Petunjuk Praktikum
Fitokimia
Penyusun:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB
2023
KATA PENGANTAR
Praktikum fitokimia merupakan bagian dari kuliah fitokimia yang diberikan kepada mahasiswa agar
mahasiswa mengetahui cara-cara analisis komponen kimia dalam tumbuhan, khususnya tumbuhan obat.
Melalui praktikum yang terarah diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan merangsang inovasi baru dari
mahasiswa dalam teknis praktis.
Modul praktikum fitokimia ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai tahapan analisis
fitokimia yang biasa dilakukan oleh para peneliti bahan alam, dimulai dengan tahapan evaluasi fitokimia
simplisia tumbuhan obat, pengenalan metabolit sekunder dalam tanaman obat melalui penapisan fitokimia
(skrining fitokimia), metode ekstraksi untuk memisahkan sebagian besar komponen kimia, kromatografi
lapis tipis ekstrak, isolasi kurkuminoid. Selain itu, juga dipelajari mengenai penetapan kadar minyak atsiri
dengan metode destilasi, enfleurasi, dan ekstraksi.Teknik yang diberikan dalam modul ini merupakan teknik
dasar namun dapat diterapkan di laboratorium.
Harapan saya semoga dengan adanya Modul Praktikum Fitokimia ini dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk proses pembelajaran di Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon, khususnya dalam mata kuliah
Praktikum Fitokimia.
Penyusun
TATA TERTIB
SANKSI
1. Mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib poin 1-6 diberi teguran lisan, tulisan dan
selanjutnya tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
2. Peserta praktikum yang tidak mematuhi tata tertib TIDAK BOLEH masuk dan mengikuti
kegiatan praktikum di ruang laboratorium
3. Peserta praktikum yang datang terlambat (tidak sesuai kesepakatan), tidak memakai jas lab,
tidak memakai sepatu, tidak memakai baju berkerah/kaos berkerah, dan/atau tidak membawa
petunjuk praktikum, tetap diperbolehkan masuk laboratorium tetapi TIDAK BOLEH
MENGIKUTI KEGIATAN PRAKTIKUM.
4. Peserta praktikum yang telah dua (2) kali tidak mengikuti acara praktikum dinyatakan GUGUR
dan harus mengulang pada semester berikutnya, kecuali ada keterangan dari ketua
jurusan/kepala laboratorium atau surat dari dokter.
5. Peserta praktikum yang mengumpulkan laporan praktikum terlambat satu (1) hari, tetap
diberikan nilai sebesar 75%, sedangkan keterlambatan lebih dari satu hari, diberikan nilai 0%.
6. Peserta praktikum yang telah menghilangkan, merusak atau memecahkan peralatan praktikum
harus mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dimaksud, dengan kesepakatan antara
laboran, pembimbing praktikum dan kepala laboratorium. Prosentase pengantian alat yang
hilang, rusak atau pecah disesuaikan dengan jenis alat atau tingkat kerusakan dari alat.
7. Apabila peserta praktikum sampai dengan jangka waktu yang ditentukan tidak bisa mengganti
alat tersebut, maka peserta praktikum TIDAK BOLEH mengikuti ujian akhir semester (UAS);
dan apabila peserta praktikum tidak sanggup mengganti alat yang hilang, rusak atau pecah
dikarenakan harga alat mahal atau alat tidak ada dipasaran, maka nilai penggantian ditetapkan
atas kesepakatan antara ketua jurusan, pembimbing praktikum dan peserta praktikum (atau
peminjam).
PEDOMAN UMUM, TUGAS, DAN KEWAJIBAN PRAKTIKAN
Beberapa hal yang perlu Anda ingat dan pahami antara lain:
Melibatkan banyak teknik-teknik laboratorium yang khas, misalnya ekstraksi, destilasi, koagulasi dan
sebagainya, serta keterampilan yang memadai untuk menjalankannya.
Mengerti dan memahami resiko bekerja di lingkungan yang terdapat banyak zat-zat yang beracun,
mudah terbakar atau tidak stabil.
Mutlak diperlukan kebersihan, keterampilan, ketenangan, penguasaan teori, dan yang paling penting
Anda bekerja tanpa ragu-ragu dan selalu menggunakan logika.
c. Bahan Kimia
JANGAN MAKAN DAN MINUM DI LABORATORIUM!
Selalu nyalakan lemari asam ketika bekerja di laboratorium. Kerjakan reaksi- reaksi yang
melibatkan senyawa yang mudah menguap dan mudah terbakar di dalam lemari asam!
Jika Anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja Anda, tutuplah selalu wadah yang
digunakan untuk menyimpan zat tersebut!
Jika Anda menumpahkan zat kimia di meja Anda, segera bersihkan dengan lap kering atau
tissue. Buanglah tissue atau lap kotor di tempat sampah yang disediakan di dalam lemari asam.
Jangan buang sampah di dalam wasbak!!
Jika Anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah dengan air yang banyak.
