Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR ISI

VISI ......................................................................................................................... 2
MISI ........................................................................................................................ 2
Kata Pengantar ........................................................................................................ 3
Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium................................................................. 4
Pengenalan Alat Hematologi .................................................................................. 7
Penetapan Hemoglobin Sahly ................................................................................ 16
Penetapan Hemoglobin Cyanmeth .......................................................................... 19
Penetapan Hematokrit ............................................................................................. 22
Penetapan Hitung Jumlah Leukosit ........................................................................ 24
Penetapan Hitung Jumlah Eritrosit ........................................................................ 29
Penetapan Hitung Jumlah Trombosit ...................................................................... 33
Penetapan Hitung Jenis Leukosit ............................................................................ 37
Penetapan Laju Endap Darah ................................................................................. 42
Penetapan Hitung Jumlah Eosinofil ........................................................................ 44
Penetapan Hitung Jumlah Retikulosit ..................................................................... 47

1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

VISI
Menjadi program studi yang menghasilkan tenaga teknologi laboratorium medis yang
berkualitas, unggul di bidang mikrobiologi Kesehatan, berdaya saing di tingkat nasional
dan berwawasan global pada tahun 2024.

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan tenaga teknologi laboratorium medis yang


unggul dibidang mikrobiologi kesehatan dan berdaya saing di tingkat nasional
dan berwawasan global.
2. Menghasilkan karya ilmiah melalui penelitian yang berorientasi pada bidang
teknologi laboratorium medis
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang teknologi laboratorium
medis yang bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat
4. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai sektor dalam menunjang
pencapaian Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Karunia,
Rahmat dan Hidayah-Nya kami Tim Hematologi Praktikum Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltikenik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
dapat menyelesaikan Modul Praktikum Hematologi ini sebagai petunjuk praktikum
bagi Mahasiswa di instansi ini.
Modul ini memaparkan judul dan jenis praktikum selama satu semester dengan
materi mencakup bidang Hematologi yang disesuaikan dengan ketersediaan fasilitas
yang ada di Laboratorium Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, sehingga suatu saat
materi yang diberikan pada kegiatan praktikum dapat sewaktu-waktu dapat
menyesuaikan. Terdapat kemungkinan materi yang disampaikan akan semakin
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi di bidang Hematologi khususnya yang
mencakup bidang keahlian di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
Kegiatan praktikum Hematologi ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa dalam mengani sampel dan bahan praktikum Hematologi.
Harapan kami agar setelah menjalankan kegiatan praktikum, mahasiswa dapat
menerapkan bahkan mengembangkan ilmu yang dipelajarinya di lapangan tempat
mereka berada.
Kami menyadari bahwa dalam modul ini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Atas perhatiannya kami
ucapkan Sekian dan terima Kasih.

Samarinda,
Mengetahui,
Ketua Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medis Penyusun

Mustaming, M.Kes Tim Hematologi


NIP. 198606032015031004

PERATURAN DAN TATA TERTIB

3
LABORATORIUM HEMATOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES KALTIM

Mahasiswa peserta mata kuliah hematologi harus mematuhi tata tertib Laboratorium
Mikologi Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medis seperti di bawah ini :
A. Pada saat praktikum :
1. Setiap mahasiswa diharuskan membuktikan jati dirinya.
2. Setiap mahasiswa diharuskan berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku
yang baik dan sopan, layaknya sebagai seorang calon professional. Mahasiswa
tidak diperkenankan memakai pakaian santai, misalnya baju kaos, celana jeans
dan sandal.
3. Pada setiap kegiatan praktikum diharuskan mengenakan jas laboratorium dan
papan nama. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbab harus dimasukkan di
sebelah dalam jas laboratorium. Sarung tangan dan masker dibawa oleh setiap
mahasiswa untuk menghindari resiko terinfeksi mikroorganisme yang
berbahaya.
4. Setiap mahasiswa diharuskan membawa lap tangan bersih pada setiap
praktikum.
5. Setiap kelompok harus membawa masing-masing korek api, spidil permanen
hitam, pensil warna, kertas lensa, dan sabun antiseptic. Setiap kelompok harus
membawa peralatan khusus pada praktikum tertentu sesuai dengan petunjuk
pada penuntun praktikum.
6. Semua mahasiswa diwajibkan mengikuti pretest sebelum melakukan
praktikum.
7. Di atas meja kerja tidak boleh meletakkan tas, buku dan barang-barang lain
yang tidak diperlukan dalam kegiatan prakatikum.
8. Setiap mahasiswa diharuskan menjaga keberhasihan meja kerja dan ruangan
praktikum. Buang sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang,
korek api, kapas xylol) pada tempat sampah yang telah disediakan. Sampah
yang telah tercemar dengan bahan pemeriksaan atau isolat harus dimasukkan
ke wadah yang mengandung bahan.
9.
MIKROSKOP

4
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian mikroskop :
1. Bawalah mikroskop dan satu tempat ke tempat yang lain dalam posisi horizontal.
2. Letakkan mikroskop pada posisi horizontal di atas meja yang datar.
3. Lensa okuler dan lensa objektif dibersihkan sebelum dipakai dengan memakai
kertas lensa dan bila perlu dengan menggunakn xylol. Dilarang keras
menggunakan kertas tissue dan lain-lain untuk membersihkan lensa.
4. Sumber cahaya harus diatur cukup terang dan tidak menyilaukan mata.gunakan
diafragma dan filter bila perlu.
5. Letakkan kaca preparat di atas meja mikroskop dan aturlah sehingga preparat
terletak tepat di bawah lensa obyektif.
6. Pertama-tama lihat objek dengan pembesaran kecil, yaitu dengan menggunakan
lensa onjektif pembesaran 10 kali dan lensa okuler dengan pembesaran 10 kali.
Turunkan lensa objektif pelan-pelan dengan memutar makrometer sampai tampak
bayangan yang jelas (corse focus ajusment). Pertajam bayangan yang tampak
dengan memutar micrometer (fine focus adjustment). Makrometer dan micrometer
harus diputar dengan menggunakan jari tangan kiri dan hindari tersentuhnya kaca
benda dengan jari-jari anda.
7. Bila mau menggunakan pembesaran besar, maka tetesi preparat dengan satu tetes
minyak emersi. Lalu ganti lensa objektif dengan lensa pembesaran 100 kali.
Turunkan lensa ini pelan-pelan dengan memutar makrometer sampai tampak
bayangan tersebut dengan memutar micrometer perlahan-lahan dan hati-hati agar
kaca benda tidak pecah karena tekanan yang dapat merusak lensa dan preparat.
8. Gunakan satu mata untuk melihat jika ingin memakai lensa monokuler, tetapi mata
lain harus tetap terbuka. Kalau memakai mikroskop binokuler, aturlah jarak kedua
lensa okuler sesuai dengan jarak focus mata anda.
9. Setelah pengamatan selesai, naikkan lensa onjektif pelan-pelan dengan memutar
makrometer. Bersihkan lensa obyektif dengan xylol dan kertas lensa. Kembalikan
preparat pada petugas untuk dibersihkan dan disimpan. Dilarang keras membuang
sampah pada bak cuci.
10. Setiap mahasiswa harus berpartisipasi aktif pada semua kegiatan praktikum,
termasuk menjaga ketertiban kampus.
11. Setiap mahasiswa harus bekerja dengan hati-hati mengingat bahaya infeksi. Bila
ada bahan pemeriksaan/isolat cair yang tumpah di atas meja, lantai atau mengenai

5
bagian tubuh dan pakaian, harap segera melaporkan hal tersebut pada pembimbing
praktikum.
12. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok di dalam ruangan praktikum.
13. Sebelum dan setelah sengkelit digunakan, sengkelit harus disterilkan dengan
memijarkan ujungnya dalam posisi vertical dan melewatkan batang sengkelit
sampai gagangnya pada nyala api, sengkelit harus diletakkan pad arak, tidak boleh
diletakkan di atas meja.

