Disusun Oleh:
Dr. Muhamad Salman F.,M.Si.
Dr. Sri Sutji Susilowati, M.Si., Apt.
LABORATORIUM KIMIA-FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
i
ii
KATA PENGANTAR
iii
PENJELASAN UMUM
iv
4. Segera cek peralatan yang akan Anda gunakan. Tandatanganilah
bon peminjaman alat masing-masing jika Anda sudah memeriksa
alat-alat tersebut. Pastikan Anda memeriksa jumlah dan kondisi
alat dengan baik. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas, jangan
segan untuk bertanya pada asisten / laboran Anda.
5. Sebelum memulai pelaksanaan praktikum, simpan buku petunjuk
praktikum ini pada tas Anda. Gunakan jurnal yang telah Anda buat
dirumah sebagai pedoman Anda bekerja. Pelaksanaan praktikum
pada dasarnya dilakukan secara perorangan, karena praktikum
bertujuan memebentuk kebiasaan Anda bekerja di laboratorium.
Asisten akan memandu pelaksaan praktikum secara lebih teknis.
Catat berbagai pengamatan yang anda temui terkait dengan
percobaan dijurnal Anda masing-masing.
6. Asisten akan memberikan sesi khusus menjelang akhir praktikum
untuk berdiskusi dengan seluruh kelompok untuk membahas
materi praktikum.
7. Cucilah seluruh alat yang telah digunakan dengan baik dan bersih
(perhatikan ketentuan pembuangan limbah sisa praktikum dengan
baik!!!!!). Jaga kebersihan dan kerapihan lingkungan laboratorium.
Setelah itu, Anda minta Asisten / laboran untuk memeriksa seluruh
alat yang Anda pinjam. Asisten / laboran akan menandatangani bon
pengembalian alat. Jika ada alat yang rusak, catat dibagian yang
telah tersedia pada bon Anda dan laporkan pada asisten / laboran.
Penggantian alat sebaiknya dilakukan segera mungkin, maksimal
sebelum akhir semester.
8. Seluruh pekerjaan Anda diharapkan sudah selesai 15 menit sebelum
waktu praktikum berakhir.
v
9. Praktikum memberikan kontribusi pada nilai akhir kuliah kimia
analisis sebanyak 30 %.
10. Kehadiran pada praktikum adalah wajib, kecuali karena sakit
(dengan menyerahkan bukti dari pihak berwenang). Praktikum
susulan tidak menjadi prioritas untuk diselenggarakan. Nilai akhir
dihitung dari jumlah nilai total dibagi jumlah percobaan (kecuali
bagi yang sakit, dibagi kehadiran ).
11. Hal-hal lain yang belum disampaikan mengenai praktikum akan
dijelaskan dalam bagian lain pada buku ini atau disampaikan
langsung pada saat praktikum dilaksanakan atau melalui
pengumuman laboratorium.
vi
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
vii
PANDUAN KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM KIMIA
6. Usahakan tempat bekerja bersih dan bebas dari bahan kimia dan
alat yang tidak dibutuhkan lagi.
10. Limbah cair dapat berupa larutan yang mengandung ion logam
berat atau pelarut organik. Masing-masing disediakan tempat
penampungnya dilaboratorium.
viii
11. Asam pekat maupun zat-zat yang berbahaya ditangani
pengerjaannya didalam lemari asam.
12. Pada umumnya zat-zat yang digunakan pada praktikum ini telah
tersedia dilaboratorium. Zat-zat ini diberi label tertentu pada
wadahnya. Baca dan perhatikan dengan teliti setiap keterangan
pada label zat sebelum Anda menggunakannya.Bekerjalah dengan
cermat, jangan menukar-nukar pipet atau tutup botol zat karena
dapat merusak zat. Selain itu jika Anda harus mengganti untuk
mengambil zat, tunggulah giliran Anda secara tertib dan tetap hati-
hati.
15. Kecelakaan merupakan hal yang tidak dapat kita duga kapan
terjadinya. Tanamkan dalam diri Anda untuk TIDAK PANIK.
