PRAKTIKUM BIOKIMIA
(Kurikulum Blok)
Edisi Revisi
Penyusun:
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
TATA TERTIB PRAKTIKUM LAB BIOKIMIA...........................................................................4
I. PENGENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM.......................................................................7
II. ENZIM PTYALIN........................................................................................................14
III. ELEKTROFORESIS..................................................................................................18
IV. ANTHROPOMETRI................................................................................................26
V. GLUKOSA SERUM.....................................................................................................32
A. METODE GOD-PAP...................................................................................................32
B. Metode Point of Care Testing (POCT)......................................................................36
VI. PROTEIN SERUM...................................................................................................42
VII. TRIGLISERIDA.............................................................................................................48
VIII. HDL PRECIPITANT......................................................................................................54
IX. LDL PRECIPITANT.........................................................................................................58
X. PENENTUAN KADAR VITAMIN C...................................................................................62
XI. ASPARTATE AMINO TRANSFERASE (ASAT)..................................................................68
XII. ALANINE AMINOTRANSFERASE (ALAT)......................................................................72
XIII. α – AMILASE..............................................................................................................76
XIV. LIPASE SERUM...........................................................................................................80
XV. KOLESTEROL...............................................................................................................84
XVI. TROPONIN.................................................................................................................90
3
TATA TERTIB PRAKTIKUM LAB BIOKIMIA
4
2. Hati-hati ketika melakukan percobaan menggunakan cairan tubuh, seperti
darah/urina (untuk menghindari penularan penyakit-penyakit tertentu)
3. Ketika bekerja dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter,
benzen, alkohol jauhkan dari benda panas/api
4. Gunakanlah alat khusus yang disediakan untuk mengambil, mengukur, dan
memindahkan asam keras, basa keras atau zat yang bersifat racun.
5. Dilarang menghisap menggunakan mulut.
6. Waktu memanaskan cairan di dalam tabung reaksi, goyang-goyangkanlah
tabung tersebut untuk menghindari agar cairan itu tidak tersembur keluar,
arahkan mulut tabung ke tempat/ruang kosong.
7. Jangan menuang atau memasak asam atau basa yang kuat di atas meja
praktikum. Tapi kerjakan di dalam lemari asam dengan menghidupkan
kipas penghisap di atasnya.
8. Cucilah tangan setelah menuang asam atau basa keras dari botolnya.
Waktu menuang asam atau basa kuat dari botolnya, usahakan agar etiket
berada di atas untuk menjaga agar tidak rusak.
9. Ketika menggunakan bahan-bahan yang mudah menguap harus dilakukan
dalam lemari asap denga kipas penghisap yang diputar. Jauhkan dari api.
Bila tertumpah, keringkanlah dengan segera.
10. Dilarang membuang sisa bahan kimia, jarum suntik, dan sampah secara
sembarangan.
5
I. PENGENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM
6
Pendahuluan
Di dalam laboratorium Biokimia dapat ditemukan berbagai macam alat mulai dari
yang sederhana, seperti alat-alat dari gelas, sampai kepada alat yang cukup rumit,
seperti pH meter ataupun alat lainnya. Alat-alat sederhana di laboratorium tersebut
ada yang terbuat dari kac
a, plastik, karet, kuarsa, platina, logam, dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang
berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan pengukuran volume dengan berbagai
ukuran. Kesalahan dalam menggunakan alat dan bahan dapat menimbulkan hasil
yang didapat tidak akurat.
Oleh karena itu, pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan
harus mutlak dikuasai oleh mahasiswa sebelum melakukan praktikum di
laboratorium Biokimia. Ketepatan pembacaan skala pada alat sangat
mempengaruhi hasil laboraturium, karena pada alat-alat tertentu belum memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi. Hal ini tergantung pada diameter alat yang
digunakan, sebab semakin kecil diameter alat maka semakin besar tingkat
ketelitian dan resiko kesalahan penggunaan alat akan semakin kecil. Peralatan
wadah pengukur volume larutan ada yang perlu ditera dengan teliti dan ada yang
tidak perlu ditera dengan teliti karena pengukuran dengan alat tersebut akan
mempengaruhi hasil secara kuantitatif.
Analisis yang baik biasanya peduli kerapian. Mahasiswa dengan meja
praktikum yang teratur, kecil kemungkinan melakukan kesalahan dalam
mencampur sample, salah menambahkan reagensia, menumpahkan larutan dan
memecahkan peralatan kaca. Kerapian dalam laboratorium tentu saja harus
berlanjut dari meja praktikum sampai ke rak tempat bahan-bahan dan lemari
asam.
Bukan hal yang mustahil bila terjadi kecelakaan dalam laboratorium
karena kesalahan dalam pemakaian atau penggunaan alat-alat dan bahan yang
7
digunakan dalam melakukan suatu praktikum yang berhubungan dengan bahan
kimia yang berbahaya, karena itu mahasiswa harus selalu berhati-hati.
Mengencerkan Larutan
Mahasiswa diharuskan dapat memahami bagaimana caranya mengencerkan
larutan. Sebagai contoh misalnya larutan 10 % menjadi 5 %. Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (1) dengan pipet kering 50 ml kita isap
larutan 10 % dan masukkan ke dalam lab 100 ml ( bagian bawah dari garis tanda
tidak perlu kering, bagian atas harus kering ). Kemudian ditambah aquadest
sampai pada garis tanda. Tutuplah dengan sumbat dan kocoklah dengan baik; (2)
Dengan pipet kering 50 ml kita isap larutan 10 % dan masukkan kedalam gelas
beker ( harus kering ). Dengan pipet lain kita isap 50 ml aquadest. Campurlah
dengan baik.
8
volume; (2) konsentrasi berdasarkan berat; (3) konsentrasi berdasarkan derajat
kelarutan. Konsentrasi berdasarkan volume dinyatkan berdasarkan jumlah bahan
yang terlarut per unit volume. Paling sering digunakan di laboratorium Biokimia,
meliputi molaritas, normalitas, weight/volume percent (% w/v), miligam percent
(mg %) dan osmolaritas. Molaritas adalah jumlah mol bahan terlarut per liter
larutan. Normalitas merupakan jumlah eqivalent (Eq) dari bahan terlarut per liter
larutan.