KECUALI APABILA ANDA TERKENA ASAM SULFAT PEKAT (H2SO4 PEKAT),
HINDARI MEMBILAS DENGAN AIR! Jika terkena H2SO4 pekat, laplah bagian tubuh
Anda yang terkena asam sulfat pekat dengan tissue kering atau lap kering. Kemudian cucilah
bagian tubuh Anda dengan air sabun dan air yang banyak.
Zat-zat kimia berikut sangat iritan, kecuali jika dalam konsentrasi encer: asam sulfat, asam
nitrat, asam hidroklorida (HCl), asam asetat dan larutan kalium hidroksida dan natrium
hidroksida. Berhati-hatilah! Dimetilsulfoksida (DMSO) walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali
terserap oleh kulit. Berhatihatilah!
d. KECELAKAAN
Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, beritahu segera dosen
penanggungjawab praktikum. Segera hubungi pihak medis jika lukanya cukup serius.
Baca dan pahami prosedur percobaan sebelum Anda bekerja di lab. Jka Anda tidak
mengerti, bertanyalah pada asisten atau dosen pemimpin praktikum. Bekerja tanpa memahami
akan mengakibatkan kecelakaan fatal!
3. PERLENGKAPAN PRAKTIKAN
a. Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali melakukan praktikum:
Panduan pratikum
Jurnal dan tugas pendahuluan
Jas lab, dilengkapi dengan identitas.
Berpakaian rapi dan sopan, bersepatu (tidak boleh pakai sandal), dan disarankan memakai
kacamata (bisa dipinjam di petugas lab) untuk keselamatan mata Anda.
1. Jurnal dikerjakan dengan tulisan tangan menggunakan bolpoin tinta hitam pada kertas HVS
ukuran F4.
2. Laporan dikerjakan dengan tulisan tangan balpoint hitam pada kertas ukuran F4
Halaman Awal
Laporan
Praktikum Fitokimia
Percobaan .. *)
…………..(Judul Percobaan)……………
LOGO
Hari :
tgl
Nama :
NIM :
Kelompok :
Kelas :
Fitokimia ialah suatu ilmu yang terletak antara kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan.
Bidang yang menjadi perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh
tumbuhan, meliputi struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan dan metabolismenya, penyebarannya secara
alamiah, serta fungsi biologinya. Untuk melakukan analisis fitokimia diperlukan pengetahuan mengenai metode
pemisahan, pemurnian, dan identifikasi kandungan kimia dalam tumbuhan. Pemanfaatan teknik analisis
fitokimia yang sudah dikenal secara umum dan inovasinya terhadap teknik tersebut diharapkan mampu
menangani masalah - masalah yang timbul dalam analisis fitokimia yang terjadi di kemudian hari.
Buku ini berupa panduan praktikum analisis fitokimia bagi mahasiswa, terdiri dari beberapa topik,
dimulai dengan penapisan fitokimia, ekstraksi, fraksinasi, pemurnian/isolasi, serta isolasi minyak atsiri dengan
destilasi, enfleurasi, dan ekstraksi dari hasil pemerasan. Metode penapisan fitokimia merupakan praktikum
paling mendasar yang bertujuan untuk mengetahui golongan metabolit yang terkandung dalam simplisia dan
merupakan panduan untuk melakukan ekstraksi, pemisahan, dan identifikasi isolatnya.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut atau
tidak menggunakan pelarut organik; dengan penambahan suhu (cara panas) atau pada suhu kamar (cara dingin);
atau dengan beberapa metode ekstraksi lainnya. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat kimia dari
kandungan tumbuhan tersebut. Ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi mengandung berbagai macam
metabolit primer dan sekunder. Untuk pemisahan metabolit dalam ekstrak tersebut, dapat digunakan beberapa
cara metode fraksinasi seperti ekstraksi cair-cair (ECC) dan kromatografi dipercepat. Metode pemurnian fraksi
dimaksudkan untuk memperoleh suatu isolat/komponen yang terdapat dalam fraksi. Pemurnian dapat
dilakukan55 dengan satu atau gabungan beberapa teknik kromatografi, seperti kromatografi datar dan metode
kromatografi kolom. Topik lain membahas metode penetapan kadar minyak atsiri menggunakan metode destilasi
dengan alat destilasi .
Metode penetapan kadar minyak atsiri menggunakan alat destilasi ini merupakan metode yang paling
sederhana tetapi mempunyai ketepatan dan ketelitian yang dapat diandalkan, sehingga metode ini dapat
dikatakan menjadi metode baku bagi penetapan kadar minyak atsiri dalam suatu simplisia. Selain itu, dilakukan
isolasi minyak atsiri menggunakan destilasi air, serta destlasi uap dan air untuk jumlah simplisia yang lebih
banyak dari bagian tanaman. Selain itu, isolasi minyak atsiri pun dapat dilakukan metode enfleurasi untuk
simplisia dari bagian bunga tanaman, serta metode ekstraksi hasil pemerasan dari bagian kulit buah tanaman.
