Anda di halaman 1dari 60

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI2051

VERSI DARURAT PANDEMIK COVID-19

Disusun Ulang Oleh:

Tim Dosen Kimia Organik

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

DAFTAR ISI

PERATURAN UMUM: TUGAS DAN KEWAJIBAN PRAKTIKAN ..................................................... 3


ATURAN PROTOKOL PEGAHANAN PANDEMIK COVID-19 ....................................................... 14
BEBERAPA PERALATAN LABORATORIUM ................................................................................ 18
BEBERAPA TEKNIK PEMISAHAN DAN PEMURNIAN DI LABORATORIUM KIMIA ORGANIK ...... 21
A. DISTILASI .............................................................................................................................. 21
B. REKRISTALISASI & SUBLIMASI .............................................................................................. 26
C. EKSTRAKSI ............................................................................................................................ 31
D. KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) ..................................... 33
PERHITUNGAN DATA HASIL PERCOBAAN DI LABORATORIUM................................................ 41
PRAKTIKUM LURING Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi & Titik
Didih ........................................................................................................ 43
PRAKTIKUM DARING Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi &
Titik Leleh ................................................................................................ 46
PRAKTIKUM DARING Percobaan 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: Ekstraksi .................... 48
PRAKTIKUM LURING Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS:
Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) ..................................... 51
PRAKTIKUM DARING Percobaan 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa Organik
................................................................................................................ 53

2
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PERATURAN UMUM: TUGAS DAN KEWAJIBAN PRAKTIKAN

Selamat datang di Laboratorium Pendidikan Kimia Organik!

Sebelum Anda memulai bekerja di Laboratorium Kimia Organik, sudah menjadi


keharusan bagi Anda untuk mengenal dan memahami lebih dahulu segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat ini, terutama yang erat kaitannya dengan praktikum atau
percobaan. Hal pertama yang harus ditekankan adalah bahwa lingkungan laboratorium
kimia organik sangat berbeda dengan laboratorium kimia lainnya. Di sini hampir semua zat
bersifat racun dan mudah terbakar. Banyak reaksi yang prosesnya sangat cepat (eksplosif);
tetapi banyak pula yang reaksinya sangat lambat sehingga memerlukan kondisi tertentu,
misalnya pemanasan atau pengadukan. Beberapa hal yang perlu Anda ingat dan pahami
antara lain:

- Reaksi kimia organik pada umumnya lambat, karena yang terlibat adalah molekul;
bagaimana cara mempercepatnya?
- Untuk suatu reaksi yang diharapkan lebih sempurna (rendemennya banyak), sering
diperlukan jumlah pereaksinya yang berlebih; bagaimana pengaruh kelebihan pereaksi
tersebut terhadap proses dan bagaimana cara menghilangkannya setelah reaksi
berakhir?
- Setiap reaksi memerlukan kondisi reaksi tertentu, misalnya suhu, yang sangat
menentukan keberhasilan proses reaksi tersebut; bagaimana caranya?
- Melibatkan banyak teknik-teknik laboratorium yang khas, misalnya ekstraksi, distilasi,
koagulasi, rekristalisasi dsb., dan juga ketrampilan yang memadai untuk
menjalankannya; bagaimana supaya terampil?
- Mengerti dan memahami segi bahayanya bekerja di lingkungan yang terdapat banyak
zat-zat yang beracun, mudah terbakar atau tidak stabil; bagaimana cara untuk
mengetahuinya?
- Mutlak diperlukan kebersihan, keterampilan, ketenangan, penguasaan teori, dan yang
penting Anda bekerja tanpa ragu-ragu dan selalu menggunakan logika.

Selamat bekerja !

3
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

1. HAL-HAL PENTING UNTUK DIINGAT

 Tidak ada praktikum susulan


 Di laboratorium dilarang untuk makan, minum, merokok, menerima tamu serta
mengobrol.
 Laboratorium hanya untuk mengerjakan percobaan sesuai dengan prosedur yang
diterangkan oleh Pemimpin Praktikum (dosen praktikum atau asisten praktikum yang
sudah diberikan mandat oleh dosen yang bersangkutan).
 SECEPATNYA MENYELESAIKAN PENGGANTIAN ALAT, BILA TERLAMBAT NILAI
PRAKTIKUM ANDA MENJADI T atau E.

2. KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Kesadaran - Komunikasi

KENALI lokasi-lokasi dan cara pengoperasian fasilitas keselamatan kerja dan keadaan
darurat, seperti pemadam kebakaran, kotak P3K, alarm kebakaran, pintu darurat, dsb.

WASPADA Terhadap berbagai kondisi yang tidak aman.

SEGERA LAPORKAN kondisi-kondisi tak aman kepada Pemimpin Praktikum atau Asisten
Praktikum.

Keselamatan Kerja Pribadi

 Pakailah pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan di laboratorium. Gunakan


selalu jas laboratorium lengan panjang.
 Gunakan sepatu tertutup yang layak untuk keamanan bekerja di laboratorium.
Sepatu terbuka, sandal atau sepatu hak tinggi TIDAK BOLEH digunakan di
laboratorium.
 Gunakan selalu kaca mata pelindung dan sarung tangan ketika bekerja dengan
zat-zat yang berbahaya dan iritan.
 JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN KONTAK LENSA ketika bekerja di
laboratorium kimia organik.
 Rambut yang panjang harus selalu diikat dan dimasukkan ke dalam jas lab untuk
menghindari kontak dengan zat-zat berbahaya, mesin yang bergerak dan nyala
api.
 Selalu cuci tangan dan lengan Anda sebelum meninggalkan laboratorium.

4
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Melakukan Percobaan

 JANGAN PERNAH melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau percobaan


TANPA ADANYA PENGAWASAN supervisor laboratorium (dosen pemimpin
praktikum atau asisten praktikum).
 Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja SEBELUM bekerja di laboratorium.
Anda harus mengacu pada Material Safety Data Sheets (MSDS) setiap kali
bekerja dengan zat-zat kimia tertentu.
 Cek semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat kerusakan, segera
laporkan kepada petugas laboratorium untuk segera diganti/diperbaiki.
 Pilihlah tempat yang tepat untuk melakukan percobaan. Percobaan yang
melibatkan zat-zat berbahaya dan beracun harus dilakukan di dalam lemari
asam.
 DISKUSIKAN selalu setiap perkembangan dalam percobaan kepada asisten atau
dosen pemimpin praktikum.
 JANGAN meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan, terutama
percobaan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah
terbakar.
 Jika perlu, TEMPATKAN TANDA BERHATI-HATI DAN NAMA ANDA di tempat
percobaan sedang dilakukan, jika percobaan yang dilakukan cukup beresiko dan
berbahaya.
 Kenakan label nama dan NIM di jas laboratorium Anda agar mudah untuk
dikenali dan dihubungi.
 Lakukan selalu pengecekan terhadap hal-hal yang menunjang keselamatan kerja
setiap kali selesai percobaan. PASTIKAN semua kran gas, kran air, saluran listrik,
saluran vakum telah dimatikan.

Penanganan Khusus Zat-zat Beracun dan Berbahaya

 Anda harus mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan dalam
setiap percobaan. Baca dan pahami MSDS tiap-tiap zat!
 Beri label reagen dan sampel yang Anda gunakan.
 Simpan zat-zat kimia di lokasi yang sesuai.
 JANGAN MEMBUANG zat-zat kimia ke wasbak!
 Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakai ke botol-botol atau
jerigen yang khusus untuk zat-zat sisa, yang tersedia di laboratorium.
 JANGAN PERNAH memipet sesuatu dengan mulut!
 Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia maupun air dengan lap kering.
Laporkan setiap kejadian kepada pemimpin praktikum atau asisten bila Anda
ragu cara menanggulanginya!

5
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

BAHAN KIMIA

 Bahan-bahan kimia di laboratorium kimia organik harus dianggap beracun dan


berbahaya. JANGAN MAKAN DAN MINUM DI LABORATORIUM! Cucilah tangan
Anda setiap akan meninggalkan laboratorium!
 Selalu nyalakan lemari asam ketika bekerja di laboratorium. Kerjakan reaksi-reaksi
yang melibatkan senyawa yang mudah menguap dan mudah terbakar di dalam
lemari asam!
 Jika Anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja Anda, tutuplah selalu
wadah yang digunakan untuk menyimpan zat tersebut!
 Jika Anda menumpahkan zat kimia di meja Anda, segera bersihkan dengan lap kering
atau tissue. Buanglah tissue atau lap kotor di tempat sampah yang disediakan di
dalam lemari asam. Jangan buang sampah di dalam wasbak!
 Jika Anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah dengan air
yang banyak. KECUALI APABILA ANDA TERKENA TUMPAHAN/CIPRATAN BROM,
FENOL ATAU ASAM SULFAT PEKAT (H2SO4 PEKAT), HINDARI MEMBILAS DENGAN
AIR!!!
 Jika terkena brom, segeralah bilas dengan anti brom yang disediakan di
laboratorium. Kemudian setelah beberapa saat, bilaslah dengan air yang banyak.
 Jika terkena fenol, segeralah bilas dengan anti fenol yang disediakan di
laboratorium. Kemudian setelah beberapa saat, bilaslah dengan air yang banyak.
 Jika terkena asam sulfat pekat, laplah bagian tubuh Anda yang terkena asam sulfat
pekat dengan tissue kering atau lap kering. Kemudian setelah beberapa saat, cucilah
bagian tubuh Anda dengan air sabun dan air yang banyak.
 Zat-zat kimia berikut sangat iritan, kecuali jika dalam konsentrasi encer: asam sulfat,
asam nitrat, asam hidroklorida (HCl), asam asetat, larutan kalium hidroksida dan
natrium hidroksida. Berhati-hatilah!
 Dimetilsulfoksida, walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali terserap oleh kulit.
Berhati-hatilah!

KECELAKAAN

 Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, beritahu segera dosen
pemimpin praktikum. Segera hubungi pihak medis jika lukanya cukup serius.

BERSIAP-SIAPLAH:

 Kenali lokasi alat pemadam kebakaran, showers, selimut api (jika tersedia) dan
kran air bersih.
 Baca dan pahami prosedur percobaan sebelum Anda bekerja di laboratorium. Jka
Anda tidak mengerti, bertanyalah pada asisten atau dosen pemimpin praktikum.
Bekerja tanpa memahami akan mengakibatkan kecelakaan fatal!!

6
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

3. TATA ALIRAN KERJA DAN PENGATURAN LABORATORIUM

 Semua praktikan pada hari pelaksanaan praktikum, menunggu waktu masuk ke


dalam laboratorium di selasar depan laboratorium, kemudian masuklah dengan
tertib sambil menandatangani daftar hadir yang tersedia di meja dekat pintu masuk.
 Waktu masuk laboratorium adalah tepat pada pukul 08.00 (sesi pagi) atau jam 13.00
(sesi siang). Praktikan langsung masuk dan mengisi daftar hadir, kemudian menuju
meja masing-masing.
 Diwajibkan mengikuti penjelasan dari pemimpin kelompok atau asisten yang
ditunjuk (sekitar 15 menit)
 Mengajukan bon peminjaman peralatan yang diperlukan, misalnya termometer,
buret, dll., kepada petugas di lab. Labset adalah salah satu peralatan yang bisa
dipinjam harian, artinya selesai praktikum harus dikembalikan. Kekurangan alat lain,
peminjamannya dimasukkan ke dalam daftar inventaris.
 Asisten akan membantu untuk mengatur permintaan keperluan zat/pereaksi yang
diperlukan untuk percobaan pada hari tersebut.
 Selesai menerima penjelasan praktikum oleh dosen pemimpin praktikum atau
asisten, praktikan kembali ke meja masing-masing, dilanjutkan dengan peminjaman
alat yang tidak ada di lemari, dan pengambilan bahan-bahan kimia yang diperlukan
di tempat yang disediakan secara bergiliran. Kemudian pemasangan peralatan, yang
terlebih dahulu dibersihkan atau dikeringkan.

 Bekerjalah dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.


 Bilamana menghadapi kesulitan atau keraguan, janganlah segan-segan
untuk menanyakan kepada asisten kelompoknya.

 Ada beberapa peralatan yang dipakai bersama dan akan diletakkan (oleh petugas)
hanya pada tempat-tempat yang telah ditentukan, antara lain :

Timbangan /Neraca Vaselin Melting-point apparatus


Refraktometer selang Kertas saring
Gelas kapiler batu didih Pompa vakum
Oven/alat pengering hair-dryer Klem dan statif

 Melaporkan dan menyerahkan hasil percobaan (sintesis), yang ditempatkan dalam


botol kecil (lihat contoh) yang bersih dan diberi label yang berisi nama, NIM,
kelompok, nama zat, beratnya dan data fisik. Ini dilaporkan sambil membawa buku
catatan pengamatan, dan diketahui oleh asisten.
 Pengembalian semua alat yang dipinjam pada hari tersebut (misalnya labset) harus
dalam keadaan bersih dan kering; asisten/petugas lab akan memeriksa keutuhan,
kebersihan dan jumlah alat-alat tersebut.
 Apabila ada percobaan yang belum selesai dan perlu dilanjutkan minggu berikutnya
(harus dengan persetujuan dosen pemimpin praktikum dan asisten), campuran
reaksi/zat harus dipindahkan ke tempat/labu kepunyaan sendiri, tutup dengan baik

7
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

dan diberi tulisan/peringatan dan label nama. Jagalah dari kemungkinan tertumpah
atau terbakar.
 Waktu untuk pulang, paling lambat pukul 12.00 (sesi pagi) atau pukul 17.00 (sesi
siang). Bersihkanlah meja dan lantai tempat anda bekerja sebelum Anda pulang.
 Sekali lagi, selesai praktikum Anda harus sudah mengecek:
- Apakah alat-alat yang dipinjam pada hari itu sudah dikembalikan ke gudang?
- Apakah tempat/meja kerja Anda (dan lantai) sudah bersih kembali?
- Apakah buku catatan praktikum Anda sudah ditandatangani oleh asisten?
- Apakah kran gas, air dan listrik di meja Anda sudah dimatikan?
 Kalau sudah beres, dipersilakan meninggalkan lab.

4. PERLENGKAPAN PRAKTIKAN

Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali melakukan praktikum.
Jangan sampai lupa!

 Buku catatan praktikum atau jurnal praktikum:


- Berupa buku pertunjuk praktikum atau buku kuliah, ukuran A4, bergaris, dan
disampul dengan warna yang telah ditentukan berdasarkan pembagian
kelompok yang diumumkan sebelum pelaksanaan praktikum (SELALU LIHAT
PAPAN PENGUMUMAN DI DEPAN LABORATORIUM!)
- Berilah nama, NIM, nomor kelompok, nomor meja/lemari dan identitas
lainnya.

- Di halaman sampul belakang sebelah dalam, rekatkan satu lembar formulir


yang menyatakan bahwa Anda telah menyerahkan laporan yang sudah
ditandatangani asisten Anda.