Kadar suatu bahan juga dapat dinyatakan dalam % (w/v) dimaksudkan
yaitu jumlah bahan yang harus dilarutkan tersebut (solut) dalam gam per 100 ml
larutan (solution). Singkatan w/v berarti weight/volume (berat/volume). (catatan:
berat yang dimaksud disini adalah massa). Sebagai contoh misalnya Nacl 5%.
Untuk membuat larutan NaCl 5% dalam air, larutkanlah 5 g NaCl dalam sedikit
air, kemudian tambahkan air sampai volumenya mendekati 100 ml. Kocokkanlah
larutan tersebut lalu tambahkan air sampai garis 100 ml. Kocok lagi.
Kadang-kadang kadar larutan dinyatakan dalam o/oo ( permille =
perseribu). Jadi larutan NaCl 10 o/oo berarti 10 g NaCl dalam 1 liter larutan.
Untuk mengubah 0/00 menjadi % hendaknya angka itu dibagi 10, misalnya : 10
o/oo = 1 %.
Kadar suatu bahan dalam cairan tubuh seringkali dinyatakan dalam bentuk
yang lebik kecil, yaitu mg % atau mg/dl, yang berarti berat bahan terlarut (dalam
mg) per 100 ml larutan. Satuan ini sering digunakan pada laboratorium klinik.
Sebagai contoh misalnya kadar gula darah, BUN dan kreatinin serum. Kadar gula
darah seorang penderita 225 mg%. Artinya terdapat 225 mg glukosa per 100 ml
serum darah penderita. Dapat pula dinyatakan dalam mmol/liter. Kadar dalam
berat/volume lebih jelas apabila dinyatakan dalam satuan berat per satuan volume.
Kadar dapat pula dinyatakan dalam berat per berat (w/w = weight/weight).
Contoh: H2SO4 2,0 % (w/w) berarti 2,08 gam H2SO4 dalam 100 g larutan atau
9
dalam 100 g larutan terdapat 2,08 g H2SO4 dan 97,92 gam H2O.
Kadar suatu bahan dilaboraturium saat ini lebih seringkali dinyatakan
dalam Molaritas (M) = mol (gram molekul, mol) per liter. Misalnya larutan
NaC11 M atau larutan NaC1 1 Molar berarti: NaC1 sebanyak 1 mol dilarutkan
dalam air dalam labu ukur, dikocok, kemudian tambahkan air sampai volumenya
mencapai garis 1 liter, lalu kocok lagi. Jadi larutan NaC1 0,15 M = 0,15 mol/liter=
0,15 X 40 g/l. Untuk bahan berbentuk kristal yang mengandung H 2O misalnya
MgCl2.6H2O maka untuk membuat MgCl 2 1 M sebanyak 1 L kita harus
menimbang sebanyak 203,306 g MgCl2.6H2O (Berat atom Mg = 24,31, Cl =35,45,
H = 1,008, O = 16) untuk dilarutkan dengan air dalam labu ukur sampai mencapai
volume akhir 1 liter.
Bila kita ingin mengetahui berapa molaritas suatu asam pekat, misalnya
H2SO4 pekat maka kita baca data pada botol asli : Berat molekul = 98,08. Berat 1L
= 1,84 kg. Kadar 96% ( 95%-97%) Kadar ini dalam w/w (berat/berat). Dalam
100g larutan terdapat 96 g H2SO4. Berarti dalam I L larutan H2SO4 pekat tersebut
terdapat H2SO4 sebanyak 1840 g x 96g/100g atau = [(1840g x 96 g/100 g) : 98,08]
mol = 18,01 mol. Jadi larutan H2SO4 pekat dalam botol tersebut merupakan
larutan H2SO4 18,01 M atau 36,02 N. Bagaimana mengubah molaritas larutan
asam atau basa menjadi normalitas? Normalitas menunjukkan jumlah gam
ekivalen solut dalam 1 liter larutan .
Untuk membuat larutan H2SO4 1 M kita mengambil 1/18 liter H 2SO4 pekat
diatas, masukkan dalam labu ukur 1 liter yang sudah berisi air separuh labu,
campurkan baik-baik, tambahkan air lagi sampai hampir mencapai garis 1 liter,
campur baik-baik, kemudian tambahkan air sampai garis 1 liter, campur lagi.
TUGAS PENDAHULUAN
10
Jelaskan fungsi & cara kerja alat-alat berikut (gambar alat dilengkapi
dalam laporan yang diserahkan setelah pelaksanaan praktikum)!
Jelaskan prosedur penggunaan sentrifuge!
11
12
II. ENZIM PTYALIN
TUJUAN
PENGANTAR
Enzim adalah salah satu katalis tercepat. Fungsi katalitik enzim sangat penting
untuk homeostasis, karena tanpa katalis ini banyak proses kimia yang dibutuhkan
untuk homeostasis tidak akan terjadi dengan cukup cepat.
Beberapa faktor terpenting dalam regulasi enzim adalah: (1) Inhibitor; (2) Enzim
pengendali (regulator); (3) Enzim alosterik, kinetika dan regulasi alosteriknya; (4)
Modifikasi enzim secara kovalen; (5) Mekanisme fosforilasi reversibel; (6)
Isoenzim (isozim); (7) Kofaktor dan koenzim. Selain ketujuh faktor regulator
tersebut, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim.
SAMPEL
13
Saliva (air ludah)
KIT REAGENSIA
- larutan pati 1%
- larutan sodium klorida 0,1% dan 1%
- larutan yodium
- air liur atau saliva yang telah ditampung sebelumnya
PERALATAN
PROSEDUR KERJA
Langkah percobaan 1:
1. Siapkan 3 buah tabung bernomor 1, 2, dan 3.
2. Pipet 3 ml larutan pati ke dalam masing-masing tabung 1, 2, dan 3.
3. Kemudian pipet 1 ml aquadest ke tabung no 3, pipet 1 ml larutan sodium
klorida 0,1% ke tabung no 2, dan pipet 1 ml larutan sodium klorida 1%
ke tabung no 1 (Jangan lupa untuk mengganti tip atau ujung pipet tiap
hendak menggambil bahan yang berbeda).
4. Teteskan 3 tetes larutan yodium ke dalam masing-masing tabung 1, 2,
dan 3.
5. Lalu pipet 0,5 ml saliva ke dalam masing-masing tabung 1, 2, dan 3.
14
6. Campur dengan rata isi masing-masing tabung 1, 2, dan 3 menggunakan
vortex.
7. Pasang stopwatch selama 10 menit untuk melihat hasilnya dan catat
perubahan warna yang terjadi.
