Anda di halaman 1dari 31

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 1

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Seluruh mahasiswa yang mengikuti Praktikum Biokimia wajib mentaati peraturan


yang berlaku di laboratorium, antara lain:
1. Setiap mahasiswa yang akan melakukan Praktikum Biokimia harus terdaftar sebagai
mahasiswa aktif pada semester berjalan
2. Praktikan wajib mengikuti persyaratan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Praktikum Biokimia
3. Praktikan bekerja di laboratorium sesuai dengan kelompok yang telah dibagi dan berlaku
selama mengikuti Praktikum Biokimia pada semester berjalan
4. Praktikan datang 15 menit lebih awal, sebelum praktikum dimulai
5. Praktikan yang terlambat 15 menit tanpa alasan yang sah dianggap tidak hadir tidak
diizinkan melakukan praktikum
6. Kehadiran Praktikan dalam Praktikum adalah 100%. Praktikan yang tidak dapat hadir
karena sakit atau alasan lain yang diperkenankan harus melapor ke Dosen dan
berkoordinasi dengan PLP untuk mengganti ketidakhadiran praktikum.
7. Praktikan diwajibkan menggunakan APD dengan nametag selama praktikum
berlangsung.
8. Praktikan yang berambut panjang harus mengikat rambut.
9. Praktikan tidak diperkenankan merokok, makan dan minum di laboratorium selama
praktikum berlangsung.
10. Seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum harus tercatat dan
disetujui oleh PLP
11. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan menggunakan topi dan
sandal.
12. Setiap praktikan wajib membawa kotak yang berisi lap kasar, lap halus, sabut dan sikat
tabung.
13. Setelah praktikum selesai, bahan–bahan seperti : kertas, tissue atau sisa –sisa bahan
kimia yang tercecer atau tumpah harus dibuang pada tempat yang telah disediakan, alat
dikembalikan dan disimpan kembali dalam kondisi bersih
14. Setiap praktikan wajib membuat Log Book individu yang isinya memuat: Judul Praktikum,
Tujuan, Landasan Teori, Alat, Bahan dan Prosedur, Data Hasil Pengamatan, serta
jawaban Evaluasi
15. Laporan Sementara dan Laporan Praktikum wajib dibuat oleh masing-masing kelompok
praktikum
16. Laporan setiap percobaan harus dibuat pada kertas A4, ukuran margin, Kiri 4 cm, Kanan,
atas dan bawah 3 cm
17. Laporan praktikum dibuat dalam bentuk laporan lengkap dan diserahkan di minggu
penyerahan laporan praktikum dan telah di setujui/ACC oleh Dosen Pembimbing
Praktikum
18. Bagi yang tidak membuat laporan praktikum tidak diperkenankan mengikuti Ujian
Praktikum.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 2


19. Susunan isi Laporan Praktikum adalah sebagai berikut:
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar (jika ada)
Daftar tabel (jika ada)
I. Modul 1 (Judul, Tujuan, Landasan Teori, Metodologi, Data Pengamatan,
Pembahasan, Kesimpulan, Saran)
II. Modul 2 (Judul, Tujuan, Landasan Teori, Metodologi, Data Pengamatan,
Pembahasan, Kesimpulan, Saran)
III. Modul 3 (Judul, Tujuan, Landasan Teori, Metodologi, Data Pengamatan,
Pembahasan, Kesimpulan, Saran)
IV. Modul 4 (Judul, Tujuan, Landasan Teori, Metodologi, Data Pengamatan,
Pembahasan, Kesimpulan, Saran)
V. Modul 5(Judul, Tujuan, Landasan Teori, Metodologi, Data Pengamatan, Pembahasan,
Kesimpulan, Saran)
Daftar Pustaka
Lampiran (Laporan sementara, dokumentasi, hasil perhitungan, dll)
20. Praktikan wajib mengganti peralatan yang pecah dan atau rusak sebelum praktikum
berikutnya dan melaporkannya kepada PLP

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM

A. Keselamatan Kerja Pribadi


1. Pakailah JAS PRAKTIKUM yang sesuai dengan pekerjaan di laboratorium.
2. Gunakan sepatu tertutup yang layak untuk keamanan bekerja di laboratorium. Sepatu
terbuka, sandal atau sepatu hak tinggi TIDAK BOLEH digunakan di laboratorium.
3. Gunakan selalu kaca mata pelindung, masker, dan sarung tangan ketika bekerja dengan
zat-zat yang berbahaya dan iritan.
4. JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN KONTAK LENSA ketika bekerja di laboratorium.
5. Rambut yang panjang harus selalu diikat dan dimasukkan ke dalam jas lab untuk
menghindari kontak dengan zat-zat berbahaya, mesin yang bergerak dan nyala api.
6. Selalu cuci tangan dan lengan Anda sebelum meninggalkan laboratorium.

B. Keselamatan dalam Melakukan Percobaan


1. JANGAN melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau percobaan TANPA ADANYA
PENGAWASAN supervisor laboratorium (dosen pemimpin praktium, PLP atau asisten
praktikum).
2. Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja SEBELUM bekerja di laboratorium. Anda
harus mengacu pada Material Safety Data Sheets (MSDS) setiap kali bekerja dengan zat-
zat kimia tertentu.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 3


3. Periksa semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat kerusakan, segera
laporkan kepada petugas laboratorium untuk segera diganti/diperbaiki.
4. Pilihlah tempat yang tepat untuk melakukan percobaan. Percobaan yang melibatkan zat-
zat berbahaya dan beracun harus dilakukan di dalam lemari asam.
5. KONSULTASIKAN selalu setiap perkembangan dalam percobaan kepada asisten atau
dosen pemimpin praktikum.
6. JANGAN meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan, terutama percobaan yang
menggunakan bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah terbakar.
7. Jika perlu, TEMPATKAN TANDA BERHATI-HATI DAN NAMA ANDA di tempat percobaan
sedang dilakukan, jika percobaan yang dilakukan cukup beresiko dan berbahaya.
8. Kenakan label nama dan NIM di jas laboratorium Anda agar mudah untuk dikenali dan
dihubungi.
9. Lakukan selalu pengecekan terhadap hal-hal yang menunjang keselamatan kerja setiap
kali selesai percobaan. PASTIKAN semua kran gas, kran air, saluran listrik, saluran
vakum telah dimatikan.
10. Jika terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, segera laporkan kepada Asisten
praktikum, PLP atau Dosen pembimbing praktikum. Segera hubungi faskes jika
memerlukan perawatan lebih lanjut
11. Kenali lokasi alat pemadam kebakaran, shower, dan kran air bersih
12. Baca dan pahami prosedur percobaab dengan baik sebelum Anda bekerja di
laboratorium. Jika ada prosedur yang tidak dipahami, segera bertanya kepada Asisten
praktikum, PLP atau Dosen pembimbing. Bekerja tanpa memahami prosedur kerja di
laboratorium dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal.