 Tugas pendahuluan (ditulis tangan, diberi nama, NIM, dan nomor kelompok).
 Memakai jas lab, warna putih, terbuat dari bahan sederhana, dan bertangan
panjang.
 Berpakaian rapi dan sopan, bersepatu (tidak boleh pakai sandal), dan selalu memakai
kacamata pelindung (dapat dipinjam di laboratorium).
 Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran kerja Anda, antara
lain: alat tulis, korek api, lap kain, tissue, sabun/detergen, pisau lipat, gunting kecil.

5. BUKU CATATAN PRAKTIKUM/ JURNAL PRAKTIKUM

Sebelum melakukan praktikum, buku catatan praktikum/jurnal praktikum harus sudah diisi
dengan catatan persiapan percobaan yang akan dilakukan hari itu (dikerjakan sebelum
datang ke laboratorium). Buku persiapan ini akan diperiksa oleh asisten yang bersangkutan
dan akan diberi nilai.

8
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Buku catatan praktikum/jurnal praktikum, harus berisi:

 Nomor percobaan dan judul percobaan


 Tujuan percobaan
 Teori/prinsip percobaan, cukup berupa beberapa kalimat singkat yang meliputi garis
besar percobaan, misalnya persamaan dan mekanisme reaksi, hal-hal yang khusus
mengenai percobaan tersebut, dan lain-lain.
 Data fisik dan kimia mengenai zat-zat kimia yang digunakan pada percobaan saat itu.
Carilah data tersebut di berbagai Handbook dan buku teks, jangan lupa cantumkan
sumber tersebut di referensi atau daftar pustaka.
 Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri, peralatan di kanan, dengan
cara diurut dari atas ke bawah. Bila perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
 Diagram percobaan. Tujuannya untuk mempermudah urutan kerja yang akan
dilakukan dan sebagai gambaran percobaan keseluruhan. Membuat diagram yang
baik memerlukan pengalaman dan latihan.
 Cara kerja dan pengamatan. Merupakan singkatan prosedur kerja yang berbentuk
kalimat pendek berupa poin-poin pengerjaan. Bagian buku dibagi dua, sebelah kiri
untuk cara kerja, dan bagian kanannya untuk pengamatan. Berilah cukup spasi
supaya catatan pengamatan jelas pemisahannya.

Contoh :

Cara Kerja Pengamatan

- Campur 5 g sikloheksanol + 10 mL H2SO4 pkt ……………….

- Refluks 30 menit warna jadi hijau

- pindahkan ke corong pisah,ekstraksi dengan eter dua lapis

- dst,dst ……………….

 Hasil perhitungan
 Daftar pustaka. Tuliskan semua sumber referensi tempat Anda mengambil berbagai
informasi yang penting yang Anda jadikan rujukan untuk percobaan yang
bersangkutan.

9
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

6. LAPORAN PRAKTIKUM LURING

 Ditulis dengan rapi dan terbaca pada kertas ukuran A4 tak bergaris.
 Isi laporan, seperti urutan pada buku catatan praktikum, meliputi semua catatan
praktikum, ditambah dengan:
- Sedikit lebih banyak pembahasan teorinya (lebih lengkap)
- Diskusi
- Kesimpulan
 Titik berat penilaian laporan adalah pada bagian pembahasan diskusi Anda.
 Yang dibahas pada diskusi adalah pembahasan mengenai hasil percobaan sendiri,
misalnya mengenai hasil data percobaan yang dilakukan dibandingkan dengan hasil
data pada literatur. Bila mengalami kegagalan, dibahas faktor-faktor apa yang
menyebabkan kegagalan tersebut.
 Laporan diserahkan satu minggu setelah percobaan dilakukan. Keterlambatan
menyerahkan laporan akan mempengaruhi nilai laporan dan nilai keseluruhan
praktikum Anda, jadi jangan terlambat!
 Setiap penyerahan laporan harus disertai bukti penerimaan oleh asisten. Untuk ini
formulirnya sudah disediakan (diminta asisten), dan ditempelkan pada halaman
terakhir buku catatan praktikum.

Contoh Diagram Percobaan:

10
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

7. SISTEM PENILAIAN PRAKTIKUM LURING

Setiap dosen pemimpin praktikum diberi kebebasan untuk menentukan cara/bobot


penilaian. Sebagai gambaran, contoh bobot penilaian meliputi: persentase dari nilai rata-
rata: Jurnal 10%, Tugas pendahuluan 10%, keaktifan kerja 30%, laporan 40%, dan tes akhir
10%.

8. HAL-HAL PENTING LAINNYA

 Sebelum praktikum dimulai, 1-2 minggu sebelumnya (sesuai jadwal) diharuskan sudah
mulai mengambil inventaris lemari. Setiap praktikan akan mendapat nomor lemari,
kemudian secara bersama-sama petugas lab melakukan pengecekan dan mencatatnya
dalam daftar inventaris. Pada kesempatan ini sebaiknya digunakan untuk mengenali
nama dan bentuk peralatan (gelas) yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia
organik. Hal ini penting karena baik nama maupun bentuk peralatannya banyak dan
khas. Anda harus mengecek jumlah dan keutuhan alat-alat yang tersedia, karena kalau
sudah Anda tanda tangan pada daftar inventaris dan diketahui oleh petugas maka
selanjutnya sudah menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
 Kunci lemari tidak boleh dibawa pulang. Setiap kali Anda praktikum/pulang Anda bisa
minta/mengembalikan kunci kepada petugas laboratorium.
 Pada setiap pelaksanaan praktikum akan disediakan lembar kerja praktikum yang harus
diisi dan pada akhir praktikum harus diserahkan kepada asisten sebagai dasar penilaian
laporan praktikum Anda. Jika lampiran lembar data dengan data pada laporan berbeda,
maka asisten berhak memberikan nilai nol (0) untuk praktikum Anda.
 Pada akhir program praktikum maka inventaris di dalam lemari harus dikembalikan.
Pengecekan akan dilakukan terhadap: jumlah dan jenis alat (dicocokan dengan daftar
inventaris), mencatat kekurangan, kerusakan dan pemecahan alat yang diganti. Pada
prinsipnya, penggantian alat dilakukan dengan mengganti jenis dan kualitas alat yang
sama.
 Mohon diingat, penggantian alat yang rusak harus segera dilakukan begitu praktikum
yang bersangkutan selesai. Jangan menunggu sampai akhir keseluruhan program
praktikum berakhir! Keterlambatan penyelesaian masalah penggantian alat yang pecah
atau rusak akan mempengaruhi nilai akhir praktikum, sebab jika sampai batas
penyerahan nilai belum selesai, Anda bisa dinyatakan tidak lulus atau diberi nilai T.

9. TATA LAKSANA PRAKTIKUM DARING

● Mahasiswa wajib mengetahui dan dapat menggunakan platform daring yang akan
digunakan pada pertemuan praktikum daring.
● Waktu mulai praktikum daring adalah tepat pada pukul 13.30. Link zoom meeting akan
dinformasikan maksimal H-1. Peserta wajib masuk dalam room meeting maksimum 10
menit sebelum praktikum daring dimulai.

11
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

● Tahapan praktikum daring adalah sebagai berikut:


1. mengikuti penjelasan dari asisten maksimal 10 menit,
2. menyaksikan video peragaan praktikum yang diberikan oleh asisten,
3. mengikuti penjelasan/diskusi aktif maksimal 1 jam per kelompok bersama asisten,
4. dan mengikuti tes akhir yang akan dilaksanakan setelah praktikum luring dan daring
selesai
● Di akhir pertemuan praktikum daring mahasiswa mempersiapkan rangkuman video
praktikum yang dikumpulkan maksimal sehari sebelum pertemuan berikutnya pada
tautan yang diberikan pada saat pertemuan.

10. RANGKUMAN VIDEO PRAKTIKUM

Setelah menonton video dan pemaparan praktikum, mahasiswa wajib membuat rangkuman
pekerjaan dalam video. Rangkuman ditulis tangan dan dipindai dalam bentuk pdf untuk
kemudian diunggah pada pada tautan yang akan diberikan pada saat pertemuan praktikum
daring. Rangkuman video pratikum, harus berisi:
● Nomor percobaan dan judul percobaan.
● Tujuan percobaan.
● Teori/prinsip percobaan, cukup berupa beberapa kalimat singkat yang meliputi garis
besar percobaan, misalnya persamaan dan mekanisme reaksi, hal-hal yang khusus
mengenai percobaan tersebut, dan lain-lain.
● Data fisik dan kimia mengenai zat-zat kimia yang digunakan pada percobaan saat itu.
Carilah data tersebut di berbagai Handbook dan buku teks, jangan lupa cantumkan
sumber tersebut di referensi atau daftar pustaka.
● Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri, peralatan di kanan, dengan cara
diurut dari atas ke bawah. Bila perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
● Diagram percobaan. Tujuannya untuk mempermudah urutan kerja yang akan dilakukan
dan sebagai gambaran percobaan keseluruhan. Membuat diagram yang baik
memerlukan pengalaman dan latihan.
● Cara kerja dan pengamatan. Merupakan singkatan prosedur kerja yang berbentuk
kalimat pendek berupa poin-poin pengerjaan. Bagian buku dibagi dua, sebelah kiri untuk
cara kerja, dan bagian kanannya untuk pengamatan. Berilah cukup spasi supaya catatan
pengamatan jelas pemisahannya.
● Hasil perhitungan (jika ada).
● Pembahasan.
● Daftar pustaka. Tuliskan semua sumber referensi tempat Anda mengambil berbagai
informasi yang penting yang Anda jadikan rujukan untuk percobaan yang bersangkutan.

12
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

11. SISTEM PENILAIAN PRAKTIKUM DARING

Setiap dosen pemimpin praktikum diberi kebebasan untuk menentukan cara/bobot


penilaian. Sebagai gambaran, contoh bobot penilaian meliputi: persentase dari nilai rata-
rata: tugas pendahuluan 10%, ringkasan video praktikum 50%,
keaktifan diskusi dengan asisten 20%, dan tes akhir 20%.

13
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

ATURAN PROTOKOL PENCEGAHAN PANDEMIK COVID-19


I. PROTOKOL UMUM

Berikut adalah beberapa persiapan yang harus dilakukan sivitas akademika (dosen, tendik,
asisten akademik, mahasiswa) sebelum memasuki lingkungan Program Studi Kimia:

1. Melakukan isolasi mandiri jika sivitas akademika baru datang dari luar kota atau luar
negeri, minimal 14 hari sebelum memasuki kampus.
2. Melakukan pengecekan kondisi keseharan sebelum memasuki lingkungan kampus.
3. Mengisi laman amari.itb.ac.id setiap hari agar dapat ditelusuri kondisi dan riwayat
kesehatan sivitas akademika. Jika terindikasi gejala yang mengarah ke terinfeksi oleh
Covid-19, maka harus segera memeriksakan diri dan melakukan tes Covid-19.
4. Menyampaikan izin dengan melakukan pendaftaran secara daring untuk memasuki
lingkungan Program Studi Kimia, agar dapat diatur penjadwalannya, sehingga
jumlahnya tidak melebihi kapasitas minimum yang diperbolehkan dalam protokol AKB
di lingkungan Program Studi Kimia.
5. Selalu menggunakan APD minimal untuk menjaga diri: masker, sarung tangan, hand-
sanitizer, dan/atau face shield jika diperlukan.
6. Selalu menjaga jarak (minimal dalam radius 1 meter dari yang lain) dan menempati
posisi yang sudah ditandai diperbolehkan untuk ditempati.
7. Menghindari pertemuan sosial dan tidak diperbolehkan berkerumun di suatu tempat
melebihi kapasitas ruangan.
8. Sebelum memasuki ruangan disarankan membersihkan tangan dengan hand-sanitizer
atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.

II. PROTOKOL KHUSUS DI LABORATORIUM PENDIDIKAN


BIOKIMIA/KIMIA ORGANIK
I. Sebelum melakukan praktikum:
1. Mahasiswa mendaftar secara daring pada tautan yang diberikan.
2. Dosen pengampu praktikum mengadakan pertemuan awal secara daring untuk
menjelaskan:
a. Protokol Pelaksanaan AKB di Laboratorium Pendidikan Biokimia,
b. Protokol Pelaksanaan Praktikum dan Modul/Materi Praktikum:
- mengerjakan tugas pendahuluan dan jurnal praktikum, kemudian
mengunggah pada tautan yang diberikan,
- menyimak video materi praktikum yang telah disediakan
- mengerjakan tes awal secara daring,
- melakukan percobaan dan pengambilan data di laboratorium selama 2-3
jam, sesuai waktu yang telah dijadwalkan,
- mendokumentasikan data/hasil percobaan dengan cara memfoto data/hasil
tersebut, kemudian mengirimkan file foto kepada asisten praktikum via
wa/email,
- mengikuti forum diskusi bersama asisten secara daring,
- menulis dan mengunggah laporan praktikum pada tautan yang diberikan.

14
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

3. Mahasiswa menyiapkan APD pribadi yaitu masker, jas lab, sarung tangan lateks dan
pelindung wajah (face shield), serta menyiapkan name tag yang bertuliskan nama
mahasiswa dengan jelas dan NIM.
4. Mahasiswa yang diperkenankan praktikum harus dalam keadaan sehat. Kondisi sehat
adalah suhu tubuh di bawah 37 °C, tidak batuk berulang, tidak demam, tidak pilek,
dan tidak sakit tenggorokan.
5. Petugas/tendik mensterilkan laboratorium dengan cairan disinfektan.

II. Saat melakukan praktikum di Lab. Pendidikan Biokimia:


1. Mahasiswa membilas tangan dengan Hand-sanitizer atau mencuci tangan dengan
sabun dan membilas dengan air di tempat-tempat yang sudah disediakan di gedung
Kimia Lt.1.
2. Mahasiswa sudah memakai jaslab, masker, name tag, dan sarung tangan sebelum
memasuki laboratorium.
3. Mahasiswa mengantri dan menjaga jarak memasuki laboratorium dengan
menunjukkan name tag pada koordinator asisten.
4. Koordinator asisten mengukur suhu tubuh mahasiswa. Mahasiswa dengan suhu
tubuh di atas 37 °C tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
5. Mahasiswa menempati posisi/meja kerja yang telah ditentukan (diberi tanda kotak
biru).
6. Mahasiswa dapat menggunakan pelindung wajah (face shield) saat berada di dalam
laboratorium.
7. Asisten sudah siap di posisinya masing-masing, memberikan pengarahan singkat.
8. Mahasiswa memeriksa kelengkapan alat dan reagen di meja masing-masing. Bila alat
telah lengkap, mahasiswa dapat menandatangani berkas serah terima alat. Bila tidak
lengkap mahasiswa dapat melaporkan pada asisten.
9. Mahasiswa mengerjakan percobaan sesuai dengan instruksi.
10. Disarankan untuk menjaga aliran udara dengan cara membuka pintu/ jendela,
menghidupkan lemari asam dan mematikan AC.
11. Mahasiswa harus menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain di
laboratorium, dan hindari berkerumun.
12. Mahasiswa harus membersihkan tangan dengan hand sanitizer sebelum mengakses
instrumen/peralatan yang dipakai secara bersama-sama.
13. Jumlah maksimal orang yang bisa masuk (menggunakan) secara bersamaan ruang
instrumen, ruang asisten, dan ruang analis dibatasi sesuai dengan ketentuan daya
tampung (kapasitas) maksimal menurut pedoman AKB.
14. Waktu praktikum di laboratorium maksimum 3 jam, dengan alokasi ½ jam untuk
proses persiapan, 2 jam untuk melakukan percobaan, dan ½ jam untuk proses
pengembalian alat dan penutupan.
15. Setelah selesai percobaan, mahasiswa membereskan kembali meja kerja.
16. Mahasiswa dapat meninggalkan laboratorium setelah pengecekan kelengkapan alat
oleh petugas tendik, (keluar laboratorium secara tertib dengan tetap menjaga jarak).