Langkah percobaan 2:
1. Siapkan 3 buah tabung bernomor 1, 2, dan 3.
2. Pipet 3 ml larutan pati ke dalam masing-masing tabung 1, 2, dan 3.
3. Pipet 1 ml larutan sodium klorida 1% ke dalam masing-masing tabung 1,
2, dan 3.
4. Kemudian teteskan 3 tetes larutan yodium ke dalam masing-masing
tabung 1, 2, dan 3.
5. Pipet 0,5 ml saliva ke dalam masing-masing tabung 1, 2, dan 3.
6. Campur dengan rata isi masing-masing tabung 1, 2, dan 3 menggunakan
vortex.
7. Letakkan tabung nomor 1 tetap di rak tabung reaksi, letakkan tabung
nomor 2 di dalam kotak es, dan letakkan tabung nomor 3 dalam pemanas
air.
8. Pasang stopwatch, perhatikan dan catat perubahan warna yang terjadi pada
tabung 1, 2, dan 3 setiap menitnya.
9. Larutan tabung nomor 3 sebagian telah hilang warna birunya menjadi
larutan bening, sedangkan tabung nomor 1 dan 2 masih berwarna biru.
10. Tak lama, tabung nomor 3 telah berubah bening seluruhnya.
Perhatikan terus dan catat perubahan warna tabung no 1 dan 2 setiap
menitnya.
HASIL PENGAMATAN
15
1. Tulis hasil perubahan warna tabung pada percobaan 1 dan 2.
2. Diskusikan hasil percobaan 1 dan 2, bahaslah mengapa terjadi
demikian.
3. Diskusikan sifat-sifat dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim yang lain.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
III. ELEKTROFORESIS
16
TUJUAN
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk :
1. Melakukan prosedur elektroforesis vertikal dengan metode SDS-PAGE
2. Mengidentifikasi berat molekul dari sampel protein
PENGANTAR
Elektroforesis merupakan teknik yang digunakan untuk memisahkan dan
memurnikan suatu makromolekul khususnya protein dan asam nukleat
berdasarkan perbedaan berat molekul. Elektroforesis gel adalah teknik yang
paling sering digunakan di laboratorium untuk analisis protein dan DNA. Teknik
ini menggunakan prinsip elektroforesis zona dimana molekul protein bermigrasi
pada medium gel yang direndam dengan larutan penyangga di bawah pengaruh
medan listrik. Migrasi ini tergantung pada muatan listrik, titik isoelektrik bersih
dan massa molekul protein.
PRINSIP KERJA
Prinsip kerja elektroforesis gel dimulai saat makromolekul yang
bermuatan listrik ditempatkan pada medium berisi tenaga listrik. Molekul-
molekul tersebut akan bermigrasi menuju kutub positif atau kutub negatif
berdasarkan muatan yang terkandung di dalamnya. Molekul-molekul yang
bermuatan negatif (anoda) akan bergerak menuju kutub positif (katoda),
sedangkan molekul-molekul yang bermuatan positif (katoda) akan bergerak
menuju kutub negatif (anoda). Elektroforesis gel memisahkan molekul DNA
menjadi pita-pita yang masing-masing terdiri atas molekul DNA dengan panjang
yang sama.
Ada beberapa gel yang dapat digunakan dalam elektroforesis. Diantaranya
gel agarosa yang digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang lebih besar
17
dari 200 bp dan gel poliakrilamida digunakan untuk fragmen kecil kurang dari
200 bp. Molekul DNA bermigrasi melalui pori-pori kecil yang terbentuk dalam
padatan gel. Secara umum, molekul yang lebih kecil bergerak lebih cepat dan
bermigrasi lebih jauh dari molekul kecil karena memiliki gesekan yang lebih
rendah saat bergerak menuju elektroda positif. Konsentrasi yang rendah pada gel
memberikan resolusi yang lebih baik untuk fragmen besar, dengan memberikan
pemisahan yang lebih besar antara band yang secara ukuran tidak terlalu jauh
berbeda. Konsentrasi gel yang lebih tinggi, di sisi lain, dapat mengurangi
kecepatan migrasi fragmen panjang yang sementara itu dapat memfasilitasi
pemisahan yang lebih baik pada fragmen DNA kecil.
SAMPEL
Protein
PERALATAN
PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini dibagi menjadi beberapa tahap
sebagai berikut :
A. Persiapan Gel
18
Alat dan bahan yang digunakan
1. Gel caster
2. Kaca
3. Penjepit kaca
4. ddH2O
5. Acrillamida
6. Gel buffer
7. 10 % SDS
8. Tris-HCl
9. APS
10. dan TEMED.
Adapun prosedur pembuatan gel adalah sebagai berikut :
1. Alat dan bahan disiapkan, kaca dipasang pada penjepitnya.
2. Disiapkan bahan untuk membuat separating gel 12% terdiri dari 3,4 ml
ddH2O, 4 ml acrillamida, 2,5 ml Gel buffer, dan 0,1 ml SDS 10%, 1,5 M
Tris-HCl pH 8,8, 100 μl 10% APS dan 10μl TEMED.
3. Campuran bahan separating gel dihomogenkan dengan cepat agar tidak
segera mengeras.
4. Campuran separating gel dimasukkan pada gel caster dengan bantuan
pipet, diikuti dengan pemberian aquades agar permukaan gel rata dan
tidak ada gelembung udara. Ruang disisakan untuk stacking gel.
5. Setelah separating gel mengeras, sisa aquades dibuang.
6. Campuran stacking gel 4% disiapkan dan dihomogenkan dengan cepat,
terdiri dari 6,1 ml ddH2O, 1,3 ml acrillamida, 2,5 ml Gel buffer, dan 0,1
ml SDS 10%, 0,5 M Tris-HCl pH 6,8, 50 μl 10% APS dan 5 μl TEMED.
7. Campuran stacking gel dituang di atas separating gel dan sisir segera
dipasang diatas stacking gel. Gel dibiarkan hingga mengeras.
19
8. Setelah gel mengeras, kaca dilepas dari penjepitnya.
20
B. Elektroforesis Gel
Alat dan bahan yang digunakan
1. Alat elektroforesis
2. Gel
3. running buffer (yang dibuat dari Tris-Base 3,03 gr, Glicine 14,4 gr, SDS 1
gr, dan Akuades 1 L)
4. dan sampel.
