Anda di halaman 1dari 56

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir 5 menit sebelum acara praktikum
berlangsung. Keterlambatan lebih dari dari 5 menit tidak diperkenankan mengikuti pretest.
Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum apabila keterlambatan lebih dari 15
menit.

2. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum berwarna putih yang bersih (sebelum
memasuki laboratorium),alat pelindung berupa sarung tangan (handscoon) dan masker
(pada saat pengambilan dan penimbangan media, inokulasi mikroba, isolasi mikroba dan
perlakuan yang berhubungan dengan mikroba. Pemakaian jas praktikum dan masker juga
diwajibkan saat melakukan pengamatan hasil di luar jam praktikum).

3. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan prosedur kerja sebelum
praktek berlangsung. Sebelum praktikum dimulai, praktikan wajib mengumpulkan laporan
sementara yang merupakan prasyarat mengikuti acara praktikum pada hari itu. Praktikan
yang tidak mengumpulkan laporan sementara, tidak diperbolehkan mengikuti praktikum
pada hari itu.

4. Praktikan bekerja secara berkelompok sesuai pengelompokan yang telah ditentukan dan
diharapkan proaktif untuk belajar.

5. Setiap kelompok praktikum dibagi menjadi 6 kelompok kecil berdasarkan urutan presensi.
Tiap-tiap kelompok kecil bekerja bersama-sama dalam satu meja untuk tiap acara
praktikum.

6. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati-hati dan teliti. Setelah selesai
praktikum, alat-alat maupun bahan yang digunakan harus dikembalikan dalam kondisi
bersih dan utuh. Semua praktikan bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan
ruang praktikum, serta alat-alat yang digunakan.
7. Praktikan yang memecahkan, merusakkan dan atau menghilangkan alat diharuskan
melapor ke dosen/asisten jaga dan mengganti alat tersebut secepatnya. Praktikan yang
merusakkan, memecahkan atau menghilangkan alat diwajibkan menuliskan pada blangko
yang telah disediakan di lab di bawah pengawasan dosen/assisten koordinator.

8. Praktikan diharuskan menjaga kemurnian bahan-bahan yang dipakai dan menjauhkan


segala macam kontaminan yang dapat mengganggu kevalidan hasil praktikum.

9. Tidak ada inhal. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan sakit atau tugas
prodi/fakultas/universitas diberi kesempatan untuk mengikuti praktikum. Praktikan
terlebih dulu meminta ijin kepada koordinator praktikum dengan membawa surat
keterangan sakit atau surat tugas dari prodi/fakultas/universitas kemudian koordinator
praktikum memberikan surat ijin mengikuti praktikum

10. Setelah selesai pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib membuat Data
sementara dalam laporan sementara yang akan dikoreksi oleh asisten pendamping
kelompok yang bersangkutan. Data sementara yang sudah disetujui asisten bisa langsung
dibawa pulang untuk dibuat Laporan Resmi mata acara praktikum pada hari itu.
Pengamatan dilakukan sesuai kebutuhan dan waktu yang telah ditentukan.

11. Pengamatan praktikum yang dilakukan di luar jam praktikum harus didampingi oleh
assisten pendamping kelompok yang bersangkutan. Praktikan bisa membuat kesepakatan
dengan assisten pendamping sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.

12. Untuk mengikuti praktikum minggu berikutnya diharuskan sudah menyerahkan Laporan
Resmi dari acara praktikum minggu sebelumnya. Bila pada saat itu tidak menyerahkan
laporan, nilai laporan sama dengan NOL

13. Bila praktikan berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara praktikum yang menyebabkan
nilai-nilainya kosong, maka nilai akhir adalah seluruh nilai yang ada dan kemudian
dikonversi berdasar standar nilai yang telah ditetapkan.

1
SOP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

1. Setiap praktikan akan selalu berhubungan dengan mikroba patogen


2. Selama menjalankan Praktikum Mikrobiologi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan, setiap praktikan diharuskan mentaati peraturan yang telah ditetapkan dan
menjalankan petunjuk yang diberikan assisten/dosen jaga.
3. Tas dan benda-benda lain yang tidak diperlukan diletakkan pada tempat yang disediakan.
Jangan sekali-kali meletakkannya di atas meja laboratorium!
4. Sekalah baik-baik meja laboratorium dengan desinfektan sebelum dan sesudah kegiatan
laboratorium.
5. Cucilah tangan anda baik-baik dengan air dan sabun sebelum dan sesudah kegiatan
laboratorium. Lakukan hal yang sama bila
6. anda meninggalkan laboratorium untuk ke toilet atau bila anda ke luar dari ruangan
laboratorium.
7. Jangan makan atau minum di ruang laboratorium.
8. Jauhkan tangan anda dari mulut, hidung, mata dan telinga selama anda bekerja di
laboratorium.
9. Perlakukan semua organisme yang anda tangani sebagai patogen atau mampu
menimbulkan penyakit. Kebanyakan biakan yang disediakan laboratorium tidak
berbahaya, tetapi beberapa di antaranya berbahaya.
10. Anda tidak diperkenankan membawa keluar biakan mikroba apa pun dari ruangan
mikroba/ruangan laboratorium.
11. Usahakan supaya mikroba yang anda tangani tidak tercecer dan tidak tercampur dengan
mikroba lain.
12. Bila biakan yang sedang anda pindahkan tercecer ke lantai atau di meja praktikum,
tuangkan desinfektan di atasnya, seka dengan kertas tissue/kapas dan buang di tempat yang
disediakan untuk bahan-bahan bukan kaca yang terkontaminasi.
13. Bila anda memecahkan tabung berisi mikroba, tuangkan desinfektan ke atasnya, sapukan
dan buang di tempat yang disediakan untuk pecahan kaca atau tuangkan spiritus dan
kemudian bakar.
14. Bila anda terkontaminasi atau terluka, hubungi assisten/dosen jaga.

2
15. Buanglah sampah-sampah yang tidak terkontaminasi di tempat yang disediakan.
16. Jarum inokulasi dan ose harus disterilkan dengan cara memijarkan seluruh panjang
kawatnya sebelum dan sesudah setiap penggunaan. Percikan biakan dapat dihindarkan
dengan cara memulai pemanasan di dalam kerucut api sebelah dalam yang berwarna lebih
biru.
17. Apabila pipet yang sama perlu digunakan lebih dari 1 kali, jangan meletakkannya langsung
di atas meja di antara penggunaan, tetapi letakkanlah pada penyangga pipet yang telah
tersedia.
18. Api pada pembakar bunsen harus dimatikan pada waktu tidak digunakan.
19. Biakan yang tidak diperlukan lagi serta bahan-bahan bekas pakai yang mempunyai potensi
bahaya harus diletakkan dalam
20. tempatnya masing-masing yang disediakan sebagai berikut :
a.Cawan petri, labu dan reaksi diletakkan di tempat yang disediakan.
b.Pipet harus diletakkan dalam wadah berisi desinfektan
c.Kaca obyek dan penutupnya harus diletakkan dalam tempat-tempat khusus yang telah
diberi desinfektan. Bakteri yang ada pada kaca obyek belum tentu mati semuanya sekalipun
telah difiksasi dengan panas, jadi berhati-hatilah menanganinya.
21. Jangan sekali-kali membuang biakan di tempat cuci.
22. Kurangi bercakap-cakap selama praktikum, agar tidak merugikan pekerjaan sendiri atau
rekan lain.
23. Setiap pengerjaan praktikum dan pengamatan harus dicatat dengan cermat.
24. Setiap praktikan diwajibkan membersihkan mikroskop dan mengembalikan ke tempat
semula setelah digunakan, selain itu praktikan diharuskan untuk membersihkan meja kerja,
memeriksa nyala api dan listrik dipadamkan, menutup kran air dan gas, mencuci tangan
dengan desinfektan/lysol, kemudian melapor ke assisten/dosen jaga.
25. Cucilah jas laboratorium anda sehingga selalu bersih pada waktu anda datang kembali ke
laboratorium pada waktu berikutnya.
26. Gunakanlah sarung tangan dan masker yang selalu baru di setiap praktikum mikrobiologi.

