Anda di halaman 1dari 116

PENUTUN PATOLOGI KLINIK

ILMU PATOLOGI KLINIK

OLEH
Dr. Fatmawati,Sp.PK

Meimi Lailla,SKM

Zainiar,Am.D

Fakultas Kedokteran Universitas Riau


Pekanbaru

1
TUJUAN PRAKTIKUM ILMU PATOLOGI KLINIK

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menerangkan fungsi alat-alat yang digunakan sesuai dengan penuntun praktikum


2. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dengan benar sesuai penuntun praktikum
3. Bekerja sama dengan kelompok dalam mengerjakan praktikum dan membahas hasil
praktikum
4. Dapat membaca hasil praktikum dan menilai hasil yang diperoleh pada praktikum
5. Dapat menyimpulkan hasil praktikum
6. Menerangkan perbedaan hasil yang didapat oleh kelompoknya dengan hasil yang diperoleh
kelompok lain
7. Membuat laporan praktikum sesuai prosedur yang dikerjakan pada hari itu
8. Menerangkan hasil praktikum yang didapat sesuai teori
9. Menunjukkan keterampilan yang diperoleh dari praktikum
10. Memelihara dan membersihkan alat-alat yang telah digunakan

2
TATA TERTIB PRAKTIKUM ILMU PATOLOGI KLINIK

1. Mahasiswa harus hadir lima belas (15) menit sebelum praktikum dimulai
2. Mahasiswa dilarang memasuki ruangan praktikum sebelum mendapat izin dari analis
3. Mahasiswa harus membaca penuntun praktikum dan teori yang berhubungan dengan
praktikum pada hari itu sehingga dapat mengikuti kuis yang diadakan 5 menit sebelum
praktikum dimulai
4. Mahasiswa yang datang terlambat tanpa alasan yang sah tidak diperkenankan ikut
praktikum dan dianggap absen tanpa alasan yang sah
5. Mahasiswa yang tidak hadir pada waktu praktikum harus memberikan surat keterangan
yang sah selambat-lambatnya 1 minggu setelah praktikum kepada koordinator pendidikan
(Kodik) S1 Patologi Klinik
6. Mahasiswa harus memakai jas lab dan sepatu tertutup selama praktikum berlangsung.
Tidak dibenarkan memakai kaos oblong dan membawa tas ke dalam ruangan praktikum
7. Selama praktikum mahasiswa dilarang bersenda gurau, makan-minum, meninggalkan ruangan
praktikum tanpa seijin dosen pembimbing serta mengerjakan hal lain yang tidak
berhubungan dengan praktikum pada hari itu
8. Masing-masing kelompok harus memilih 1 ketua kelompok yang bertanggung jawab penuh
terhadap kelompok
9. Mahasiswa harus menjaga kebersihan alat, meja dan ruangan praktikum. Jika ada zat yang
tumpah agar segera dibersihkan dengan pembersih yang sesuai.
10. Mahasiswa baru boleh meninggalkan ruangan praktikum setelah alat, meja dan ruangan
praktikum rapi dan bersih seperti sebelum praktikum.
11. Bila terjadi kerusakan alat (pecah/hilang) maka mahasiswa wajib melaporkan kepada analis
dan mengganti dengan alat /bahan yang sama
12. Setelah selesai praktikum mahasiswa harus membuat laporan praktikum dan diserahkan
oleh ketua kelompok masing-masing kepada dosen pembimbing untuk dikoreksi selambat-
lambatnya 1 minggu setelah praktikum.
13. Mahasiswa yang tidak mentaati peraturan diatas akan diberikan teguran lisan dan bila tetap
mengulangi akan dikeluarkan dari ruang praktikum dan dianggap absen tanpa alasan yang
sah
14. Mahasiwa yang absen > 10% tidak dapat mengikuti ujian praktikum

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ......

TUJUAN PRAKTIKUM ILMU PATOLOGI KLINIK........................................

TATA TERTIB PRAKTIKUM ILMU PATOLOGI KLINIK...............................

DAFTAR ISI....................................................................................................... .......

PENGENALAN PERALATAN LABORATORI PATOLOGI KLINIK...............

HEMATOLOGI RUTIN..............................................................................................