B. Pada akhir praktikum


1. Mengumpulkan semua isolate/bahan pemeriksaan dan preparat pada tempat
yang telah disediakan.
2. Membersihkan lensa okuler mikroskop dan lensa obyektif dengan kertas lensa
dan xylol dan kembalikan ke kamar mikroskop.
3. Mengisi formulir mikroskop tentang keadaan mikroskop sebelum dan setelah
dipakai.
4. Mengembalikan semua alat dan bahan yang telah dipakai dalam praktikum ke
tempatnya masing-masing dan bersihkan meja kerja.
5. Mencuci tangan dengan sabun antiseptic di bawah air mengalir dan keringkan
dengan lap bersih.
6. Menyerahkan kartu control untuk ditanda tangani, bila semua hal di atas telah
dilaksanakan dengan baik.

C. Mengumpulkan Laporan praktikum ke Laboratorium Mikologi selambat-


lambatnya 2 hari setelah praktikum yang bersangkutan dilaksanakan.

6
PERTEMUAN 1 : PENGENALAN ALAT-ALAT HEMATOLOGI

1. Lanset : Untuk mengambil darah kapiler.

2. Spuit Injeksi/
Jarum Semprit : - Untuk mengambil darah vena.
- Untuk memasukkan zat cair kedalam tubuh ( suntik ).

2. Torniquet : Untuk membendung pembuluh vena supaya kelihatan


jelas waktu pengambilan darah vena.

3. Obyek Glass : Untuk membuat preparat darah ( hapusan ).

7
4. Dek Glass : Untuk menutup preparat.

5. Mikroskop : Untuk membantu melihat benda-benda yang sangat


kecil yang tidak terlihat oleh mata biasa.

6. Haemositometer : Secara umum untuk menghitung jumlah sel-sel darah.


Terdiri dari :
- Pipet thoma lekosit yang bertanda butiran warna putih
dengan skala angka : 0,5 ; 1 ; 11.
Fungsi : untuk pengenceran darah pada hitung jumlah sel
lekosit dan eosinofil.
- Pipet thoma eritrosit bertanda butiran warna merah
dengan skala angka : 0,5 ; 1 ; 101.
Fungsi : untuk pengenceran darah pada hitung jumlah sel
eritrosit dan trombosit.
- Kamar hitung ( Improved Neubover )
Bidang besar, bidang sedang, bidang kecil.
Fungsi : untuk menghitung jumlah sel-sel darah setelah
diencerkan dalam volume tertentu.

8
- Deg glass khusus ; untuk menutup kamar hitung.

7. Haemometer /
Haemoglobinometer : Secara umum untuk menetapkan kadar hemoglobin secara
kolorimetri visuil.
Terdiri dari :
- Pipet hemoglobin dalam satu volume yaitu : 0,02 ml atau
20 cmm.
Fungsi : untuk mengukur atau memipet darah.
- Batang pengaduk : untuk mencampur supaya homogen.
- Vial : untuk tempat darah.
- Pembersih tabung : untuk membersihkan tabung
pengencer.
- Tabung pengencer yang berskala : angka 2 – 22 gr%
angka 10 – 140 gr%
Fungsi : Tempat untuk pengenceran dan pembacaan
kadar Hb.
- Standart warna permanen ( warna coklat kekuningan )
Fungsi : untuk membandingkan warna.

9
8. Tabung Wintrobe : Ciri-ciri :
Panjang : 12 cm dengan diameter 2,5 mm.
Skala putih : 10 – 0 untuk mengukur Hct
makrometode.
Skala merah : 0 – 10 untuk mengukur LED cara
Wintrobe.

9. Pipet Westergren : Ciri-ciri :


Panjang 30 cm; diameter 2,5 mm.
Diameter kedua ujungnya sama.
Fungsi : mengukur Laju Endap Darah methode Westergren.

10. Rak Westergren : Untuk meletakkan pipet Westergren.

10
11. Tabung Mikrokapiler :
Ciri-ciri :
Panjang : 75 mm, dengan diameter 1,2 – 1,5 mm.
Terdapat tanda warna merah pada salah satu ujungnya yang
berarti tabung tersebut mengandung antikoagulan heparin.
Fungsi : Untuk mengukur Hct cara Micromitode.

12. Readacrit/Grafik : Ciri mempunyai tanda skala angka 0 – 100.


Fungsi : Untuk membantu pembacaan Hct Mikromitode.

13. Dempul : Untuk menutup tabung mikrokapiler.

11
14. Sentrifuge khusus : dengan satu macam kecapatan yaitu : 16.000 rpm.
Fungsi : Untuk sentrifuge tabung mikrokapiler.

15. Spektrofotometer : Untuk memetapakan kadar Hb secara spektrofotometri


dengan methode Cyanmet.
Umum : Untuk mengukur absorbsi sinar.

16. Cuvet : Untuk tempat larutan yang akan diukur absorbsinya.

12
17. Counter cell : Untuk membantu menghitung sel darah.

18. Stop Watch : Untuk mengetahui waktu.

19. Spigmomanometer/
Tensimeter : ada 2 macam :
- Dial / jarum
- Air raksa
Fungsi : Untuk mengukur tekanan darah dan masa
pembendungan.

13
20. Stetoskop : Untuk membantu mendengarkan detak bunyi jantung.

21. Tabung sentrifuge bergaris :


Ciri-ciri : Dasarnya lancip, berskala 0 – 10 ml.
Fungsi : Untuk percobaan retraksi bekuan dan
konsistensinya.

22. Tabung sentrifuge polos : Untuk tempat memisahkan serum/plasma dari sel-sel
darah.

14
23. Sentriguge biasa : Untuk memisahkan cairan dari endapan.

24. Tabung serologis : Ciri-ciri, diameter


7 – 8 mm.
Fungsi : Untuk
percobaan APTT dan Recalsifikasi.

25. Tabung reaksi pendek : Untuk percobaan reaksi Crosmatch.

26. Bilik Hitung :


Menghitung jumlah sel darah dengan menggunakan sampel
yang sangat sedik

***** *****

15
PERTEMUAN 2 : PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN
( CARA SAHLI )

Tujuan : Untuk mengetahui kadar Hemoglobin darah probandus.

Prinsip :
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam oleh HCl 0,1 N, kemudian warna yang
terjadi dibandingkan secara visuil dengan standard permanent dalam alat itu.