3
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Masing-masing praktikan diwajibkan membuat dan membawa laporan sementara


praktikum yang mencakup : acara praktikum, tujuan, dan skema kerja. Laporan sementara
ini menjadi syarat praktikan mengikuti praktikum pada hari itu. Data dan hasil pengamatan
praktikum juga ditulis dan/atau digambar dalam laporan sementara yang telah disetujui
oleh asisten pedamping praktikum.
2. Laporan sementara ditulis tangan
3. Setelah pengamatan hasil, laporan sementara digunakan sebagai acuan pembuatan laporan
resmi. Laporan resmi diketik pada kertas A4 dengan batas tepi 2 cm (atas, bawah, kanan,
dan kiri), yang mencakup:
4. Halaman judul, yang berisi acara praktikum dan identitas praktikan (nama dan NIM).
5. Halaman isi yang berisi acara dan topik, tujuan praktikum, tinjauan pustaka, alat dan bahan,
skema kerja, hasil pengamatan (berupa data yang telah diolah dan foto), pembahasan,
kesimpulan, daftar pustaka, jawaban pertanyaan, dan lampiran (fotocopy pustaka yang
digunakan).
6. Laporan resmi diketik dan dibuat secara berkelompok.
7. Copy paste laporan tidak diperbolehkan. Praktikan dikatakan copy paste apabila
terdapat 2 buah kalimat berurutan yang sama persis. Praktikan yang melakukan copy paste
akan dipanggil oleh tim asisten dan kemungkinan terburuk nilai laporan bersangkutan sama
dengan NOL

4
CONTOH FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM :

ACARA...(diisi acara praktikum yang dilaksanakan sesuai panduan) .......(topik acara praktikum
yang dilaksanakan sesuai panduan)

A.TUJUAN :
(diisi tujuan mata acara praktikum)

B. TINJAUAN PUSTAKA (Bobot Nilai : 1) :


(diisi teori-teori dari pustaka yang mendasari materi mata acara praktikum tersebut. Pustaka yang
diacu minimal dari 5 sumber, berbahasa asing (buku atau jurnal penelitian terkait praktikum),
tahun sumber pustaka di atas tahun 2005)

Cara mengacu pustaka dalam uraian:

1.Apabila ada bagian karya tulis yang diacu dalam uraian (misalnya tinjauan pustaka atau
pembahasan) maka nama akhir dari pengarang atau penyunting dan tahun publikasi harus
dicantumkan.
Contoh:
a) Menurut Wijayanti (2013) daya antibakteri minyak serai...
b) Prasetyo dan Adelina (2013) menyatakan bahwa...
c) .........sebagai nilai KHM dan KBM terhadap S. Aureus (Putra dan Lestari, 2012)
2. Apabila jumlah pengarang kurang dari 6, dicantumkan seluruhnya nama akhir pengarang ketika
referensi tersebut dirujuk pertama kali dalam uraian. Selanjutnya, cantumkan nama akhir
pengarang pertama diikuti dengan dkk. disertai tahun publikasi.
Contoh: a)Pertama kali: Utarini, Kumara, Prihaswan, Prabandari, dan Anwar (2000)...
b)Selanjutnya: Utarini dkk. (2000)
3.Untuk referensi yang ditulis oleh 6 pengarang atau lebih, cantumkan nama akhir pengarang
pertama diikuti dengan dkk.
4.Kutipan kedua dilakukan apabila penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh artikel asli
daari bahasan yang diacu. Kutipan kedua sebaiknya dibatasi untuk menghindari pengulangan
kesalahan penulisan nama penulis, tahun publikasi ataupun materi tulisan.

5
Contoh: Menurut Prasetyo (cit.Wijayanti, 2000)...
(artinya artikel asli ditulis oleh Prasetyo, kemudian dikutip oleh Wijayanti pada tahun 2000)

C.SKEMA KERJA (Bobot nilai : 0,5):


(diisi alat & bahan dan skema kerja, skema kerja bukan cara kerja, ditulis (pasif) secara sistematis
langkah-langkah penelitian dengan jelas dan lengkap)
Contoh :
Pengenceran suspensi bakteri 10-1–10-30,5 ml

suspensi bakteri diambil dan dipindahkan ke cawan agar

12 Spreader disterilisasi dengan dicelupkan dalam alkohol 70% dan dilalukan di atas nyala
lampu bunsen, dibiarkan dingin

Kultur bakteri di atas cawan agar ditebarkan secara merata menggunakan spreader.
Diinkubasi secara terbalik selama 24 jam pada suhu kamar Diamati pertumbuhan bakteri

6
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI

Acara
...................................................

Disusun oleh:

___________________________ 148114____
___________________________ 148114____
___________________________ 148114____
___________________________ 148114____
___________________________ 148114____

Kelompok Praktikum / Kelas:

Nilai Laporan Tanggal dan Paraf Asisten

PRODI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2016

7
PANDUAN PENILAIAN PRAKTIKUM

1.NILAI LAPORAN SEMENTARA,DISKUSI, DAN KERJA (SKOR MAKSIMAL : 5)

a) Praktikan mengerjakan laporan sementara dengan benar dan mengumpulkannya tepat


waktu (bobot nilai : 1)
b) Praktikan aktif bertanya dan berdiskusi dengan assisten/dosen (menjawab pertanyaan
selama diskusi, menambah dan menjelaskan, mengemukakan pendapat dsb) dalam
memperdalam materi yang dikerjakan selama praktikum maupun pada saat Diskusi
Umum. Praktikan aktif berdiskusi dengan teman kerjanya (bobot nilai : 2)
c) Praktikan mengerjakan sendiri semua acara/percobaan dan apakah aktivitasnya seimbang
dengan patner dalam kelompok. Praktikan mengerjakan praktikum secara lengkap
(persiapan;
d) bon alat dan bahan; pengerjaan percobaan; merapikan, membersihkan dan memberesi bon
alat dan bahan setelah praktikum berakhir (bobot nilai : 2).
Hal-hal yang dapat mengurangi nilai kerja adalah sebagai berikut:
1. Tidak menggunakan sarung tangan, masker, dan nametag selama praktikum,masing-
masing dikurangi 5 poin pada nilai kerja.
2. Bekerja melebihi waktu praktikum yang telah ditetapkan dikurangi 5 pada nilai kerja.
3. Bertanya kepada asisten atau dosen mengenai cara kerja praktikum pada saat praktikum
berlangsung tanpa diminta asisten atau dosen, dikurangi 5 poin pada nilai kerja.
4. Membuat keributan selama praktikum dikurangi 5 poin pada nilai kerja.
2. NILAI PRETEST&POSTEST (SKOR MAKSIMAL : 3)

Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan (bobot nilai : 3)
3.NILAI LAPORAN (SKOR MAKSIMAL : 6)
a. Laporan kegiatan pengamatan dan gambar sudah selesai semua dalam satu acara
b. Pembahasan disusun dengan lengkap dan tajam, dengan diperkuat literatur/teori, jurnal
atau penelitian yang berkaitan.
c. Pembahasan dan pertanyaan diskusi sudah terjawab semua dan laporan dikerjakan tertulis
dan diselesaikan dengan baik, bersih dan rapi
4. NILAI RESPONSI
Panduan penilaian tersendiri Responsi Teori: 10
Responsi Praktek :

8
TOPIK 1
PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

1. Pendahuluan
MEDIA
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh adanya nutrisi dan
faktor lingkungan. Bahan nutrisi yang tersedia dapat berupa bahan alami dan dapat pula berupa
bahan sintetis. Bahan nutrisi yang digunakan mikroorganisme biasanya berupa senyawa
sederhana yang tersedia secara langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang kemudian
dipecah oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui proses enzimatik.
Bahan nutrisi ini dapat berupa cairan atau padatan setengah padat (semi solid) yang disebut
sebagai media.
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya
a. Media alami
Komposisi media ini tidak diketahui secara pasti baik jenisnya maupun ukuranya. Media ini sudah
tersedia secara alami misalnya air, nasi, buah, biji, daging dan lain-lain
b. Media sintetis
Sering juga disebut media buatan. Komposisi senyawa berikut takarannya diketahui secara
pasti, tidak tersedia secara alami tapi dibuat. Media sintetik sering digunakan untuk
mempelajari sifat genetika mikroorganisme. Senyawa organik dan anorganik ditambahkan
dalam media sintetik harus murni sehingga harganya mahal, misalnya: sabouroud
agara,czapek’s dox agar, cairan hanks dan lain-lain.
c. Media semi sintetis
Komposisinya sebagian diketahui secara pasti, sebagian lagi tidak disebut juga media
setengah buatan misalnya potato dextrose agar, nutrient agar dan lain-lain.
Berdasarkan Bentuknya
a. Media cair
Komposisi dapat sintetis dapat pula alami. Keadaan cair karena tidak ditambahkan bahan
pemadat.
b. Media padat

