LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar
Disahkan di Yogyakarta, September 2022
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang tak henti-
hentinya memberikan nikmat kepada kita sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang
kita cita-citakan. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasululah Muhammad SAW sebagai teladan
dan guru besar kita dalm menapaki kehidupan dunia.
Alhamdulillah sekali lagi penulis ucapkan atas terbitnya Petunjuk Praktikum Kimia Dasar,
semoga dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Buku ini hanyalah merupakan rangkuman
dari beberapa buku acuan dengan maksud agar lebih sistematis dan mudah dipahami. Oleh karena
itu, para pembaca hendaknya tidak menjadikan buku ini sebagai referensi standard dalam
pembuatan laporan/karya ilmiah, akan tetapi penulis juga mencantumkan referensi-referensi acuan
tersebut dalam buku ini. Tentu saja masih banyak kekurangan dalam berbagai sisi dari buku ini,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran demi penyempurnaan buku ini.
DAFTAR ISI
Percobaan I ......................................................................................................................................... 1
Percobaan II ..................................................................................................................................... 11
Percobaan IV .................................................................................................................................... 18
Percobaan V...................................................................................................................................... 21
Percobaan VI .................................................................................................................................... 25
Mahasiswa yang diperkenankan melakukan praktikum adalah mereka yang terdaftar secara
akademik, yang selanjutnya disebut sebagai Praktikan.
Berikut tata tertib Praktikum Kimia:
1. Mahasiswa melakukan pretes dengan dosen pembimbing terhadap materi yang akan
dipraktikumkan1 minggu sebelumnya, makasiswa diperkenankan praktikum apabila sudah
lulus pretes dengan bukti acc dari dosen pada laporan sementara
2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan lebih dari 15
menit sejak praktikum dimulai tanpa ada alasan yang dapat diterima, praktikan boleh
mengikuti praktikum tapi tidak memperoleh nilai praktikum dan nilai laporan.
3. Setelah praktikum dibuka oleh asissten akan dilakukan mini kuis
4. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan mengenakan jas praktikum
5. Praktikan wajib membawa: laporan sementara yang sudah disahkan (ACC), laporan resmi
hasil praktikum, tabung reaksi, pipet tetes, serbet, tissu dan masker
6. Praktikan wajib mengisi daftar presensi
7. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum dan atau merokok di dalam laboratorium
selama praktikum berlangsung.
8. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan terganggunya
kelancaran praktikum
9. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan meja masing-
masing, serta lantai disekitarnya
10. Setelah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali pada tempatnya semula
11. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan membuang sisa
praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan keamanan
12. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta ijin kepada dosen
atau asisten jaga
Petunjuk Pratikum Kimia Dasar v
S1 Farmasi Universitas Alma Ata
13. Praktikan melakukan analisis sesuai bagiannya masing-masing, mencatat hasilnya pada
lembar kerja praktikum, serta memintakan ”ACC” pada dosen pembimbing praktikum.
20. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang adapat menimbulkan luka bakar, misalnya
asam-asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa kuat (KOH, NaOH, dan NH4OH), dan
oksidator kuat (air brom, iod, senyawa klor, permanganat)
21. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas-gas
beracun dilakukan di almari asam
22. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur
23. Menetralkan asam/basa
- asam pada pakaian: dengan amonia encer
- basa pada pakaian : dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer
- asam/basa pada meja/lantai: dicuci dengan air yang banyak
- asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air, kemudian diberi vaselin
24. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera pada dosen atau
asisten jaga
b. Prosedur Pengoperasian
1. Disiapkan timbangan analitik dalam kondisi seimbang atauwater pass (atur sekrup pada
kaki neraca sehingga gelembung air diwater passtepat berada di tengah).
2. Neraca dibersihkan dengan menggunakan kuas terutama piringan neraca dan seluruhtimbangan
3. Tancapkan stop kontak pada stavolt.
4. Tekan tombolOn ( tunggu hingga muncul angka 0,0000 g)
5. Masukkan alas bahan (gelas arloji, kertas atau benda tipis).
6. Tutup kaca neraca analitik dan tekan tombolzero
7. Buka kaca dan masukkan bahan yang akan ditimbang
8. Tutup kaca dan tunggu hingga angka di layar monitor neraca analitik tidak berubah
9. Ambil bahan yang telah ditimbang kemudian matikan neraca (tekan tombol Off)
Petunjuk Pratikum Kimia Dasar ix
S1 Farmasi Universitas Alma Ata
c. Pengontrolan Neraca
Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang
atau dengandua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca
elektronik harus menunggu30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan
timbangan yang sangat sensitif hanya dapatbekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.
Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin)sebelum menimbang angka ³nol´ harus dicek
dan jika perlu lakukan koreksi. Penyimpangan berat dicatatpada lembar/kartu kontrol,
dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali timbangan harusdicek. Jika
timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka timbangan harus diperbaiki.
d. Proses Pengukuran
Proses penimbangan menggunakan neraca digital perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
1. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Pastikan timbangan menunjukkan angka ´nol´( jika tidak perlu di koreksi).
3. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
4. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena hanya
dapat bekerjapada batas temperatur yang ditetapkan.
e. Jenis Penimbangan
Penimbangan. Gunakan sendok untuk mengambil zat yang
akan ditimbang. Pilih timbangan yang tepat sesuai
kapasitasnya. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas
maksimal timbangan yang digunakan. Catat hasil timbangan.
Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut:
* “Timbang dengan saksama…” artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih dari
0,1% dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500
mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu,
penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitik kepekaan minimal 0,5 mg.
Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0
dibelakang koma pada akhir bilangan bersangkutan. Misalnya, dengan pernyataan
Petunjuk Pratikum
timbang 200,0 Kimia Dasar
mg dimaksudkan bahwa penimbangan harus dilakukan dengan saksama x
S1 Farmasi Universitas Alma Ata
* “Timbang lebih kurang…” artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh
kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus
ditimbang.
2. Pengukuran. Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur, kecuali jika dinyatakan
perintah ”ukur dengan saksama...”, dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan dengan
memakai pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga kesalahannya tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan
memenuhi standar. Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0
di belakang angka koma terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan pernyataan
pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus dilakukan dengan
saksama.
3. Penggunaan buret
- Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah
atau bocor), berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan
penetesan mudah dilakukan.
4. Pemilihan buret. Lakukan titrasi orientasi terlebih dahulu menggunakan buret kapasitas 50,0 ml.
Untuk selanjutnya, pada titrasi replikasi pemilihan buret harus berdasarkan ketentuan: Volume
terukur yang teliti adalah sebanyak 30 – 70% dari kapasitas buret. Jadi, jika dari hasil orientasi
didapat volume titrasi 10,0 ml, maka titrasi selanjutnya gantilah dengan buret kapasitas 25,0 ml
5. Cara titrasi. Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),
sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran (dimasukkan ke
dalam buret). Posisi tangan pada saat titrasi ditunjukkan seperti gambar dibawah.
Tangan kiri
memegang & Tangan kanan
mengatur kran buret memegang dan
mengocok/memutarge
las Erlenmeyer
Tambahkan
titran sedikit
sedikit
6. Pembacaan volume titrasi. Mata harus sejajar miniskus, gunakan miniskus bawah untuk
menentukan volume titrasi. Jangan lupa perhatikan skala buret, karena masing-masing kapasitas
buret memiliki skala yang berbeda.
Pembacaan volume
larutan : 34,73 mL
PERCOBAAN I
A. TUJUAN
Mengenalkan beberapa macam alat kimia dan fungsinya.
B. DASAR TEORI
Beberapa alat sederhana yang akan digunakan antara lain :
No Nama Alat dan Fungsinya Gambar
2 Penjepit
Terbuat dari kayu atau kawat,digunakan untuk memegang
tabung reaksi pada pemanasan.
3 Gelas pengaduk
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan
zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia.
Digunakan untuk membantu menuangkan/mendekantir
cairan pada proses penyaringan.
4 Corong
Biasanya terbuat dari gelas,digunkan untuk membantu
memasukkan cairan ke dalam suatu tempat sempit
mulutnya,seperti botol,labu takar,buret,dan sebagainya.
5 Pipa bengkok
Terbuat dari gelas,digunakan untuk mengalirkan gas ke
dalam suatu tempat tertutup atau ke dalam larutan.
6 Gelas arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat menimbang
zat yang berbentuk kristal.