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena ( darah oxalat ).

Alat yang dipakai :


- Haemometer Sahli
- Pipet Sahli yang berskala dari 0,02 ml ( ketelitian 1% )
- Standart sumber cahaya
- Pipet pasteur dan bola karet

16
- Batang pengaduk dari gelas

Reagent :
- HCl 0,1 N
- Aquadest

Prosedur :
1. Masukkan HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer sampai tanda 2 gr%.
2. Isaplah darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,02 ml.
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung
pengenceran yang berisi HCl itu. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung
udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isaplah HCl yang jernih itu kedalam pipet 2 atau
3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran
menjadi coklat tua.
7. Tambahkan aquadeat setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang
pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standart harus
dicapai 5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur dalam alat Sahli ( 3 menit
dalam alat Sahli Erka ). Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung
diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah ( gr% ).
Harga normal :
Wanita : 12 – 14 gr%
Laki-laki : 13 – 16 gr%

Catatan :
Cara Sahli ini bukanlah cara yang sangat teliti. Kelemahan metodik berdasarkan
kenyataan bahwa hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu
tidak dapat distandartkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam
hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin yang
berdasarkan penetapan hematin asam menurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik,
misalnya Erka, hellige dan sebagainya. Perhatikanlah bahwa bagian alat-alat itu

17
biasanya tidak dapat saling dipertukarkan : tabung pengencer berlainan diameter, warna
standart berlainan intensitasnya, karena itu penting sekali untuk menggunakan bagian
alat yang sesuai pabriknya, kelainan dalam hal ini mengakibatkan salah penetapan yang
mungkin jauh melebihi ± 10%.
Selalu perhatikanlah petunjuk yang menyertai alat Sahli dari suatu pabrik, mungkin
peraturannya agak berlainan.
Selain cara Sahli ada pula cara-cara lain yangberdasarkan kolorimetri dengan hematin
asam, di Indonesia cara Sahli yang paling banyak dipakai.
Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi :
1. Tidak dapat mengambil 0,02 ml darah.
2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan kedalam HCl karena tidak dibilas.
3. Tidak baik mengadukcampuran darah dan asam pada waktu mengencerkan.
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlaku untuk mengadakan
perbandingan warna.
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya tabung itu dibolak
balikkan dengan menutupnya memakai ujung jari.
6. Ada gelembung udara dipermukaan pada waktu membaca.
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukkan alatnya

18
PERTEMUAN 3 : PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN
( CARA CYANMET Hb )

Prinsip :
Derivat-derivat Hemoglobin didalam darah diubah secara kuantitatif menjadi meth
hemoglobin menjadi Hemoglobin Cyanida (Cyanmethemoglobin) dalam larutan
Drabkin yang terdiri dari K3FeCN dan KCN bahwa reaksi sempurna hanya dalam
waktu 3 menit. Zat warna yang terbntuk sangat stabil dan dapat diukur dengan
fotometer. Kecuali derivat Sulhemoglobin yang tidak diubah oleh lart. Drabkins

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena dengan anticuagulan.

Alat yang dipakai :


- Pipet Sahli yang berskala 0,02 ml (20 ul)
- Spektrofotometer/fotometer
- Cuvet
- Batang pengaduk dari gelas

19
Reagens :
- Larutan drabkins:
r/ 1. Larutan Kalium hexacyanoferrate ( III )
2. Larutan Kalium Cyanida
3. Ekstran
4. Aquadest
( Reagensianya stabil sampai dengan batas kadaluarwarsa yang disebutkan
bila disimpan dalam keadaan tertutup rapat pada + 15o s/d + 25oC ).

Larutan pereaksi :
Masukkan isi botol 1) dan satu botol 2) kedalam 1000 ml labu takar yang telah diisi
dengan aquadest/aquabidest kira-kira 800 ml. Bilas benar-benar botol-botol tersebut,
lalu labu ukur diisi dengan aquabidest lagi sampai batas garis (= 1000 ml).
Larutan ini stabil kira-kira 4 bulan bila disimpan didalam botol gelap pada suhu kamar
( + 15o s/d + 25o ).
Larutan tidak boleh dipakai lagi bila telah berubah warna atau keruh.

Prosedur :
1. Masukkan 5 ml larutan Drablins kedalam tabung reaksi.
2. Pipet darah yang diperiksa sebanyak 0,02 ml dengan pipet Hb.
3. Bilas pipet dengan campuran pereaksi dan campurkan benar-benar dan baca
absorben-nya setelah 3 menit terhadap larutan pereaksi ( Drabkins ) dengan panjang
gelombang 540 nm ( Absorbance maximum ).

Perhitungan :
Konsentrasi Hemoglobin gr/dl = Absorbance x Faktor Hb pada photometer

Harga Normal :
Gram Hb/100 ml mmol Hb/1

Pria 14 – 16 8,7 – 11,2


Wanita 12 – 14 7.5 – 10
Bayi baru lahir ( 0 – 4 minggu ) 16 – 25 10,0 – 15,5
Anak kecil ( 1 bulan – 2 tahun ) 10 – 15 6,2 – 9,5

20
Anak pra sekolah ( 2 – 6 tahun ) 11 – 14 6,8 – 8,7
Anak-anak ( laki-laki 6 – 10 tahun
perempuan 6 – 12 tahun ) 11 – 14 6,8 – 8,7

Prosedur ( dengan reagens Boehringer ) :


1. Masukkan 5 ml larutan Drabkins kedalam tabung reaksi.
2. Pipet darah yang diperiksa sebanyak 0,02 ml dengan pipet Hb.
3. Bilas pipet dengan campuran pereaksi dan campurkan benar-benar dan baca
absorben-nya setelah 3 menit terhadap aquadest dengan panjang gelombang 546
nm ( Absorbance maximum ).
Perhitungan :
Konsentrasi hemoglobin gr/dl :
Absorbance x Faktor HB pada photometer

CARA PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER SHIMDZU UV-1201

Khusus untuk pemeriksaan Hb Cyanmeth.

Muncul Tekan angka 1 ( jangan salah F1 )


MENU → Tulis panjang gelombang ( ) yaitu :
Tekan GO TO ۸ tulis panjang gelombang yang dikehendaki (
contoh 520 ) kemudian tekan ENTER.
‫׀‬
Yaitu : untuk mengetahui letak kuvet ( letek cell ), cell
Tekan F2
→ larutan blanko 0,000 ABS
bila belum 0,000 ABS tekan AUTOZERRO.
‫׀‬

Tekan F2 → Yaitu : untuk pembacaan sampel/memindahkan posisi


( cell 2, cell 3, dst ) tekan F2.
‫׀‬
Tekan F1 → Untuk kembali ke cell 1 ( letak larutan blanko ).

‫׀‬

21
Tekan
RETURN → Kembali ke menu utama.
2X

Cara mencuci kuvet :


1. Larutan dibuang, disiram air kran.
2. Diberi larutan. Extran 5% ± ½ ml dikocok.
3. Dicuci denagan air kran sampai hilang busanya.
Jika akan memakai dibilas dulu dengan larutan yang akan diisikan.