III. Setelah melakukan praktikum


1. Petugas mensterilkan laboratorium dengan cairan disinfektan.
2. Asisten membuka forum diskusi secara daring.
3. Mahasiswa menulis laporan dan mengunggahnya pada tautan yang diberikan.

15
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar 1 Denah laboratorium Pendidikan Biokimia dan Kimia Organik di Gedung Kimia Utara/Baru
lantai 1 beserta informasi lokasi penempatan fasilitas protokol Covid-19

Pustaka
1) Kepmenkes HK 01.07/Menkes/328/2020 20 Mei 2020 tentang Keputusan Menteri Kese
hatan Republik Indonesia HK 01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID‐19) di Tempat
Kerja Perkantoran dan
Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi
2) Surat Edaran Menteri PANRB No 58 Tahun 2020 29 Mei 2020 tentang Sistem Kerja Pega
wai Aparatur Sipil Negara dalam Tatanan Normal Baru.
3) Surat Edaran Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan No 20 Tahun 2020 4 Juni 2020 te
ntang Sistem Kerja Pegawai Kemeterian pendudukan dan Kebuadayaan dalam
Tatanan Normal Baru
4) Surat Edaran Rektor Institut Teknologi Bandung kepada Pimpinan Unit Kerja
Institut Teknologi Bandung No 348/IT1.A/KA.01/2020 3 Juni 2020 tentang
Penyusunan Rencana Implementasi AKB.

16
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

5) Surat Edaran dari Sekretaris Institut Nomor 732/IT1.B03/HK.00/2020 tertanggal 26 Juni


2020 perihal Persiapan dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
6) White Paper Protokol Re-Entry FTMD, Juni 2020
7) Dokumen Rencana Implementasi AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) terkait berbagai
kegiatan tridharma (pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat) dari Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Juni 2020
8) Strategi Transisi FITB Menuju AKB Sistem dan Protokol Re-Entry Kampus, 17 Juni 2020
9) Presentasi Penyusunan Dokumen AKB FMIPA ITB, 10 Juni 2020
10) Protokol Kerja Perkantoran di Dalam Kampus, Universitas Padjadjaran, Bandung, Mei
2020
11) Research Laboratory Re-Entry Plan Harvard University, May 14, 2020
12) Jones E, Young A, Clevenger K, Salimifard P, Wu E, Lahaie Luna M, Lahvis M, Lang J, Bliss
M, Azimi P, Cedeno-Laurent J, Wilson C, Allen J. Healthy Schools: Risk Reduction
Strategies for Reopening Schools. Harvard T.H. Chan School of Public Health Healthy
Buildings program. June, 2020.
13) University of Denver COVID-19 Protocols for Disinfection & Cleaning, May 11, 2020
14) University of Denver COVID-19 Protocols for Social Distancing & Personal Protective
Equipment (PPE) While Under “Safer at Home”. 11 May 2020
15) University of Denver COVID-19 Personnel Symptom Monitoring Protocol While Under
“Safer at Home”, May 28, 2020
16) University of Denver COVID-19 Protocols for Research, Scholarship, & Creative Work,
May 29, 2020

17
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

BEBERAPA PERALATAN LABORATORIUM

18
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

19
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

20
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

BEBERAPA TEKNIK PEMISAHAN DAN PEMURNIAN DI


LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

A. DISTILASI
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Suatu zat cair
mengandung atom-atom atau molekul yang tersusun berdekatan namun masih dapat
bergerak bebas dengan energi yang berlainan. Ketika suatu molekul zat cair mendekati
perbatasan fasa uap-cair, maka molekul tersebut, jika memiliki energi yang cukup, dapat
berubah dari fasa cair menjadi fasa gas. Hanya molekul-molekul yang memiliki energetika
yang cukup yang dapat mengatasi gaya yang mengikat antarmolekul dalam fasa cair
sehingga dapat melepaskan diri ke dalam fasa gas. Ketika sistem berada dalam
kesetimbangan, karena banyak molekul zat cair yang memasuki fasa uap dan kemudian
kembali lagi dari fasa uap menjadi cair, maka dapat terukur tekanan uapnya. Jika sistem
tetap bertahan dalam kesetimbangan, bahkan ketika energinya dinaikkan, banyak molekul
dalam fasa cair akan memiliki energi yang mencukupi untuk berubah menjadi fasa uap.
Walaupun banyak molekul yang juga kembali dari fasa uap ke dalam fasa cair, namun
jumlah molekul dalam fasa uap bertambah dan tekanan uap akan naik. Jumlah molekul
dalam fasa uap sangat bergantung pada suhu, tekanan dan kekuatan gaya tarik
antarmolekul di dalam fasa cair dan volume sistem. Beberapa teknik distilasi di antaranya
adalah distilasi sederhana, distilasi bertingkat, distilasi uap dan distilasi vakum.
Distilasi Sederhana
Distilasi sederhana (lihat Gambar I) adalah proses distilasi yang tidak melibatkan kolom
fraksinasi atau proses yang biasanya untuk memisahkan salah satu komponen zat cair dari
zat-zat non-volatil atau zat cair lainnya yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 25 oC.
Distilasi sederhana tidak efektif untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran
yang perbedaan titik didihnya tidak terlalu besar.
Distilasi Bertingkat
Distilasi bertingkat lebih efektif untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran
yang perbedaan titik didihnya tidak terlalu besar. Jika suatu kolom fraksinasi digunakan
dalam perangkat distilasi bertingkat (lihat Gambar II), maka pemisahan senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih berdekatan dapat dipisahkan dengan baik. Kolom fraksinasi
biasanya diisi dengan material berpori yang menyediakan luas permukaan yang lebih besar
untuk proses kondensasi berulang. Pengembunan uap bertitik didih lebih tinggi melepaskan
kalor yang menyebabkan penguapan zat cair bertitik didih lebih rendah pada kolom,
sehingga komponen bertitik didih rendah ini bergerak ke atas menuju kolom, sementara
komponen bertitik didih tinggi bergerak ke bawah ke arah kondensor, walaupun sebagian
kecil ada yang kembali turun ke dalam labu distilasi. Setiap proses siklus
pengembunan/penguapan menghasilkan fasa uap akan lebih kaya dengan fraksi uap
komponen yang lebih volatile (mudah menguap).

21
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

termometer

klem
statif
statif
manice/bose head
air keluar
air masuk

manice
/bose kondensor Adaptor
head labu bundar
klem
batang gelas ukur
pengaduk atau
magnet wadah
penampung
distilat

pemanas listrik
berpengaduk magnet
(hotplate magnetic stirrer)

Gambar I Rangkaian alat distilasi sederhana

Gambar II Rangkaian alat distilasi bertingkat

22
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Berikut adalah contoh bagaimana peran distilasi bertingkat dalam memisahkan campuran
sikloheksana – toluena 60:40. Campuran 60:40 sikloheksana (t.d. 81 oC) dan toluena (t.d.
110 oC) akan mendidih pada 88 oC menghasilkan uap di atas campuran yang mendidih terdiri
dari campuran sikloheksana – toluena = 83:17. Proses kondensasi berulang pada kolom
fraksinasi menghasilkan fasa uap dengan komposisi sikloheksana – toluen = 95:5. Proses ini
dapat dilihat pada Gambar III. Kurva cekung ke atas menunjukkan komposisi fasa cair dan
kurva cembung ke bawah menunjukkan komposisi fasa uap. Proses pengembunan ditandai
dengan garis horizontal yang menghubungkan kedua kurva. Setiap pengulangan siklus
pengembunan dan penguapan akan menghasilkan sikloheksana yang lebih murni. Setiap
siklus ini disebut pelat teoritis. Kolom fraksinasi yang biasa digunakan di laboratorium
organik memiliki 3 – 5 pelat teoritis. Perbedaan proses pemisahan dengan distilasi
sederhana dan distilasi bertingkat dapat dilihat pada Gambar IV. Pada kurva tersebut dapat
terlihat bahwa pemisahan campuran zat cair menggunakan teknik distilasi bertingkat lebih
baik daripada distilasi sederhana.

Gambar III Kurva distilasi uap/cair antara suhu – komposisi untuk campuran sikloheksana-toluena

23
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar IV Kurva distilasi sederhana vs bertingkat

Kalibrasi Termometer
Salah satu teknik penting dalam distilasi adalah melakukan kalibrasi termometer. Kalibrasi
termometer sangat penting dilakukan sebelum melakukan percobaan yang melibatkan
pengukuran suhu. Cara mengalibrasi titik nol (0 oC) pada termometer dilakukan dengan cara
mencelupkan termometer pada campuran air-es yang diaduk homogen, kemudia catat suhu
yang terukur. Sedangkan untuk menentukan titik skala 100 oC pada termometer dilakukan
sebagai berikut: isikan sebanyak 10 mL akuades ke dalam tabung reaksi besar ukuran 25 mL,
masukkan sedikit batu didih. Klem tabung tersebut tegak lurus, panaskan perlahan sampai
mendidih. Posisikan termometer tepat pada uap di atas permukaan air yang mendidih
tersebut, kemudian catat suhu terukur. Untuk menentukan titik didih yang sebenarnya dari
air, maka tekanan barometer harus diperiksa dan dicatat, kemudian lakukan kalibrasi suhu
terhadap tekanan atmosfer. Cara lain kalibrasi termometer bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut: isi gelas kimia 400 mL dengan bongkahan kecil es hingga kedalaman 10 cm.
Tambahkan sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan mengambang di permukaan air.
Celupkan termometer ke dalam air es ini hingga kedalaman 7 atau 8 cm. Aduk air es pelan-
pelan dengan termometer dan amati penurunan suhu yang teramati pada skala
termometer. Ketika suhunya sudah tidak turun lagi, dan stabil selama 10 – 15 detik, catat
skala termometer tanpa mengangkat termometer dari dalam air es. Jika pembacaan skala
berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer tersebut layak pakai.
Distilasi Vakum
Teknik distilasi ini digunakan untuk pemisahan cairan yang memiliki perbedaan titik didih
minimal 25 °C/fraksi. Titik didih cairan akan turun jika tekanan di atas permukaannya
diperkecil. Pada distilasi vakum, tekanan di atas permukaan cairan diperkecil sehingga zat
dapat terdistilasi di bawah titik didihnya. Teknik pemisahan ini dapat digunakan untuk
mendistilasi zat yang terurai atau terdekomposisi sebelum mencapai titik didih normal.

24
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Berikut ini contoh beberapa data titik didih beserta tekanan uap bagi benzaldehid: 180
o
C/760 mmHg, 95 oC /50 mmHg, 87 oC /35 mmHg, 80 oC /25 mmHg,70 oC /15 mmHg, dan 62
o
C/10 mmHg. Gambar V menunjukkan contoh rangkaian distilasi vakum, mirip dengan
distilasi sederhana atau distilasi bertingkat, namun di ujung rangkaiannya pada adaptor
dihubungkan dengan pompa vakum yang dilengkapi manometer pengukur tekanan.

Gambar V Rangkaian alat distilasi vakum

Distilasi Uap
Dalam proses ini, campuran yang akan dipisahkan harus tidak larut dengan air. Distilasi uap
berguna untuk memisahkan zat organik yang tak larut dalam air yang memiliki tekanan uap
relatif rendah (5-10 mmHg) pada sekitar 100 oC. Keuntungan cara distilasi ini adalah bahwa
campuran dapat terdistilasi di bawah titik didih zat organik tersebut, dan bahkan di bawah
titik didih air. Zat dengan tekanan uap sangat rendah tidak dapat didistilasi uap, sehingga
ditilasi uap hanya dapat dilakukan untuk pemisahan beberapa zat yang mempunyai titik
didih tinggi. Hal ini bersesuaian dengan hukum Dalton mengenai tekanan total, yaitu
tekanan uap total sama dengan jumlah tekanan parsial uap masing-masing komponen.
Dalam rangkaian alat ditilasi uap terdapat bagian yang berfungsi untuk menghasilkan uap air
(generator uap air), sehingga uap air yang dihasilkan dapat dialirkan ke dalam wadah berisi
zat/materi dan mendesak partikel-partikel gas senyawa yang mudah menguap menuju
kondensor, sehingga kemudian uap air beserta komponen zat yang diisolasi dapat
mengembun dan dapat dikumpulkan sebagai campuran distilat. Distilat yang merupakan
campuran air dan zat organik yang tak larut dalam air tesebut kemudian dapat dipisahkan
dengan corong pemisah.

25
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar VI Rangkaian alat distilasi uap

B. REKRISTALISASI & SUBLIMASI


Rekristalisasi
Prinsip pemisahaan atau pemurnian dengan teknik ini didasarkan pada: pertama, adanya
perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau
dalam pelarut campuran; dan kedua, suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas
dibandingkan dengan pelarut dingin. Proses melarutkan zat padat tidak murni dalam
pelarut panas, yang dilanjutkan dengan pendinginan larutan tersebut untuk membiarkan
zat tersebut mengkristal, adalah teknik kristalisasi. Proses kristalisasi adalah kebalikan dari
proses pelarutan. Mula-mula molekul zat terlarut membentuk agregat dengan molekul
pelarut, lalu terjadi kisi-kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk
kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energi.
Kristalisasi dari zat murni akan menghasilkan kristal yang identik dan teratur bentuknya
sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Dan pembentukan kristal ini akan mencapai
optimum bila berada dalam kesetimbangan. Sesuai dengan prinsip dan teknik kristalisasi
tersebut, maka hal yang menentukan keberhasilannya adalah memilih pelarut yang tepat.
Pelarut yang baik untuk proses kristalisasi adalah sebagai berikut:
1. Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan direkristalisasi.
2. Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan direkristalisasi.
3. Zat padat yang akan direkristalisasi harus lebih mudah larut dalam pelarut panas
dibandingkan dengan pelarut dingin. Dengan kata lain, zat padatnya harus
mempunyai kelarutan terbatas (sebagian) atau relatif tak larut dalam pelarut pada
suhu kamar atau suhu kristalisasi.