PRAKTIKUM 1
PENULUSURAN PUSTAKA
Pustaka harus diketik dengan komputer dan dicetak dengan kualitas sedemikian rupa sehingga mudah dibaca
pada kertas ukuran F4. Adapun materi yang diberikan dalam tugas pustaka dengan format penulisan adalah
sebagai berikut:
I. Pendahuluan :
Tinjauan botani (Nama tanaman, klasifikasi, tempat tumbuh, dll)
Tinjauan kimia (kandungan kimia yang telah diketahui)
Khasiat dan penggunaanya
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan produksi dan perdagangan simplisia, ekstrak
tanaman dan sediaan fitofarmaka.
Peraturan zat tambahan pada obat tradisional dan analisis kualitatif zat yang ditambahkan pada obat
tradisional (misal; analgetik, antiseptik, obat penenang, antiradang, dll)
II. Metodologi
Pembuatan simplisia (pengumpulan, pengeringan, penyimpanan, dll)
Spesifikasi dan standarisasi simplisia (Parameter dan penetapan parameter mutu simplisia, ekstrak dan
minyak atsiri menurut WHO, Farmakope dan Materia Medika Indonesia, Analisis kualitatif kandungan
utama simplisia)
Pembuatan ekstrak (cara-cara ekstraksi yang dapat dipakai, pemekatan ekstrak, dll)
Standarisasi ekstrak
Pembuatan obat tradisional
Evaluasi obat tradisional
III. Kesimpulan
prosedur
Setiap peserta praktikum harus mengerjakan kajian tentang tugas praktikum Fitokimia.
DIJADIKAN SATU DALAM SATU KELOMPOK
KEL 1 : RIMPANG
KEL 2 : DAUN
KEL 3 : BUAH
KEL 4 : BUNGA
KEL 5 : BIJI
KEL 6 : KULIT BUAH
KEL 7 : AKAR
KEL 8 : KULIT BATANG
PRAKTIKUM 2
KARAKTERISASI SIMPLISIA
II. TEORI
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada akhir tahap proses penyiapan simplisia, yaitu setelah
dilakukan sortasi kering. Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia (MMI) memuat ketentuan.
Cara dan teknik pemeriksaan yang diperlukan untuk menguji mutu suatu simplisia. Untuk jenis simplisia
yang telah dimuat dalam Farmakope Indonesia dan MMI tentang persyaratan mutunya telah ditentukan
dengan jelas.
Pengujian mutu suatu simplisia meliputi pemeriksaan :
1. Organoleptik yang meliputi pemeriksaan dengan menggunakan alat indera manusia.
2. Kebenaran jenis simplisia yang ditentukan secara deterimnasi botani, makroskopik dan mikroskopik;
serta kimia yaitu mengidentifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia secara kualitatif dan
kuantitatif.
3. Kadar air dan susut pengeringan dengan menggunakan metode resmi yang berlaku atau metode lain
yang sesuai.
4. Pengotor yang terdiri dari Pengotor bagian tanaman itu sendiri yang tidak dikehendaki ada dalam
simplisia dan Pengotor dari luar tanaman berupa benda anorganik ditentukan melalui penetapan
kadar abu total, kadar abu larut air dan kadar abu tak larut dalm asam.
5. Apabila diperlukan, pemeriksaan cemaran residu pestisida. Ini terutama untuk simplisia asal
tanaman kultur yang menggunakan pestisida untuk tujuan pemeliharaannya.
6. Apabila diperlukan, (karena simplisia telah diketahui aktivitas farmakologinya) perlu pemeriksaan
aktivitas farmakologi dengan metode farmakologi yang sesuai.
Dari beberapa faktor yang disebutkan diatas, faktor utama yang berhubungan dengan khasiat obat
tradisional ini adalah kebenaran simplisia yang dipergunakan. Juka jenis (spesies) tanaman yang
dikehendaki sering tidak tetap dari suatu waktu kewaktu pengumpulan selanjutnya. Apalagi jika sering
terjadi kekeliruan akan jenis tanaman yang dikehendaki akibat dari persamaan bentuk dari dua jenis
tanaman dalam satu marga (Genus) yang dianggap sama oleh seseorang (Pengumpul) yang sering bukan
seorang ahli atau bukan orang yang berpengalaman dalam mengenal jenis tanaman yang dikehendaki
sebagai sumber simplisia yang bersangkutan. Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti perbedaan
kandungan senyawa aktif dan dengan demikian, terdapat perbedaan aktivitas biologi simplisia yang
dihasilkan tanaman itu.
Kebenaran Simplisia harus diuji dengan melakukan determinasi botani dan dibantu dengan
pengamatan organoleptik, makroskopik dan mikroskopik, serta beberapa reaksi mikrokimia tertentu.
Selain itu pengenalan terhadap senyawa identitas akan sangat membantu memastikan kebenaran
simplisia yang akan dipakai.
III. ALAT
mikroskop,objek gelas, plat tetes dan pipet.
IV. BAHAN
1) simplisia yang akan dipakai sebagai bahan aktif maupun bahan tambahan (lengkap meliputi semua
organnya daun, bunga, buah, akar dll),
2) kloral hidrat
3) pereaksi mikrokimia (asam sulfat, asam klorida, asam nitrat, ammonia, Natrium hidroksida, kalium
hidroksida).