PERTEMUAN 4 : HEMATOKRIT ( Hct )

Tujuan : Untuk mengetahui volume eritrosit dalam 1000 ml darah probandus.

Prinsip :
Apabila darah dicentrifuse, sel-sel yang lebih berat ( eritrosit ) akan turun kedasar
tabung, sedangkan sel-sel yang lebih ringan ( lekosit dan trombosit ) berada diatas sel-
sel yang lebih berat tadi.

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena.

Alat yang dipakai :


- Tabung hematokrit Wintrobe
- Pipet hematokrit dengan bola karet
- Tabung mikrokapiler
- Sentrifuse

Reagent :
- Na citrat 3,8%

22
Prosedur :
A. Makrometode menurut Wintrobe :
1. Isilah tabung Wintrobe dengan darah oxalat atau heparin sampai garis tanda
100.
2. Masukkanlah tabung itu kedalam sentrifuse yang cukup besar, pusinglah
selama 30 menit pada kecepatan 3000 rpm.
3. Bacalah hasil penetapan itu dengan memperhatikan :
a. Warna plasma diatas : warna kuning itu dibandingkan dengan larutan
Kalium bichromat dan intensitetnya disebut dengan satuan. Satu satuan
sesuai dengan warna Kalium bichromat 1 : 10.000.
b. Tebalnya lapisan putih diatas sel-sel merah yang tersusun dari lekosit dan
trombosit ( buffy coat ).
c. Volume sel-sel darah merah.

B. Mikrometode :
1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro
hematokrit dengan darah.
2. Tutuplah ujung satu dengan nyala api/dengan dempul.
3. Masukkan tabung kapiler itu kedalam sentrifuse khusus dengan kecepatan
16.000 rpm atau lebih.
4. Pusinglah selama 3 – 5 menit.
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.

Harga normal :
- (P) : 40 – 48 vol%
- (W) : 37 – 43 vol%

Catatan :
Nilai hematokrit ialah volume selama semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan % dari volume darah itu.
Padatnya kolom eritrosit yang didapat dengan memusing darah ditentukan oleh faktor
: radius centrifuse, kecepatan centrifuse dan lamanya pemusingan.
Sentrifuse mikrometode mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi, maka lamanya
pemusingan dapat diperpendek.

23
Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk mikro hematokrit panjangnya 75 mm
dan diameter dalamnya 1,2 sampai 1,5 mm. Ada tabung yang telah dilapisi heparin, ada
yang tidak sehingga dipakai darah oxalat.
Penetapan hematokrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata ± 2%.
Laporkan juga selalu tebalnya buffy coat dengan millimeter ( pada makrometode )
Tiap 1 mm buffy coat secara kasar sesuai dengan 10.000 lekosit per µl darah. Pada
mikrometode buffy coat sukar dilihat.

PERTEMUAN 5 : MENGHITUNG LEUKOSIT

Prinsip :
Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotenis(Turk),
Granula dan inti sel lekosit akan terwarnai dengan Gentian Violet yang akan terlihat di
mikroskop dengan warna kecoklatan. Sel lainnya akan lisis sehingga Jumlahnyat
dihitung dalam volume tertentu, dengan mengenakan faktor konversi dan jumlah
lekosit per ul darah dapat diperhitungkan.

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler.
- Darah vena dengan anticoagulan ( EDTA, oxalat ).

Alat yang dipakai :


- Pipet Thoma Leukosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Dekglass
- Mikroskop

Reagens :

24
1. larutan Turk; yang mempunyai susunan sebagai berikut :
larutan gentian violet 1% dalam 1 ml
asam asetat glasial 1 ml
aquadest ad 100 ml
saringlah sebelum dipakai
2. HCl 1%
Ini adalah suatu larutan pengencer bagus untuk mengerjakan angka leukosit,
karena larutan ini bekerja dengan cepat dan cukup untuk menghemolisakan
semua eritrosit yang tidak bernukleus.
3. Asam asetat 2 – 3 %

Prosedur :
A. Mempersiapkan Campuran darah dan Turk :
1. Isaplah Lar. Turk sebanyak 0,4 ml dan masukkan ke dalam tabung.
2. Diisap sampel darah sebanyak volume 20 ul kemudian masukkan kedalam
tabung yang berisi Turk
3. Campurlah dan homogenkan selama 3-5 menit
4. Persiapkan bilik hitung yang bersih dan kering yang kemudian diisi dengan
campuran tersebut sampai terisi penuh.
5. Hindari kelebihan dari campuran tersebut di dalam bilik hitung

B. Menghitung Jumlah Sel :


1. Pakailah lensa obyektif kecil, yaitu dengan obyektif 10 kali. Turunkan lensa
kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus datar sikapnya.
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah obyektif dan
focus mikroskop diarahkan kepada garis bagi itu. Dengan sendirinya
leukosit jelas terlihat.
3. Hitunglah semua lekosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada
sudut-sudut seluruh permukaan yang dibagi.
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus kekanan, kemudian turun
kebawah dan dari kanan kekiri, lalu turun lagi kebawah dan dimulai lagi
dari kiri kekanan. Cara ini dilakukan pada keempat bidang besar.

25
b. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas
sesuatu bidang. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau
garis atas haruslah dihitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis
batas sebelah kanan atau bawah tidak boleh dihitung.

D. Perhitungan :
Pengenceran yang terjadi dalam pipet ialah 20 kali. Jumlah semua sel yang
dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4. kalikan angka itu dengan 10 ( untuk
tinggi ) dan 20 ( untuk pengenceran ) untuk mendapat jumlah lekosit dalam 1µl
darah. Singkatnya : jumlah sel yang dihitung kali 50 = jumlah lekosit per µl darah.

Harga normal :
4.0000 - 10.000/ µl darah.

Catatan :
Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung lekosit ialah 20 kali, tetapi
menurut keadaan ( lekositosis tinggi atau lekopenia ) pengenceran itu dapat diubah
sesuai dengan keadaan itu, penenceran dijadikan lebih tinggi pada lekositosis dan lebih
rendah pada lekopenia. Jagalah dalam segala tindakan agar pengenceran yang telah
dicapai dalam pipet itu tidak terganggu, itu menimbulkan kesalahan.
Dalam darah oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan lekosit akan
bergumpal, peristiwa itu sangat mengurangi ketelitian.
Jika darah tepi banyak mengandung sel darah merahberinti maka seel-sel itu akan ikut
diperhitungkan seperti leukosit. Koreksi dapat diadakan dengan memeriksa sediaan
apus yang dipakai untuk hitung jenis lekosit, presentasi sel darah merah berinti dicatat.
Misalnya didapat 10.000 lekosit/ µl darah dan dari hitung jenis ternyata bahwa
disamping tiap lekosit 100 ada 25 sel darah merah berinti, maka jumlah lekosit yang
sebenarnya :
10.000 – ( 25 x 10.000 ) = 8.000/ µl darah
100 + 25

Dengan memakai alat-alat baik dan dengan tehnik sempurna, ketelitian tindakan
menghitung lekosit ialah kira-kira ± 10%.