16. Jika terdapat alat gelas yang pecah, jangan bereskan dengan
menggunakan tangan. Gunakan sapu dan sendok sampah untuk
membersihkannya. Sekali lagi jangan gunakan tangan kosong,
karena selain pecahan gelas tajam juga terdapat zat kimia di
dalamnya.
17. Jika kulit terkena zat kimia, segera cuci dengan air kran. Jika
anggota badan yang terkena sangat banyak, segera tanggalkan jas
lab anda. Lapor segera ke asisten Anda atau petugas laboratorium
untuk penanganan lebih lanjut.
18. Jika mata atau muka terkena zat kimia, semprot langsung dengan
air kran jangan digosok dengan tangan. Ingat tangan Anda sangat
ix
mungkin telah menempel dengan sejumlah zat kimia lain dan sangat
mungkin Anda belum mencuci tangan. Segera hubungi asisten atau
petugas laboratorium untuk membantu hal ini.
20. Matikan air, listrik, dan alat-alat lain sebelum Anda meninggalkan
lab.
x
PERCOBAAN I
TEKNIK-TEKNIK DASAR
DI LABORATORIUM KIMIA
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengenal jenis dan fungsi alat-alat yang
terdapat di laboratorium kimia farmasi dasar dan dapat
menggunakannya dengan baik sesuai tujuan penggunaan dan fungsi
alat tersebut.
II. PENDAHULUAN
Alat-alat gelas yang terdapat di laboratorium kimia berdasarkan
fungsinya secara umum dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu alat
ukur, alat tampung, dan alat pendukung.
Alat ukur adalah alat yang berfungsi untuk menentukan jumlah
zat cair secara tepat. Alat ini digunakan terutama dalam keperluan
analisis kuantitatif yang memerlukan ketepatan hasil. Alat-alat yang
termasuk kelompok alat ukur umumnya memiliki nilai ketelititan
pengukuran pada bagian depannya. Yang termasuk sebagai alat ukur
adalah gelas ukur, labu takar, pipet volume, pipet ukur, buret dan lain-
lain.
Alat tampung adalah alat gelas yang fungsi utamanya adalah
menampung zat kimia, bukan mengukur kuantitas zat. Seringkali
memang pada alat ini tercantum sejumlah skala, namun skala ini bisa
dikatakan skala kasar saja, dan tidak dapat dijadikan patokan
terutama jika digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif.
Beberapa contoh alat tampung adalah gelas kimia dan labu
Erlenmeyer.
Selain alat ukur dan alat tampung terdapat pula alat yang terbuat
dari gelas yang berfungsi sebagai pendukung. Alat-alat ini diantaranya
adalah batang pengaduk, corong pendek, kaca arloji, botol timbang,
pipet tetes dan lain-lain.
1
1. Pipet volum. Pipet ini terbuat dari kaca dengan skala/volume
tertentu, digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang
menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan
propipet atau bulb untuk menyedot larutan.
2
5. Gelas Beker, Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat
skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat
larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
6. Buret. Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dankran pada
bagian bawah, digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai
tempat titran).
3
8. Spektrofotometer dan Kuvet,kuvet serupa dengan tabung
reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat
sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh
dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau
polimetakrilat.
10. Corong , Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang
terbuat dari plastik. Digunakan untuk menolong pada saat
memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit,
seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
4
11. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang massa suatu
zat.
12. Gelas arloji, digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat
menimbang, mengeringkan bahan, dll.
13. Pipet tetes. Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca
dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi
karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
5
14. Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran,
atau mendekantir (memisahkan larutan dari padatan).
6
standar primer untuk analisis kuantitatif asam basa. Saat ini selain
neraca dengan menggunakan dua lengan beban juga terdapat neraca
digital atau dikenal juga sebagai neraca analitik. Pastikan Anda
mengenal dan dapat mengoperasikan alat ini dan senantiasa menjaga
kebersihannya baik dari debu maupun sisa-sisa zat yang ditimbang.
Hindarkan pula menimbang sesuatu yang melebihi kapasitas maksimal
neraca untuk meminimalkan potensi terjadinya kerusakan. Anda dapat
menimbang zat secara langsung maupun dengan timbang selisih.
