TIM PENYUSUN
UMARUDIN, M.Si
apt.GALUH GONDO K, S.Farm, M.Farm
apt.ANDHIKA DWI A, S. Farm
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
⎕ Pakaialah pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan di Laboratorium. Gunakan selalu
jas lab lengan panjang. Gunakan sepatu tertutup yang layak untuk keamanan bekerja di
laboratorium.
⎕ Sepatu terbuka, sandal atau sepatu hak tinggi tidak boleh digunakan di laboratorium.
⎕ Rambut yang panjang harus selalu diikat dan dimasukkan ke dalam jas lab, sementara
itu mahasiswa yang memakai jilbab harus memasukkan jilbabnya ke dalam jas lab juga,
hal ini untuk menghindari kontak dengan zat-zat berbahaya, mesin yang bergerak dan
nyala api.
⎕ Selalu cuci tangan dan lengan anda sebelum meninggalkan laboratorium
Melakukan Percobaan
⎕ Jangan pernah melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau percobaan tanpa adanya
pengawasan asisten/dosen laboratorium.
⎕ Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja sebelum bekerja di laboratorium, anda
harus mengacu pada Material Safety Data Sheet (MSDS) setiap kali bekerja dengan zat-
zat kimia tertentu.
⎕ Cek semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat kerusakan, segera laporkan
pada petugas laboratorium untuk segera diganti/diperbaiki.
⎕ Diskusikan selalu setiap perkembangan dalam percobaan kepada asisten atau dosen
pemimpin praktikum.
⎕ Anda harus mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan dalam setiap
percobaan. Baca dan pahami MSDS (Material Safety Data Sheet) tiap-tiap zat.
⎕ Beri label pada botol reagen dan sampel yang anda gunakan.
⎕ Simpan zat-zat kimia di lokasi yang sesuai.
⎕ Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakaike botol-botol atau jurigen yang
khusus untuk zat-zat sisa, yang tersedia di laboratorium.
⎕ Jangan pernah memipet sesuatu dengan mulut, gunakan bola hisap pushball !
⎕ Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia maupun air dengan lap kering. Laporkan
setiap kejadian bila anda ragu cara menanggulanginya !
Bahan Kimia
o Praktikum harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan lebih dari 16
menit menyebabkan praktikan tidak dapat mengikuti percobaan, kecuali dengan ijin resmi
dari asisten.
o Sebelum dimulai praktikum, diadakan protes atau ujian pra praktikum yang akan menjadi
poin penilaian praktikum. Pretes berkaitan dengan judul praktikum yang akan dilakukan.
o Praktikan dilarang duduk pada saat praktikum berlangsung. Praktikan diperbolehkan
duduk pada saat pretes, dan pada saat selesai praktikum untuk mengerjakan jurnal.
o Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum harus menunjukkan surat izin atau
keterangan yang sah, misalnya surat keterangan dokter bagi mereka yang sakit.
o Pastikan ketika selesai melaksanakan praktikum, meja dan kursi dalam keadaan semula,
bersih dan rapi.
PERLENGKAPAN PRAKTIKUM
Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali melakukan
praktikum. Jangan sampai lupa !
o Buku petunjuk praktikum.
o Buku laporan praktikum (buku folio)/modul praktikum.
o Telah memakai jas lab yang sudah dikancingkan.
o Telah membuat jurnal praktikum yang dikumpulkan di meja asisten.
o Berpakaian rapi dan sopan (dilarang memakai kaos), bersepatu (tidak boleh pakai sandal).
o Membawa kotak praktek yang berisi : Pengaduk gelas, sikat alat gelas, korek api, tabung
reaksi, penjepit tabung reaksi, lap kain, tissue, sabun cuci alat-alat gelas, kaca objek, dan
lain-lain
o Membawa peralatan P3K seperti antiseptik, kasa, maupun plester.
o Setiap satu kelas praktikum wajib mengumpulkan sabun cuci piring kental sebanyak 1
botol kecil untuk membersihkan peralatan yang digunakan pada waktu praktikum. Sabun
tersebut diberi label nama kelas dan disimpan di laboratorium, sehingga tiap praktikan
tidak perlu membawa sabun.
Catatan :
Praktikan sebelum masuk praktek harus mengumpulkan jurnal yang merupakan laporan
sementara. Praktikan yang boleh masuk praktek adalah praktikan yang jurnalnya telah acc
oleh asisten.
Buku laporan disampul seragam satu kelas dengan warna sampul yang berbeda, bisa
koordinasi dengan asisten laboratorium.
JURNAL PRAKTIKUM
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus membuat jurnal. Jurnal diisi dengan
catatan persiapan percobaan yang akan dilakukan hari itu (dikerjakan sebelum datang ke
laboratorium). Jurnal harus berisi :
o Nomor percobaan dan judul percobaan
o Tujuan percobaan
o Teori/prinsip percobaan, cukup dimuat dengan singkat tapi meliputi garis besar percobaan
tersebut, dan lain-lain.
o Skema prosedur percobaan diagram alir. Maksudnya untuk mempermudah urutan kerja
yang akan dilakukan, dan gambarkan percobaan keseluruhannya. Merupakan singkatan
prosedur kerja yang berbentuk kalimat pendek berupa poun-poin pengerjaan.
o Kesimpulan
o Tugas (Jika ada tugas dari asisten laboratorium)
LAPORAN PRAKTIKUM
Laporan praktikum merupakan tindak lanjut dari jurnal dan hasil praktikum, laporan
ini dikumpulkan maksimal 3 hari setelah praktikum selesai. Berikut ini adalah hal-hal mengenai
laporan praktikum :
o Isi laporan, pada hakikatnya adalah sesuai dengan jurnal praktikum, yaitu meliputi semua
catatan praktikum termasuk yang telah diperbaiki asisten dan diitambah dengan :
- Sedikit lebih banyak pembahasan teorinya (lebih lengkap)
- Pembahasan yang mendetail
- Kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan dan hipotesa praktikum
o Titik berat penilaian laporan adalah pada bagian pembahasan Anda. Pembahasan anda
berupa bahasan sendiri mengenai hasil percobaan sendiri, misalnya mengenai hasil data
percobaan yang dilakukan dibandingkan dengan hasil data pada literatur. Bila mengalami
kegagalan, dibahas faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan tersebut.
o Laporan praktikum dikumpulkan maksimal 3 hari setelah praktikum. Laporan praktikum
akan dinilai oleh asisten dalam waktu 1x24 jam. Apabila laporan praktikum tidak diambil
segera, maka asisten berhak meletakkan laporan tersebut di kolong bawah meja.