7 Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam
bentuk cairan. Alat ini mempunyai skala, dan terdiri dari
bermacam-macam ukuran. Jangan digunakan untuk
mengukur larutan atau pelarut yang panas.
8 Gelas piala
Biasanya dinamakan gelas beker. Alat ini bukan alat
pengukur (walaupun volume kira-kira),digunakan untuk
tempat larutan,memanaskan larutan zat-zat kimia dan
unutk menguapkan solvent?pelarut atau memekatkan.
9 Labu Erlenmeyer
Alat ini bukan sebagai alat pengukur,digunakan untuk
tempat zat yang dititrasi,dapat juga digunakan untuk
memanaskan larutan.
11 Pipet Ukur
Berbeda dengan pipet gondok,pipet ini semua bagiannya
sama, digunakan unutk mengambil larutan dengan volume
tertentu. Mempunyai ukuran berbeda,dan mempuyai skala.
13 Labu takar
Terbuat dari gelas dalam berbagai ukuran
volume,digunakan untuk mengukur teliti sauatu larutan
atau caitan dengan cara mengisi labu takar dengan cairan
sampai tepat tanda batas.
14 Buret
Terbuat dari gelas yang mempunyai skala dan kran.
Digunakan untuk melakukan tatrasi (titran) ditempatkan
dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
kran. Volume tittan yang dipakai dapat dibaca pada skala.
20 Spatula
Fungsinya :
a. Memindahkan bahan berupa padatan.
b. Membantu memindahkan padatan pada proses
penimbangan.
22 Botol Semprot
Botol semprot biasa diisi dengan air suling yang
digunakan untuk membilas.
23 Masker
Menutup mulut dan hidung agar tidak mengisap dan atau
menelan bahan kimia.
24 Sarung tangan
Melindungi tangan agar tidak terjadi iritasi oleh bahan
kimia.
25 Corong Pisah
Digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua
fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.
27 Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun
perubahan suhu.
28 Bunsen
Untuk memanaskan larutan atau membantu
mengkondisikan steril pada proses inokulasi.
30 Inkubator
Untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu
yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu
dan pengatur waktu.
31 Autoklav
Adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan
uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada
umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu
121oC (250oF).
33 Pinset
Untuk mengambil eksplan.
34 Kaki Tiga
Sebagai penyangga pembakar spirtus.
35 Labu Destilasi
Untuk destilasi larutan. Pada bagian atas terdapat karet
penutup dengan sebuah lubang sebagai tempat
termometer.
36 Filler
Untuk menghisap larutan yang akan dari botol larutan.
Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet
pengisat yang telah disambungkan pada pipet ukur.
38 Corong Buchner
Menyaring larutan dengan dengan bantuan pompa vakum.
39 Timbangan Analitik
Untuk mengetahui berat bersih suatu zat.
C. PERCOBAAN
PERCOBAAN II
PEMBUATAN LARUTAN
A. TUJUAN
Dapat membuat larutan dengan berbagai konsentrasi dan pengenceran
B. DASAR TEORI
Larutan adalah suatu campuran yang homogen yang komposisinya dapat
berbeda, misalnya sejumlah garam larutdalam sejumlah air yang diketahui, dapat
berbeda dari satu larutan ke larutan lain.
Dalam larutan ada komponen solute dan solven. Solven disebut juga pelarut,
dimana secara fisik tidak berubah jika larutan terbentuk. Semua komponen lainnya
yang larut dalam pelarut tersebut disebut solute (zat yang terlarut). Larutan garam
dalam air misalnya, air yang cair adalah pelarut atau solven dan garam yang padat
dan larut adalah terlarut atau solute. Jika ingin mengubah menjadi jumlah relative
solute dan solven dalam suatu larutan, maka digunakan istilah konsentrasi. Suatu
larutan yang mengandung sejumlah besar solute dalam suatu solven yang diketahui
jumlahnya disebut larutan solute yang pekat.
Jika kita ingin membandingkan secara kualitatif konsentrasi relative dari
larutan itu, kita menggunakan istilah pekat atau encer. Suatu larutan pekat adalah
solute yang konsentrasinya tinggi dan larutan encer adalah solute yang
konsentrasinya kecil. Suatu hal yang perlu diingat adalah larutan pekat dan larutan
encer adalah istilah yang relative. Larutan yang mengandung 0,01 g NaCL per liter
adalah larutan encer jika dibandingkan dengan larutan lebih pekat yang mengandung
0,1 g NaCL per liter tetapi 0,1 g NaCL adalah larutan encer jika dibandingkan
dengan larutan 10 g NaCL per liter.