V. PROSEDUR KERJA
Masing-masing kelompok membuat simplisia :
A. Determinasi botani
Mengamati semua organ tanaman meliputi daun, bunga, buah, akar dan batang kemudian dibandingkan
dengan data pustaka.
C. Reaksi mikrokimia
Melakukan uji sederhana terhadap serbuk langsung dengan beberapa pereaksi asam dan basa yang
umum ada dilaboratorium antara lain asam sulfat, asam klorida, asam nitrat, ammonia, natrium
hidroksida, dan kalium hidroksida. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
PRAKTIKUM 3
SKRINING FITOKIMIA SERBUK SIMPLISIA
I. Tujuan
Memahami cara identifikasi senyawa kimia (metabolit sekunder) dari tumbuhan obat
Dapat menentukan golongan senyawa kimia apa saja yang ada dalam tumbuhan obat
Memberikan informasi awal untuk investigasi selanjutnya terhadap tumbuhan.
II. TEORI
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan senyawa kimia yang
terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia tumbuhan berdasarkan
golongannya sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas
biologis dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk
keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomis lain seperti sumber tanin, minyak untuk
industri, sumber gum, prekursor untuk sintesis senyawa kompleks berguna dan lain-lain. Metode yang
telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin,
saponin, kumarin, quinon, steroid/triterpenoid.
B. Identifikasi Alkaloid
Bahan :Simplisia yang mengandung alkaloid, asam klorida 2 N, aquadest, pereaksi Bouchardat,
Mayer, Dragendorff, ammonia pekat, eter, kloroform, natrium sulfat anhidrat.
Alat : Penengas air, kaca arloji, pelat tetes, corong pisah, lumpang, stamper
Cara I
Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
Ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, Panaskan diatas penangas air, dinginkan dan
saring
Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, Diteteskan pereaksi Bouchardat atau Dragendorff
Bila terjadi endapan berwarna coklat sampai hitam makan serbuk simplisia mengandung
alkaloid
Jika dengan pereaksi mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang
larut dalam metanol maka ada kemungkinan terdapat alkaloid.
Sisa filtrat dikocok dengan 3 ml ammonia pekat dan 10 ml campuran eter kloroform (3.1)
Diambil fase organik, tambahkan natrium sulfat, saring
Diuapkan filtrat di atas penangas air, larutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2 N
Ditambahkan pereaksi alkaloid (Mayer, Dragendorff, Bouchardat asam silika)
Jika terbentuk endapan sekurang-kurangnya dengan 2 pereaksi tersebut, hal itu menunjukkan
bahwa serbuk simplisia mengandung alkaloid.
Cara II
Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
Dibasakan dengan 1 m ammonia pekat, genus dengan 5 ml kloroform, saring
Difiltrat kemudian dikocok dengan 1 ml asam klorida 2 N
Diambil lapisan anorganik
Ditambahkan 1 tetes pereaksi mayer, Apabila terjadi endapan putih sampai kuning, menandakan
adanya alkaloid.
C. Identifikasi Kuinon
Bahan : Simplisia yang mengandung kuinon, aquadest, larutan natrium hidroksida 1 N
Alat : Penangas air, kaca arloji, pelat tetes, corong pisah, lumpang, stamper
Cara
Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
Ditambahkan 50 ml air panas, didihkan selama 5 menit
Dpindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji
Diteteskan larutan natrium hidroksida 1 N
Bila terjadi warna merah menunjukkan adanya golongan senyawa kuinon
D. Identifikasi Tanin
Bahan : Simplisia yang mengandung tanin, aquadest, pereaksi steasny, besi (III) klorida 1%, natrium
asetat
Alat : Penangas air, kaca arloji, pelat tetes, corong pisah, lumpang, stamper
Cara I
Dtimbang 500 mg serbuk simplisia
Ditambahkan 50 ml aquadest, didihkan selama 15 menit, lalu dinginkan
Dipindahkan 5 ml filtrat pada tabung reaksi
Diteteskan pereaksi besi (III) klorida 1%, bila terjadi warna hitam kehijauan menunjukkan adanya
golongan senyawa tanin.
Cara II
Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
Ditambahkan 50 ml aquadest, didihkan selama 15 menit, lalu dinginkan
Dipindahkan 5 ml filtrat padaa tabung reaksi
Ditambahkan 15 ml pereaksi Steasny, bila terjadi endapan warna merah muda menunjukkan adanya
golongan senyawa tanin katekat.
Kemudian endapan dipisahkan dan filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat, dan ditambahkan
beberapa tetes larutan besi (III) klorida bila terbentuk warna biru tinta menunjukkan adanya tanin
galat.
E. Identifikasi Flavonoid
Bahan :Simplisia yang mengandung flavonoid, metanol, air, etil asetat, etanol, serbuk seng. Asam
klorida, eter, serbuk mg, aseton asam borat, serbuk asam oksalat.
Alat : Alat pendingin balik, kertas saring, tabung reaksi, erlenmayer, pipet tetes, sinar ultra violet
366 nm, spatel, pengangas air.
