Disusun Oleh:
Pelindung mata
Tabel 2. Panduan penggunaan pelindung mata
Jas lab
Harus dikenakan sebelum menangani bahan kimia, biologis, atau sumber radiologis
yang tidak disegel. Harus menutupi pemakainya sampai lutut.
Kain Lab Coat terbuat dari campuran kapas-poli yang dapat diterima. Pengecualian
termasuk untuk:
Lab yang menggunakan api terbuka (seperti pembakar alkohol) - jas lab
harus terbuat dari 100% katun atau bahan tahan api.
Laboratorium yang menangani bahan piroforik - jas lab harus dari bahan
tahan api.
Perlindungan tangan
Sarung Tangan Tahan Kimia
Sarung tangan, terutama, harus dipilih dengan hati-hati: Sarung tangan harus
tahan terhadap bahan kimia yang digunakan tetapi juga tidak membahayakan
pemakainya karena kehilangan ketangkasan, risiko cedera ergonomis (peningkatan
ketegangan otot dari sarung tangan yang terlalu berat atau kaku untuk pemipaan,
menangani benda kecil, dll.), atau meningkatkan risiko terjebak dalam peralatan yang xi
berputar dapat terjadi dari sarung tangan yang terlalu longgar di tangan pengguna.
Tidak ada bahan sarung tangan tunggal yang memberikan perlindungan 100%
dari semua bahan kimia, sarung tangan serba guna yang baik adalah sarung tangan
ujian nitril. Sarung tangan lateks, yang telah menjadi sarung tangan yang paling umum
digunakan di laboratorium selama bertahun-tahun tidak tahan terhadap banyak
pelarut yang paling umum ditemukan di laboratorium. Selain itu, lateks adalah produk
alami dan juga merupakan alergen yang kuat yang siap menjadi partikel di udara
pada bubuk sarung tangan setiap kali sarung tangan dilepas. Sebagian besar rumah
sakit telah melarang penggunaan sarung tangan lateks bubuk. Banyak institusi telah
sepenuhnya melarang sarung tangan lateks.
Aturan penggunaan sarung tangan
Pilih sarung tangan yang sesuai untuk bahan kimia yang digunakan dan juga
prosesnya
Sebelum digunakan, periksa sarung tangan (bahkan yang baru) untuk
kerusakan fisik seperti robek atau lubang pin dan untuk kerusakan kimia
sebelumnya: ini sangat penting ketika berhadapan dengan bahan berbahaya
seperti HF.
Saat bekerja, disarankan untuk sering mencuci permukaan luar sarung tangan
dengan air.
Sebagian besar sarung tangan tahan bahan kimia, terutama sekali pakai yang
ringan, mudah terbakar: jauhkan tangan dari api yang tidak terlindungi atau
sumber panas bersuhu tinggi lainnya.
Saat melepas sarung tangan, lakukan dengan cara menghindari bagian luar
yang terkontaminasi dengan melindungi kulit, lihat diagram berikut ini:
Saudara perlu memperhatikan dan mengenali penggunaan yang tepat dan lokasi
tempat pemadam kebakaran dan kotak alarm kebakaran. Kotak alarm kebakaran
harus digunakan untuk semua kebakaran. Saudara harus selalu waspada dan
mengetahui arah menuju pintu darurat terdekat.
Kebakaran reagen : xiii
Segera matikan api di sekitar, matikan reagen yang terbakar dengan
pemadam kebakaran
Bila memakai pemadam kebakaran cair, arahkan pada dasar api
Untuk minyak yang terbakar, pakailah Natrium bikarbonat serbuk
Kebakaran pakaian :
Jangan lari
Usahakan jangan menghirup gas-gas pembakaran
Cara terbaik : berguling-guling di lantai
Padamkan api dengan kain basah
Segera menuju shower dan Tarik tombol air yang ada dalam laboratorium
Pertolongan pada luka akibat kebakaran kecil :
• Bersihkan dengan kasa steril, sabun dan air
• Olesi dengan salep, ditutup dengan pembalut
• Luka bakar tingkat dua atau tiga, dibawa ke UGD Rumah Sakit
Luka bakar yang luas :
Penderita segera dibawa ke UGD, dicegah pengaruh shock
Lembaran data keselamatan bahan (Material Safety Data Sheet atau MSDS) untuk
bahan kimia laboratorium dapat ditemukan secara online pada berbagai
halaman situs seperti http://www.sciencelab.com/msdsList.php. Tanda-tanda ini
harus diperhatikan saat bekerja di laboratorium.
xiv
1. Pendahuluan
Dalam menggunakan alat untuk analisis volumetri, hendaknya diketahui tentang
satuan/besaran yang dipakai, suhu, cara-cara membersihkan dan mengeringkannya.
1.1. Satuan volume
Satuan volume pokok adalah liter (L). Satuan liter adalah volume dari 1 kg air pada
suhu di mana berat jenisnya maksimum, yaitu 4 derajat Celcius dan di ukur pada
tekanan atmosfir normal (76 cmHg ). Sedang 1 mL adalah = 1/1000 bagian dari satu
liter. Adapun 1cc atau cm3 atau ccm adalah volume dari kubus dengan sisi 1 cm.
Hubungan dari 1cm3 (cc) dengan 1 mL air, menurut penentuan terakhir adalah sbb :
1000 mL = 1000,28 cc. Selisih antara mL dan cc hanya 28/100000 bagian. Harga ini
masih dalam batas-batas kesalahan yang di perbolehkan dalam kebanyakan penentuan
volumetri, dengan alasan ini pemakaian istilah cc dan mL di anggap sama.
1.2. Suhu Standar
Volume alat-alat gelas berubah karena perubahan suhu. Umumnya alat-alat gelas
ditentukan pada suhu tertentu yang disebut suhu standar, dan yang umum dipakai adalah
suhu standar 200C, tetapi kadang-kadang dipakai suhu standar 270C atau 250C. Suhu
standar biasanya tercantum pada alat masing-masing.
1.3. Cara umum membersikan alat-alat gelas
Alat-alat gelas dipakai dalam penentuan volumetri harus bersih dan bebas lemak.
Keadaan ini dapat diperiksa sbb.: jika alat tersebut di isi dengan aquadest, aquadestnya
dikeluarkan, maka tidak boleh ada bekas yang berupa tetes-tetes aqua, melainkan hanya
boleh ada bekas lapisan sangat tipis tak terputus di permukaannya. Ada 2 cara umum
untuk membersikan alat-alat gelas yaitu :
1. Cleaning Mixture
Alat-alat gelas ini diisi atau direndam dalam larutan kalium bikromat 10% dalam asam
sulfat pekat, kemudian dibiarkan beberapa jam atau lebih baik semalam.
