pelarut beracun seperti
diklorometana, dan pelarut-pelart yang mudah terbakar
seperti aseton.

PERALATAN GELAS
Kecelakaan karena kurang hati – hati dalam penanganan
bahan gelas dihindari dengan memperhatikan hal – hal
berikut:
 Ujung gelas harus tumpul tidak tajam
 Sebelum memasang sumbat karet atau gabus pada
pipa gelas, pastikan bahwa lubang cukup besar dan
telah dibasahi. Pegang gabus di antara ibu jari dan
telunjuk, tidak telapak tangan. Rangkum pipa gelas
dekat ujungnya yang akan disumbat dan dorong pipa
vii
dengan tekanan secukupnya. Gliserin lebih bagus
sebagai pelumas dibanding air.
 Jangan melepas sumbat dengan kekerasan dari pipa
gelas. Jika perlu, potong sumbat atau tarik dengan bor
gabus.
 Jangan coba memaksa memasukkan gabus yang
terlalu besar.

Disamping hal – hal yang telah disebutkan diatas, untuk


berhasilnya praktikum perlu diperhatikan:
 Alat-alat praktikum harus bersih dan kering
 Pelajari dan pahami cara-cara penggunaan alat-alat.
 Pada setiap praktikum harus disiapkan program kerja
secara matang, termasuk cara kerja.
 Bila ada kesukaran selama percobaan, dapat
ditanyakan pada pengawas praktikum.
 Catatlah hasil-hasil percobaan pada buku kerja dan
kemudian buatlah laporan yang rapi dan benar.

viii
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN BIOKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA


(P-………)
JUDUL PERCOBAAN

NAMA :
NIM :
TANGGAL :

1. Dasar Teori : tidak sama dengan yang ada di buku


petunjuk praktikum, cari referensi lain.
2. Dasar Perhitungan dan Reaksi : disesuaikan dengan
percobaan yang dilakukan, disertai dengan referensi.
3. Metodologi percobaan
- Alat (dalam bentuk paragraf)
- Bahan (dalam bentuk paragraf)
- Prosedur kerja (dalam bentuk diagram alir dan ditulis
dengan kalimat pasif)
- Rangkaian Alat
4. Data Hasil Percobaan (berisi data pengamatan yang
diperoleh dan perhitungan)
5. Pembahasan
- Prinsip Percobaan
- Analisa Prosedur
- Analisa Hasil
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka
8. Lampiran, berisi dokumentasi hasil percobaan dan
kurva dari Excell (jika ada)

Catatan :
- Laporan ditulis di buku folio F4 bersampul warna ungu
atau sesuai dengan kesepakatan kelas.
- Laporan dikumpulkan maksimal 7 hari setelah
percobaan dilakukan.

ix
- Keterlambatan pengumpulan laporan berakibat pada
pengurangan nilai laporan sebanyak 50%.
- Laporan sifatnya perseorangan sehingga hanya
metodologi percobaan yang sama dengan orang lain.
Apabila ada kesamaan laporan dengan praktikan lain,
maka dianggap tidak membuat laporan.

x
PERCOBAAN I
KARBOHIDRAT

KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui, memahami, dan dapat menganalisis
keberadaan karbohidrat dalam bentuk monosakarida,
disakarida, dan polisakarida.
2. Mempelajari uji identifikasi kualitatif karbohidrat.

LANDASAN TEORI
Karbohidrat diidentifikasikan sebagai senyawa
yang unsur-unsurnya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O), dengan perbandingan empiris unsur-
unsurnya (CH2O)n. Senyawa yang termasuk karbohidrat
mempunyai gugus fungsional aldehida dan keton.
Senyawa karbohidrat dibagi dalam tiga golongan utama
yang terdiri dari monosakarida, disakarida atau
oligosakarida, dan polisakarida.
1. Monosakarida
Merupakan karbohidrat yang paling sederhana, tidak
dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi
karbohidrat lainnya. Pada umumnya monosakarida
bersifat optis aktif, mudah larut dalam air, berupa zat
padat putih, bila dipanaskan akan berbau karamel, dan
mempunyai sifat mereduksi. Contoh dari senyawa
monosakarida adalah glukosa, galaktosa, fruktosa,
manosa, dan sebagainya.
2. Disakarida atau Oligosakarida
Disakarida terdiri dari dua monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosida. Sedangkan
oligosakarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida
yang dihubungkan dengan ikatan glikosida. Senyawa
tersebut dapat dihidrolisa dalam suasana asam
menghasilkan monosakarida. Perbedaan penyusun dan
juga jenis ikatannya menyebabkan setiap disakarida
1
mempunyai sifat berbeda satu dengan yang lainnya.
Contoh dari senyawa disakarida adalah sukrosa,
laktosa, maltosa, dan sebagainya.
3. Polisakarida
Merupakan polimer monosakarida yang mempunyai
berat molekul besar, tidak larut dalam air, dan
membentuk koloid di dalam larutan. Contoh dari
polisakarida ini antara lain adalah amilum, selulosa, dan
glikogen. Amilum merupakan zat tepung dalam
tumbuhan yang dapat dijumpai pada beras, gandum,
maupun umbi-umbian. Amilum terdiri dari amilosa dan
amilopektin. Amilosa mempunyai rantai glukosa yang
tidak bercabang dengan ikatan α-1,4 glukosidik,
mengandung 300 unit glukosa. Amilopektin terdiri dari
1000 unit glukosa yang bergabung membentuk rantai
lurus dengan ikatan α-1,4 glukosidik dan pada setiap 25
atau 30 unit glukosa terdapat rantai cabang dengan
ikatan α-1,6 glukosidik. Selulosa terdiri dari ± 6000 unit
glukosa yang dihubungkan dengan ikatan β-1,4
glukosidik membentuk rantai linier. Glikogen merupakan
karbohidrat cadangan yang hanya terdapat pada hewan
dan manusia, dan mempunyai struktur seperti
amilopektin. Glikogen mempunyai massa molekul
relative 30.000 dan pada tiap 10 unit glukosa dalam
rantai lurus terdapat rantai cabang. Contoh lain dari
polisakarida adalah kitin, hemiselulosa, dan pektin.
Keberadaan karbohidrat dapat dideteksi melalui
analisa kualitatif. Berikut ini adalah analisa kualitatif yang
sering dilakukan di laboratorium.
1. Uji Molisch
Hidrolisa ikatan glukosidik pada karbohidrat oleh asam
sulfat pekat akan menghasilkan monosakarida, yang
terhidratasi menjadi furfural dan turunannya. Senyawa
tersebut kemudian berkondensasi dengan α-naftol
membentuk senyawa berwarna. Reaksi positif ditandai