Jika air adalah bagian dari suatu larutan, perlu diingat bahwa air adalah
pelarut atau solven, meskiun jumlah air sedikit sekali. H2SO4 pekat misalnya, terdiri
dari 96% . H2SO4 dalam ingatan kita adalah sejumlah besar . H2SO4 dilarutkan
dalam sedikit H2O.
Konsentrasi Molar
Sering dibutuhkan penentuan konsentrasi suatu larutan secara kuantitaif
dalam hal iini dapat dilihat selanjutnya dalam buku ini, bahwa ada beberapa cara
untuk memperoleh konsentrasi larutan secara kuantitatif. Suatu istilah yang sangat
berguna yang berkaitan dengan stoikiometri sutau reaksi dalam larutan disebut
konsentrasi molar atau molaritas, dengan symbol M. Dinyatakan sebagai jumlah mol
suatu solute dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.
Molaritas (M):
Melalui proses ini, mol solute tetap konstan dan hanya volume yang bertambah. Hal
ini merupakan masalah yang dihadapi dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pengenceran.
Jika dikalikan molaritas larutan M dengan volume V, kita dapatkan jumlah mol dari solute.
M.V= mol
Karena jumlah solute tetap sama selama pengenceran, maka hasil perkalian molaritas
dengan volume senyawa semula digunakan (M1.V1) harus sama dengan hasil akhir senyawa
tersebut setelah pengenceran (M2.V2). Hal ini menghasilkan persamaan:
M1.V1= M2.V2
Jika persamaan itu dipakai, maka volume yang digunakan dalam milliliter atau liter.
Jika milliliter yang digunakan hasil M.V adalah milimol dan selama pengenceran milimol
solute tidak ada yang berubah.
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
1. Labu takar
2. Gelas Arloji
3. Pipet tetes
4. Pipet volume
5. Pro pipet
6. Gelas beaker
7. Corong
8. Timbangan analisis
9. Kertas pH universal
BAHAN:
1. Kristal CuSO4.5H2O
2. HCL pekat
3. Aquades
D. CARA KERJA
a. Pengenceran Larutan HCL
1. Buatlah larutan HCL 1 M sebanyak 25 ml. Hitunglah terlebih dahulu
dalam buku kerja, berapa ml HCL pekat yang diperlukan.
2. Dengan menggunakan larutan no.1, buatlah larutan HCL 0,5 M, 0,1
M, dan 0,01 M, masing-masing sebanyak 25 ml. Hitunglah terlebih
dahulu berapa volume larutan stok dari HCL 1 M yang diperlukan
PERCOBAAN III
LARUTAN ELEKTROLIT
A. TUJUAN
1. Menentukan kekuatan ionisasi atau daya hantar listrik larutan
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik
larutan elektrolit
B. DASAR TEORI
Menurut pandangan modern, arus listrik dapat ditafsirkan sebagai arus electron yang
membawa muatan negative melewati penghantar. Perpindahan muatan inidapat terjadi bila
terdapat beda potensial antar satu tempat terhadap tempat yang lain, dan arus listrik akan
mengalirdari tempat yang mempunyai potensial tinggi ke tempat potensial yang rendah.
Pada gambar ini, potensial A lebih tinggi bila dibandingkan potensial B, sehingga bia
dipasang suatu penghantar dengan tahanan R, maka akan mengalir arus listrik yang sama,
melainkan tergantung pada besarnya tahanan penghantar yang dipakai penghantar tersebut.
Dengan perkataan lain, makin besar tahanan R, makin sedikit muatan listrik yang
dihantarkan. Daya hantar listrik adalah kemampuan suatu penghantar untuk memindahkan
muatan listrik. Besarnya daya hantar listrik berbanding terbalik dengan tahanan lstrik (R)
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
L=
PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN ASAM BASA DALAM AIR
A. TUJUAN
Menentukan tetapan kesetimbangan asam (Ka)
B. DASAR TEORI
Senyawa elektrolit (asam, basa, dan garam) dalam air akan terurai menjadi ion
positif dan ion negative, penguraian ini disebut sebagai ionisasi. Asam dan basa yang larut
tetapi terion sebagian disebut asam lemah atau basa lemah. Antara molekul yang tidak terion
dan ionnya membentuk kesetimbangan ion.