9
Sama halnya dengan media cair hanya bedanya disini ditambahkan bahan pemadat (agar-
agar, amilum atau gelatin).
c. Media semi padat
Sebenarnya media ini termasuk media padat tapi karena keadaanya lembek disebut semisolid.
Bahan pemadat yang ditambahkan kurang dari setengah medium padat sedangkan
komposisinya sama dengan yang lainnya.
Berdasarkan Kegunaannya
a. Media umum
Media ini digunakan secara umum artinya media ini dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis
mikroorganisme baik bakteri maupun jamur misalnya NA (nutrient agar) dan lain-lain.
b. Media selektif
Media ini dipakai untuk menyeleksi mikroorganisme sesuai dengan yang diinginkan , jadi hanya
satu jenis mikroorganisme saja yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu
kelompok tertentu saja, misalnya media salmonella sigella agar yaitu media khusus untuk
mengamati atau menyelidiki salmonella atau shigella dari makanan atau bahan lain.
c. Media deferensial
Media ini digunakan untuk menyeleksi mikroorganisme. Medium ini dapat ditumbuhi
berbagai jenis mikroorganisme tapi salah satu diantaranya dapat memberikan salah satu ciri
yang khas sehingga dapat dibedakan dari yang lain dan dapat dipisahkan
d. Medium pengaya
Medium ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme untuk keperluan tertentu. Dibiakkan
dalam medium ini supaya sel-sel mikroorganisme tertentu dapat berkembang dengan cepat
sehingga diperoleh populasi yang tinggi. Komposisi medium sangat diperluka dan sangat
menguntungkan bagi pertumbuhan sel mirkoorganisme yang bersangkutan.

STERILISASI
Suatu alat dan bahan disebut steril apabila bahan tersebut bebas dari mikroorganisme. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: cara kimia, mekanik atau fisik.
a. Sterilisasi cara kimia

10
Bahan atau senyawa kimia yang memiliki sifat membunuh mikroorganisme dapat digunakan
untuk sterilisasi atau desinfektan, misalnya dibidang kedokteran. Contohnya alkohol 70%,
detergen, karbol, lisol, merkurokhrom dan lain-lain
b. Sterilisasi cara mekanik
Sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakan alat penyaring yang sangat halus
c. Sterilisasi cara fisik
Umumnya dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu tinggi. Salah satu contohnya adalah
menggunakan alat autoklaf, disterilkan pada suhu 121o C dengan tekanan 1,5 kg/cm2 (15 lbs)
dalam jangka waktu tertentu bergantung pada apa yang disterilkan.

A. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan media
2. Mengetahui cara dan macam-macam sterilisasi

B. Praktikum
1. Pembuatan Media
Alat dan bahan
- Timbangan - Kompor pemanas
- Gelas ukur 500 ml - Aquades
- Labu erlenmeyer 500 ml dan 1000 ml - Kapas
- Tabung reaksi - Kain kasa
- Kaca pengaduk - Benang atau tali
- Autoklaf - alcohol 70%
- Beaker glass 500 ml dan 1000 ml

Cara Kerja
1. Membuat medium umum untuk bakteri (Nutrient Agar/NA dan Nutrien Broth/NB)
a. NB manual
Beef extract ................................................................................... 3 gram
Peptone ......................................................................................... 5 gram
Aquades ........................................................................................ 1000 ml

11
b. NB instant
NB ................................................................................................. 20 gram
Aquades ....................................................................................... 1000 ml
c. NA manual
Beef extract ................................................................................... 3 gram
Peptone ......................................................................................... 5 gram
Agar-agar …………………………………………………………………………………..
15 gram
Aquades ........................................................................................ 1000 ml
d. NA instan
NA ................................................................................................. 20 gram
Aquades ....................................................................................... 1000 ml

1) Masukkan beef extract, peptone, agar-agar dan aquades ke dalam beaker glass 1000 ml
2) Panaskan di atas kompor pemanas, aduk hingga homogen atau hampir mendidih
3) Masukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 10 ml untuk media tegak dan 5-7 ml
untuk media miring
4) Semua tabung medium ditutup dengan dengan kapas yang telah dibungkus dengan kain kasa
5) Sterilkan dengan autoklaf
6) Setelah disterilkan untuk media tegak biarkan tabung dalam keadaan berdiri dan untuk media
miring tabung miringkan dengan catatan media tidak sampai menyentuh tutup tabung

2. Membuat medium untuk jamur (Potato Dextrose Agar)


a. Manual
Kentang ....................................................................................... 200 gram
Dextrose ....................................................................................... 10 gram
Agar-agar ...................................................................................... 15 gram
Aquades ........................................................................................ 1000 ml
b. Instan (disesuaikan dengan kemasan PDA instan)
PDA ............................................................................................... 39 gram
Aquades ........................................................................................ 1000 ml

12
1) Kupaslah kentang lalu bersihkan, iris dadu sepanjang 1 cm kemudian dimasak dalam
500 ml aquades dan biarkan mendidih, jaga agar volume tetap
2) Saring ekstrak kentang dan ambil filtratnya
3) Tambahkan dekstrose dan agar-agar serta aquades panaskan pada api sedang sambil
diaduk hingga homogen atau mendidih
4) Masukkan pada tabung reaksi masing-masing 10 ml untuk media tegak dan 5-7 ml untuk
media miring
5) Semua tabung medium ditutup dengan dengan kapas yang telah dibungkus dengan kain kasa
6) Sterilkan dengan autoklaf
7) Setelah disterilkan untuk media tegak biarkan tabung dalam keadaan berdiri dan untuk media
miring tabung miringkan dengan catatan media tidak sampai menyentuh tutup tabung

2. Sterilisasi cara kimia


Alkohol 70 %
a. Semprotkan alkohol pada tangan dan meja yang akan digunakan untuk pengamatan
b. Bersihkan meja dengan lap bersih
3. Sterilisasi cara fisika
✓ 3 cawan Petri
✓ Kertas HVS
✓ Plastik
✓ Karet
✓ Autoklaf
a. Bungkus masing-masing cawan Petri dengan kertas HVS kemudian masukkan ke dalam
plastik
b. Istilah autoklaf dengan aquades setinggi batas sarangan
c. Aturlah suhu sebesar 121o C, dengan tekanan 1 atm dan aturlah waktu yang akan
digunakan sampai pada angka 15-20 menit.
d. Pastikan lubang uap dalam keadaan tertutup (CLOSE)
e. Tarik tuas power sampai ketitik ON lalu tekan tombol ON, apabila lampu hijau menyala
maka dapat dipastikan autoklaf dalam keadaan bekerja

13
f. Setelah alarm berbunyi maka tarik tuas power hingga ke titik OFF kemudian bukalah
lubang uap dengan cara memutarnya kearah OPEN
g. Diamkan autoklaf selama 15 menit untuk mematikan bahwa uap telah keluar dan
autoklaf dalam keadaan tidak panas.
h. Bukalah tutup autoklaf dan keluarkan alat-alat yang telah steril

14
TOPIK 2
Pengambilan Sempel, Pembiakan Mikroba, Teknik Isolasi Mikroba & Inokulasi Kultur

1. Pendahuluan
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik didalam tanah, air,udara maupun pada makhluk
hidup termasuk pada jaringan pada tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Mikroorganisme
mampu tumbuh dengan baik apabila tersedia media atau makanan sebagai substratnya.

Untuk mempelajari morfologi mikroba kita perlu menangkap dan membiakkannya pada media
agar nutrisi (padat) terlebih dahulu. Biasanya mikroba akan tumbuh pada media ini setelah
diinkubasi selama 1 x 24 atau 2 x 24 jam.

Sebelum melakukan pembiakan mikroorganisme, langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan
pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel merupakan suatu aspek penting yang harus
diperhatikan ketika melakukan penelitian mikrobiologi. Sampel yang diambil haruslah merupakan
representasi dari seluruh bagian yang diteliti.

Untuk itu diperlukan teknik yang benar agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan sampel
menjadi bias. Beberapa prinsip pengambilan sampel antara lain adalah; sampel yang diambil
merupakan perwakilan dari keseluruhan bagian yang diteliti; sampel yang diambil benar-benar
dari sumbernya dan sampel tetap terjaga kondisinya seperti saat pengambilan sampai dilakukan
tahap pembiakan dan analisa sampel.