Jangan timbang alat yang masih panas. Sebelum anda timbang,
dinginkan terlebih dulu alat di dalam eksikator beberapa saat.
7
III. PROSEDUR PERCOBAAN
III.1. Pengenalan Alat Laboratorium
Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan di
Laboratorium Kimia, Gambarlah alat tersebut pada buku kerja kalian
dan praktekkan cara penggunaan alat tersebut sesuai dengan instruksi
yang diberikan!
8
Gambar 1.3. Menentukan volume larutan dalam suatu buret atau
gelas ukur
9
Gambar 1.5. Teknik mencium bau/gas
10
Gambar 1.7. Teknik menempatkan kertas saring dalam corong
11
IV. PENGENALAN BUDAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (K3) DI LABORATORIUM
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengenakan Alat Pelindung Diri.
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan
digunakan.
12
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan
karena dapat mencemari lingkungan.
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai,
disesuaikan dengan kategori limbahnya.
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data
yang diperlukan.
13
Simbol berbahaya
Toxic Bahan ini dapat menyebabkan
(sangat beracun) kematian atau sakit serius bila
Huruf
masuk ke dalam tubuh melalui
kode:
pernapasan, pencernaan atau
T+
melalui kulit
Corrosive(korosif)
Bahan ini dapat merusak jaringan
Huruf
hidup, menyebabkan iritasi kulit,
kode: C
dan gatal.
Explosive (bersifat
mudah meledak) Bahan ini mudah meledak dengan
Huruf
adanya panas, percikan bunga api,
kode: E
guncangan atau gesekan.
Oxidizing
(pengoksidasi) Bahan ini dapat menyebabkan
Huruf
kebakaran. Bahan ini menghasilkan
kode:
panas jika kontak dengan bahan
O
organik dan reduktor.
flammable (sangat
mudah terbakar) Bahan ini memiliki titik nyala rendah
Huruf dan bahan yang bereaksi dengan air
kode: F untuk menghasilkan gas yang
mudah terbakar.
IV. TUGAS
1. Berilah masing-masing 2 contoh bahan kimia pada symbol
berbahaya!
2. Carilah MSDS pada masing-masing bahan kimia yang anda
sebutkan pada no.1!
3. Apa fungsi lemari asam dalam laboratorium kimia?
14
PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
I. Tujuan :
1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
2. Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
2. Molaritas
mol zat terlarut (mol)
M=
volume larutan (L)
3. Molalitas
mol zat terlarut (mol)
m=
berat pelarut (kg)
4. Normalitas
mol zat terlarut x ekivalen (eq)
N=
Volume larutan (L)
15
6. % volum (v/v)
volum zat terlarut (ml)
% v/v = x 100%
100 ml larutan
7. Fraksi mol
mol zat terlarut (mol)
x=
mol zar terlarut (mol) + mol pelarut (mol)
8. ppm
berat zat terlarut (mg)
ppm =
volume larutan (L)
9. ppb
berat zat terlarut (μg)
ppb =
volume larutan (L)
Pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = volume awal
M1 = konsentrasi awal (Molaritas, M)
N1 = konsentrasi awal (Normalitas, N)
V2 = volume akhir
M2 = konsentrasi akhir (Molaritas, M)
N2 = konsentrasi akhir (Normalitas, N)
Catatan : Bila ingin mengencerkan H2SO4 pekat, maka harus
menambahkan bahan kimia pekat tersebut ke dalam air, bukan
sebaliknya
16
Contoh :
Buatlah 100 ml larutan HNO3 0,2 N dari larutan HNO3pekat 69%.
Diketahui massa jenis larutan HNO3pekat 69%= 1,49 g/mL; berat
molekul larutan HNO3pekat 69% = 63.01 g/mol.
Jawab :
Berat HNO3 dalam HNO3 pekat 69% = 1,49 g/ml x 69 ml
=102,81 gram
Normalitas (N) HNO3 =
102,81 g x 1
N=
63,01 g/mol x (100/1000)
N = 16,32 N
V1 x N1 = V2 x N2
0,2 N x 100 ml
V1 =
16,32 N
17
PERCOBAAN III
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan menguasai teknik-teknik
dasar dan prinsip proses pemisahan dan pemurnian suatu campuran.
