DAFTAR ISI
2
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
- Reaksi kimia organik pada umumnya lambat, karena yang terlibat adalah molekul;
bagaimana cara mempercepatnya?
- Untuk suatu reaksi yang diharapkan lebih sempurna (rendemennya banyak), sering
diperlukan jumlah pereaksinya yang berlebih; bagaimana pengaruh kelebihan pereaksi
tersebut terhadap proses dan bagaimana cara menghilangkannya setelah reaksi
berakhir?
- Setiap reaksi memerlukan kondisi reaksi tertentu, misalnya suhu, yang sangat
menentukan keberhasilan proses reaksi tersebut; bagaimana caranya?
- Melibatkan banyak teknik-teknik laboratorium yang khas, misalnya ekstraksi, distilasi,
koagulasi, rekristalisasi dsb., dan juga ketrampilan yang memadai untuk
menjalankannya; bagaimana supaya terampil?
- Mengerti dan memahami segi bahayanya bekerja di lingkungan yang terdapat banyak
zat-zat yang beracun, mudah terbakar atau tidak stabil; bagaimana cara untuk
mengetahuinya?
- Mutlak diperlukan kebersihan, keterampilan, ketenangan, penguasaan teori, dan yang
penting Anda bekerja tanpa ragu-ragu dan selalu menggunakan logika.
Selamat bekerja !
3
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Kesadaran - Komunikasi
KENALI lokasi-lokasi dan cara pengoperasian fasilitas keselamatan kerja dan keadaan
darurat, seperti pemadam kebakaran, kotak P3K, alarm kebakaran, pintu darurat, dsb.
SEGERA LAPORKAN kondisi-kondisi tak aman kepada Pemimpin Praktikum atau Asisten
Praktikum.
4
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Melakukan Percobaan
Anda harus mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan dalam
setiap percobaan. Baca dan pahami MSDS tiap-tiap zat!
Beri label reagen dan sampel yang Anda gunakan.
Simpan zat-zat kimia di lokasi yang sesuai.
JANGAN MEMBUANG zat-zat kimia ke wasbak!
Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakai ke botol-botol atau
jerigen yang khusus untuk zat-zat sisa, yang tersedia di laboratorium.
JANGAN PERNAH memipet sesuatu dengan mulut!
Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia maupun air dengan lap kering.
Laporkan setiap kejadian kepada pemimpin praktikum atau asisten bila Anda
ragu cara menanggulanginya!
5
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
BAHAN KIMIA
KECELAKAAN
Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, beritahu segera dosen
pemimpin praktikum. Segera hubungi pihak medis jika lukanya cukup serius.
BERSIAP-SIAPLAH:
Kenali lokasi alat pemadam kebakaran, showers, selimut api (jika tersedia) dan
kran air bersih.
Baca dan pahami prosedur percobaan sebelum Anda bekerja di laboratorium. Jka
Anda tidak mengerti, bertanyalah pada asisten atau dosen pemimpin praktikum.
Bekerja tanpa memahami akan mengakibatkan kecelakaan fatal!!
6
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Ada beberapa peralatan yang dipakai bersama dan akan diletakkan (oleh petugas)
hanya pada tempat-tempat yang telah ditentukan, antara lain :
7
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
dan diberi tulisan/peringatan dan label nama. Jagalah dari kemungkinan tertumpah
atau terbakar.
Waktu untuk pulang, paling lambat pukul 12.00 (sesi pagi) atau pukul 17.00 (sesi
siang). Bersihkanlah meja dan lantai tempat anda bekerja sebelum Anda pulang.
Sekali lagi, selesai praktikum Anda harus sudah mengecek:
- Apakah alat-alat yang dipinjam pada hari itu sudah dikembalikan ke gudang?
- Apakah tempat/meja kerja Anda (dan lantai) sudah bersih kembali?
- Apakah buku catatan praktikum Anda sudah ditandatangani oleh asisten?
- Apakah kran gas, air dan listrik di meja Anda sudah dimatikan?
Kalau sudah beres, dipersilakan meninggalkan lab.
4. PERLENGKAPAN PRAKTIKAN
Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali melakukan praktikum.
Jangan sampai lupa!
Tugas pendahuluan (ditulis tangan, diberi nama, NIM, dan nomor kelompok).
Memakai jas lab, warna putih, terbuat dari bahan sederhana, dan bertangan
panjang.
Berpakaian rapi dan sopan, bersepatu (tidak boleh pakai sandal), dan selalu memakai
kacamata pelindung (dapat dipinjam di laboratorium).
Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran kerja Anda, antara
lain: alat tulis, korek api, lap kain, tissue, sabun/detergen, pisau lipat, gunting kecil.
Sebelum melakukan praktikum, buku catatan praktikum/jurnal praktikum harus sudah diisi
dengan catatan persiapan percobaan yang akan dilakukan hari itu (dikerjakan sebelum
datang ke laboratorium). Buku persiapan ini akan diperiksa oleh asisten yang bersangkutan
dan akan diberi nilai.
8
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Contoh :
- dst,dst ……………….
Hasil perhitungan
Daftar pustaka. Tuliskan semua sumber referensi tempat Anda mengambil berbagai
informasi yang penting yang Anda jadikan rujukan untuk percobaan yang
bersangkutan.
9
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Ditulis dengan rapi dan terbaca pada kertas ukuran A4 tak bergaris.
Isi laporan, seperti urutan pada buku catatan praktikum, meliputi semua catatan
praktikum, ditambah dengan:
- Sedikit lebih banyak pembahasan teorinya (lebih lengkap)
- Diskusi
- Kesimpulan
Titik berat penilaian laporan adalah pada bagian pembahasan diskusi Anda.
Yang dibahas pada diskusi adalah pembahasan mengenai hasil percobaan sendiri,
misalnya mengenai hasil data percobaan yang dilakukan dibandingkan dengan hasil
data pada literatur. Bila mengalami kegagalan, dibahas faktor-faktor apa yang
menyebabkan kegagalan tersebut.
Laporan diserahkan satu minggu setelah percobaan dilakukan. Keterlambatan
menyerahkan laporan akan mempengaruhi nilai laporan dan nilai keseluruhan
praktikum Anda, jadi jangan terlambat!
Setiap penyerahan laporan harus disertai bukti penerimaan oleh asisten. Untuk ini
formulirnya sudah disediakan (diminta asisten), dan ditempelkan pada halaman
terakhir buku catatan praktikum.
10
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Sebelum praktikum dimulai, 1-2 minggu sebelumnya (sesuai jadwal) diharuskan sudah
mulai mengambil inventaris lemari. Setiap praktikan akan mendapat nomor lemari,
kemudian secara bersama-sama petugas lab melakukan pengecekan dan mencatatnya
dalam daftar inventaris. Pada kesempatan ini sebaiknya digunakan untuk mengenali
nama dan bentuk peralatan (gelas) yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia
organik. Hal ini penting karena baik nama maupun bentuk peralatannya banyak dan
khas. Anda harus mengecek jumlah dan keutuhan alat-alat yang tersedia, karena kalau
sudah Anda tanda tangan pada daftar inventaris dan diketahui oleh petugas maka
selanjutnya sudah menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Kunci lemari tidak boleh dibawa pulang. Setiap kali Anda praktikum/pulang Anda bisa
minta/mengembalikan kunci kepada petugas laboratorium.
Pada setiap pelaksanaan praktikum akan disediakan lembar kerja praktikum yang harus
diisi dan pada akhir praktikum harus diserahkan kepada asisten sebagai dasar penilaian
laporan praktikum Anda. Jika lampiran lembar data dengan data pada laporan berbeda,
maka asisten berhak memberikan nilai nol (0) untuk praktikum Anda.
Pada akhir program praktikum maka inventaris di dalam lemari harus dikembalikan.
Pengecekan akan dilakukan terhadap: jumlah dan jenis alat (dicocokan dengan daftar
inventaris), mencatat kekurangan, kerusakan dan pemecahan alat yang diganti. Pada
prinsipnya, penggantian alat dilakukan dengan mengganti jenis dan kualitas alat yang
sama.
Mohon diingat, penggantian alat yang rusak harus segera dilakukan begitu praktikum
yang bersangkutan selesai. Jangan menunggu sampai akhir keseluruhan program
praktikum berakhir! Keterlambatan penyelesaian masalah penggantian alat yang pecah
atau rusak akan mempengaruhi nilai akhir praktikum, sebab jika sampai batas
penyerahan nilai belum selesai, Anda bisa dinyatakan tidak lulus atau diberi nilai T.
● Mahasiswa wajib mengetahui dan dapat menggunakan platform daring yang akan
digunakan pada pertemuan praktikum daring.
● Waktu mulai praktikum daring adalah tepat pada pukul 13.30. Link zoom meeting akan
dinformasikan maksimal H-1. Peserta wajib masuk dalam room meeting maksimum 10
menit sebelum praktikum daring dimulai.
11
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Setelah menonton video dan pemaparan praktikum, mahasiswa wajib membuat rangkuman
pekerjaan dalam video. Rangkuman ditulis tangan dan dipindai dalam bentuk pdf untuk
kemudian diunggah pada pada tautan yang akan diberikan pada saat pertemuan praktikum
daring. Rangkuman video pratikum, harus berisi:
● Nomor percobaan dan judul percobaan.