Alat dikeluarkan/larutan bikromatnya dituang, selanjutnya dibilas dengan aquadest
beberapa kali sampai bersih, kalau perlu diperiksa sampai bebas asam (dengan lakmus)
dibalik dan dikeringkan sampai kering.
Alat gelas yang dibuat dari gelas borosilikat misalnya: Pyrex®, Jena®, dll, dapat
dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 1000 atau 1200C. Alat-alat gelas yang
sangat kotor/dengan lapisan lemak yang tebal dapat dipakai campuran asam sulfat pekat
dan asam nitrat pekat beruap, dengan cara yang sama seperti di atas.
PERINGATAN : Hati-hati bekerja dengan cleaning mixture. Campuran ini berbahaya,
dapat merusak kulit dan pakaian !
2. Larutan sabun atau detergen.
Alat-alat diisi dengan larutan sabun atau detergen dengan pertolongan sikat pembersih.
Permukaan dalam dan luar alat-alat gelas di bersihkan baik-baik. Jika tidak dapat
dipakai sikat, dapat dengan cara menggojok kuat-kuat larutan sabun tersebut dalam alat
gelasnya. Kemudian dibilas dengan air kran beberapa kali sampai tidak ada busa bekas
sabun. Terakhir dibilas dengan aquadest 1 - 3 kali, selanjutnya dikeringkan.
1.4. Mengeringkan alat gelas xvi
Alat gelas setelah bersih dapat dikeringkan dengan membiarkannya dalam kedudukan
terbalik (hati-hati!), kecuali alat-alat tertentu, untuk cepatnya dapat dikeringkan dalam
almari pengering (oven).
Awas : untuk buret, pipet volume, labu ukur, gelas ukur, tidak boleh di keringkan
dengan almari pengering (dipanaskan). Pipet volume dapat dikeringkan dengan
meniupkan udara kering lewat “Blower“ setelah dibilas dengan alkohol absolut (96%).
Almari kering tidak boleh diisi terlalu banyak, karena akan mengganggu perambatan
panas dalam ruangan almari pengering. Alat-alat di letakkan terbalik dan diatur
sedemikian rupa hingga tidak terlalu jarang tapi tidak terlalu rapat. Alat-alat yang masih
panas jangan langsung dikenakan air atau diletakkan di atas meja. Jika langsung
dikenakan air akan merusakkan alat atau kalau diletakkan di atas meja akan merusak
meja. Sebaiknya diletakkan di atas meja di alasi dengan kain lap yang kering.
Tanda TC analog dengan tanda C (contain), maksudnya dengan mengisi labu ukur ini
sampai tepat garis tanda, akan diperoleh volume akhir larutan tepat 500,0 mL dan dari larutan
ini dapat langsung diambil sejumlah volume tertentu larutan yang lebih kecil misalnya: 10,0
mL ; 25,0 mL , dst.
Bila labu tersebut bertanda D/T.D, maksudnya adalah : sesudah volume larutan tepat
pada garis tanda, volume akhir dalam labu tidak tepat 500 mL, tetapi apabila larutan dituang
akan diperoleh volume tepat 500 mL tanpa memperhatikan larutan yang tersisa di dalam labu
Sedang labu ukur dengan tanda C/T.C. bila seluruhnya dituang tidak didapat volume tepat
500,0 mL tapi lebih kecil dari 500 mL karena sisa larutan yang tertinggal masih harus
diperhitungkan. Sebaliknya dengan mengisi labu ukur dengan tanda D/T.D sampai tepat garis,
tanpa menuang seluruhnya, volume akhir yang didapat akan lebih besar dari 500 mL. Menjadi
jelas kiranya apabila labu ukur dengan 2 tanda sekaligus C/T.C dan D/T.D akan mempunyai
dua garis tanda pada lehernya garis yang atas menunjukkan tanda D/T.D sedang yang di bawah
C/T.C.
Labu ukur dengan tanda D./T.D. ini jarang dipakai, karena kesalahannya relatif besar
xvii
dan dapat digantikan dengan alat lain yang lebih teliti. Goresan dibuat melingkar untuk
menghindari kesalahan paralax. Garis goresan yang paling muka, meniskus, dan goresan
belakang harus terletak pada satu garis lurus (horisontal) pada saat diperhatikan dengan
seksama. Leher dibuat menyempit sedemikian hingga perubahan yang kecil akan
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap tinggi/letak meniskus, dengan demikian
kesalahan pengamatan akan dapat diperkecil.
Labu ukur ditutup rapat-rapat kemudian dibolak-balik beberapa kali sampai merata. Larutan
ini siap dipakai. Perlu diperhatikan, pengamatan meniskus harus benar-benar horizontal untuk
menghindari kesalahan paralaks! (Gambar 3).
Pemakaian Pipet (pipet volume)
Ada 2 jenis pipet :
1. Tranfer pipet (Gambar 4)
2. Graduated pipet (pipet berskala) (Gambar 5)
Pada pipet jenis 1, di bagian atas ada tanda goresan melingkar. Sampai tanda tersebut volume
larutan di dalamnya sebesar yang tertera pada pipet tersebut (diukur pada suhu standar
tertentu).
Pipet jenis 2, dipakai untuk mengambil sejumlah tertentu volume larutan yang berbeda dengan
pipet itu juga. Jenis yang terakhir ini jarang dipakai pada penentuan kuantitatif. Buret dapat
menggantikan fungsi pipet jenis 2 ini, dan hasilnya akan lebih baik dan lebih praktis.
xviii
Gambar 4 Gambar 5
Gambar 6 Gambar 7
Perhatikan: Zat yang korosif dan atau beracun tidak boleh diisap dengan mulut
xix
melainkan harus dengan pompa isap, misalnya : larutan iodium, arsen, sublimat dan lain-lain.
2.3 Buret
Ada dua jenis buret yang ditentukan berdasarkan ketelitian/pembagian skalanya yaitu
(1) makro buret dengan pembagian skala 0,10 – 0,05mL, dan (2) mikro buret dengan
pembagian skala 0,01 mL.
Jenis kran yang dipakai tergantung tujuan pemakaiannya, untuk larutan alkali
dilengkapi dengan karet yang diberi penjepit, yang dapat di buka dan ditutup.