Adapun prosedur elektroforesis gel adalah sebagai berikut:
1. Gel pada kaca dipasang pada alat elektroforesis
2. Running buffer dituang
3. Sampel protein dimasukkan ke dalam gel melalui ujung atas stacking gel
sebanyak 1 μl / sumur
4. Power supply dinyalakan
5. Sampel diproses atau running dengan memberikan tegangan listrik sebesar
120 V selama 60 menit
6. Gel dilepas dari kacanya
21
D. Destaining
Alat dan bahan yang digunakan
1. 1 buah wadah plastik bertutup,
2. Destaining Solution (100 ml) yang dibuat dari Methanol 20 ml, Asam Acetat
Glacial 10 ml, dan ditambah DI water sampai 100 ml.
Adapun prosedurnya adalah
1. gel direndam dalam destaining solution ± 1 – 2 jam sambil tetap di shaker
sampai gel kelihatan bersih.
2. Gel siap dianalisa hasilnya.
HASIL PENGAMATAN
Perhitungan berat molekul (BM) dari masing- masing protein didasarkan pada
marker yang tersedia. Perhitungan dilakukan dengan mengukur total jarak
tracking dari stacking gel ke separating gel, dilanjutkan dengan mengukur jarak
tracking dari stacking gel ke masing-masing band protein yang terbentuk,
kemudian dari BM masing-masing band marker di log kan, kemudian dicari
retardation factor (RF) dengan membagi jarak tracking masing-masing band
dengan jarak tracking total. Setelah itu dimasukkan Rumus:
BM sampel = anti log BM sampel
¿
log BM sampel = Rf Kecil−Rf Sampel ¿ x (log BM
( Rf Kecil−Rf Besar )
besar – log BM kecil) + log BM kecil
22
PEMBAHASAN
23
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
24
IV. ANTHROPOMETRI
TUJUAN :
Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar pengkajian status gizi yaitu melalui
pengukuran Anthropometri
PENGANTAR:
Menurut Permenkes RI no 2 Thn 2020 tentang
Standar Antropometri anak:
Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai ukuran,
proporsi, dan komposisi tubuh manusia
Penilaian status gizi sangat penting, terutama pada anak-anak, untuk
mengidentifikasi keadaan kurang gizi atau kelebihan gizi dan
memperkirakan asupan energi yang optimal untuk mendorong
pertumbuhan dan kesejahteraan
Pada anak dengan disabilitas sedang hingga berat atau banyak penyakit
kronis, penilaian nutrisi diperumit oleh interaksi proses penyakit utama
(yaitu, atrofi otot, kontraktur, kronis) malabsorpsi), interaksi obat-nutrisi, dan
malnutrisi akut dan/atau kronis
Penilaian gizi memiliki beberapa komponen, termasuk evaluasi asupan
makanan, status pertumbuhan, komposisi tubuh, pengeluaran energi, dan data
laboratorium dalam konteks riwayat medis, diagnosis, dan terapi saat ini
Elemen dari penilaian gizi lengkap didasarkan pada evaluasi medis standar
yang: meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium
PRINSIP KERJA:
Adapun syarat-syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
25
Alatnya mudah didapat dan digunakan.
Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga khusus profesional,
tetapi juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan
bahan-bahan lainnya.
Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off
points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
Secara ilimiah diakui kebenarannya. Hmpir semua negara menggunakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan
antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.
SAMPEL
Boneka manekin dan Mahasiswa
PERALATAN
Timbang badan, Alat Ukur Tinggi Badan, Alat ukur lingkar lengan dan Lingkar
Kepala
PROSEDUR KERJA
A. Pengukuran Berat Badan
1. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang
minimal) serta tidak mengenakan alas kaki.
2. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.
26
3. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan.
Usahakan tetap tenang.
4. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.
B. Pengukuran Tinggi Badan
1. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di
bawah Microtoice.
2. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh
dinding vertikal.
3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu
menyentuh dinding vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan
telapak tangan menghadap paha.
4. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang.
Usahakan bahu tetap santai.
5. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara
horisontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas
maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk
angka untuk menghindari kesalahan penglihatan.
6. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
C. Pengukuran Panjang Badan
1. Untuk bayi atau anak < 2 tahun
Bayi : meja rata, tidur, puncak kepala di bagian atas pengukur, kaki
lurus, geser sampai telapak kaki
27
E. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
dilingkarkan di tengah lengan kiri atas, tangan lurus ke bawah
tergantung bebas
1. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
2. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan.
Jika yang aktif digunakan adalah lengan kanan, maka yang
diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.
3. Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan yang tidak aktif digunakan.
4. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga
membentuk sudut 90o , dengan telapak tangan menghadap ke
atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan menentukan titik
tengah antara tulang atas pada bahu dan siku.
5. Tandailah titik tersebut dengan pulpen.
6. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping
badan serta telapak tangan menghadap ke bawah.
7. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita
LILA menempel pada kulit. Perhatikan jangan sampai pita
menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita. 8. Catat
hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat
BB(Kg)
IMT ( BMI ) =
TB2(m)
• Under weight : < 18,5
• Normal : 18,5 – 24,9
• Overweight : 25 – 29,9
28
• Obesitas : > 30
HASIL PENGAMATAN/PENGUKURAN
PEMBAHASAN
29
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No 2 Tahun 2020, Standar Atropometri
Anak
2. Bintoro, Ayub. 2012. Ergonomi Antropometri.
http://klitihengineering.blogspot.co.id/2012/06/ergonomiantropometri.
html (26 Mei 2017)
3. Purnomo, Hari. 2012. Antropometri dan Aplikasinya. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
V. GLUKOSA SERUM
30
A. METODE GOD-PAP
TUJUAN
Untuk menentukan kadar glukosa dalam serum menggunakan
Spektrofotometer
PENGANTAR
Pengukuran kadar glukosa darah diperlukan untuk menunjang diagnosis beberapa
penyakit, termasuk diabetes melitus. Kadar glukosa darah dapat diukur pada saat
puasa atau 2 jam setelah makan. Kadang-kadang kadar glukosa darah harus diukur
pada saat ini untuk mendeteksi peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah
(hiperglikemia atau hipoglikemia).
Pada dasarnya ada dua metode untuk mengukur kadar glukosa darah:
1. Metode reduksi, yang didasarkan pada kemampuan glukosa mereduksi Cu
menjadi Cu. Cara ini kurang sensitif, karena selain glukosa banyak juga zat
yang dapat mereduksi Cu, seperti gula lain (fruktosa, galaktosa), vitamin C,
kreatin, asam urat, glutation, dll.