● Tujuan percobaan.
● Teori/prinsip percobaan, cukup berupa beberapa kalimat singkat yang meliputi garis
besar percobaan, misalnya persamaan dan mekanisme reaksi, hal-hal yang khusus
mengenai percobaan tersebut, dan lain-lain.
● Data fisik dan kimia mengenai zat-zat kimia yang digunakan pada percobaan saat itu.
Carilah data tersebut di berbagai Handbook dan buku teks, jangan lupa cantumkan
sumber tersebut di referensi atau daftar pustaka.
● Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri, peralatan di kanan, dengan cara
diurut dari atas ke bawah. Bila perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
● Diagram percobaan. Tujuannya untuk mempermudah urutan kerja yang akan dilakukan
dan sebagai gambaran percobaan keseluruhan. Membuat diagram yang baik
memerlukan pengalaman dan latihan.
● Cara kerja dan pengamatan. Merupakan singkatan prosedur kerja yang berbentuk
kalimat pendek berupa poin-poin pengerjaan. Bagian buku dibagi dua, sebelah kiri untuk
cara kerja, dan bagian kanannya untuk pengamatan. Berilah cukup spasi supaya catatan
pengamatan jelas pemisahannya.
● Hasil perhitungan (jika ada).
● Pembahasan.
● Daftar pustaka. Tuliskan semua sumber referensi tempat Anda mengambil berbagai
informasi yang penting yang Anda jadikan rujukan untuk percobaan yang bersangkutan.
12
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
13
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Berikut adalah beberapa persiapan yang harus dilakukan sivitas akademika (dosen, tendik,
asisten akademik, mahasiswa) sebelum memasuki lingkungan Program Studi Kimia:
1. Melakukan isolasi mandiri jika sivitas akademika baru datang dari luar kota atau luar
negeri, minimal 14 hari sebelum memasuki kampus.
2. Melakukan pengecekan kondisi keseharan sebelum memasuki lingkungan kampus.
3. Mengisi laman amari.itb.ac.id setiap hari agar dapat ditelusuri kondisi dan riwayat
kesehatan sivitas akademika. Jika terindikasi gejala yang mengarah ke terinfeksi oleh
Covid-19, maka harus segera memeriksakan diri dan melakukan tes Covid-19.
4. Menyampaikan izin dengan melakukan pendaftaran secara daring untuk memasuki
lingkungan Program Studi Kimia, agar dapat diatur penjadwalannya, sehingga
jumlahnya tidak melebihi kapasitas minimum yang diperbolehkan dalam protokol AKB
di lingkungan Program Studi Kimia.
5. Selalu menggunakan APD minimal untuk menjaga diri: masker, sarung tangan, hand-
sanitizer, dan/atau face shield jika diperlukan.
6. Selalu menjaga jarak (minimal dalam radius 1 meter dari yang lain) dan menempati
posisi yang sudah ditandai diperbolehkan untuk ditempati.
7. Menghindari pertemuan sosial dan tidak diperbolehkan berkerumun di suatu tempat
melebihi kapasitas ruangan.
8. Sebelum memasuki ruangan disarankan membersihkan tangan dengan hand-sanitizer
atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
14
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
3. Mahasiswa menyiapkan APD pribadi yaitu masker, jas lab, sarung tangan lateks dan
pelindung wajah (face shield), serta menyiapkan name tag yang bertuliskan nama
mahasiswa dengan jelas dan NIM.
4. Mahasiswa yang diperkenankan praktikum harus dalam keadaan sehat. Kondisi sehat
adalah suhu tubuh di bawah 37 °C, tidak batuk berulang, tidak demam, tidak pilek,
dan tidak sakit tenggorokan.
5. Petugas/tendik mensterilkan laboratorium dengan cairan disinfektan.
15
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Gambar 1 Denah laboratorium Pendidikan Biokimia dan Kimia Organik di Gedung Kimia Utara/Baru
lantai 1 beserta informasi lokasi penempatan fasilitas protokol Covid-19
Pustaka
1) Kepmenkes HK 01.07/Menkes/328/2020 20 Mei 2020 tentang Keputusan Menteri Kese
hatan Republik Indonesia HK 01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID‐19) di Tempat
Kerja Perkantoran dan
Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi
2) Surat Edaran Menteri PANRB No 58 Tahun 2020 29 Mei 2020 tentang Sistem Kerja Pega
wai Aparatur Sipil Negara dalam Tatanan Normal Baru.
3) Surat Edaran Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan No 20 Tahun 2020 4 Juni 2020 te
ntang Sistem Kerja Pegawai Kemeterian pendudukan dan Kebuadayaan dalam
Tatanan Normal Baru
4) Surat Edaran Rektor Institut Teknologi Bandung kepada Pimpinan Unit Kerja
Institut Teknologi Bandung No 348/IT1.A/KA.01/2020 3 Juni 2020 tentang
Penyusunan Rencana Implementasi AKB.
16
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
17
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
18
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
19
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
20
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
A. DISTILASI
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Suatu zat cair
mengandung atom-atom atau molekul yang tersusun berdekatan namun masih dapat
bergerak bebas dengan energi yang berlainan. Ketika suatu molekul zat cair mendekati
perbatasan fasa uap-cair, maka molekul tersebut, jika memiliki energi yang cukup, dapat
berubah dari fasa cair menjadi fasa gas. Hanya molekul-molekul yang memiliki energetika
yang cukup yang dapat mengatasi gaya yang mengikat antarmolekul dalam fasa cair
sehingga dapat melepaskan diri ke dalam fasa gas. Ketika sistem berada dalam
kesetimbangan, karena banyak molekul zat cair yang memasuki fasa uap dan kemudian
kembali lagi dari fasa uap menjadi cair, maka dapat terukur tekanan uapnya. Jika sistem
tetap bertahan dalam kesetimbangan, bahkan ketika energinya dinaikkan, banyak molekul
dalam fasa cair akan memiliki energi yang mencukupi untuk berubah menjadi fasa uap.
Walaupun banyak molekul yang juga kembali dari fasa uap ke dalam fasa cair, namun
jumlah molekul dalam fasa uap bertambah dan tekanan uap akan naik. Jumlah molekul
dalam fasa uap sangat bergantung pada suhu, tekanan dan kekuatan gaya tarik
antarmolekul di dalam fasa cair dan volume sistem. Beberapa teknik distilasi di antaranya
adalah distilasi sederhana, distilasi bertingkat, distilasi uap dan distilasi vakum.
Distilasi Sederhana
Distilasi sederhana (lihat Gambar I) adalah proses distilasi yang tidak melibatkan kolom
fraksinasi atau proses yang biasanya untuk memisahkan salah satu komponen zat cair dari
zat-zat non-volatil atau zat cair lainnya yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 25 oC.
Distilasi sederhana tidak efektif untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran
yang perbedaan titik didihnya tidak terlalu besar.
Distilasi Bertingkat
Distilasi bertingkat lebih efektif untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran
yang perbedaan titik didihnya tidak terlalu besar. Jika suatu kolom fraksinasi digunakan
dalam perangkat distilasi bertingkat (lihat Gambar II), maka pemisahan senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih berdekatan dapat dipisahkan dengan baik. Kolom fraksinasi
biasanya diisi dengan material berpori yang menyediakan luas permukaan yang lebih besar
untuk proses kondensasi berulang. Pengembunan uap bertitik didih lebih tinggi melepaskan
kalor yang menyebabkan penguapan zat cair bertitik didih lebih rendah pada kolom,
sehingga komponen bertitik didih rendah ini bergerak ke atas menuju kolom, sementara
komponen bertitik didih tinggi bergerak ke bawah ke arah kondensor, walaupun sebagian
kecil ada yang kembali turun ke dalam labu distilasi. Setiap proses siklus
pengembunan/penguapan menghasilkan fasa uap akan lebih kaya dengan fraksi uap
komponen yang lebih volatile (mudah menguap).
21
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
termometer
klem
statif
statif
manice/bose head
air keluar
air masuk
manice
/bose kondensor Adaptor
head labu bundar
klem
batang gelas ukur
pengaduk atau
magnet wadah
penampung
distilat
pemanas listrik
berpengaduk magnet
(hotplate magnetic stirrer)
22
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Berikut adalah contoh bagaimana peran distilasi bertingkat dalam memisahkan campuran
sikloheksana – toluena 60:40. Campuran 60:40 sikloheksana (t.d. 81 oC) dan toluena (t.d.
110 oC) akan mendidih pada 88 oC menghasilkan uap di atas campuran yang mendidih terdiri
dari campuran sikloheksana – toluena = 83:17. Proses kondensasi berulang pada kolom
fraksinasi menghasilkan fasa uap dengan komposisi sikloheksana – toluen = 95:5. Proses ini
dapat dilihat pada Gambar III. Kurva cekung ke atas menunjukkan komposisi fasa cair dan
kurva cembung ke bawah menunjukkan komposisi fasa uap. Proses pengembunan ditandai
dengan garis horizontal yang menghubungkan kedua kurva. Setiap pengulangan siklus
pengembunan dan penguapan akan menghasilkan sikloheksana yang lebih murni. Setiap
siklus ini disebut pelat teoritis. Kolom fraksinasi yang biasa digunakan di laboratorium
organik memiliki 3 – 5 pelat teoritis. Perbedaan proses pemisahan dengan distilasi
sederhana dan distilasi bertingkat dapat dilihat pada Gambar IV. Pada kurva tersebut dapat
terlihat bahwa pemisahan campuran zat cair menggunakan teknik distilasi bertingkat lebih
baik daripada distilasi sederhana.