Dari larutan asam lemah (menurut Bronsted Lowry) terdapat kesetimbangan:
HA+ H2O => H3O+ + A-
Kc=
Kesetimbangan ini terjadi dalam larutan encer, sehingga konsentrasi pelarut (H2O) sangat
besar dibandingkan zat terlarut. Oleh karena itu, konsentrasi air dapat dianggap konstran
sehingga:
(H+)= Ka x
(Asam) dan (Garam) dapat dianggap sebagai konsentrasi mula-mula masing-masing dengan
mengabaikan jumlah asam yang terionisasi, karena derajat ionisasi sangat rendah maupun
penambahan anioin dari asam.
Larutan buffer dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa kuat
yang akhirnya terbetuk larutan yang berisi asam lemah dan garamnya. Dapat pula
mencampur asam kuat dengan basa lemah yang akhitnya terbentuk larutan yang berisi basa
lemah dan garamnya, sehingga berlaku rumus:
(OH-)= Kb x
Bila mencampur asam lemah dan basa kuat maupun asam kuat dan basa lemah
menghasilkan garam dan air serta tidak ada sisa asam maupun basa, maka garam yang
terbentuk akan terhidrolisis dan berlaku rumus:
Pada titrasi asam lemahmonoprotik oleh basa kuat monoprotik ataupun basa lemah
monoprotik oleh asam kuat monoprotik, maka dapat digambarkan kurva konsentrasi volume
titran (asam/ basa kuat terhadap pH larutan). Pada awal titrasi (belum ditetesi titran), maka
pH merupakan pH asam/ basa lemah. Pada daerah sebelum titik euivalen, maka pH
merupakan pH larutan penyangga dan pada titik ekuivalen maka pH merupakan pH garam
(hidrolisis). Penambahan sedikit titran disekitar titik ekuivalen menimbulkan perubahan pH
yang besar, hal ini dapat digunakan untuk pemilihan indicator.
D. CARA KERJA
1. Isilah buret 50 ml dengan larutan NaOH 0,1 M
2. Masukkan 25 ml asam asetat 0,1 M ke dalam Erlenmeyer
3. Lakukan titrasi dan ukur pH saat titran mencapai volume
0;1;10;20;23;23,5;24;24,5;24,6;24,7;24,8;24,9;25;25,5;26;27;30 ml
4. Buat rangkuman data seperti table dan hitung harga Ka
5. Perhatikan hasilnya, samakah nilai Ka yang Anda peroleh? (Ingat pada suhu
yang sama maka nilai Ka juga sama)
Dst
PERCOBAAN V
STANDARISASI LARUTAN 0,1 N NaOH DAN PENGGUNAANNYA
A. TUJUAN
Dapat melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan penggunaanya dalam penetapan kadar
asam cuka perdagangan.
B. DASAR TEORI
Asidimetri dan alkalimetri adalah suatu metode analisis secara volummetri yang dilakukan
dengan cara titrasi berdasarkan terjadinya reaksi netralisasi. Pada asidimetri digunakan asam
sebagai larutan standar,sedang pada alkalimetri digunakan basa sebagai larutan standar. Telah
diketahui bahwa asam atau basa terdapat beberapa jenis, ialah asam kuat dan asam lemah. Asam
uat bila daya ionisasinya tinggi atau alfa () tinggi umumnya = 1. sedngkan asam lemah daya
ionisasinya kecil atau lebih kecil dari pada satu. Maka bila dititrasi harus diperhatikan titik
akhir titrasi pada pH7,sehingga pemilihan indikator perlu diperhatikan,sebagai contoh titrasi
asam cuka secara alkalimetri yang terjadi seperti berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O (1)
Pada reaksi di atas terbentuk garam natrium asetat yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat. Natrium asetat sebagai garam terionosasi sempurna dan selanjutnya ion asetat akan
terhidrolisis menghasilkan molekul asam asetat dan ion hidroksi, sebagaimana reaksi berikut :
CH3COONa CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH- (2)
Oleh sebab itu larutan garam yang berasal dari asam lemah digunakan basa kuat
seperti misalnya natrium asetat akan bereaksi basa dalam air (pH>7). Sedangkan garam yang
tersusun oleh basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7). Garam
yang tersusun oleh basa kuat dan asam kuat,larutannya akan bersifat netral (pH=7). Jadi
hidrolisis berlangsung pada garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat,dan basa lemah
digunakan asam kuat. Dengan demikian titik ekuivalen pada titrasi asam cuka digunakan larutan
natrium hidroksida akan tercapai pada pH>7. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
indikator sebagai petunjuk telah selesainya titrasi. Warna indikator ditentukan oleh pH larutan
yaitu pada pH rendah berbeda dengan warna pH tinggi. Pemilihan indikator ditentukan oleh
jarak pH perubahan warna indikator yang disesuikan dengan daerah akhir titrasi. Sebagai contoh
pada titrasi asam asetat dengan larutan NaOH digunakan indikator fenoftalein karena jarak pH
indikator fenolftalein antara pH8,3 sampai 10,0 yang sesuai dengan pH akhir titrasi. Dalam
lingkungan asam fenolftalein tidak berwarna, sedang dalam lingkungan basa berwarna merah.