C. Penanganan Khusus Zat-zat Beracun dan Berbahaya


1. Anda harus mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan dalam setiap
percobaan. Baca dan pahami MSDS tiap-tiap zat!
2. Beri label reagen dan sampel yang Anda gunakan.
3. Simpan zat-zat kimia di lokasi yang sesuai.
4. JANGAN MEMBUANG zat-zat kimia ke wastafel!
5. Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakai ke botol-botol atau jerigen
khusus untuk zat-zat sisa, yang tersedia di laboratorium.
6. JANGAN PERNAH memipet sesuatu dengan mulut!
7. Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia maupun air dengan lap kering. Laporkan
setiap kejadian kepada Dosen, PLP atau asisten praktikum bila Anda ragu cara
menaggulanginya!

D. Bahan Kimia
1. Bahan-bahan kimia di laboratorium kimia harus dianggap beracun dan berbahaya.
JANGAN MAKAN DAN MINUM DI LABORATORIUM! Cucilah tangan Anda setiap akan
meninggalkan laboratorium!

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 4


2. Selalu nyalakan lemari asam ketika bekerja di laboratorium. Kerjakan reaksi-reaksi yang
melibatkan senyawa yang mudah menguap dan mudah terbakar di dalam lemari asam!
3. Jika Anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja Anda, tutuplah selalu wadah
yang digunakan untuk menyimpan zat tersebut!
4. Jika Anda menumpahkan zat kimia di meja Anda, segera bersihkan dengan lap kering
atau tissue. Buanglah tissue atau lap kotor di tempat sampah yang disediakan.
5. Jika Anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah dengan air yang
banyak. KECUALI APABILA ANDA TERKENA TUMPAHAN/CIPRATAN BROM, FENOL
ATAU ASAM SULFAT PEKAT (H2SO4 PEKAT), HINDARI MEMBILAS DENGAN AIR!!!
6. Jika terkena asam sulfat pekat, laplah bagian tubuh Anda yang terkena asam sulfat pekat
dengan tissue kering atau lap kering. Kemudian setelah beberapa saat, cucilah bagian
tubuh Anda dengan air sabun dan air yang banyak.
7. Bahan kimia digolongkan menjadi 6 golongan yaitu:
a. Harmful atau berbahaya yaitu bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit,
berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat
seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.
b. Toxic/Very Toxic atau beracun produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit
yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,
menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
c. Corrosive atau korosif, produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi
pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.
d. Extremely Flammlable/Highly Flammlable atau mudah terbakar, senyawa ini memiliki
titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara
(berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti hidrogen) dari
hidrida metal.
e. Explosive atau mudah meledak, produk ini dapat meledak dengan adanya panas,
percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk
garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal).
f. Oxidator (Pengoksidasi) senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini
menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi
(reduktor).

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 5


Gambar 2. Simbol-Simbol Bahan Kimia Di Laboraorium

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 6


PERALATAN DASAR DI LABORATORIUM

Gelas Kimia (Beaker Glass):


Alat gelas yang berfungsi untuk
menampung dan memanaskan
cairan atau larutan kimia. Terdapat
berbagai ukuran dari gelas kimia
tergantung dari kapasitas
kebutuhan yang diinginkan. Gelas
kimia terbuat dari bahan kaca
borosilikat yang tahan panas
hingga 200˚C, atau bahan lain
seperti plastic polietilena,
polipropilena dan PFTE, serta
bahan logam eperti stainless atau
aluminium.
Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer
Flask):
Alat gelas yang berfungsi untuk
menampung cairan atau larutan
kimia, , pencampuran,
pengocokan, tempat pembiakan
mikroba dan digunakan dalam
proses titrasi. Labu Erlenmeyer
memiliki beberapa ukuran mulai
dari 25mL hingga 2000mL.

Gelas ukur (Graduated


Cylinder):
Alat gelas yang berfungsi untuk
mengukur volume cairan atau
larutan zat kimia. Gelas ukur terdiri
dari berbagai macam ukuran
tergantung dari
kapasitas kebutuhan yang
diinginkan.

Labu ukur:
Alat gelas berbentuk labu yang
terbuat dari kaca dan termasuk
kedalam peralatan laboratorium
volumetrik yang digunakan untuk
mengencerkan zat tertentu atau
membuat larutan dengan volume
yang teramati hingga batas leher

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 7


labu ukur. Labu ukur memiliki
berbagai ukuran mulai dari 5 mL
sampai 1000mL.
Pipet tetes (Pasteur pipette):
Alat yang digunakan untuk
mengambil sejumlah kecil cairan
atau larutan

Pipet volume:
Alat gelas volumetric yang
berfungsi untuk mengambil larutan
dengan volume tunggal dengan
ketelitian tinggi. Pipet volume
memiliki ukuran volume tunggal.
Pengambilan larutan sesuai
volume dilakukan hingga meniskus
larutan tepat pada tanda batas
pipet. Pipet volume biasanya
digunakan untuk pengambilan
sampel atau larutan standar.
Pipet ukur:
Alat gelas volumetric yang
berfungsi untuk mengambil larutan
dengan teliti. Pipet ukur digunakan
untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu. Terdapat skala
yang menunjukkan ukuran volume
yang diambil dengan pipet ukur.
Terdapat berbagai ukuran pipet
ukur mulai dari 1 mL hingga 50mL.
Buret:
Alat gelas volumetric yang
digunakan untuk mengukur
banyaknya larutan yang diperlukan
pada saat proses titrasi dilakukan.
Buret dilengkapi dengan kran pada
ujungnya yang berfungsi untuk
mengatur keluarnya larutan dari
buret. Terdapat garis skala pada
buret yang berfungsi untuk
menunjukkan banyaknya
larutan/cairan yang leuar dari
buret.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 8


