Anda di halaman 1dari 48

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK
(REAGEN GLORY® DIAGNOSTICS)

EDISI REVISI
PENYUSUN
DGD. DHARMA SANTHI

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Buku Penuntun Praktikum Kimia Klinik Glory ®
Diagnostics ini tepat pada waktunya. Buku ini dimaksudkan untuk
menuntuk mahasiswa S1 Farmasi dalam melakukan praktikum kimia klinik
menggunakan reagen Glory ® Diagnostics.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah
membimbing dan meluangkan waktunya dalam tiap kesempatan sehingga
menyelesaikan Penuntun Praktikum Kimia Klinik ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari menyelesaikan Penuntun Praktikum Kimia Klinik
ini jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran membangun sangat
penulis harapkan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan menyelesaikan
Penuntun Praktikum Kimia Klinik ini. Semoga menyelesaikan Penuntun
Praktikum Kimia Klinik ini dapat diterima dan bermanfaat.

Denpasar, 1 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

ATURAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KIMIA KLINIK ....................... 1


SPEKTROFOTOMETRI ......................................................................... 1
UREA/ BUN ...................................................................................... 12
CREATININ ...................................................................................... 16
GLUCOSA MR ................................................................................... 19
ASAM URAT MR ................................................................................ 23
CHOLESTEROL TOTAL MR ................................................................. 27
GAMMA – GLUTAMYLTRANSFERASE (Ƴ-GT) BR................................... 31
TOTAL PROTEIN ……………………………………………………........................ 35
BILIRUBIN TOTAL …................................…………………………..……....... 39
BILIRUBIN DIRECT ……………………………………..........………………........... 42
PUSTAKA ......................................................................................... 47
ATURAN PRAKTIKUM
DI LABORATORIUM KIMIA KLINIK

1. KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM


 KENALI lokasi-lokasi dan cara pengoperasian fasilitas
keselamatan kerja dan keadaan darurat, seperti pemadam
kebakaran, kotak P3K, alarm kebakaran, pintu keluar darurat,
dsb.
 Di laboratorium dilarang untuk makan, minum, merokok,
menerima tamu serta mengobrol.
 Laboratorium hanya untuk mengerjakan percobaan sesuai
dengan prosedur yang tertulis atau diterangkan oleh
koordinator praktikum
 WASPADA Terhadap berbagai kondisi yang tidak aman.
 SEGERA LAPORKAN kondisi-kondisi tak aman kepada
Koordinator Praktikum atau Asisten Praktikum.
2. Peralatan Keselamatan Kerja Pribadi - Pakaian Yang Sesuai
 Pakailah pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan di
laboratorium. Gunakan selalu jas lab lengan panjang. Gunakan
sepatu tertutup yang layak untuk keamanan bekerja di
laboratorium. Gunakan selalu kaca mata pelindung dan sarung
tangan ketika bekerja dengan zat-zat yang berbahaya dan iritan
 JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN KONTAK LENSA ketika
bekerja di laboratorium kimia organik. Gunakanlah selalu
kacamata pelindung yang sesuai.
 Sepatu terbuka, sandal atau sepatu hak tinggi TIDAK BOLEH
digunakan di laboratorium.
 Rambut yang panjang harus selalu diikat dan dimasukkan ke
dalam jas lab untuk menghindari kontak dengan zat-zat
berbahaya, mesin yang bergerak dan nyala api.
 Selalu cuci tangan dan lengan Anda sebelum meninggalkan
laboratorium.
3. Melakukan Percobaan
 JANGAN PERNAH melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau
percobaan TANPA PENGAWASAN supervisor laboratorium
(asisten atau dosen).
 Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja SEBELUM
bekerja di laboratorium. Anda harus mengacu pada Material
Safety Data Sheets (MSDS) setiap kali bekerja dengan zat-zat
kimia tertentu.
 Cek semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat
kerusakan, segera laporkan kepada petugas laboratorium untuk
segera diganti/diperbaiki.
 Pilihlah tempat yang tepat untuk melakukan percobaan.
Percobaan yang melibatkan zat-zat berbahaya dan beracun
harus dilakukan di dalam lemari asam.
 DISKUSIKAN selalu setiap perkembangan dalam percobaan
kepada asisten atau dosen pemimpin praktikum.
 JANGAN meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan,
terutama percobaan yang menggunakan bahan-bahan yang
mudah meledak atau mudah terbakar.
 Jika perlu, TEMPATKAN TANDA BERHATI-HATI DAN NAMA
ANDA di tempat percobaan sedang dilakukan, jika percobaan
yang dilakukan cukup beresiko dan berbahaya.
 Kenakan label nama dan NIM di jas laboratorium agar mudah
untuk dikenali dan dihubungi.
 Lakukan selalu pengecekan terhadap hal-hal yang menunjang
keselamatan kerja setiap kali selesai percobaan. PASTIKAN
semua keran gas, keran air, saluran listrik dan saluran vakum
telah dimatikan sebelum anda meninggalkan laboratorium.
4. BAHAN KIMIA
 Bahan-bahan kimia di laboratorium kimia harus dianggap
beracun dan berbahaya. JANGAN MAKAN DAN MINUM DI
LABORATORIUM! Cucilah tangan Anda setiap akan
meninggalkan laboratorium!
 Selalu nyalakan lemari asam ketika bekerja di laboratorium.
Kerjakan reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa yang mudah
menguap dan mudah terbakar di dalam lemari asam!
 Jika Anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja
Anda, tutuplah selalu wadah yang digunakan untuk menyimpan
zat tersebut!
 Jika Anda menumpahkan zat kimia di meja Anda, segera
bersihkan dengan lap kering atau tissue. Buanglah tissue atau
lap kotor di tempat sampah yang disediakan di dalam lemari
asam. Jangan buang sampah di dalam wasbak!!
 Jika Anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan
bilaslah dengan air yang banyak. KECUALI APABILA ANDA
TERKENA TUMPAHAN/CIPRATAN BROM, FENOL ATAU ASAM
SULFAT PEKAT (H2SO4 PEKAT), HINDARI MEMBILAS DENGAN
AIR!!!
 Jika terkena brom, segeralah bilas dengan anti brom yang
disediakan di laboratorium. Kemudian setelah beberapa saat,
bilaslah dengan air yang banyak.
 Jika terkena fenol, segeralah bilas dengan anti fenol yang
disediakan di laboratorium. Kemudian setelah beberapa saat,
bilaslah dengan air yang banyak.
 Jika terkena asam sulfat pekat, laplah bagian tubuh Anda yang
terkena asam sulfat pekat dengan tissue kering atau lap kering.
Kemudian setelah beberapa saat, cucilah bagian tubuh Anda
dengan air sabun dan air yang banyak.
 Zat-zat kimia berikut sangat iritan, kecuali jika dalam
konsentrasi encer: asam sulfat, asam nitrat, asam hidroklorida
(HCl), asam asetat dan larutan kalium hidroksida dan natrium
hidroksida. Berhati-hatilah!
 Dimetilsulfoksida, walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali
terserap oleh kulit. Berhati-hatilah!
5. Penanganan Khusus Zat-zat Beracun dan Berbahaya
 Anda harus mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan
digunakan dalam setiap percobaan.Baca dan pahami MSDS
tiap-tiap zat!
 Beri label reagen dan sampel yang digunakan.
 Simpan zat-zat kimia di lokasi yang sesuai.
 JANGAN MEMBUANG zat-zat kimia ke wasbak!
 Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakai ke
botol-botol atau jerigen yang khusus untuk zat-zat sisa, yang
tersedia di laboratorium.
 JANGAN PERNAH memipet sesuatu dengan mulut!.
 Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia maupun air
dengan lap kering. Laporkan setiap kejadian bila Anda ragu
cara menanggulanginya!
6. KECELAKAAN
 Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium,
beritahu segera dosen jaga praktikum. Segera hubungi pihak
medis jika lukanya cukup serius.