26
Kesalahan-kesalahan pada tindakan menghitung lekosit :
1. Jumlah darah yang diisap kedalam pipet tidak tepat, jika :
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada bekuan darah.
b. Tidak mencapai garis tanda 0,5.
c. Memakai pipet basah.
d. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati garis
tanda 0,5.
2. Pengenceran dalam pipet salah, jika :
a. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol berisi
larutan Turk.
b. Tidak menghisap larutan Turk tepat sampai garis tanda 11.
c. Terjadinya gelembung udara didalam pipet pada waktu menghisap larutan
Turk.
d. Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada waktu
mencabut karet penghisap dari pipet.
3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Turk.
4. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.
6. Yang bertalian dengan hitung dan tehnik menghitung :
a. Kamar hitung atau kaca penutup kotor.
b. Ada gelembung udara masuk dalam cairan.
c. Letaknya kaca penutup salah.
d. Meja mikroskop tidak rata air.
e. Salah menghitung sel yang menyinggung garis batas.
f. Kaca penutup tergeser karena tersentuh dengan lensa mikroskop

27
AL AL

AL AL

28
PERTEMUAN 6 : MENGHITUNG ERITROSIT

Prinsip :
Darah diencerkan dalam pipet eritrosit dengan larutan isotonis, kemudian dimasukkan
kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu, dengan
menggunakan faktor konversi jumlah eritrosit per µl darah dapat diperhitungkan.

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena dengan anticoagulan.

Alat yang dipakai :


- Pipet Thoma Eritrosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Dekglass
- Mikroskop

Reagens :
1. larutan Hayem, isinya :
Natrium sulfat ( berair kristal ) 5 g
Natrium chlorida 1 g
Merkuri chlorida 0,5 g
Aquadest ad 200 ml
2. Larutan Gowers, yang berisi :
Natrium sulfat 12,5 g
Asam acetat glasial 33,3 ml
Aquadest ad 200 ml
3. Larutan Rees dan Ecker, yang berisi :

29
Natrium sitrat 3,8 g
Larutan formaldehida 40% 2 ml
Brillianteresyblue 30 mg
Aquadest ad 100 ml
4. Toizon
5. Phcyologis Zalt ( PZ )
6. Formal citrat
Larutan-larutan tersebut harus disaring sebelum dipakai.

Prosedur :
A. Mempersiapkan Campuran darah dan Hayem :
1. Isaplah Lar. Hayem sebanyak 4 ml dan masukkan ke dalam tabung
2. Diisap sampel darah sebanyak volume 20 ul kemudian masukkan kedalam
tabung yang berisi Hayem
3. Campurlah dan homogenkan selama 3-5 menit
4. Persiapkan bilik hitung yang bersih dan kering yang kemudian diisi
dengan campuran tersebut sampai terisi penuh.
5. Hindari kelebihan dari campuran tersebut di dalam bilik hitung

B. Mengisi Kamar Hitung :


Sama seperti yang diterangkan pada menghitung lekosit.

C. Menghitung Jumlah Sel :


1. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus
dalam sikap rata air.
2. Atur focus terlebih dulu dengan memakai lensa obyektif kecil ( 10x )
kemudian lensa itu diganti dengan lensa obyektif besar ( 40x ) sampai garis
bagi dalam bidang besar tengah jelas nampak.
3. Hitunglah semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari
16 bidang kecil, umpamanya pada keempat sudut bidang besar ditambah
yang ditengah-tengah. Cara menghitung sel sama seperti untuk menghitung
jumlah lekosit, yaitu mulai dari kiri kekanan kemudian dari kanan kekiri dan
seterusnya.

30
Kepastian untuk menghitung atau tidaknya eritrosit yang menyinggung
garis batas sama juga seperti untuk lekosit.

A E A E

A E

A E A E

31
D. Pergitungan :
Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali.
Luas tiap bidang kecil 1/400 mm2, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan
eritrosit dihitung dalam 5 kotak yang jumlah luasnya 1/5 mm2 sehingga Volume
nya 5/250
Faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per µl darah menjadi N X 200 = 10.000
5/250
Harga normal :
Wanita : 4,0 – 5,0 juta/mm3
Laki-laki : 4,5 – 5,5 juta/mm3

Catatan :
Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung jumlah eritrosit ialah 200
kali, tetapi menurut keadaan ( eritrositosis atau anemia ) dapat diubah sesuai dengan
keadaan itu. Untuk mengecilkan kesalahan tehnik haruslah sekurang-kurangnya 400
eritrosit dihitung dalam kamar hitung.
Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih sukar dari pada
menghitung lekosit, ketelitian untuk orang yang cermat bekerja dan yang telah mahir
ialah ± 15%. Orang ceroboh yang tidak berpengalaman mungkin membuat kesalahan
yang jauh lebih besar dari itu.
Kesalahan pada tindakan menghitung eritrosit :
Pada umumnya sama seperti telah diterangkan pada tindakan menghitung lekosit. Satu
kesalahan khusus yang sering dibuat ialah menghitung jumlah eritrosit memakai lensa
obyektif kecil, yaitu obyektif 10x, sehingga sangat tidak teliti hasilnya.

32
PERTEMUAN 7 : MENGHITUNG TROMBOSIT

A. Cara Langsung ( Rees dan Ecker )


Tujuan : Untuk mengetahui jumlah trombosit/mm3 darah probandus secara
langsung.

Prinsip :
Darah diencerkan dengan suatu larutan yang mengandung brilliantcresyl blue yang
akan mengecat trombosit menjadi berwarna agak biru muda. Kemudian
trombositnya dihitung dengan menggunakan kamar hitung.

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena dengan anticoagulan ( EDTA ).

Alat yang dipakai :


- Pipet Thoma Eritrosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Dekglass
- Mikroskop

Reagens :
- Larutan Rees dan Ecker
Na citrat 3,8 g
Larutan formaldehid 40% 2 ml
BCB 30 mg
Aquadest ad 100 ml

33
Prosedur :

A.Cara Langsung
Mempersiapkan Campuran darah dan Rees Ecker :
Isaplah Lar. Rees Ecker sebanyak 4 ml dan masukkan ke dalam tabung.
Diisap sampel darah sebanyak volume 20 ul kemudian masukkan kedalam tabung
yang berisi Rees Ecker.
Campurlah dan homogenkan selama 3-5 menit
Persiapkan bilik hitung yang bersih dan kering yang kemudian diisi dengan
campuran tersebut sampai terisi penuh.
Hindari kelebihan dari campuran tersebut di dalam bilik hitung

B. Mengisi Kamar Hitung :


Sama seperti yang diterangkan pada menghitung lekosit.

C. Menghitung Jumlah Sel :


1. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus
dalam sikap rata air.
2. Atur focus terlebih dulu dengan memakai lensa obyektif kecil ( 10x )
kemudian lensa itu diganti dengan lensa obyektif besar ( 40x ) sampai garis
bagi dalam bidang besar tengah jelas nampak.
3. Hitunglah semua Trombosit yang terdapat dalam 25 bidang yang tersusun
dari 16 bidang kecil, umpamanya pada keempat sudut bidang besar
ditambah yang ditengah-tengah. Cara menghitung sel sama seperti untuk
menghitung jumlah lekosit, yaitu mulai dari kiri kekanan kemudian dari
kanan kekiri dan seterusnya.
Kepastian untuk menghitung atau tidaknya Trombosit yang menyinggung
garis batas sama juga seperti untuk lekosit.