2
dengan munculnya cincin ungu di permukaan antara
lapisan asam dan lapisan sampel.
2. Uji Benedict
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi adanya
gula-gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua
jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa dan maltosa. Pada uji benedict, reagen benedict
akan bereaksi dengan gugus aldehid (kecuali aldehid
dalam gugus aromatik) dan alpha hidroksi keton. Oleh
karena itu, meskipun fruktosa bukan termasuk gula
pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi
keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa
dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan
hasil positif dengan reagen benedict. Maltosa dan
laktosa memberikan uji positif dengan reagen benedict,
sedangkan larutan sukrosa tidak bereaksi karena tidak
memiliki gugus aldehid atau alpha hidroksi keton bebas.
3. Uji Barfoed
Reagen Barfoed merupakan asam lemah dan hanya
dapat mereduksi monosakarida. Reagen barfoed terdiri
atas kupri asetat dan asam asetat. Pendidihan yang
terlalu lama akan menghidrolisa disakarida sehingga
memberikan hasil reaksi positif yang salah. Endapan
kupro oksida akan mudah diamati apabila endapan
yang berada di dalam tabung reaksi dibiarkan
mengendap. Warna kupro oksida akan berbeda bila
dibandingkan dengan reaksi benedict atau fehling.
Reaksi karbohidrat dengan reagen barfoed akan
menghasilkan kupro oksida yang berwarna merah bata,
sedangkan reagen benedict akan menghasilkan warna
jingga kecoklatan.
4. Uji Iodine
Iodine yang diadsorpsi oleh larutan polisakarida akan
memberikan warna. Warna yang dihasilkan akan
bergantung pada jenis polisakarida pengadsorpsi.
Larutan amilum dengan iodine akan memberikan warna
3
biru, sedangkan larutan glikogen atau larutan
amilopektin yang terhidrolisa secara parsial
menghasilkan warna coklat kemerahan.
5. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff digunakan untuk membedakan
karbohidrat, yang diuji termasuk dalam kategori ketosa
atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida,
sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji
ini adalah ketosa akan lebih mudah terhidrasi
membentuk derivat furfural daripada aldosa. HCl dalam
reagen saliwanoff akan mendehidrasi gula menjadi
furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah ceri. Pada uji
seliwanoff, gula ketosa seperti fruktosa akan
menghasilkan warna merah ceri, sedangkan gula
aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif,
tidak muncul warna merah dalam larutan. Sukrosa akan
menghasilkan warna merah ceri karena adanya fruktosa
di dalamnya.
Amilum dalam suasana asam jika dipanaskan akan
terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil
hidrolisis dapat diuji dengan iodine dan menghasilkan
warna biru sampai tidak berwarna. Hasil hidrolisis amilum
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Hidrolisis Amilum


Waktu Hidrolisis Warna dengan Hasil Hidrolisis
Iodine
Setelah 3 menit Biru Amilosa
Setelah 6 menit Ungu Amilopektin
Setelah 9 menit Ungu Amilopektin
Setelah 12 menit Merah eritrodekstran
Setelah 15 menit Kuning coklat Akrodekstrin
Setelah 18 menit Kuning pucat Maltose
Setelah 21 menit Kuning pucat Glukosa

4
Hasil akhir hidrolisis amilum dapat diperjelas
dengan uji benedict, reaksi positif dari uji benedict
ditunjukkan adanya endapan biru, hijau, kuning, atau
merah bata tergantung kadar gula pereduksi. Secara semi
kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Semi Kuantitatif Uji Benedict

No Warna Hasil Uji Penilaian Konsentrasi


1 Biru – hijau keruh - -
2 Hijau – hijau +1 <0,5%
kekuningan
3 Kuning kehijauan – +2 0,5 – 1%
kuning keruh
4 Jingga +3 1 – 2%
5 Merah bata +4 >2%

Karbohidrat juga dapat ditentukan kuantitasnya


dengan cara analisa kuantitatif menggunakan metode
spektrofotometri. Senyawa karbohidrat apabila direaksikan
dengan fenol dan asam sulfat pekat akan menghasilkan
senyawa kompleks berwarna jingga. Penentuan kadar
glukosa dalam sari buah dilakukan dengan cara membuat
kurva standard glukosa.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Melakukan hidrolisis pada polisakarida (amilum).
2. Mengetahui hasil akhir hidrolisis amilum dengan
berbagai metode sederhana.
3. Mengidentifikasi jenis karbohidrat yang terdapat pada
sampel

METODOLOGI PERCOBAAN
1. Hidrolisis Amilum
Peralatan
- Tabung reaksi
- Rak dan penjepit tabung
5
- Penangas air
- Beaker glass
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Bulb
- Papan tetes
- Kertas pH indikator universal

Bahan
- Larutan amilum 10%
- Reagen benedict
- Larutan iodine
- Larutan HCl 2 M
- Aquades

Cara Kerja
- Masukkan 5 mL larutan amilum 10% ke dalam tabung
reaksi.
- Tambahkan 2,5 mL HCl 2 M, kocok.
- Masukkan ke dalam penangas air mendidih.
- Setelah 3 menit, ambil 2 tetes larutan dan letakkan
pada papan tetes, dan tambahkan larutan iodine 2
tetes. Catat perubahan warna yang terjadi.
- Lakukan langkah yang sama seperti di atas setiap 3
menit sampai didapatkan hasil berwarna kuning pucat
(± sampai 21 menit).
- Terakhir lanjutkan hidrolisis sampai 5 menit,
didinginkan.
- Lakukan uji benedict, masukkan 2 tetes larutan amilum
yang telah dihidrolisis dan tambahkan reagen benedict
6 tetes. Campurkan dengan baik, masukkan dalam
penangas air mendidih selama 5 menit, biarkan dingin.
Perhatikan warna dan endapan yang terbentuk.

6
2. Analisa Kualitatif Karbohidrat pada Sampel
Peralatan
 Mortar
 Kertas saring
 Corong gelas
 Erlenmeyer
 Tabung reaksi

Bahan
 Sampel
 Glukosa 1%
 Amilum 1%
 Laktosa 1%
 Reagen Iodine
 Regen Molisch
 Reagen Seliwanoff
 Reagen Barfoed
 Reagen Benedict

Prosedur Kerja
Preparasi sampel
 Timbang sampel sebanyak 5 gram
 Haluskan dengan mortar
 Beri aquades 50 mL
 Kocok selama 10 menit
 Saring, pisahkan filtrat dan endapan
 Bagi filtrat menjadi lima bagian pada tabung reaksi yang
berlabel A, B, C, dan D

Uji Molisch
Sampel : sampel yang dibawa, glukosa 1%, amilum 1%,
dan laktosa 1%
 Masukkan 1 mL sampel ke dalam tabung reaksi
 Tambahkan 2 tetes reagen molisch, dan kocok
 Tambahkan 1 mL asam sulfat pekat melalui dinding
tabung reaksi secara perlahan.
 Amati perubahan yang terjadi