II. PENDAHULUAN
Pemisahan dan pemurnian suatu campuran menjadi komponen
penyusunnya merupakan kegiatan yang sering dilakukan, khususnya
yang bergelut dibidang kimia. Proses memperoleh suatu unsur
seringkali merupakan proses panjang yang mungkin terdiri dari banyak
tahap. Misalnya logam tembaga murni baru diperoleh melalui
serangkaian tahap tertentu. Garam meja yang kita konsumsi melewati
banyak tahap sebelum bisa diperoleh sebagaimana yang kita dapat di
rumah. Demikian pula halnya dengan bahan bakar yang kita kenal
seperti solar, merupakan fraksi dari berbagai campuran yang kemudian
dipisahkan dari sumbernya. Beberapa proses pemisahan yang biasa
dilakukan adalah dekantasi, sentrifugasi, filtrasi, ekstraksi, destilasi,
dan kromatografi.
18
Jika kita memiliki campuran, misalnya antara padatan dan zat
cair yang masing-masing telah terpisah, maka kita bisa memisahkan
padatan dan zat cair yang terpisah/tidak larut tersebut dengan cara
menuangkan zat cairnya. Proses ini disebut dekantasi. Namum ada
kalanya padatan dan zat cair masih tercampur sehingga membantu
memisahkannya dengan cara sentrifugasi. Biasanya zat padat dapat
kita pisahkan dengan cara lain seperti filtrasi menggunakan alat bantu
berupa suatu kertas saring dengan ukuran pori tertentu. Proses ini
dapat dimodifikasi dengan menggunakan alat tambahan untuk
mempercepat proses penyaringan, misalnya dengan menggunakan
pengisap Buchner.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan
kelarutan relatif suatu zat didalam zat cair yang berbeda. Proses
ekstraksi yang sederhana dapat dilakiukan dengan memnggunakan
suatu corong pisah. Prinsip ekstraksi juga mendasari penggunaan
soxhlet. Pemilihan jenis pelarut yang paling optimum dalam proses
ekstraksi sangat penting, sehingga ekstraktan yang dipilih harus
memiliki kemampuan melarutkan yang lebih baik dibandingkan
pelarut semula.
Kromatografi merupakan teknik pemisahan berdasarkan
perbedaan kekuatan interaksi suatu zat diantara dua fasa yang dikenal
sebagai fasa gerak dan fasa diam. Besaran yang dikenal dalam proses
kromatografi diantaranya adalah faktor retensi (Rf).
Destilasi merupakan pross pemisahan yang berdasarkan
perbedaan titik didih zat cair. Titik didih zai cair merupkan suatu suhu
saat tekanan uap zat tersbut sama dengan tekanan luar/tekanan
atmosfir. Tekanan uap merupakan sifat fisis zat yang tergantung pada
suhu, dan cenderung meningkat dengan meningkatnya suhu. Pada
saat tekanan uap zat cair sama dengan tekanan luar, maka seluruh
bagian zat cair mimiliki kemampuan/energi yang mencukupi untuk
dapat berubah menjadi uap. Dua tahap penting yang terjadi dalam
proses destilasi adalah pendidihan dan pengembunan. Beberapa
contoh teknik destilasi adalah destilasi sederhana, destilasi uap dan
destilasi vakum.
19
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Masukkan 2-3 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi
air 30 ml lalu. Masukkan 1/3 campuran ke dalam sebuah tabung
reaksi. Diamkan selama 30 menit. Pisahkan dengan cara dekantasi.
Sisa campuran dalam gelas dipisahkan dengan cara filtrasi
menggunakan kertas saring. Bandingkan hasil yang diperoleh !
20
7) Pisahkan campuran dari air dan metanol, larutan yang memiliki
perbedaan titik didih dengan menggunakan peralatan destilasi
sederhana! Pasang peralatan seperti yang terlihat pada gambar!