Gambar III Kurva distilasi uap/cair antara suhu – komposisi untuk campuran sikloheksana-toluena
23
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Kalibrasi Termometer
Salah satu teknik penting dalam distilasi adalah melakukan kalibrasi termometer. Kalibrasi
termometer sangat penting dilakukan sebelum melakukan percobaan yang melibatkan
pengukuran suhu. Cara mengalibrasi titik nol (0 oC) pada termometer dilakukan dengan cara
mencelupkan termometer pada campuran air-es yang diaduk homogen, kemudia catat suhu
yang terukur. Sedangkan untuk menentukan titik skala 100 oC pada termometer dilakukan
sebagai berikut: isikan sebanyak 10 mL akuades ke dalam tabung reaksi besar ukuran 25 mL,
masukkan sedikit batu didih. Klem tabung tersebut tegak lurus, panaskan perlahan sampai
mendidih. Posisikan termometer tepat pada uap di atas permukaan air yang mendidih
tersebut, kemudian catat suhu terukur. Untuk menentukan titik didih yang sebenarnya dari
air, maka tekanan barometer harus diperiksa dan dicatat, kemudian lakukan kalibrasi suhu
terhadap tekanan atmosfer. Cara lain kalibrasi termometer bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut: isi gelas kimia 400 mL dengan bongkahan kecil es hingga kedalaman 10 cm.
Tambahkan sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan mengambang di permukaan air.
Celupkan termometer ke dalam air es ini hingga kedalaman 7 atau 8 cm. Aduk air es pelan-
pelan dengan termometer dan amati penurunan suhu yang teramati pada skala
termometer. Ketika suhunya sudah tidak turun lagi, dan stabil selama 10 – 15 detik, catat
skala termometer tanpa mengangkat termometer dari dalam air es. Jika pembacaan skala
berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer tersebut layak pakai.
Distilasi Vakum
Teknik distilasi ini digunakan untuk pemisahan cairan yang memiliki perbedaan titik didih
minimal 25 °C/fraksi. Titik didih cairan akan turun jika tekanan di atas permukaannya
diperkecil. Pada distilasi vakum, tekanan di atas permukaan cairan diperkecil sehingga zat
dapat terdistilasi di bawah titik didihnya. Teknik pemisahan ini dapat digunakan untuk
mendistilasi zat yang terurai atau terdekomposisi sebelum mencapai titik didih normal.
24
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Berikut ini contoh beberapa data titik didih beserta tekanan uap bagi benzaldehid: 180
o
C/760 mmHg, 95 oC /50 mmHg, 87 oC /35 mmHg, 80 oC /25 mmHg,70 oC /15 mmHg, dan 62
o
C/10 mmHg. Gambar V menunjukkan contoh rangkaian distilasi vakum, mirip dengan
distilasi sederhana atau distilasi bertingkat, namun di ujung rangkaiannya pada adaptor
dihubungkan dengan pompa vakum yang dilengkapi manometer pengukur tekanan.
Distilasi Uap
Dalam proses ini, campuran yang akan dipisahkan harus tidak larut dengan air. Distilasi uap
berguna untuk memisahkan zat organik yang tak larut dalam air yang memiliki tekanan uap
relatif rendah (5-10 mmHg) pada sekitar 100 oC. Keuntungan cara distilasi ini adalah bahwa
campuran dapat terdistilasi di bawah titik didih zat organik tersebut, dan bahkan di bawah
titik didih air. Zat dengan tekanan uap sangat rendah tidak dapat didistilasi uap, sehingga
ditilasi uap hanya dapat dilakukan untuk pemisahan beberapa zat yang mempunyai titik
didih tinggi. Hal ini bersesuaian dengan hukum Dalton mengenai tekanan total, yaitu
tekanan uap total sama dengan jumlah tekanan parsial uap masing-masing komponen.
Dalam rangkaian alat ditilasi uap terdapat bagian yang berfungsi untuk menghasilkan uap air
(generator uap air), sehingga uap air yang dihasilkan dapat dialirkan ke dalam wadah berisi
zat/materi dan mendesak partikel-partikel gas senyawa yang mudah menguap menuju
kondensor, sehingga kemudian uap air beserta komponen zat yang diisolasi dapat
mengembun dan dapat dikumpulkan sebagai campuran distilat. Distilat yang merupakan
campuran air dan zat organik yang tak larut dalam air tesebut kemudian dapat dipisahkan
dengan corong pemisah.
25
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
26
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
4. Zat pengotornya harus sangat larut dalam pelarut pada suhu kamar atau tidak larut
dalam pelarut panas.
5. Pelarut harus cukup volatil (mudah menguap) sehingga mudah untuk dihilangkan
setelah zat padat yang diinginkan telah terkristalisasi.
Salah satu tahap penting dalam pemilihan pelarut untuk rekristalisasi adalah mencari data
mengenai titik didih dan tekanan uap dari pelarut tersebut sebelum melakukan
rekristalisasi. Jika data tidak tersedia atau sulit diperoleh maka dapat dilakukan uji
kelarutan sebelumnya. Berikut adalah uji kelarutan untuk pemilihan pelarut yang tepat
untuk rekristalisasi:
1. Masukkan 0,1 g (0,01 g) ke dalam tabung reaksi + 3 mL pelarut. Jika larut dalam suhu
kamar, maka jangan digunakan
2. Jika zat tersebut tidak larut, dilakukan pemanasan. Jika tidak larut maka pelarut
tersebut tidak digunakan.
3. Jika sampel larut dalam keadaan panas, dan tidak larut dalam suhu kamar maka
pelarut tersebut cocok digunakan
4. Dinginkan larutan hingga terbentuk kristal. Untuk pendinginan dapat dilakukan pada
air mengalir atau dalam ice-water bath sampai 5oC atau lebih
5. Jika kristal tidak terbentuk ketika didinginkan, masukkan batang pengaduk kaca dan
gosok pada dinding tabung.
6. Jika tidak maka cari pelarut lain atau dengan metode mixed-solvent recrystalization
(rekristalisasi dengan pasangan pelarut). Cara untuk memilih pasangan pelarut yang
tepat untuk rekristalisasi adalah sebagai berikut: misalnya ada zat X akan dikristalkan
menggunakan 2 pelarut (A dan B). Zat X tersebut harus segera larut dalam pelarut A
pada suhu kamar tetapi tidak larut dalam pelarut B dalam keadaan panas, maka
pasangan pelarut A dan B tersebut dapat digunakan untuk rekristalisasi. Beberapa
pasangan pelarut yang sering digunakan adalah metanol-air, etanol-air, asam
asetat-air, aseton-air, eter-aseton, eter-metanol, eter-petroleum eter, benzena-
ligroin, metilklorida - metanol.
Secara umum, rekristalisasi dilakukan sesuai dengan tahapan pada diagram alir yang
ditampilkan pada Gambar VII, dan dapat dilihat pada Gambar VIII untuk setiap tahapnya.
Cara melipat kertas saring untuk penyaringan biasa dapat dilihat pada Gambar IX.
Rangkaian alat untuk penyaringan dengan diisap atau penyaringan vakum dapat dilihat
pada Gambar X.
27
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Gambar VII Diagram alir proses rekristalisasi dalam sistem satu pelarut
Apabila larutan yang akan dikristalkan ternyata berwarna, padahal kita tahu zat padatnya
tak berwarna, maka ke dalam larutan panas sebelum disaring ditambahkan noritTM (arang
halus) atau arang aktif. Tidak semua zat warna dapat diserap arang dengan baik. Zat warna
yang tidak terserap ini akan tetap tinggal dalam induk lindi tetapi akan hilang pada waktu
pencucian dan penyaringan. Penggunaan norit ini tidak boleh diulang apabila larutannya
masih berwarna. Penggunaan norit jangan berlebihan sebab bisa menyerap senyawanya.
Pembentukan kristal biasanya memerlukan waktu induksi yang berkisar beberapa menit
sampai satu jam. Kadang-kadang didapati suatu keadaan yang disebut lewat jenuh
(supersaturation), dimana kristal-kristal baru mau keluar bila dipancing dengan sebutir
kristal murni. Keadaan ini kadang-kadang sangat menguntungkan dalam pemisahan
campuran dua atau lebih zat yang mempunyai kelarutan yang sama dalam suatu pelarut
tertentu dan jumlah komponen komponen campuran berbeda banyak satu dari yang lain.
Agar pemisahan dapat dilakukan, maka keadaan jenuh jangan diganggu, yaitu dengan
menghindarkan pengadukan dan guncangan berlebihan ataupun pendinginan yang terlalu
cepat.
28
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
29
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Gambar X Rangkaian alat penyaringan vakum menggunakan corong Büchner atau Hirsch dengan
penyedotan menggunakan pompa vakum atau aspirator air
Sublimasi
Sublimasi zat padat adalah analog dengan proses distilasi, yaitu zat padat berubah langsung
menjadi gasnya tanpa melalui fasa cair, kemudian terkondensasi kembali menjadi padatan.