7
Uji Iodine
Sampel : sampel yang dibawa, glukosa 1%, amilum 1%,
dan laktosa 1%
 Masukkan 1 mL sampel ke dalam tabung reaksi
 Tambahkan 1 mL HCl encer
 Tambahkan 2 tetes reagen iodine
 Amati perubahan yang terjadi

Uji Seliwanoff
Sampel : sampel yang dibawa, glukosa 1%, amilum 1%,
dan laktosa 1%
 Masukkan 2 mL reagen saliwanoff ke dalam tabung
reaksi
 Tambahkan 2 tetes sampel ke dalam tabung reaksi
 Panaskan di penangas air mendidih selama satu menit
 Amati perubahan yang terjadi

Uji Benedict
Sampel : sampel yang dibawa, glukosa 1%, amilum 1%,
dan laktosa 1%
 Masukkan 1 mL reagen benedict ke dalam tabung
reaksi
 Tambahkan 5 tetes larutan sampel, kocok
 Panaskan dalam penangas air mendidih selama 3 menit
 Dinginkan
 Amati perubahan warna yang terjadi

Uji Barfoed
Sampel : sampel yang dibawa, glukosa 1%, amilum 1%,
dan laktosa 1%
 Masukkan 2 mL reagen barfoed ke dalam tabing reaksi
 Tambahkan 1 mL larutan sampel
 Panaskan dalam penangas air mendidih selama 1 menit
 Dinginkan
 Amati perubahan yang terjadi

Poin Pembahasan Laporan


1. Prinsip Percobaan => tuliskan prinsip percobaan
hidrolisis amilum dan analisa kualitatif karbohidrat

8
2. Analisa Prosedur => bagi jadi 2 topik, hidrolisis amilum
dan analisa kualitatif karbohidrat pada sampel
 Fungsi alat
 Fungsi bahan
 Fungsi masing-masing perlakuan
3. Analisa Hasil
 Bahas hasil pengamatan hidrolisis amilum
 Tuliskan reaksi yang terjadi antara amilum dengan
asam kuat
 Bahas hasil uji benedict dan tuliskan reaksi yang
terjadi
 Bahas hasil analisa kualitatif karbohidrat

9
PERCOBAAN II
LIPID

KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui, memahami, dan dapat menganalisa sifat-
sifat fisik-kimia lipid.
2. Memahami uji identifikasi kualitatif lipid dan reaksi-
reaksi yang terlibat.

LANDASAN TEORI
Lipid adalah golongan senyawa organik yang
memiliki peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
non polar. Lipid merupakan sumber energi dan pelarut
vitamin A, D, E, dan K. Lipid juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding karbohidrat dan protein.
Secara kimiawi lipid adalah trigliserida yang
merupakan senyawa ester, hasil kondensasi dari tiga
molekul asam lemak dengan satu molekul trihidroksi
alkohol (gliserol). Pembentukan lipid dapat dituliskan dalam
reaksi berikut ini:

CH2OH H2C C OR1


O O

CHOH + 3R C HC C + 3 H2O
OH OR2
CH2OH H2C C OR3
Asam lemak
Gliserol O

Trigliserida

R1, R2, dan R3 adalah rantai hidrokarbon dengan jumlah


atom karbon 3 – 23. Apabila R1 = R2 = R3, maka trigliserida
yang terbentuk adalah trigliserida sederhana, sebaliknya
jika R-nya berbeda disebut trigliserida campuran.

10
Lemak dan minyak merupakan lipid sederhana.
Perbedaan sifat fisik kimia lemak atau minyak berbeda
tergantung sumbernya, dalam kehidupan sehari-hari
disebut lemak jika berbentuk padat dan disebut minyak jika
terbentuk cair pada suhu kamar. Lemak dan minyak
merupakan bagian terbesar dan terpenting dari bahan
makanan. Lipid terdapat pada hampir semua bahan
makanan dengan kandungan yang berbeda-beda.
Salah satu karakteristik lipid adalah mempunyai
kelarutan yang berbeda, dari sifat ini dapat dijadikan dasar
untuk mengekstraksi lipid dari bahan alam. Pada umumnya
lipid larut dalam etanol 95% (v/v), tetapi dengan
penambahan air dapat membentuk emulsi. Lemak dan
minyak apabila dipanaskan dalam suasana basa, akan
membebaskan asam lemak bebas dan gliserol.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui kelarutan, keasaman, sifat kesadahan,
hidrolisis minyak, dan pembentukan emulsi lipid.
2. Menentukan bilangan peroksida dari sampel lipid.

METODOLOGI PERCOBAAN
Analisis Kualitatif
Uji Kelarutan Lipid
Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet tetes

Bahan :
- Minyak goreng
- Aquades
- Etanol p.a
- Kloroform
- Larutan Na2CO3 0,5%

Cara Kerja :
- Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label yang berbeda pada masing-masing.
11
- Masukkan 1 mL minyak goreng pada masing-masing
tabung reaksi.
- Pada tabung A, tambahkan 1 mL aquades, kocok dan
amati perubahan yang terjadi.
- Pada tabung B, tambahkan 1 mL etanol p.a, kocok dan
amati perubahan yang terjadi.
- Pada tabung C, tambahkan 1 mL kloroform, kocok dan
amati perubahan yang terjadi.
- Pada tabung D, tambahkan 1 mL larutan Na2CO3 0,5%,
kocok dan amati perubahan yang terjadi.

Uji Keasaman Lipid


Alat :
- Papan tetes
- Pipet tetes
- Kertas pH indikator universal

Bahan :
- Minyak goreng baru
- Minyak jelantah (bekas gorengan)

Cara Kerja :
Ambil 3 tetes minyak goreng baru, letakkan pada papan
tetes. Ukurlah pH-nya menggunakan kertas pH indikator
universal. Amati perubahan warna kertas pH. Ulangi
langkah ini untuk minyak goreng jelantah.

Hidrolisis Minyak (Saponifikasi)


Alat :
- Labu Erlenmeyer
- Gelas arloji
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Hot plate stirrer
- Spatula logam

Bahan :

12
- Minyak goreng
- NaOH teknis
- Etanol p.a
- Aquades

Cara Kerja :
- Masukkan 5 mL minyak goreng ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 1,5 gram NaOH dan 12,5 mL etanol.
- Panaskan selama 15 menit, sampai mendidih (tutup
bagian atas labu erlenmeyer dengan gelas arloji.
- Cek kesempunaan reaksi penyabunan yang terjadi
dengan cara ambil 3 tetes larutan dan larutkan dalam 5
mL aquades, jika larut maka reaksi sudah sempurna.
- Uapkan etanol yang tersisa sampai habis, dinginkan,
dan tambahkan 75 mL aquades kemudian panaskan
sampai semua sabun larut.