Macam buret :
1. Lurus
2. Bengkok
3. Buret dengan kran dari gelas atau karet
2.6 Erlenmeryer.
Dipakai untuk keperluan titrasi. Erlenmeryer yang tertutup dipakai untuk menyimpan
zat-zat yang mudah menguap karena pengaruh udara luar. Pemakaian Erlenmeryer harus di
sesuaikan antara larutan yang dititrasi dan kapasitasnya.
xxi
Gambar 9. Erlenmeyer
2.9. Corong.
Dipakai untuk menyaring endapan/kotoran mekanis dari larutan juga dipakai untuk
memudahkan menuang ke wadah yang mulutnya kecil, misalnya : Botol, Labu ukur, Buret dan
lain-lain.
xxii
Cara menyaring :
Kertas saring dilipat hingga membentuk sudut 600, kemudian diletakkan pada corong dan
dibasahi dengan air suling hingga menempel pada dindingnya. Corong diletakkan pada
penyangga, di bawahnya beker sebagai penampung. Ujung corong menyentuh dinding
untuk mencegah percikan keluar wadah. Cairan dialirkan melalui pengaduk, ujung
pengaduk menempel pada sisi kertas saring yang rangkap. Jangan mengisi cairan terlalu
banyak. Endapan yang cenderung untuk tinggal di dasar beker sebaiknya diaduk dulu atau
disemprot dengan botol semprot sebelum dipindahkan ke corong dan dibilas berkali-kali
hingga kuantitatif.
xxiii
Cara menimbang :
1. Secara langsung
2. Penimbangan ganda ( metode Gauss )
3. Penimbangan substitusi ( metode Borda )
Perawatan dan penggunaan timbangan / neraca analitis. xxiv
1. Neraca ditempatkan pada alas yang bebas dari geseran dalam suatu ruang khusus (kamar
timbang).
2. Bila tidak digunakan, neraca disimpan dalam keadaan istirahat dan tertutup.
3. Jangan menyentuh daun neraca dengan tangan atau bahan lain untuk menimbulkan/
menghentikan ayunan.
4. Bahan yang ditimbang suhunya haruslah sama dengan suhu kamar. Bila bahan tersebut
dipanaskan dibiarkan dulu hingga dingin di eksikator, baru ditimbang.
5. Anak timbangan dan bahan yang ditimbang diletakkan ditengah-tengah daun neraca .
6. Selama penimbangan tidak boleh menambah atau mengurangi bahan, dan pintu neraca
harus tertutup.
7. Bahan kimia yang akan ditimbang haruslah ditempatkan dalam wadah yang cocok seperti:
gelas beker kecil, botol timbang, krus atau gelas arloji. Cairan dan bahan-bahan yang
mudah menguap atau higroskopis harus ditimbang dalam wadah tertutup misalnya dalam
botol timbang tertutup.
8. Jangan menimbang melebihi kapasitas neraca.
9. Anak timbangan hanya boleh dipegang dengan pinset dan disimpan dalam kotaknya
masing-masing dan tidak boleh dipindahkan/tertukar.
10. Bila selesai menimbang, dan ada bahan yang tercecer haruslah dibersihkan dengan segera,
untuk membersihkan neraca digunakan kuas yang halus.
PROSEDUR PENIMBANGAN
A. Orientasi pada neraca gram
B. Penimbangan analitis.
Setiap kita akan menimbang, terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa neraca
tersebut dalam keadaan baik. Caranya dengan menentukan titk nol yakni menurunkan
penahan gandar secara pelan-pelan yang mana neraca dalam keadaan kosong, bila neraca
tidak tepat pada titik nolnya, kita tepatkan dengan memperhatikan apakah :
Posisi bagian-bagian neraca sudah tepat
Daun neraca tidak berdebu, bila kotor dapat dibersihkan dengan alat pembersih yang
tersedia
Pintu neraca sudah dalam keadaan tertutup
Mata si pengamat sudah tepat untuk mencegah kesalahan paralaks.
B. Penimbangan Analitis
1. Monopan/singlepan ( neraca listrik )
Neraca ini sebaiknya digunakan secara tidak langsung, artinya :
Botol timbang beserta zat ditimbang = a g
Botol timbang dengan sisa zat ditimbang = b g
xxv
Teori Dasar
Analisis kuantitatif secara volumetri/titrimetri, didasarkan atas reaksi kimia antara senyawa
asam (CH3COOH) dan senyawa basa (NaOH), dengan menentukan volume larutan standard
yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini NaOH sebagai titran dan sudah
distandarisasi melalui pembakuan dengan baku primer Asam Oksalat pro analisa
(C2H2O4.2H2O, p.a, MR=126,07). Penambahan volume titran (NaOH), dilanjutkan hingga
ekuivalen dengan larutan sampel (CH3COOH), sampai tercapai titik ekivalen (equivalent
point). Penambahan titran tersebut dihentikan, apabila terjadi perubahan warna dari indikator
(Phenolphthalein = pp) yang digunakan, yang berubah dengan adanya titran berlebih, akibat
terjadinya perubahan pH larutan. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik
lemah, yang mempunyai warna berbeda pada pH yang berbeda. Kondisi titrasi pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi (end point).
Prinsip Reaksi
CH3COOH + NaOH NaOOCCH3 + H2O
Indikator yang dapat digunakan dalam titrasi asam basa tersebut:
Phenolphthalein ( pH = 8,3 – 10,0 )
Thymolphthalein ( pH = 8,3 – 10,5 )
Thymol Blue ( pH = 8,0 – 9,6 )
Alat
Neraca analitik Botol timbang Labu ukur 50,0 mL Gelas piala/bekerglas
Pipet volume 10,0 mL Pipet tetes Botol semprot Batang pengaduk
Erlenmeyer 300 mL Buret 25 mL Corong gelas Klem dan statif
Filler pipet Gelas ukur Kertas putih Tisu dan lap (serbet)
Bahan
Asam Oksalat Natrium hidroksida Indikator Phenolphthalein (pp)
Asam asetat Air suling
Prosedur Kerja :
Penetapan kadar sampel :
Buret dibilas tiga (3) kali dengan ± 2-3 ml larutan titran NaOH, diperhatikan apakah ada
kebocoran atau tidak. Cairan pembilas dibuang melalui kran buret untuk membilas krannya
juga. Selanjutnya buret diisi hingga diatas skala 0,0 dan diperhatikan adakah gelembung udara,
terutama di bagian kran buret, jika ada, gelembung tersebut harus diatasi, dengan cara dialirkan
keluar.. Selanjutnya isi buret ditepatkan di skala 0,00 mL, untuk dilakukan titrasi.