Jadi sublimasi termasuk dalam cara pemisahan dan sekaligus pemurnian zat padat. Untuk
bisa menyublim, suatu zat padat harus mempunyai tekanan uap relatif tinggi pada suhu di
bawah titik lelehnya. Sublimasi bisa dilakukan lebih efektif lagi bila dilakukan pada tekanan
vakum. Cara sublimasi dapat dilihat pada Gambar XI. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Letakkan gelas kimia di atas pemanas listrik atau pemanas api (contoh: pemanas
Bunsen). Masukkan zat padat yang akan disublimasi sekitar 2 – 3 g ke dalamnya.
2. Tutup gelas kimia tersebut dengan kaca arloji atau cawan penguapan. Letakkan
beberapa bongkahan es batu pada kaca arloji atau cawan penguapan tersebut.
3. Nyalakan pemanas hingga mencapai titik sublimasi dari zat padat tersebut.
Perhatikan bahwa kristal zat padat sampel akan menempel pada bagian bawah kaca
arloji atau cawan penguapan karena fasa gas dari zat tersebut akan mengalami
deposisi karena ada proses pendinginan oleh es batu pada kaca arloji atau cawan
penguapan.
4. Matikan pemanas, ambil air es atau sisa es batu menggunakan pipet dan spatula
logam. Keringkan permukaan kaca arloji dan cawan penguapan dengan kertas
30
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
tissue. Angkat perlahan kaca arloji atau cawan penguapan tersebut, kumpulkan
kristal yang menempel pada wadah yang bersih dan kering.
Gambar XI Rangkaian alat penyaringan vakum menggunakan corong Büchner atau Hirsch dengan
penyedotan menggunakan pompa vakum atau aspirator air
C. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Jika kedua fasa
tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair. Dalam
sistem ini satu atau lebih senyawa berpartisi di antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil
senyawa akan berada dalam salah satu pelarut, dan sebagian besar lainnya akan berada
dalam pelarut yang kedua. Partisi adalah keadaan kesetimbangan. Keberhasilan pemisahan
sangat tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa tersebut dalam kedua pelarut. Secara
umum prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu
dan sangat larut di pelarut lainnya. Air banyak dipakai dalam sistem ekstraksi cair-cair
senyawa organik, karena banyak senyawa organik yang bersifat ion atau sangat polar yang
cukup larut dalam air. Pelarut lainnya adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan
air (yaitu bukan dari golongan alkohol dan aseton). Dalam sistem ekstraksi ini akan
dihasilkan dua fasa yaitu fasa air (aqueous) dan fasa organik. Selain syarat kelarutan yang
harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain adalah pelarut
organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari senyawa terektraksi (biasanya
dibawah 100 oC), tidak mahal dan tidak bersifat racun.
Corong pisah adalah alat untuk melakukan ekstraksi cair-cair, yaitu proses pengocokan
sistem dua pelarut, agar supaya proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan
31
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
beberapa lama sampai kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah
satu pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, salah satunya ditentukan atas
dasar perbedaan kerapatan atau massa jenis pelarut (g/mL). Kerapatan yang besar ada di
bagian bawah. Contoh gambar corong pisah dan proses ekstrkasi dapat dilihat pada
Gambar XII.
Ekstraksi yang melibatkan air sebagai pelarut, umumnya air akan sedikit terlarut dalam
sejumlah pelarut organik seperti kloroform, toluena dan eter. Air ini harus dikeluarkan
sebelum dilakukan distilasi pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak
ditambahkan larutan jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama.
Garam akan menaikkan polaritas air, berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut
organik. Kemudian tambahkan zat pengering garam anorganik anhidrat yang betul-betul
kering atau baru. Zat pengering ini adalah anhidrat dari garam berair kristal, yang
kapasitasnya sebanding dengan jumlah air kristalnya. Yang umum digunakan adalah MgSO4,
Na2SO4 dan CaCl2. Magnesium sulfat adalah pengering paling efektif (air kristalnya sampai
dengan 7H2O) akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah, akan tetapi sering
membentuk komplek dengan beberapa senyawa organik yang mengandung oksigen
(misalnya etanol). Selain ekstraksi cair-cair, ada pula ekstraksi padat-cair, adalah juga
termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut ekstraksi pelarut, yaitu ketika zat yang akan
diekstraksi (biasanya zat padat) terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam
isolasi senyawa organik (padat) dari bahan alam. Efesiensi ekstraksi padat cair ini ditentukan
oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik, dan banyaknya
kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan alam harus menggunakan
peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut Soxhlet (lihat Gambar XIII).
32
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan ilmuwan untuk memisahkan senyawa
organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari
Kromatografi adalah suatu metode fisik yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki
suatu campuran dan pelarutnya. Kata kromatografi berarti “tulisan berwarna”, artinya
suatu cara seorang kimiawan dapat menguji campuran zat cair. Ketika mempelajari material
zat warna dari tumbuhan, seorang botanis Rusia menemukan kromatografi pada tahun
1903. Namanya adalah M.S. Tswett.
33
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan
pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fasa
yang berbeda. Dua fasa ini bisa berwujud padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut di
dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas
terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan
zat terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada
fasa diam. Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi
komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa diam adalah
fasa yang tidak bergerak, sedangkan fasa gerak adalah fasa yang bergerak melalui fasa diam
dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Pada posisi yang
berbeda-beda, senyawa-senyawa yang berbeda akan tertahan dan terabsorbsi pada fasa
diam, dan kemudian satu demi satu senyawa-senyawa ini akan terbawa kembali oleh fasa
gerak yang melaluinya. Dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis, fasa gerak
adalah pelarut. Fasa diam pada kromatografi kertas adalah kertas yang menyerap pelarut
polar, sedangkan fasa diam pada kromatografi lapis tipis adalah pelat yang dilapisi adsorben
tertentu. Kedua jenis kromatografi ini menggunakan aksi kapilaritas untuk menggerakkan
pelarut melalui fasa diam. Klasifikasi kromatografi secara umum dibedakan menjadi:
1. Kromatografi kolom: fasa diam ditempatkan dalam suatu tabung/kolom yang kecil
dan fasa gerak digerakkan melalui tabung/kolom tersebut dengan menggunakan
tekanan/gaya gravitasi.
2. Kromatografi planar/datar: fasa diam ditempatkan pada suatu pelat datar atau
dalam kertas berpori, dimana fasa gerak digerakkan melalui fasa diam melalui gaya
kapiler atau gravitasi.
34
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Dua pemilihan mendasar untuk pemisahan secara kromatografi adalah pemilihan jenis
adsorben dan sistem pelarut. Pada umumnya, senyawa non polar melewati kolom lebih
cepat daripada senyawa polar, karena senyawa non polar memiliki afinitas lebih kecil
terhadap adsorben. Jika adsorben yang dipilih mengikat semua molekul yang terlarut (baik
polar maupun non polar) dengan kuat, maka senyawa-senyawa tersebut tidak akan
bergerak turun keluar dari kolom. Sebaliknya, jika pelarut yang dipilih terlalu polar, semua
zat terlarut (polar maupun non polar) akan dengan mudah tercuci keluar kolom, tanpa
adanya pemisahan. Adsorben dan pelarut sebaiknya dipilih sedemikian rupa sehingga
kompetisi molekul-molekul terlarut di antara kedua fasa terjadi dalam kesetimbangan.
Koefisien partisi, k, yang mirip dengan koefisien distribusi untuk ekstraksi, merupakan
tetapan kesetimbangan untuk distribusi molekul-molekuk atau ion terlarut di antara fasa
gerak dan fasa diam. Kesetimbangan ini lah yang dapat memisahkan komponen-komponen
dalam campurannya. Semua jenis kromatografi melibatkan proses kesetimbangan molekul-
molekul yang dinamis dan cepat diantara 2 fasa (diam dan gerak). Kesetimbangan di antara
kedua fasa tersebut bergantung pada 3 faktor utama yang melibatkan kepolaran yang
ditentukan oleh struktur molekulnya, yaitu: (i) kepolaran dan ukuran molekul yang akan
dipisahkan; (ii) kepolaran fasa diam; dan (iii) kepolaran fasa gerak. Berikut adalah beberapa
fasa diam yang umum digunakan sebagai fasa gerak yang diurutkan mulai dari yang paling
non polar:
1. Polidimetilsiloksan (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC).
2. Metilsiloksan atau fenilsiloksan (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC).
3. sianopropilsiloksan (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC).