2. Tujuan
a. Mempelajari langkah-langkah pengambilan sampel
b. Mempelajari morfologi koloni mikroba pada media agar nutrisi padat

Praktikum
A. Pengambilan Sampel Bakteri Tanah
Alat:

15
- Auger / Gurdi
- Sarung tangan steril
- Plastik klip steril
- Neraca
- Tabung eppendorf 14 ml steril
Bahan :
- Buffer phosfat (10 ml)

Langkah Kerja:
1. Carilah lahan yang akan diambil sampel tanahnya
2. Cabuti rumput atau tanaman lain yang mungkin tumbuh di atas bagian lahan yang akan
diambil sampel tanahnya
3. Pasang sarung tangan
4. Tancapkan auger. Jika tidak ada auger, bisa dilakukan dengan sendok atau spatula steril.
Tanah yang diambil minimal 4 cm dari permukaan tanah.
5. Masukkan tanah ke dalam plastic klip steril
6. Timbang 1 gram sampel tanah dengan prosedur aseptis
7. Masukkan ke dalam tabung eppendorf
8. Tambahkan 10 ml buffer phosphate
9. Kocok – kocok tabung sebanyak 25 kali
10. Segera lakukan langkah pembiakan terhadap sampel

B. Pengambilan Sampel Bakteri pada Permukaan Daun


Alat:
- Sarung tangan steril
- Neraca
- Spatula steril
- Beaker glass 100ml steril
Bahan:
- 0,1 % larutan pepton dengan kandungan 1 % tergitol
- Sayuran

16
Langkah Kerja:
1. Kenakan sarung tangan steril
2. Timbang 5 gram sayuran dengan prosedur aseptis
3. Masukkan sayuran ke dalam glass beaker
4. Tambah 45 ml larutan pepton, aduk menggunakan spatula selama 15 sampai 30 menit
5. Diamkan selama 30 menit
6. Homogenkan selama 10-15 detik
7. Segera lakukan langkah pembiakan terhadap sampel

C. Teknik Swab dengan Pelarut


Alat :
- Template 10 x 10 cm steril
- Swab steril (2 buah)
- Glass beads (3 buah)
- Tabung eppendorf 14 ml steril
- Gunting steril
Bahan :
- Aquades steril

Langkah Kerja :
1. Masukkan aquades steril sebanyak 10 ml
2. Tentukan permukaan yang akan diambil sampelnya, letakkan template di atas permukaan
tersebut
3. Basahi swab pertama, usap permukaan bagian dalam template menggunakan swab dengan
arah mendatar
4. Balik swab, ulangi mengusap permukaan dengan arah membujur
5. Patahkan pangkal swab yang terpegang oleh tangan, masukkan swab ke dalam tabung
eppendorf
6. Ambil swab kering, ulangi langkah 3 sampai 5.
7. Kocok –kocok tabung eppendorf sebanyak 25 kali

17
8. Segera lakukan langkah pembiakan terhadap sampel

D. Teknik Pengambilan Sampel Bakteri Kulit (Teknik Swab)


Alat :
- Swab steril
Bahan :
- Larutan NaCl 0,85 %

Langkah Kerja:
1. Celupkan swab steril ke dalam larutan NaCl 0,85 %
2. Oles permukaan kulit dengan swab
3. Oles swab ke media agar
4. Inkubasi selama 24 jam
5. Lakukan pengamatan terhadap koloni bakteri

E. Pembiakan Sampel Cair dengan Metode Spread-Plate


Alat :
- Laminar Air Flow
- Batang kaca penabur bentuk L
- Bunsen
- Pipet 1 ml steril
- 3 Cawan yang berisi media NA
- Kertas label
Bahan :
- Alkohol 70 %
- Sampel bakteri (bakteri tanah, permukaan daun, dan debu)

Langkah Kerja :
1. Beri label masing – masing cawan
2. Pipet 0,1 ml sampel, masukkan ke dalam media NA
3. Celupkan batang kaca penabur ke dalam alcohol 70 %

18
4. Panaskan di atas Bunsen
5. Biarkan dingin (di dalam cawan, ratakan sampel bakteri menggunakan batang kaca tersebut).
6. Lakukan langkah 3 sampai 6 terhadap dua sampel yang lain
7. Balik cawan, inkubasi selama 24 atau 48 jam pada suhu ruang atau pada 30˚C
8. Lakukan pengamatan terhadap koloni mikroba meliputi :
➢ jumlah koloni
➢ warna koloni
➢ bentuk koloni
➢ ukuran koloni
➢ mengkilat atau suram
➢ dan sketsa atau gambar koloni

Gambar bentuk koloni dapat dilihat seperti dibawah ini

19
Gambar 1. Colony characteristics, Benson (Companies, 2001)

20
TEKNIK ISOLASI
A. Pendahuluan
Dalam suatu substrat atau media dapat tumbuh lebih dari satu jenis mikroorganisme, dengan
demikian kemudian dikembangkan satu teknis pemisahan yang disebut teknik isolasi,
sehingga diperoleh hasil atau biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme saja
yang disebut biakan murni.

Teknik isolasi ada dua cara yaitu teknik menuang dan teknik menggores. Bila
mikroorganisme yang akan dipisahkan berada dalam satu suspensi, untuk memisahkan dituangkan
ke dalam medium tertentu, maka cara ini disebut teknik menuang (poured plate), sedangkan bila
mikroorganisme berada dalam suspensi atau suatu padatan, lalu dengan jarum inokulasi
diambil dan dioleskan pada medium tertentu, maka cara ini disebut teknik menggores (streak
plate).

B. Tujuan
Melatih mahasiswa agar mampu memisahkan mikroorganisme dari suatu substrat ke substrat
lain atau dari suatu biakan campuran hingga diperoleh biakan yang murni.

C. Praktikum
Alat dan Bahan
a. jarum inokulasi ujung lurus dan ujung melengkung
b. Bunsen
c. Incubator
d. Cawan Petri steril
e. Biakan mikroba yang diperoleh dari hasil praktikum topik 3
f. NA tegak steril
g. NA miring steril

Langkah Kerja

21
1. cairkan media NA tegak dalam penangas air
2. tuangkan media NA ke dalam cawan Petri steril, diamkan hingga memadat
3. pilihlah 3 macam koloni dari biakan campuran hasil praktikum topik 3.
4. ambil sedikit bakteri dari biakan yang dipilih dengan menggunakan jarum inokulasi
5. goreskan pada medium padat dalam cawan Petri. Goresan dapat dimulai dari satu titik
membentuk garis-garis yang sejajar
6. ambil bakteri dengan cara sama seperti sebelumnya, lalu goreskan pada agar miring steril
7. inkubasi semua biakan pada suhu kamar selama 2 x 24 jam
8. lakukan pengamatan dan catatlah bentuk koloni bakteri tersebut

22
Gambar 2. Teknik streak plate - Benson (Companies, 2001)

23
Gambar 3. Teknik pour plate , Benson (Companies, 2001)

24
TOPIK 3
PEWARNAAN & MORFOLOGI MIKROBA
A. Pendahuluan
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebutmaka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat lebih jelas dan mudah diamati. Oleh karena
itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi.

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

Pewarna asam dapat terjadi bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH
mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang
bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam
ini disebut juga pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin,
asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bermuatan
positif. Sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari
pewarna basa misalnya : metilen blue, Kristal violet, safranin, dan lain-lain.

Teknik pewarna asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut
pewarna sederhana. Pewarna sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik
bentuk maupun susuna sel. Teknik pewarna yang lain adalah pewarna diferensial,
yang menggunakan senyawa lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri
misalnya, bakteri Gram positif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam, juga diperlukan
untuk mengamati struktur bakteri seperti flagella, kapsula, spora dan nucleus.
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta
mengikuti aturan yang berlaku yakni sbb:

25
1. Mempersiapkan kaca obyek. Kaca obyek ini harus bersih dan bebas lemak untuk
membuat apusan bakteri yang akan diwarnai.
2. Mempersiapkan apusan. Apusan yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti
lapisan yang tipis. Apusan ini dapat berasal dari cairan atau padat.
• Biakan cair.
Suspensi selsebanyak satu atau dua macam jarum inokulasi diletakkan pada kac aobyek,
lalu diapuskan pada kaca obyek selebar 1-2 cm. biarkan mongering di udara atau di atas
api kecil dengan jarak25 cm
• Biakan padat
Bakteri yang dikultur pada medium padat tidak dapat langsung dibuat apusan seperti
dari biakan cair, tapi harus diencerkan dulu. Letakkan setetes air pada kaca obyek, lalu
dengan jarum inokulasi ambil bakteri dari biakan padat, letakkan pada tetesan air dan
apuskan. Biarkan mongering di udara.
• Fiksasi dengan pemanasan.
Apusan bakteri pada kaca obyek bila tidak diletakkan secara kuat, dapat terhapus pada
waktu proses pewarnaan lebih lanjut. Proses peletakan apusan pada kaca obyek dapat
dilakukan diantaranya dengan cara memanaskan di atas api.