KEWAJIBAN PRAKTIKAN
PERLENGKAPAN PRAKTIKAN disiapkan sebelum memasuki laboratorium
Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali akan
melakukan praktikum.
 Laporan Sementara Paktikum (lihat di petunjuk format
sementara praktikum)
 Memakai jas lab, warna putih, terbuat dari bahan sederhana,
dan disarankan yang berlengan panjang.
 Berpakaian rapi, sopan dan bersepatu (tidak boleh pakai
sandal) dan disarankan memakai kacamata untuk keselamatan
mata Anda.
 Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran
kerja anda, antara lain: alat tulis, korek api, lap kain, tissue,
sabun/detergen, pisau lipat, gunting kecil.
 Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri,
peralatan di kanan, dengan cara diurut dari atas ke bawah. Bila
perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
 Diagram percobaan, untuk mempermudah urutan kerja yang
akan dilakukan, dan gambaran percobaan keseluruhannya.
 Cara kerja dan pengamatan Merupakan singkatan prosedur
kerja yang berbentuk kalimat pendek berupa poin-poin
pengerjaan.
TATA ALIRAN KERJA DAN PENGATURAN LAB
 Semua praktikan pada hari pelaksanaan praktikum, menunggu
waktu masuk lab, kemudian masuk laboratorium dengan tertib
 Tanda waktu masuk tepat sesuai jadwal. Praktikan langsung
masuk, mengumpulkan laporan praktikum sebelumnya dan
mengisi daftar hadir/absensi, kemudian menuju meja masing-
masing.
 Diwajibkan mengikuti penjelasan dari pemimpin kelompok atau
asisten yang ditunjuk (sekitar 15 menit)
 Mengajukan bon peminjaman peralatan yang diperlukan,
misalnya termometer, buret, dll., kepada petugas di lab.
 Asisten akan membantu untuk mengatur permintaan keperluan
zat/pereaksi yang diperlukan untuk percobaan pada hari
tersebut.
 Selesai menerima penjelasan praktikum, praktikan kembali ke
meja masing-masing, dilanjutkan dengan peminjaman alat dan
pengambilan bahan-bahan kimia yang diperlukan di tempat
yang disediakan secara bergiliran. Kemudian pemasangan
peralatan, yang terlebih dahulu dibersihkan atau dikeringkan.
 Bekerjalah dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.
 Bilamana menghadapi kesulitan atau keraguan, janganlah
segan-segan untuk menanyakan kepada asisten kelompoknya.
 Peralatan yang dipakai bersama dan akan diletakkan oleh
petugas pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
 Baca dan pahami prosedur percobaan ketika bekerja di lab. Jika
Anda tidak mengerti, bertanyalah pada asisten atau dosen
pemimpin praktikum. Bekerja tanpa memahami akan
mengakibatkan kecelakaan fatal!!
 Setelah selesai percobaan laporkan dan seerahkan hasil
percobaan (sintesis), yang ditempatkan dalam botol kecil yang
bersih dan diberi label yang berisi nama, NIM, kelompok, nama
zat, beratnya dan data fisik.
 Buatlah laporan sementara yang di acc oleh asisen
laboratorium.
 Kembalikan semua alat yang dipinjam pada hari tersebut dalam
keadaan bersih dan kering, diperiksa petugas mengenai
keutuhan dan jumlahnya. Laporkan juga semua kerusakan alat
yang anda lakukan kepada petugas
 Campuran reaksi/zat supaya dipindahkan ke tempat/labu
kepunyaan sendiri, tutup dengan baik dan diberi
tulisan/peringatan. Jagalah dari kemungkinan tertumpah atau
terbakar.
 Waktu untuk pulang, bersihkanlah meja dan lantai tempat anda
bekerja sebelum anda pulang. Apabila ada percobaan yang
belum selesai dan perlu dilanjutkan hari berikutnya harus
mendapat persetujuan dosen.
 Setelah selesai pratikum Anda harus sudah mengecek:
- Apakah alat-alat yang dipinjam pada hari itu sudah
dikembalikan?
- Apakah tempat/meja kerja Anda (dan lantai) sudah bersih
kembali?
- Apakah laporan sementara Anda sudah di-
acc/ditandatangan oleh asisten?
- Apakah kran air dan listrik di meja Anda sudah dimatikan?
 Jika sudah selelsai, dipersilakan meninggalkan lab
SPEKTROFOTOMETRI

Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis


Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV
dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun
yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga
sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik,
radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau
dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan,
spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama
yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau
pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi
dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan
pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan
magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai
sifat dualistik cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui
misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang
gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.
Energi dan frekuensi suatu foton akan berbanding terbalik dengan
panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan
berbanding lurus dengan frekuensinya. Misalnya: energi yang dihasilkan
cahaya UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal
ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek
(100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak
(400–800 nm).
Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan
cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga
spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.
Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki
prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya
terletak pada panjang gelombang yang digunakan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari :
“Sumber cahaya – Monokromator – Sel sampel – Detektor – Read out”
Gambar 1. Instrumen Spektrofotometri

Fungsi masing-masing bagian:


1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang
gelombang. Untuk sepktrofotometer
 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi
hidrogen
 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu
wolfram
 UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator
 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator
yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma
dan filter optik.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum
cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya
yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada
banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis
pemeriksaan.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya.
dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan
panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di
atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
– UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang
terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan
yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet
biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
– IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya
dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk
larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan
untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki
sangat sedikit dan harganya mahal
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel
dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah
detektor :
 Kepekaan yang tinggi
 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga
radiasi
Macam-macam detektor :
 Detektor foto (Photo detector)
 Photocell, misalnya CdS.
 Phototube
 Hantaran foto
 Dioda foto
 Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor.

Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri


Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya
polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang
gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang
memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang
ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh
suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar
(vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan
elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah
cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron
ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi).
Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih
rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam
sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian
akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya
yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak
dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan
cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses
penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel

Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang
atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya
yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan
hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: “jumlah radiasi cahaya
tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan
yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa
sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal
(monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan
tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam
satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.
Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak
terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau
suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan


spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen
yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Spektrum UV dan UV-VIS


Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu
senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.
Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada
mudahnya promosi elektron.
Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya
dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang
lebih mudah dipromosikan dari padasenyawa yang menyerap pada
panjang gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).
Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika
radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur.
Alatnya disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra
Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa
digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang
terkonyugasi dan ausokrom dari suatu senyawa organik.
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang
gelombang maksimum suatu senyawa.
3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup
untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan
ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang
struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang
gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang
gelombang 400-800 nm.
Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak,
sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang
gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan per
panjang gelombang.
Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik
didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis
memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini
terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman
untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang
komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm.
Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas
daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar
dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti
karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak
yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna
mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut.
UREA/ BUN

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Urea/ BUN dalam
serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Urea/ BUN
dalam serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Urea/ BUN dalam sampel
serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Urea dalam sampel akan dihirolisis oleh enzim urease menjadi amonia dan
karbon dioksida. Dengan adanya NADH dan Oxoglutarat, Amonia yang
terbentuk dikonversi menjadi glutamat dengan bantuan enzim glutamat
dehydrogenae (GIDH).
Reaksi Enzimatis :

Urease
Urea + H2O 2NH4+ + CO2

GIDH
2 – Oxoglutarat + NH4+ + 2NADH L – Glutamate + 2NAD++ 2H2O

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen R1 (Buffer Urease/ GIDH: TRIS buffer 1125 mmol/L pH
7.4; 2-oxoglutarat 10 mmol/L; urease > 140 U/mL; Glutamate
dehydrogenase > 120 U/mL)
- Reagen R2 (Coenzym NADH 1.50 mmol/L)
- Kalibrasi / Standar/ CAL: standar Urea 50 mg/dL (8.3 mmol/L)
- Working reagent:
Campur 4 ml R1 dengan 1 ml R2. Stabil selama 2 bulan dalam suhu
penyimpanan 2 – 80C
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan working reagent: Campur 4 ml R1 dengan 1 ml R2
4. Siapkan larutan CAL/ Standar
5. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
6. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel


Working reagen 1 mL 1 mL 1 mL
Aquadest 100 µl - -
Standar - 100 µl -
Sampel - - 100 µl
7. Campuran dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada suhu
25o/30oC atau selama 30-40 detik pada suhu 37oC
8. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 340 nm
9. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar urea/ BUN pada sampel

KALKULASI

A sampel
Kadar Urea = X C Standar mg/dL
A standar

INTERPRETASI HASIL

Bayi (< 10 hari) : 6.4 – 53.5 mg/dL (1.1 – 9.0 mmol/ L)

Dewasa (12 - 60 tahun) : 15 – 40 mg/dL (2.5 – 6.6 mmol/ L)


KREATININ

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Kreatinin dalam
serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Kreatinin dalam
serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Kreatinin dalam sampel
serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Prosedur pemeriksaan merupakan modifikasi dari metode Jaffe (reaksi
pikrat). Dalam kondisi alkali, Kreatinin bereaksi dengan ion pikrat
membentuk kompleks kemerahan. Kecepatan pembentukan kompleks
dalam interval waktu tertentu sebnding dengan konsentrasi kreatinin
dalam sampel.
Reaksi Kinetis :

pH > 12
Kreatinin + Asam Pikrat Kompleks berwarna kemerahan
370C

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen R1: Asam Pikrit 25 mmol/L
- Reagen R2: Buffer Alkaline (Phosfate buffer 300 mmol/L, pH 12.7,
SDS 2.0 g/L (w/v)
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Standar Kreatinin 2 mg/dL (177 µmol/L)
- Working reagent:
Campur 1 ml R1 dengan 1 ml R2. Stabil selama 1 minggu dalam suhu
suhu ruangan dan terhindar dari cahaya
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan working reagent: Campur 4 ml R1 dengan 4 ml R2
4. Siapkan larutan CAL/ Standar
5. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
6. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel


Working reagen 1 mL 1 mL 1 mL
Aquadest 100 µl - -
Standar - 100 µl -
Sampel - - 100 µl
6. Campuran dihomogenkan, absorbansi larutan dibaca dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
7. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Kreatinin pada sampel.