4. Carbowax (polietilenglikol) (fasa diam untuk kromatografi gas atau GC)
5. Reverse Phase atau fasa terbalik (silika yang terlapis hidrokarbon rantai panjang, C-
18)
6. Kertas
7. Selulosa
8. Pati
9. Kalsium sulfat
10. Silika (gel silika)
11. Florisil (magnesium silikat)
12. Magnesium oksida
13. Alumina (aluminium oksida; asam, basa atau netral)
14. Karbon teraktifkan (arang aktif; Norit™)
Berdasarkan urutan kepolaran fasa diam tersebut, maka kita dapat memilih fasa diam yang
sesuai dengan pemisahan yang diinginkan. Semakin polar senyawa yang akan dipisahkan,
jika digunakan fasa diam yang polar seperti gel silika, maka senyawa tersebut akan terikat
kuat pada fasa diam dan akan terpisah pada urutan terakhir. Berikut adalah urutan
golongan gugus fungsi senyawa yang akan keluar lebih dulu dari fasa diam gel silika dan
alumina yang polar, dimulai dari yang paling cepat keluar atau terpisah dari fasa diam polar:
35
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
1. Hidrokarbon Alkana
2. Alkil halida
3. Alkena (olefin)
4. Diena
5. Hidrokarbon Aromatik
6. Aromatik halida
7. Eter
8. Ester
9. Keton
10. Aldehid
11. Amina
12. Alkohol
13. Fenol
14. Asam Karboksilat
15. Asam Sulfonat
Berikut adalah beberapa jenis zat yang umum digunakan sebagai fasa gerak dalam
kromatografi. Urutan berikut dimulai dari spesi yang paling non polar (nomor 1) hingga
yang paling polar (nomor 15):
1. Helium
2. Nitrogen
3. Petroleum Eter (pentana)
4. Ligroin (heksana)
5. Sikloheksana
6. Karbon tetraklorida (diduga bersifat karsinogen)
7. Toluena
8. Kloroform (diduga bersifat karsinogen)
9. Diklorometana (metilen klorida)
10. t-Butil metil eter
11. Dietil eter
12. Etil asetat
13. Aseton
14. 2-Propanol
15. Piridin
16. Etanol
17. Metanol
18. Air
19. Asam asetat
Secara umum, jika pada kromatografi digunakan fasa diam yang polar, pertama kali pilihlah
pelarut yang non polar sebagai fasa gerak untuk mengelusi komponen dalam campuran.
Selanjutnya, lakukan proses elusi dengan penggantian fasa gerak dengan pelarut yang
semakin lebih polar, sampai akhirnya semua komponen terpisah dan keluar dari fasa diam.
36
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi dengan fasa diam yang ditempatkan dalam suatu
tabung/kolom yang kecil dan fasa gerak yang digerakkan melalui tabung/kolom tersebut
dengan menggunakan tekanan/gaya gravitasi. Kromatografi kolom dikelompokkan lagi
dalam kromatografi cair (liquid chromatography), kromatografi gas (gas chromatografi), dan
kromatografi fluida superkritik (super critical fluid chromatography). Yang akan diuraikan di
sini hanya kromatografi kolom cair. Berikut adalah teknik pembuatan kolom kromatografi
cair gravitasi dengan fasa diam polar, yaitu gel silika atau alumina, dengan metode ‘basah’
(lihat Gambar XIV):
1. Sebelum membuat kolom, ujung bawah tabung disumbat dengan kapas.
2. Pasir ditambahkan ke dalam tabung hingga menutupi diameter kolom setebal 2 cm.
3. Gel silika atau alumina kering ditambahkan setebal 14 – 20 cm dari dasar tabung,
kemudian tuangkan kembali ke dalam gelas kimia. Rasio fasa diam terhadap sampel
yang akan dipisahkan sebaiknya adalah 25:1, yaitu setiap 25 g fasa diam dibutuhkan
untuk memisahkan 1 g sampel.
4. Ke dalam tabung ditambahkan pelarut/eluen sebagai fasa gerak (biasanya n-
heksana:etil asetat = 4:1 (v/v)) hingga ketinggian 4 cm di atas pasir.
5. Ke dalam gel silika atau alumina di dalam gelas kimia ditambahkan pelarut atau
eluen yang akan digunakan sebagai fasa gerak (biasanya n-heksana:etil asetat = 4:1
(v/v)). Aduk gel silika atau alumina dalam eluen tersebut hingga menjadi seperti
bubur gel silika atau bubur alumina, biarkan selama beberapa menit hingga eluen
terserap dengan baik dalam fasa diam.
6. Pada tabung kolom yang telah berisi pasir dan eluen dipasang corong. Corong
dibasahi dengan sedikit eluen/pelarut. Tuangkan bubus gel silika atau alumina di
dalam gelas kimia secara cepat namun seksama sambil membuka keran tabung
kolom sedikit sehingga ada aliran eluen. Jangan lupa di bawah tabung kolom
diletakkan wadah penampung. Dalam proses penuangan fasa diam ke dalam
tabung, pastikan agar tidak ada gelembung udara yang terjebak dalam kolom fasa
diam di dalam tabung, salah satu caranya adalah dengan mengetuk-ngetuk perlahan
dinding luar tabung dengan batang pengaduk kaca agar proses pengepakan kolom
berlangsung merata.
7. Setelah fasa diam sudah tersusun merata di dalam kolom, keran tabung ditutup dan
secara perlahan tambahkan lapisan pasir setebal 0,5 – 1 cm dari permukaan fasa
diam, kemudian tambahkan eluen hingga ketinggian 2 – 3 cm di atas permukaan
pasir. Sekarang kolom siap untuk dimasukkan sampel yang akan dipisahkan.
37
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Adapun proses pengisian sampel ke dalam kolom kromatografi diuraikan sebagai berikut
(lihat Gambar XV):
1. Larutan sampel dilarutkan di dalam pelarut yang melarutkan sampel tersebut
dengan baik (biasanya metilen klorida atau diklorometana, CH2Cl2) dalam jumlah
sesedikit mungkin. Kemudian larutan sampel dimasukkan ke dalam kolom yang
sudah siap menggunakan pipet. Sebaiknya sebelum larutan sampel dimasukkan ke
dalam kolom, maka ketinggian eluen dalam kolom diturunkan hingga sekitar 1 cm di
atas permukaan pasir.
2. Bagian dalam kolom kemudian dicuci 3-4 kali dengan metilen klorida atau pelarut
kromatografi lainnya yang sesuai. Larutan dibiarkan terelusi sampai sesaat sebelum
lapisan gel silika/fasa daiam.
3. Ke dalam kolom ditambahkan 2-3 pipet pelarut kromatografi sebanyak 3-4 kali.
4. Pelarut kromatografi ditambahkan ke dalam kolom dan elusi dilakukan dengan aliran
udara 4 cm/menit. Laju alir diamati sebagai blanko.
5. Letupan dapat terjadi saat senyawa yang tidak larut baik akan mengakibatkan
absorbsi oleh gel silika. Pasir kering ditambahkan ke bagian atas kolom dan pasir
tidak ditambahkan sampai larutan ditambahkan.
6. Tata cara pemasukan sampel dan proses elusinya adalah sebagai berikut:
a. Buka tutup bagian atas kolom, buka keran, biarkan eluen turun hingga sedikit di
atas permukaan pasir di atas gel silika.
b. Tutup keran dan kemudian masukkan semua campuran reaksi dari labu reaksi ke
dalam kolom perlahan-lahan menggunakan pipet Pasteur (Gambar XV).
38
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
c. Bilas wadah sampel dengan sekitar 0,5 mL eluen menggunakan pipet Pasteur
yang bersih. Gunakan pipet Pasteur yang sama dan teteskan larutan hasil bilasan
sampel ke dalam kolom.
d. Buka keran dan biarkan pelarut turun hingga sedikit di bagian atas permukaan
pasir di atas gel silika.
e. Tutup keran dan tambahkan sekitar 1,0 mL eluen menggunakan pipet Pasteur.
Selanjutnya buka keran. Ketika eluen berada sedikit di atas permukaan gel silika,
tambahkan 2-3 mL eluen secara perlahan tanpa menutup keran.
f. Isi kolom dengan eluen yang lebih banyak. PERHATIAN: hati-hati ketika
penambahan eluen; jangan sampai merusak gel silika. Jika di atas permukaan
gel silika ada pasir, maka sebenarnya kondisi ini lebih aman untuk
penambahan eluen yang lebih banyak.
g. Untuk mempercepat proses pemurnian, berikan sedikit tekanan menggunakan
bulb karet yang terhubung dengan adapter yang dipasangkan pada bagian atas
kolom. PERHATIAN: Hati-hati, jangan memberikan tekanan terlalu besar!
Selalu tambahkan eluen setiap saat untuk menghindari keringnya gel silika.
h. Amati pergerakan fraksi sampel di dalam kolom, biasanya senyawa non polar
terelusi dengan cepat. Proses elusi pemisahan fraksi sampel harus dilakukan
sedemikian rupa agar tidak boleh ada jeda yang signifikan.
i. Berilah tanda pada setiap fraksi yang keluar dari kolom (disebut sebagai eluat).
Lakukan kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap setiap fraksi yang keluar,
kemudian berdasarkan pola noda pada hasil uji KLT tersebut dipilih fraksi
senyawa yang sama untuk dikumpulkan, kemudian dicuci dengan metilen
klorida, didistilasi dengan etil asetat, dan dipekatkan pelarutnya pada tekanan
rendah (biasanya menggunakan alat yang disebut rotary evaporator, atau alat
untuk menguapkan pelarut pada tekanan rendah).
j. Selama proses kromatografi, pelarut harus tetap ditambahkan sehingga kolom
tidak kering, sampai seluruh senyawa terelusi.
7. Setelah semua senyawa terelusi dan kolom kromatografi tidak lagi digunakan, maka
selanjutnya kolom dikosongkan dari pelarut dengan mengalirkan udara bertekanan
selama 2 jam.
8. Isi dari kolom dituangkan ke dalam wadah limbah gel silika atau limbah fasa diam
lainnya.