Beberapa indikator untuk titrasi asidi alkali harus diperhatikan titran dan larutan yang dititrasi.
Tabel 1. Indikator Pada Titrasi Asidi Alkalimetri
Perubah
No Indikator Pustaka Perubahan warna
an pH
1 Kuning metanil Ph Eropa II 1,2 2,3 Merah-Kuning
2 Biru timol Ph Eropa I 1,2- 2,8 Merah-Kuning
3 Kuning dimetil Ph Eropa I 2,9-4,0 Merah-Kuning
4 Biru bromtimol Ph Eropa I 2,8- 4,4 Kuning-Biru
5 Jingga metil Ph Eropa I 3,9- 4,4 Merah-Kuning
6 Hijau bromkresol Ph Eropa I 3,6- 5,2 Kuning-Biru
7 Merah metil Ph Eropa I 4,4- 6,0 Merah-Kuning
8 Purpur bromkresol Ph Eropa I 5,2- 6,8 Kuning-Violet
9 Biru bromtimol Ph Eropa I 5,8- 7,4 Kuning-Biru
10 Merah fenol Ph Eropa I 6,8-8,4 Kuning-Merah
11 Merah kresol Ph Eropa I 7,0-8,6 Kuning-Merah
12 Biru timol Ph Eropa I 8,0- 9,6 Hijau zaitun-Biru
13 Fenolftalein Ph Eropa I 8,2- 9,6 Tak berwarna-Merah
14 Timolftalein Ph Eropa I 9,3- 10,0 Tak berwarna-Biru
15 Kuning alizarin Ph Eropa I 9,8- 11,4 Biru-Kuning
Kuning-Coklat
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar asam asetat dalam cuka
perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah
sesuai dengan kadar sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara
mentitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH. Sebaiknya asam cuka
yang didapatkan diencerkan 10 kali, agar dalam titrasi tidak terjadi dapar dan lebih cepat
selesainya.
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
1. Mortir-stamper
2. Erlenmeyer
3. Labu takar
4. Pipet ukur
5. Buret dan perlengkapannya
6. Gelas arloji
7. Gelas beaker
8. Lampu spritus
9. Timbangan analisis
BAHAN:
1. Asam oksalat
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Larutan asam oksalat 0,1 N
4. Indikator PP
5. Asam cuka perdagangan
6. Alkohol
7. Aquades
D. CARA KERJA
a) Standarisasi larutan NaOH
1. Ditimbang 100 mg asam oksalat dimasukkan ke dalam labu erlemeyr 250ml, lalu ditambah
dengan air 50 ml air suling dan dikocok hingga larut.
2. Larutan ditambah dengan 2 tetes indikator fenolftalein, lalu dititrasi dengan larutan NaOH
hingga diperoleh warna merah jambu.
3. Titrasi dilakukan 3 kali
4. Tulis reaksi yang terjadi
5. NormalitasNaOH dihitung dengan rumus
N=
PERTANYAAN:
PERCOBAAN VI
EKSTRAKSI
A. TUJUAN
1. Memperkenalkan salah satu metode pemisahan kimia
2. Pemisahan asam lemak dari sabun
3. Penentuan kadar asam lemak hasil ekstraksi
B. DASAR TEORI
Ekstraksi pelarut mempunyai arti penting dalam laboratorium dan teknik.