Uji Pembentukan Emulsi


Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet tetes
- Pipet ukur

Bahan :
- Minyak goreng
- Aquades
- Larutan Na2CO3 0,5%
- Larutan sabun
- Larutan empedu

Cara Kerja :
- Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label yang berbeda pada masing-masing.
- Masukkan 3 tetes minyak goreng pada masing-masing
tabung reaksi.
- Pada tabung A, tambahkan 2 mL aquades, kocok dan
amati perubahan yang terjadi.
13
- Pada tabung B, tambahkan 2 mL aquades dan 2 tetes
larutan Na2CO3 0,5% , kocok dan amati perubahan
yang terjadi.
- Pada tabung C, tambahkan 2 mL aquades dan 2 tetes
larutan sabun, kocok dan amati perubahan yang terjadi.
- Pada tabung D, tambahkan 2 mL larutan empedu,
kocok dan amati perubahan yang terjadi.

Tugas
1. Buatlah tabel pengamatan uji kelarutan lipid

Bahan Tabung Tabung Tabung Tabung


A B C D
Minyak 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
goreng
Aquades 1 mL
Etanol p.a 1 mL
Kloroform 1 mL
Na2CO3 0,5% 1 mL
Kocok tabung sampai homogen, biarkan sesaat dan amati
perubahannya
Hasil :

2. Buatlah tabel pengamatan uji keasaman lipid

Bahan pH Sifat Asam/Basa


Minyak goreng baru
Minyak jelantah

3. Buatlah tabel pengamatan hidrolisis minyak


(saponifikasi)
No Perlakukan Pengamatan

4. Buatlah tabel pengamatan pembentukan emulsi

14
Bahan Tabung Tabung B Tabung Tabung
A C D
Minyak 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes
goreng
Aquades 2 mL 2 mL 2 mL
Na2CO3 0,5% 2 tetes
Larutan sabun 2 tetes
Larutan 2 mL
empedu
Kocok tabung dengan kuat, biarkan sesaat dan amati
perubahannya
Hasil :

Poin Pembahasan Laporan


1. Prinsip Percobaan => tuliskan prinsip percobaan
analisa kualitatif dan kuantitatif lipid
2. Analisa Prosedur
 Fungsi alat
 Fungsi Bahan
 Fungsi masing-masing perlakuan
3. Analisa Hasil
 Bahas hasil pengamatan kelarutan lipid
 Bahas hasil pengamatan keasaman lipid
 Bahas hasil pengamatan hidrolisis minyak
(saponifikasi)
 Tulisan reaksi saponifikasi yang terjadi antara lemak
dan sabun
 Bahas hasil pengamatan pembuatan emulsi

15
PERCOBAAN III
ASAM AMINO DAN PROTEIN

KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami sifat-sifat dan reaksi asam amino.
2. Melakukan identifikasi kualitatif asam amino dan
protein.
3. Melakukan analisis kuantitatif asam amino dan protein.

LANDASAN TEORI
Protein merupakan komponen utama dalam semua
sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Protein adalah
senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsur-unsur
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N),
ada beberapa yang mempunyai unsur belerang (S) dan
fosfat (P). Asam amino merupakan monomer dari protein
(polipeptida) yang terikat melalui ikatan peptida, yaitu
ikatan antara gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-
NH2).

O H
H
C C N
H H
R

Struktur Dasar Asam Amino

Asam amino memiliki gugus amino dan karboksilat,


sehingga mempunyai sifat-sifat asam maupun basa. Setiap
asam amino terdapat gugus samping R yang berbeda-
beda. Ion hidroksil (-OH) dari gugus hidroksil suatu asam
amino dapat berikatan secara kovalen dengan ion hidrogen
dari gugus amina asam amino lainnya membentuk ikatan
peptida. Setiap senyawa peptida memiliki satu gugus asam

16
amino di salah satu ujung dan gugus karboksil di ujung
lainnya. Gugus asam amino, gugus karboksil, gugus rantai
samping residu asam amino, dan ikatan peptida dapat
menentukan sifat terionisasi, kelarutan, dan pengendapan
dari protein.
Struktur dan sifat protein sangat ditentukan oleh
struktur dan sifat asam amino penyusunnya. Jenis protein
sangat ditentukan oleh susunan dan jumlah asam
aminonya. Asam amino maupun protein memiliki gugus
reaktif khas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa tersebut.
Asam amino tidak bersifat seperti senyawa-
senyawa organik pada umumnya pada umumnya, tetapi
mirip dengan garam-garam anorganik. Pada umumnya
asam amino larut dalam air, tetapi hanya larut sebagian di
dalam pelarut organik. Titik leleh asam-asam amino sangat
tinggi untuk senyawa-senyawa organik dengan massa
0
molekul relatif rendah dan dominan lebih besar dari 200 C.
Hal ini disebabkan karena asam amino di dalam larutan
netral akan membentuk zwitter ion (ion yang bermuatan
ganda). Titik leleh yang tinggi dapat pula dijelaskan dalam
hubungannya dengan energi yang dibutuhkan untuk
memecahkan ikatan-ikatan ionik dalam kisi kristalnya.
Sifat-sifat umum protein antara lain adalah :
a. Protein murni tidak berbau dan tidak memberi rasa,
tetapi ada beberapa derivat memberi rasa pahit.
b. Bersifat amfoter.
c. Viskositas dalam larutan tergantung dari jenisnya.
Protein fibrosa lebih tinggi viskositasnya daripada
protein globular.
d. Protein dapat mengalami reaksi pengendapan.
e. Protein dapat diidentifikasi berdasarkan reaksi warna
spesifik asam amino penyusunnya.
Protein dapat mengalami denaturasi, yaitu
perubahan fisik, kimia, maupun fisiologisnya karena

17
putusnya ikatan yang menstabilkan struktur tersier protein,
baik sebagian maupun seluruhnya. Denaturasi dapat
terjadi karena pengaruh bahan kimiawi, sinar UV, sinar X,
pemanasan, dan mekanik. Perubahan akibat denaturasi
dapat merubah titik isoelektrik, kelarutan, tegangan
permukaan, dan hilangnya aktivitas atau fungsi biologis
protein.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
2. Mengetahui pengendapan protein terhadap logam dan
asam.
3. Mengetahui adanya proses denaturasi protein
4. Mengetahui adanya ikatan peptida melalui uji biuret

METODOLOGI PERCOBAAN
Kelarutan Protein
Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet tetes

Bahan :
- Larutan Albumin Telur (putih telur dicampur 50 mL
aquades)
- Gelatin
- Aquades
- Larutan HCl 10%
- Larutan NaOH 40%
- Etanol p.a
- Kloroform

Cara Kerja :
- Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label A, B, C, D, dan E.