9. Pada beberapa kondisi, kolom bisa dicuci dengan air dan aseton. Jika belum cukup,
bisa digunakan sabun, tetapi harus dihindari penggunaan sikat atau sabun yang bisa
merusak kolom.
39
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
40
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Analisis kuantitatif suatu hasil percobaan di laboratorium sangat diperlukan. Metode kuantitatif
yang umum digunakan di laboratorium kimia organik adalah penentuan persen kesalahan, persen
kemurnian, persen perolehan kembali (recovery), dan persen rendemen/hasil (yield).
Perhitungan persen kesalahan digunakan sebagai perbandingan antara suatu data fisik yang teramati
di percobaan (misalnya titik leleh atau titik didih) dengan data yang diperoleh dari literatur. Persen
kesalahan menunjukkan seberapa dekat hasil percobaan yang telah dilakukan dengan nilai yang
diharapkan. Sebagai patokan umum, jika persen kesalahan untuk data fisik yang diperoleh dari hasil
percobaan melebihi 5%, maka identitas senyawa yang diperoleh harus dipertanyakan. Perhitungan
persen kesalahan menggunakan persamaan berikut:
Perhitungan persen kemurnian digunakan untuk menentukan kemurnian senyawa yang dihasilkan
dari percobaan. Persen kemurnian bersinonim dengan persen komposisi. Data kemurnian
kuantitatif sering kali diperoleh dari data hasil pengukuran menggunakan metode kromatografi
(misalnya GC atau HPLC). Perbandingan antara jumlah suatu senyawa berdasarkan pengukuran
kromatografi dengan jumlah semua senyawa dalam sampel yang sama dari pengukuran
kromatografi yang sama merupakan dasar dari persen kemurnian. Jika kemurnian produk kurang
daripada 85% maka produk tersebut harus dimurnikan lebih lanjut. Perhitungan persen kemurnian
menggunakan persamaan berikut:
Perhitungan persen perolehan kembali (recovery) digunakan untuk membandingkan massa material
yang ada pada saat awal prosedur percobaan (belum dimurnikan, masih campuran) terhadap massa
material setelah proses pemisahan/pemurnian dilakukan. Persen perolehan kembali memberikan
indikasi ketelatenan dan ketelitian seseorang dalam melakukan percobaan. Dalam sebagian besar
prosedur, Anda akan kehilangan beberapa material dikarenakan tumpah, adhesi material pada
peralatan gelas, atau hilang karena hal-hal mekanik lainnya. Pada praktikum kimia organik, jika
persen perolehan kembali kurang daripada 85%, maka diasumsikan terjadi kesalahan prosedur atau
kelalaian yang dilakukan oleh Anda sebagai praktikan. Tetapi Anda harus memperhitungkan terlebih
dahulu kemurnian material sebelum mengambil kesimpulan terhadap berhasil atau tidaknya proses
perolehan kembali atau pemurnian yang Anda lakukan.
41
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Perhitungan persen rendemen/hasil (yield) digunakan untuk menentukan efesiensi atau tidaknya
suatu reaksi kimia. Perhitungan persen rendemen mengharuskan Anda untuk dapat menuliskan
persamaan reaksi yang setara dari reaksi yang berlangsung. Anda harus mengubah massa atau
volume semua pereaksi awal menjadi mol, sehingga Anda dapat menghitung rendemen/hasil
teoritisnya. Perhitungan akhir adalah merupakan perbandingan antara rendemen produk yang
diperoleh berdasarkan hasil percobaan dengan rendemen teoritis. Dalam praktikum kimia organik,
jka persen rendemen di bawah 50%, maka hal tersebut menunjukkan adanya masalah dalam
pengerjaan prosedur percobaan. Namun, sekali lagi Anda harus mempertimbangkan terlebih dahulu
kemurnian material sebelum menyimpulkan berhasil atau tidaknya pengerjaan prosedur percobaan
yang Anda lakukan.
42
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
PRAKTIKUM LURING
Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi &
Titik Didih
Sasaran Percobaan
Pada akhir pecobaan mahasiswa diharapkan memahami: 1) prinsip distilasi dan 2)
pengertian campuran azeotrop. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan terampil dalam: 1)
mengkalibrasi termometer, 2) merangkai peralatan distilasi dan 3) melakukan distilasi untuk
pemisahan dan pemurnian.
I. Pendahuluan
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Pada percobaan
ini Anda akan melakukan pemisahan campuran zat cair dengan cara distilasi biasa, distilasi
bertingkat dan distilasi azeotrop. Teori dan prinsip dasar silakan dipelajari pada bab Beberapa
Teknik Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab A. Distilasi.
PERHATIAN:
Dalam setiap pengerjaan distilasi, labu tidak boleh terisi oleh campuran senyawa yang
akan dipisahkan lebih dari ½ isi labu.
Jangan sampai Anda melakukan distilasi sampai kering.
Akan selalu ada kemungkinan terdapat zat cair tertentu yang bersifat eksplosif dan
mudah terbakar, jadi, berhati-hatilah, jangan biarkan ada api terbuka di sekitar zat-zat
tersebut!
A. Kalibrasi Termometer
Isi gelas kimia 400 mL dengan bongkahan kecil es hingga kedalaman 10 cm. Tambahkan
sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan mengambang di permukaan air. Celupkan termometer
ke dalam air es ini hingga kedalaman 7 atau 8 cm. Aduk air es pelan-pelan dengan termometer dan
amati penurunan suhu yang teramati pada skala termometer. Ketika suhunya sudah tidak turun lagi,
dan stabil selama 10 – 15 detik, catat skala termometer tanpa mengangkat termometer dari dalam
air es. Jika pembacaan skala berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer
tersebut layak pakai. Jika pembacaan melebihi trayek tersebut, tukarkan termometer Anda dengan
yang baru, lalu kalibrasi lagi. Keringkan termometer dengan kertas tisu.
B. Distilasi biasa
Pasang peralatan distilasi sederhana (lihat Gambar I pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Mulai lakukan pemanasan dengan
pemanas listrik sambil dilakukan pengadukan secara magnetik hingga mendidih. Atur pemanasan
agar supaya distilat menetes secara teratur dengan kecepatan satu tetes per detik. Amati dan catat
suhu dimana tetesan pertama mulai jatuh. Penampung diganti dengan yang bersih, kering dan
berlabel untuk menampung distilat murni, yaitu distilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih
43
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
sebenarnya sampai suhunya konstan. Catatlah suhu dan volume distilat secara teratur setiap selang
jumlah penampungan distilat tertentu, misalnya setiap 5 mL penampungan distilat, sampai sisa yang
didistilasi tinggal sedikit (jangan sampai kering).
C. Distilasi bertingkat
Pasang peralatan distilasi bertingkat (lihat Gambar 2 pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Lakukan proses distilasi sampai dengan
seperti proses pengerjaan distilasi sederhana.
TUGAS: Lakukan pengukuran indeks bias untuk semua senyawa murni dan semua hasil distilasi.
Bandingkan! Bandingkan pula dengan data indeks bias masing-masing senyawa murni dari
literatur!
44
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
2. Cari dan gambarkan rangkaian alat distilasi uap dan vakum. Jelaskan pula prinsip dan
tujuan kedua metode distilasi tersebut!
3. Cari dan bandingkan titik didih larutan murni, campuran azeotrop biner, dan terner pada
percobaan D (perhatikan komposisinya), jelaskan di mana fraksi etanol murni akan
diperoleh (distilat/residu)? Tuliskan satu cara lain untuk mendapatkan etanol kering!
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.61 - 67; 129 - 140
Pasto, D.; Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.47 – 55; 396 – 398
Williamson, K. L.; Masters, K. M. (2011), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 6th
edition, Brooks/Cole, p. 86 – 130.
45
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
PRAKTIKUM DARING
Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi
& Titik Leleh
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dan tujuan
kristalisasi dan terampil dalam: 1) melakukan rekristalisasi dengan baik; 2) memilih pelarut yang
sesuai untuk rekristalisasi; 3) menjernihkan dan menghilangkan warna larutan; dan 4) memisahkan
dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.
I. Pendahuluan
Prinsip pemisahaan atau pemurnian zat padat dengan teknik rekristalisasi didasarkan pada
adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau
dalam pelarut campuran; serta bahwa suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas
dibandingkan dengan pelarut dingin. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab
Beberapa Teknik Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab B.
Reksristalisasi & Sublimasi.
46
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
lama belum terbentuk kristal, dinginkan Erlenmeyer dengan cara disiram di bawah curahan air kran
atau direndam dalam air es. Bila di dalam air es belum juga terbentuk kristal berarti larutannya
kurang jenuh, maka jenuhkan larutan tersebut dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya
melalui pemanasan di atas pemanas listrik. Pembentukan kristal dapat dibantu dengan cara
menggores-gores bagian dalam labu Erlenmeyer berisi filtrat dengan batang kaca pengaduk hingga
terbentuk kristal. Jika semua kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan kristal
dengan menggunakan corong Büchner yang dilengkapi dengan peralatan isap (suction) (catatan:
lihat gambar pada sub bab B. Rekristalisasi & Sublimasi dan pelajari cara menggunakan
penyaringan Büchner dengan suction. Ingat, kertas saring yang digunakan harus tepat seukuran
corong Büchner, tepat menutup lubang (?)). Cuci kristal dalam corong Büchner dengan sedikit
pelarut dingin, satu sampai dua kali. Tekan kristal pada corong Büchner dengan spatula, sekering
mungkin. Tebarkan kristal di atas kertas saring lebar (kering), tekan sekering mungkin. Timbang
kristal kering dan tentukan titik leleh dengan menggunakan alat pengukur titik leleh yang ada di
laboratorium. Minta bantuan asisten untuk mengajarkan Anda cara mengukur titik leleh. Hitung
perolehan kembali asam benzoat murni. Jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 atau 2 oC), ulangi
rekristalisasi.