Dalam laboratorium, ekstraksi dipakai untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air
dengan menggunakan pelarut-pelarut organic yang tidak bercampur dengan air,
seperti eter dan benzene. Dalam industry, ekstraksi dipakai untuk menghilangkan
zat-zat yang tidak disukai dalam hasil, seperti dalam minyak tanah, minyak goring,
dsb.
Dalam ekstraksi pelarut berlaku hokum distribusi, hokum menyatakan bahwa
jika pada suatusistem yang terdiri dua lapisan cairan yang tidak dapt bercampur
sesamanya, ditambahkan senyawa ketiga ini akan terdistribusi ke dalam cairan
tersebut.
Misal: Merkuro bromide dapat larut dalam air dan dalam benzene. Bila larutan
merkuri bromide digojog dengan benzene yang tak bercampur dengan air maka
merkuri bromide akan terbagi dalam air dan benzene. Setelah tercapai
kesetimbangan, perbandingan konsentrasi merkuri bromide dalam air dan benzene
pada temperature yang tetap dan selalu tetap.
Kenyataan ini merupakan akibat hokum thermodinamika pada saat terjadinya
kesetimbangan. Misal pelarut 1 disebut pelarut A dan pelarut lain disebut B. maka
tenaga beban zat terlarut dalam pelarut A dan B adalah:
GA= GAo + RT lnaA
GB= GB + RT lnaB
GA= tenaga bebas zat terlarut dalam pelarut A
GB= tenaga bebas zat terlarut dalam pelarut B
GAo= tenaga bebas zat terlarut dalam pelarut A pada keadaan standar
aA= koefisien aktivasi pelarut A
aA/aB =K, bila larutan encer atau zat terlarut bersifat ideal, maka a…..C hingga CA:CB=K=
tetapan distribusi
CA= konsentrasi zat terlarut pada pelarut A
CB= konsentrasi zat terlarut pada pelarut B
Harga K tergantung pada jenis zat pelarut dan zat terlarut.
Harga K berubah sedikit dengan naiknya konsentrasi dan selalu berubah dengan
perubahan suhu. Menurut Nerst, hokum distribusi di atas hanya berlaku jika zat terlarut tak
mengalami perubahan pada kedua pelarut. Zat terlarut yang terbagi dalam kedua pelarut tak
mengalami assosiasi, dissosiasi atau reaksi dengan zat pelarut.
Nilai K terletak diantara O dan jika K= maka ekstraksi adalah sempurna dan jika K= O
tak terjadi reaksi. Untuk mengerjakan ekstraksi pelarut, dipilih pelarut yang mempunyai
tetapan distribusi yang besr untuk senyawa terlarut tertentu. Penambahan elektrolit ke dalam
suatu system larutan berair dapar menaikkan harga K, misal penambahan NaCL maka
kelarutan zat terlarut dalam air akan berkurang dan harga K akan lebih besar.
Peristiwa penambahan elektrolit ini disebut salted out. Ekstraksi pelarut lebih baik
dilakukan berulamg-ulang dengan jumlah pelarut yang sedikit daripada sekaligus dengan
pelarut yang banyak.
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
W = berat zat terlarut mula-mula
W1 = berat zat terlarut yang tinggal sekali ekstraksi
W-W1 = berat zat terlarut yang terekstraksi
PERCOBAAN VII
ANALISA FOTOMETRI
A. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi senyawa dengan membandingkan intensitas warna
larutan
2. Membuat grafik standard
3. Menentukan konsentrasi larutan berwarna dengan spektrofotometer
B. DASAR TEORI
Apabila sinar balik polikromatis meupun monokromatis mengenai suatu media
maka intensitasnya akan berkurang. Berkurangnya intensitas sinar terjadi karena
adanya serapan oleh media tersebut dan sebagian kecil dipantulkan atau
dihamburkan.