B. Praktikum
1. Pewarna sederhana
Tujuan: Mengetahui morfologi bakteri.
Alat dan Bahan
- Kaca Obyek
- Lampu Spiritus
- Kertas isap
- Larutan metilen blue
- Jarum inokulum
- Biakan mikroba yang diperoleh dari praktikum topik 3
- Mikroskop

26
Cara Kerja
a. Pewarna basa
1. Buat apusan bakteri yang akan diperksa, lalu fiksasi
2. Teteskan metilen blue pada apusan bakteri, biakan terendam selam 1-2 menit
3. Cuci pewarna dengan air mengalir
4. Keringkan dengan cara diisap dengan kertas isap, jagan dilap atau dihapus
5. Amati dengan mikroskopdengan menggunakan minyak imersi pada perbesaran 1000 kali
6. Gambarkan bentuk sel bakteri yang saudara amati dan tuliskan warna yang terlihat

b. Pewarna asam
Alat dan bahan yang digunakan sama seperti pada pewarna basa, hanya zat pewarna yang
digunakan adalah : tinta cina / larutan nigrosin, larutan iosin (pewarna asam).
1. Letakkan tetes tinta cina pada obyek
2. Letakkan satu atau dua mata jarum onokulasi biakan bakteri pada tetesan tinta
cina,suspensikan dengan baik.
3. Dengan menggunakan kaca obyek yang lain, apuskan suspensi bakteri tadi pada seluruh
permukaan kaca obyek. Biarkan mongering di udara.
4. Amat dengan mikroskopdengan menggunakan minyak atsiri
5. Gambar warna dan bentuk yamg saudara amati

2. Pewarna Gram
Prinsip
Proses pewarnaan difernsial ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua kelompok
berdasarkan pewarnaan ini,yakni bakteri Gram positif dan bakteri Gram nigatif. Perbedaan ini
berdasarkan warna yang dapat dipertahannkan bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar,
berupa pewarna basa,jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan
pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar bergantung pada komposisi
dinding sel,bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci maka
warna pembanding tidak akan terlihat, yang terlihat pada akhir hasil tetap warna dasar.

27
Tujuan : mengamati dan membedakan struktur yang terdapat dalam sel bakteri dan juga untuk
membedakan kelompok bakteri berdasarkan reaksi terhadap warna yang sekaligus menunjukkan
sifat bakteri tersebut.

Alat dan Bahan


- Kaca obyek
- Jarum inokulasi
- Lampu spiritus
- Kertas isap
- Mikroskop
- Aquades steril
- Pewarna Dasar :Larutan Gentian Violet
- Larutan Pengikat Warna Dasar : Lar. Iodium
- Larutan pencucu warna dasar : alcohol 96%pewarna pembanding : larutan safranin
- Biakan murni bakteri

Cara Kerja
a. Pewarnaan basa
1. siapkan kaca benda lalu teteskan aquades diatasnya
2. membuat apusan bakteri yang akan diamati dengan menggunakan inokulum
3. teteskan metilen blue diatasnya biarkan selama 60 detik
4. keringkan dengan cara serap air yang masih menggenang dengan menggunakan kertas hisap
5. amati di bawah perbesaran mikroskop

b. Pewarnaan asam
1. siapkan kaca benda lalu teteskan aquades diatasnya
2. buat apusan bakteri dengan menggunakan jarum inokulum
3. tetesan larutan eosin diatas apusan
4. ratakan campuran tersebut dengan menggunakan kaca benda
5. keringkan selama 60 detik
6. amati dibawah perbesaran mikroskop

28
c. Pewarnaan gram negative dan pewarnaan positif
1. siapkan kaca benda lalu teteskan aquades diatasnya
2. buat apusan dari dua biakan bakteri dengan menggunakan jarum inokulum
3. difiksasi diatas api bunsen selama 5 detik
4. teteskan larutan kristal violet diatasnya
5. kemudian biarkan selama 60 detik
6. siram dengan aquades
7. teteskan iodium di atas kaca benda kemudian diamkan selama 60 detik
8. teteskan alkohol 70% diatasnya kemudian diamkan selama 30 detik
9. teteskan larutan safranin kemudian diamkan selama 60 menit
10. teteskan aquades diatasnya
11. serap air yang menggenang diatas kaca benda dengan kertas serap
12. amati dibawah perbesaran mikroskop

Gambar 5. Macam – macam bentuk dan koloni bakteri Harley Prescott (2002)

29
Gambar 6. Metode Gram Staining Harley Prescott (2002)
d. Pewarna Spora
Beberapa sel bakteri memiliki struktur yang aktif berupa sel vegetatif dan struktur yang
pasif yaitu spora. Spora selain merupakan struktur yang inaktif juga dapat tahan terhadap kondisi
yang kurang menguntungkan bagi tumbuhan. Spora sepertinya halnya sel vegetatif dapat
diwarnai sehingga dapat diamati lebih seksama. Teknik pewarnaan adalah pewarnaan
differensial, yaitu menggunakan lebih dari pewarna, yang hasilnya dapat membedakan spora
dari sel vegetatif.

Tujuan : Mengetahui pewarnaan spora bakteri


Alat dan Bahan
- kaca obyek yang bersih
- jarum inokulum

30
- Bunsen
- Kertas hisap
- Aquades
- Larutan safranin
- Larutan hijau malakit
- Biakan bakteri
- Minyak imersi
- Mikroskop

Cara kerja
1. siapkan kaca preparat lalu teteskan aquades diatasnya
2. buat apusan bakteri dengan menggunakan jarum inokulum, lalu ratakan dengan kaca
preparat perlahan dengan cara menggeser perlahan hingga menjadi tipis dan rata
3. fiksasi di atas api bunsen selama 5 detik
4. teteskan larutan hijau malakit diatas apusan bakteri tersebut, lalu panaskan diatas api Bunsen
selama 60 detik, jagalah jangan sampai apusan mongering. Jika kering tambahkan larutan
hijau malakit
5. cuci dengan aquades atau air mengalir
6. teteskan larutan safranin kemudian diamkan selama 60 detik
7. cuci dengan menggunakan air mengalir, keringkan dengan menggunakan kertas hisap
8. amati dibawah perbesaran mikroskop dengan menggunakan minyak imersi. Sel vegetatif akan
berwarna merah muda dan spora akan berwarna hijau
9. gambarlah sel dan sporanya

e. Pewarnaan KOH
Tujuan: untuk mengamati gambaran mikroskopik jamur
Alat dan Bahan
- kaca obyek dan kaca penutup yang bersih
- jarum ose
- Biakan jamur
- Larutan KOH 20 %

31
- Mikroskop

Langkah Kerja
1. Buat apusan dari satu ose biakan jamur di atas gelas obyek
2. Tetesi dengan larutan KOH 20%
3. Tutup dengan kaca penutup
4. Panaskan di atas api Bunsen sambil digerak-gerakkan
5. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x

32
Topik IV
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA

A. Pendahuluan
Perhitungan jumlah sel mikroba dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain
secara langsung dengan hitung mikroskopik (direct microscopic count) menggunakan
hemasitometer, dan secara tidak langsung dengan hitung cawan (plete count).

Hitung mikroskopik merupakan metode yang cepat dan murah ,tetapi mempnyai beberapa
kelemahan antara lain: sel-sel yang mati tidak dapat dibedakan dari sel hidup, sel-sel yang
berukuran sngat kecil sulit dilihat sehingga kadang-kadang tidak terhitung.

Hitung cawan merupakan metode yang sensitive untuk menentukan jumlah sel mikroba. Prinsip
metode hitung adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada media agar,
maka sel mikroba itu akan berbiak membentuk koloni yang dapat dilihat dan dihitung dengan
mata telanjang, dan disebut dengan “colony forming unit” = cfu.