Dipipet 10.0 mL larutan sampel, dimasukkan ke dalam labu titrasi (Erlenmeyer). Ditambahkan
2 – 3 tetes indikator Phenolphthalein. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH sampai
terbentuk warna tepat rosa (merah muda) yang stabil selama dua (2) menit.
Dicatat volume NaOH yang diperlukan.
Dihitung kadar asam asetat dalam sampel dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2.
Kadar asam asetat dalam sampel dinyatakan dalam N.
xxvii
Pembakuan NaOH :
* Pembuatan larutan baku Asam Oksalat 0.1 N.
Ditimbang teliti 0.60 – 0.65 g asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O,p.a) dalam botol
timbang. Dimasukkan ke dalam gelas piala (beker gelas) 100 mL, dilarutkan dalam 25 mL
aquadest. Dipindahkan larutan ini ke dalam labu ukur 100,0 mL melalui corong. Beker gelas
di bilas dengan aquadest beberapa kali hingga larutan asam oksalat secara kuantitatif masuk
ke labu ukur. Ditambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai tepat garis tanda.
Tugas Tertulis
Catatlah data percobaan Saudara :
1. Volume akhir titrasi (diukur dengan gelas ukur).
2. Normalitas (N) NaOH dan volume NaOH.
3. Normalitas (N) Asam Asetat
Kepustakaan :
1. Vogel, A.I., Revised Jeffrey G.H, 1989. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. 5 th
ed., 292 – 296.
2. Watson D.G, 2000. Pharmaceutical Analysis. A Textbook for Pharmacy Students and
Pharmaceutical Chemists, Churchill Livingstone, Harcourt Publishers Ltd, 49 -56.
3. Skoog D.A., West D.M., Holler F.J., Crouch S.R, 2014. Fundamentals of Analytical
Chemistry, ninth edition, Mary Finch Publisher, Belmont, USA, 302-322.
4. Farmakope Indonesia V, 2014, 136-137
TUGAS II xxvii
KOMPLEKSOMETRI i
Prosedur Kerja :
Penentuan Kadar Sampel
Dipipet 10,0 mL larutan sampel MgSO4 ke dalam Erlenmeyer 250 mL, diatur pH = 7,0 dengan
penambahan NaOH 1 N dan menggunakan kertas indikator pH. Kemudian ditambahkan 5 mL
dapar salmiak dan sekitar 50 mg EBT. Campuran segera dititrasi dengan larutan EDTA sampai
semua warna merah ungu berubah menjadi biru.
1 mL larutan EDTA 0,05 M setara dengan 6,018 mg MgSO4 .
Pembakuan EDTA
Pembakuan EDTA dengan zat baku primer ZnSO4. 7H2O. Dibuat larutan baku primer ± 0,1 N
dengan menimbang teliti sejumlah tertentu ZnSO4.7H2O, dilarutkan kedalam aqua
demineralisata hingga volume 100,0 mL. Kemudian dari larutan ini dipipet 10,0 mL ke dalam
labu titrasi (Erlenmeyer 250 mL), ditambahkan berturut-turut 30 mL aqua demineralisata, 5
mL larutan buffer salmiak dan 50 mg indikator EBT. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga
terjadi perubahan warna dari merah-ungu sampai biru (warna merah-ungu habis).
Catatan Penting !!
1. Setelah ditambahkan bufer salmiak, larutan harus segera dititrasi, karena itu persiapkan
semua pereaksi (kebutuhan titrasi) sebelum penambahan bufer salmiak.
2. Titik akhir titrasi bukan ditandai oleh terbentuknya warna biru yang pertama kali, namun
hilangnya semua warna merah-ungu yang berubah menjadi biru.
3. Mengetahui apakah sudah terjadi titik akhir titrasi atau belum, maka catat dulu jumlah titran
yang telah keluar, kemudian tambahkan 1 tetes titran kedalam larutan. Jika warna tetap,
maka gunakan volume titran sesuai dengan catatan. Jika warna berubah, catat lagi volume
titran yang baru, kemudian teteskan lagi 1 tetes titran dan amati. Hal ini terus dilakukan
hingga didapati warna biru yang tetap walaupun ditambah titran.
Kepustakaan
1. Vogel, A.I., 1968. Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. 3th ed. Page 247 – 248.
2. Kolthoff Sandell, 1952. Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. 3th ed. Page 528-30.
3. Vogel, A.I., Revised Jeffrey G.H, 1989. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. 5th
ed. Page 292 – 296.
4. Farmakope Indonesia V,2014, hal. 796-797
TUGAS III xxix
ARGENTOMETRI
Tugas Tertulis :
Catatlah data percobaan saudara :
- Volume akhir titrasi
- Volume AgNO3 dan N AgNO3
Kepustakaan :
1. Vogel A.I., 1989. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. 5th edition.
2. Farmakope Indonesia V,2014, hal. 904-905
TUGAS IV xxxi
IODOMETRI
IO3- + 5 I- + 6 H+ 3 I2 + 3 H2O
I2 + C6H8O6 2 HI + C6H6O6
I2 + I- I3-
I3- + amilum I3- - amilum (biru)
Berdasarkan reaksi tersebut, untuk membuat 100 ml larutan KIO3 0,1 N, maka
ditimbang KIO3 = 100 ml x 0,1 mgrek/ml = 10 mgrek = 10/6 mmol = 10/6 x 214 mg
= 356,7 mg dilarutkan dalam air 100,0 ml
Prosedur Kerja :
Pustaka :
1. State Pharmacopoeia of The Union of Soviet Socialist Republics, IX, 1961, 27-28.
Catatan :
Vitamin C dalam larutan air mudah terurai; oleh karena itu perlu disiapkan terlebih dahulu
peralatan titrasi, titran yang akan digunakan, dan pereaksi-pereaksi yang diperlukan.
Setelah vitamin C dilarutkan, segera ditambahkan pereaksi-pereaksinya dan segera
dititrasi.
Mengingat ikatan antara Iod-Iodida-amilum kompleks (I3- - amilum) sangat kuat, maka xxxii
saat dekat end point, larutan yang dititrasi dalam Erlenmeyer perlu digoyang kuat dan
titrasi tidak terlalu cepat.
Amilum mengandung (1) amilose yang larut dalam air dan dapat membentuk kompleks
dengan Iod-Iodida, dan (2) amilopektin yang tidak larut.