PENILAIAN PRAKTIKUM
6 Review
7 UTS
8 UTS
12 Anatomi Batang
15 UAS
16 UAS
PRAKTIKUM I
MORFOLOGI TUMBUHAN
Pengantar
Morfologi tumbuhan yaitu ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik mengenai
akar, batang daun, buah, maupun bijinya. Berdasarkan cirri – cirri umum, tumbuhan dapat
dikelompokkan ke dalam division, sub divisio, kelas, ordo serta familinya. Praktikum kali ini,
akan dibahas morfologi dari tumbuhan yang termasuk kelas Dicotyledoneae dan
Monocotyledoneae.
STRUKTUR AKAR
Akar adalah bagian vegetatif untuk melekat di substrat, memiliki pertumbuhan geotropi
positif, dan berfungsi untuk mengabsorpsi air dan unsur hara dari tanah. Akar dikelompokkan
menjadi sistem akar tunggang dan sistem akar liar atau serabut (radix adventitious). Sistem akar
tunggang terjadi karena akar lembaga tumbuh menjadi bagian di bawah daun lembaga
(hypocotyle), kemudian di ujungnya tumbuh akar primer (radix primaria), dan akar primer
tumbuh dan bercabang membentuk percabangan akar. Akar primer berkembang menjadi batang
akar (corpus radici) yang selanjutnya bercabang-cabang. Bagian akar tunggang antara lain
leher akar (bagian peralihan antara akar dan batang), batang akar, akar lateral, dan serabut akar.
Macam akar ini dimiliki oleh golongan tumbuhan Gymnospremaemisalnya Nort-folk
(Auracaria cuninghamii) dan Dicotyledoneae misalnya jati (Tectona grandis). Sistem akar liar
atau serabut terjadi karena akar primer mereduksi, dan akar tumbuh pada bagian buku-buku
batang pangkal, sehingga jumlah akar serabut ini banyak. Macam akar ini dimiliki oleh
tumbuhan paku dan Monocotyledoneae misalnya jagung (Zea mays).
STRUKTUR BATANG
Batang tanaman merupakan organ vegetatif yang berfungsi untuk perluasan bidang
fotosintesis melalui percabangannya. Pertumbuhannya bersifat fototropi positif. Pada
umumnya tidak hijau, dan merupakan alat transportasi air, unsur hara, dan hasil fotosintesis.
Batang berasal dari ruas di atas daun lembaga (epicotyle), dengan sifat memilki struktur
berbuku (node) dan beruas merupakan bagian di antara dua buku (internode). Pada ujung batang
terdapat tunas atau kuncup ujung (terminal bud; gemma terminalis) dan di buku batang terdapat
tunas atau kuncup samping (lateral bud; gemma teralis). Tunas samping jumlahnya banyak,
dengan umur yang bervariasi. Pada buku batang organ lain tumbuhan tumbuh antara lain tunas
cabang, daun, daun penumpu, dan bunga.
Batang pokok yang berasal dari ruas epycotlye tadi dalam perkembangannya dapat
membentuk batang tunggal tanpa cabang (monocaulis) misalnya batang pohon kelapa (Cacos
nucifera) berbatang pokok tunggal dengan cabang nyata (monopodial) misalnya pada batang
pohon damar (Agathis alba), batang pokok tidak jelas karena kuncup ujung mati dengan cabang
dominan (sympodial) misalnya batang pohon mangga (Mangivera indica), dan mendua yaitu
batang dengan kuncup ujung mereduksi dan tumbuh dua cabang setiap buku batang, misalnya
pada paku resam (Gleichenia spp).
daun pelindung (bractea), daun kelopak (sepal) yang secara kolektif membentuk kelopak bunga
(calyx), daun mahkota (petal) yang secara kolektif membentuk mahkota bunga (corolla), daun
pendukung spora jantan (kecil) (microsporophyll) membentuk putik (pistil) sebagai alat
kelamin betina (gynoecium).
Perhiasan bunga terdiri dari kelopak dan mahkota bunga, pada tumbuhan tertentu tidak
dapat dibedakan antara bagian kelopak dan mahkota bunga, sehingga perhiasan bunga yang
demikian disebut tenda bunga (perigonium) unitnya disebut daun tenda bunga (tepal). Bunga
yang memiliki kelopak, mahkota, benangsari dan putik disebut bunga lengkap
(completeflower), sehingga kadang dapat dijumpai bunga yang tidak lengkap misalnya bunga
asar (Mirabillis jalappa) yang hanya memiliki kelopak bunga. Sedangkan bunga yang memiliki
benang sari dan putik disebut bunga sempurna (perfect flower) sehingga bunga yang tidak
sempurna dapat berupa bunga jantan (staminateflower) atau bunga betina (pistilate), missal
bunga jantan dan betina pada jagung.
Bahan :
1. Hibiscus rosa - sinensis
2. Zea Mays
Alat:
1. Pinset anatomi runcing
2. Kaca pembesar
Kegiatan :
1. Untuk mengamati batang, perhatikan bentuk dan teksturnya.
2. Potong sebagian batang dengan beberapa tangkai daun dan amati baik – baik daun
serta tangkainya. Perhatikan daunnya secara lebih teliti, bagaimana tangkainya,
macamnya, letaknya, bentuknya urat daunnya, tepinya serta teksturnya.
3. Amati bunga, bagaimana macamnya, jumlah sepal dan petalnya, serta benang sari dan
putiknya.
4. Perhatikan dan bandingkan kedua tanaman di atas, kemudian ambil kesimpulan umum
ciri – ciri morfologinya.