Metode hitungan cawan ada dua yeitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan
(surface/spread plate). Perhitungan jumlah mikropba dianggap valid jika dalm satu cawan
tumbuh koloni sebanyak 30-300cfu. Sehingga jika pertumbuhan mikroba terlalu padat, maka
harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat melakukan perhitungan sel mikroba secara langsung.
2. Agar mahasiswa dapat melakukan perhitungan sel mikroba secara hitungan.
3. Agar mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kuantitas mikroba berdasarkan metode
turbidimetri dengan menggunakan spektrofotometer

C. Konsep Dasar

33
Pertumbuhan dinyatakan sebagai kemampuan untuk menghasilkan dua sel baru dan hidup.
Karena itu setiap pertumbuhan selalu dihasilkan sel baru yang dapat selalu bertambah setiap
saat. Pertumbuhan sel akan dapat dilihat dari indicator makin membesarnya koloni bakteri.
Analisa untuk pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu membandingkan
jumlah sel, berat kering, konsentrasi protein atau nitrogen atau kekeruhan.

Alat dan bahan


• Bakteri murni bakteri pada media NA
• Media nutrient cair steril
• Media nutrient padat steril

D. Pengamatan
1. Hitunglah jumlah sel mikroba pada pembesaran 500 X pada kotak-kotak besar (5 kotak) dan
masukkan dalam table berikut:

2. Tentukan / hitung jumlah sel mikroba dalam sampel dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah sel / kotak besar x 25 1/0,02 x 103

3. Hitung jumlah sel dengan metode cawan dengan menggunakan rumus:


Jumlah koloni x 1/ pengenceran cfu

34
E. Prosedur
1. Metode hitung langsung
a. Siapkan slide hemasitometer dan kaca penutupnya yang bersih dan letakkan di
atasnya. Cara membersihkan permukaan hemasitometer dan kaca penutup ialah dengan
secarik kertas lensa yang dibasahi dengan setetes aquades steril sampai tidak terdapat
sisa-sisa minyak pada permukaan.
b. Homogenkan dulu sampel mikroba yang akan dihitung.
c. Ambil sampel mikroba pipet steril dari media cair secukupnya (0,1 sampai 0.5 ml) lalu
masukkan ke dalam parit-parit pada hemasitometer (jangan sampai berlebihan). Tinggi
sampel yang berbeda diantara kaca benda dan kaca penutup adalah 0,01 mm.
d. Letakkan hemasitometer yang telah diberi suspense bakteri di atas meja mikroskop.
Amati menggunakan pembesaran lemah, perhatikan kotak-kotak skala yang ada pada
slide tersebut. Ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan 0,04 m2,
dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil.
e. Hitunglah jumlah sel mikroba / ml sampel = Jumlah sel / kotak besar x 25 1/0,02 x 103

Gambar 7. metode perhitungan menggunakan coloni counter


Benson (Companies, 2001)

2. Metode hitung cawan


a. Homogenkan dulu sampel mikroba yang akan dihitung
35
b. Lakukan pengenceran terhadap sampel. Caranya ialah pengenceran 10-1 diperoleh
dengan memasukkan 1 ml sampel ke dalam 9 ml air pepton. Pengenceran 10-2 diperoleh
memasukkan 1 ml sampel dari pengencean 10-1 kedalam 9 ml pepton. Pengenceran
10-3 diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel dari pengenceran 10-3 kedalam 9 ml
pepton, begitu juga seterusnya.
c. Inokulasi sebanyak 0,1 ml hasil pengenceran kepermukaan media NA dengan cara
taburan, kemudian ratakan dengan cara memutar-mutar cawan di atas meja. Inokulasi
ini dapat pula dilakukan dengan metode tuang.
d. Inokulasi pada suhu 37o c selama 1 x 24 jam
e. Amati koloni yang tumbuh, dan hitunglah jumlahnya. Perhitungan yang dianggap bener
hanya pada cawan yang terdapat pertumbuhan koloni di antar 30-300 cfu.
f. Hitunglah jumlah mikroba / ml sampel dengan rumus: Jumlah koloni x 1/ pengenceran
cfu

3. Metode Turbidimetrik
Kuantitas mikroba menunjukkan banyaknya jumlah sel mikroba. Penghitungan jumlah sel
bakteri dapat dilakukan dengan metode turbidimetri (uji kekeruhan) menggunakan
spectrophotometer. Metode ini merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah
mikroba dalam suatu larutan secara tidak langsung. Mikroba dalam suatu bahan cair
dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel bakteri dalam suatu medium cair
akan meningkatkan kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat
ditransmisikan menembus medium.

Jumlah bakteri dapat dihitung menggunakan spektrofotometer yang prinsip kerjanya


adalah membaca tingkat kekeruhan dalam media bakteri. Spektrofotometer dapat
menghitung seluruh sel bakteri baik yang hidup maupun yang mati. Jadi semua suspensi yang
ada dalam larutan kuvet akan terbaca semua. Prinsip kerja spektrofotometer adalah
cahaya dari sumber radiasi jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.

36
Nilai yang keluar dari cahaya yang diserap dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel, sesuai dengan Hukum Beert-Lambert:
A = absorbansi
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)
b = lebar celah (cm)
c = konsentrasi (M)
A = ε bc

Pengukuran kekeruhan dilakukan pada panjang gelombang 600-700 nm, dimana pada panjang
gelombang ini absorbansi sinar oleh komponen sel adalah minimum.

Alat-alat
• Cuvet
• Mikro Pipet 1ml
• Blue tip
• Tabung reaksi
• Spektrofotometer

Bahan-bahan
• Media NB steril
• Biakan E.coli 24 jam dalam media NB

Langkah Kerja :
a. Siapkan enam buah tabung reaksi steril dan beri label: 0-5
b. Masukkan 3 ml NB steril masing-masing ke dalam tabung reaksi 0, 2, 3, 4, dan 5
c. Masukkan 3 ml kultur bakteri E.coli ke dalam tabung reaksi 1 dan 2
d. Lakukan serial dilution: ambillah 3 ml larutan dari tabung 2 dan masukkan ke tabung 3
e. Ganti blue tip setiap kali memindah larutan
f. Ambillah 3 ml larutan dari tabung 3 dan masukkan ke tabung 4
g. Ambillah 3 ml larutan dari tabung 4 dan masukkan ke tabung 5
h. Bacalah absorbansi masing-masing tabung reaksi dengan menggunakan spektrofotometer

37
i. Buatlah kurva standard yang didapat dari absorbansi dan konsentrasi larutan
dengan menggunakan Microsoft Excel sehingga didapatkan persamaan x dan y
j. Bacalah absorbansi larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
k. Hitung konsentrasinya melalui persamaan x dan y yang didapat dari standard

F. Analisa hasil
1. Berdasarkan hitung langsung
2. Berdasarkan hitung cawan
3. Berdasarkan metode turbidimetri

G. Diskusi
1. Apa yang dapat disimpulkan dengan menghitung sel mikroba?
2. Apakah perhitungan dengan 2 metode menghasilkan perbedaan yang sangat besar? Berikan
alasan saudara.

38
TOPIK V
UJI KUALITAS AIR BERDASARKAN NILAI MPN COLIFORM

A. Pendahuluan
Coliform adalah kelompok bakteri yang mudah menyebar dan banyak terdapat di air dan dapat
menyebabkan pencemaran pada air tersebut. Kualitas air ditentukan oleh banyak air kotor salah
satunya adalah keberadaan bakteri coliform. Pemerikasaan kualitas air nilai MPN dari coliform
dapat dilakukan dengan 3 tahap pengujian yaitu, uji pendugaan, uji penegasan dan uji penguat.

B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat Melakukan penyajian kualitas air secara mikrobiologis berdasarkan nilai
MPN coliform

C. Konsep dasar
Kelompok bakteri coliform sangat mudah menyebar hampir pada semua tempat. Tidak
terkecuali dalam air. Umumnya bakteri coliform ini banyak terdapat pada lingkungan air, sebab
feses merupakan salah satu bahan pencemaran yang banyak megandung kelompok bakteri ini.
Adanya bakteri coliform menentukan kualitas air, umumnya dinyatakan dengan nilai MPN
coliform. Makin besar nilai MPN melampaui nilai standart maka kualitas air sangat rendah,
sebaliknya makin kecil nilai MPN dari standart minimal maka kualitas semakin baik.