B. Cara tak langsung ( Fonio )


Tujuan : Untuk mengetahui jumlah trombosit/mm3 darah dengan
perbandingan jumlah eritrosit.

34
Prinsip :
Menghitung jumlah trombosit dengan perantaraan perbandingan antara jumlah
trombosit dalam 1000 eritrosit pada hapusan darah.
Perhitungan eritrosit juga dilakukan secara langsung dari bahan darah yang sama.

Prosedur I :
1. Bersihkan ujung jari dengan alkohol dan biarkan mengering lagi.
2. Taruhlah diatas ujung jari itu setetes besar larutan Magnesium sulfat 14%.
3. Tusuklah ujung jari dengan lanset melalui tetes Magnesium sulfat itu.
4. Setelah jumlah darah keluar menjadi kira-kira ¼ dari jumlah Magnesium sulfat,
campurlah darah dan Magnesium itu.
5. Buatlah sediaan apus dan pulaslah Wright atau Giemsa.
6. Hitunglah jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1000 eritrosit.
7. Lakukan tindakan menghitung jumlah eritrosit per mm3 darah.
8. Perhitungkanlah jumlah trombosit per mm3 darah atas dasar kedua angka itu.

Prosedur II :
1. Dalam kaca arloji yang bersih, taruhlah 1 tetes darah dan 4 tetes MgSO 4 campur.
2. Buat hapusan darah tipis dan dicat dengan Giemsa.
3. Hitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1000 eritrosit.
4. Lakukan tindakan menghitung jumlah eritrosit/mm3 darah.
5. Perhitungkanlah jumlah trombosit /mm3 darah atas dasar kedua angka itu.

Rumus : Jumlah Trombosit x Jumlah eritrosit/mm3


1000 eritrosit
: .../ mm3 darah

Harga Normal :
- Rees Ecker : 200.000 – 500.000/mm3
- Dari sedian apus : 300 – 800/100 lapangan pandang

Catatan :

35
Ada 3 metode yang biasa dipergunakan untuk menghitung trombosit secara langsung.
Rees dan Ecker menggunakan mikroskop dengan sinar yang terang. Mikroskop fase
kontras dipergunakan dalam metode Brecher-Cronkite 9 Ammonium oxalat 1% ) dan
sebagai prosedur yang ketiga dipakai mesin penghitung sel elektronis.
Karena trombosit mempunyi daya yang khusus yaitu agregasi dan adhesi, maka dalam
pengumpulan darah kita harus mentaati adanya larangan yang tertentu.
Karena ukurannya kecil, maka sulit menghitungnya secara langsung dalam kamar
hitung dibandingkan dengan sel-sel yang lainnya.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya.
Karena sukarnya dihitung, penilaian semi-kwantitatif tentang jumlah trombosit dalam
sediaan apus darah sangat besar artinya dalam px. Penyaring.
Sediaan basah untuk menghitung reticulosit juga dipakai secara tak langsung untuk
menghitung trombosit, sediaan basah itu harus sangat tipis dibuat sehingga eritrosit
terpisah letaknya.
Larutan menurut Dameshek dapat dipakai sebagai pengganti larutan Magnesium sulfat
14% dalam cara tak langsung; isinya : sacharosa 8 g, natrium sitrat 0,04 g, aquadest 100
ml kemudian ditambah brilliancresyblue 150 mg dan 3 tetes larutan formaldehida 10%.

Sumber-sumber kesalahan :
Penghitungan angka trombosit dengan metode ini mempunyai sumber kesalahan yang
sama yang menyangkut penyiapan spesimen dan tehnik, seperti pada perhitungan angka
lekosit.
Sebagai tambahan karena adanya daya agregasi dan adhesi yang dimiliki trombosit,
maka trombosit ini cenderung untuk beraglutinasi dengan cepat dan sangat mudah.
Untuk mencegah aglutinasi, dapat dilakukan dengan jalan :
1. Gunakan EDTA sebagai anticoagulant.
2. Buatlah spesimennya dengan cepat, terutama bila menggunkan darah kapiler.
3. Gunakan alat gelas yang betul-betul bersih.
4. Kocoklah spesimen darahnya yang telah diencerkan selama waktu yang telah
ditentukan.
5. Apabila dalam menghitung trombosit itu dijumpai adanya pengelompokan
trombosit, maka harus diulangi.
Penggerombolan ini mungkin disebabkan kurang baiknya pada waktu mencampur atau
karena tehnik yang kurang baik pada waktu mengambil darahnya.

36
PERTEMUAN 7 : Hitung Jenis Lekosit

Pembuatan sediaan apus darah tepi mempunyai tujuan untuk melihat keadaan
sel-sel darah, seperti ukurannya, bentuknya, kesan jumlahnya dan sebagainya.
1. Membantu diagnosa penyakit-penyakit seperti :
a. Penyakit-penyakit parasit :
- malaria
- filariasis
- leishamaniasis
b. Penyakit-penyakit virus ( mononucleosis infectiosa )
c. Penyakit-penyakit hematologik :
- anemia
- lekemia
2. Kontrol terhadap pemeriksaan hematologik lain, seperti :
a. NER ( nilai eritrosit rata-rata )
b. Hb ( apakah sesuai dengan gambaran eritrosit atau tidak )
3. Secreening :
a. Kecurigaan terhadap adanya mononucleosis infectiosa
b. Pemeriksaan serologik PAUL-BUNNER

Tehnik Pembuatan :
1. Memakai kaca objek :
Disini penyebaran lekosit kurang baik.
Makin kecil sudut antara kedua objek dan makin lambat menggeser kaca objek yang
satu terhadap yang lain, maka makin tipis sediaan yang diperoleh.
2. Memakai kaca penutup
Disini penyebaran lekosit cukup baik. Keuntungan yang lain adalah menghemat
bahan pemulas.

37
Keburukannya adalah mudah pecah dan harus direkat lagi pada kaca objek.

Persyaratan :
1. Darah
Sebaiknya darah kapiler. Bila digunkan darah vena, maka sebaiknya dipakai
heparin atau EDTA sebagai anticoagulans.
2. Kaca objek/penutup
Harus bersih, bebas debu atau lemak. Juga harus bening dan tidak ada goresan-
goresan.
3. Pemulas
Harus sudah diketahui efektifitasnya.