Tabung Reaksi (Test Tube):
Alat gelas yang berfungsing untuk
melakukan reaksi kimia dalam
jumlah sedikit. Tabung yang
terbuat dari gelas ini terdiri dari
berbagai ukuran dengan kapasitas
yang berbeda-beda

Kaca Arloji (Watch Glass):


Alat gelas yang berfungsi untuk
wadah penimbangan yang berupa
padata, serbuk atau pasta. Alat ini
terbuat dari gelas bening dengan
berbagai ukuran diameter yang
berbeda-beda.
Corong Gelas (Glass Funnel):
Alat gelas yang berfungsi untuk
memindahkan atau memasukkan
larutan atau cairan ke dalam
wadah serta berfungsi sebagai alat
bantu dalam proses
filtrasi/penyaringan. Corong
terbuat dari gelas atau porselen
yang ada corong tangkai panjang
dan pendek.
Spatula:
Alat laboratorium yang berfungsi
untuk mengambil bahan padatan.
Spatula laboratorium umumnya
terbuat dari stainless, tanduk
hingga keramik.

Cawan krusibel (Crucible):


Alat laboratorium yang digunakan
untuk pengeringan, penguapan
dan pemijaran bahan. Cawan
krusibel terbuat dari bahan
porselen yang tahan suhu tinggi.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 9


Batang Pengaduk:
Alat yang berfungsi untuk
mengaduk larutan dalam labu dan
terbuat dari bahan gelas

Kaki tiga:
Alat yang berfungsi untuk
menyangga ring dan digunakan
untuk menahan kawat kasa dalam
proses pemanasan di
laboratorium.

Kawat Kasa:
Alat laboratorium yang berfungsi
sebagai tempat meletakkan wadah
sampel dalam proses pemanasan

Lumpang dan Alu (Mortar dan


Pestle):
Alat laboratorium yang berfungsi
untuk menggerus atau
menghaluskan bahan padatan di
laboratorium

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 10


Ball Pipet/Pipet Filler/Karet
Penghisap:
Alat laboratorium yang digunakan
untuk menyedot larutan dan
dipasangkan diujung pipet vlume
atau pipet ukur dalam proses
pemindahan sejumlah larutan

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 11


MODUL PRAKTIKUM I
ANALISIS KARBOHIDRAT

A. Tujuan Percobaan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami prinsip dan mampu melakukan
identifikasi karbohidrat
secara kualitatif
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya karbohidrat secara kualitatif
dengan Uji Molisch.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya gugus aldehid pada karbohidrat
dengan Uji Tollens.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya gula reduksi dengan Uji Benedict.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya adanya ketosa (fruktosa) dengan
Uji Selliwanof.
e. Mahasiswa mampu membedakan monosakarida dan disakarida dengan Uji
Barfoed.
f. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi menggunakan iodin untuk
membedakan jenis golongan polisakarida.

B. Dasar Teori
Karbohidrat adalah senyawa kompleks yang terdiri dari senyawa karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan rumus molekul CnH2nOn. Namun demikian
karbohidrat sering didefinisikan sebagai polihidroksi aldehida dan poihidroksi keton atau
senyawa yang bila dihidrolisis akan menghasilkan residu senyawa tersebut. Karbohidrat
adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mempunyai rumus molekul
umum (CH2O)n. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan
oksigen. Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus –OH, gugus aldehid
dan gugus keton.Karbohidrat memiliki 2 fungsi yaitu, sebagai sumber energi dan sebagai
bahan penyusunan struktur. Contoh karbohidrat sebagai sumber energi adalah glukosa,
pati dan glikogen. Sedangkan karbohidrat sebagai bahan penyusun struktur yaitu
selulosakitin dan pektin. Terdapat 4 golongan utama karbohidrat yaitu:
1. Monosakarida
Disebut juga dengan gula sederhana, terdiri dari satu unit polihidroksialdehid
atau keton, merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Jenis senyawa yang termasuk ke dalam kelompok monosakarida adalah
senyawa yang tak berwarna, berbentuk Kristal padat, pada umumnya mempunyai rasa
manis, larut dalam air, tapi tidak larut dalam pelarut non polar. Contoh kelompok
monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa dan mannosa. Secara umum
monosakarida dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berdasarkan gugus fungsi dan
jumlah atom karbon.
Berdasarkan gugus fungsi yang diikat maka monosakarida dibedakan sebagai berikut.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 12


a. Aldosa: monosakrida yang mengandung gugus aldehid (–CHO) dan beberapa gugus
hidroksil (–OH). Contoh: Glukosa, galaktosa, ribosa, 2-deoksiribosa
b. Ketosa: monosakarida yang mengandung gugus keton (–C=O) dan beberapa gugus
hidroksil (–OH). Contoh: fruktosa, ribulose

Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-


rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin
ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting
dalam ilmu gizi, yaitu glukods, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini
mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen,
dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom
hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah
yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga
monosakarida tersebut. Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat
dalam bentuk isomer dekstro (D). Gugus hidroksil pada karbon nomor 2 terletak di sebelah
kanan. Struktur kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin. Monosakarida
yang paling banyak terdapat di alam ialah yang beratom C3 sampai 6, terutama atom C5
dan 6 misalnya glukosa, fruktosa, ribose, arabinose, sillosa dan lain-lain.
2. Disakarida
Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain melalui
reaksi kondensasi. kedua monosakarida saling mengikat berupa ikatan glikosidik melalui
satu atom oksigen (O). Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C nomor 1
dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul
air. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa yang dapat
dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali mejadi dua molekul monosakarida melalui
reaksi hidrolisis. Ikatan dua molekul disakarida disebut ikatan glikosida, terbentuk antara
gugus hidroksil dari atom C nomor 1 (karbon anomerik) dengan gugus hidroksil molekul
gula lainnya. Biasanya ikatan yang terjadi antara C nomor 1 dengan C bernomor genap.
Ikatan tersebut akan berdampak pada sifat pereduksi suatu disakarida. Ada tidaknya sifat
pereduksi ditentukan oleh ada tidaknya gugus OH bebas yang reaktif. Biasanya pada
glukosa pada C nomor 1, dan fruktosa pada C nomor 2. Golongan disakarida, yang
terdapat di alam adalah maltosa, silobinosa, laktosa dan sakarosa
a. Sukrosa

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 13


Sukrosa merupakan disakarida yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari yang disebut gula tebu karena diperoleh dari air tebu dan diproses menjadi
gula putih “gula pasir”, selain itu juga terdapat dalam bit, siwalan, wortel, nanas, sorgum,
dan kelapa kopyor. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat
melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banyak digunakan di
Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses penyulingan tidak sempurna.
Sukrosa juga terdapat di dalam buah,kemanisan laktosa; 3 kali kemanisan maltosa; 1,4
kemanisan glukosa, dan 0,5 kali kemanisan fruktosa. Sukrosa terbentuk dari satu satuan
fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Ikatan glikosida menghubungkan
karbon 1 (C1) dari masing-masing monosakarida, yaitu β dari fruktosa dan α dari glukosa.
Berdasarkan struktur sukrosa, sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas reaktif karena
keduanya saling berikatan, sehingga tidak mereduksi pereaksi Fehling, Benedict, atau
Tollens. Hasil hidolisis sukrosa atau dengan enzim invertase akan menghasilkan glukosa
dan fruktosa.

b. Maltosa
Maltosa atau gula gandum dapat diperoleh dari hidrolisis parsial amilum dengan
asam atau dengan pengaruh enzim diastase. Enzim diastase memecah amilum
menghasilkan campuran dekstrin dan maltosa, maltosa dengan enzim maltase
menghasilkan dua molekul glukosa. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati,
seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau bijian berkecambah dan di
dalam usus manusia pada pencernaan pati. Berdasarkan strukturnya, maltosa
merupakan gula pereduksi, berarti positif terhadap pereaksi Fehling, Benedict, atau
Tollens.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 14


c. Laktosa
Laktosa merupakan penyusun sekitar 5% air susu manusia dan sapi, serta dapat
diperoleh secara komersial hasil sampingan industri keju, juga dapat ditemukan dalam
urine selama kehamilan. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas
satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan
ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan
tetap tinggal dalam saluran pencernaan. Laktosa merupakan gula pereduksi, dan
hidrolisisnya menghasilkan glukosa dan galaktosa.

3. Oligosakarida
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Beberapa
oligosakaraida antara lain adalah:
a. Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-unit
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat du dalam biji
tumbuh -tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat dipecah oleh enzim-
enzim perncernaan.
b. Fruktan adalah sekelompok oligo dan polisakarida yang terdiri atas beberapa unit
fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa. Fruktan terdapat di dalam
serealia, bawang merah, bawang putih, dan asparagus. Fruktan tidak dicernakan
secara berarti. Sebagian besar di dalam usus besar difermentasi
4. Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa yang tersusun atas banyak (ratusan bahkan
ribuan) unit monosakarida per molekul yang dihubungkan oleh ikatan glikosida, dan dapat
dipecah melalui hidrolisis. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai sumber
energi (pati, dekstrin, glikogen, fruktan) dan sebagai penguat tekstur (selulosa,
hemiselulosa, pektin, lignin) yang tidak dapat dicerna tubuh tetapi merupakan serat untuk
menstimulasi enzim-enzim pencernaan. Polisakarida terpenting adalah selulosa, amilum,
dan glikogen.Selulosa merupakan material struktur utama tumbuh-tumbuhan, yang
memberikan kekakuan dan bentuk tumbuh-tumbuhan, dan bukan merupakan gula
pereduksi. Amilum penyusun bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan dan banyak
dijumpai dalam biji-bijian maupun umbi-umbian. Amilum lebih mudah larut dibanding
selulosa, lebih mudah terhidrolisis dam mudah dicerna. Amilum dapat dipisahkan menjadi

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 15


dua fraksi uatam yaitu 20% adalah amilosa (larut dalam air), dan 80% amilopektin (tidak
larut). Amilosa larut dalam air, dengan iodin berwarna biru, molekulnya lurus, ikatan
1,4’glikosidik dan massa molekul 50.000-200.000. Amilopektin tidak larut dalam air,
dengan iodin berwarna merah/lembayung, molekul bercabang, ikatan 1,4‟ atau 1,6‟ ,
dan massa molekul 70.000 –1000000.
Glikogen merupakan karbohidrat cadangan hewan dan manusia yang disimpan
dalam hati dan jaringan otot. Pada waktu hewan disembelih, terjadi kekejangan dan
glikogen dipecah menjadi asam laktat. Glikogen merupakan cadangan energi yang akan
diubah menjadi glukosa dengan enzim fosforilase dengan koenzim asam adenilat dan
enzim amilo-1,6-glukosidase. Pada pembentukan glikogen dari glukosa darah diatur oleh
insulin, jika kekurangan insulin maka terjadi peningkatan kadar glukosa yang
menimbulkan diabetes mellitus. Glikogen dengan iod memberi warna merah coklat.
5. Analisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidrat didasarkan pada reagen test yang digunakan. Beberapa
sifat umum dan reaksi karbohidrat antara lain:
1. Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida, selanjutnya mengalami dehidrasi membentuk furfural dan derivate-
nya. Senyawa ini jika ditambah sulvonated alpha naptol akan menjadi zat yang
berwarna ungu.
2. Sakarida yang mempunyai gugus aldehid, mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat
diketahui jika ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan ion Cupri dalam
suasana alkalis, kemudian dipanaskan akan terdapat endapan Cu 2O yang berwarna
merah bata. Uji adanya gugus reduksi dapat dilakukan dengan penamabahan larutan
yang mengandung ion Cupri, yaitu larutan: Fehling, Benedict, Barfoed, Luft dan lain-
lain. Larutan Barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida.
a. Dehidrasi monosakarida keton akan dihasilkan furfural. Peristiwa dehidrasi ketosa
menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dengan dehidrasi monosakarida aldosa.
Hal ini disebabkan karena aldosa sebelum dehirasi mengalami transformasi dulu
menjadi berwarna merah muda (Uji Seliwanoff).
b. Iodin dapat diabsorbsi oleh polisakarida hingga menjadi pewarnaan. Dengan amilum
akan memberikan warna biru, dengan glikogen akan memberikan warna coklat,
dengan dextrin akan memberikan warna merah coklat.
c. Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja. Bila mengalami hidrolisa
akan menghasilkan rantai monosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus
reduksi. Hidrolisa amilum menghasilkan dextrin dan akhirnya glukosa, mula-mula
dengan jod berwarna biru akhirnnya tidak terjadi pewarnaan.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 16