18
- Masukkan 2 mL larutan albumin telur pada masing-
masing tabung reaksi.
- Pada tabung A, tambahkan 1 mL aquades, kocoklah
dengan kuat, dan amati sifat kelarutannya.
- Pada tabung B, tambahkan 1 mL larutan HCl 10%,
kocoklah dengan kuat, dan amati sifat kelarutannya.
- Pada tabung C, tambahkan 1 mL larutan NaOH 40%,
kocoklah dengan kuat, dan amati sifat kelarutannya.
- Pada tabung D, tambahkan 1 mL etanol p.a, kocoklah
dengan kuat, dan amati sifat kelarutannya.
- Pada tabung E, tambahkan 1 mL kloroform, kocoklah
dengan kuat, dan amati sifat kelarutannya.
- Ulangi langkah yang sama untuk sampel gelatin.

Pengendapan Protein dengan Logam Berat


Pada pH 7 atau lebih, protein biasanya bermuatan negatif,
maka dapat dinetralisasi dengan penambahan ion logam.
Pengendapan oleh logam berat paling efektif pada
suasana netral atau sedikit basa. Endapan seringkali larut
apabila terdapat kelebihan ion logam dalam larutan.
Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet tetes

Bahan :
- Larutan albumin telur
- Larutan pepton 5%
- Larutan CuSO4 5%
- Larutan Pb(CH3COO)2 5%
- Larutan AgNO3 5%

Cara Kerja :
- Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label A, B, dan C.

19
- Masukkan 2 mL larutan albumin telur pada masing-
masing tabung reaksi.
- Pada tabung A, tambahkan 10 tetes larutan CuSO 4 5%,
kocok sampai homogen, dan amati perubahannya.
- Pada tabung B, tambahkan 10 tetes larutan
Pb(CH3COO)2 5%, kocok sampai homogen, dan amati
perubahannya.
- Pada tabung C, tambahkan 10 tetes larutan AgNO 3 5%,
kocok sampai homogeny, dan amati perubahannya.
- Ulangi langkah yang sama untuk sampel larutan pepton
5%.

Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH ekstrim


Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Penangas air

Bahan :
- Larutan albumin telur
- Larutan pepton 5%
- Larutan HCl 1 M
- Larutan NaOH 1 M
- HNO3 pekat

Cara Kerja :
- Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label A, B, dan C.
- Masukkan 2 mL larutan albumin telur pada masing-
masing tabung.
- Pada tabung A, tambahkan 0,5 mL HCl 1 M.
- Pada tabung B, tambahkan 0,5 mL NaOH 1 M.
- Pada tabung C, tambahkan 0,5 mL HNO3 pekat.

20
- Letakkan 3 tabung reaksi tadi pada penangas air
selama 10 menit.
- Dinginkan pada temperatur kamar, netralkan, dan amati
perubahan yang terjadi.

Uji Biuret
Identifikasi adanya ikatan peptida dalam protein dapat
dilakukan melalui uji biuret. Reagen biuret terdiri dari
CuSO4 dan NaOH. Kupri sulfat dalam suasana basa
bereaksi dengan senyawa yang mengandung 2 atau lebih
ikatan peptida, akan menghasilkan senyawa kompleks
yang berwarna ungu. Intensitas warna yang dihasilkan
pada banyaknya ikatan peptida yang terdapat pada protein.
Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet tetes
- Pipet ukur

Bahan :
- Larutan albumin telur
- Larutan pepton 5%
- Larutan gelatin 5%
- Larutan NaOH 10%
- Larutan CuSO4 0,2%

Cara Kerja :
- Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, isilah
dengan larutan albumin telur, larutan pepton 5%, dan
larutan gelatin 5%, masing-masing 2 mL.
- Tambahkan di setiap tabung 1 mL NaOH 10% dan 3
tetes CuSO4 0,2%, kocok hingga homogen, dan amati
perubahan yang terjadi.

Tugas
1. Buatlah tabel pengamatan kelarutan protein!

21
Bahan Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
A B C D E
Albumin 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
telur
Aquades 1 mL
HCl 10% 1 mL
NaOH 1 mL
40%
Etanol 1 mL
p.a
Kloroform 1 mL
Kocok tabung dengan kuat
Hasil :

Bahan Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


A B C D E
Gelatin 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
Aquades 1 mL
HCl 10% 1 mL
NaOH 1 mL
40%
Etanol 1 mL
p.a
Kloroform 1 mL
Kocok tabung dengan kuat
Hasil :

2. Buatlah tabel pengamatan pengendapan protein


dengan logam berat!
Bahan Tabung A Tabung B Tabung C
Albumin telur 2 mL 2 mL 2 mL
CuSO4 5% 10 tetes
Pb(CH3COO)2 10 tetes
5%

22
AgNO3 5% 10 tetes
Kocok hingga homogen
Hasil :

Bahan Tabung A Tabung B Tabung C


Larutan pepton 5% 2 mL 2 mL 2 mL
CuSO4 5% 10 tetes
Pb(CH3COO)2 5% 10 tetes
AgNO3 5% 10 tetes
Kocok hingga homogen
Hasil :

3. Buatlah tabel pengamatan denaturasi protein!


Bahan Tabung A Tabung B Tabung C
Albumin telur 2 mL 2 mL 2 mL
HCl 0,1 M 0,5 mL
NaOH 0,1 M 0,5 mL
HNO3 pekat 0,5 mL
Kocok sampai homogen
Panaskan dalam penangas air selama 10 menit
Dinginkan pada temperatur kamar
Netralkan
Hasil :

4. Buatlah tabel pengamatan uji biuret!


No Perlakuan Pengamatan

23
Poin Pembahasan Laporan
1. Prinsip Percobaan => tuliskan prinsip percobaan
analisa kualitatif protein
2. Analisa Prosedur
 Fungsi bahan
 Fungsi alat
 Fungsi masing-masing perlakuan
3. Analisa Hasil
 Bahas data pengamatan kelarutan protein
 Bahas data pengamatan pengendapan protein oleh
logam berat
 Bahas data pengamatan denaturasi protein oleh pH
eksrem
 Bahas data pengamatan uji biuret
 Tuliskan reaksi yang terjadi pada uji biuret

24
PERCOBAAN IV
ENZIM

KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami sifat fisik dan kimia dari
enzim
2. Mempelajari uji identifikasi kualitatif enzim

LANDASAN TEORI
Enzim adalah protein dan berfungsi sebagai
biokatalisator reaksi kimia di dalam tubuh. Enzim bersifat
spesifik terhadap substrat dan reaksi katalisisnya. Seperti
halnya katalis anorganik, enzim dapat mempercepat reaksi,
tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan akhir. Untuk
transformasi sejumlah besar molekul hanya diperlukan
sejumlah kecil enzim. Perbedaan antara enzim dengan
katalis anorganik adalah enzim bekerja hanya pada satu
macam reaksi dan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
substrat, pH, temperature, dan kofaktor.
Enzim baru berfungsi sebagai katalis apabila
disertai zat lain yang bukan protein, zat tersebut biasanya
disebut koenzim, sedangkan bagian protein dari enzim
tersebut disebut apoenzim. Gabungan antara enzim dan
kofaktornya disebut holoenzim yang menyebabkan enzim
menjadi aktif.
Apabila dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
enzim, konsentrasi substrat tetap dan dalam jumlah yang
besar, maka keadaan awal reaksi dinyatakan dengan
persamaan:
V1 = k1[S][E]
Jika [S] konstan, maka V1 = k1[E]

dimana [S] adalah konsentrasi substrat dan [E] adalah


konsentrasi enzim. Berdasarkan persamaan diatas,

25
kecepatan reaksi sebanding dengan kadar enzim, tetapi
apabila kesetimbangan telah tercapai maka:

Keq = [E][P] = [P]


[E][S] [S]

dimana [P] adalah konsentrasi produk. Berdasarkan


persamaan tersebut dapat dilihat bahwa pada saat
kesetimbangan reaksi tercapai, enzim tidak berpengaruh
lagi.
Penambahan substrat, pada saat kadar substrat
masih kecil, akan dapat mempercepat kecepatan reaksi
sampai kecepatan maksimum tercapai yaitu pada saat
enzim udah jenuh. Penambahan substrat selanjutnya tidak
akan dapat meningkatkan kecepatan reaksi, sehingga
kurvanya seperti dibawah ini. Vmax adalah kecepatan reaksi
maksimum.

pH dapat mempengaruhi kerja enzim karena pH


akan menyebabkan perubahan struktur intra molekuler
enzim. Apabila perubahan terlalu besar dapat
menyebabkan terjadinya denaturasi, sehingga enzim akan
kehilangan aktivitasnya. Sesuai dengan hukum kinetika
kimia, maka semakin tinggi temperatur, kecepatan reaksi
enzimatis juga semakin tinggi. Kenaikan kecepatan reaksi
akan diikuti penurunan apabila fungsi dan aktivitas enzim
menurun.
26
TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi kerja enzim.

METODOLOGI PERCOBAAN
Alat :
- Penangas air
- Tabung reaksi dan rak
- Beaker glass
- Pipet ukur
- Pipet tetes

Bahan :
- Larutan amilum 2%
- Enzim amylase 2%
- Larutan iodium 2%
- Reagen Benedict
- HCl 0,1 M
- Aquades
- Larutan Na2CO3 1%

Cara Kerja :
Pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim
- Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Berilah label A, B, C, dan D.
- Masukkan 2 mL larutan amilum pada masing-masing
tabung.
- Pada tabung A, masukkan 1 mL enzim amilase, lalu
letakkan pada beaker glass yang berisi es batu, dan
biarkan selama 15 menit. Setelah itu uji larutan dengan
larutan iodium dan reagen benedict.
- Pada tabung B, masukkan 1 mL enzim amilase dan
biarkan selama 15 menit pada suhu ruang. Setelah itu
uji larutan dengan larutan iodium dan reagen benedict.

27
- Pada tabung C, masukkan 1 mL enzim amilase, lalu
letakkan pada beaker glass yang berisi air panas
0
(temperatur 60 C), dan biarkan selama 15 menit.
Setelah itu uji larutan dengan larutan iodium dan reagen
benedict.
- Pada tabung D, masukkan 1 mL enzim amilase, lalu
letakkan pada beaker glass yang berisi air panas
0
mendidih (temperatur >80 C), dan biarkan selama 15
menit. Setelah itu uji larutan dengan larutan iodium dan
reagen benedict.

Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim


- Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label A, B, dan C.
- Masukkan 2 mL larutan amilum pada masing-masing
tabung reaksi.
- Pada tabung A, masukkan 1 mL enzim amilase dan 2
mL HCl 0,1 M, dan kocok hingga homogen. Diamkan
larutan selama 15 menit. Setelah itu uji larutan dengan
larutan iodium dan reagen benedict.
- Pada tabung B, masukkan 1 mL enzim amilase dan 2
mL aquades, dan kocok hingga homogen. Diamkan
larutan selama 15 menit. Setelah itu uji larutan dengan
larutan iodium dan reagen benedict.
- Pada tabung C, masukkan 1 mL enzim amilase dan 2
mL larutan Na2CO3 1%, dan kocok hingga homogen.
Diamkan larutan selama 15 menit. Setelah itu uji larutan
dengan larutan iodium dan reagen benedict.

Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim


- Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label A, B, dan C.
- Masukkan 2 mL larutan amilum pada masing-masing
tabung reaksi.

28
- Pada tabung A, tambahkan 0,5 mL enzim amilase,
kocok hingga homogen, dan biarkan selama 15 menit.
Setelah itu uji larutan dengan larutan iodium dan reagen
benedict.
- Pada tabung B, tambahkan 1 mL enzim amilase, kocok
hingga homogen, dan biarkan selama 15 menit. Setelah
itu uji larutan dengan larutan iodium dan reagen
benedict.
- Pada tabung C, tambahkan 1,5 mL enzim amilase,
kocok hingga homogen, dan biarkan selama 15 menit.
Setelah itu uji larutan dengan larutan iodium dan reagen
benedict.

Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim


- Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering. Beri
label A, B, C, dan D.
- Pada tabung A, tambahkan larutan amilum 1 mL
- Pada tabung B, tambahkan larutan amilum 2 mL.
- Pada tabung C, tambahkan larutan amilum 3 mL.
- Pada tabung D, tambahkan larutan amilum 4 mL.
- Pada masing-masing tabung reaksi, tambahkan 1 mL
enzim amilase, kocok hingga homogen, dan diamkan
selama 15 menit.
- Ujilah masing-masing larutan dengan larutan iodium
dan reagen benedict.

Catatan :
Jangan menambahkan enzim secara serentak ke dalam
tabung reaksi, untuk memudahkan pengamatan dan
mengamati perubahannya.

29
Tugas
1. Buatlah tabel pengamatan pengaruh suhu terhadap
aktivitas enzim
Suhu Uji Uji
Tabung 0 Amilum Amilase
( C) Iodium Benedict
1 0 2 mL 1 mL
2 25 – 30 2 mL 1 mL
3 60 – 70 2 mL 1 mL
4 80 – 100 2 mL 1 mL

2. Buatlah tabel pengamatan pengaruh pH terhadap


aktivitas enzim
Uji Uji
Tabung Reagen pH Amilum Amilase
Iodium Benedict
1 HCl 1 2 mL 1 mL
2 Aquades 7 2 mL 1 mL
3 Na2CO3 9 2 mL 1 mL

3. Buatlah tabel pengamatan pengaruh konsentrasi enzim


terhadap aktivitas enzim
Tabung Amilum Amilase Uji Iodium Uji Benedict
1 2 mL 0,5 mL
2 2 mL 1 mL
3 2 mL 1,5 mL

4. Buatlah tabel pengamatan pengaruh konsentrasi


substrat terhadap aktivitas enzim
Tabung Amilum Amilase Uji Iodium Uji Benedict
1 1 mL 1 mL
2 2 mL 1 mL
3 3 mL 1 mL
4 4 mL 1 mL