Jauhkan larutan vitamin C dari api atau panas, agar tidak cepat terurai.
Silahkan dipelajari juga: Penetapan kadar Vitamin C menurut Farmakope Indonesia Edisi
V,2014, apa bedanya!!
TUGAS Va xxxii
GRAVIMETRI i
b. Essensial water
Termasuk golongan air ini adalah :
1. Air kristal (contoh, Ca C2O4. H2O, MgNH4PO4.6H2O)
2. Air konstitusi (dalam bentuk OH- atau H3O+ yang terikat dalam senyawa ybs. Pada
pemanasan terjadi dekomposisi dan terbentuk air. Air ini disebut air konstitusi.
Bila bahan dalam monografi tersebut mengandung air hidrat maka persyaratan kadar air
tercantum dalam sub-judul air dan ditentukan dengan salah satu cara tersebut di atas
(tergantung dari sifat masing-masing bahan tersebut).
Sub-judul susut pengeringan digunakan untuk bahan-bahan yang pada pemanasan tidak
hanya kehilangan air (tetapi juga bahan-bahan mudah menguap yang lain, misalnya residu
pelarut pada waktu kristalisasi dll).
Prosedur Kerja :
Prosedur penentuan kadar air dilakukan sesuai dengan yang tertera pada masing-masing
monografi senyawa yang ditugaskan. Kecuali dikatakan lain, umumnya penentuan kadar
air dilakukan dengan cara berikut :
Keringkan botol timbang dangkal bersumbat kaca selama 30 menit pada
kondisi/suhu seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Dinginkan sampai
suhu kamar dalam eksikator, lalu timbang teliti. (Ulangi pekerjaan ini sekali lagi).
Sebagai catatan : pada waktu pemanasan/pengeringan (dalam oven) tutup kaca
dibuka tetapi tetap ikut dipanaskan.
Campur dan timbang saksama senyawa yang akan diuji (dalam botol timbang yang
telah diketahui bobotnya keringnya tersebut di atas), bila tidak disebutkan lain 1g
- 2g. Bila senyawa berbentuk hablur besar, maka gerus dahulu secara cepat hingga
ukuran partikel + 2 mm. Goyang dan ratakan senyawa dalam botol timbang
tersebut sampai tinggi senyawa + 5 mm.
Masukkan botol timbang berisi senyawa tersebut ke dalam oven, buka tutup botol,
biarkan tutup botol ikut dipanaskan dalam oven. Panaskan dengan suhu dan lama
sesuai monografi (rentang suhu + 2oC).
Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam eksikator sampai
suhu kamar sebelum ditimbang teliti.
Tugas : Tentukan susut pengeringan simplisia jahe menggunakan prosedur kerja yang tertera
dalam FI edisi V pada sub-bab susut pengeringan.
Pustaka :
1. Kolthoff I.M.,E.B. Sandel.,1952, Textbook of quantitative Inorganic Analysis, 3
ed
, The Macmillan Company, New York
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V
3. United States of Pharmacopoeia XXIV/NF XVIX, 2000, U.S. Pharm. Convention
Inc.,Twinbrook Parkway, Rockville
TUGAS Vb xxxv
GRAVIMETRI
Tgl. Percobaan :
Nama :
No. Mahasiswa :
No. Golongan :
No. Kelompok :
Macam Percobaan :
Kepustakaan :
Penetapan kadar :
Secara :
II. Prinsip.
A. Reaksi :
B. Kerja :
Misal :
1. Pembuatan larutan baku primer………………………...
2. Pembakuan …………….. oleh larutan baku ………….
3. Penetapan kadar …………...Oleh larutan baku ……….
VI. Perhitungan :
A. Konsentrasi zat baku primer
………………………………………………..
………………………………………………..
B. Konsentrasi Titran ( baku sekunder )
……………………………………………….
……………………………………………….
C. Kadar sampel
……..…………………………………………
…..……………………………………………
VII. Kesimpulan :
Konsentrasi A : ……………………………….
B : ……………………………….
C : ……………………………….
VIII. Pembahasan :
……………………………………………………
.……………………………………………………
Surabaya , 20…
Praktikan,
Tanda tangan
( Nama terang )
xl
LAMPIRAN II
Setelah tahap 5 dilalui maka diperoleh satu data hasil analisis kuantitatif, dengan melakukan
beberapa kali replikasi (yaitu pengulangan penentuan kadar, mulai dari tahap 2 sampai dengan tahap
5) maka akan diperoleh data lebih dari satu. Data dari masing-masing replikat ini biasany bervariasi.
Variasi ini disebabkan karena setiap tahapan diatas mengandung ragam (galat atau error) yang
disumbangkan pada hasil akhir penentuan kadar (data), dengan mengenali dan mengendalikan sumber
galat ini maka validitas (kebenaran) hasil penentuan kadar akan lebih dapat dipercaya (reliable).
Tujuan mempelajari galat dalam suatu analisis adalah untuk memperkecil kesalahan analisis
yang mungkin terjadi, mengevaluasi data dan untuk mengambil keputusan yang beralasan (obyektif)
untuk (menolak atau menerima) bila ternyata ada data yang menyimpang. Sebagai dasar untuk evaluasi
kumpulan data yang diperoleh adalah konsep statistik.
GALAT
Galat atau error atau ragam (kadang diterjemahkan KESALAHAN – walaupun tidak tepat)
adalah perbedaan (angka) antara harga terukur (hasil eksperimen) dengan harga benar (true value) yang
diketahui/disepakati.
True value yang absolut adalah suatu harga yang sebetulnya tidak dapat diketahui dengan pasti
(underwood), meskipun dapat didekati. Kalangan scientist menganggap suatu nilai (angka) adalah
harga benar bila mengandung ketidakpastian lebih kecil dari pada ketidakpastian nilai lain yang akan
dibandingkan.
Contoh :
Bila kita akan menguji metode baru untuk penentuan kadar suatu analit dalam sampel, maka salah satu
angka berikut ini dapat dianggap sebagai harga benar.
a. Data hasil penimbangan baku primer
b. Prosentase komposisi sampel standar dari NBS (National Bureau of Standarts atau NIST-National
Institute of Standarts and Technology)
c. Data hasil penentuan kadar analit menggunakan metode lain yang sudah terbukti valid (benar) dan
suitable (cocok).
Perbedaan angka antara data tersebut diatas dengan hasil yang diperoleh dengan metode yang diuji,
xlii
selanjutnya disebut error.
b. Indeterminate error/random error, yaitu galat yang sumbernya tidak diketahui/tidak dapat
dikontrol, misalnya adanya getaran gedung akibat lalu lintas, noise sirkuit elektronik atau variasi
suhu ruangan yang berbeda sewaktu dilakukan replikasi.