Gambar. Flowchart Identifikasi Sampel Karbohidrat
C. Metodologi
1. Alat dan Bahan
a. Alat: Beaker glass, Gelas Ukur, Tabung Reaksi, Rak tabung, Pipet tetes,
Labu ukur, Batang Pengaduk, Mortar dan pestle, Neraca analitik, Corong,
Spatula, Kertas saring, Kompor listrik, Penjepit tabung, Ball pipet
b. Bahan: Sampel karbohidrat: gula-gula standar (manosa, sukrosa, laktosa,
galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glukosa, sampel roti kering, madu,
apel, tepung, kentang rebus, amilum), Larutan Molisch (5% α-naphtol dalam
etanol), H2SO4 pekat, Larutan Moore, Reagen Benedict (100 g Na2CO3;
173 g Na3C6H5O7 dan 17,3 CuSO4.5H2O → dilarutkan dengan akuades
hingga volume tepat 1L), Reagen Selliwanof (Larutkan 50 mg resorsinol
dalam 33 mL HCl pekat → tepatkan dengan aquades hingga 100 mL),
Reagen Barfoed (0,33M larutan Cu(II) asetat, Cu(CO2CH3)2, ditambahkan
ke dalam larutan asam asetat 1%), Reagen Tollens (Tambahkan 25 mL
KOH 0,8M ke dalam 50 mL larutan AgNO3 0,1M. Tambahkan beberapa mL
larutan ammonia untuk melarutkan endapan coklat yang terbentuk dalam
larutan), Reagen Lugol’s Iodine (Campuran larutan iodine 5% dengan
10%KI), Aquadest.
2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Sampel Standar
1) Timbang masing-masing gula-gula standar sebanyak 1 gram.
2) Larutkan masing-masing gula standar dengan aquadest kira-kira 30mL

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 17


3) Masukkan larutan gula ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian
tambahkan aquadest hingga tanda batas
4) Homogenkan
b. Pembuatan Larutan Sampel Karbohidrat
1) Timbang masing-masing sampel sebanyak 2gram. Jika sampel berupa
cairan, pipet sebanyak 2mL
2) Larutkan masing-masing sampel dengan aquadest kira-kira 30mL
3) Masukkan larutan gula ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian
tambahkan aquadest hingga tanda batas
4) Homogenkan dan saring
c. Uji Kualitatif Karbohidrat
1) Uji Molisch
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1 mL sampel
dan 1 mL akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 2-3 tetes Pereaksi Molisch ke dalam masing-masing
tabung, homogenkan
c. Tambahkan 1mL H2SO4 pekat ke dalam masing-masing tabung
secara perlahan melalui dinding tabung, agar asam tidak
bercampur dengan larutan dan bisa membentuk dua lapisan
larutan
d. Amati, catat dan dokumetasikan hasil pengamatan yang diperoleh
2) Uji Benedict
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1 mL sampel
dan 1 mL akuades sebagai blanko
b. Tambahkan ± 2mL Pereaksi Benedict ke dalam masing-masing
tabung
c. Panaskan tabung dalam waterbath suhu ±100˚C selama 3-5 menit
d. Amati, catat dan dokumentasikan hasil pengamatan yang
diperoleh
3) Uji Selliwanof
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 2 mL Pereaksi Seliwanoff ke dalam masing-masing
tabung
c. Panaskan tabung dalam waterbath suhu ±100˚C selama 1 menit
d. Amati, catat dan dokumentasikan hasil pengamatan yang
diperoleh
4) Uji Barfoed
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 2-3 tetes Reagen Barfoed ke dalam masing-masing
tabung, homogenkan dengan vortex

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 18


c. Panaskan tabung dalam waterbath suhu ±100˚C selama 1-2 menit.
Pemanasan tidak boleh dilakukan lebih dari 2 menit karena
disakarida dapat terhidrolisis menjadi monosakarida dan
memberikan hasil positif terhadap uji.
d. Amati, catat dan dokumentasikan hasil pengamatan yang
diperoleh
5) Uji Tollens
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 2mL Reagen Tollens ke dalam masing-masing
tabung, homogenkan
c. Panaskan tabung dalam waterbath suhu ±100˚C selama 1 menit.
d. Amati, catat dan dokumentasikan hasil pengamatan yang
diperoleh
6) Uji Iodin
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 2-3 tetes Reagen Lugol’s Iodine ke dalam masing-
masing tabung, homogenkan dengan vortex mixer
c. Amati, catat dan dokumentasikan hasil pengamatan yang
diperoleh
d. Panaskan larutan uji dalam tabung dengan waterbath hingga
warna biru menghilang
e. Dinginkan kembali tabung
f. Amati, catat dan dokumentasikan hasil pengamatan yang
diperoleh

D. Data Hasil Pengamatan


UJI MOLISCH
No. Reagen Molisch + Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Sampel Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI BENEDICT
No. Reagen Benedict Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
+ Sampel Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 19


….. Dst……..
UJI SELLIWANOF
No. Reagen Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Selliwanof + Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
Sampel
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI BARFOED
No. Reagen Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Selliwanof + Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
Sampel
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI TOLLENS
No. Reagen Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Selliwanof + Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
Sampel
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI IODIN
No. Reagen Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Selliwanof + Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
Sampel
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..