2. Metode enzimatis; glukosa dioksidasi oleh oksidasi glukosa menjadi asam dan
H2O2 dan reaksinya akan menghasilkan pewarna merah. Karena oksidasi
glukosa hanya dapat mengoksidasi glukosa, reaksi ini sangat spesifik dan
memberikan hasil yang lebih akurat.
31
GOD
Glukosa + O2 Asam glukonat + H2 O2
POD
H2O2 + 4-aminofenazon + fenol 4 H2O + 4 p-benzoquinon mono
imino phenazone
(warna merah)
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa dalam sampel.
32
9. Spektrofotometer (panjang gelombang 492-546 nm)
PROSEDUR KERJA
1. Centrifuge darah 3 ml dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. serum
akan dipisahkan dari sel darah. Gunakan serum untuk sampel.
2. Pipet ke masing-masing dari tiga tabung reaksi sesuai dengan tabel berikut
Campur isi masing-masing tabung dengan baik, kemudian inkubasi pada suhu
37oC selama 10 menit atau diamkan pada suhu kamar selama 25 menit. Hindari
sinar matahari langsung.
Setelah diinkubasi, kuvet yang berisi larutan-larutan di atas dimasukkan ke dalam
alat spektrofotometer dan dibaca absorbansinya terhadap blanko pada panjang
gelombang 505 nm
33
HASIL PENGAMATAN/PERHITUNGAN
A sampel
C= xC stan dart mg/dl
A s tan dart
Catatan:
1. Dengan metode ini kadar glukosa darah dapat diukur secara linier hingga
600 mg / dl jika kadar glukosa darah lebih tinggi dari 600 mg / dl.
Encerkan plasma tiga kali dengan menambahkan 2 volume aquadest,
kemudian ulangi prosedurnya. Kalikan hasilnya tiga kali.
2. Hasil tidak dipengaruhi oleh kreatinin, fruktosa, galaktosa, asam urat,
glutation, asam askorbat atau bilirubin selama konsentrasi zat tersebut
dalam batas normal.
3. Konsentrasi bilirubin sampai 10 mg / dl tidak mempengaruhi hasil, tetapi
asam askorbat oral (vitamin C) dosis tinggi dapat menurunkan hasil.
4. Warna yang dihasilkan akan stabil selama 2 jam.
B. Metode Point of Care Testing (POCT)
TUJUAN
Di akhir kegiatan siswa akan memahami dan dapat mendeskripsikan tentang:
1. Penggunaan dan cara menggunakan instrumen untuk pemantauan rumah
sendiri / glukosa darah
2. Interpretasi hasil tes
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil.
34
PENGANTAR
Metode ini adalah bagian dari pemantauan mandiri pengelolaan pembaruan
DM. Pasien dapat memeriksa kadar glukosa darahnya sendiri di rumah, dan
melaporkan hasilnya ke dokter untuk pemantauan DM yang lebih ketat.
Terkadang, penderita DM tidak mengenali keadaan berbahaya, seperti
hipoglikemia (sebagai komplikasi pengobatan / insulin), atau ketoasidosis.
Ada sistem peringatan dalam program perangkat ketika kadar glukosa darah
mencapai 300 mg / dl, yaitu instruksi untuk mengukur kadar keton darah
dengan perangkat yang sama ini. Monitor glukosa darah untuk mengukur
glukosa (D-glukosa) secara kuantitatif dalam sampel darah kapiler segar
(misalnya, dari jari), vena, arteri, dan neonatal. Beberapa jenis alat ini juga
dapat mengukur konsentrasi keton darah (beta-OH butirat).
PRINSIP REAKSI
Glukosa dalam sampel darah bereaksi dengan bahan kimia pada strip,
menghasilkan arus listrik kecil. Arus ini diukur dan kemudian hasilnya
ditampilkan oleh monitor. Besar kecilnya arus tergantung pada jumlah glukosa
dalam sampel.
35
Glukometer, strip glukosa, autoclick (blood lancet), pengukur yang direndam
dalam alkohol 70%.
KIT REAGENSIA
1. Glukosa dehidrogenase (mikroba); [Fe (CN) 6], NAD (sebagai garam
natrium), fenantrolin kuinin (PQQ) atau
2. Glukosa oksidase; [Fe (CN)6 ]
PROSEDUR KERJA
Pengumpulan dan persiapan sampel:
Sebelum mengambil sampel darah ujung jari, cuci dan keringkan tangan
sepenuhnya. Air hangat membantu aliran darah ke ujung jari. Jika
memungkinkan, gantung lengan ke bawah sebelum mengangkat jari untuk
meningkatkan aliran darah. Hindari meremas situs tusukan. Gunakan sampel
segera.
Kalibrasi:
Dengan nomor lot menghadap ke arah kami, masukkan bilah kontak kalibrator ke
monitor, monitor menyala secara otomatis. “LOT” dan nomor lot kemudian
muncul di jendela tampilan. Periksa apakah nomor lot ini cocok dengan nomor
pada kalibrator dan paket strip pengujian. Kalibrasi selesai.
Aplikasi darah:
1. Cuci dan keringkan tangan dengan seksama
2. Masukkan lancet menggunakan petunjuk perangkat lancing
3. Buka paket strip uji dengan merobek perlahan takiknya
36
4. Masukkan bilah kontak ke dalam port uji
5. Dorong strip uji ke dalam port uji sampai berhenti
6. Tombak jari untuk mendapatkan setetes darah
7. Sentuh tetesan darah ke area target putih di ujung strip tes sementara
instruksi Terapkan Darah muncul di jendela tampilan
8. Tahan jari di tempatnya sampai tes dimulai
9. Tes akan dimulai ketika sampel terdeteksi (Catatan: jika tes gagal dimulai,
tetes kedua dapat diterapkan dalam 30 detik setelah tetesan darah. Jika tes
gagal untuk memulai lagi atau jika sudah lebih dari 30 detik telah berlalu,
ulangi dengan strip baru)
10. Ada hitungan mundur 20 detik sebelum hasil glukosa darah ditampilkan.
11. Penting: jika hasil glukosa darah sangat tinggi (> 300 mg / dl atau 16,7
mmol / L) atau rendah (<50 mg / dL atau 2,8 mmol / L), atau jika kita
mempertanyakan hasilnya, ulangi tes dengan benar dengan strip uji baru.