Berikut ini adalah beberapa cara yang digunakan untuk memperkecil sistematic error yang diakibatkan
oleh masing-masing sumber keragaman.
1. Keragaman Alat
diatasi dengan kalibrasi, yaitu menggunakan alat/instrumen yang sudah
dikalibrasi.
2. Keragaman Bahan
diatasi dengan menggunakan pereaksi yang murni, dan memurnikan analit yang diukur.
3. Keragaman Person/SDM
diatasi dengan lebih memahami teori metode/instrumen yang digunakan, bekerja dengan hati-
hati dan cukup pengalaman dalam latihan.
4. Keragaman metode
diatasi dengan melakukan salah satu (atau gabungan) koreksi sebagai berikut.
a. Membuat kontrol negatif (blanko)
b. Membuat kontrol positif
c. Menggunakan cara adisi standar (khususnya untuk metode
Spektroskopi Absorpsi atom dan kromatografi)
d. Menambahkan standar internal (khususnya untuk metode kromatografi)
Catatan :
a. Membuat blanko
Untuk mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh pengaruh reagen/pereaksi terhadap matrik atau
senyawa lain didalam sampel maka dibuat blanko, yaitu campuran yang terdiri dari semua senyawa
(atau senyawa majoritas) dalam sampel (tetapi tanpa analit) dengan pereaksi yang digunakan.
Selanjutnya campuran ini diproses dan diukur –signalnya- dengan cara sama seperti sampel. Selisih
pengukuran antara blanko dengan sampel merupakan nilai ukuran sampel yang sebenarnya.
Contoh :
- Penentuan Chemical Oxyen Demand dari air limbah secara volumetri.
Blanko : aquadest + pereaksi --- diproses memerlukan titran Cr2O7= A mL
Sampel : air limbah + pereaksi --- diproses memerlukan titran Cr2O7=B mL
Jadi pereaksi yang dibutuhkan untuk air limbah sebenarnya adalah (B-A) mL
b. Kontrol positif/pembakuan
Dalam hal mengurangi variasi akibat perbedaan kecepatan reaksi, kesempurnaan reaksi, serta
kondisi reaksi yang berbeda maka dilakukan kontrol, dengan cara melakukan reaksi/proses yang
sama terhadap analit murni sebagai dasar perhitungan kadar analit dalam sampel. Cara ini
dilakukan bila proses tersebut diatas sangat mempengaruhi kuantitas hasil akhir yang diperoleh.
Contoh :
Penentuan kadar glukosa secara gravimetri menggunakan pereaksi Fehling
Pembakuan : glukosa murni (pa) (A gram) --- diproses berat Cu2O a gram
Sampel : glukosa sampel (B gram) --- diproses berat Cu2O b gram
xliv
Jadi kadar glukosa dalam sampel = b/a x A/B x 100%
c. Adisi standar
Dalam hal mengurangi pengaruh matrik terhadap hasil pengukuran analit (yang kadarnya
renik/traces didalam matrik yang komposisinya rumit/komplek), maka dilakukan cara adisi standar,
yaitu menambahkan sejumlah tertentu analit baku kedalam sampel sebelum campuran ini diukur
signalnya. Perbedaan hasil analisis sampel dengan dan tanpa penambahan analit baku/murni
menunjukkan recovery analit baku yang sengaja ditambahkan.
Penghitungan kadar analit dalam sampel dilakukan dengan skema berikut.
signal
2x
Signal sampel 1x
S s s
0x 1x 2x
kadar analit baku/standar yang ditambahkan
0x = sampel
1x = sampel + analit standar x ppm
2x = sampel + analit standar 2x ppm
Perpotongan garis regresi analit dengan ordinat pada saat 0x adalah signal sampel.
Perpotongan garis regresi analit dengan absis pada Y = 0 adalah kadar analit.
Syarat pemilihan suatu metode analisis adalah reliable yaitu dapat dipercaya, agar dapat dipercaya
metode tersebut harus memenuhi persyaratan parameter berikut :
1. Akurasi (accuracy/ketepatan)
Yaitu kedekatan hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar, yang ditunjukkan oleh
tingginya harga recovery (perolehan kembali, umumnya dinyatakan dalam prosen / %)
Recovery dapat diperoleh dengan cara absolut atau relatif.
xlv
- Cara absolut, yaitu dengan menentukan kadar analit standar -hasil penimbangan teliti- (misalnya
A gram) didalam matrik imitasi yang komposisinya mirip sampel menggunakan metode yang
diuji. Bila hasil penentuan kadar analit standar dalam matrik imitasi dengan metode tersebut
adalah B, maka % recovery analit tersebut adalah : B/A x 100%.
Mengantisipasi kemungkinan adanya propagasi akibat determinate error yang proporsional
maka kadar analit standar yang digunakan untuk menentukan besarnya akurasi umumnya 2
macam, yaitu lebih kecil dan lebih besar dari kadar analit yang diperkirakan akan
diperoleh dari dalam sampel (USP XXXIII).
- Cara relatif, yaitu dengan cara membandingkan hasil penentuan kadar analit dalam sampel
menggunakan metode yang diuji (misalnya ketemu A), dengan hasil penentuan kadar analit
dalam sampel yang sama, menggunakan metode standar yang valid dan suitable (misalnya
ketemu B).
Maka % recovery adalah : A/B x 100%.
2. Presisi (precision/ketelitian)
Yaitu kedekatan harga diantara pengulangan pengukuran (replikasi).
Pengulangan pengukuran disini maksudnya adalah mulai dari preparasi sampel sampai
pengukuran.
Presisi ini biasanya ditunjukkan oleh besarnya simpangan baku (standar deviasi = s) atau koefisien
variasi (s/Mean).
Presisi ini tidak mempunyai hubungan dengan true value, artinya presisi yang baik belum berarti
akurasinya juga baik. Dahulu presisi ini diartikan sebagai reprodusibilitas, tetapi sekarang belum
tentu, yaitu tergantung dari kapan replikasi tersebut dilakukan, dimana dan oleh siapa. Bila :
a. satu analis satu waktu/hari c. lain analis satu laboratorium
b. satu analis lain waktu/hari d. lain analis lain laboratorium
Menurut Vogel’s a disebut repeatability (keterulangan/within run precision), tetapi menurut
ASTM dan Kolthof a dan b masih disebut repeatability.