KALKULASI

A sampel
Kadar Kreatinin = X C Standar mg/dL
A standar

INTERPRETASI HASIL

Laki - laki : 0.70 – 1.20 mg/dL (62 – 106 mol/ L)

Perempuan : 0.50 – 0.90 mg/dL (44 – 80 mol/ L)


GLUKOSA MR

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Glukosa dalam
serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Glukosa dalam
serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Glukosa dalam sampel
serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Dalam reaksi Trinder, glukosa dioksidasi menjadi D-glukonat oleh glucose
oxidase (GOD) serta terbentuk hidrogen peroksida. Reaksi oksidasi antara
phenol dan 4-aminoantipyrine (4-AA) yang dikatalisasi oleh Peroksidase
(POD) membentuk quioneimine yang berwarna merah yang sebanding
dengan konsentrasi glukosa dalam sampel.
Reaksi Enzimatis :

GOD
-D-Glucose + H2O + O2 D-Gluconate + H2O2

H2O2
4-AA + Phenol Quinoneimine + H2O
POD
ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen RI (Monoreagen): Buffer phosfate 100 mmol/L, pH 7.5,
glucose oxidase > 10 KU/L, Peroksidase > 2 KU/L, 4-
Aminooantipyrine 0.5 mmol/L, phenol 5mmol/L
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Standar Glucosa 100 mg/dL (5.55 mmol/L)
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan reagen R1 dan Kalibrasi
4. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
5. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel


Reagen R1 1.0 mL 1.0 mL 1.0 mL
Aquadest 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Sampel - - 10 µl

8. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu


ruangan atau 5 menit pada suhu 370C
9. Absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 500 nm
10. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Glukosa dalam sampel

KALKULASI

A sampel
Kadar Glukosa = X C Standar mg/dL
A standar

INTERPRETASI HASIL

Dewasa : 70 - 105 mg/dL (3.89 – 5.83 mmol/ L)

Anak - anak : 60 - 110 mg/dL (3.33 – 6.11 mmol/ L)

Bayi Baru Lahir : 40 - 60 mg/dL (2.22 – 3.33 mmol/ L)


ASAM URAT MR

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Asam Urat dalam
serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Asam Urat
dalam serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Asam Urat dalam sampel
serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Uricase mengoksidasi asam urat menjadi allantoin dan hidrogen peroksida.
Dengan adanya peroksidase (POD) dan hidrogen peroksida (H2O2),
campuran dichlorophenol (DCPS) dan 4-aminoantipyrine (4-AA) dioksidasi
membentuk Quinoneimine yang sebanding dengan konsentrasi asam urat
di dalam sampel.
Reaksi Enzimatis :

Uricase
Asam Urat + 2H2O + O2 Allantoin + H2O2

H2O2
4-AA + DCPS Quinoneimine + 4H2O
POD
ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen RI (Monoreagen): Buffer phosfate 100 mmol/L, pH 7.8,
uricase > 50 U/L, Peroksidase > 1 KU/L, Ascorbate Oxidase >
0.1 mmol/L, 4-Aminooantipyrine 0.32 mmol/L, DCPS 2 mmol/L,
non-ionic tensioactives 2g/L (w/v)
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Standar Asam Urat 6 mg/dL (357 µmol/L)
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan reagen R1 dan Kalibrasi
4. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
5. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel


Reagen R1 1.0 mL 1.0 mL 1.0 mL
Aquadest 25 µl - -
Standar - 25 µl -
Sampel - - 25 µl

6. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu


ruangan atau 5 menit pada suhu 370C
7. Absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 520 nm
8. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Asam Urat dalam sampel

KALKULASI

A sampel
Kadar Asam Urat = X C Standar mg/dL
A standar

INTERPRETASI HASIL

Laki - laki : 3.5 – 7.2 mg/dL (208 – 428 µmol/ L)

Perempuan : 2.6 – 6.0 mg/dL (155 – 357 µmol/ L)


CHOLESTEROL TOTAL MR

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Choleterol Total
dalam serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Choleterol Total
dalam serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Choleterol Total dalam
sampel serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Pengukuran Cholesterol Total dalam serum melibatkan tiga enzim, yaitu:
Cholesterol Esterase (CE), Cholesterol Oxidase (CO), dan Peroksidase
(POD). Reaksi oksidasi antara phenol dan 4-aminoantipyrine (4-AA) yang
dikatalisasi oleh Peroksidase (POD) membentuk quioneimine yang
sebanding dengan konsentrasi cholesterol total dalam sampel.
Reaksi Enzimatis :