Cara pasang alat distilasi : sediakan penangas (wadah) berisi air di
atas pemanas. Letakan labu didih ke dalam penangas, kemudian
pasang klem keleher labu, tambahkan konektor distilasi ke dalam
mulut labu. Pada bagian atas konektor pasang termometer yang
telah diberi sumbat karet. Pada bagian yang lain dipasang pendingin
liebeg, alirkan air dalam pendingin. Sediakan wadah untuk
menampung destilat. Jangan lupa masukkan batu didih! Catat suhu
tetesan destilat pertama!
21
PERCOBAAN IV
MENGENAL REAKSI KIMIA
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengenal dan melakukan beberapa ciri-ciri
umum terjadinya beberapa reaksi kimia.
II. PENDAHULUAN
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan
antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal
yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia
biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan
menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri
yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan
perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan
dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum
reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel
elementer seperti pada reaksi nuklir.
Reaksi kimia merupakan contoh yang paling sesuai untuk
perubahan kimia. Pada reaksi kimia, satu zat atau lebih diubah
menjadi zat baru. Zat-zat yang bereaksi disebut pereaksi (reaktan). Zat
baru yang dihasilkan disebut hasil reaksi (produk).
Reaksi kimia bisa diidentifikasikan berdasarkan beberapa ciri
yang menyertainya. Perubahan yang terjadi dapat berubahnya warna,
timbulnya gas, naiknya suhu/turunnya suhu, atau terbentuk zat lain
berupa endapan. Tidak setiap pencampuran dua zat kimia membentuk
reaksi secara langsung. Sejumlah reaksi memerlukan kondisi-kondisi
yang mendukung untuk dapat terjadi.
22
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Sediakan 3 buah tabung reaksi bersih, 1, 2 dan 3, kemudian
tempatkan larutan-larutan berikut masing-masing sebanyak 10
tetes. Dalam tabung 1 larutan HCl 0,1 M, tabung 2 CH3COOH 0,1
M, dan tabung 3 NaOH 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi pada
masing-masing tabung setelah ditambahkan 1 tetes indikator!!
Tambahkan 10 tetes NaOH 0,1 M ke dalam tabung 1 dan tabung 2.
Amati apa yang terjadi!!! Sebutkan reaksi yang terjadi!
6) Siapkan tabung reaksi, pipa kaca penyalur gas, dan kertas lakmus.
Tempatkan 5 ml larutan (NH4)2SO4 dalam tabung kemudian
tambahkan 5 tetes NaOH 1M, dan segera hubungkan tabung
dengan pipa kaca yang dibagian ujungnya telah terdapat kertas
lakmus. Amati perubahan yang terjadi!
23
7) Siapkan kertas/selulosa secukupnya kemudian bakarlah dengan
menggunakan api, apa yang terjadi? Kerjakan prosedur yang sama,
namun sebelum kertas terbakar sempurna, masukkan kertas yang
terbakar tersebut pada beker glass dan tutup rapat, apa yang
terjadi? Apa yang dapat anda simpulkan?
Tugas
Carilah informasi dan tuliskan dalam pembahasan laporan anda
mengenai persamaan reaksi kimia untuk beberapa reaksi di atas
sesuai percobaan yang anda lakukan !
24
PERCOBAAN V
KIMIA ASAM-BASA
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami prinsip menyangkut suatu asam-
basa, membuat indikator asam basa dari bahan lingkungan rumah,
menentukan pH kira-kira bahan-bahan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan mengenal konsep larutan buffer.
II. PENDAHULUAN
Zat kimia yang bersifat sebagai suatu asam dan basa merupakan
bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Dari 10 zat
terbanyak yang digunakan di industri setiap tahunnya, 6 diantaranya
merupakan suatu asam/basa (asam sulfat, asam klorida, asam nitrat,
ammonia, natrium hidroksida, natrium karbonat). Sejumlah zat
pembersih anionik seperti alkil benzen sulfonat linier, alfa olefin
sulfonat, dan natrium tripolifosfat merupakan bahan aktif dasar yang
diproduksi oleh industri sabun dan deterjen. Obat maag (antacids)
sebagian diantaranya mengandung kalsium karbonat. Asam sitrat yang
terdapat pada buah-buahan digunakan dalam pembuatan aneka juice,
jelly, dan selai.