D. Alat dan Bahan


• Tabung kultur
• Media Brilliant Green Lactase Bilebroth (BGLB)
• Media Eosin Methelin Blue (EMB)
• Sampel air yang diuji

E. Pengamatan
1. Uji pendugaan
Amati adanya gelembung udara di dalam tabung durham

39
2. Uji penegasan
Amati adanya gelembung udara di dalam tabung durham
3. Uji penguat
Amati pertumbuhan koloni pada media EMB
4. Tentukan nilai MPN setelah a, b, c, dilakukan

F. Prosedur
1. Uji pendugaan
a. Siapkan 9 tabung kultur yang masing-masing berisi 10 ml media cair kaldu lactose steril
yang sudah dilengkapi dengan tabung durham. Aturlah letaknya pada rak tabung
dan masing-masing beri kode (A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3).
b. Tuangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak 10 ml
kedalam tabung kultur yang berkode A1, A2, A3.
c. Tuangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak 1 ml
kedalam tabung kultur yang berkode B1, B2, B3
d. Tuangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak 0,01 ml
kedalam tabung kultur yang berkode
e. Inokulasikan 9 tabung kultur yang sudah diperlakukan pada suhu 37oC selama 1 x 24
jam.
Amati adanya gelembung udara di dalam tabung durham. Catatlah kode tabung yang positif
mengeluarkan gas. Mikroba penghasil gas yang tumbuh pada tabung adalah kelompok
mikroba yang mampu memfermentasikan laktosa.

2. Uji penegasan
a. Siapkan tabung kultur yang masing-masing berisi 10 ml media cair BGLB steril yang
sudah dilengkapi dengan tabung durham. Aturlah letaknya pada rak tabung dan
masing-masing beri kode misalnya : (A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3), sehiungga
jumlahnya sama dengan jumlah tabung yang positif saja.
b. Tuangkan air sample yang sudah diinkubasikan dalam media kultur laktosa
menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang positif.
c. Inkubasikan tabung kultur yang sudah diperlukan pada suhu 45oC selama 1 x 24 jam.

40
Amati adanya gelembung udarea di dalam tabung durham. Catatlah kode tabung yang
positif mengeluarkan gas. Mikroba penghasil gas yang tumbuh padatabung adlah kelompok
mikroba yang mampu memfermentasikan laktosa dan tahan terhadap suhu tinggi 45oC
mikroba ini disebut kelompok bakteri coliform fekal.

3. Uji penguat
Uji penguat dapat dilakukan dengan mendeteksi adanya bakteri E. coli, caranya ialah :
a. Inokulasi sample perlakuaan dari tabung yang positif pada uji penegasan sebanyak satu
ose kepermukkaan media EMB secara zig-zag. Inkuh\basi pada suhu 37oC selama 1 x
24 jam.
b. Amati pertumbuhan koloni pada media EMB koloni yang menampakkan adanya
kilau metalik adlah koloni bakteri E. coli
c. Selanjutnya dapat dipastikan lagi dengan cara mengamati inokulum dari koloni
tersebut secara langsung dengan menggunakan mikroskop
d. Buatlah sediaan yang diwarnai secara gram, kemudian amati di bawah mikroskop.
Bakteri E. coli akan memperlihatkan sebagian bentuk batang, gram negative.
e. Setelah semua pengujian selesai, tentukanlah nilaiMPN Coliformnya berdasarkan
table MPN padalampiran. Nilai MPN ditentukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif dari perlakuan,dan dihitung = MPNtabelx 1/ pengenceran tengah.

Untuk memperjelas perlakuan dapat diikuti gambar berikut :

41
Gambar 8. Metode uji coliform kualitas air - Harley Prescott (2002)

4. Analisa Hasil

42
a. Tentukan beberapa nilai MPN Coliform dari sample
b. Bandingkan dengan MPN standart yang ditentukan oleh DEPKES. Bagaimana kualitas
air berdasarkan nilai MPN Coliform.

5. Diskusi
a. Mengapa dalam penentuan kualitas air secara mikrobiologi factor keberadan bakteri
sangat menentukan?
b. Apa sebabnya nilai MPN Coliform tidak melebihi ketentuan yang dipersyaratkan oleh
Depkes?

43
Topik VI
PEMBUATAN KEJU
1. PENDAHULUAN

Keju adalah suatu makanan hasil fermentasi yang sangat dikenal di benua Eropa. Makanan sehari-
hari yang setiap saat dijumpai saat inipun di Indonesia terdapat keju. Keju mulai dikenal dan
dikonsumsi sehingga sudah menjadi bagian masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,
seperti pada pembuatan kue jajanan, restoran, hotel, makanan siap saji dan lain-lain. Pembuatan
keju dapat dilakukan secara sederhana di dalam rumah tangga dan dapat ditingkatkan kualitasnya
sesuai dengan kualitas yang diinginkan.

Susu sapi (milk) adalah suatu bahan makanan yang cepat sekali mengalami kerusakan atau
kadaluarsa, sehingga akhirnya tidak dapat dikonsumsi. Di samping dikonsumsi dalam bentuk
alaminya, susu banyak dipergunakan sebagai bahan bakuuntuk produk olahan, seperti : susu
bubuk, susu kental manis, mentega, yakult, yoghurt, kefir dan lain-lain.

Produk susu segar dalam negeri yang belum termanfaatkan diperkirakan masih ribuan ton, data
tersebut akan makin terus bertambah besar tiap tahunnya. Dengan demikian masih terbuka peluang
dalam memanfaatkan kelebihan susu tersebut sebagai bahan baku produk olahan susu. Di antara
olahan susu yang saat ini dibutuhkan masyarakat adalah keju. Produk keju mengandung nilai gizi
yang cukup dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Proses pembuatan keju pada umumnya dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme atau
enzim ke dalam susu yang telah dipasteurisasi. Kemudian terbentuk gumpalan (curd) pada larutan
susu dan gumpalan tersebut dipisahkan dari larutannya. Curd yang terbentuk tersebut adalah keju
muda. Keju muda tersebut setelah melalui proses pematangan (ripening) akan menjadi keju seperti
yang dikenal di pasaran.

Salah satu mikroorganisme yang dipergunakan dalam pembuatan keju adalah Mucor
miehei. Mucor miehei merupakan jamur yang dapat menghasilkan enzim rennilase yang berperan

44
dalam penggumpalan kasein dalam larutan susu. Kondisi optimum Mucor miehei adalah pada pH
4-5,5 dan temperatur 30-35 oC.

Tujuan
1. Menerapkan prinsip dasar bioproses dalam pembuatan keju
2. Mengetahui cara kerja dalam membuat keju dengan memanfaatkan sifat keasaman buah
lemon
3. Dapat melaksanakan pembuatan keju dari beberapa macam susu dan kacang-kacangan
4. Dapat menganalisis produk keju, yaitu kadar air, lemak, protein, dan organoleptik

2. PRAKTIKUM
Alat dan Bahan yang Digunakan
• Gelas Kimia sebagai fermentor, 400 ml, 2 buah
• Pemanas Listrik atau Penangas Air, 1 buah
• Saringan Kasa, 1 buah
• Pengaduk, 1 buah
• Pembakar Spiritus, 1 buah
• Erlenmeyer sebagai tempat pembibitan mikroorganisme, 25 ml, 1 buah
• Inkubator
• Susu Murni, 500 ml
• Susu bantal 500 ml
• Susu kacang hijau 500 ml, kacang kedelai 500 ml, kacang tanah 500 ml
• Lemon Juice, 250 ml

Langka Kerja
Urutan kerja dalam pembuatan keju dengan Lemon Juice adalah sebagai berikut :
1. Pasteurisasikan susu murni pada 80oC, selama 10 menit.
2. Dinginkan susu sampai 40 oC dan tambahkan Lemon Juice sebanyak 2 ml dalam setiap 100
ml susu.
3. Diamkan selama sekitar 3 jam dalam inkubator 30 oC, sampai terjadi penggumpalan atau
terbentuk “curd”

45
4. Setelah semua “curd” mengendap lakukan pemanasan sampai 70 oC dan aduk selama 5 menit.
5. Biarkan kembali selama 15 menit sampai endapan sempurna.
6. Pisahkan “curd” dan “whey” dengan kain kassa
7. Tambahkan garam sebanyak 3-4% dari berat curd.
8. Proses selanjutnya adalah pengadukan, pengepresan, pencetakan, pembungkusan, dan
penyimpanan.

KESELAMATAN KERJA
• Gunakan peralatan sesuai dengan contoh penggunaannya oleh instruktur
• Pembakar spiritus adalah alat yang paling berbahaya, gunakan api saat bekerja saja dan
matikan segera jika tidak terpakai.
• Hindari kontaminasi dengan bekerja dengan rapih, bersih, sistematik dan mengurangi
bercakap-cakap saat bekerja.