C. Sublimasi
Tempatkan dalam cawan porselen sekitar 1 g serbuk kamper kotor. Letakkan cawan di atas
pemanas listrik, kemudian tutup cawan dengan kaca arloji yang di atasnya diletakkan bongkahan es
sebagai pendingin. Lakukan pemanasan secara perlahan hingga semua padatan kamper menyublim.
Kumpulkan kristal yang menempel pada kaca arloji, dengan cara sebelumnya cairan es di atas arloji
dihilangkan dulu menggunakan pipet tetes. Timbang dan tentukan titik leleh kamper hasil sublimasi
dan bandingkan dengan titik leleh kamper semula.
1. Sifat-sifat apakah yang harus dipunyai oleh suatu pelarut agar dapat digunakan untuk
rekristalisasi suatu senyawa organik tertentu?
2. Sebutkan minimal lima tahap yang harus dilakukan dalam pengerjaan rekristalisasi.
3. Jelaskan prinsip dasar rekristalisasi.
4. Carilah 5 pasangan pelarut yang biasa digunakan untuk rekristalisasi dalam 2 pelarut (pasangan
pelarut), lalu tuliskan pula data fisik dan sifat-sifat pelarut tersebut dalam suatu tabel!
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, , p.85 - 91; 111 - 114
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p. 43 – 46; 5; 387 – 395
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 122 -
126; 39 – 65
47
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
PRAKTIKUM DARING
Percobaan 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: Ekstraksi
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dan jenis ekstraksi,
yaitu ekstraksi padat-cair, cair-cair dan asam-basa, serta terampil dalam melakukan teknik-teknik
tersebut. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan memahami tujuan penggaraman dan pengeringan
larutan.
I. Pendahuluan
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Dasar metode ekstraksi
cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang berada dalam keadaan
kesetimbangan. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Beberapa Teknik
Pemisahan dan Pemurnian di Laboratorium Kimia Organik, sub bab C. Ekstraksi.
B. Ekstraksi Asam-Basa: Pemisahan Campuran Senyawa Organik Asam, Basa dan Netral
Timbang 0,2 g campuran padatan yang mengandung sejumlah yang sama senyawa: (1) asam
benzoat (C6H5CO2H); (2) p-nitroanilin (NO2-C6H4NH2); dan (3) naftalen (C10H8), kemudian larutkan di
dalam 2 mL diklorometana di dalam tabung reaksi bertutup, hangatkan di atas pemasnas listrik jika
perlu untuk penyempurnaan pelarutan. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6M ke dalam tabung reaksi
tersebut, tutup tabung reaksi, guncangkanlah tabung reaksi dengan kuat. Buka perlahan tutup
tabung reaksi untuk mengeluarkan tekanan dari dalam tabung akibat proses pengguncangan. Ulangi
pengguncangan beberapa kali. Simpan tabung reaksi pada rak dan biarkan terjadi pemisahan 2 fasa
secara sempurna. Pindahkan fasa organik secara perlahan menggunakan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi kosong dan bersih, beri label. Pindahkan pula fasa larutan basa ke dalam tabung
reaksi lain yang kosong dan bersih, beri label. Pindahkan kembali fasa organik ke dalam tabung
reaksi semula dan ulangi proses ekstraksi dengan sebelumnya menambahkan 2 mL larutan NaOH 6
48
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
M ke dalam fasa organik. Lakukan pemisahan fasa, gabungkan fasa larutan basa dengan larutan
basa yang dihasilkan dari proses sebelumnya.
Tambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik di dalam tabung reaksi dan lakukan
ekstraksi seperti proses sebelumnya. Pisahkan fasa larutan asam ke dalam tabung reaksi kosong dan
bersih. Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik.
Gabungkan fasa larutan asam yang dihasilkan pada proses ini dengan fasa larutan asam dari proses
ekstraksi sebelumnya. Pindahkan fasa organik ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih.
Tambahkan 1 mL diklorometana ke dalam fasa organik pada tabung reaksi, kemudian tambahkan
sedikit garam natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang mungkin ada, goyangkan
tabung perlahan hingga tidak lagi terbentuk emulsi. Pisahkan cairan fasa organik dari padatan garam
menggunakan pipet tetes yang bagian bawahnya disumbat dengan sedikit kapas, masukkan fasa
organik tersebut ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih. Sekarang Anda memiliki tiga fasa yang
berbeda: (1) fasa larutan basa; (2) fasa larutan asam; dan (3) fasa organik. Dinginkan fasa larutan
basa dan kemudian netralkan dengan penambahan larutan HCl 6 M tetes demi tetes sampai kertas
lakmus berwarna merah (atau terbentuk banyak endapan, sekitar 2-4 mL HCl). Saring padatan
secara vakum menggunakan corong Hirsch atau Büchner dan labu isap, bilas dengan sedikit air
dingin. Pindahkan padatan pada kertas saring lain untuk dikeringkan, ditimbang dan ditentukan titik
lelehnya. Ulangi cara yang sama terhadap fasa larutan asam, hanya untuk penetralannya gunakan
larutan NaOH 6 M. Padatan yang terbentuk disaring vakum, dikeringkan, ditimbang dan ditentukan
titik lelehnya. Untuk fasa organik, lakukan penguapan diklorometana pada penangas air di atas
pemanas listrik hingga volumenya berkurang (jangan sampai kering!!). Angkat tabung reaksi dari
penangas air, dinginkan pada suhu kamar, lalu masukkan ke dalam penangas es agar terbentuk
kristal. Saring vakum kristal, kemudian keringkan, timbang dan tentukan titik lelehnya. Catat semua
data pada buku catatan praktikum Anda dan pada lembar data yang tersedia.
49
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.67 - 84; 141 - 149
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.56-59;399 – 404
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 127 -155
50
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
PRAKTIKUM LURING
Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS: Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa harus dapat:
1. Melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis
2. Menjelaskan Prinsip dasar kromatografi.
3. Melakukan isolasi campuran senyawa sampai pemurniannya secara kromatografi kolom.
I. Pendahuluan
Kromatografi adalah suatu metode untuk memisahkan senyawa organik dan anorganik
sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Kromatografi adalah suatu metode fisik
yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki suatu campuran dan pelarutnya. Prinsip dan
teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Beberapa Teknik Pemisahan dan Pemurnian di
Laboratorium Kimia Organik, sub bab Kromatografi Kolom dan Kromatografi latis Tipis (KLT).
HO OH
OCH3 OCH3
Kurkumin
51
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
adalah CH2Cl2 : EtOAc = 97:3. Bandingkan nilai Rf noda untuk kedua sistem tersebut. Profil KLT akan
menunjukkan 3 komponen utama.
Kromatografi kolom dibuat menggunakan 15 g silika gel dan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99 : 1
dengan tinggi kolom berkisar antara 15-20 cm. 0,3 g ekstrak kasar yang diperoleh dilarutkan dengan
sesedikit mungkin pelarut CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dan kemudian teteskan secara perlahan pada bagian
atas kolom (jangan merusak permukaan kolom). Lakukan elusi hingga komponen pertama habis.
Monitoring dilakukan dengan menggunakan KLT. Gabungan fraksi yang mengandung komponen
pertama ini kemudian dikeringkan. Uji spektrum UV dan IR dari senyawa murni yang berhasil
diisolasi.
Lakukan uji kemurnian fraksi yang diperoleh dengan KLT (eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3).
Bandingkan kemurniannya dengan fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom!
Pustaka
Anderson, A.M., Mitchell, M.S., and Mohan, R.S., Isolation of Curcumin from Turmeric, J.Chem.Ed., 77
(3), 2000, p. 359-360
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.92- 100
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organik Chemisty, Prentice Hall
Inc., New Jersey, 1992, p. 60 – 81; 404 – 406
Skripsi, Tesis, Disertasi mengenai isolasi senyawa dari Curcuma longa atau genus curcuma lainnya.
Williamson, Macroscale and Microscale Organik Experiments, 3rd edition, Boston, 1999, p. 160 -166;
704 – 706
52
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
PRAKTIKUM DARING
Praktikum 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa
Organik
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai:
a. Perbedaan sifat-sifat senyawa alkohol dan fenol, serta aldehid dan keton.
b. Jenis-jenis pereaksi untuk membedakan senyawa alkohol dan fenol, serta aldehid dan keton.
I. Pendahuluan
Sifat Fisik
Semakin besar struktur suatu alkohol atau fenol, maka biasanya titik didihnya semakin
tinggi. Ketika ukuran suatu alkohol bertambah besar, maka probabilitas alkohol menjadi berwujud
padat semakin besar. Sebagian besar senyawa fenol berwujud padat. Sebagian kecil alkohol larut
dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Namun ketika ukuran gugus alkil pada alkohol bertambah besar, kelarutannya dalam air akan
berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan
ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi cukup besar, akibatnya
molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan
53
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatik,
maka kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang menjadi alasan mengapa gugus non
polar sering disebut sebagai gugus hidrofob.