26
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

4. Zat pengotornya harus sangat larut dalam pelarut pada suhu kamar atau tidak larut
dalam pelarut panas.
5. Pelarut harus cukup volatil (mudah menguap) sehingga mudah untuk dihilangkan
setelah zat padat yang diinginkan telah terkristalisasi.
Salah satu tahap penting dalam pemilihan pelarut untuk rekristalisasi adalah mencari data
mengenai titik didih dan tekanan uap dari pelarut tersebut sebelum melakukan
rekristalisasi. Jika data tidak tersedia atau sulit diperoleh maka dapat dilakukan uji
kelarutan sebelumnya. Berikut adalah uji kelarutan untuk pemilihan pelarut yang tepat
untuk rekristalisasi:
1. Masukkan 0,1 g (0,01 g) ke dalam tabung reaksi + 3 mL pelarut. Jika larut dalam suhu
kamar, maka jangan digunakan
2. Jika zat tersebut tidak larut, dilakukan pemanasan. Jika tidak larut maka pelarut
tersebut tidak digunakan.
3. Jika sampel larut dalam keadaan panas, dan tidak larut dalam suhu kamar maka
pelarut tersebut cocok digunakan
4. Dinginkan larutan hingga terbentuk kristal. Untuk pendinginan dapat dilakukan pada
air mengalir atau dalam ice-water bath sampai 5oC atau lebih
5. Jika kristal tidak terbentuk ketika didinginkan, masukkan batang pengaduk kaca dan
gosok pada dinding tabung.
6. Jika tidak maka cari pelarut lain atau dengan metode mixed-solvent recrystalization
(rekristalisasi dengan pasangan pelarut). Cara untuk memilih pasangan pelarut yang
tepat untuk rekristalisasi adalah sebagai berikut: misalnya ada zat X akan dikristalkan
menggunakan 2 pelarut (A dan B). Zat X tersebut harus segera larut dalam pelarut A
pada suhu kamar tetapi tidak larut dalam pelarut B dalam keadaan panas, maka
pasangan pelarut A dan B tersebut dapat digunakan untuk rekristalisasi. Beberapa
pasangan pelarut yang sering digunakan adalah metanol-air, etanol-air, asam
asetat-air, aseton-air, eter-aseton, eter-metanol, eter-petroleum eter, benzena-
ligroin, metilklorida - metanol.
Secara umum, rekristalisasi dilakukan sesuai dengan tahapan pada diagram alir yang
ditampilkan pada Gambar VII, dan dapat dilihat pada Gambar VIII untuk setiap tahapnya.
Cara melipat kertas saring untuk penyaringan biasa dapat dilihat pada Gambar IX.
Rangkaian alat untuk penyaringan dengan diisap atau penyaringan vakum dapat dilihat
pada Gambar X.

27
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar VII Diagram alir proses rekristalisasi dalam sistem satu pelarut

Cara melakukan rekristalisasi dengan pasangan pelarut (mixed-solvent recrystalization)


adalah sebagai berikut: zat X dimasukkan ke dalam pelarut B yang panas, kemudian pelarut
A ditambahkan pada kondisi yang sama secara perlahan-lahan hingga tepat jenuh.
Kemudian pelarut A ditambahkan lagi hingga larutan menjadi jernih, lalu larutan tersebut
disaring dalam keadaan panas, dan filtratnya didiamkan untuk kristalisasi (hingga kristal zat
X terbentuk).

Apabila larutan yang akan dikristalkan ternyata berwarna, padahal kita tahu zat padatnya
tak berwarna, maka ke dalam larutan panas sebelum disaring ditambahkan noritTM (arang
halus) atau arang aktif. Tidak semua zat warna dapat diserap arang dengan baik. Zat warna
yang tidak terserap ini akan tetap tinggal dalam induk lindi tetapi akan hilang pada waktu
pencucian dan penyaringan. Penggunaan norit ini tidak boleh diulang apabila larutannya
masih berwarna. Penggunaan norit jangan berlebihan sebab bisa menyerap senyawanya.

Pembentukan kristal biasanya memerlukan waktu induksi yang berkisar beberapa menit
sampai satu jam. Kadang-kadang didapati suatu keadaan yang disebut lewat jenuh
(supersaturation), dimana kristal-kristal baru mau keluar bila dipancing dengan sebutir
kristal murni. Keadaan ini kadang-kadang sangat menguntungkan dalam pemisahan
campuran dua atau lebih zat yang mempunyai kelarutan yang sama dalam suatu pelarut
tertentu dan jumlah komponen komponen campuran berbeda banyak satu dari yang lain.
Agar pemisahan dapat dilakukan, maka keadaan jenuh jangan diganggu, yaitu dengan
menghindarkan pengadukan dan guncangan berlebihan ataupun pendinginan yang terlalu
cepat.

28
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar VIII Tahap-tahap rekristalisasi dengan sistem satu pelarut

Gambar IX Tahap-tahap cara melipat kertas saring untuk penyaringan biasa

29
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar X Rangkaian alat penyaringan vakum menggunakan corong Büchner atau Hirsch dengan
penyedotan menggunakan pompa vakum atau aspirator air

Sublimasi

Sublimasi zat padat adalah analog dengan proses distilasi, yaitu zat padat berubah langsung
menjadi gasnya tanpa melalui fasa cair, kemudian terkondensasi kembali menjadi padatan.
Jadi sublimasi termasuk dalam cara pemisahan dan sekaligus pemurnian zat padat. Untuk
bisa menyublim, suatu zat padat harus mempunyai tekanan uap relatif tinggi pada suhu di
bawah titik lelehnya. Sublimasi bisa dilakukan lebih efektif lagi bila dilakukan pada tekanan
vakum. Cara sublimasi dapat dilihat pada Gambar XI. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Letakkan gelas kimia di atas pemanas listrik atau pemanas api (contoh: pemanas
Bunsen). Masukkan zat padat yang akan disublimasi sekitar 2 – 3 g ke dalamnya.
2. Tutup gelas kimia tersebut dengan kaca arloji atau cawan penguapan. Letakkan
beberapa bongkahan es batu pada kaca arloji atau cawan penguapan tersebut.
3. Nyalakan pemanas hingga mencapai titik sublimasi dari zat padat tersebut.
Perhatikan bahwa kristal zat padat sampel akan menempel pada bagian bawah kaca
arloji atau cawan penguapan karena fasa gas dari zat tersebut akan mengalami
deposisi karena ada proses pendinginan oleh es batu pada kaca arloji atau cawan
penguapan.
4. Matikan pemanas, ambil air es atau sisa es batu menggunakan pipet dan spatula
logam. Keringkan permukaan kaca arloji dan cawan penguapan dengan kertas

30
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

tissue. Angkat perlahan kaca arloji atau cawan penguapan tersebut, kumpulkan
kristal yang menempel pada wadah yang bersih dan kering.

Gambar XI Rangkaian alat penyaringan vakum menggunakan corong Büchner atau Hirsch dengan
penyedotan menggunakan pompa vakum atau aspirator air

C. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Jika kedua fasa
tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair. Dalam
sistem ini satu atau lebih senyawa berpartisi di antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil
senyawa akan berada dalam salah satu pelarut, dan sebagian besar lainnya akan berada
dalam pelarut yang kedua. Partisi adalah keadaan kesetimbangan. Keberhasilan pemisahan
sangat tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa tersebut dalam kedua pelarut. Secara
umum prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu
dan sangat larut di pelarut lainnya. Air banyak dipakai dalam sistem ekstraksi cair-cair
senyawa organik, karena banyak senyawa organik yang bersifat ion atau sangat polar yang
cukup larut dalam air. Pelarut lainnya adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan
air (yaitu bukan dari golongan alkohol dan aseton). Dalam sistem ekstraksi ini akan
dihasilkan dua fasa yaitu fasa air (aqueous) dan fasa organik. Selain syarat kelarutan yang
harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain adalah pelarut
organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari senyawa terektraksi (biasanya
dibawah 100 oC), tidak mahal dan tidak bersifat racun.

Corong pisah adalah alat untuk melakukan ekstraksi cair-cair, yaitu proses pengocokan
sistem dua pelarut, agar supaya proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan

31
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

beberapa lama sampai kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah
satu pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, salah satunya ditentukan atas
dasar perbedaan kerapatan atau massa jenis pelarut (g/mL). Kerapatan yang besar ada di
bagian bawah. Contoh gambar corong pisah dan proses ekstrkasi dapat dilihat pada
Gambar XII.

Gambar XII Proses ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah

Ekstraksi yang melibatkan air sebagai pelarut, umumnya air akan sedikit terlarut dalam
sejumlah pelarut organik seperti kloroform, toluena dan eter. Air ini harus dikeluarkan
sebelum dilakukan distilasi pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak
ditambahkan larutan jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama.
Garam akan menaikkan polaritas air, berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut
organik. Kemudian tambahkan zat pengering garam anorganik anhidrat yang betul-betul
kering atau baru. Zat pengering ini adalah anhidrat dari garam berair kristal, yang
kapasitasnya sebanding dengan jumlah air kristalnya. Yang umum digunakan adalah MgSO4,
Na2SO4 dan CaCl2. Magnesium sulfat adalah pengering paling efektif (air kristalnya sampai
dengan 7H2O) akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah, akan tetapi sering
membentuk komplek dengan beberapa senyawa organik yang mengandung oksigen
(misalnya etanol). Selain ekstraksi cair-cair, ada pula ekstraksi padat-cair, adalah juga
termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut ekstraksi pelarut, yaitu ketika zat yang akan
diekstraksi (biasanya zat padat) terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam
isolasi senyawa organik (padat) dari bahan alam. Efesiensi ekstraksi padat cair ini ditentukan
oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik, dan banyaknya
kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan alam harus menggunakan
peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut Soxhlet (lihat Gambar XIII).

32
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar XIII Proses ekstraksi padat-cair menggunakan Soxhlet

D. KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan ilmuwan untuk memisahkan senyawa
organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari
Kromatografi adalah suatu metode fisik yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki
suatu campuran dan pelarutnya. Kata kromatografi berarti “tulisan berwarna”, artinya
suatu cara seorang kimiawan dapat menguji campuran zat cair. Ketika mempelajari material
zat warna dari tumbuhan, seorang botanis Rusia menemukan kromatografi pada tahun
1903. Namanya adalah M.S. Tswett.

33
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan
pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fasa
yang berbeda. Dua fasa ini bisa berwujud padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut di
dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas
terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan
zat terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada
fasa diam. Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi
komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa diam adalah
fasa yang tidak bergerak, sedangkan fasa gerak adalah fasa yang bergerak melalui fasa diam
dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Pada posisi yang
berbeda-beda, senyawa-senyawa yang berbeda akan tertahan dan terabsorbsi pada fasa
diam, dan kemudian satu demi satu senyawa-senyawa ini akan terbawa kembali oleh fasa
gerak yang melaluinya. Dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis, fasa gerak
adalah pelarut. Fasa diam pada kromatografi kertas adalah kertas yang menyerap pelarut
polar, sedangkan fasa diam pada kromatografi lapis tipis adalah pelat yang dilapisi adsorben
tertentu. Kedua jenis kromatografi ini menggunakan aksi kapilaritas untuk menggerakkan
pelarut melalui fasa diam. Klasifikasi kromatografi secara umum dibedakan menjadi:

1. Kromatografi kolom: fasa diam ditempatkan dalam suatu tabung/kolom yang kecil
dan fasa gerak digerakkan melalui tabung/kolom tersebut dengan menggunakan
tekanan/gaya gravitasi.
2. Kromatografi planar/datar: fasa diam ditempatkan pada suatu pelat datar atau
dalam kertas berpori, dimana fasa gerak digerakkan melalui fasa diam melalui gaya
kapiler atau gravitasi.

Mekanisme pemisahan dalam kromatografi dikelompokkan sebagai berikut:


1. Kromatografi adsorpsi: sampel dipisahkan berdasarkan kepada kemampuan
teradsorpsi pada fasa diam padat.
2. Kromatografi partisi: sampel dipisahkan berdasarkan kepada perbedaan
kesetimbangan partisi analit antara fasa diam dan fasa gerak.
3. Kromatografi eksklusi ukuran: sampel dipisahkan berdasarkan kepada perbedaan
ukuran sampel.
4. Kromatografi elektroforetik: sampel dipisahkan berdasarkan kepada mobilitas ion.
Keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi bergantung pada beberapa faktor
berikut:
1. Pemilihan adsorben sebagai fasa diam.
2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai fasa gerak.
3. Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material yang akan
dipisahkan.
4. Laju elusi atau aliran fasa gerak.

34
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Dua pemilihan mendasar untuk pemisahan secara kromatografi adalah pemilihan jenis
adsorben dan sistem pelarut. Pada umumnya, senyawa non polar melewati kolom lebih
cepat daripada senyawa polar, karena senyawa non polar memiliki afinitas lebih kecil
terhadap adsorben. Jika adsorben yang dipilih mengikat semua molekul yang terlarut (baik
polar maupun non polar) dengan kuat, maka senyawa-senyawa tersebut tidak akan
bergerak turun keluar dari kolom. Sebaliknya, jika pelarut yang dipilih terlalu polar, semua
zat terlarut (polar maupun non polar) akan dengan mudah tercuci keluar kolom, tanpa
adanya pemisahan. Adsorben dan pelarut sebaiknya dipilih sedemikian rupa sehingga
kompetisi molekul-molekul terlarut di antara kedua fasa terjadi dalam kesetimbangan.
Koefisien partisi, k, yang mirip dengan koefisien distribusi untuk ekstraksi, merupakan
tetapan kesetimbangan untuk distribusi molekul-molekuk atau ion terlarut di antara fasa
gerak dan fasa diam. Kesetimbangan ini lah yang dapat memisahkan komponen-komponen
dalam campurannya. Semua jenis kromatografi melibatkan proses kesetimbangan molekul-
molekul yang dinamis dan cepat diantara 2 fasa (diam dan gerak). Kesetimbangan di antara
kedua fasa tersebut bergantung pada 3 faktor utama yang melibatkan kepolaran yang
ditentukan oleh struktur molekulnya, yaitu: (i) kepolaran dan ukuran molekul yang akan
dipisahkan; (ii) kepolaran fasa diam; dan (iii) kepolaran fasa gerak. Berikut adalah beberapa
fasa diam yang umum digunakan sebagai fasa gerak yang diurutkan mulai dari yang paling
non polar:
1. Polidimetilsiloksan (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC).
2. Metilsiloksan atau fenilsiloksan (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC).
3. sianopropilsiloksan (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC).
4. Carbowax (polietilenglikol) (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC)
5. Reverse Phase atau fasa terbalik (silika yang terlapis hidrokarbon rantai panjang, C-
18)
6. Kertas
7. Selulosa
8. Pati
9. Kalsium sulfat
10. Silika (gel silika)
11. Florisil (magnesium silikat)
12. Magnesium oksida
13. Alumina (aluminium oksida; asam, basa atau netral)
14. Karbon teraktifkan (arang aktif; Norit™)
Berdasarkan urutan kepolaran fasa diam tersebut, maka kita dapat memilih fasa diam yang
sesuai dengan pemisahan yang diinginkan. Semakin polar senyawa yang akan dipisahkan,
jika digunakan fasa diam yang polar seperti gel silika, maka senyawa tersebut akan terikat
kuat pada fasa diam dan akan terpisah pada urutan terakhir. Berikut adalah urutan
golongan gugus fungsi senyawa yang akan keluar lebih dulu dari fasa diam gel silika dan
alumina yang polar, dimulai dari yang paling cepat keluar atau terpisah dari fasa diam polar:

35
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

1. Hidrokarbon Alkana
2. Alkil halida
3. Alkena (olefin)
4. Diena
5. Hidrokarbon Aromatik
6. Aromatik halida
7. Eter
8. Ester
9. Keton
10. Aldehid
11. Amina
12. Alkohol
13. Fenol
14. Asam Karboksilat
15. Asam Sulfonat
Berikut adalah beberapa jenis zat yang umum digunakan sebagai fasa gerak dalam
kromatografi. Urutan berikut dimulai dari spesi yang paling non polar (nomor 1) hingga
yang paling polar (nomor 15):
1. Helium
2. Nitrogen
3. Petroleum Eter (pentana)
4. Ligroin (heksana)
5. Sikloheksana
6. Karbon tetraklorida (diduga bersifat karsinogen)
7. Toluena
8. Kloroform (diduga bersifat karsinogen)
9. Diklorometana (metilen klorida)
10. t-Butil metil eter
11. Dietil eter
12. Etil asetat
13. Aseton
14. 2-Propanol
15. Piridin
16. Etanol
17. Metanol
18. Air
19. Asam asetat
Secara umum, jika pada kromatografi digunakan fasa diam yang polar, pertama kali pilihlah
pelarut yang non polar sebagai fasa gerak untuk mengelusi komponen dalam campuran.
Selanjutnya, lakukan proses elusi dengan penggantian fasa gerak dengan pelarut yang
semakin lebih polar, sampai akhirnya semua komponen terpisah dan keluar dari fasa diam.

36
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi dengan fasa diam yang ditempatkan dalam suatu
tabung/kolom yang kecil dan fasa gerak yang digerakkan melalui tabung/kolom tersebut
dengan menggunakan tekanan/gaya gravitasi. Kromatografi kolom dikelompokkan lagi
dalam kromatografi cair (liquid chromatography), kromatografi gas (gas chromatografi), dan
kromatografi fluida superkritik (super critical fluid chromatography). Yang akan diuraikan di
sini hanya kromatografi kolom cair. Berikut adalah teknik pembuatan kolom kromatografi
cair gravitasi dengan fasa diam polar, yaitu gel silika atau alumina, dengan metode ‘basah’
(lihat Gambar XIV):
1. Sebelum membuat kolom, ujung bawah tabung disumbat dengan kapas.
2. Pasir ditambahkan ke dalam tabung hingga menutupi diameter kolom setebal 2 cm.
3. Gel silika atau alumina kering ditambahkan setebal 14 – 20 cm dari dasar tabung,
kemudian tuangkan kembali ke dalam gelas kimia. Rasio fasa diam terhadap sampel
yang akan dipisahkan sebaiknya adalah 25:1, yaitu setiap 25 g fasa diam dibutuhkan
untuk memisahkan 1 g sampel.
4. Ke dalam tabung ditambahkan pelarut/eluen sebagai fasa gerak (biasanya n-
heksana:etil asetat = 4:1 (v/v)) hingga ketinggian 4 cm di atas pasir.
5. Ke dalam gel silika atau alumina di dalam gelas kimia ditambahkan pelarut atau
eluen yang akan digunakan sebagai fasa gerak (biasanya n-heksana:etil asetat = 4:1
(v/v)). Aduk gel silika atau alumina dalam eluen tersebut hingga menjadi seperti
bubur gel silika atau bubur alumina, biarkan selama beberapa menit hingga eluen
terserap dengan baik dalam fasa diam.
6. Pada tabung kolom yang telah berisi pasir dan eluen dipasang corong. Corong
dibasahi dengan sedikit eluen/pelarut. Tuangkan bubus gel silika atau alumina di
dalam gelas kimia secara cepat namun seksama sambil membuka keran tabung
kolom sedikit sehingga ada aliran eluen. Jangan lupa di bawah tabung kolom
diletakkan wadah penampung. Dalam proses penuangan fasa diam ke dalam
tabung, pastikan agar tidak ada gelembung udara yang terjebak dalam kolom fasa
diam di dalam tabung, salah satu caranya adalah dengan mengetuk-ngetuk perlahan
dinding luar tabung dengan batang pengaduk kaca agar proses pengepakan kolom
berlangsung merata.
7. Setelah fasa diam sudah tersusun merata di dalam kolom, keran tabung ditutup dan
secara perlahan tambahkan lapisan pasir setebal 0,5 – 1 cm dari permukaan fasa
diam, kemudian tambahkan eluen hingga ketinggian 2 – 3 cm di atas permukaan
pasir. Sekarang kolom siap untuk dimasukkan sampel yang akan dipisahkan.

37
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar XIV Proses penyiapan kolom kromatografi cara ’basah’

Adapun proses pengisian sampel ke dalam kolom kromatografi diuraikan sebagai berikut
(lihat Gambar XV):
1. Larutan sampel dilarutkan di dalam pelarut yang melarutkan sampel tersebut
dengan baik (biasanya metilen klorida atau diklorometana, CH2Cl2) dalam jumlah
sesedikit mungkin. Kemudian larutan sampel dimasukkan ke dalam kolom yang
sudah siap menggunakan pipet. Sebaiknya sebelum larutan sampel dimasukkan ke
dalam kolom, maka ketinggian eluen dalam kolom diturunkan hingga sekitar 1 cm di
atas permukaan pasir.
2. Bagian dalam kolom kemudian dicuci 3-4 kali dengan metilen klorida atau pelarut
kromatografi lainnya yang sesuai. Larutan dibiarkan terelusi sampai sesaat sebelum
lapisan gel silika/fasa daiam.
3. Ke dalam kolom ditambahkan 2-3 pipet pelarut kromatografi sebanyak 3-4 kali.
4. Pelarut kromatografi ditambahkan ke dalam kolom dan elusi dilakukan dengan aliran
udara 4 cm/menit. Laju alir diamati sebagai blanko.
5. Letupan dapat terjadi saat senyawa yang tidak larut baik akan mengakibatkan
absorbsi oleh gel silika. Pasir kering ditambahkan ke bagian atas kolom dan pasir
tidak ditambahkan sampai larutan ditambahkan.
6. Tata cara pemasukan sampel dan proses elusinya adalah sebagai berikut:
a. Buka tutup bagian atas kolom, buka keran, biarkan eluen turun hingga sedikit di
atas permukaan pasir di atas gel silika.
b. Tutup keran dan kemudian masukkan semua campuran reaksi dari labu reaksi ke
dalam kolom perlahan-lahan menggunakan pipet Pasteur (Gambar XV).

38
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

c. Bilas wadah sampel dengan sekitar 0,5 mL eluen menggunakan pipet Pasteur
yang bersih. Gunakan pipet Pasteur yang sama dan teteskan larutan hasil bilasan
sampel ke dalam kolom.
d. Buka keran dan biarkan pelarut turun hingga sedikit di bagian atas permukaan
pasir di atas gel silika.
e. Tutup keran dan tambahkan sekitar 1,0 mL eluen menggunakan pipet Pasteur.
Selanjutnya buka keran. Ketika eluen berada sedikit di atas permukaan gel silika,
tambahkan 2-3 mL eluen secara perlahan tanpa menutup keran.
f. Isi kolom dengan eluen yang lebih banyak. PERHATIAN: hati-hati ketika
penambahan eluen; jangan sampai merusak gel silika. Jika di atas permukaan
gel silika ada pasir, maka sebenarnya kondisi ini lebih aman untuk
penambahan eluen yang lebih banyak.
g. Untuk mempercepat proses pemurnian, berikan sedikit tekanan menggunakan
bulb karet yang terhubung dengan adapter yang dipasangkan pada bagian atas
kolom. PERHATIAN: Hati-hati, jangan memberikan tekanan terlalu besar!
Selalu tambahkan eluen setiap saat untuk menghindari keringnya gel silika.
h. Amati pergerakan fraksi sampel di dalam kolom, biasanya senyawa non polar
terelusi dengan cepat. Proses elusi pemisahan fraksi sampel harus dilakukan
sedemikian rupa agar tidak boleh ada jeda yang signifikan.
i. Berilah tanda pada setiap fraksi yang keluar dari kolom (disebut sebagai eluat).
Lakukan kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap setiap fraksi yang keluar,
kemudian berdasarkan pola noda pada hasil uji KLT tersebut dipilih fraksi
senyawa yang sama untuk dikumpulkan, kemudian dicuci dengan metilen
klorida, didistilasi dengan etil asetat, dan dipekatkan pelarutnya pada tekanan
rendah (biasanya menggunakan alat yang disebut rotary evaporator, atau alat
untuk menguapkan pelarut pada tekanan rendah).
j. Selama proses kromatografi, pelarut harus tetap ditambahkan sehingga kolom
tidak kering, sampai seluruh senyawa terelusi.
7. Setelah semua senyawa terelusi dan kolom kromatografi tidak lagi digunakan, maka
selanjutnya kolom dikosongkan dari pelarut dengan mengalirkan udara bertekanan
selama 2 jam.
8. Isi dari kolom dituangkan ke dalam wadah limbah gel silika atau limbah fasa diam
lainnya.
9. Pada beberapa kondisi, kolom bisa dicuci dengan air dan aseton. Jika belum cukup,
bisa digunakan sabun, tetapi harus dihindari penggunaan sikat atau sabun yang bisa
merusak kolom.

39
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Gambar XV Proses pemisahan sampel dalam kromatografi kolom cair gravitasi

Penampakan Noda untuk Kromatografi Lapis TIpis


Beberapa senyawa organik ada yang berwarna dan ada juga yang tidak berwarna
(bening, putih). Jika Anda beruntung memisahkan sampel yang berwarna, maka
penampakan noda dengan mudah terlihat. Namun sebagian besar senyawa organk tak
berwarna, oleh karena itu untuk penampakan noda diperlukan alat Bantu. Biasanya pelat
KLT menggunakan bahan indikator fluoresens yang dapat memancarkan warna biru
keunguan di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 nm. Senyawa yang menyerap
sinar UV pada panjang gelombang tersebut akan memberikan penampakan noda di bawah
lampu UV. Cara lain untuk penampakan noda adalah memasukkan pelat KLT ke dalam
wadah berisi iod padat yang akan menyublim dan mengabsorbsi molekul organik pada fasa
gas, sehingga akan terbentuk noda kecoklatan. Selain itu, terdapat beberapa larutan
penampak noda lain seperti serium sulfat, dan fosfomolibdat, yang memberikan warna khas
ketika dipanaskan; larutan penampak noda seperti ini bersifat destruktif karena bereaksi
dengan senyawa yang diuji.

Gambar XV Penampakan noda di bawah sinar UV panjang gelombang 254 nm

40
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PERHITUNGAN DATA HASIL PERCOBAAN DI LABORATORIUM

Analisis kuantitatif suatu hasil percobaan di laboratorium sangat diperlukan. Metode kuantitatif
yang umum digunakan di laboratorium kimia organik adalah penentuan persen kesalahan, persen
kemurnian, persen perolehan kembali (recovery), dan persen rendemen/hasil (yield).

Perhitungan persen kesalahan digunakan sebagai perbandingan antara suatu data fisik yang teramati
di percobaan (misalnya titik leleh atau titik didih) dengan data yang diperoleh dari literatur. Persen
kesalahan menunjukkan seberapa dekat hasil percobaan yang telah dilakukan dengan nilai yang
diharapkan. Sebagai patokan umum, jika persen kesalahan untuk data fisik yang diperoleh dari hasil
percobaan melebihi 5%, maka identitas senyawa yang diperoleh harus dipertanyakan. Perhitungan
persen kesalahan menggunakan persamaan berikut:

 nilai dari literatur - nilai dari percobaan 


% Kesalahan =   x100
 nilai dari literatur 

Perhitungan persen kemurnian digunakan untuk menentukan kemurnian senyawa yang dihasilkan
dari percobaan. Persen kemurnian bersinonim dengan persen komposisi. Data kemurnian
kuantitatif sering kali diperoleh dari data hasil pengukuran menggunakan metode kromatografi
(misalnya GC atau HPLC). Perbandingan antara jumlah suatu senyawa berdasarkan pengukuran
kromatografi dengan jumlah semua senyawa dalam sampel yang sama dari pengukuran
kromatografi yang sama merupakan dasar dari persen kemurnian. Jika kemurnian produk kurang
daripada 85% maka produk tersebut harus dimurnikan lebih lanjut. Perhitungan persen kemurnian
menggunakan persamaan berikut:

 jumlah senyawa yang diharapkan dalam sampel 


% Kemurnian =   x100
 jumlah semua senyawa yang terdapat dalam sampel 

Perhitungan persen perolehan kembali (recovery) digunakan untuk membandingkan massa material
yang ada pada saat awal prosedur percobaan (belum dimurnikan, masih campuran) terhadap massa
material setelah proses pemisahan/pemurnian dilakukan. Persen perolehan kembali memberikan
indikasi ketelatenan dan ketelitian seseorang dalam melakukan percobaan. Dalam sebagian besar
prosedur, Anda akan kehilangan beberapa material dikarenakan tumpah, adhesi material pada
peralatan gelas, atau hilang karena hal-hal mekanik lainnya. Pada praktikum kimia organik, jika
persen perolehan kembali kurang daripada 85%, maka diasumsikan terjadi kesalahan prosedur atau
kelalaian yang dilakukan oleh Anda sebagai praktikan. Tetapi Anda harus memperhitungkan terlebih
dahulu kemurnian material sebelum mengambil kesimpulan terhadap berhasil atau tidaknya proses
perolehan kembali atau pemurnian yang Anda lakukan.

 berat senyawa yang diperoleh kembali setelah pemisahan 


% Perolehan kembali =   x100
 berat awal senyawa sebelum pemisahan 

41
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Perhitungan persen rendemen/hasil (yield) digunakan untuk menentukan efesiensi atau tidaknya
suatu reaksi kimia. Perhitungan persen rendemen mengharuskan Anda untuk dapat menuliskan
persamaan reaksi yang setara dari reaksi yang berlangsung. Anda harus mengubah massa atau
volume semua pereaksi awal menjadi mol, sehingga Anda dapat menghitung rendemen/hasil
teoritisnya. Perhitungan akhir adalah merupakan perbandingan antara rendemen produk yang
diperoleh berdasarkan hasil percobaan dengan rendemen teoritis. Dalam praktikum kimia organik,
jka persen rendemen di bawah 50%, maka hal tersebut menunjukkan adanya masalah dalam
pengerjaan prosedur percobaan. Namun, sekali lagi Anda harus mempertimbangkan terlebih dahulu
kemurnian material sebelum menyimpulkan berhasil atau tidaknya pengerjaan prosedur percobaan
yang Anda lakukan.

 rendemen/hasil yang diperoleh pada percobaan 


% Rendemen/hasil =   x100
 rendemen/hasil berdasarkan perhitungan (teoritis) 

42
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PRAKTIKUM LURING
Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi &
Titik Didih

Sasaran Percobaan
Pada akhir pecobaan mahasiswa diharapkan memahami: 1) prinsip distilasi dan 2)
pengertian campuran azeotrop. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan terampil dalam: 1)
mengkalibrasi termometer, 2) merangkai peralatan distilasi dan 3) melakukan distilasi untuk
pemisahan dan pemurnian.