E. Evaluasi
1. Tuliskan tujuan, prinsip dan reaksi yang terjadi pada masing-masing uji kualitatif
karbohidrat diatas!
2. Berikan contoh karbohidrat yang dapat memberikan hasil positif pada masing-
masing uji tersebut!

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 20


3. Mengapa penambahan asam sulfat pekat pada Uji Molisch harus dilakukan
secara perlahan melalui dinding tabung? Jelaskan!

F. Referensi
Budiyanto, 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Fauzi, 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember: UNEJ.
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. New Tork: Marcel Dekker Inc.
Gaman, M., 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.
Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jolanda, M. 2010. Penentuan kadar glukosa. Makassar: FMIPA Universitas
Hassanuddin.
Megawati, Modul Praktikum Biokimia. Kolaka:Universitas Sembilanbelas November.
nn. 2018. Modul Karbohidrat. Yogyakarta: Diploma Analisis Kimia, UII.
Rohman, A. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Minuman. Yogyakarta: Liberty
Wahyuni, Y. 2009. Modul Praktikum Biokimia. Bandung: Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Bandung
Winarno, F.G.2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 21


MODUL PRAKTIKUM II
ANALISIS PROTEIN

A. Tujuan Percobaan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami prinsip dan cara mengidentifikasi
protein secara
kualitatif
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan analisis protein menggunakan uji Ninhidrin
b. Mahasiswa mampu melakukan analisis protein menggunakan uji Biuret.
c. Mahasiswa mampu melakukan analisis protein menggunakan uji Xantoprotein.
d. Mahasiswa mampu melakukan analisis protein menggunakan uji Sulfur.
e. Mahasiswa mampu melakukan analisis gugus karboksilat pada protein.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakterisasi sifat protein dengan tes
pengendapan menggunakan
asam kuat.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakterisasi sifat protein dengan tes
pengendapan menggunakan
alkohol.
h. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakterisasi sifat protein dengan tes
pengendapan menggunakan
anion kompleks dan logam berat.

B. Dasar Teori
Protein memiliki fungsi selular penting dalam tubuh karena berpartisipasi dalam
biosintesis porfirin, purin, pirimidin dan urea. Rantai protein merupakan jenis polipeptida
yang terdiri atas L-α-asam amino. Polimer asam amino yang memiliki rantai lebih pendek
dinamakan dengan peptida yang berperan penting sebagai hormon. Protein merupakan
makromolekul yang terdiri dari 1 (satu) rantai polipeptida dan terkadang dua atau lebih
polipeptida. Protein juga dapat ditemukan dalam setiap sel dan molekulnya terdiri dari
unsur C, H, N, O, S dan terkadang P, Fe, Zn dan Co.
Asam Amino
Asam amino adalah monomer penyusun protein yang memiliki dua gugus fungsi
yaitu –NH2 dan karboksil (-COOH). Terdapat 20 jenis Asam Amino penyusun protein di
alam.

Gambar. Struktur Asam Amino

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 22


Bila dua buah molekul asam amino berikatan (berkondensasi) membentuk ikatan
peptida disertai pelepasan molekul air, kemudian disebut dipeptida. Senyawa dipeptida
selanjutnya mengikat asam amino lainnya membentuk tripeptida sampai terbentu
polipeptida atau protein.

Gambar. Pembentukan Ikatan Peptida


Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam sintesisnya,
yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah
asam amino yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh, tetapi diperoleh dari luar misalnya
melalui makanan (lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan
arginin). Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis didalam
tubuh melalui perombakan senyawa lain. Klasifikasi asam amino dapat dilakukan
berdasarkan rantai samping (gugus –R) dan sifat kelarutannya didalam air.
Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan
hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian struktur asam amino). Berdasarkan rantai
sampingnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Rantai samping alifatik (asam amino non polar): Glisin, Alanin, Valin, Leusin,
Isoleusin.
2. Rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino polar): Serin,
Treonin, Tirosin.
3. Rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar): Sistein, metionin.
4. Rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya (gugus R bermuatan
negatif): Asam aspartate, Aspargin, Asam glutamate, Glutamin.
5. Rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan positif):Arginin,
Lisin, Histidin.
6. Mengandung cincin aromatic: Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan.
7. Asam imino: Prolin
Fungsi Protein
Fungsi Protein
Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang telah ada, sehingga disebut juga sebagai zat pembangun
tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 23


besaran, pada masa kehamilan protein yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan
embrio. Protein juga berfungsi sebagai berikut:
1. Sebagai enzim
2. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan
3. Sebagai pengatur pergerakan
4. Sebagai penunjang mekanis
5. Sebagai pertahanan tubuh/imunisasi
6. Sebagai media perambatan impuls syaraf
7. Sebagai pengendalian pertumbuhan
8. Sebagai bahan bakar jika keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat
dan lemak.
9. Sebagai zat pengatur keseimbangan
Klasifikasi Protein
1. Berdasarkan Bentuk Molekul