CE
Cholesteryl esters Cholesterol + Fatty Acids

CO
Cholesterol + O2 Cholestenone + H2O2

H2O2
4-AA + Phenol Quinoneimine + 4H2O
POD
ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen RI (Monoreagen): PIPES 200 mmol/L, pH 7.0, Sodium
Cholate 1 mmol/L, Cholesterol Esterase > 250 U/L, Cholesterol
Oxidase > 250 U/L, Peroksidase > 1 KU/L, 4-Aminooantipyrine
0.33 mmol/L, Phenol 4 mmol/L, non-ionic tensioactives 2g/L
(w/v)
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Standar Cholesterol 200 mg/dL (5.18
mmol/L)
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan reagen R1 dan Kalibrasi
4. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
5. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Blanko Standar Sampel
Reagen R1 1.0 mL 1.0 mL 1.0 mL
Aquadest 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Sampel - - 10 µl

6. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu


ruangan atau 5 menit pada suhu 370C
7. Absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 500 nm
8. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Cholesterol Total dalam
sampel

KALKULASI

A sampel
Kadar Cholesterol Total = X C Standar mg/dL
A standar

INTERPRETASI HASIL

Risk Classification TOTAL CHOLESTEROL

Desirable : < 200 mg/dL (< 5.18 mmol/L)

Borderline High : 200 – 239 mg/dL (5.18 – 6.2 mmol/L)

High : > 240 mg/dL (> 6.2 mmol/L)


GAMMA – GLUTAMYLTRANSFERASE (Ƴ-GT) BR

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Ƴ-GT dalam serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Ƴ-GT dalam
serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Ƴ-GT dalam sampel serum
normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Gamma-glutamyltrasferase (Ƴ-GT) mengkatalisis perpindahan Ƴ-glutamyl
dari Ƴ-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide menjadi glycylglycine dengan
membentuk L- Ƴ-glutamyl- glycylglycine dan 5-amino-2-nitro-benzoate.
Jumlah 5-amino-2-nitro-benzoate yang terbentuk dimonitor secara kinetis
pada panjang gelombang 405nm, sebanding dengan aktivitas enzim Ƴ-GT
dalam sampel.
Formula ini merupakan metode satndar dari IFCC yang terdapat dalam
Clin.Chem Lab Med 2002;40(7): 734 – 738.

Reaksi Enzimatis :

Ƴ-GT enzim
(L-Ƴ-glutamyl)-3-carboxy-4-nitroanilide
GLYCYGLYCINE

(L- Ƴ-glutamyl)- glycylglycine + 5-amino-2-nitro-benzoate


ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen RI (Buffer/ Glycyglycine): TRIS 133 mmol/L, pH 8.2,
glycyglycine 138 mmol/L
- Reagen R2 (Substarte/ Glupa-C): (L-Ƴ-glutamyl)-3-carboxy-4-
nitroanilide 23 mmol/L
- Working reagent:
Campur 4 ml reagen R1 dengan 1 ml regen R2. Stabil selama 3 minggu
dalam suhu 2 – 80C atau 5 hari dalam suhu 15 – 250C R1:R2 = 4:1
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest. Absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 500 nm
3. Siapkan working reagent: Campur 4 ml reagen R1 dengan 1 ml
regen R2
4. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
5. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel


Working reagen 1.0 mL 1.0 mL 1.0 mL
Aquadest 100 µl - -
Sampel - - 100 µl

6. Campuran dihomogenkan, jalankan stopwatch


7. Inkubasi selama 1 menit, kemudian baca nilai absorbansi pada
spektrofotometri
8. Ulangi pembacaan absorbansi setelah 1, 2 , dan 3 menit
9. Hitung selisih absorbansi
10. Hitung rata – rata hasil untuk memperoleh ΔA/min

KALKULASI
Kadar Ƴ-GT = ΔA/min X 1111 U/L
Sampel dengan ΔA/min mencapai 0.2 pada 405 nm, sebaiknya diencerkan
1 : 10 dengan larutan normal saline. Hasil yang diperoleh dikalikan 10