Poin Pembahasan Laporan


1. Prinsip Percobaan => tuliskan prinsip percobaan
aktivitas enzim
2. Analisa Prosedur

30
 Fungsi bahan
 Fungsi alat
 Fungsi masing-masing perlakuan
3. Analisa Hasil
 Tuliskan reaksi antara amilum dengan enzim
amilase
 Tuliskan alasan mengapa hasil reaksi enzim amilase
dilakukan uji iodium
 Tuliskan alasan mengapa hasil reaksi enzim amilase
dilakukan uji benedict
 Bahas data pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
 Bahas data pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
 Bahas data pengaruh konsentrasi enzim terhadap
aktivitas enzim
 Bahas data pengaruh konsentrasi substrat terhadap
aktivitas enzim

31
PERCOBAAN V
VITAMIN

KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui dan memahami sifat fisik dan kimia dari vitamin C
2. Memahami uji kuantitatif vitamin C

LANDASAN TEORI
Vitamin merupakan senyawa organik yang dibutuhkan
oleh tubuh dalam jumlah kecil, berfungsi sebagai koenzim pada
reaksi metabolisme. Vitamin pada umumnya tidak dapat disintesis
oleh tubuh manusia, karena itu vitamin harus diperoleh dari
bahan pangan yang dikonsumsi. Vitamin D dapat dibuat di dalam
kulit, tetapi kulit harus mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Vitamin ada yang berbentuk provitamin (calon vitamin), setelah
diserap tubuh diubah menjadi vitamin yang aktif.
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibedakan menjadi
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang
larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Vitamin yang larut
dalam air mempunyai fungsi sebagai kofaktor enzim tertentu,
vitamin A dan D bersifat seperti hormon, vitamin E berperan
sebagai antioksidan, dan vitamin K untuk pembentukan darah.
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang tergolong
larut dalam air, dapat berbentuk L-asam askorbat dan asam
dehidroaskorbat, yang keduanya mempunyai keaktifan vitamin C.
Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman ataupun
hewan. Vitamin C mudah teroksidasi, yang dapat dipercepat
dengan adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta katalis
tembaga dan besi. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari
alat pencernaan, masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke
seluruh jaringan tubuh. Kelebihan vitamin C akan dibuang melalui
air kemih.
Penentuan kadar vitamin C dalam bahan makanan
dapat ditentukan dengan cara metode titrasi iodometri, dimana
-
vitamin C mereduksi I2 menjadi I . Ttik akhir titrasi dapat
ditentukan dari warna biru amilum. Kadar vitamin C (mg) dapat
dihitung melalui persamaan:

32
Kadar vitamin C
= Volume larutan I2 x Konsentrasi I2 x 0,88 mg = a mg
0,01

= Faktor pengenceran x a x 100%


Volume sampel x berat sampel (mg)

1 mL larutan iodin 0,01 N = 0,88 mg asam askorbat

TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar vitamin C sampel dengan metode titrasi
iodometri.

METODOLOGI PERCOBAAN
Alat :
- Labu Erlenmeyer
- Buret
- Klem dan statif
- Labu ukur
- Pipet volume
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Neraca analitik
- Beaker glass
- Mortar

Bahan :
- Buah padat
- Sari buah kemasan
- Aquades
- Larutan iodine 0,01 N
- Larutan amilum 1%

Cara Kerja :
- Ditimbang 200 gram sampel buah dan hancurkan
dengan blender sampai diperoleh slurry.
- Timbang 20 gram slurry
- Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan
aquades dingin hingga tanda batas
33
- Saring dan pisahkan filtratnya
- Ambil 10 mL filtrat dengan pipet volume dan masukkan
ke dalam Erlenmeyer.
- Tambahkan 2 mL larutan amilum 1%
- Titrasi dengan larutan standard iodium 0,01 N hingga
terjadi perubahan warna menjadi ungu kebiruan.
- Catat volume larutan iodum 0,01 N yang diperlukan
- Hitung kadar vitamin C pada sampel
- Ulangi langkah yang sama untuk sari buah kemasan

Tugas
Buatlah tabel pengamatan penentuan kadar vitamin C
No Perlakuan Pengamatan

Massa buah = ……………… gram = …………………….. mg


Konsentrasi Iodium = ………………………… N
Faktor pengenceran = ………………………….
Volume titran (larutan iodium)
Perlakuan Volume awal Volume akhir Volume titran
(mL) (mL) (mL)
I
II
III

Rata-rata volume titran = …………….. mL


Tuliskan tabel pengamatan yang sama untuk penentuan kadar
vitamin C dalam sari buah kemasan!

Poin Pembahasan Laporan


1. Prinsip percobaan => tuliskan prinsip percobaan
penentuan kadar vitamin C
2. Analisa Prosedur
 Fungsi bahan
 Fungsi alat
 Fungsi masing-masing perlakuan
3. Analisa Hasil
 Jelaskan prinsip titrasi iodometri untuk penentuan
kadar vitamin C
34
 Tuliskan reaksi yang terjadi antara asam askorbat
dengan iodium
 Bahas hasil penentuan kadar vitamin C pada buah
dan sari buah kemasan, bandingkan dengan literatur

35
PERCOBAAN VI
ASAM NUKLEAT

KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan isolasi asam nukleat dari sel atau jaringan
2. Melakukan identifikasi senyawa penyusun asam nukleat

LANDASAN TEORI
Asam nukleat adalah senyawa makromolekul yang
bersifat asam yang mengandung fosfor dan basa nitrogen.
Asam nukleat berfungsi sebagai penyimpan sifat
keturunan, pembawa informasi genetik, penyimpan energi,
dan beberapa diantaranya bekerja sebagai ko-enzim.
Asam nukleat disebut juga sebagai polinukleotida
merupakan polimer, dengan monomernya adalah
nukleotida. Nukleotida terdiri atas basa nitrogen, gula
pentose (memiliki atom C sebanyak 5), dan asam fosfat.
Basa-basa nuklein berfungsi untuk memetabolisme
turunan purin dan pirimidin. Basa nuklein bergabung
dengan C1 dari pentosa dengan ikatan β – N glikosidik
menghasilkan senyawa nukleosida. Ikatan ester dapat
terbentuk antara C3 atau C5 dari pentosa dengan asam
fosfat menghasilkan nukleotida. Basa-basa nuklein seperti
adenine, guanin, dan sitosin dapat ditemukan dalam DNA
maupun RNA. Basa keempat adalah timin terdapat pada
DNA. Pada RNA, timin digantikan oleh urasil.
Makromolekul asam nukleat dibentuk oleh ikatan
fosfodiester antaa atom C3 dari pentosa dengan atom C5
dari pentose nukleotida sebelahnya. Ikatan tersebut
merupakan ikatan inter nukleotida. Variasi dari urutan
keempat basa nuklein menghasilkan urutan yang
karakteristik untuk setiap individu asam nukleat. Pada
tahun 1953, Watson dan Crick dengan menggunakan
difraksi sinar X menemukan bahwa struktur sekunder DNA
merupakan double helix. Penemuan tersebut menjelaskan
bahwa adanya dua rantai polinukleotida yang saling
berlawanan arah, yaitu letak pentose dan asam fosfat.
Kedua untai tersebut bergabung melalui ikatan hidrogen
antara basa-basanya. Pada guanin dan sitosin terdapat 3
ikatan hidrogen, sedangkan pada timin dan adenine
36
terdapat 2 ikatan hidrogen. Hal ini menjelaskan bahwa
basa-basa komplemen dari kedua untai berada pada posisi
berlawanan arah, sehingga untai kedua mengkode untai
pertama secara tepat.