Memeriksa sediaan apus darah tepi :


1. Dengan mata telanjang :
Diperiksa mutu pulasan sebelum dipulas
2. Dengan mikroskop dengan objektif 10x ( setelah dipulas )
Diperiksa apakah penyebaran sel cukup rata, bagaimana mutu pemulasannya dan
bagaimana penyebaran lekosit serta kesan-kesan jumlahnya.
3. Dengan objektif 100x ( minyak imersi ) :
Diperiksa masing-masing sel :
a. Trombosit :
Bagaimana jumlah dan bentuknya.
b. Eritrosit :
Periksalah 3 S : Size, Shape dan Staining, juga dicari adanya sel-sel muda dan
sel-sel yang abnormal.
c. Lekosit :
Lakukan hitung jenis. Juga periksa kelainan-kelainan morfologi, seperti
granulasi toxic, hipersegmentasi, mononucleosis infectibiosis dan adanya
tanda-tanda degenerasi, seperti vakuolisasi, piknotik, kerusakan inti lainnya dan
kerusakan sitoplasma lainnya.
d. Plasma sel

Pemeriksaan eritrosit :
Disini akan ditemukan 2 jenis eritrosit :

38
a. Eritrosit yang matang
Bentuknya bulat dan dari samping bikonkaf.
b. Eritrosit polimorf :
Ukurannya lebih besar dengan warna agak kebiruan.

Yang perlu diperksa :


1. Size ( Ukuran ) :
a. Normositik : 6 – 8 mikron
b. Mikrositik : lebih kecil 6 mikron, pada defisien Fe.
c. Makrositik : lebih besar 8 mikron, pada defisiensi asam folat dan vitamin
B12.
d. Anisositosis : beberapa kelainan ukuran pada satu sediaan.
2. Shape ( Bentuk )
Normal berbentuk bulat bikonkaf. Bila ada kelainan-kelainan bentuk, maka akan
dijumpai bentuk-bentuk seperti target cells, elliptosit, epherocyte, crenated cell,
siclis cells dan sebagainya.
3. Staining characteristis :
Hanya ada 2 kemungkinan, normositik atau hipokrosik. Tidak pernah ditemukan
hiperkronik, sebab normokronik kadar Hbnya sudah jenuh.

Pemeriksaan lekosit :
Sel-sel dari lekosit yang dapat ditemukan dalam darah tepi.
1. Netrofil batang :
Mempunyai 10 – 15 mikron dengan inti yang berbentuk lebih besar dari ½ diameter
sel. Inti mungkin bersatu. Kromatin padat, sedang granula sitoplasma kecil-kecil.
2. Netrofil segment:
Intinya berlobus, dimana antara 1 lobus dengan lobus lainnya dihubungkan dengan
sebuah filamen. Inti sudah terpisah. Kromatinnya lebih padat dari pada netrofil
batang, sedang sitoplasma bergranula kecil yang tersebar merata.

3. Eosinofil :

39
Umumnya yang ditemukan adalah eosinofil segmen. Granula sitoplasmanya bulan,
sama besar, berwarna merah jingga dan tidak menutupi inti. Inti sudah terbagi 2.
4. Basofil :
Umumnya yang ditemukan juga basofil segmen. Granula sitoplasmanya berwarna
biru kehitaman, tidak sama besar dan ada beberapa yang menutupi inti.

5. Limfosit :
Ukuran dan bentuknya bermacam-macam. Intinya relatif besar dari sitoplasmanya,
kadang-kadang berlekuk dan mempunyai kromatin yang padat. Intinya berlekuk
(besar). Sitoplasmanya biru. Kadang-kadang ada granula szurophyll.
6. Monosit :
Selnya lebih besar dari limfosit ( 18 mikron ). Bentuknya bulat kadang-kadang
mempunyai pseudopodis, ( inti paling besar ). Bentuk intinya bermacam-macam,
berlekuk dengan lipatan-lipatan seperti gyrus-gyrus otak. Kromatinnya kasar.
Sitoplasmanya mempunyai granula yang halus, tersebar. Kadang-kadang ada
granula szurofil dan bervakuola.

Contoh :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %
Basofil I
Eosinofil II I I I I I II I 10
Batang I I I I I 5
Segmen IIII III IIIII II IIIII III IIIII IIIII II IIIII IIII IIIII II IIIII I 56
Limfosit III IIIII II I III II II III I II 24
Monosit I I I I 4
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
Jumlah mutlak basofil = % basofil x jumlah lekosit/mm3

Kelainan jumlah :
1. Basofilia :
Jarang ditemukan, kecuali pada lekemia granulositik kronik ( LGK ) dan mataplasi
mieloid.
2. Eosifilia :

40
Sering ditemukan pada penyakit-penyakit allergi dan infeksi cacing.
3. Netrofilia :
Sering ditemukan pada infeksi umumnya, kecuali infeksi-infeksi oleh virus. Bila
ditemukan banyak netrofil segmen, maka dikatakan sift to right ( bergeser ke kanan
) dan bila ada ditemukan banyak netrofil batang, maka disebut sift to left ( bergeser
ke kiri )
4. Limfositosis :
Mutlak bila jumlahnya lebih dari 4.500 sel/mm3 darah. Biasanya ditemukan pada
infeksi-infeksi oleh virus.
5. Monositosis :
Mutlak bisa lebih dari 800 sel/mm3 darah. Biasanya pada infeksi-infeksi kronik,
seperti TBC, bronchitis chronica, malaria.
Merupakan penyembuhan dari stadium akut.

41
PERTEMUAN 8 : Laju Endap Darah (LED)

Tujuan : Untuk mengetahui kecepatan pengendapan eritrosit dalam mm/jam I.

Methode : Westergreen

Prinsip :
Darah dengan anticoagulan yang telah dicampur dengan baik dituangkan kedalam
tabung Westergreen dan diletakkan pada rak Westergreen atau dituangkan dalam
tabung Wintrobe dan ditunggu selama 1 jam itu adalah L.E.D nya.

Bahan pemeriksaan :
- Darah vena dengan anticoagulan tertentu.

Alat yang dipakai :


- Pipet Westergreen
- Rak Westergreen
- Atau Wintrobe dan pipetnya

Reagent :
- Na citrat 3,8%

Prosedur :
A. Menurut Wintrob :
1. Siapkan darah vena yang dicampur dengan campuran oxalat.
2. Dengan memakai pipet Wintrobe, masukkan darah itu kedalam tabung
Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm, jagalah jangan sampai terjadi gelembung
udara.

42
3. Biarkan tabung itu dalam sikap lurus pada satu tempat yang tidak banyak
angin selama 1 jam.
4. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkan angka itu
sebagai L.E.D.

B. Menurut Westergreen :
6. Isaplah dalam semprit steril ( pipet ukur ) 0,4 ml larutan Natrium sitrat 3,8%
yang steril juga.
7. Lakukan puncti vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga
mendapat 2 ml campuran.
8. Masukkan campuran itu kedalam tabung dan campurlah baik-baik.
9. Isaplah darah itu kedalam pipet Westergren sampai garis tanda 0 mm kemudian
biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak Westergren selama 60
menit.

Harga normal :
Laju Endap Darah,
- Westergren (P) : 10 mm/jam I
(W) : 15 mm/jam I
- Wintrobe (P) : 10 mm/jam I
(W) : 20 mm/jam I

Catatan :
Untuk dapat menetapkan LED dipakai yang tidak dapat membeku. Biasanya digunakan
semacam anticoagulan untuk maksud tertentu.
Indahkanlah segala petunjuk pada waktu melakukan puncti vena, statis dalam vena
menyebabkan darah mengental dan berakibat kesalahan.
Waktu meletakkan tabung harus dalam sikap tegak lurus selisih kecil dari garis vertikal,
sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil L.E.D.