I. Pendahuluan
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Pada percobaan
ini Anda akan melakukan pemisahan campuran zat cair dengan cara distilasi biasa, distilasi
bertingkat dan distilasi azeotrop. Teori dan prinsip dasar silakan dipelajari pada bab Beberapa
Teknik Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab A. Distilasi.

II. Peralatan dan zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja

PERHATIAN:
Dalam setiap pengerjaan distilasi, labu tidak boleh terisi oleh campuran senyawa yang
akan dipisahkan lebih dari ½ isi labu.
Jangan sampai Anda melakukan distilasi sampai kering.
Akan selalu ada kemungkinan terdapat zat cair tertentu yang bersifat eksplosif dan
mudah terbakar, jadi, berhati-hatilah, jangan biarkan ada api terbuka di sekitar zat-zat
tersebut!

A. Kalibrasi Termometer
Isi gelas kimia 400 mL dengan bongkahan kecil es hingga kedalaman 10 cm. Tambahkan
sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan mengambang di permukaan air. Celupkan termometer
ke dalam air es ini hingga kedalaman 7 atau 8 cm. Aduk air es pelan-pelan dengan termometer dan
amati penurunan suhu yang teramati pada skala termometer. Ketika suhunya sudah tidak turun lagi,
dan stabil selama 10 – 15 detik, catat skala termometer tanpa mengangkat termometer dari dalam
air es. Jika pembacaan skala berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer
tersebut layak pakai. Jika pembacaan melebihi trayek tersebut, tukarkan termometer Anda dengan
yang baru, lalu kalibrasi lagi. Keringkan termometer dengan kertas tisu.

B. Distilasi biasa
Pasang peralatan distilasi sederhana (lihat Gambar I pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Mulai lakukan pemanasan dengan
pemanas listrik sambil dilakukan pengadukan secara magnetik hingga mendidih. Atur pemanasan
agar supaya distilat menetes secara teratur dengan kecepatan satu tetes per detik. Amati dan catat
suhu dimana tetesan pertama mulai jatuh. Penampung diganti dengan yang bersih, kering dan
berlabel untuk menampung distilat murni, yaitu distilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih

43
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

sebenarnya sampai suhunya konstan. Catatlah suhu dan volume distilat secara teratur setiap selang
jumlah penampungan distilat tertentu, misalnya setiap 5 mL penampungan distilat, sampai sisa yang
didistilasi tinggal sedikit (jangan sampai kering).

C. Distilasi bertingkat
Pasang peralatan distilasi bertingkat (lihat Gambar 2 pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Lakukan proses distilasi sampai dengan
seperti proses pengerjaan distilasi sederhana.

D. Distilasi azeotrop terner (pengeringan etanol/demonstrasi asisten)


Masukkan 50 mL etanol:air (95%) ke dalam labu bundar 100 mL dan tambahkan toluena
sebanyak 20 mL. Pasang peralatan untuk distilasi dengan alat Dean-Stark, lalu lakukan distilasi
secara teratur, hentikan pemanasan ketika kira-kira 40 mL destilat telah diperoleh. Uji indeks bias
destilat dan residu. Jangan sampai kering!

TUGAS: Lakukan pengukuran indeks bias untuk semua senyawa murni dan semua hasil distilasi.
Bandingkan! Bandingkan pula dengan data indeks bias masing-masing senyawa murni dari
literatur!

44
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

IV. Tugas Pendahuluan (Pre-Lab)


1. Suatu campuran 10 mL isoamil asetat (MW=130,2 g/mol dan kerapatan=0,88 g/mL) dan 15
mL metil benzoat (MW=136,2 g/mol dan kerapatan=1,09 g/mL) didistilasi. Hitunglah % mol
tiap komponen. Gunakan % mol ini beserta gambar di bawah untuk menjawab pertanyaan
berikut:
a. Berapa titik didih awal campuran tersebut? Jelaskan!
b. Berapa komposisi fasa uap ketika dalam kesetimbangan dengan fasa cair?

2. Cari dan gambarkan rangkaian alat distilasi uap dan vakum. Jelaskan pula prinsip dan
tujuan kedua metode distilasi tersebut!
3. Cari dan bandingkan titik didih larutan murni, campuran azeotrop biner, dan terner pada
percobaan D (perhatikan komposisinya), jelaskan di mana fraksi etanol murni akan
diperoleh (distilat/residu)? Tuliskan satu cara lain untuk mendapatkan etanol kering!

Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.61 - 67; 129 - 140
Pasto, D.; Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.47 – 55; 396 – 398
Williamson, K. L.; Masters, K. M. (2011), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 6th
edition, Brooks/Cole, p. 86 – 130.

45
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PRAKTIKUM DARING
Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi
& Titik Leleh
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dan tujuan
kristalisasi dan terampil dalam: 1) melakukan rekristalisasi dengan baik; 2) memilih pelarut yang
sesuai untuk rekristalisasi; 3) menjernihkan dan menghilangkan warna larutan; dan 4) memisahkan
dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.

I. Pendahuluan
Prinsip pemisahaan atau pemurnian zat padat dengan teknik rekristalisasi didasarkan pada
adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau
dalam pelarut campuran; serta bahwa suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas
dibandingkan dengan pelarut dingin. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab
Beberapa Teknik Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab B.
Reksristalisasi & Sublimasi.

II. Peralatan dan zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


A. Kalibrasi Termometer
Mengkalibrasi titik skala 100 termometer dilakukan sebagai berikut: isikan ke dalam tabung
reaksi besar 10 mL aquades, masukkan sedikit batu didih atau batang magnet untuk pengadukan
magnetik. Klem tabung tersebut tegak lurus, panaskan perlahan sampai mendidih. Posisikan
termometer pada uap di atas permukaan air yang mendidih tersebut. Untuk menentukan titik didih
yang sebenarnya dari air, harus diperiksa tekanan barometer.

B. Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air


Siapkan pelarut (air) panas. Timbang 1,5 g asam benzoat kotor, masukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL yang dilengkapi batang pengaduk magnet yang diletakkan di atas pemanas listrik, lalu
masukkan pelarut (air) dalam keadaan panas sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai semua asam
benzoat tepat larut. Setelah semua senyawa larut, tambahkan sedikit berlebih beberapa mL pelarut
panas. Didihkan campuran ini di atas pemanas listrik. Ke dalam campuran panas tambahkan sedikit
demi sedikit sekitar 0,25 g karbon aktif (charcoal) atau noritTM, hati-hati, sambil diaduk dengan
batang kaca pengaduk, untuk menghilangkan warna. Didihkan beberapa saat supaya penyerapan
warna lebih sempurna. Siapkan corong penyaring kaca tangkai pendek, lengkapi dengan kertas
saring lipat (lihat gambar pada sub bab B. Rekristalisasi & Sublimasi dan pelajari cara
membuatnya!). Tempatkan labu Erlenmeyer bersih untuk menampung filtrat panas di atas pemanas
listrik bersebelahan dengan gelas berisi larutan asam benzoat. Pasang corong yang telah dilengkapi
kertas saring pada labu Erlenmeyer tersebut. Dalam keadaan panas (catatan: gunakan lap tangan
untuk memegang labu berisi larutan panas), tuangkan larutan asam benzoat ke dalam labu
Erlenmeyer melalui corong tersebut secepat mungkin (jangan sampai dingin, ?). Jika larutan
menjadi dingin dan mengkristal, ulangi pemanasan, dan ulangi penyaringan, sampai semua larutan
tersaring. Bilas sisa larutan asam benzoat dalam gelas kimia dengan sesedikit mungkin air panas,
tuangkan bilasannya ke dalam labu Erlenmeyer penampung filtrat melalui corong. Jika semua sudah
tersaring sempurna, angkat labu Erlenmeyer dari pemanas listrik, biarkan filtrat dingin dengan
penurunan suhu secara perlahan (di udara terbuka) dan jangan diganggu atau diguncang. Jika sudah

46
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

lama belum terbentuk kristal, dinginkan Erlenmeyer dengan cara disiram di bawah curahan air kran
atau direndam dalam air es. Bila di dalam air es belum juga terbentuk kristal berarti larutannya
kurang jenuh, maka jenuhkan larutan tersebut dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya
melalui pemanasan di atas pemanas listrik. Pembentukan kristal dapat dibantu dengan cara
menggores-gores bagian dalam labu Erlenmeyer berisi filtrat dengan batang kaca pengaduk hingga
terbentuk kristal. Jika semua kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan kristal
dengan menggunakan corong Büchner yang dilengkapi dengan peralatan isap (suction) (catatan:
lihat gambar pada sub bab B. Rekristalisasi & Sublimasi dan pelajari cara menggunakan
penyaringan Büchner dengan suction. Ingat, kertas saring yang digunakan harus tepat seukuran
corong Büchner, tepat menutup lubang (?)). Cuci kristal dalam corong Büchner dengan sedikit
pelarut dingin, satu sampai dua kali. Tekan kristal pada corong Büchner dengan spatula, sekering
mungkin. Tebarkan kristal di atas kertas saring lebar (kering), tekan sekering mungkin. Timbang
kristal kering dan tentukan titik leleh dengan menggunakan alat pengukur titik leleh yang ada di
laboratorium. Minta bantuan asisten untuk mengajarkan Anda cara mengukur titik leleh. Hitung
perolehan kembali asam benzoat murni. Jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 atau 2 oC), ulangi
rekristalisasi.

C. Sublimasi
Tempatkan dalam cawan porselen sekitar 1 g serbuk kamper kotor. Letakkan cawan di atas
pemanas listrik, kemudian tutup cawan dengan kaca arloji yang di atasnya diletakkan bongkahan es
sebagai pendingin. Lakukan pemanasan secara perlahan hingga semua padatan kamper menyublim.
Kumpulkan kristal yang menempel pada kaca arloji, dengan cara sebelumnya cairan es di atas arloji
dihilangkan dulu menggunakan pipet tetes. Timbang dan tentukan titik leleh kamper hasil sublimasi
dan bandingkan dengan titik leleh kamper semula.

IV. Tugas Pendahuluan (Pre-Lab)

1. Sifat-sifat apakah yang harus dipunyai oleh suatu pelarut agar dapat digunakan untuk
rekristalisasi suatu senyawa organik tertentu?
2. Sebutkan minimal lima tahap yang harus dilakukan dalam pengerjaan rekristalisasi.
3. Jelaskan prinsip dasar rekristalisasi.
4. Carilah 5 pasangan pelarut yang biasa digunakan untuk rekristalisasi dalam 2 pelarut (pasangan
pelarut), lalu tuliskan pula data fisik dan sifat-sifat pelarut tersebut dalam suatu tabel!

Pustaka

Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, , p.85 - 91; 111 - 114
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p. 43 – 46; 5; 387 – 395
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 122 -
126; 39 – 65

47
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PRAKTIKUM DARING
Percobaan 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: Ekstraksi

Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dan jenis ekstraksi,
yaitu ekstraksi padat-cair, cair-cair dan asam-basa, serta terampil dalam melakukan teknik-teknik
tersebut. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan memahami tujuan penggaraman dan pengeringan
larutan.

I. Pendahuluan
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Dasar metode ekstraksi
cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang berada dalam keadaan
kesetimbangan. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Beberapa Teknik
Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab C. Ekstraksi.

II. Peralatan dan Zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


A. Ekstraksi Cair-cair (Kelarutan)
Masukkan 5 mL larutan asam asetat glasial (catatan: larutan 5 mL asam asetat glasial dalam
110 mL air, disiapkan oleh analis) ke dalam corong pisah 100 mL, ekstraksi dengan satu kali 15 mL
etil asetat. Setelah dikocok 1-2 kali pada awal, buka kran corong pisah dengan posisi terbalik. Kran
dipegang dengan tangan kiri. Pelajari dan latihlah cara mengekstraksi yang benar (lihat gambar pada
bab Beberapa Teknik Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab C.
Ekstraksi). Simpan corong pada klem bundar (klem cincin). Jika sudah terpisah, keluarkan bagian
bawah ke dalam Erlenmeyer dengan hati-hati (ingat, waktu mengeluarkan cairan agar tutup corong
pisah sedikit terbuka!). Titrasi larutan dalam fasa air dengan larutan NaOH 0,3 M dan indikator
fenolftalein. Sebelumnya, lakukan titrasi lebih dulu terhadap 5 mL larutan asam asetat awal.
Lakukan perhitungan konsentrasi terhadap: a). larutan asam asetat awal; b). jumlah asam asetat
dalam lapisan air; c). persentase asam asetat dalam fasa air dan fasa etil asetat. Dengan cara yang
sama seperti di atas, akan tetapi lakukan ekstraksi terhadap 5 mL larutan asam asetat dalam air
sebanyak 3 (tiga) kali masing-masing dengan 5 mL etil asetat. Titrasi larutan asam asetat dalam fasa
air. Lakukan perhitungan seperti di atas, dan bandingkan hasilnya.