Sifat Kimia
Pada percobaan ini fokus utamanya adalah reaksi-reaksi kimia yang dapat membantu dalam
membedakan alkohol dengan fenol dan antara senyawa-senyawa alkohol sendiri.
1. Uji Lucas
Uji ini dilakukan untuk membedakan alkohol-alkohol primer, sekunder dan tersier yang
dapat larut dalam air. Reagen Lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dengan seng
klorida. Seng klorida adalah suatu asam Lewis, yang ketika ditambahkan ke dalam asam klorida akan
membuat larutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan
reagen Lucas dengan cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair.
Pembentukan fasa cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan
segera setelah alkohol bereaksi merupakan indikasi keberadaan alkohol tersier. Alkohol sekunder
bereaksi lambat, dan setelah sedikit pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua, biasanya
sekitar 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak bereaksi pada kondisi ini. Pada alkohol tersier,
atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus –OH. Pada alkohol
sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi, namun
penantaan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom
karbon yang sebelumnya mengikat –OH.
54
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat, yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-reaksi
organik.
4. Keasaman Fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam karboksilat dan asam
yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah
menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai garam fenoksida).
Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat
melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natrium bikarbonat tidak
dapat. Tidak satu pun di antara basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah
tertentu alkohol menjadi ion alkoksida (yang akan dapat melarutkan alkohol yang tak larut air dalam
bentuk anion alkoksida). Urutan kebasaan dari basa-basa yang terdapat dalam persamaan reaksi di
atas, mulai dari yang paling kuat ke yang kurang kuat: natrium hidroksida, NaOH > natrium karbonat,
Na2CO3 > natrium bikarbonat, NaHCO3.
55
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
atau aromatik (merupakan bagian dari cincin aromatik). Aldehid dan keton sama-sama mengalami reaksi yang
disebut adisi nukleofilik. Pada kondisi kurang asam, pada reaksi ini suatu nukleofil (suatu spesi yang dapat
mendonorkan sepasang elektron, atau disebut sebagai basa Lewis) memberikan pasangan elektronnya kepada
karbon karbonil untuk membentuk suatu ikatan tunggal seiring dengan bergeraknya sepasang elektron pada
ikatan rangkap menjadi sepasang elektron bebas pada oksigen. Akibatnya, oksigen dapat mengambil sebuah
proton dari tempat lain (bisa jadi dari salah satu yang terikat pada atom nukleofil yang menyerang karbon
karbonil) dan menjadi gugus –OH. Pada kondisi yang lebih asam, hasilnya sama, namun pada kondisi ini
sebuah proton (dari suatu asam) mengikatkan diri pada salah satu dari pasangan elektron bebas pada oksigen.
Gugus karbonil sekarang bermuatan +1 dan dapat mengundang nukleofil yang lemah sekalipun (nukleofil kuat
tidak dapat berada di dalam larutan yang sangat asam karena nukleofil kuat biasanya merupakan basa yang
kuat dan tak bisa berkeliaran bebas di dalam larutan asam). Jadi, ketika nukleofil menyerang karbon karbonil
dan membentuk ikatan, maka ikatan rangkap pada karbonil berubah menjadi gugus –OH. Kedua kondisi reaksi
tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut.
Kondisi pertama – dalam larutan yang sedikit asam: reaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin dengan aseton.
Pada reaksi di atas dapat dilihat bahwa terkadang produk yang dihasilkan tidak selalu yang dapat diisolasi.
Produk ini dapat mengalami reaksi eliminasi dengan melepaskan gugus –OH yang telah terbentuk, kemudian
atom hidrogen pada nitrogen lepas dan terbentuklah ikatan rangkap antara C dan N disertai pelepasan
molekul air. Produk akhirnya sering dikenal sebagai 2,4-dinitrofenilhidrazon.
+
Perhatikan bahwa asam, H3O , dibutuhkan sebagai katalis untuk reaksi pertama di atas yang akan membentuk
molekul air pada tahap pertama. Pada tahap kedua, molekul air yang kedua dihasilkan, namun molekul air ini
+
terprotonasi dan membentuk H3O pada tahap ketiga, sehingga secara keseluruhan hanya dihasilkan satu
+
molekul air. Ini adalah ciri H 3O sebagai katalis, mempercepat laju reaksi tetapi tidak ikut terpakai habis dalam
reaksi.
Kasus kedua – dalam larutan yang lebih asam: reaksi metanol dengan asetaldehid.
56
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
+
Pada tahap pertama mekanisme reaksi, katalis asam, H3O , memprotonasi oksigen pada gugus karbonil
sehingga muatannya +1. Pada tahap kedua, oksigen yang terprotonasi pada metanol yang bersifat sebagai
nukleofil lemah mendonorkan sepasang elektronnya kepada karbon karbonil untuk membentuk ikatan baru.
Pada tahap ketiga, hemiasetal yang terprotonasi memberikan proton pada molekul air yang terbentuk pada
tahap pertama sehingga membentuk ion hidronium. Reaksi ini dikatalisis oleh asam. Jika asetaldehid tidak
diprotonasi oleh asam pada tahap pertama, reaksinya dengan metanol akan berlangsung sangat lambat karena
metanol adalah nukleofil lemah. Hemiasetal, produk yang terbentuk dari reaksi antara alkohol dengan aldehid
atau keton, berperan penting dalam kimia karbohidrat. Gula, adalah senyawa polihidroksi aldehid dan keton,
sehingga gula memiliki dua gugus fungsi (karbonil dan hidroksi) yang dapat bereaksi satu sama lain
membentuk hemiasetal. Hemiasetal ternyata dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa yang
disebut asetal. Asetal memiliki suatu karbon tetrahedral yang terikat pada 2 atom oksigen, dimana kedua atom
oksigen ini masing-masing terikat pada atom karbon yang lain. Reaksi ini juga penting dalam kimia
karbohidrat.
Mekanisme manapun yang sebenarnya berlangsung, reaksi ini biasanya secara umum dikatakan
sebagai reaksi adisi nukleofilik.
Aldehid dapat dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid teroksidasi, akan
+3
terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau, karena kromat tereduksi menjadi Cr . Inilah
yang membedakan aldehid dari keton.
Gugus fungsi lain, seperti alkohol primer dan sekunder juga dapat teroksidasi oleh asam kromat. Aldehid juga
+
dapat teroksidasi oleh reagen Tollens, suatu zat yang mengandung ion Ag . Ion perak(I) akan tereduksi
menjadi logam perak. Ion logam adalah pengoksidasi yang lemah; aldehid sangat mudah teroksidasi dan
+
hasilnya akan terbentuk logam perak hasil reduksi dari ion Ag .
Senyawa metil keton, tetapi bukan keton yang lain, akan teroksidasi oleh iod di dalam larutan natrium
hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk iodoform yang
berwarna kuning, yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid, tetapi bukan aldehid yang lain, akan
memberikan hasil positif juga terhadap uji ini, karena memiliki kemiripan dalam struktur dengan metil keton.
57
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Di samping itu, etanol (teroksidasi menjadi asetaldehid) dan alkohol sekunder yang dapat teroksidasi menjadi
metil keton dapat juga memberikan hasil positif terhadap uji ini.
58
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
batang pengaduk pada kertas pH. Setelah 15 detik, bandingkan warna kertas pH dengan kertas skala
pH. Catat pH tiap sampel.
1. Apakah kesimpulan umum yang dapat diambil mengenai kelarutan alkohol-alkohol di dalam air?
Jelaskan manakah dari 1-pentanol dan 1-heptanol yang akan lebih sukar larut dalam air?
2. Tuliskan persamaan reaksi yang menunjukkan kelarutan fenol dalam larutan NaOH 10%. Dari
percobaan di atas, jelaskan apakah sikloheksanol lebih atau kurang asam daripada fenol?
3. Dari percobaan, jelaskan bagaimana membedakan secara kimia isopropil alkohol dari benzena,
dan sikloheksanol dari fenol?
4. Bagaimana reaksi Lucas terhadap:
a. isobutanol
b. 1-metilsiklopentanol
59
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
c. 2-metilsiklopentanol
5. Diantara alkohol-alkohol pada soal no.4, manakah yang tidak mengalami oksidasi pada pengujian
Bordewell-Wellman? Tuliskan masing-masing reaksinya!
6. Tuliskan persamaan reaksi antara fenol dan air brom!
7. Tulis persamaan reaksi untuk reaksi-reaksi berikut:
a. reaksi Tollens dengan formaldehid d. pembuatan benzaldehid fenilhidrazon
b. reaksi Fehling dengan heptaldehid e. pembuatan sikloheksanol-oksim
c. pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit f. pengujian iodoform terhadap 2-pentanon
8. Tulis mekanisme reaksi kondensasi aseton dengan benzaldehid yang dikatalisa dengan
basa!
9. Dapatkah pengujian iodoform membedakan : metanol dari etanol, dan
isopropanol dari n-butanol?Jelaskan.
10. Apakah peranan dari natrium asetat di dalam pembuatan oksim?
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.640-642; 653
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston
60