PRAKTIKUM II
MORFOLOGI AKAR DAN RIMPANG
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu mengenali tipe-tipe akar dan bentuk-bentuknya
2. Mahasiswa mampu mengenali modifikasi akar pada beberapa tumbuhan
3. Mahasiswa mengenali contoh-contoh rimpang
AKAR
Akar adalah bagian pokok yang ketiga di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang
bagian-bagian tubuhnya telah dapat dibedakan. Akar pada umumnya mempunyai sifat-sifat,
yaitu:
a. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah dengan arah tumbuh ke
pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotop), meninggalkan udara dan cahaya
b. Warnanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan
c. Tumbuh terus pada ujungnya tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah jika
dibandingkan dengan batang
d. Berbentuk meruncing, sehingga lebih mudah untuk menembus tanah
Bagi tumbuhan, akar mempunyai fungsi untuk:
1. Memperkuat berdirinya tanaman
2. Menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut dalam air dari dalam tanah
3. Tempat penimbunan makanan
Pada umumnya, terdapat 7 bagian-bagian Akar yaitu:
1. Leher/Pangkal akar (collum) :
menghubungkan akar dg pangkal batang
2. Ujung akar (apex radicis)
3. Batang akar (corpus radicis)
4. Akar cabang (radix lateralis)
5. Akar rambut (fibrilla radicalis)
6. Bulu akar (pilus radicalis):
tonjolan epidermis akar, menghisap air & garam-garam
7. Tudung akar (calyptra):
melindungi ujung akar saat menembus tanah
Ada dua macam sistem perakaran pada tumbuhan, yaitu sistem akar tunggang (radix
primaria) dan sistem serabut (radix adventiaca).
A. Akar Tunggang
Berdasarkan percabangan dan bentuknya, akar tunggang dapat dibedakan atas:
1) Akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang
Akar tunggang yang tidak bercabang berhubungan dengan fungsinya sebagai tempat
penimbunan zat cadangan makanan sehingga memiliki bentuk yang istimewa, seperti:
a. Berbentuk sebagai tombak (fusiformis)
b. Berbentuk gasing (napiformis)
c. Berbentuk benang (filiformis)
2) Akar tunggang yang bercabang
Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang
banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih
besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, sehingga dapat diserap
air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
B. Akar Serabut
Sistem perakaran serabut pada tanaman, dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Akar yang menyusun akar serabut kecil-kecil berbentuk benang
b. Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang
c. Akar serabut besar-besar, hampir sebesar lengan
Selain itu, pada berbagai jenis tanaman, sering kita jumpai sifat dan fungsi akar-akar
yang khusus seperti:
1. Akar udara atau akar gantung (radix aereus)
2. Akar penggerek atau akar penghisap (haustorium)
3. Akar pelekat (radix aldigans)
4. Akar pembelit (cirhus radicalis)
5. Akar nafas (pneumotophora)
6. Akar tunjang
7. Akar lutut
8. Akar banir
RIMPANG
Rimpang merupakan modifikasi batang yang ada dibawah tanah sementara akar
merupakan bagian dari sistem akar yang menempatkan rimpang dibawah tudung. Rimpang atau
dikenal dengan rizoma adalah batang horisontal yang besar dan kuat dari tanaman, biasanya ditemukan
di bawah tanah, dan akar memiliki cabang dan tunas dari buku/node nya. Asal-usulnya berasal dari kata
Yunani ” rhizome,” yang berarti “massa akar.” Rimpang yang ada di bawah tanah adalah modifikasi
dari batang. Berkembangnya sejajar dengan permukaan bumi memiliki node dan ruas sebagai batang,
daun kecil, dan tunas. Rimpang bekerja sebagai penyimpanan makanan dan membantu dalam
perbanyakan vegetatif yang merupakan metode untuk berkembang biak dengan memotongan rimpang
menjadi tanaman baru. Salah satu contoh adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val)., suku
Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,02% v/b dan kurkuminoid tidak
kurang 9 dari 6,60% dihitung kurkumin. Simplisia dari rimpang kunyit memiliki kepingan
ringan, rapuhm warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga
kecokelatan; bau khas, rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal;
bentuk hamper bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5-3 cm,
panjang 2-6 cm, tebal 1-5 mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat
pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas.
Bekas patahan agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai cokelat kemerahan (MenKes,
2009).
Untuk praktikum ini, diperlukan bahan dan alat dibawah ini:
Alat :
1. Baki/nampan
2. Telenan
3. Alat tulis
4. Lup
Bahan Akar :
1. Rumput Teki (Cyperus rotundus)
2. Lombok (Capsicum sp)
3. Sirih (Piper bettle L.)
4. Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris)
5. Wortel (Daucus carota)
Rimpang
1. Boesenberagiae Rhizoma (Temu Kunci)
2. Curcumae Rhizoma (Temu lawak)
3. Curcumae domesticae Rhizoma (Kunir)
4. Curcumae aeruginosae Rhizoma (Temu hitam)
5. Curcumae heyneanae Rhizoma (Temu giring)
6. Imperatae Rhizoma (Akar Alang-alang)
7. Kaempferiae Rhizoma (Kencur)
PRAKTIKUM III
MORFOLOGI DAUN DAN BATANG
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu mengenali tipe-tipe batang dan bentuk-bentuknya
2. Mahasiswa mampu mengenali struktur morfologi tumbuhan
3. Mahasiswa mengenali tata letak daun
Morfologi Daun
Daun merupakan satu satu organ bagian dari tubuh tumbuhan. Daun sendiri bagian
tumbuhan yang sangat penting, karena daun adalah tempat pengambilan zat-zat makanan
terutama yang berupa zat gas (CO2), selain itu sebagai pengelolah zat-zat makanan, penguapan
air dan pernafasan bagi tumbuhan itu sendiri. Di lihat dari segi fungsi, daun sangat penting bagi
tumbuhan, karena jika tidak ada daun maka tumbuhan tersebut akan mati atau tidak akan
tumbuh karena pada daun inilah terjadi proses fotosintesis dan lain sebagainya. Daun
merupakan organ yang amat beragam, baik dari segi morfologi maupun anatomi. Struktur
jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun utama biasanya mirip dengan dalam batang.
Ciri paling penting pada daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya segera terhenti (Rosanti,
2011).
Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom. Namun, dikenal juga istilah daun
hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping biji), profil dan lain-lain. Daun hijau berfungsi khusus
untuk fotosintesis dan biasanya berbentuk pipih mendatar sehingga mudah memperoleh sinar
matahari dan gas CO2. Katafil dalah sisik pada tunas atau pada batang di bawah tanah dan
berfungsi sebagai pelindung atau tempat menyimpan cadangan makanan. Daun pertama pada
cabang lateral disebut prophyll, pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada
dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi sebagai
pelindung. Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan mahkota
bunga. Kotiledon merupakan daun pertama pada tumbuhan (Rosanti, 2011).
Bila ditinjau dari jumlah helaian daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan
daun majemuk. Bila setiap satu tangkai daun didukung oleh satu helaian daun, maka daun
tersebut dinamakan daun tunggal. Bila dalam satu daun didukung oleh lebih dari satu helaian
daun, maka daun tersebut dinamakan sebagai daun majemuk (Rosanti, 2011). Tumbuhan yang
tumbuh di dua macam habitat (lingkungan) yang berbeda sering menunjukkan struktur yang
berbeda pula. Para ahli menganggap bahwa dalam evolusinya, struktur yang berbeda
merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Namun, tumbuhan dengan struktur berbeda-beda,
namun tampak menghuni habitat yang sama mungkin memiliki cara berbeda dalam
menanggulangi kondisi yang mungkin tak menguntungkan dari lingkungannya itu. Dalam
habitat yang kekurangan air, ada tumbuhan yang membentuk sifat khusus untuk melindunginya
terhadap hilangnya air, yang lain membentuk alat di bawah tanah untuk memperoleh air, atau
memiliki akar yang mampu tumbuh amat dalam ke tanah untuk menyimpan air dan yang lain
lagi mengatur daur hidupnya sehingga hanya tumbuh pada kurun masa selama air tersedia.
Akibat cara yang berbeda-beda dalam menanggulangi kekurangan air itu tumbuhan dapat
mencapai taraf adaptasi yang sama dengan kombinasi sifat yang berbeda-beda (Rosanti, 2011).
Dengan adanya praktikum ini tentu banyak yang kita ketahui mengenai daun (folium),
diantaranya adalah mengetahui pengertian daun, fungsi-fungsi daun untuk tumbuhan dalam
proses fotosintesis, macam-macam daun, bagian-bagian daun baik dari tangkai (petiolus),
helaian (lamina) dan pelepah (vagina). Pada jenis-jenis daun yang diamati juga dapat diketahui
mana daun lengkap dan mana daun yang tidak lengkap, pertulangan dari jenis-jenis daun
tersebut dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, praktikum ini dilaksanakan agar semua praktikan
dapat mengetahui tentang daun (folium) yang menjadi bahan praktikum.
Bagian-bagian Daun (Folium).
Daun lengkap mempunyai bagian-bagian berikut (Tjitrosoepomo, 1985) :
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina).
Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong dalam
tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledonae) saja, suku rumput (Gramineae), suku
empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma (Palmae), dan
lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang juga
mempunyai fungsi lain, yaitu (Tjitrosoepomo, 1985) :
• Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L).
• Member kekuatan pada batang tamanam.
2. Tangkai daun (petiolus).
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannnya dan bertugas untuk
menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya
matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda
menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.
3. Helaian daun (lamina).
Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang
helainnya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah
untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk dan
warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana dalam hal yang meragukan,
sering orang membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis
tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo, 1985).
Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian adalah (Tjitrosoepomo, 1985):
A. Bangunnya (sesungguhnya bangun helaiannya (circumscriptio)), Ujungnya (apex),
o Bulat. Contoh : teratai besar
o Perisai. Contoh : jarak
o Jorong. Contoh : nangka.
o Memanjang. Contoh sirsak.
o Lanset. Contoh : kamboja.
C. Tepinya (margo),
❖ Tepi daun bagian bawah yang terpisah oleh pangkal ibu tulang.
❖ Tepi daun bagian bawah yang bertemu dan berdekatan.
❖ Tepi daun berlekuk, bercangap dan berbagi, dibedakan atas :
Daging daunnya (intervenium) dan sifat-sifat lain lagi, misalnya : keadaan permukaan
atas maupun bawahnya (gundul, berambut, atau lainnya), warna dan lain-lain (Tjitrosoepomo,
1985.)
Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam tumbuhan misalnya, pohon pisang
(Musa paradisiacal L), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa sp), dan lain-lain.
Tumbuhan yang mempunyai daun yang lengkap tidak begitu banyak jumlah jenisnya.
Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian
di atas. Daun yang demikian dinamakan daun tidak lengkap. Mengenal susunan daun yang tidak
lengkap ada beberapa kemungkinan (Tjitrosoepomo, 1985) :
➢ Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai.
Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar
tumbuhan mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus
integra Merr), mangga (Mangifera indica L), dan lain-lain.
➢ Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang demikian ini disebut daun berupih atau
daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada tumbuhan yang tergolong suku tumput,
misalnya : pada (Oryza sativa L), jagung (Zea mays L) dan lain-lain.
➢ Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung
melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun
duduk (sessilis) seperti dapat kita lihat pada buduri (Calptropis gigantean R.Br). daun
yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian
lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk
batang. Oleg sebab itu juga dinamakan daun memeluk batang, (amplexicaulis) seperti
terdapat pada tempuyung (Sorichus oleraceus L). bagian samping pangkal daun yang
memeluk batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga daun.
➢ Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalau
menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun. Jadi merupakan suatu helaian daun
semu atau palsu, dinamakan : filodia, seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Aracia
yang berasal dari Australia, misalnya : Acacia auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo,
1985.)
Selain bagian-bagian tersebut dan kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian
tadi, daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap,
antara lain berupa (Tjitrosoepomo, 1985) :
Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai lembaran serupa daun yang
kecil, yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun dan umumnya berguna untuk
melindungi kuncup yang masih muda. Ada kalanya daun penumpu itu besar dan lebar seperti
daun biada dan berguna pula sebagai alat untuk beramilasi seperti terdapat pada kacang kapri
(Pisum sativum L). daun penumpu ada yang mudah sekali gugur seperti misalnya pada pohon
nangka (Artocarpusintegra Merr), tetapi ada pulayang tinggal lama dan baru gugur bersama-
sama daunnya misalnya pada mawar (Rose sp). Menurut letaknya daun penumpu dapat
dibedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1985):
❖ Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun
penumpu bebas (stipulae liberae) terdapat misalnya pada kacang tanah
(Arachis hypogaea L).