37
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
38
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
39
VI. PROTEIN SERUM
TUJUAN
Menentukan kadar protein total, albumin, globulin serum dengan cara kingsley.
PENGANTAR
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam
amino yang terhubung melalui ikatan peptida. Secara umum protein berfungsi
dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan
mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai protein
plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi, dan transport
40
substansi khusus. Sebagian besar protein-protein disintesis di hati.
Hepatosithepatosit mensintesis fibrinogen, albumin, dan globulin. Penetapan
kadar protein dalam serum biasanya mengukur total protein. Total protein terdiri
atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan
untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5% karena
pengaruh fibrinogen dalam plasma.
PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini total protein dan albumin ditentukan secara
spektrofotometrik dengan direaksikan dengan reagen biuret. Kadar albumin
ditentukan sesudah globulin lebih dahulu dipisahkan dengan mengendapkannya
memakai larutan Na2SO4 23% dan selanjutnya digumpalkan dengan dietil eter.
Pemberian dietileter juga dimaksudkan untuk menghilangkan kekeruhan yang
mungkin terjadi oleh karena adanya lipida didalam serum. Kekeruhan akan
memepengaruhi pembacaan.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah
menganalisa adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen biuret ke
dalam sampel yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu
karena terbentuk senyawa komplek antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan
peptida
41
ALAT DAN REAGENSIA
Alat – alat :
1. Tabung reaksi
2. Tabung centrifuge
3. Pippet
4. Centrifuge
5. Spektrofotometer
Bahan pemeriksaan dan Reagensia :
1. Serum orang coba
2. Na2SO4 23%
3. Reagen biuret
4. Larutan sandart prtein (6 gram protein/100 ml).
PROSEDUR KERJA
A. Total protein
42
1. Masukkan ke dalam tabung pemusing 7,5 ml larutan Na 2SO4 23%,
dan tambahkan 0,5 ml serum, campur dengan baik
2. Ambillah 2 ml dari campuran tersebut, lalu bersikan ujung pipet
dengan tisyu dan masukkan campuran ini kedalam tabung reaksi
dengan tanda TP (Total Protein).
B. Albumin
1. Pada sisa campuran (yang terdapat pada tabung pemusing)
tambahkan 3 ml dietil eter dan sumbat baik – baik. Kocoklah agak
kuat dengan sekali-kali membuka tutupnya untuk mengurangi
tekanan yang terdapat dalam tabung tersebut.
2. Pusingkan selama 10 menit. Harus terlihat 3 fase yang berbatasan
jelas dari masing-masing campuran yang terdapat dalam tabung
pemusing tersebut, yaitu:
-) fase teratas adalah eter yang mengandung lipida.
-) fase yang tengah merupakan cincin endapan globulin.
-) fase yang terbawah merupakan larutan yang jernih dari albumin.
43
7. Tindakan selanjutnya :
-) tambahkan masing-masing tabung tersebut (A,TP,S dan B)
larutan 4 ml reagent biuret. Campur kemudian biarkan 10
menit pada suhu kamar.
-) bila terjadi kekeruhan tambahkan 2 – 2,5 ml eter, kocok dan
pusingkan. Tapi bila larutan sudah jernih tidak perlu ditambah
eter.
-) Tentukan bacaan Absorbansi dari masing-masing tabung (A,TP,S
dan B) dengan spektrofotometer.
HASIL PENGAMATAN
TP = RTP – Rb x CS (gr%)
Rs – Rb
Albumin = RA – Rb x CS (gr%)
Rs – Rb
Rs : Reading Sample
44
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
45
DAFTAR PUSTAKA
VII. TRIGLISERIDA
TUJUAN
PENGANTAR
Trigliserida adalah ester dari asam lemak dan dihidrolisis menjadi gliserol dan
asam lemak bebas. Penentuan trigliserida bila dilakukan bersama dengan tes lipid
lain yang berguna dalam diagnosis inemia hiperlipoprote primer dan sekunder.
Mereka juga tertarik mengikuti perjalanan penyakit diabetes melitus, nefrosis,
obstruksi bilier dan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan endokrin.
46
PRINSIP REAKSI:
Metode standar untuk pengukuran konsentrasi trigliserida telah melibatkan
hidrolisis enzimatik atau alkali untuk melepaskan gliserol. Formulasi ini
memanfaatkan hidrolisis dan kuantifikasi enzimatik karena bersifat spesifik
dan tidak terganggu oleh fosfolipid.
SAMPEL
Serum darah, plasma EDTA
KIT REAGENSIA
Kit Reagansia terdiri dari tiga komponen:
47
1. Enzim
2. pelarut
3. standar
PERALATAN
1. Tabung reaksi + rak
2. Macropippet 1.0 ml
3. Mikropippet 0,01 ml (10ul)
4. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 500nm (520-546)
Persiapan dan stabilisasi
PROSEDUR KERJA
Encerkan enzim di dalam botol dengan pelarut dan aduk perlahan. Larutan ini
akan berada dalam kondisi stabil pada suhu 2º- 8º C selama 30 hari setelah
pengenceran.
Campur isi masing-masing tabung dengan baik, kemudian inkubasi pada suhu
37oC selama 10 menit atau diamkan pada suhu kamar selama 20 menit. Hindari
sinar matahari langsung. Setelah diinkubasi, kuvet yang berisi larutan-larutan di
atas dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer dan dibaca absorbansinya
48
terhadap blanko pada panjang gelombang 500 nm. Absorbansi stabil selama 60
menit.
PROSEDUR MANUAL
1. Beri label tabung reaksi: "Kosong", "Standar", "Tes (pasien)".
2. Pipet 1,0 ml larutan kerja (reagen) ke dalam tabung yang sesuai dan
hangatkan hingga 37 ° C.
3. Tambahkan 0,010ml (10ul) sampel yang sesuai ke tabungnya masing-
masing. Aduk perlahan agar tercampur.
4. Inkubasi semua tabung selama lima (5) menit.
5. Setelah inkubasi, kosongkan spektrofotometer dengan tabung "Kosong",
pada 500nm. (500-520 nm).
6. Baca dan catat absorbansi (Abs.) dari semua tabung. Warna akhir stabil
setidaknya selama 60 menit.