INTERPRETASI HASIL

SUHU 370C 300C 250C

Laki – laki 10 – 50 U/L 7 – 35 U/L 5 – 25 U/L

Perempuan 8 – 35 U/L 6 – 25 U/L 6 – 25 U/L


TOTAL PROTEIN

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Total Protein dalam
serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Total Protein
dalam serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Total Protein dalam sampel
serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Dalam reaksi Biuret, kelat terbentuk antara ion Cu2+ dengan ikatan
peptide pada protein dalam larutan alkaline, kemudian membentuk
kompleks yang berwarna violet (ungu) yang dapat terukur secara
fotometri. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi
protein di dalam sampel.
Reaksi Enzimatis :

pH > 12
Cu2+ + Serum Protein Kompleks Protein - Tembaga
25 – 370C

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen R1 (Reagen Biuret): Cupri Sulfat 6 mmol/L, Sodium-
Potasium-Tartrat 21 mmol/L, Potasium Iodide 6 mmol/L, sodium
Hydroxide 0.75 mol/L
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Standar Total Protein 7 g/ dL (70g/L)
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan reagen R1 dan Kalibrasi
4. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
5. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel


Reagen R1 1.0 mL 1.0 mL 1.0 mL
Aquadest 20 µl - -
Standar - 20 µl -
Sampel - - 20 µl

6. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 370C


7. Absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm
8. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Cholesterol Total dalam
sampel
KALKULASI

A sampel
Kadar Total Protein = X C Standar mg/dL
A standar

Sampel dengan konsentrasi lebih dari 12 g/dL seebaiknya diencerkan


dengan larutan normal saline 1 : 2. Hasil yang diperoleh dikalikan 2

INTERPRETASI HASIL

Dewasa : 6.6 – 8.7 g/dL (66 – 87 g/L)

Premature : 3.6 – 6.0 g/dL (36 - 60 g/L)

Bayi Baru Lahir : 5.3 – 8.9 g/dL (53 - 89 g/L)

Wanita Hamil : Konsentrasi lebih rendah dari 69 – 61 g/L


BILIRUBIN TOTAL

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Bilirubin Total
dalam serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Bilirubin Total
dalam serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Bilirubin Total dalam
sampel serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Bilirubin diubah menjadi Azobilirubin yang berwarna oleh diazotized
sulfanilic acid yang dapat terukur secara fotometri. Dari dua fraksi bilirubin
dalam serum – bilirubin – glucoronide dan bilirubin bebas yang berikatan
dengan albumin, hanya bilirubin – glucoronide yang beraksi secara
langsung, sedangkan bilirubin yang berikatan dengan albumin akan
bereaksi setelah reaksi pertukaran dari protein dengan bantuan
accelerator. Perbedaan dari dua pengukuran bilirubin total (dengan
accelerator) dan bilirubin direct (tanpa accelerator) memungkinkan
perhitungan bilirubin indirect.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen RT tdd: Sulfanilic Acid 29 mmol/L, hydrochloric acid 0.24
mol/L, Duposol® 3% (w/v)
- Reagen RD tdd: Sulfanilic Acid 29 mmol/L, hydrochloric acid 0.24
mol/L
- Reagen RN tdd: Sodium Nitrite 11.6 mmol/L
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Bilirubin Calibrator
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan working reagents: Campur 1 ml reagen RN dengan 4 ml
reagen RT
4. Siapkan Standar/ Kalibrasi: Rekonstitusi vial dengan menambahkan
secara tepat 1.0 ml aqua destilasi. Homogenkan campuran dan
biarkan selama 5 – 10 menit sebelum dipergunakan.
5. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
6. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Tabung Reagen Sampel Sampel CAL
Blanko Blanko
Aqua destilasi 100 µL - - -
Sampel - 100 µL 100 µL -
CAL - 100 µL
RT - 1.0 mL - -
Working reagents 1.0 mL - 1.0 mL 1.0 mL

7. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 2 menit pada suhu


ruangan
8. Baca absorbansi sampel blanko terhadap aqua destilasi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
9. Baca absorbansi sampel terhadap reagen blanko dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
10. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Bilirubin Total dalam sampel

KALKULASI

A sampel – A sampel blanko


Kadar Bilirubin Total = X C Standar mg/dL
A Cal

Sampel dengan konsentrasi lebih dari 20 mg/dL sebaiknya diencerkan


dengan larutan normal saline 1 : 2. Hasil yang diperoleh dikalikan 2.