❖ Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun (stipulaeadnatae)
pada mawar (Rosa sp).
❖ Daun penumpu yang berlekatan menajdi satu dan mengambil tempat di dalam ketiak
daun (stipula axillaris atau stipula intrapetiolaris).
❖ Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat berhadapan
dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar hingga melingkari batang
(stipula petiole opposite atau stipula antidroma).
❖ Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun
seperti seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang mempunyai
dua daun yang duduk berhadapan, misalnya pada pohon mengkudu
(Morinda citrifolia L). Daun penumpu antar tangkai (stipulainterpolaris).
Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis yang menyelubungi
pangkal suatu ruas batang. Jadi, terdapat di atas suatu tangkai daun. Selaput bumbung dianggap
sebagai daun penumpu yang kedua sisinya saling berdekatan dan melingkari batang, terdapat
antara lain pada Plygonum sp.
Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas antara upih
dan helaian daun pada rumput (Graminaeae). Alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya
air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan
dapat dihindarkan (Tjitrosoepomo, 1985).
Bila letak tangkai daun berada di tengah-tengah helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal
daun, maka daun tersebut dikatakan berbentuk perisai (peltatus). Misalnya daun kuping gajah
dan keladi.
2) Bagian terlebar di bawah helaian daun.
Untuk menentukan bangun daun yang berada di bawah daun, perlu juga dilihat pangkal
daunnya, apakah berlekuk atau tidak. Untuk pangkal daun yang tidak berlekuk, bangun daun
dibedakan menjadi bulat telur (ovatus), contohnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), bangun segitiga (triangularis), berbentuk segitiga sama kaki, contohnya bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa), bangun delta (deltoideus), berbentuk segitiga sama sisi, contohnya
air mata pengantin (Antigonom leptopus) dan bangun belah ketupat (rhomboidues), contohnya
adalah bengkuang (Pachyrhizuz erosus).
3) Tidak ada bagian yang terlebar.
Bangun daun seperti ini biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan berdaun sempit,
sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi :
o Berbangun garis (linearis), pada jenis rumput-rumputan
o Berbangun pita (ligutatus).
o Berbangun pedang (ensiformis).
o Berbangun paku (subulatus).
o Berbangun jarum (acerosus).
• Pangkal daun (basis folii).
Pangkal daun adalah bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai
daun. Pangkal yang terdapat di kiri aknan tangkai daun, baik berletakan atau tidak dapat
dibedakan menajdi sedikitnya 6 macam, yaitu (Rosanti, 2011) :
1) Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat.
2) Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
3) Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
4) Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.
5) Romping/rata (truncates), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak.
6) Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal, dan anak panah.
• Ujung daun (apex folii).
Ujung daun merupakan bagian puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai
daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan dikenal
sedikitnya 7 bentuk daun, yaitu (Rosanti, 2011):
• Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap
dan membentuk sudut kurang lebih 90o.
• Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namaun titik pertemuan
tidak menyempit secara bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian
ujung tersebut.
• Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat
dari jarak tepi daun yang jauh dari ibu tulang daun.
• Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali, contoh bunga
teratai (Neulumbo sp).
• Rompang/rata (truncates).ujung daun seperti garis.Terbelah (retusus). Ujung daun
memperlihatkan suatu lekukan.
4) Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita,
sehingga daun bisa digulung dan dibentuk apapun.
5) Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku dank eras tetapi tidak
berair.
6) Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini sangat tebal dan mengandung air, misalnya
pda lidah buaya, cocor bebek, amarilis dan sebagainya.
o Gundul (glaber), bila tidak ditemukan struktur apapun pada permukaaan daun.
o Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.
o Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
o Bersisik (lepides), terdapat struktur sisik mengkilat di permukaan daun.
• Daun Majemuk (Folium compositum).
➢ Daun manjemuk menyirip (pinnatus).
Sesuai dengan konsep ‘menyirip’ daun majemuk menyirip memiliki anak-anaka daun
yang tersusun di kiri kanan ibu tangkai daun (petioluscommonis). Biasanya daun-daun
majemuk menyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil. Pada daun majemuk menyirip
genap, anak-anak daun tersusun dalam jumlah genap di kiri kanan ibu tangkai daun, sehingga
tersusun secara berpasangan. Ciri lain untuk daun majemuk yang memiliki jumlah anak daun
sangat banyak dapat dilihat pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada ujung ibu tangkai daun
terputus, maka dapat dipastikan bahwa daun tersebut merupakan daun majemuk menyirip
genap. Contohnya dapat dilihat pada daun asam (Tamarindus indica), ketepeng ( Casia tora),
lamtoro (Leucaena glauca) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
Pada daun majemuk menyirip ganjil, anak-anak daun tersusun dalam jumlah ganjil di kiri
kanan ibu tangkai daun, sehingga tersusun tidak berpasangan. Ciri lain untuk jumlah anka-anak
daun sangat banyak dan tidak bisa dihitung dapat diliaht pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada
ibu tangkai daun tidak terputus dan ditemukan satu anak daun, maka dapat dipastikan bahwa
daun tersrbut merupakan daun majemuk menyirip ganjil. Contohnya dapat dilihat pada daun
belimbing (Averrhoa belimbi), mawar (Rosa sp), katuk (Saoropus androgynus), angsana
(Pterocarpus indicus), ceremai (Phyllanthus acidus) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
➢ Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus).
Daun majemuk menjari dapat dibedakan berdasarkan jumlah anak-anak daunnya. Jika
anak daun berjumlah dua, maka daun majemuk seperti ini dinamakan daun majemuk menjari
beranak daun dua (bifolioatus), dimana pada ujung ibu tangkai daun terdapat dua anak daun,
misalnya daun nam-nam (Crynomerta cauliflora L) (Rosanti, 2011).
➢ Daun majemuk bangun kaki (pedatus).