HASIL PENGAMATAN/PERHITUNGAN
Hasil trigliserida dinyatakan sebagai mg / dl atau mmol / L.
A sampel
C= xC stan dar mg /dl
A s tan dart
Contoh:
Asampel = 0,243
Astandart = 0,310
49
Conc. Std = 200 mg / dl
Trigliserida = 0,243 x 200 mg / dl
0,310
Trigliserida = 157 mg / dl
Harga normal : 150-250 mg / dl
PEMBAHASAN
50
KESIMPULAN
51
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Untuk menentukan kadar HDL dalam serum
PRINSIP PERCOBAAN
Kilomikron, VLDL, dan LDL mengalami presipitasi dengan adanya penambahan
asam fosfotungstat dan ion magnesium kedalam sampel. Setelah dilakukan
sentrifugasi, hanya HDL yang tertinggal didalam supernatan.
TEORI
52
ALAT DAN REAGENSIA:
Alat-alat:
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Buret
4. Stopwatch
5. Spektrofotometer
Reagensia:
1. Phosphotungstic acid 1,4 mmol/L
2. Magnesium Chloride 8,6 mmol/L
Standard : 200 mg/dL (5,2 mmol/L)
53
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan Tabung Centrifuge, pipet Reagent HDL 1000 μl
2. Tambahkan 400 μl serum, dicampur
3. Kemudian inkubasi 15 menit pada suhu kamar
4. Kemudian centrifuge 20 menit dengan kecepatan 2500 g
5. Siapkan tabung reaksi dan beri tanda T (Test)
6. Tabung T diisi dengan 1000L reagen total kolesterol
7. Tabung T diisi dengan 100L supernatan.
8. Kemudian dicampur dan diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 10 menit
9. Baca absorbansi dengan spektrofotometer dengan λ=500 nm
10. Penghitungan:
Δ A SAMPEL
54
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
JAWAB PERTANYAAN
1. Gambarkan skema percobaan pada pratikum hari ini!
2. Sebutkanlah kegunaan dari masing-masing reagensia!
3. Jelaskanlah penyebab terjadinya peningkatan dan penurunan kadar HDL!
4. Jelaskanlah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pratikum hari ini!
55
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN PRAKTIKUM:
Untuk menentukan kadar LDL dalam serum
PRINSIP PERCOBAAN:
LDL mengalami presipitasi dengan adanya penambahan heparin kedalam sampel.
Setelah dilakukan sentrifugasi, HDL dan VLDL yang tertinggal didalam
supernatan dan diukur dengan metode CHOD-PAP. Kadar LDL serum merupakan
selisih dari total kolesterol dengan kadar kolesterol dalam supernatan.
56
TEORI
57
Standard : 200 mg/dL (5,2 mmol/L)
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan Tabung Centrifuge, pipet Reagent LDL 1000 μl
2. Tambahkan 100 μl serum, dicampur
3. Kemudian inkubasi 15 menit pada suhu kamar
4. Kemudian centrifuge 20 menit dengan kecepatan 2500 g
5. Siapkan tabung reaksi dan beri tanda T (Test)
6. Tabung T diisi dengan 1000L reagen total kolesterol
7. Tabung T diisi dengan 100L supernatan.
8. Kemudian dicampur dan diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 10 menit
9. Baca absorbansi dengan spektrofotometer dengan λ=500 nm
Penghitungan:
58
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
59
JAWAB PERTANYAAN
1. Gambarkan skema percobaan pada pratikum hari ini!
2. Sebutkanlah kegunaan dari masing-masing reagensia!
3. Jelaskanlah penyebab terjadinya peningkatan dan penurunan kadar LDL!
4. Jelaskanlah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pratikum hari ini!
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menentukan kadar Glutamine-Oxalate Transaminase dalam serum.
PRINSIP PERCOBAAN
60
TEORI
61
2. NADH 1 mmol/L
CARA KERJA
1. Siapkan 1 tabung reaksi dan beri tanda U (uji).
2. Tabung U diisi dengan 1000 L reagen.
3. Selanjutnya tabung U ditambah dengan 100 L serum dan dicampur
hingga rata.
4. Kemudian diamkan selama 1 menit
5. Setelah itu baca absorbansi dengan spektrofotometer (=340 nm)
6. Hidupkan stopwatch
7. Baca absorbansi lagi setelah 1 menit, 2 menit, dan 3 menit
8. Penghitungan: (dengan faktor)
ASAT activity (U/L)= A/min sample x 1745
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
62
KESIMPULAN
63
JAWAB PERTANYAAN
1. Gambarkan skema percobaan pada pratikum ini!
2. Sebutkan kegunaan dari masing-masing reagensia!
3. Jelaskan penyebab terjadinya peningkatan maupun penurunan kadar
ASAT!
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil percobaan pratikum ini
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
PRINSIP PERCOBAAN
64
TEORI
65
PROSEDUR KERJA
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
66
KESIMPULAN
67
JAWAB PERTANYAAN
1. Gambarkan skema percobaan pada pratikum ini!
2. Sebutkan kegunaan dari masing-masing reagensia!
3. Jelaskan penyebab terjadinya peningkatan maupun penurunan kadar
ALAT!
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil percobaan pratikum
ini?
DAFTAR PUSTAKA
XII. α – AMILASE
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengukur kadar α –amilase dalam serum
PRINSIP PERCOBAAN
α- amilasemengkatalis hidrolisa garam 2-chloro-4 nitro phenol menjadi Chloro
Nitrophenol (CNP). Terbebasnya CNP dari substrat akan menghasilkan
kenaikanMabsorbans per menit pada pembacaan dengan spektrofotometer
(panjang gelombang 400 - 410 nm / ungu). Absorbens CNP tersebut berbanding
lurus dengan aktivitas α- amylase dalam sampel.
68
α- AMILASE
5 CNP-Gal-G2 + H2O 3 CNP + 2 Gal-G2
TEORI
Reagensia:
R1: 1. Good`s buffer pH 7.15 0,1 mmol/L
2. NaCl 62,5 mmol/L
3. MgCl2 12,5 mmol/L
4.α-Glucosidase ≥ 2 kU/L
R2: 1. Good`s buffer pH 7.15 0,1 mmol/L
69
2.EPS-G7 8.5 mmol/L
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan 1 buah tabung reaksi dan isilah dengan 1000 µl reagen
amylase, kemudian tambahkan 10 µl serum.
2. Inkubasi pada suhu 370C selama 2 menit.
3. Baca dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 400 – 410
nm dan jalankan stopwatch.