Cara :
Ditimbang 500 mg simplisia, sari dengan sari metanol selama 10 menit
Disaring panas, encerkan dengan 10 ml air, dinginkan
Ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, kocok hati2 diamkan
Diambil lapisan metanol, uapka pada suhu 40° dibawah tekanan
Sisa dilarutkan dengan 5 ml etil asetat, saring. Selanjutnya dilakukan percobaan sbb :
Cara 1 :
- Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan
- Sisa dilarutkan dalam 1-2 ml etanol
- Ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2 N, diamkan selama 1 menit
- Ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat
- Terbentuk warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid
Cara 2 :
- Diuapkan hingga kering 1 mi larutan percobaan
- Disisa dilarutkan dalam 1 mi etanol .
- Ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes asam klorida pekat
- Jika terjadi warna merah jingga sampai meran ungu, ini menunjukkan adanya flavonoid
- Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon. kalkon dan auron
Cara 3 :
- Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan. basahkan sisa dengan aseton
- Ditambahkan sedikit serbuk halus asamborat dan asam oksalat
- Dipanaskan hati-hati di atas penangas air dan hindari pemanasan yang berlebihan
- Dicampur sisa yang diperoleh dengan 10 ml eter.
- Diamati dengan sinar ultraviolet 366 nm
- Larutan berfluoresensi kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid
G. Identifikasi Saponin
Bahan : Simplisia, air, asam/klorida. dapar fosfat natrium sitrat
Alat :Tabung reaksi, labu takar bersumbat kaca, Erienmeyer, pipet ukur
Cara :
Dimasukkan 0.5 gram serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan
kocok kuat-kuat selama 10 detik (Jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan
yang diperiksa dengan 10 ml air dan kocok kuat-kuat selama 10 detik)
Terbentuk buih putih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm.
Ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang menandakz padaqsimplisia uji terdapat
saponin.
H. Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Bahan : Simpiisia yang mengandung steroid/triterpenoid, aquadest, pereaksi Liebermann-Bourchard
(asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat)
Alat : Penangas air. kaca arloji. Pelat tetes. corona pisah. lumpang. stamper
Cara
Ditimbang 500 mg serbuk simplisia
Ditambahkan 20 ml eter, maserasi selama 2 jam
Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji
Diteteskan pereaksi Liebermann-Bourchard (asan asam sulfat pekat), Bila terjadi warna merah atau
hijau menunjukkar senyawa steroid atau triterpenoid.
1 Alkaloid a.
b.
c....
2 Flavonoid a.
b. dst
dst
PRAKTIKUM 4
METODE PENYARIAN
I. TUJUAN
Memahami pemilihan metode ekstraksi dikaitkan dengan sifat fisnka-l senyawa aktif yang akan
disari/diekstraksi.
Dapat melakukan berbagai macam metoda ekstraksi senyawa bahan alam
II. TEORI
Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larur dan bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari. mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat
yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari
dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan ke dalam alkaloida, glikosida, flavonoid, dan lain-'ain. Struktur kimia yang berbeda-beda
akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan. logam
berat. udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang terkandung simplisia,
akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat.
Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, bunga dan ada yang keras seperti biji. kulit kayu,
kulit akar. Simplisia yang lunak mudah ditembus oleh cairan penyari, karena itu, pada penyarian tidak
perlu ditumbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan terlebih dahulu
sebelum dilakukan penyarian. Penyarian disamping memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat zat
aktifnya.. harus juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat dalam simpiisia seperti protein.
karbohidrat, lemak dan gula. Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi : Pembuatan serbuk,
Pembasahan, Penyarian dan Pemekatan.
Secara umum, penyarian dapat dibedakan menjadi refluks, infundasi, maserasn, perkolasi. Sohxlet,
dan destilasi. Cairan penyari yang dipakai harus dipertimbangkan banyak faktor antara lain harus
memenuhi kriteria berikut ini :
1. Murah dan mudah diperoleh.
2. Stabil secara fisika dan kimia
3. Bereaksi netral
4. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar.
5. Selektif, yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki.
6. Tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat.
7. Diperbolehkan oleh peraturan.
Pelarut organik kurang digunakan dalam penyarian, kecuali dalam penyarian. tertentu. Salah satu
contoh eter minyak bumi digunakan untuk menarik lemak dari serbuk simpiisia sebelum dilakukan proses
penyarian. Untuk penyarian ini, Farmakope lndonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah
air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada
penggunaan cairan penyari air, etanol, atau etanol air.
III. Percobaan
A. INFUNDASI
Infus adalah sediaan air yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90° C
selama 15 menit. Sedangkan dekok hampir sama dengan infus hanya waktunya 30 menit.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman
dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan pada suhu
kamar lebih dari 24 jam.
Basahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga 4 kali bobot bahan
dan untuk karogen 10 kali bobot bahan.
bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90-98 C. Umumnya
untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10
bagian. Hal ini disebabkan karena : (a) Kandungan simplisla kelarutannya terbatas, misalnya
kulit kina digunakan 6 bagian . (b) Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan.
misalnya daun kumis kucing, sekali minum infus 100 cc, karena bagian itu diambil 1/z bagian.