B. Ekstraksi Asam-Basa: Pemisahan Campuran Senyawa Organik Asam, Basa dan Netral
Timbang 0,2 g campuran padatan yang mengandung sejumlah yang sama senyawa: (1) asam
benzoat (C6H5CO2H); (2) p-nitroanilin (NO2-C6H4NH2); dan (3) naftalen (C10H8), kemudian larutkan di
dalam 2 mL diklorometana di dalam tabung reaksi bertutup, hangatkan di atas pemasnas listrik jika
perlu untuk penyempurnaan pelarutan. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6M ke dalam tabung reaksi
tersebut, tutup tabung reaksi, guncangkanlah tabung reaksi dengan kuat. Buka perlahan tutup
tabung reaksi untuk mengeluarkan tekanan dari dalam tabung akibat proses pengguncangan. Ulangi
pengguncangan beberapa kali. Simpan tabung reaksi pada rak dan biarkan terjadi pemisahan 2 fasa
secara sempurna. Pindahkan fasa organik secara perlahan menggunakan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi kosong dan bersih, beri label. Pindahkan pula fasa larutan basa ke dalam tabung
reaksi lain yang kosong dan bersih, beri label. Pindahkan kembali fasa organik ke dalam tabung
reaksi semula dan ulangi proses ekstraksi dengan sebelumnya menambahkan 2 mL larutan NaOH 6

48
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

M ke dalam fasa organik. Lakukan pemisahan fasa, gabungkan fasa larutan basa dengan larutan
basa yang dihasilkan dari proses sebelumnya.
Tambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik di dalam tabung reaksi dan lakukan
ekstraksi seperti proses sebelumnya. Pisahkan fasa larutan asam ke dalam tabung reaksi kosong dan
bersih. Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik.
Gabungkan fasa larutan asam yang dihasilkan pada proses ini dengan fasa larutan asam dari proses
ekstraksi sebelumnya. Pindahkan fasa organik ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih.
Tambahkan 1 mL diklorometana ke dalam fasa organik pada tabung reaksi, kemudian tambahkan
sedikit garam natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang mungkin ada, goyangkan
tabung perlahan hingga tidak lagi terbentuk emulsi. Pisahkan cairan fasa organik dari padatan garam
menggunakan pipet tetes yang bagian bawahnya disumbat dengan sedikit kapas, masukkan fasa
organik tersebut ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih. Sekarang Anda memiliki tiga fasa yang
berbeda: (1) fasa larutan basa; (2) fasa larutan asam; dan (3) fasa organik. Dinginkan fasa larutan
basa dan kemudian netralkan dengan penambahan larutan HCl 6 M tetes demi tetes sampai kertas
lakmus berwarna merah (atau terbentuk banyak endapan, sekitar 2-4 mL HCl). Saring padatan
secara vakum menggunakan corong Hirsch atau Büchner dan labu isap, bilas dengan sedikit air
dingin. Pindahkan padatan pada kertas saring lain untuk dikeringkan, ditimbang dan ditentukan titik
lelehnya. Ulangi cara yang sama terhadap fasa larutan asam, hanya untuk penetralannya gunakan
larutan NaOH 6 M. Padatan yang terbentuk disaring vakum, dikeringkan, ditimbang dan ditentukan
titik lelehnya. Untuk fasa organik, lakukan penguapan diklorometana pada penangas air di atas
pemanas listrik hingga volumenya berkurang (jangan sampai kering!!). Angkat tabung reaksi dari
penangas air, dinginkan pada suhu kamar, lalu masukkan ke dalam penangas es agar terbentuk
kristal. Saring vakum kristal, kemudian keringkan, timbang dan tentukan titik lelehnya. Catat semua
data pada buku catatan praktikum Anda dan pada lembar data yang tersedia.

C. Ekstraksi pelarut: Isolasi Trimiristin dari pala (Demonstrasi oleh Asisten)


Timbang 10 g pala yang sudah dipotong-potong atau diserbukkan dan bungkus dengan
kertas saring menyerupai silinder dan diikat dengan tali benang kasur. Masukkan bungkusan serbuk
pala itu ke dalam tabung Soxhlet. Perhatian: ukuran bungkusan pala tidak boleh melampaui tinggi
dari saluran pelarut pada tabung Soxhlet!! Masukkan sekitar 40 mL n-heksana ke dalam labu bundar
yang dilengkapi batang pengaduk magnet atau batu didih dan pasang di atas pemanas listrik
berpengaduk magnet. Pasang tabung Soxhlet di atas labu berisi n-heksana dan pasang kondensor di
atas tabung Soxhlet (lihat gambar!!). Jangan lupa pasang selang air dan nyalakan aliran air ke dalam
kondensor yang sebaiknya dibalut dengan selimut berisi es. Lakukan proses Soxhletasi selama 30
menit. Setelah Soxhletasi, tuangkan ekstrak dalam labu bundar ke dalam labu bundar lain untuk
didistilasi lebih lanjut (Anda harus sudah merangkai peralatan distilasi pada saat menunggu proses
Soxhletasi). Lakukan distilasi di atas pemanas listrik. Larutan ekstrak dikisatkan dengan cara distilasi
sampai terbentuk residu endapan. Pisahkan endapan dengan penyaringan Büchner yang dilengkapi
pengisapan, cuci sekali dengan campuran aseton-metanol (1:1) dingin, lalu biarkan kristal kering.
Timbang hasil yang diperoleh, tentukan titik leleh dan hitung rendemennya dalam pala.

IV. Tugas Pendahuluan (Pre-Lab)


1. Termasuk metode ekstraksi apa yang digunakan dalam pemisahan asam benzoat dalam
toluena yang diekstrak ke fasa air? Jelaskan mengapa cara ini yang dilakukan, dan penjelasan
harus didasarkan pada data fisik asam benzoat!
2. Buatlah diagram alir cara pemisahan: asam benzoat, fenol, anilin dan naftalen pada
percobaan ekstraksi cair-cair! Jelaskan prinsip dasar pemisahan keempat senyawa tersebut
dan fungsi penambahan reagen-reagen pada waktu ekstraksi!
3. Gambarkan struktur trimiristin yang diisolasi dari pala!

49
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Pustaka

Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.67 - 84; 141 - 149
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.56-59;399 – 404
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 127 -155

50
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PRAKTIKUM LURING
Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS: Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa harus dapat:
1. Melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis
2. Menjelaskan Prinsip dasar kromatografi.
3. Melakukan isolasi campuran senyawa sampai pemurniannya secara kromatografi kolom.

I. Pendahuluan
Kromatografi adalah suatu metode untuk memisahkan senyawa organik dan anorganik
sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Kromatografi adalah suatu metode fisik
yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki suatu campuran dan pelarutnya. Prinsip dan
teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Beberapa Teknik Pemisahan dan Pemurnian di
Laboratorium Kimia Organik, sub bab Kromatografi Kolom dan Kromatografi latis Tipis (KLT).

Isolasi Kurkumin dari Kunyit


Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang sudah sangat akrab dengan masyarakat
Indonesia. Rimpang (Rhizoma) dari tumbuhan ini biasa digunakan sebagai bahan warna kuning
dalam industri tekstil tradisional serta digunakan sebagai bumbu masakan, di samping kegunaannya
dalam obat tradisional. Nama latin dari kunyit adalah Curcuma longa yang termasuk dalam famili
Zingeberaceae (temu-temuan).
Komponen aktif dari rimpang kunyit adalah kurkumin (E,E)-1,7-bis(4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,6-heptadien-3,5-on) yang biasanya terdapat 1,5-2% dari berat rimpang kunyit kering.
Struktur senyawa ini ditentukan tahun 1910 oleh V. Lampe dan merupakan diarilheptanoid yang
pertama ditemukan. Kurkumin juga dapat disintesis di laboratorium. Kurkumin dilaporkan memiliki
sifat antikanker dan antitumor. Analog kurkumin telah dilaporkan pula mampu menghambat enzim
HIV-1 integrase.
O OH

HO OH

OCH3 OCH3
Kurkumin

II. Peralatan dan Zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


Sebanyak 20 g rimpang kunyit kering dalam 50 mL diklorometana direfluks selama 1 jam.
Campuran kemudian segera disaring dengan saringan vakum hingga diperoleh larutan kuning.
Larutan lalu dipekatkan melalui distilasi pada penangas air 50 oC. Residu kuning kemerahan yang
diperoleh kemudian dicampurkan dengan 20 mL n-heksana dan diaduk secara merata. Campuran
kemudian disaring lagi dengan penyaring vakum. Padatan yang dihasilkan selanjutnya dianalisis
dengan dua sistem Kromatografi lapis tipis (KLT) untuk membandingkan pengaruh kepolaran eluen
terhadap Rf nodanya. Sistem eluen pertama adalah CH2Cl2 : MeOH = 97:3 dan sistem eluen kedua

51
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

adalah CH2Cl2 : EtOAc = 97:3. Bandingkan nilai Rf noda untuk kedua sistem tersebut. Profil KLT akan
menunjukkan 3 komponen utama.
Kromatografi kolom dibuat menggunakan 15 g silika gel dan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99 : 1
dengan tinggi kolom berkisar antara 15-20 cm. 0,3 g ekstrak kasar yang diperoleh dilarutkan dengan
sesedikit mungkin pelarut CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dan kemudian teteskan secara perlahan pada bagian
atas kolom (jangan merusak permukaan kolom). Lakukan elusi hingga komponen pertama habis.
Monitoring dilakukan dengan menggunakan KLT. Gabungan fraksi yang mengandung komponen
pertama ini kemudian dikeringkan. Uji spektrum UV dan IR dari senyawa murni yang berhasil
diisolasi.
Lakukan uji kemurnian fraksi yang diperoleh dengan KLT (eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3).
Bandingkan kemurniannya dengan fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom!

IV. Tugas Pendahuluan (Pre-Lab)


1. Cari dan jelaskan prinsip dasar kromatografi beserta jenis-jenis kromatografi yang biasa
digunakan dalam proses pemisahan, pemurnian dan identifikasi senyawa organik!
2. Cari senyawa lain yang dapat diisolasi dari tumbuhan kunyit dan tumbuhan genus curcuma
lainnya!
3. Cari cara sintesis senyawa kurkumin yang telah dilakukan di laboratorium!
4. Apakah senyawa diarilheptanoid itu dan berikan contoh senyawa diarilheptanoid lainnya!
5. Cari senyawa-senyawa lain (minimal 2 senyawa) berikut dengan asalnya yang memiliki
aktivitas sebagai anti-HIV atau antikanker seperti senyawa turunan kurkumin!

Pustaka
Anderson, A.M., Mitchell, M.S., and Mohan, R.S., Isolation of Curcumin from Turmeric, J.Chem.Ed., 77
(3), 2000, p. 359-360
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.92- 100
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organik Chemisty, Prentice Hall
Inc., New Jersey, 1992, p. 60 – 81; 404 – 406
Skripsi, Tesis, Disertasi mengenai isolasi senyawa dari Curcuma longa atau genus curcuma lainnya.
Williamson, Macroscale and Microscale Organik Experiments, 3rd edition, Boston, 1999, p. 160 -166;
704 – 706

52
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PRAKTIKUM DARING
Praktikum 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa
Organik

Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai:
a. Perbedaan sifat-sifat senyawa alkohol dan fenol, serta aldehid dan keton.
b. Jenis-jenis pereaksi untuk membedakan senyawa alkohol dan fenol, serta aldehid dan keton.

I. Pendahuluan

Alkohol dan fenol


Hampir lebih dari 20 juta senyawa organik telah diketahui dan dipublikasikan di berbagai
publikasi internasional. Jika setiap senyawa harus dipelajari sebagai bagian yang tesendiri, maka
studi kimia organik hampir tak mungkin dilakukan. Untungnya, ilmu kimia organik telah membagi-
bagi senyawa organik berdasarkan konsep gugus fungsi. Gugus fungsi adalah suatu atom atau
kumpulan atom yang terikat bersama dengan suatu cara tertentu sebagai bagian dari suatu molekul,
dan kemudian mempengaruhi karakteristik sifat fisik dan kimia molekul secara keseluruhan.
Kelompok gugus fungsi yang akan dipelajari pada percobaan ini adalah gugus fungsi hidroksi (atau
hidroksil), -OH. Gugus fungsi ini menunjukkan dominasinya di antara senyawa-senyawa organik,
karena begitu banyak dan beragam senyawa yang memiliki gugus fungsi ini.
Gugus fungsi yang akan dipelajari dalam percobaan ini
adalah alkohol dan fenol. Pada alkohol, gugus –OH terikat pada
atom karbon tetrahedral. Jika gugus –OH terikat pada satu atom
karbon yang mengikat 3 atom hidrogen maka alkohol tersebut
adalah metanol. Jika karbon yang mengikat –OH terikat pada satu
atom karbon lain dan 2 atom hidrogen, alkohol ini disebut alkohol
primer (1o). Jika atom karbon yang mengikat gugus –OH terikat
pada 2 atom karbon lain, disebut alkohol sekunder (2o) dan alkohol
yang mengikat 3 atom karbon lain di samping gugus –OH disebut
alkohol tersier (3o). Semua jenis alkohol ini memiliki beberapa
karakteristik yang sama di samping beberapa karakteristik lain yang
berbeda akibat perbedaan dalam strukturnya. Dalam fenol, gugus –
OH terikat pada karbon yang menjadi bagian langsung dari cincin aromatik. Alkohol dan fenol
memiliki kemiripan dalam beberapa hal, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar sehingga
kedua kelompok senyawa ini dianggap sebagai kelompok gugus fungsi yang berbeda. Salah satu
perbedaan utama adalah bahwa fenol bersifat jutaan kali lebih asam daripada alkohol. Penambahan
sejumlah larutan natrium hidroksida ke dalam fenol akan menyebabkan gugus –OH dalam molekul
terdeprotonasi; hal ini tak akan terjadi kepada alkohol.

Sifat Fisik
Semakin besar struktur suatu alkohol atau fenol, maka biasanya titik didihnya semakin
tinggi. Ketika ukuran suatu alkohol bertambah besar, maka probabilitas alkohol menjadi berwujud
padat semakin besar. Sebagian besar senyawa fenol berwujud padat. Sebagian kecil alkohol larut
dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Namun ketika ukuran gugus alkil pada alkohol bertambah besar, kelarutannya dalam air akan
berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan
ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi cukup besar, akibatnya
molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan

53
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatik,
maka kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang menjadi alasan mengapa gugus non
polar sering disebut sebagai gugus hidrofob.

Sifat Kimia
Pada percobaan ini fokus utamanya adalah reaksi-reaksi kimia yang dapat membantu dalam
membedakan alkohol dengan fenol dan antara senyawa-senyawa alkohol sendiri.

1. Uji Lucas
Uji ini dilakukan untuk membedakan alkohol-alkohol primer, sekunder dan tersier yang
dapat larut dalam air. Reagen Lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dengan seng
klorida. Seng klorida adalah suatu asam Lewis, yang ketika ditambahkan ke dalam asam klorida akan
membuat larutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan
reagen Lucas dengan cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair.
Pembentukan fasa cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan
segera setelah alkohol bereaksi merupakan indikasi keberadaan alkohol tersier. Alkohol sekunder
bereaksi lambat, dan setelah sedikit pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua, biasanya
sekitar 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak bereaksi pada kondisi ini. Pada alkohol tersier,
atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus –OH. Pada alkohol
sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi, namun
penantaan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom
karbon yang sebelumnya mengikat –OH.

2. Uji Asam Kromat (Uji Bordwell-Wellman)


Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam kromat.
Bilangan oksidasi Cr+6 pada asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr+3,
yang berwarna hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat. Alkohol tersier
tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena itu reaksi ini di satu sisi tidak dapat
membedakan alkohol primer dan sekunder, dan di sisi lain membedakan alkohol primer dan
sekunder dengan alkohol tersier. Fenol biasanya teroksidasi menjadi tar yang berwarna coklat oleh
asam kromat.