Susunan daun majemuk bangun kaki hampir sama dengan susunan daun majemuk
menjari. Perbedaan dapat dilihat pada dua anak daun terakhir, yang biasanya terletak di dekat
ibu tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang
disampingnya. Sehingga seolah-olah memiliki kaki yang menunjang daun disampingnya. Daun
majemuk bangun kaki biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan dari familiaAraceae, seperti
daun rasberi (Rubus sp), arisema (Arisaema filiforme) (Rosanti, 2011).
• Umbi batang dapat dirspesiasialisai serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas
khusus seperti menimbun cadangan makanan untuk fotosintesis. Umbi batang merupakan
salah satu bentuk modifikasi batang yang berguna untuk menyimpan cadangan makanan
• Umbi lapis umbu ini terselubung oleh lapisan luar yang kering dan tipis seperti selaput.
Menutup yang dinamakan tunika, berperan sebagai pelindung terhadap kekeringan dan luka
mekanisme terhadap umbi.
• Kormus terdiri dari batang pendek dan gemuk yang berorientasi vertical dalam tanah dan
diselubungi sisik (daun) kering. Kormus dapat menghasilkan anak kormus yang disebut
kormel yang merupakan yunas yang berkembang biak di tekiak daun pada kormus induk.
Sering kali kormel terdapat diujung sumbu batang yang tergolong geragih.
• Umbi sisik umbi ini memiliki penutup kering. Sisik terpisah dan tidak sama tingginya serta
semua melekat pada papan basal. Pada umumnya umbi sisik ini mudah rusak dan perlu
dirawat agar tetap lembab, sebab luka jika kekeringan (Rosanti, 2013).
➢ Pensil warna.
➢ Mistar
➢ Buku laporan
PRAKTIKUM IV
BUAH DAN BIJI
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu mengenali berbagai macam bentuk buah dan strukturnya
2. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan struktur biji monokotil dan dikotil
Jika tidak dapat dibedakan, dinding buah disebut perikarp. Di dalam buah dapat
ditemukan biji yang melekat pada plasenta. Jaringan yang menghubungkan antara plasenta dan
biji disebut funikulus.
Fungsi Buah, yaitu :
1. Sebagai cadangan makanan
2. Alat perkembangbiakan
3. Dimanfaatkan manusia
4. Sebagai pelindung biji
Untuk praktikum ini, diperlukan bahan dan alat dibawah ini:
Alat :
1. Baki/nampan
2. Telenan
3. Pisau/Cutter
4. Alat tulis
5. Lup
Bahan :
1. Buah Mangga (Mangifera indica)
2. Buah Jeruk (Citrus sp)
3. Buah Tomat (Solanum lycopersicum)
4. Buah Nangka (Arthrocarpus heterophylla)
Cara Kerja :
1. Mengamati dan menentukan buah sejati/buah semu
2. Menggambar hasil pengamatan
1) Kulit biji (spermadermis), ada yang terdiri atas 2 lapis dan 3 lapis
2) Inti biji (Nucleus seminis), terdiri atas embrio dan cadangan makanan
3) Tali pusat (Funiculus), merupakan bagian yang menghubungkan biji dan plasenta
Struktur Anatomi Biji
1. Kotiledon : cadangan makanan embrio
2. Plumula : berdiferensiasi menjadi bakal daun
3. Radikula : bakal calon akar
4. Epikotil : bakal batang yang berada di atas kotiledon
5. Hipokotil : bakal batang yang berada di bawah kotiledon
6. Skutelum : permukaan keras
7. Testa : pelindung biji
Fungsi Biji, yaitu :
1. Sebagai cadangan makanan
2. Alat perkembangbiakan
3. Dimanfaatkan manusia
Berdasarkan jumlah kotiledonnya, tumbuhan berbiji dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu tumbuhan biji dikotil dan tumbuhan biji monokotil. Biji dikotil (berkeping dua)
memiliki dua kotiledon sedangkan biji monokotil (berkeping satu) hanya memikliki satu
kotiledon.
Cara Kerja :
1. Persiapkan biji kacang dan biji jagung
2. Belahlah biji kacang tepat di antara kedua keeping (kotiledon) bijinya
3. Amati dan gambarlahbeserta bagian-bagian dari biji kacang dan biji jagung
4. Dibandingkan antara biji kacang dan biji jagung
5. Buat kesimpulan
PRAKTIKUM V
MIKROSKOP DAN BENTUK SEL
Tujuan :
1. Mempelajari bagian – bagian mikroskop dan fungsinya
2. Mempelajari bentuk umum sel tumbuhan
1.1. MIKROSKOP
Mikroskop merupakan sebuah sistem optic yang digunakan untuk memperbesar
bayangan benda yang ukurannya sangat kecil. Berdasarkan sumber pembentuk bayangan,
mikroskop dapat dibedakan menjadi dua jenis utama:
1. Mikroskop Cahaya
Mikroskop ini menggunakan cahaya untuk membuat bayangan benda. Sumber cahaya
dapat berupa cahaya matahari atau lampu. Perbesaran maksimum yang dapat diamati
sekitar 1000X. Yang termasuk mikroskop cahaya diantaranya : mikroskop cahaya
biasa, mikroskop fase- kontras, mikroskop polarisasi, mikroskop fluoresensi, dan
mikroskop konvokal.
2. Mikroskop Elektron
Mikroskop ini menggunakan berkas electron sebagai pengganti pengganti cahaya
tampak dan sistem elektromagnetik sebagai pengganti lensa konvensional. Setelah itu
berkas electron tersebut diubah menjadi sinar tampak sehingga teramati pada layar
monitor. Perbesaran yang dapat dicapai oleh mikoskop electron dapat mencapai
500.000X. Mengoperasikan mikroskop electron membutuhkan prosedur yang tidak
sederhana sehingga mikroskop tipe ini hanya terdapat pada lembaga riset.
Pada praktikum ini hanya akan digunakan mikroskop cahaya. Berikut ini adalah
bagian – bagian mikroskop cahaya :
A. Statip
Statip atau kerangka terdiri dari alas / kaki mikroskop, tiang penyangga, meja benda,
revolver, makrometer dan mikrometer, serta pengatur letak sediaan. Alas / kaki
mikroskop selain berfungsi untuk menegakkan mikroskop biasanya juga merupakan
tempat sumber cahaya (lampu atau cermin ).