(c) Berlendir, misalnya karaqenan pada suhu kamar digunakan 1/2 bagian. (d) Daya kerjanya
keras, misalnya digitalis digunakan 1 1/2 bagian.
Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan k:mia misainya asam
sitrat untuk infus kina. kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembak.
Penyaringan dilakukan saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang
mudah menguap.
B. MASERASI
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cara perkolasi adalah sebagai berikut: “Serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui sebuk tersebut. cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan gaya
kapiler yang cenderung untuk menahan.”
Kalau tidak dinyatakan lain, perkoiasi dilakukan dengan membasahi 10 bagian SimpiiSia
dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 5 bagian cairan penyari lalu dimasukkan ke
dalam bejana tertutup sekurangkurangnya selama 3 jam.
Kemudian massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali
ditekan dengan hati-hati.
Selanjutnya dituangi dengan cairan penyari secukupnyua sambil cairan mulai menetes dan
di atas simpiisia masih terdapat selapis cairan penyari.
Kemudian, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.
Selanjutnya, cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan
ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis
cairan penyari di atas simplisia. hingga jika 500 mg perkolat Yang keluar terakhir diuapkan,
tidak meninggalkan sisa. Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan
zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir.
Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
50° C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Timbang ekstrak yang diperoleh.
D. REFLUKS
Refluks merupakan cara penyarian dengan pelarut organik yang menggunakan panas.
Refluks dilakukan dengan merendam serbuk simpiisia dalam cairan penyari didalam labu
bundar. Dengan pemanasan proses pnyariannya akan lebih cepat, dan dengan adanya kondensor
akan dapat mendestilasi penyari, seolah-pian ditambahkan pelarut baru ke dalam sistem tsb
sehingga dapat menarik lebih banyak senyawa aktif dari simplisia.
Timbang 100-200 g simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam labu
bundar, kemudian dituangi dengan 200-400 ml penyari (hingga total srmplisia dan
penyarinya sekitar 3/4 bagian labu bundar)
Sambungkan labu bundar dengan kondensor.
Alirkan air yang menuju kondensor, dan nyalakan pemanas.
Setelah sekitar 2-4 jam ekstraksi, disaring dengan kain penyaring, ambil filtrate
Pekatkan filtrat hingga diperoleh ekstrak pekat/kental.
Timbang ekstrak yang diperoleh.
E. DESTILASI
Dibersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci. bilas dengan air, keringkan dalam
lemari pengering.
Dimasukkan Kedalam labu kering
Dimasukkan sejumlah zat yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 ml-4ml air.
Untuk zat yang menyebabkan gejolak mendadak, tambahkan pasir kering yang telah dicuci secukupnya
hingga mencukupi dasar labu, atau sejumlah taoung kapiler, panjang lebih kurang 100 nm yang salah
satu ujungnya ditutup.
Dimasukkan 200 ml toluene ke dalam labu. hubungkan alat
Dituangkan toluene ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin
Dipanaskan labu hati-hati selama 15 menit. Setelah toluene mendidih, suling dengan kecepatan lebih
kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling.
Dinaikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik.
Setelah semua air tersuiing, cuci bagian dalam dengan pendingin dan toluene, labu dibersihkan dengan
sikat.
Dilanjutkan penyulingan selama 5 menit
Dibiarkan tabung penerima sampai dingin
Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima. gosok dengan karet yang diikatkan
pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluene hingga tetesan air turun
F. SOHXLET
Sohxlet adalah alat penyarian dengan pelarut organik yang menggunakan panas dimana
simplisia hanya dapat kontak dengan pelarut yang selalu segar. Hasil sarinya dibawa oleh
larutan penyari masuk ke dalam labu bundar, sedangkan pelarulnya akan kembali lagi
terdestilasi untuk proses ekstraksi selanjutnya. Dengan cara ekstraksi ini dapat dengan mudah
dilakukan penggantian pelarut dari non-polar menjadi semipolar dan polar dengan cara
mengganti isi labu bundar.
Timbang 100g simplisna dengan derajat halus yang cocok dibungki kertas saring dan
dimasukkan ke dalam tabung tempat sampel.
Masukkan 250 ml larutan penyari ke dalam labu bundar.
Pasangkan labu bundar dan tabung tempat sampel dengan kondensor.
Alirkan air yang menuju kondensor. dan nyalakan pemanas.
Lakukan ekstraksi sekitar 6 jam atau sampai hasil ekstraksinya tidak berwarna lain.
Setelah selesai ekstraksi, saring dengan kain penyaring, ambil filtrat.
Pekatkan filtrat hingga diperoleh ekstrak pekat/kental, timbang ekstrak
I. TUJUAN
Memahami perlunya mengetahui jumlah air yang terkandung dalam ekstrak, Dapat melakukan
penentuan kadar air yang ada dalam ekstrak.