a. Sinar datang
b. Sinar setelah melalui media
c. Sinar dihamburkan
d. Sinar dipantulkan
Misal: Intensitas sinar mula-mula 10 sinar yang terserap la sinar yang
diteruskan ltd an sinar yang dipantulkan Ir akan diperoleh:
10= la + lt+ lr…………..(1)
HUKUM LABERT BEER
Lambert (1760) menyelidiki hubungan antara intensitas mula-mula dan
setelah melalui media. Kemudian ia menentukan hubungan antara tebal
media dan serapan sinar. Yang kemudian dikenal sebagai hokum BOUGNER
LAMBERT yang menyatakan “apabila sinar monokromatis melalui media
yang transparan, maka berkurangnya intensitas melalui media yang
transparan, maka berkurangnya intensitas adalah sebanding dengan
bertambahnya tebal yang dilewati”
Bila dituliskan dalam persamaan:
-dl= k L dt…………..(2)
I= Intensitas mula-mula pada panjang gelombang tertentu
t= Tebal media yang ditembus sinar
k= Koefisien perbandingan (koefisien serapan)
Bila t=0, intensitas sinar t dan persamaan (2) diintegralkan pada kedua batas
tersebut hingga diperoleh:
K’ : koefisien ekstingsi
Beer (1852) menyelidiki hubungan antara intensitas serapan dan konsentrasi
media yang berupa larutan, pada tebal mediayang tetap. Ternyata diperoleh
hubungan yang serupa dengan yang diperoleh Lambert
C: konsentrasi larutan
Panduan hokum Bougner dan Beer dikenal dengan hokum Bougner-Lambert
Beer yang ditulis dengan persamaan:
I1= 10. 10-Etc…………………………(6)
Dimana rumus tersebut dapat digunakan dalam penetapan secara kolometri.
Apabila dua larutan yang warnanya sama akan diperoleh:
I. ANALISA KOLOMETRI
Kolometri adalah salah satu metode analisa kimia yang didasarkan
pada perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan standar.
Metode analisa ini merupakan bagian dari analisis kimia fotometri. Disamping
analisis kolorimetri dikenal pula beberapa metode analisa fotometri yang lain,
seperti analisis turbidimetri, nefelometri, dan fluorometri.
Perbedaan analisa kolometri dengan analisia fotometri yang lain
terutama terletak pada macam larutan yang dianalisis bukan merupakan larutan
koloid. Maka metode analisis ini disebut kolorimetri. Sedangkan bila larutan
yang dianalisis adalah larutan koloid, maka metode analisia yang dapat
digunakan berupa metode analisis turbidimetri atau nefelometri. Metode analisa
formetri untuk larutan koloid dinamakan analisa turbidimetri, bila intensitas
sinar yang diukur adalah sinar terusan. Sedangkan dalam metode neflometri,
intensitas sinar yang diukur adalah sinar yang terhambur oleh larutan koloid.
Apabila sumber sinar yang digunakan adalah sinar UV maka larutan
dapat mengalami fluoresensi, sehingga metode analisa fotometri ini dinamakan
metode fluorimetrii. Untuk analisa kolorimetri sebagai sumber sinar biasanya
dipakai sinar putih dibuat dengan peralatan sederhana , alat ini disebut
kolorimetri. Kolorimeter yang dilengkapi dengan sel fotometer, sebagai
pengganti mata untuk mengukur intensitas warna disebut kolorimeter foto
listrik.
Log = ƹ b c
ANALISA SPEKTROFOTOMETRI
1. Ukur serapan (absorbansi) larutan yang anda buat dengan prosedur sama
dengan analisa kolorimetri dengan menggunakan spektrofotometri pada
lambda max: 820 nm
2. Buat kurva baku dari hasil yang Anda peroleh
3. Tentukan kadar cuplikan
4. Bandingkan hasilnya dengan analisa kolorimetri
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, S., Mudjiran, Diktat Kuliah Kimia Analitik Kuantitatif, Fakultas MIPA, UGM,
Yogyakarta
Fessenden, R.J., J.S. Fessenden, Pudjaatmaka, A.H, 1983, Kimia Organik, Edisi 3 , Penerbit
Erlangga, Jakarta
Khopkar, S.M.A., A. Saptorahardjo, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI, Press, Jakarta
Sastrohamidjojo, H., Spektroskopi, Cetakan pertama, Liberty, Yogyakarta
Staf Laboratorium Kimia Dasar, Buku petunjuk Pratikum Kimia Dasar I dan II, FMIPA
UGM, Yogyakarta
Vogel, A.I., 1967, A textbook of Pratical Organic Chemistry, Edisi 3, Longman Green and
Co., London