INTERPRETASI HASIL

Dewasa : Mencapai 1.0 mg/dL

Bayi Baru Lahir Premature Cukup Bulan

Usia sampai 24 jam : 1.0 – 6.0 mg/dL : 2.0 – 6.0 mg/dL

Usia sampai 48 jam : 6.0 – 8.0 mg/dL : 6.0 – 7.0 mg/dL


BILIRUBIN DIRECT

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Bilirubin Direct
dalam serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar Bilirubin Direct
dalam serum menggunakan reagen Glory® Diagnostics
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Bilirubin Direct dalam
sampel serum normal dan patologis
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

PRINSIP
Bilirubin diubah menjadi Azobilirubin yang berwarna oleh diazotized
sulfanilic acid yang dapat terukur secara fotometri. Dari dua fraksi bilirubin
dalam serum – bilirubin – glucoronide dan bilirubin bebas yang berikatan
dengan albumin, hanya bilirubin – glucoronide yang beraksi secara
langsung, sedangkan bilirubin yang berikatan dengan albumin akan
bereaksi setelah reaksi pertukaran dari protein dengan bantuan
accelerator. Perbedaan dari dua pengukuran bilirubin total (dengan
accelerator) dan bilirubin direct (tanpa accelerator) memungkinkan
perhitungan bilirubin indirect.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Yellow tip
- Blue tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- Tabung reaksi 3 ml
- Beaker glass
Bahan :
- Aquadest
- Reagen RT tdd: Sulfanilic Acid 29 mmol/L, hydrochloric acid 0.24
mol/L, Duposol® 3% (w/v)
- Reagen RD tdd: Sulfanilic Acid 29 mmol/L, hydrochloric acid 0.24
mol/L
- Reagen RN tdd: Sodium Nitrite 11.6 mmol/L
- Kalibrasi/ Standar/ CAL: Bilirubin Calibrator
- Sampel serum

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan working reagents: Campur 1 ml reagen RN dengan 4 ml
reagen RD
4. Siapkan Standar/ Kalibrasi: Rekonstitusi vial dengan menambahkan
secara tepat 1.0 ml aqua destilasi. Homogenkan campuran dan
biarkan selama 5 – 10 menit sebelum dipergunakan.
5. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
6. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Tabung Reagen Sampel Sampel CAL
Blanko Blanko
Aqua destilasi 100 µL - - -
Sampel - 100 µL 100 µL -
CAL - 100 µL
RD - 1.0 mL - -
Working reagents 1.0 mL - 1.0 mL 1.0 mL

7. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 5 menit pada suhu 370C


8. Baca absorbansi sampel blanko terhadap aqua destilasi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
9. Baca absorbansi sampel terhadap reagen blanko dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
10. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Bilirubin Direct dalam sampel

KALKULASI

A sampel – A sampel blanko


Kadar Bilirubin Direct = X C Standar mg/dL
A Cal

Sampel dengan konsentrasi lebih dari 20 mg/dL sebaiknya diencerkan


dengan larutan normal saline 1 : 2. Hasil yang diperoleh dikalikan 2.

INTERPRETASI HASIL

Dewasa : Mencapai 0.2 mg/dL


PUSTAKA

Allain., C.C., Poon, L.S., Clau, C.S.G. Richmond, W dan Fu. 1974. Clinical
Chemistry. 20 : 470

Barham, D dan Trinder, P. 1972. Analyst. 97 : 142

Dachriyanus, Dr, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara


Spektroskopi, Andalas University Press, Padang, Hal 1-2 dan 8-9

Day, R.A, dan Underwood A.L, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi
Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 390

Fossati, P., Prencipe, L dan Berti, Q. 1980. Clinicl Chemistry 26 : 22

Friedmenand Young. 2000. Effects of Disease on Clinical Laboratory Tests.


5th Ed. AACC

Gornall, A. G., Bardawill, C.S., dan david, MM. 1994. Journal of Biol.
Chem.177:751

IFCC methods for the measurements of catalytic concentration of


enzymes. Part 4. IFCC method for Ƴ-glutamyltransferase. 1983. J.
Clin.Chem.Clin.Biochem. 21:643 – 646.

Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas


Indonesia (UI-Press), Jakarta, Hal 215-216

Pearlman, F.C dan Lee, R.T.Y. 1974. Clinical Chemistry. 20/4/447


Richmond, W. Ann. 1992. Clinical Biochemistry. 29 : 577
Special Report. 2001. Executive Summary of The Third Report of The
Nationa Cholesterol Education Program (NCEP) Expert panel on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adults
Treatment Panel III). JAMA 285: 2486

Szasz, G. 1969. Clin. Chem. 15: 124


Tietz, N.W. 1987. Fundamental of Clinical Chemistry. p/940. WB. Saunders
Co., Philadelphia

Walters, M.I dan Gerarde, H.W. 1970. Microchemichal Journal. 15. 231

Whitfield, J.B., Moss, D.W., Neale, G., Orme, M., dan Breckenridge, A.
Brit.Meed.J.1: 136

Young DS. 2000. Effects of Drugs on Clinical Laboratory Tests. 5th ed


AACC Press

Anda mungkin juga menyukai