Tingkat keasaman maupun kebasaan suatu larutan diukur
berdasarkan konsentrasi ion hidrogen didalamnya. Konsentrasi ion
hidrogen dalam suatu larutan dapat bervariasi mulai dari konsentrasi
yang lebih besar dari 1 M (asam kuat) hingga lebih kecil dari 10-14 M
yang merupakan suatu basa kuat. Dalam suatu larutan, konsentrasi
ion hidrogen, [H+], lebih banyak dinyatakan dalam bentuk negatif
logaritma konsentrasi ion hidrogen yang dikenal dengan pH larutan.
pH = -log [H+]
Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat
yang dikenal dengan nama indikator visual. Penambahan ini ke dalam
suatu larutan dapat menyebabkan perubahan yang dapat teramati
25
(perubahan warna), sehingga pada pH larutan yang berbeda,
perubahan yang terjadi juga berbeda. Indikator asam-basa merupakan
suatu senyawa organik dengan massa molekul besar. Senyawa ini
bersifat sebagai suatu asam lemah yang berdisosiasi.
HIn H+ + In-
Bentuk spesi yang lebih dominan menentukan warna yang akan
teramati. Jika HIn lebih dominant maka warna yang teramati kita
istilahkan sebagai warna asam, dan sebaliknya jika spesi In-yang lebih
dominant maka kita sebut sebagai warna basa. Konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan akan mempengaruhi kesetimbangan disosiasi
indikator dalam larutan tersebut.
Beberapa indikator pH yang umum digunakan diantaranya adalah
fenolftalein, metil merah, metil jingga dan lain-lain. Indikator ini
digunakan dalam proses titrasi untuk menentukan titik akhir titrasi.
Proses titrasi asam-basa dikenal dengan istilah reaksi netralisasi.
Berikut ini merupakan data interval pH dan perubahan warna masing-
masing indikator tersebut.
Warna
Interval
Indikator Titik
Asam Basa pH
Akhir
Tidak Merah
Fenolftalein Ungu 8 - 10
berwarna muda
Metil
Merah Kuning Jingga 4–6
Merah
Metil
Merah Kuning Jingga 3-5
Jingga
Dalam proses titrasi asam basa dikenal suatu zat yang disebut
sebagai standar, yaitu zat yang kita ketahui konsentrasinya dengan
pasti. Zat standar ini digunakan untuk menentukan konsentrasi
sampel. Zat standar terbagi menjadi standar primer seperti asam
oksalat dan standar sekunder seperti NaOH.
26
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Siapkan beberapa macam bunga berwarna – warni atau sayur/buah
(kol ungu, anggur, stroberi, arbei). Potong kecil-kecil, lalu gerus
dengan menggunakan mortar. Tambahkan sejumlah 5 ml isopropil
alkohol ke dalamnya, lalu aduk dengan menggunakan batang
pengaduk. Saring dan tampung filtratnya dalam tabung reaksi. Apa
warna indikator yang Anda peroleh? simpan indikator ini untuk
percobaan berikutnya!
2) Siapkan plat tetes, lalu isi lubang-lubangnya dengan larutan
berbagai pH (pH 1-12) masing-masing sebanyak 5 tetes. Tambahkan
masing-masing 2 tetes filtrat yang Anda peroleh dari tahap
sebelumnya. Amati perubahan yang terjadi dan tentukan trayek
perubahan warna indikator yang Anda punyai!!! Sebagai
pembanding, lakukan langkah kerja yang sama dengan
menggunakan indikator universal, fenolftalein, metil merah.
Tentukan trayek perubahan warna ketiga indikator ini? Berdasarkan
hasil yang diperoleh, kira-kira indikator Anda dapat digunakan untuk
aplikasi apa ???
1 2 3 4 5 6
pH pH pH pH pH pH
A 3 4 5 6 7 8
pH
9
B
pH1
0
C pH1
2
pH1
1
27
masing bahan yang anda bawa tersebut? Termasuk asam atau basa-
kah bahan-bahan tersebut ?
28
DAFTAR PUSTAKA
29