43
PERTEMUAN 9 : MENGHITUNG EOSINOFIL

Metode : Dunger

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah eosinofil/mm3 darah probandus.

Prinsip :
Darah diencerkan dengan suatu larutan yang mengandung eosin yang memberi warna
pada granula eosinofil.

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena yang telah diberi anticoagulant tertentu.

Alat yang dipakai :


- Pipet Thoma Leukosit
- Kamar hitung Improved Neubauer / Fush Rosenthal
- Dekglass
- Mikroskop

Reagens :
- Larutan eosin, mengandung :
Larutan eosin 2% 5 ml
Aceton 5 ml
Aquadest ad 100 ml

Prosedur :
A. Mengisi pipet Leukosit :

44
Sama seperti pada tindakan menghitung lekosit, tetapi disini darah diisap sampai
garis tanda 1 dan sebagai cairan pengencer dipakai larutan khusus yang diisi
sampai garis 11.
B. Mengisi Kamar Hitung :
Sama seperti tindakan pada lekosit, setelah kamar hitung diisi dibiarkan selama
15 menit dalam cawan petri tertutup yang berisi sepotong kertas saring basah.
C. Menghitung Jumlah Sel :
Dihitung dalam seluruh bidang yang dibagi yaitu dalam 9 mm2 dan 0,1 mm untuk
tingginya. ( Pada Kamar Hitung Improved Neubauer )

Perhitungan : Dengan Kamar Hitung Improved Neubauer


Pengenceran 40x, sel eosinofil dihitung dalam ruang sebesar 0,9 mm3. Jumlah
eosinofil yang dihitung dikali 10 x 10 : 9 ialah jumlah per µl darah.

Rumus = µ x 1/t x p = ...../mm3


A
= µ x 1/0,1 x 10 = ..../mm3
9

Perhitungan : Dengan Kamar Hitung Fush Rosenthal

Rumus = µ x 1/t x p = ...../mm3


A
= µ x 1/0,2 x 10 = ..../mm3
16
Keterangan :
µ : Jumlah sel yang didapat
t : tinggi Kamar Hitung
p : pengenceran
A : luas Kamar Hitung

Harga normal :
Eosinofil : 50 - 300/mm3

45
Catatan :
Karena jumlahnya kecil, menghitung sel eosinofil kesalahannya rata-rata dengan cara
diatas mendekati 35%.

46
PERTEMUAN 10 : HITUNG RETICULOSIT

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah Retikulosit dalam %.

Prinsip :
Sel-sel reticulosit adalah eritrosit yang muda yang mengandung sisa dari R.N.A yang
basophilic ( berwarna biru ).

Bahan pemeriksaan :
- Darah kapiler atau darah vena dengan anticoagulant.

Alat yang dipakai :


- Obyek glass
- Deg glass
- Pipet
- Mikroskop

Reagent :
1. New Methylene Blue, terdiri dari :
- New Methylene Blue 0,5 g
- Natrium chloride 0,8 g
- Kalium oxalat 1,4 g
- Aquadest qs 100 ml
2. Brilliant Cresyl Blue; terdiri dari :
- Brilliant Cresyl Blue 1,0 g
- Natrium sitrat 0,4 g
- Natrium chlorida 0,85 g
- Aquadest qs 100 ml
Larutan bahan catnya didalam saline, tambahkan Natrium sitrat, campurlah.
Semua larutan disaring sebelum dipakai.

47
Prosedur :
A. Sediaan basah :
1.a. Taruhlah 1 tetes larutan brilliant cresyl blue dalam alkohol ditengah kaca
obyek dan biarkan sampai kering ( kaca dengan bercak zat warna itu boleh
disimpan untuk menjadi persediaan yang dapat dipakai ).
Kalau akan menggunakan larutan brilliant cresyl blue dalam garam, langkah
1.a diganti dengan :
b. Taruhlah 1 tetes larutan zat warna tersebut diatas kaca obyek kemudian
lanjutkan dengan langkah 2.
2. Taruhlah setetes kecil darah pada bercak kering atau kearah tetes zat warna.
Dan segeralah campur darah dan zat warna itu dengan memakai sudut kaca
obyek lain.
3. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup.
Lapisan darah dalam sediaan basah ini harus tipis benar.
4. Biarkan beberapa menit atau masukkan dalam cawan petri yang berisi kertas
saring basah jika px. ditunda.
5. Periksalah memakai lensa imersi dan tentukan berapa banyak reticulosit
didapat antara 1000 eritrosit.
B. Sediaan kering :
1. Masukkan 0,5 sampai 1 ml larutan brilliant cresyl blue kedalam tabung kecil.
2. Campurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan selama 5 menit.
3. Dari campuran itu diambil setetes untuk membuat sediaan apus seperti biasa
yang kemudian dipulas Wright atau Giemsa.
( campuran diatas boleh juga dipakai untuk membuat sediaan basah : setetes
diletakkan keatas kaca obyek dengan ditutup oleh kaca penutup ).
4. Periksalah dengan lensa emersi dan hitunglah jumlah reticulosit yang terlihat
per 1000 eritrosit.

Harga normal :
Jumlah reticulosit biasanya dihitung dengan % atau perseribu eritrosit.
Nilai normalnya 0,5 – 1,5% dari jumlah eritrosit.
Nilai normalnya 25.000 – 75.000/mm3 darah.

Catatan :

48
Retikulum akan terlihat banyak atau jarang tergantung dari kedewasaan sel. Reticulosit
yang termuda akan mengandung lebih banyak RNA, sedang reticulosit yang lebih
masak akan mengandung sedikit RNA.
Adanya struktur reticulosit dalam eritrosit hanya dapat dinyatakan dalam eritrosit yang
masih hidup, eritrosit yang telah kering pada sediaan atau yang telah mati ( karena
terlalu lama ) dalam oxalat tidak dapat dipulas vital lagi.
Setelah mencampur setetes darah dengan zat warna tambahkan pula 2 – 4 tetes NaCl
fisiologis supaya penyebaran eritrosit tidak terlalu padat.
Sediaan basah sangat tepat dipakai untuk rutin karena cepat.
Jika ingin menyimpan sediaan reticulosit maka sediaan keringlah yang harus dibuat.
Baik sediaan kering atau basah harus dibuat setipis benar karena eritrosit harus nampak
terpisah satu dari yang lain.

Sumber-sumber kesalahan :
1. Penting sekali untuk diperhatikan bahwa darah dan larutan catnya harus dicampur
dengan baik sebelum membuat hapusan.
Retikulosit mempunyai Bj yang lebih rendah dari eritrosit yang masak sehingga
dalam campuran itu reticulositnya akan berada disebelah atas eritrosit.
2. Seringkali eritrosit terlihat didalam apusan yang mempunyai daerah yang sangat
refraktil. Eritrosit ini jangan dihitung sebagai reticulosit. Adanya eritrosit yang
demikian itu kemungkinan besar disebabkan oleh udara yang lembab dan kurang
keringnya hapusan.
3. Adanya kadar glukosa yang tinggi didalam darah akan memyebabkan reticulosit
yang tidak baik apabila dicat.

49
50

Anda mungkin juga menyukai