Tiang penyangga / lengan merupakan bagian yang mendukung sistem lensa.. Pada
tiang penyangga terdapat pengatur focus yaitu skrup yang berguna untuk mengatur
jarak antara sediaan yang diamati dengan sistem lensa. Skrup pengatur focus ini terdiri
dari skrup besar (makrometer) untuk pengaturan kasar atau mencari bayangan objek
dengan cepat dan skrup kecil (micrometer) untuk pengaturan halus atau memperjelas
bayangan objek yang telah tertangkap oleh makrometer.
Revolver merupakan tempat lensa – lensa objektif sehingga dapat diputar untuk
mempermudah penggantian lensa objektif yang akan digunakan.
Meja benda / preparat merupakantempat meletakkan sediaan yang diamati. Pada meja
ini terdapat penjepit preparat dan skrup – skrup untuk menggeser letak sediaan
sehingga posisi dapat diatur. Disamping itu pada unit penjepit terdapat skala koordinat
sehingga letak / koordinat pusat pengamatan dapat dicatat sehingga mempermudah
pencarian ulang.
B. Sistem Lensa
1. Lensa Okuler merupakan lensa tempat kita langsung melihat bayangan benda
yang diamati. Pada sebuah mikroskop ada yang hanya memiliki 1 lensa okuler
(mikroskop monokuler) sehingga kita adapat mengamati hanya dengan sebelah
mata, ada juga tipe yang memiliki 2 lensa okuler (mikroskop binokuler) sehingga
kita dapat mengamati dengan kedua belah mata, dan tipe trinokuler dimana
okuler ketiga dapat disambungkan dengan kamera. Lensa okuler biasanya
memiliki perbsaran 10X, tapi seringkali juga digunakan lensa okuler perbesaran
4X, 8X, atau 16X. Lensa okuler dapat dilepas dengan mudah sehingga jangan
membawa mikroskop dengan posisi miring sebab lensa okuler akan jatuh.
2. Lensa Objektif merupakan lensa yang menghadap ke sediaan yang diamati.
Sebuah mikroskop biasanya dilengkapi dengan 4 unit lensa objektif dengan
perbesaran 4X, 10X, 40X, 100X. Keempat
C. Sumber Cahaya
Unit – unit penyusun sumber cahaya pada sebuah mikroskop terdiri dari
1. Lampu listrik 25 – 35 watt atau cermin cekung pemantul sumber cahaya
2. Lensa kondensor untuk pengatur pemusatan cahaya sebelum melewati sediaan
3. Diafragma untuk mengatur besar kecilnya intensitas cahaya
4. Filter – filter cahaya seperti filter densitas, filter warna dan lain – lain
D. Gambar mikroskop
9 3
4
1
0 5
1
6
1
1
2 7
1 8
3
6. Tempatkan preparat yang akan diamati dengan cara memasang pada penjepit yang
tersedia. Atur agar spesimen yang akan diamati berada di tengah-tengah lubang meja
benda (tepat di atas lensa kondensor)
7. Sambil memandang ke dalam lensa okuler turunkan teropong perlahan-lahan sampai
bayangan benda yang diamati mulai tampak dan kemudian menjadi makin jelas (tepat
fokus)
8. Sambil tetap memandang ke dalam lensa okuler atur bukaan diafragma sampai didapat
pencahayaan yang memoptimum
9. Jika perbesaran ingin dinaikkan maka bagian spesimen yang akan dicermati
diletakkan tepat di tengah-tengah medan pandang. Tanpa perlu menaikkan teropong,
putar revolver sampai lensa objektif dengan perbesaran yang lebih tinggi (40 x)
langsung menghadap ke bawah.
Perhatian : walaupun tampaknya seolah-olah lensa objektif 40 x dan 100 x seperti akan
membentur sediaan namun sebenarnya tidak demikian karena telah diatur agar hal ini
tidak terjadi (masih ada jarak beberapa mikron – asalkan gelas benda yang digunakan
memenuhi standar). Setelah penggantian lensa objektif ini maka bayangan sediaan
biasanya langsung terlihat - hanya saja diperlukan sedikit pengaturan fokus
menggunakan kenop kecil untuk memperjelas pandangan. Jangan menukar lensa
objektif dengan terlebih dahulu menaikkan teropong (disebabkan karena anda takut
lensa objektif akan membentur sediaan) sebab hal ini akan mempersulit pencarian
fokus / mendapatkan bayangan. Mencari fokus dengan lensa objektif perbesaran
tinggi lebih sulit dibandingkan dengan menggunakan lensa objektif perbesaran kecil.
10. Jika pengamatan telah selesei maka putar revolver agar lensa objektif terkecil
menghadap ke bawah, naikkan teropong, kemudian sediaan diambil atau diganti.
Perhatian : Jangan mengambil atau mengganti sediaan pada saat lensa objektif
perbesaran kuat (40 x atau 100 x) sedang terpasang karena dapat menyebabkan lensa
tersebut tergores oleh gesekan antar lensa dengan sediaan.
11. Gambarlah hasil pengamatan dan beri keterangan.
2. Etanol 90%
Pereaksi ini digunakan untuk melarutkan minyak-minyak yang terk³andung dalam sel
sehingga mempermudah pengamatan zat-zat inklusi lainnya seperti amilum, butir
aleuron dan lainnya.
3. Gliserol
Digunakan sebagai media pengamatan pengganti air. Keuntungannya tidak mudah
menguap sehingga sediaan tidak cepat kering. Untuk pengamatan yang lama
dianjurkan untuk menambahkan satu tetes gliserol ke sediaan sebelum ditutup.
Demikian juga jika sediaan akan disimpan 1-2 hari maka gunakan gliserol sebagai
pengganti air.
tetes asam sulfat 1 M, biarkan 3-10 menit, bila perlu panaskan sebentar (1 menit) agar
hidrolisis selulosa menjadi amilum lebih sempurna. Setelah itu bubuhkan 1 tetes sol
iod dan tutup. Di sekitar dinding sel akan tampak warna biru sampai biru ungu.