a. Protein fibriler/skleroprotein adalah protein yang berbentuk serabut, tidak


berlipat dan molekulnya panjang. Molekulnya terdiri atas beberapa rantai
polipeptida yang memanjang dan dihubungkan oleh beberapa ikatan silang
hingga berbentuk serat atau serabut yang stabil. Protein ini tidak larut dalam air,
dan pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa, atau alkohol, serta
sukar diuraikan oleh enzim. Berfungsi sebagai fungsi struktural untuk
membentuk struktur bahan dan jaringan, misalnya membentuk kulit, otot
(miosin), dinding pembuluh darah (elastin), gumbalan darah (fibrin), tulang rawan
(kolagen), dan rambut (keratin dan sistin).
b. Protein globuler/sferoprotein yaitu protein yang mempunyai rantai-rantai
polipeptida berlipat-lipat menjadi bentuk globular atau bulat padat. Protein ini
mudah larut dalam air dan pelarut-pelarut encer, serta mudah terdenaturasi
(susunan molekulnya berubah diikuti dengan perubahan fisik dan biologiknya
yang diakibatkan oleh perubahan pH ekstrim, pengocokan, beberapa jenis
pelarut dan zat terlarut). Protein ini terdapat pada susu, telur, dan daging.
Berfungsi sebagai fungsi gerak (dinamis) dan berfungsi dalam suatu organisme
seperti hemoglobin (mengangkut oksigen ke sel sel); insulin (membantu
metabolisme karbohidrat); antibodi (membuat protein asing menjadi tidak aktif);
fibrinogen (membentuk serat-serat yang tidak larut sehingga dapat
menggumpalkan darah); hormon-hormon (mengemban pesan-pesan ke seluruh
tubuh); enzim (sebagai biokatalisator).
Berdasarkan kelarutannya protein globuler dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok seperti berikut.
i. Albumin.
Larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya: albumin telur,
albumin serum, dan laktalbumin dalam susu.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 24


ii. Globulin.
Tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan garam
encer, dan mengendap dalam larutan garam pekat (salting out). Contoh:
miosinogen dalam otot, ovoglubolin dalam kuning telur, amandin dari
buah almonds, legumin dalam kacangkacangan.
iii. Glutelin.
Tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam/basa encer.
Contoh glutenin dalam gandum dan orizenin dalam beras.
iv. Prolamin atau gliadin.
Larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air/alkohol absolut.
Contoh: gliadin dalam gandum, dan zein pada jagung.
v. Histon.
Larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Contoh: globin
vi. Protamin.
Larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contoh: salmin (ikan
salmon), sprinin (ikan karper).
2. Berdasarkan Komponen Penyusun
a. Protein sederhana. Jika protein ini dihidrolisis maka hanya akan menghasilkan
asam amino. Komposisi unsur penyusunnya adalah 50% karbon, 7% hidrogen,
23% oksigen, 16% nitrogen dan 0 – 3% belerang.
b. Protein terkonjugasi. Jika protein ini dihidrolisis maka akan menghasilkan asam
amino dan senyawa organik atau anorganik. Komponen non-asam amino yang
terkonjugasi pada struktur protein dinamakan gugus prostetik. Contoh protein
terkonjugasi adalah nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein dan
glikoprotein.
3. Berdasarkan struktur
a. Struktur primer merupakan susunan yang hanya menggambarkan susunan
asam-asam amino pada rantai peptidanya tanpa memperhatikan kemungkinan
adanya interaksi antara asam-asam amino tersebut. Jadi struktur primer protein
hanya terbetuk oleh ikatan peptida.
b. Struktur sekunder. Jika interaksi antar asam amino diperhatikan di dalam
polipeptida, sehingga diperkirakan berbentuk heliks atau lembaran berlipat.
Ikatan yang membentuk heliks diakibatkan oleh adanya ikatan hidrogen antara
atom oksigen pada gugus karbonil dari asam amino yang satu dengan atom
hidrogen pada gugus asam amino lainnya.
c. Struktur tersier. Rantai polipetida yang berbentuk heliks akan melipat atau
menggulung karena adanya tarik menarik antar bagian-bagian rantai polipeptida
sehingga terjadi satu sub unit protein membentuk struktur tersier protein
d. Struktur kuartener merupakan struktur proeti akibat adanya kerja sama beberapa
sub unit dalam protein. Misalnya globin-globin dalam hemoglobin.
Uji Kualitatif Protein
1. Uji Xantoprotein.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 25


Test ini digunakan untuk membuktikan adanya asama amino yang mengandung
cincin benzene (tirosin,triptofan,fenilalanin) yang terdapat dalam protein. Untuk
mendapatkan reaksi ini, perlu penambahan larutan asam nitrat yang pekat ke
dalam larutan protein. Pada saat dicampur, akan terlihat pembentukan endapan
berwarna putih yang apabila dipanaskan akan berubah warna menjadi
kekuningan (jingga).
2. Uji Hopkins Case.
Reaksi ini terjadi apabila larutan senyawa protein yang mengandung unsur
triptofan bereaksi dengan pereaksi yang disebut dengan istilah Hopkins cole.
Pereaksi ini mengandung beberapa senyawa antara lain asam glikosilat.
3. Uji Millon.
Jenis reaksi dari uji kualitatif protein ini terjadi apabila larutan protein
ditambahkan dengan pereaksi berupa larutan merkuri serta merkuri nitrat yang
ada di dalam asam nitrat. Sebagai hasilnya, akan muncul endapan berwarna
putih yang akan berubah menjadi warna merah apabila terjadi pemanasan.
4. Uji Natriumnitroprusida.
Reaksi ini terjadi apabila pelarutnya adalah larutan amoniak. Protein yang
mengandung senyawa sistein akan menunjukkan hasil yang positif.
5. Uji Sakaguchi.
Jenis reaksi uji kualitatif protein ini menggunakan pereaksi berupa naftol dan
juga natriumhipobromit. Apabila terdapa gugus guanidine pada protein maka
hasilnya akan positif.
6. Uji Biuret.
Merupakan uji kualitatif protein yang dibentuk menjadi alkalis dengan
menggunakan NaOH dan selanjutnya ditambahkan cairan CuSO4. Uji ini
bertujuan untuk mencari tahu apakah di dalam sebuah senyawa mengandung
gugus amida asam yang lebur bersama asam amida lainnya.
7. Uji Ninhidrin
Merupakan uji kualitatif protein yang paling umum dilakukan dalam rangka
mencari tahu apakan suatu bahan mengandung protein di dalamnya. Apabila
positif maka hasil reaksi adalah terbentuknya kecenderungan warna dari ungu
sampai biru.
8. Uji Esterifikasi
Uji ini menunjukkan adanya gugus fungsi karboksilat dari asam amino atau
protein. Reaksi ini akan
menghasilan alkil ester.
9. Uji Sulfur
Uji ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan unsur belerang dalam asam
amino sistein. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwaasam
amino sistein positif mengandung belerang, dengan terbentuknya endapan
hitam PbS.