II. TEORI
Beberapa parameter standar ekstrak antara lain : organoleptik, kelarutan, keasaman, bobot jenis.
viskositas, bahan padat total. za identitas, profil kromatografi, analisis kualitatif dan kuantitatif.
kemantapan fisika dan kimia. serta Kadar air adalah salah satu parameter penting dalam standarisasi
simplisia, ekstrak maupun sediaan obat tradisional. Adanya air dalam simplisia, ekstrak maupun sediaan
obat akan memungkinkan pertumbuhan mikroba. Batas kandungan air untuk simplisia, ekstrak dan
sediaan tidak diperbolehkan melebihi 10 %.
2. Rendemen Ekstrak
Rendemen dapat ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :
berat ekstrak total
Rendemen (%) = x 100
berat simplisia
P=m/v
Keterangan : m= berat zat (gr)
V= volume zat (ml)
b. Menghitung massa jenis (kerapatan) ekstrak encer :
- Lakukan prosedur yang sama seperti mencari massa jenis air.
- Tentukan massa jenis (kerapatan) ekstrak encer dengan rumus:
Prosedur :
Ke dalam labu bersih dan kering dimasukkan sejumlah ekstrak kental yang telah
ditimbang seksama kemudian tambahkan 200 ml toluene, hubungkan alat.
Tuangkan toluene ke dalam labu penerima melalui alat pendingin. Panaskan labu
hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih
kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan
penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, biarkan tabung
penerima mendingin hingga suhu kamar. Setelah air dan toluene memisah
sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam % v/b.
PUSTAKA
PRAKTIKUM 5 :
NAMA MAHASISWA : .............................................................
NIM : .............................................................
KELOMPOK : .............................................................
NAMA SIMPLISIA : .............................................................
METODE EKSTRAKSI : .............................................................
HASIL PERCOBAAN :
1. Organoleptik Ekstrak
Bentuk : ....................
Warna : ....................
Bau : ....................
Rasa : ....................
2. Rendemen Ekstrak
( ) ( )
MODUL PRAKTIKUM 6
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS EKSTRAK
4. Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia yang biasa
digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara
penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
menampakkan bercak adalah dengan dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar
ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluorosensi,
membuat bercak akan terlihat jelas.
Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan nilai Rf yang baik yang
menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8. Rf juga menyatakan
derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf juga disebut factor referensi.
(Perbandingan jarak bercak dan jarak tempuh eluen.)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan dengan fasa diam silika gel GF 254 dan fasa
gerak/pengembang kombinasi pelarut dengan perbandingan yang cocok. Untuk memperoleh
perbandingan pengembang yang optimal, dapat diperoleh dari literatur atau data penelitian atau
dengan perbandingan pelarut polar, semipolar atau non polar yang umum.
Prosedur :
Pelat silika gel disiapkan dengan ukuran tertentu kemudian ekstrak cair ditutulkan pada garis awal
dengan menggunakan pipa kapiler, biarkan beberapa saat hingga pelarutnya menguap. Pelat silika
kemudian dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan
cairan pengembang. Proses kromatografi dihentikan sampai cairan pengembang sampai ke garis
depan. Amati pola kromatogram dibawah lampu UV 254 dan 366 nm dan hitung Rf setiap bercak
yang teramati. Penampak bercak dapat juga menggunakan asam sulfat 10% dalam metanol.
MODUL PRAKTIKUM 7
ISOLASI DAN PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi air, destilasi uap dan air,
enfleurasi, dan pemerasan, serta melakukan penetapan kadar minyak atsirinya
menggunakan alat destilasi Stahl.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu melakukan isolasi minyak
atsiri dari suatu simplisia dengan cara destilasi air, destilasi uap dan air, enfleurasi, dan
pengepresan, serta melakukan penetapan kadar minyak atsirinya menggunakan alat
destilasi Stahl.
TEORI
Minyak atsiri merupakan suatu lipophilic mixtures yang mudah menguap, yang
pada umumnya diperoleh dengan cara destilasi uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan.
Minyak atsiri mempunyai bau yang khas dan tersusun oleh suatu susunan senyawa
kimia yang kompleks yang terdiri atas puluhan hingga ratusan komponen. Sifat umum
dari minyak atsiri adalah mudah menguap, berbau aromatik, bila masih segar umumnya
tidak berwarna atau kekuning-kuningan yang berubah menjadi gelap pada pendiaman,
tidak mengeruhkan air, optis aktif, mempunyai indeks bias tinggi. Minyak atsiri yang
diperoleh dengan cara destilasi bila diteteskan pada kertas saring, tetesan tersebut tidak
akan meninggalkan bekas seperti bintik lemak.
Secara kimia umumnya minyak atsiri terdiri atas komponen- komponen
terpenoid, umumnya monoterpen dan seskuiterpen sebagai penyusun utama. Selain itu
terdapat berbagai komponen lain yang merupakan komponen minor, yang terdiri atas
senyawa-senyawa kimia alifatik, aromatik, turunan benzena, dan lain-lain. Pada
umumnya komponen minyak atsiri golongan mono dan seskuiterpen merupakan
senyawa kimia turunan isopren C5H8. Monoterpen tersusun atas 2 unit
isopren, sedangkan seskuiterpen tersusun atas 3 unit isopren. Kedua golongan tersebut
masih terpilah lagi menjadi komponen-komponen lain berdasarkan gugus
fungsionalnya ataupun rangka strukturnya, misalnya monoterpen dan seskuiterpen
asiklik, monosiklik, atau bisiklik, monoterpen atau seskuiterpen alkohol (misalnya
eugenol), monoterpen atau seskuiterpen aldehid (misalnya sitral), atau monoterpen dan
seskuiterpen keton (misalnya karvon).