Sedangakan c, d dapat disebut reproducibility (ketinerulangan/between run precision).
Contoh :
Hasil penentuan kadar NaCl Analis I Analis II Analis III Analis IV
Jumlah replikasi 5x 5x 5x 5x
Rata-rata kadar NaCl yang
ditemukan 100 mg 100 mg 80 mg 80 mg
Simpangan baku 0,5 mg 5 mg 0,5 mg 10 mg
Presisi (%) 0,5 % 5% 0,62 % 12,5 %
Data analis I lebih presis dari data analis II
Data analis III presis tapi tidak akurat, kemungkinan ada bias (yaitu ada determinate error yang
cukup besar).
Data analis IV tidak presis dan tidak akurat.
Parameter lain juga digunakan untuk mengetahui validitas suatu metode, bahkan saat ini validasi
metode tersebut terus berkembang dengan pesatnya. Cara menghitung parameter validasi tsb. akan
dijelaskan lebih lanjut pada waktu membahas instrument untuk analisis (Kuliah Analisis Farmasi).
Secara ringkas parameter validasi yang diperlukan untuk analisis, minimal adalah sebagai berikut (USP
XXXIII).
3. Linieritas (kelurusan) dan rentang kadar analit yang dapat diukur dengan metode yang digunakan.
Data ini diperlukan untuk menjamin bahwa eqivalensi antara signal yang diukur dengan kadar
xlvi
analit masih dalam hubungan linier. Karena bila tidak linier, signal yang terukur tidak dapat
digunakan untuk menyimpulkan kadar senyawa analit yang diperiksa.
Rentang linier
Signal
Kadar
4. Limit of Detection dan Limit of Quantitation (Batas deteksi dan batas kuantitasi).
Batas deteksi adalah kadar terkecil analit yang dapat dideteksi dengan alat yang bersangkutan,
sedangkan batas kuantitasi adalah kadar terkecil analit yang dapat diukur dengan akurasi dan
presisi tertentu.
Data ini hanya diperlukan ketika memilih metode untuk penentuan kadar analit dalam jumlah
renik/di dalam matrik yang rumit (complex), misalnya analit dalam cairan biologis atau limbah.
Batas deteksi dapat ditentukan berdasarkan besarnya noise,yaitu 2 atau 3 kali noise (USP XXXIII).
Noise signal
5. Selektifitas/spesifitas
Yaitu kemampuan metode tersebut untuk mengukur secara akurat dan spesifik adanya analit dalam
sampel yang mengandung komponen lain. Komponen lain tersebut dapat merupakan impurities,
hasil degradasi, senyawa lain yang mirip dll.
Caranya adalah dengan menentukan recovery senyawa analit standar didalam campuran yang juga
mengandung/sengaja ditambahi senyawa pengganggu (berbagai konsentrasi). Bila setelah
dicampur dengan senyawa pengganggu tersebut recovery analit tetap mendekati 100% berarti
metode yang digunakan ini selektif.
Salah satu cara sederhana untuk mengetahui besarnya ketidak-tentuan akibat random error dari
data/hasil akhir yang diperoleh adalah dengan melihat besarnya kesalahan relatif dari angka bermakna
yang digunakan.
Angka bermakna (SF) adalah semua angka (digit) yang diketahui pasti ditambah satu digit
xlvii
yang tidak pasti.
Contoh :
- Penimbangan berat tertulis 1,2439 g (5 SF)
berarti ditimbang menggunakan neraca analitis.
Bila kepekaan neraca = 0,2 mg
kesalahan relatif = 0,2 / 1243,9 x 100% = 0,016%
- Volume tertulis 10,24 mL (4 SF) berarti volume tersebut diambil menggunakan buret dengan
skala terkecil 0,1 mL.
- Volume tertulis 4,244 mL (5 SF) berarti volume tersebut diambil menggunakan buret mikro
dengan skala terkecil 0,01 mL.
- Volume tertulis 10,0 mL (3 SF) berarti volume tersebut diambil menggunakan pipet volume
10 mL.
Cara I :
Misalkan kesalahan relatif adalah angka 2 (digit terakhir) maka :
Kesalahan relatif : 11,12 = 0,18% (=0.02/11.12 x 100%)
xlviii
0,1029 = 0,19%
100,0 = 0,2%
10,0 = 2 % ketidaktentuan terbesar, SF terkecil
176,1 = 0,11%
5000,0 = 0,004%
Angka eqivalensi 1 mol = 2 grek dan angka 100% merupakan penghitung (counting number), tidak
mempunyai SF.
Sedangkan kesalahan relatif dari hasil perkalian adalah :
20 = 10% lebih besar dari ketidak tentuan terbesar data yang
digunakan
20.1 = 0,99% lebih kecil dari ketidaktentuan terbesar data yang
digunakan
20,15 = 0,099%
Dengan cara I data akhir ini dibulatkan menjadi 20,2.
Cara II :
Karena SF terkecil dari data yang digunakan adalah 3 maka data akhir tersebut diatas juga dibulatkan
menjadi 20,2. Tetapi dengan cara ini perlu hati-hati bila ada angka khusus seperti 10,0 (SF=3, kesalahan
relatif 2-digit terakhir = 2%), sedang 9,9 (SF=2, kesalahan relatif 2 digit terakhir juga = 2%). Jadi bila
ada data seperti ini maka hasil pembulatan cara II bisa beda dengan cara I.
REJECTION OF AN OBSERVATION
xlix
= Penolakan Data Pencilan
Setelah beberapa kali replikasi akan diperoleh data lebih dari satu. Bila diantara data hasil
perhitungan tersebut ‘terlihat’ ada yang menyimpang besarnya dari data yang lain (pencilan), maka
tidak boleh sesuka kita untuk segera membuang data tersebut. Khususnya bila data/replikasi yang
dilakukan tidak banyak, karena akan mempengaruhi harga rerata/mean (bila replikasinya banyak,
membuang satu atau dua data tidak akan berpengaruh banyak terhadap hasil perhitungan rerata). Untuk
menolak/membuang atau menerima data yang kelihatannya menyimpang tersebut perlu dilakukan
langkah-langkah berikut :
- Cari data yang dicurigai (terbesar atau terkecil)
- Teliti kembali pelaksanaan kerja yang telah dilakukan. Bila diketahui ketika mendapatkan data
tersebut ada tahapan yang keliru, data langsung dibuang.
- Bila tidak diketahui sebabnya, maka dapat diolah dengan beberapa cara yang akan diuraikan
berikut ini.