Gambar. Struktur DNA dan RNA

TUJUAN PERCOBAAN
Mengisolasi asam nukleat dari jaringan beserta
mengidentifikasi senyawa penyusunnya.

METODOLOGI PERCOBAAN
Isolasi Asam Nukleat
Bahan:
- Larutan buffer Tris-HCl 0,1 M pH 8
- Larutan Sodium Dodesil Sulfat (SDS)
- Dikloro metana : 2-butanol (96:4)
- Larutan ammonium sulfat 4 M
- Etanol 90%
- Kecambah
37
Alat:
- Neraca analitik
- Pipet ukur
- Pipet tetes
- Mortar dan pestle
- Corong pisah
- Corong gelas
- Beaker glass
- Pengaduk gelas
- Pengaduk kayu
- Sentrifuge dan tabungnya
- Bola hisap

Cara Kerja:
- Timbang 10 gram kecambah dengan neraca analitik
- Tambahkan 10 mL buffer tris, digerus dalam mortar
hingga berbentuk pasta
- Pindahkan ke gelas kimia dan tambahkan 2 mL larutan
ammonium sulfat 4 M
- Diaduk dengan pengaduk gelas selama 10 menit
- Ditambahkan 20 mL larutan SDS dan diaduk kembali
selama 10 menit.
- Campuran pasta dipindahkan ke dalam corong pisah
- Diekstrak dengan 20 ml larutan DCM:2-butanol
- Pisahkan lapisan bawah, buang
- Ambil lapisan atas, lakukan sentrifuge pada kecepatan
4000 rpm selama 10 menit.
- Supernatan yang dihasilkan dipipet dan dipindahkan ke
gelas kimia
- Ditambahkan etanol 90% dingin sebanyak 2,5 kali
banyaknya supernatant
- Asam nukleat akan mengendap berupa benang-benang
halus sepanjang pengaduk kayu.

Hidrolisa Asam Nukleat


Bahan:
- Asam nukleat hasil isolasi
- H2SO4 1 M

38
Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet volume
- Corong gelas

Cara Kerja:
- Isilah tabung reaksi dengan asam nukleat hasil isolasi
- Tambahkan 10 mL H2SO4 1 M
- Dididihkan selama 3 menit
- Disaring
- Filtrat didinginkan dan digunakan untuk percobaan
selanjutnya

Uji Fosfat
Bahan:
- Hidrolisat asam nukleat
- Larutan asam molibdat 10% (Larutan ammonium
molibdat dibuat dengan cara melarutkan 10 g
ammonium molibdat dalam 50 mL aquades, tambahkan
HNO3 pekat tetes demi tetes sampai ammonium
molibdat larut, tambahkan aquades hingga tanda batas
100 mL)
- Kalium fosfat

Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
- Bunsen

Cara Kerja:
- Masukkan 1 mL hidrolisat asam nukleat dalam tabung
reaksi
- Tambahkan 3 mL larutan ammonium molibdat
- Dipanaskan selama 5 menit
- Amati hasil yang terjadi, adanya endapan kuning
menunjukkan fosfat positif
- Gunakan kalium fosfat sebagai pembanding

Uji Deoksiribosa
Bahan:
39
- Hidrolisat asam nukleat
- Reagen Dische (1 gram difenilamin dilarutkan dalam 2,5
mL H2SO4 pekat, kemudian tambahkan asam asetat
glasial sampai 100 mL)

Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
- Bunsen

Cara Kerja:
- Masukkan 1 mL hidrolisat asam nukleat dalam tabung
reaksi
- Tambahkan reagen dische 3 tetes
- Dididihkan selama 5 menit

- Amati hasil yang terjadi, warna biru menunjukkan


adanya deoksiribosa

Uji Ribosa
Bahan:
- Hidrolisat asam nukleat
- Reagen orsinol (0,2 g orsinol dan 0,1 g FeCl3 dilarutkan
dalam 100 mL HCl pekat)

Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
- Pipet tetes

Cara Kerja:
- Masukkan 0,1 mL hidrolisat asam nukleat ke dalam
tabung reaksi
- Tambahkan 1 mL reagen orsinol
- Dipanaskan selama 5 menit
- Amati perubahan yang terjadi, adanya ribosa
ditunjukkan oleh perubahan warna larutan dari kuning
menjadi hijau.

Uji Basa Purin


40
Bahan:
- Hidrolisat asam nukleat
- Larutan AgNO3 1%
- Ammonia pekat

Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
- Bunsen

Cara Kerja:
- Masukkan 1 mL hidrolisat asam nukleat ke dalam
tabung reaksi
- Tambahkan ammonia pekat tetes demi tetes sampai
basa
- Ditambahkan 3 tetes AgNO3
- Amati perubahan yang terjadi, adanya endapan putih
yang agak larut menandakan adanya basa-basa purin.

Tugas
1. Buatlah tabel pengamatan isolasi asam nukleat,
hidrolisa asam nukleat, uji fosfat, uji deoksiribosa, uji
ribose, dan uji basa purin.
No Perlakuan Pengamatan

Poin Pembahasan Laporan


1. Prinsip percobaan => tuliskan prinsip percobaan isolasi
DNA dan identifikasi senyawa penyusunnya
2. Analisa Prosedur
 Fungsi bahan
 Fungsi alat
 Fungsi masing-masing perlakuan
3. Analisa Hasil
 Tuliskan prinsip dasar isolasi asam nukleat dan
reaksi yang terjadi ketika proses isolasi DNA
 Bahas hasil isolasi asam nukleat yang didapatkan

41
 Bahas hasil hidrolisis asam nukeat hasil isolasi dan
tuliskan reaksi yang terjadi antara asam nukleat
dengan asam sulfat
 Bahas hasil uji fosfat dan tuliskan reaksi yang terjadi
pada uji fosfat
 Bahas hasil uji deoksiribosa dan tuliskan reaksi yang
terjadi pada uji deoksiribosa
 Bahas hasil uji ribosa dan tuliskan reaksi yang terjadi
pada uji ribosa
 Bahas hasil uji basa purin dan tuliskan reaksi yang
terjadi pada uji basa purin

42

Anda mungkin juga menyukai