Tergantung pada sifat tumbuhan asal atau minyak atsiri yang terkandung
didalamnya, dikenal berbagai cara isolasi minyak atsiri, misalnya :
1. Destilasi uap
Merupakan proses isolasi minyak atsiri dengan bantuan uap air. Air dan uap
air akan menembus dinding sel dan dengan adanya panas, minyak atsiri akan
terbawa oleh uap air. Pada pendinginan, minyak atsiri akan terkondensasi dan
terpisah dari airnya.
2. Pemerasan
Merupakan metode isolasi minyak atsiri yang sangat sederhana. Bahan
langsung diperas atau ditekan dengan suatu alat. Sel-sel yang mengandung minyak
atsiri akan pecah dan minyak atsirinya keluar. Cara ini digunakan untuk tumbuhan
yang mengandung cukup banyak minyak atsiri. Keburukan cara ini adalah
terjadinya pengotoran minyak atsiri oleh zat warna yang ikut terperas.
3. Penyarian
Minyak atsiri dalam tumbuhan dapat diisolasi dengan cara penyarian /
ekstraksi menggunakan pelarut yang non polar misalnya heksana, atau pelarut yang
kurang polar seperti misalnya alkohol. Pelarut penyari kemudian dipisahkan
dengan cara destilasi, hingga diperoleh minyak atsiri yang terbebas dari pelarutnya.
4. Enfleurage
Cara ini merupakan cara klasik untuk isolasi minyak atsiri. Simplisia yang
mengandung minyak atsiri, misalnya bunga mawar ditempatkan di atas lapisan
semacam vaselin di atas papan. Setelah dibiarkan beberapa lama, minyak atsiri
akan terserap di dalam vaselin, kemudian dipisahkan dari vaselinnya dengan cara
destilasi.
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
Penetapan kadar minyak atsiri yang paling sederhana dan paling banyak
dilakukan karena dianggap mudah, murah, tetapi cukup terandalkan adalah dengan
metode destilasi. Metode ini menggunakan alat destilasi Stahl.
Cara penetapan kadar menurut metode destilasi Stahl ini ada dua, yaitu :
Cara pertama :
Campur bahan yang akan diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling (air),
pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan tangas udara hingga
penyulingan berlangsung lambat tetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan
selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar
minyak atsiri dalam % b/v.
Cara kedua :
Dilakukan seperti cara pertama tetapi sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih
dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung
dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena.
PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 153-154.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Kosasih P. Penerbit ITB.
Bandung. 123 – 131.
LEMBAR KERJA 7 PRAKTIKUM FITOKIMIA
PROSEDUR :
I. Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri menggunakan Metode Destilasi Air,
dengan alat destilasi Stahl.
1. Siapkan simplisia yang akan ditetapkan kadar minyak atsirinya. Simplisia yang
digunakan adalah bentuk rajangan yang telah dipotong-potong atau diris-iris
hingga derajat halus tertentu
2. Timbang sejumlah tertentu simplisia di atas, kemudian masukkan ke dalam
labu stahl, campur dengan sejumlah volume tertentu aquades hingga seluruh
simplisia dalam labu terendam
3. Pasang alat destilasi Stahl, kemudian isi buret dengan aquades hingga penuh
(atau sebelumnya ditambahkan terlebih dahulu 0,2 mL xilene yang diukur
seksama untuk penetapan kadar minyak atsiri)
4. Lakukan destilasi dengan alat pemanas atau tangas udara, atur pemanasannya
hingga destilasi berjalan lambat tetapi teratur. Destilasi dilakukan sekurang-
kurangnya 3 jam
5. Hentikan pemanasan, biarkan dingin, lalu volume minyak atsiri yang terjadi
dicatat
6. Hitung kadar minyak atsirinya dengan rumus
II. Isolasi Minyak Atsiri menggunakan Metode Destilasi Uap dan Air.
1. Siapkan simplisia yang akan ditetapkan kadar minyak atsirinya. Simplisia yang
digunakan adalah bentuk rajangan yang telah dipotong-potong atau diris-iris
hingga derajat halus tertentu
2. Timbang sejumlah tertentu simplisia di atas, kemudian masukkan ke dalam
tabung alat destilasi dan ditempatkan di atas saringan yang sudah diisi aquades
di bawah saringannya.
3. Pasang alat destilasi, kemudian isi buret dengan aquades hingga penuh .
4. Lakukan destilasi dengan alat pemanas, atur pemanasannya hingga destilasi
berjalan lambat tetapi teratur. Destilasi dilakukan sekurang-kurangnya 3 jam
5. Hentikan pemanasan, biarkan dingin, lalu volume minyak atsiri yang terjadi
dicatat
6. Hitung kadar minyak atsirinya.
( ) ( )