54
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

3. Uji dengan Natrium dan Larutan NaOH


Atom hidrogen dari gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol dapat disingkirkan oleh natrium.
Fenol lebih asam daripada alkohol dan dapat diubah menjadi garam natrium bila direaksikan dengan
larutan NaOH, dan garam ini biasanya larut dalam air. Berikut adalah reaksi alkohol dengan natrium:

Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat, yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-reaksi
organik.

4. Keasaman Fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam karboksilat dan asam
yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah
menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai garam fenoksida).
Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat
melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natrium bikarbonat tidak
dapat. Tidak satu pun di antara basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah
tertentu alkohol menjadi ion alkoksida (yang akan dapat melarutkan alkohol yang tak larut air dalam
bentuk anion alkoksida). Urutan kebasaan dari basa-basa yang terdapat dalam persamaan reaksi di
atas, mulai dari yang paling kuat ke yang kurang kuat: natrium hidroksida, NaOH > natrium karbonat,
Na2CO3 > natrium bikarbonat, NaHCO3.

5. Uji Besi(III) Klorida


Penambahan besi(III) klorida yang terlarut dalam kloroform (triklorometana) ke dalam suatu
larutan fenol dalam kloroform, menghasilkan suatu larutan berwarna ketika ditambahkan piridin.
Berdasarkan struktur fenol, warna produk yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari merah sampai
ungu. Alkohol tidak menghasilkan warna apapun terhadap uji ini.

Aldehid dan keton


Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (-C=O), yaitu atom karbon yang berikatan rangkap
dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat 2 atom karbon lain yang terikat pada gugus karbonil. Karbon yang
terikat pada gugus karbonil dapat merupakan rantai alifatik (bukan merupakan bagian dari cincin aromatik)

55
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

atau aromatik (merupakan bagian dari cincin aromatik). Aldehid dan keton sama-sama mengalami reaksi yang
disebut adisi nukleofilik. Pada kondisi kurang asam, pada reaksi ini suatu nukleofil (suatu spesi yang dapat
mendonorkan sepasang elektron, atau disebut sebagai basa Lewis) memberikan pasangan elektronnya kepada
karbon karbonil untuk membentuk suatu ikatan tunggal seiring dengan bergeraknya sepasang elektron pada
ikatan rangkap menjadi sepasang elektron bebas pada oksigen. Akibatnya, oksigen dapat mengambil sebuah
proton dari tempat lain (bisa jadi dari salah satu yang terikat pada atom nukleofil yang menyerang karbon
karbonil) dan menjadi gugus –OH. Pada kondisi yang lebih asam, hasilnya sama, namun pada kondisi ini
sebuah proton (dari suatu asam) mengikatkan diri pada salah satu dari pasangan elektron bebas pada oksigen.
Gugus karbonil sekarang bermuatan +1 dan dapat mengundang nukleofil yang lemah sekalipun (nukleofil kuat
tidak dapat berada di dalam larutan yang sangat asam karena nukleofil kuat biasanya merupakan basa yang
kuat dan tak bisa berkeliaran bebas di dalam larutan asam). Jadi, ketika nukleofil menyerang karbon karbonil
dan membentuk ikatan, maka ikatan rangkap pada karbonil berubah menjadi gugus –OH. Kedua kondisi reaksi
tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut.

Kondisi pertama – dalam larutan yang sedikit asam: reaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin dengan aseton.

Pada reaksi di atas dapat dilihat bahwa terkadang produk yang dihasilkan tidak selalu yang dapat diisolasi.
Produk ini dapat mengalami reaksi eliminasi dengan melepaskan gugus –OH yang telah terbentuk, kemudian
atom hidrogen pada nitrogen lepas dan terbentuklah ikatan rangkap antara C dan N disertai pelepasan
molekul air. Produk akhirnya sering dikenal sebagai 2,4-dinitrofenilhidrazon.

+
Perhatikan bahwa asam, H3O , dibutuhkan sebagai katalis untuk reaksi pertama di atas yang akan membentuk
molekul air pada tahap pertama. Pada tahap kedua, molekul air yang kedua dihasilkan, namun molekul air ini
+
terprotonasi dan membentuk H3O pada tahap ketiga, sehingga secara keseluruhan hanya dihasilkan satu
+
molekul air. Ini adalah ciri H 3O sebagai katalis, mempercepat laju reaksi tetapi tidak ikut terpakai habis dalam
reaksi.

Kasus kedua – dalam larutan yang lebih asam: reaksi metanol dengan asetaldehid.

56
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

+
Pada tahap pertama mekanisme reaksi, katalis asam, H3O , memprotonasi oksigen pada gugus karbonil
sehingga muatannya +1. Pada tahap kedua, oksigen yang terprotonasi pada metanol yang bersifat sebagai
nukleofil lemah mendonorkan sepasang elektronnya kepada karbon karbonil untuk membentuk ikatan baru.
Pada tahap ketiga, hemiasetal yang terprotonasi memberikan proton pada molekul air yang terbentuk pada
tahap pertama sehingga membentuk ion hidronium. Reaksi ini dikatalisis oleh asam. Jika asetaldehid tidak
diprotonasi oleh asam pada tahap pertama, reaksinya dengan metanol akan berlangsung sangat lambat karena
metanol adalah nukleofil lemah. Hemiasetal, produk yang terbentuk dari reaksi antara alkohol dengan aldehid
atau keton, berperan penting dalam kimia karbohidrat. Gula, adalah senyawa polihidroksi aldehid dan keton,
sehingga gula memiliki dua gugus fungsi (karbonil dan hidroksi) yang dapat bereaksi satu sama lain
membentuk hemiasetal. Hemiasetal ternyata dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa yang
disebut asetal. Asetal memiliki suatu karbon tetrahedral yang terikat pada 2 atom oksigen, dimana kedua atom
oksigen ini masing-masing terikat pada atom karbon yang lain. Reaksi ini juga penting dalam kimia
karbohidrat.
Mekanisme manapun yang sebenarnya berlangsung, reaksi ini biasanya secara umum dikatakan
sebagai reaksi adisi nukleofilik.
Aldehid dapat dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid teroksidasi, akan
+3
terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau, karena kromat tereduksi menjadi Cr . Inilah
yang membedakan aldehid dari keton.

Gugus fungsi lain, seperti alkohol primer dan sekunder juga dapat teroksidasi oleh asam kromat. Aldehid juga
+
dapat teroksidasi oleh reagen Tollens, suatu zat yang mengandung ion Ag . Ion perak(I) akan tereduksi
menjadi logam perak. Ion logam adalah pengoksidasi yang lemah; aldehid sangat mudah teroksidasi dan
+
hasilnya akan terbentuk logam perak hasil reduksi dari ion Ag .

Senyawa metil keton, tetapi bukan keton yang lain, akan teroksidasi oleh iod di dalam larutan natrium
hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk iodoform yang
berwarna kuning, yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid, tetapi bukan aldehid yang lain, akan
memberikan hasil positif juga terhadap uji ini, karena memiliki kemiripan dalam struktur dengan metil keton.

57
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Di samping itu, etanol (teroksidasi menjadi asetaldehid) dan alkohol sekunder yang dapat teroksidasi menjadi
metil keton dapat juga memberikan hasil positif terhadap uji ini.

II. Peralatan dan zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


Perhatian!!
Asam kromat sangat korosif! Jika Anda terkena zat ini, segera bilas anggota tubuh Anda yang terkontaminasi
oleh air yang banyak! Fenol sangat korosif! Jika ada padatan atau larutan fenol yang mengenai Anda, segera
cuci atau rendam bagian yang terkena dengan Anti Fenol (larutan basa, biasanya larutan natrium bikarbonat
atau serbuk kapur), kemudian bilaslah dengan air yang banyak!

1. Alkohol dan fenol: Uji Lucas


Masukkan 5 tetes tiap sampel ke dalam masing-masing tabung sesuai label. Tambahkan 1
mL reagen Lucas. Tutup tabung reaksi dengan gabus atau alumunium foil dan goyangkan dengan
kuat untuk mengaduk campuran. Setelah benar-benar tercampur, buka tutup tabung dan biarkan
tabung beberapa saat (sekitar 5 menit). Amati apakah terlihat kekeruhan atau lapisan kedua pada
larutan. Apabila terdapat tabung yang larutannya masih bening, masukkan tabung tersebut ke
dalam penagas air bersuhu 60 oC selama 15 menit, kemudian amati apakah terdapat kekeruhan atau
tidak. Catat hasil pengamatan Anda.

2. Alkohol dan fenol: Uji Asam kromat (Uji Bordwell-Wellman)

Masukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi masing-masing, lalu ke dalamnya


ditambahkan 10 tetes aseton dan 2 tetes asam kromat. Tutup tabung reaksi, lalu aduk. Buka tutup
tabung dan simpan tabung di dalam penangas air bersuhu 60 oC selama 5 menit. Amati perubahan
warna yang terjadi dan catatlah hasilnya.

3. Alkohol dan fenol: Uji dengan Natrium


Tempatkan 2 mL dari masing-masing senyawa berikut dalam tabung reaksi: etanol, 1-
propanol, 2-propanol, dan fenol (bila fenol berbentuk kristal, panaskan sedikit supaya melebur).
Tambahkan sepotong kecil logam Na ke dalam tiap-tiap tabung reaksi di atas. Catat hasilnya. Ke
dalam larutan yang diperoleh, tambahkan beberapa tetes fenolftalein, catat hasilnya. (hati-hati,
natrium sangat reaktif, reaksi dengan air bisa menimbulkan ledakan!!! Buang bekas hasil reaksi
ke dalam wadah yang berlabel ”Sisa Natrium”!).

4. Alkohol dan fenol: Keasaman


Masukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan masing-masing 5 tetes
aqua dm. Gunakan batang pengaduk kaca untuk mengaduk sampel kemudian sentuhkan ujung

58
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

batang pengaduk pada kertas pH. Setelah 15 detik, bandingkan warna kertas pH dengan kertas skala
pH. Catat pH tiap sampel.

5. Alkohol dan fenol: Uji Besi(III)klorida


Masukkan 10 tetes tiap sampel ke dalam tabung reaksi berlabel, lalu tambahkan 10 tetes
kloroform ke dalam tiap tabung. Tambahkan pula 5 tetes larutan besi(III) klorida dalam kloroform ke
dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes piridin ke dalam tiap tabung. Aduk tabung reaksi, amati
dan catat yang terjadi.

6. Aldehid dan keton: Uji Tollens


Dibuat oleh Analis: Siapkan reagen Tollens di dalam labu Erlenmeyer 25 mL dengan mencampurkan
5 mL larutan perak nitrat 9% dalam 5 mL larutan NaOH 10%. Terhadap campuran reaksi, tambahkan
larutan amoniak 10% tetes demi tetes sambil digoyang, sampai terbentuk endapan coklat dari perak
oksida mulai melarut; jangan menambahkan amoniak berlebih!
Dilakukan oleh praktikan: Larutkan 5 tetes senyawa aldehid dan keton yang telah ada di dalam
tabung reaksi dengan bis(2-etoksietil)eter atau pelarut eter lainnya secara tetes demi tetes. Lalu
tambahkan 2 mL reagen Tollens, kemudian tabung digoyang/diaduk. Tempatkan tabung reaksi di
dalam penangas air 60 oC selama 5 menit. Uji positif bagi aldehid adalah terbentuknya cermin perak
pada tabung reaksi (jika tabung reaksi bersih); jika tabung reaksinya kotor, akan terbentuk endapan
hitam. Catat pengamatan Anda! Cuci tabung reaksi segera dengan asam nitrat 1 M, lalu bilas dengan
air yang banyak.

7. Aldehid dan keton: Uji Iodoform


Ke dalam tiap tabung reaksi yang mengandung sampel yang akan diuji, tambahkan 2 mL air,
lalu goyang tabung reaksinya. Jika senyawanya tak larut, tambahkan dioksan tetes demi tetes sambil
diaduk sampai campuran homogen. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6 M. Aduk. Kemudian
tempatkan tabung reaksi di dalam penangas air 60 oC selama 3 atau 4 menit, dan sambil tabung
reaksi masih di dalam penangas air, tambahkanlah larutan I2/KI tetes demi tetes sambil
digoyang/diaduk (untuk hal ini, keluarkan sebentar tabung reaksi, lalu masukkan kembali ke dalam
penangas), sampai warna coklatnya bertahan selama 2 menit di dalam tabung. Tambahkan larutan
NaOH 6 M tetes demi tetes sambil digoyang, sampai warna coklat menghilang. Tetap simpan tabung
reaksi dalam penangas air selama 5 menit. Lalu keluarkan tabung reaksi dari penangas dan amati
isinya, apakah terdapat endapan kuning dari iodoform, yang menunjukkan keberadaan asetaldehid
atau suatu metil keton. Catat hasilnya.

8. Aldehid dan keton: Uji 2,4- Dinitrofenilhidrazin


Tambahkan 20 tetes 2,4-dinitrofhenilhidrazin ke dalam setiap tabung reaksi yang
mengandung sampel yang diuji. Jika endapan tidak segera muncul, panaskan selama 5 menit di
dalam penangas air 60 oC. Catat hasil pengamatan Anda.

IV. Tugas Pendahuluan (Pre-Lab)

1. Apakah kesimpulan umum yang dapat diambil mengenai kelarutan alkohol-alkohol di dalam air?
Jelaskan manakah dari 1-pentanol dan 1-heptanol yang akan lebih sukar larut dalam air?
2. Tuliskan persamaan reaksi yang menunjukkan kelarutan fenol dalam larutan NaOH 10%. Dari
percobaan di atas, jelaskan apakah sikloheksanol lebih atau kurang asam daripada fenol?
3. Dari percobaan, jelaskan bagaimana membedakan secara kimia isopropil alkohol dari benzena,
dan sikloheksanol dari fenol?
4. Bagaimana reaksi Lucas terhadap:
a. isobutanol
b. 1-metilsiklopentanol

59
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

c. 2-metilsiklopentanol
5. Diantara alkohol-alkohol pada soal no.4, manakah yang tidak mengalami oksidasi pada pengujian
Bordewell-Wellman? Tuliskan masing-masing reaksinya!
6. Tuliskan persamaan reaksi antara fenol dan air brom!
7. Tulis persamaan reaksi untuk reaksi-reaksi berikut:
a. reaksi Tollens dengan formaldehid d. pembuatan benzaldehid fenilhidrazon
b. reaksi Fehling dengan heptaldehid e. pembuatan sikloheksanol-oksim
c. pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit f. pengujian iodoform terhadap 2-pentanon
8. Tulis mekanisme reaksi kondensasi aseton dengan benzaldehid yang dikatalisa dengan
basa!
9. Dapatkah pengujian iodoform membedakan : metanol dari etanol, dan
isopropanol dari n-butanol?Jelaskan.
10. Apakah peranan dari natrium asetat di dalam pembuatan oksim?

Pustaka

Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.640-642; 653
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston

60

Anda mungkin juga menyukai