PENGOLAHAN DATA
Penyajian Hasil percobaan
• Data berat keju basah dan cair
• Test organoleptik

DISKUSI
Analisis mekanisme kerja pembuatan keju & analisis produk dibandingkan dengan literatur atau
produk lainnya.

46
Topik VII
Pemeriksaan Bahan Pengawet pada Produk

Pendahuluan
Bahan tambahan makanan (aditif makanan) digunakan agar makanan tampak lebih menarik dan
tahan lama; bahan tersebut dapat sebagai pengawet, pewarna, penyedap rasa dan aroma, anti
oksidan, dan lain-lain. Jadi bahan tersebut tidak bernilai gizi, tetapi ditambahkan ke dalam
makanan pada pembuatan atau pengangkutan untuk mempengaruhi atau mempertahankan sifat
khas makanan tersebut.

Beberapa bahan tambahan makanan mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap kesehatan
manusia; karena itu Departemen Kesehatan telah mengatur/menetapkan jenis-jenis bahan
tambahan makanan yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam pengolahan makanan. Bahan
tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah formalin (formaldehide) dan asam borat
(garamnya natrium tetraborat/boraks).

1. Formalin
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa di gunakan
untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan
kimia yang disalahgunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso (Djoko, 2006).

Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada
suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan
sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol
dan eter (Moffat, 1986).

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan
secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri
atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia

47
fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga
sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum,
pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan
pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai
bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil (<
1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet
(Yuliarti, 2007).

Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan
tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang
memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing menunjukkan bahwa pemberian
formalin dalam dosis tertentu pada jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna.
Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan
cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Yuliarti,
2007).

2. Boraks
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak merupakan
kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri nonpangan
seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet (Didinkaem, 2007).

Boraks merupanakan racun bagi semua sel. Pengaruh terhadap organ tubuh tergantung
konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu
diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ
lainnya. Dosis fatal boraks antara 0,1 – 0,5 g/kg berat badan (Cahyo, 2006).
Boraks ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus. Bakso mengandung boraks memiliki kekenyalan khas yang
berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung
boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama (Anonim, 2009).

48
Boraks termasuk kelompok mineral borat yang merupakan senyawa kimia alami yang
tersusun dari atom boron (B) yang merupakan logam berat dan oksigen (O). Boraks sudah
lama digunakan oleh masyarakat dan industri kecil dari pangan seperti gendar, kerupuk, mie
dan bakso. Boraks secara lokal dikenal sebagai air bleng, atau cetitet, garam bleng atau pijer.
Boraks sebetulnya sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah sejak juli 1978 dan
diperkuat lagi dengan SK Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/Per/IX/1988 (Winarno,
1997).

Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot
molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan
tak berbau serta agak manis. Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat
yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam
obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk
pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu
dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).

Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso,
mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).

Efek boraks pada penggunaan beberapa bahan makanan :


a. Mie basah
Penggunaan boraks pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari
pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es
( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan
menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
b. Tahu

49
Apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu
biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Selain itu, tahu
tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras,
namun tidak padat.
c. Bakso.
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya
juga sangat kenyal.

3. Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil
dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan
Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar
berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambal botol, dan sirup melalui
pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah
bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada
awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai
keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.

Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar
479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau
atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna
merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam
alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan
sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu
165?C.

Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa
sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa
organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu

50
sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti
timbaledan arsen ( Subandi ,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua
unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.

Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin
ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat
ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts
untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida
dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.

Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya
kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya
efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk
dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan
toksik dan karsinogen.

Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata,
menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari
Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain
senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang
radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita
ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau
memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan
senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan
dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada
manusia.

51
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri adalah gas
beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin berasal dari kekuatan
mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi
dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO).
Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan
air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir
dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan
manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam
renang pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:


a. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
b. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
c. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
d. Baunya tidak alami sesuai makanannya
e. Harganya Murah seperti saus yang cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol
4. Methanyl yellow
Methanil yellow adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, larut
dalam air agak larut dalam aseton. Methanil yellow digunakan untuk memberi kuning.
Methanil yellow merupakan senyawa kimia aromatik yang dapat menimbulkan tumor dalam
berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan dan jaringan kulit. Methanil
yellow digunakan untuk pewarna wool, nilon, kulit, kertas, cat, aluminium, detergen, kayu
dan kosmetik.
a. Beberapa telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie, pangan
jajanan berwarna kuning dan banyak juga sebagai pewarnapada tahu.
b. Ciri pangan dengan pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan
cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk).
c. Metilen yellow bila digunakan sebagai bahan pangan bisa bersifat karsinogenik

Tujuan

52
- Mengetahui ada tidaknya pengawet pada bahan makanan yang diuji.
- Memahami cara pengujian sederhana ada tidaknya pengawet dalam bahan makanan, lalu
mencegah mengkonsumsi bahan makanan yang bersangkutan demi terjaganya kesehatan.

Pemeriksaan dengan kunyit


ALAT BAHAN
Pipet tetes Kunyit
Beaker Glass Tahu
Mortar Baso
Kasa pengaduk Kerupuk Mentah
Tripod Mie Basah
Bunsen Air panas
Kertas Saring
Pelat Tetes
Korek Api

Langkah Kerja :
1. Memeras kunyit hingga keluar airnya, meletakannya di pelat tetes
2. Mengambil air kunyit dengan pipet
3. Meneteskannya pada kertas saring yang telah disediakan dengan menggunakan pipet tetes,
menunggu hingga kering.
4. Memanaskan air pada beaker glass 25 CC.
5. Merebus bahan-bahan yang telah dibawa pada air yang telah mendidih. Satu persatu.
6. Meletakan air rebusan yang mengandung sari bahan makanan pada pelat tetes.
7. Mengambil air rebusan bahan dengan pipet tetes, lalu meletakannya pada kertas saring yang
telah diberi air kunyit.
8. Mencatat perubahan yang terjadi.
9. Mengulang langkah 5-9 pada bahan-bahan yang lain.

Pemeriksaan Rodamin B
1. Alat
• Cawan petri
• Spet
• Mortal

53
• Pipet tetes
• Tabung reaksi & rak tabung reaksi

2. Bahan
• Pereaksi Rhodamin - B ( Test kit )
• Sampel - Sirup merah cap bintang
- Kue kukus dengan warna merah terang
• Air mineral
• Kapas

3. Cara kerja
a. Persiapkan sampel yang akan di periksa (sirup merah dan kue kukus warna merah terang)
b. Sampel padat dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mortal
c. Tambahkan sedikit air agar sampel menjadi lebih halus atau menjadi homogen dengan air
d. Kemudian tuangkan masing-masing sampel ke dalam cawan petri
e. Ambil air yang telah homogen dengan sampel menggunakan spet sebanyak 1 ml; (note :
Tanpa ada padatannya)
f. Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi
g. Lalu tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi I rhodamin - b ke dalam tabung reaksi tersebut secara
hati – hati tetes demi tetes dan segera tutup botolnya.
h. Setelah itu tambahkan 5 tetes pereaksi II rhodamin – b.
i. Kemudian tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi III rhodamin – b (gunakan pipet tetes yang ada);
kocok dengan hati – hati.
j. Jika terbentuk warna ungu (violet) pada lapisan atas, sampel positif mengandung rhodamin
– b.

Pemeriksaan Methanil Yellow


Alat
• Cawan petri
• Spet
• Tabung reaksi & rak tabung reaksi

Bahan
• Pereaksi methanil yellow( Test kit )
• Sampel
▪ Sirup kuning

Cara kerja

54
1) Persiapkan sampel yang akan di periksa ( sirup kuning );
2) Kemudian tuangkan sampel ke dalam cawan petri;
3) Ambil sampel menggunakan spet sebanyak 1 ml;
4) Lalu masukkan kedalam tabung reaksi;
5) Tambahkan pereaksi methanil yellow tetes demi tetes secara hati – hati, setelah itu tutup
botolnya;
6) Kocok secara hati – hati, amati perubahan yang terjadi;
7) Jika terbentuk warna violet kecoklatan, sampel positif mengandung methanil yellow.

d. Analisa Hasil
1) Tentukan warna masing-masing sampel (dengan kunyit, rhodamin B, methanil yellow)
2) Bandingkan warna tersebut dengan teori

Bahan Makanan Pereaksi Warna yang muncul

e. Diskusi
1) Apa yang menyebabkan ada perubahan warna pada makanan setelah diberikan reagen-reagen
pereaksi?

55

Anda mungkin juga menyukai