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 26


C. Metodologi
1. Alat dan Bahan
a. Alat: Beaker glass, Gelas Ukur, Tabung Reaksi, Rak tabung, Pipet tetes,
Labu ukur, Batang Pengaduk, Mortar dan pestle, Neraca analitik, Corong,
Spatula, Kertas saring, Kompor listrik, Penjepit tabung, Ball pipet
b. Bahan: Sampel protein: protein/asam amino standar (tirosin, triptofan,
kasein, alanine, putih telur, tahu, keju, susu kedelai, Sampel A, Sampel
B, Sampel C), Reagen Ninhydrin (Larutkan 0.35g ninhydrin dalam 100
mL etanol), Reagen Ninhidrin (campuran NaOH/KOH, CuSO4, kalium
natrium tartrat), Reagen Xantoprotein (asam nitrat pekat dan NaOH
40%), Larutan Asam pikrat jenuh, Larutan Pb-asetat 5%, Larutan Etanol
95 %, Larutan TCA 10 %, Larutan CuSO4 0,5%, Larutan Na2CO3 5%
dan FeCl3 5%, Aquadest.
2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Sampel Standar
1) Buat larutan standar amino dengan konsentrasi masing-masing 2%
2) Homogenkan
b. Pembuatan Larutan Sampel Protein
1) Timbang masing-masing sampel sebanyak 5gram. Jika sampel berupa
cairan, pipet sebanyak 5mL
2) Larutkan masing-masing sampel dengan aquadest kira-kira 30mL
3) Masukkan larutan gula ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian
tambahkan aquadest hingga tanda batas
4) Homogenkan dan saring
c. Uji Kualitatif Karbohidrat
1) Uji Ninhidrin
a. Pipet masing-masing 1 mL sampel dan akuades sebagai blanko,
masukkan ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan beberapa tetes reagen ninhydrin
c. Panaskan sampel dalam waterbath selama 5 menit
d. Dinginkan hingga suhu ruang
e. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
2) Uji Biuret
a. Pipet masing-masing 2 mL sampel dan akuades sebagai blanko,
masukkan ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 1-2 mL Reagen Biuret
c. Homogenkan, diamkan selama 5 menit

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 27


d. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
3) Uji Xantoprotein
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 1mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 1mL asam nitrat pekat
c. Dinginkan hingga suhu ruang
d. Tambahkan 1mL larutan NaOH 40%
e. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
4) Uji Sulfur
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 5 ml NaOH 20% dan panaskan selama 5 menit.
c. Tambahkan 2 tetes larutan Pb-asetat 5%, lanjutkan pemanasan
d. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
5) Uji Esterifikasi
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2mL sampel uji,
2mLakuades sebagai blanko dan 2mL asam salisilat sebagai
sebagai kontrol positif.
b. Tambahkan 2 mL etanol dan 1 mL asam sulfat pekat, homogenkan
c. Panaskan secara hati-hati hingga mendidih.
e. Tambahkan 1 mL akuades pada tabung yang telah dipanaskan
f. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
6) Uji Pengendapan oleh Asam Kuat
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 5 tetes asam pikrat
c. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
7) Uji Pengendapan oleh Alkohol
a. Masukkan 10 ml etanol 95% ke dalam tabung reaksi
b. Tambah masing-masing isi dengan 2mL sampel uji dan akuades
sebagai blanko
c. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
8) Uji Pengendapan oleh Anion Kompleks
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 5 tetes TCA 10%

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 28


c. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel
9) i. Uji Pengendapan oleh logam berat
a. Siapkan tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2mL sampel uji
dan akuades sebagai blanko
b. Tambahkan 2 mL natrium karbonat
c. Amati, catat dan dokumentasikan perubahan yang terjadi dalam
sampel

D. Data Hasil Pengamatan


UJI NINHIDRIN
No. Reagen Ninhidrin + Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Sampel Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI BIURET
No. Reagen Biuret + Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Sampel Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI XANTOPROTEIN
No. Reagen Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Xantoprotein + Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
Sampel
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI SULFUR
No. Reagen Sulfur+ Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Sampel Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 29


UJI ESTERIFIKASI
No. Reagen Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Esterifikasi+ Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
Sampel
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI PENGENDAPAN OLEH ASAM KUAT
No. Sampel+Asam Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Kuat Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI PENGENDAPAN OLEH ALKOHOL
No. Sampel+Etanol Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI PENGENDAPAN OLEH ANION KOMPLEKS
No. Sampel+TCA Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..
UJI PENGENDAPAN OLEH LOGAM BERAT
No. Sampel+Lar. Awal Akhir Interpretasi Kesimpulan
Logam Berat Reaksi Reaksi Hasil (+/-)
1. Tabung Reaksi 1
(…………..)
2. Tabung Reaksi 2
(…………..)
….. Dst……..

E. Evaluasi

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 30


1. Tuliskan tujuan, prinsip dan reaksi yang terjadi pada masing-masing uji kualitatif
karbohidrat diatas!
2. Berikan contoh sampel yang dapat memberikan hasil positif pada masing-
masing uji tersebut!
3. Mengapa protein/asam amino dapat mengalami pengamdapan dengan
penambahan asam kuat, alhokol, anion kompleks dan logam berat? Jelaskan!

F. Referensi
Budiyanto, 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Fauzi, 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember: UNEJ.
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. New Tork: Marcel Dekker Inc.
Gaman, M., 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.
Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jolanda, M. 2010. Penentuan kadar glukosa. Makassar: FMIPA Universitas
Hassanuddin.
Megawati, Modul Praktikum Biokimia. Kolaka:Universitas Sembilanbelas November.
nn. 2018. Modul Asam Amino, Peptida dan Protein. Yogyakarta: Diploma Analisis
Kimia, UII.
Rohman, A. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Minuman. Yogyakarta: Liberty
Wahyuni, Y. 2009. Modul Praktikum Biokimia. Bandung: Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Bandung
Winarno, F.G.2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

NUR HABIBAH, MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA, 2021 31

Anda mungkin juga menyukai