Sebagai akibat dari menolak data adalah : (Underwood hal. 24)
- Bila dipilih rentang (Δ) kecil untuk menolak data, maka akan banyak data valid yang dibuang
(kesalahan tipe I).
- Bila dipilih rentang (Δ) besar untuk menolak data, maka akan banyak data yang tidak valid ikut
masuk dalam perhitungan (kesalahan tipe II).
Catatan :
Cara penghitungan parameter yang digunakan untuk menerima/menolak data adalah sebagai berikut.
(Bila saudara menggunakan kalkulator seri tertentu maka rumus berikut menjadi tidak sulit, karena data
tersebut dibawah ini akan dapat dihitung secara otomatis melalui tombol mode SD).
Bila diperoleh data x1, x2, x3, …….. Xa, maka :
* Rerata (rata-rata/mean) = X
X = (x1 + x2 + …….. + xn) / n
n = jumlah replikasi
* Range (rentang) = R
R = x terbesar – x terkecil
* Variance = s2
Contoh :
Replikasi penentuan kadar analit volumetri diperoleh data sebagai berikut
0,2041; 0,2049; 0,2039; 0,2043. Hitunglah : X, M, R, đ, s
Cara menolak data, bila sudah diperiksa dan ternyata tidak ada kesalahan yang dapat
mengakibatkan ditolaknya data tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Berdasarkan simpangan rerata (đ) (Underwood, Kolthoff)
Cara ini digunakan bila jumlah replikasi sedikit (4-5 kali). Caranya adalah sebagai berikut :
- Urutkan data yang diperoleh
- Tentukan data yang dicurigai (yang terbesar atau yang terkecil)
- Hitung X, đ dan s dari data yang baik
- Hitung deviasi data yang dicurigai dari X yang diperoleh (dc)
- Bila dc / đ ≥ 4 (bila menggunakan cara 4 d), atau
dc / đ ≥ 2,5 (bila menggunakan cara 2,5 d) maka data yang dicurigai tersebut ditolak.
Kolthoff menggunakan dc/s (bila ≥ 4 data yang dicurigai ditolak)
Dengan cara ini akan banyak data valid ditolak (rejected) (kesalahan type I).
Contoh :
Diperoleh data (sudah diurutkan) 30,21 ; 30,34 ; 30,38 ; 30,42
0,13 0,04
Data yang dicurigai 30,21
Hasil perhitungan : đ dari data yang baik = 0,03
X = 30,38
s = 0,04
dc = 0,17
Cara Underwood dc/ đ = 0,17/0,03 = 5,67 > --- data yang harus dicurigai ditolak.
Cara Kolthoff dc/s = 0,17/0,04 = 4,25 > 4 --- data yang dicurigai ditolak.
2. Berdasarkan rentang
li
Cara ini berdasarkan Q-test dari “Dean & Dixon” (Underwood). Biasanya diuji pada batas
ketangguhan (confidence level) 90%. Kesalahan yang terjadi adalah type II, digunakan untuk data
yang menyimpang besar dan jumlah replikasi sedikit (3-5 kali).
Caranya adalah sebagai berikut :
- a. Urutkan data yang diperoleh
- b. Hitung range
- c. Hitung beda data yang dicurigai dengan data terdekat
- d. Hitung Qc = c/b ----- bandingkan dengan Qtabel
- Bila Qc ≥ Qtabel data yang dicurigai ditolak.
Contoh :
Diperoleh data (sudah diurutkan) 0,215 ; 0,218 ; 0,219 ; 0,220 ; 0,230
0,003 0,010
Data yang dicurigai 0,230
Qc = 0,230 – 0,220 = 0,67 > tabel --- data yang dicurigai ditolak
0,230 – 0,215
Qtabel untuk n = 5 adalah 0,64
3. Youden dalam buku Remington menggunakan cara :
(Data yang dicurigai – data tetangga terdekat) = 20
beda terkecil
bila > 20 data yang dicurigai ditolak
Yang dimaksud beda terkecil adalah selisih terkecil diantara data yang diperoleh. (untuk contoh
diatas 0,001). Jadi 0,010/0,001 = 10 berarti tidak ada data yang ditolak.
CARA KUADRAT TERKECIL
lii
METODE LEAST SQUARES
yn (yn-yn)
signal
Karena indeterminate error, jarang ada data yang benar-benar terletak pada garis lurus,
melainkan bervariasi, oleh karena itu data-data tersebut perlu diolah secara khusus agar dapat diperoleh
persamaan garis lurus (y = bx + a) yang menghubungkan titik-titik dalam arah y yang mempunyai
jumlah selisih kuadrat terkecil, ∑(yn - ỹn)2, metode ini dikenal dengan metode least square.
Asumsi metode ini adalah :
- data sumbu x bebas galat, merupakan variabel tetap
- galat hanya terdapat pada y, merupakan variabel tergantung
- besarnya galat pada y tidak tergantung pada besarnya x
Jadi, bila menggunakan cara ini sumbu x harus kadar/konsentrasi, sedangkan sumbu y adalah signal
(tidak boleh dibalik).
n = jumlah data
Bila r = 0 berarti tidak ada hubungan antara besarnya signal dengan kadar analit. Bila – 1 ≤ r ≤
berarti ada hubungan antara signal dengan kadar. Bila r mendekati – 1 atau 1, sehingga pada
probabilitas tertentu r hitung > r tabel, berarti ada hubungan linier antara signal dengan kadar.
Pada batas tertentu garis lengkung dapat dianggap sebagai garis linier (r hitung > r tabel), maka
agar tidak salah tafsir sebelum menghitung harga r, gambarkan dahulu pada kertas grafik atau
komputer posisi data yang diperoleh. Bila tafsiran tidak salah, hitung r data yang diperoleh dengan
cara tersebut diatas atau secara otomatis menggunakan program mode LR dalam
kalkulator/komputer.
liii
r=0,986 r=0
Standar deviasi hasil penentuan kadar berdasarkan pers. Garis regresi (Su) :
Su = Sy 1 + 1 + (yu - ỹ)2 ½
b nu n b2 C
Contoh :
5,4440 gram lidah sapi halus diekstraksi hingga diperoleh 100,0 mL ekstrak yang
mengandung nitrit. Signal nitrit diukur menggunakan spektrofotometer menghasilkan signal 0,324.
Bila baku nitrit murni menghasilkan signal berikut, berapa ppm kadar nitrit dalam daging tersebut
?
PUSTAKA