4. Baca lagi absorbens pada menit ke-1, menit ke-2, dan menit ke-3.
5. Hitung aktifitas α- amylase :
Perlu diperhatikan :
1. Air liur dan keringat mengandung α-amilase. Untuk menghindari
kontaminasi jangan memipet dengan mulut serta hindari kontak reagen
dan tip pipet dengan kulit.
2. Larutan reagen mengandung natrium azida (0,095%). Jangan tertelan.
Hindari kontak dengan kulit dan selaput membrane.
HASIL PENGAMATAN
70
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
JAWAB PERTANYAAN
1. Pada keadaan apa aktivitas α- amylase akan mengalami peningkatan?
71
2. Pada keadaan apa aktivitas α- amylase akan mengalami penurunan?
3. Baaimanakah hubungan antara aktivitas α- amylase dengan rasio
SGOT / SGPT?
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN
Untuk menentukan kadar lipase dalam serum.
PRINSIP PERCOBAAN
Spontaneous degradation
Glutaric acid (6-methylresorufin) ester Glutaric acid + methylresorufin
TEORI
72
ALAT DAN REAGENSIA
Alat-alat : 1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Buret
4. Stopwatch
5. Spektrofotometer
Reagensia: R1: 1. Goods Buffer (pH=8,0) 50 mmol/L
2. Taurodesoxycholate 4,3 mmol/L
3. Desoxycholate 8,0 mmol/L
4. Calcium Chloride 15 mmol/L
5. Collipase 2,2 mg/L
6. Detergent
7. Preservative
R2 : 1. Tartrate buffer (pH=4,0) 7,5 mmol/L
73
2. Taurodesoxycholate 17,2 mmol/L
3. Color Substrate 0,65 mmol/L
4. Coemulgator
5. Stabilizer
6. Preservative
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan 1 tabung reaksi dan beri tanda U (uji).
2. Tabung U diisi dengan R1 sebanyak 1000 L reagen
3. Selanjutnya tabung U ditambah dengan 20 L serum dan dicampur
hingga rata (jangan dikocok).
4. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 1 sampai 5 menit .
5. Tambahkan R2 sebanyak 250 L reagen dan dicampur hingga rata
(jangan dikocok).
6. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 2 menit .
7. Setelah itu baca absorbansi dengan spektrofotometer (=580 nm)
8. Hidupkan stopwatch
9. Baca absorbansi lagi setelah 1 dan 2 menit.
10. Penghitungan: (dengan faktor)
Lipase (U/L)= A/min sample x 3236
HASIL PENGAMATAN
74
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
JAWAB PERTANYAAN
1. Gambarkan skema percobaan pada pratikum ini!
2. Sebutkan kegunaan dari masing-masing reagensia!
3. Jelaskan penyebab terjadinya peningkatan maupun penurunan kadar
lipase!
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil percobaan pratikum
ini?
75
DAFTAR PUSTAKA
XIV. KOLESTEROL
TUJUAN
Menentukan kadar kolesterol dalam darah menggunakan metode CHOP-PAPA
PENGANTAR
Aterosklerosis merupakan dasar dari berbagai penyakit kardiovaskular seperti
misalnya penyakit jantung koroner (PJK) dan CVA (stroke). Kelainan-kelainan ini
memiliki penyebab multifaktorial, diantaranya adalah kelainan lipid darah, seperti
hiperkolesterolemia dan kenaikan kadar trigliserida darah. Karena itu pemeriksaan
kadar kolesterol dan trigliserida darah yang merupakan faktor-faktor aterogenik
ini, penting untuk mengetahui risiko seseorang untuk terkena kelainan ini.
PENGANTAR REAKSI
76
1. Pemeriksaan kolesterol serum ini menggunakan metode pemeriksaan
enzimatik dan kuantifikasi senyawa yang terbentuk secara
spektrofotometrik.
2. Indikator kolorimetrik pada percobaan ini adalah : Quinoneimine yang
terbentuk dari reaksi antara 4-aminoantipyrine, phenol dan hidrogen
peroksida yang dikatalisa oleh enzim peroksidase
3. Kolesterol darah terdapat dalam bentuk kolesterol dan kolesterol ester.
4. Kolesterol ester dihidrolisis menggunakan enzim kolesterol esterase,
menghasilkan kolesterol.
5. Kolesterol dioksidasi menghasilkan kolestenon dan hidrogen peroksida.
6. Hidrogen peroksida bereaksi dengan aminofenazon dan klorofenol
membentuk senyawa berwarna yang kadarnya dapat diukur dengan
spektrofotometer pada λ 505 nm.
kolesterol peroksidase
3. H2O2+4-aminophenazon+Fenol
peroka
(quinoneimin) + H2O
senyawa berwarna
SAMPEL
Serum darah atau plasma EDTA
77
KIT REAGENSIA
Kit Reagansia terdiri dari tiga komponen:
1. Enzim
2. pelarut
3. standar
BAHAN
1. Goog’s buffer [pH = 6.7] 50 mmol/L
2. Phenol 5 mmol/L
3. 4-Aminoantipyrine 0.3 mmol/L
4. Cholesterl esterase > 200 U/L
5. Cholesterl oksidase > 50 U/L
6. Peroksidase > 3 kU/L
7. Standard [200 mg/dl] 5.2 mmol/L
PERALATAN
1. Tabung reaksi + rak
2. Macropippet 1.0 ml
3. Mikropippet 0,01 ml (10ul)
4. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 500nm (520-546)
5. Stopwatch
Persiapan dan stabilisasi
PROSEDUR MANUAL
78
1. Beri label tabung reaksi: "Kosong", "Standar", "Tes (pasien)".
2. Pipet 1,0 ml larutan kerja (reagen) ke dalam tabung yang sesuai dan
hangatkan hingga 37 ° C.
3. Tambahkan 0,010ml (10ul) sampel yang sesuai ke tabungnya masing-
masing. Aduk perlahan agar tercampur.
4. Inkubasi semua tabung kamar [37o C] selama lima (5) menit.
5. Setelah inkubasi, kosongkan spektrofotometer dengan tabung "Kosong",
pada λ = 546 nm (500-520 nm).
6. Baca dan catat absorbansi (Abs.) Dari semua tabung. Warna akhir stabil
setidaknya selama 60 menit.
HASIL PENGAMATAN/PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
79
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
80
81
82