7. Pereaksi-peraksi khusus
Terdapat beberapa jenis pereaksi warna lain untuk tujuan yang lebih spesifik seperti
pereaksi millon untuk menunjukkan butir aleuron, sudan III untuk pewarnaan sel-sel
gabus, safranin untuk pewarnaan jaringan silem dan biru metilen atau biru aniline
untuk pewarnaan jaringan dasar.
Pelaksanaan :
1. Buatlah irisan melintang dan irisan membujur tangensial setebal 2 µ (0,02 mm) dari
jaringan gabus pohon Manihot utilissima dengan menggunakan silet. Amati masing-
masing sediaan dalam media air secara terpisah dengan persediaaan 100 kali (gunakan
lensa objektif 10 x, okuler 10 x). Amati bentuk sel-sel gabus pada masing-masing irisan
tersebut. Gambar masing-masing 10-15 sel.
Irisan melintang
PRAKTIKUM VI
INTI SEL DAN PLASTIDA
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk inti sel tumbuhan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam dan bentuk – bentuk plastida sel
Bahan :
1. Umbi lapis brambang / bawang merah (Allium cepa – Liliaceae)
2. Akar (radix) wortel (Daucus carota – Apiacaea)
Pelaksanaan
1. Ambil satu lapis saja dari umbi lapis bawang merah. Bagian dalamnya “dicubit” dengan
kuku dan angkat sehingga lapisan epidermis yang berupa selaput tipis terkelupas.
Letakkan pada gelas benda yang telah diberi satu – dua tetes air, tambahkan pereaksi
sol yod dan amati pada perbesaran 100-400 kali. Amati bentuk dan jumlah inti sel
(nukleus) sel serta amati pula jumlah butir inti (nukleolus). Gambar 3-5 buah sel.
2. Buat sayatan melintang setipis mungkin bagian yang paling oranye dari akar wortel.
Gunakan silet yang baru agar mudah memperoleh sayatan tipis. Letakkan pada gelas
benda yang telah diberi satu – dua tetes air, tutup dan amati dengan menggunakan
perbesaran 100 – 400 kali. Amati berbagai bentuk plastida (kromoplast) yang terdapat
di dalam sel. Gambar 3-5 buah sel.
a. Allium cepa
PRAKTIKUM VII
ZAT INKLUSI SEL
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa jenis-jenis zat inklusi seperti amilum.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk amilum.
Bahan :
1. Umbi (tuber) kentang (Solanum tuberosum – Solanaceae)
2. Jagung (Zea mays – Gramineae)
Pelaksanaan
1. Buatlah sayatan tipis umbi kentang, letakkan pada gelas benda yang telah diberi satu -
dua tetes air, amati pada perbesaran 100 – 400 kali.
a. Amati jumlah rata-rata butir amilum tiap sel, amati letak hilus, susunan lamela pada
butir amilum.
b. Gambar 2-3 sel dengan butir-butir amilum di dalamnya (perbesaran 100 kali)
c. Gambar sebuah butir amilum dengan perbesaran 400 kali.
d. Tambahkan pereaksi sol yod, amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
2. Ambil air dari buah jagung secukupnya, letakkan pada gelas benda yang telah diberi
satu – dua tetes air, amati pada perbesaran 100 – 400 kali.
a. Amati jumlah rata-rata amilum tiap sel, amati letak hilus, susunan lamela pada butir
amilum.
b. Gambar 3-5 sel dengan butir-butir amilum dan (perbesaran 100 kali)
c. Gambar sebuah butir amilum dengan perbesaran 400 kali.
d. Tambahkan pereaksi sol yod, amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
a. Amylum Solani
PRAKTIKUM VIII
ANATOMI BATANG
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis sel penyusun dan susunan jaringan batang Dikotil
dan Monokotil
Bahan :
1. Batang kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis – suku Malvaceae)
2. Batang jagung (Zea mays – suku Poaceace)
Pelaksanaan
1. a. Buatlah sayatan melintang dan kembang sepatu dengan silet, panaskan dalam
kloralhidrat kemudian tambahkan pereaksi floroglusin-HCI pekat. Tutup sediaan dan
bersihkan sisa pereaksi yang berada di luar gelas penutup.
b. Amati dengan perbesaran 100 kali, dan gambar susunan sel / jaringan mulai dari luar
sampai ke empulur.
c. Bandingkan perbedaan bentuk sel-sel pada penampakan sayatan melintang dan
sayatan bujur radial.
2. a. Ambil sediaan sayatan melintang batang jagung
b. Amati pada perbesaran 100 kali, gambar susunan jaringan berkas pengangkutan yang
terlihat.
PRAKTIKUM IX
ANATOMI DAUN
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dan tipe stomata
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dan tipe trikomata
Bahan :
1. Sayatan epidermis bawah daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus – Lamiaceae)
2. Sayatan epidermis bawah daun waru (Hibiscus tiliaceus – Malvaceae)
3. Sayatan epidermis bawah daun jambu biji ( Psidii guajava – Myrtaceae)
4. Sayatan epidermis bawah daun kembang sepatu (Hibiscus rosa–sinensis–Malvaceae)
5. Sayatan epidermis bawah daun jagung (Zea mays – Gramineae)
Pelaksanaan
1. Buatlah sayatan epidermis daun Orthosiphon stamineus, panaskan dalam klorolhidrat
sampai sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis dengan trikoma
non-glanduler multiseluler, trikoma glanduler yang berupa sisik (sisik kelenjar) dan
stomata tipe diasitik.
2. Buatlah sayatan epidermis daun Hibiscus tiliaceus, panaskan dalam klorolhidrat sampai
sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis dengan trikoma dan
stomata tipe parasitik.
3. Buatlah sayatan epidermis daun Psidii guajava, panaskan dalam klorolhidrat sampai
sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis dengan trikoma dan
stomata tipe anomositik.
4. Buatlah sayatan epidermis daun Hibiscusrosa - sinensis, panaskan dalam klorolhidrat
sampai sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis dengan trikoma
dan stomata tipe anisositik.
5. Buatlah sayatan epidermis daun Zea mays, panaskan dalam kloralhidrat sampai sediaan
terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis dan stomata bentuk halter.
Contoh bentuk stomata
a. Tipe Anomositik
b. Tipe Anisositik
c. Tipe Diasitik
d. Tipe Parasitik
DAFTAR PUSTAKA