MENGENAL SEL SERI ERITROPOIETIK DAN


MIELOPOIETIK………………………………………………………………………………………………........

MEMBACA SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI………………………………………………….

MORFOLOGI ANEMIA ……………………………………………………………..........................

HITUNG JUMLAH TROMBOSIT…………......................................................... .....

HITUNG RETIKULOSIT.................................................................................. ....

MASA PERDARAHAN DAN MASA PEMBEKUAN………………………………………..

ANALISA CAIRAN PLEURA............................................................................ .... 41

URINALISIS RUTIN.......................................................................................... .... 47

PEMERIKSAAN FAAL GINJAL....................................................................... .... 60

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE CELL TYPING................. 66

PEMERIKSAAN COOMB TEST DIREK.......................................................... .. 67

ANALISA FESES.............................................................................................. .... 69

TES TERHADAP DARAH SAMAR................................................................. 73

ANALISA CAIRAN OTAK................................................................................. .... 74

ANALISA SPERMA......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... .... 8

4
PENUNTUN PRAKTIKUM

PENGENALAN PERALATAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

I. TUJUAN

Praktikum pengenalan terhadap peralatan laboratorium bertujuan agar :


A. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip keselamatan pasien/orang coba di

laboratorium

B. Memahami pedoman keselamatan bekerja di laboratorium

C. Memahami prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi di laboratorium

D. Memahami jenis-jenis peralalatan laboratorium yang digunakan untuk

praktek pemeriksaan labortorium sederhana dan memahami kegunaan alat,

prosedur pemakaian alat laboratorium serta memahami dan mampu

mempraktekkan prosedur pemeliharaan peralatan laboratorium

E. Mahasiswa mampu menemukan kamar hitung dengan objektif 10 dan 40 kali

F. Mahasiswa mmpu membedakan darah utuh, plasma dan serum

G. Mahasiswa mampu mengenal, mengetahui kegunaan reagen umum di

laboratorium Patologi Klinik

II. PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DI LABORATORIUM

Isu patient safety (keselamatan pasien) sebagai mana yang terdapat dalam
International Patient Safety Goal juga harus diterapkan kepada orang
percobaan (OP) di laboratorium. Beberapa prinsip keselamatan pasien yang
harus diterapkan di laboratorium adalah
a. Identifikasi benar : dua dari 3 (nama, tanggal lahir, umur), labeling benar

b. Penilaian risiko nyeri (pain) : Skor nyeri

c. Penilaian risiko jatuh : scoring

d. Pencegahan infeksi dan penatalaksanaan komplikasi akibat

5
III. PEDOMAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI DI LABORATORIUM

Pemeriksaan di laboratorium patologi klinik menggunakan spesimen klinis yang


berasal dari pasien. Spesimen klinis tersebut merupakan bahan infeksius yang
berpotensi menularkan penyakit infeksi apabila tidak ditangani secara benar.
Sesuai dengan prinsip kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi, maka tindakan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) yang harus
diterapkan di laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Selalu mencuci tangan secara aseptik sebelum dan sesudah menangani

spesimen

b. Menggunakan sarung tangan dalam menangani spesimen laboratorium. Tidak

menyentuh benda-benda “bersih” selama bekerja menggunakan sarung tangan

c. Menggunakan jas laboratorium dengan benar, semua kancing terpasang rapi

dan penutup kepala dimasukkan ke dalam jas laboratorium

d. Menggunakan sepatu tertutup dan masker jika ada risiko terkena percikan

droplet (aerosol)

e. Kuku pendek dan tidak memakai perhiasan seperti gelang, cincin dan arloji

selama bekerja di laboratorium

f. Tidak makan dan minum atau menggunakan make up dilaboratorium

g. Spesimen klinis padat di buang ke tempat smpah infeksius (limbah medis),

limbah cair di buang ke wastafel infeksius yang terhubung ke IPAL, jarum

bekas pakai, sampah benda tajam, lancet dan pecahan kaca di buang ke

tempat sampah benda tajam untuk di hancurkan atau dibakar di incenerator

h. Tidak menyentuh mata, mulut aatau membran mukosa lainnya selama

menangani spesimen

i. Jika terjadi tumpahan cairan tubuh (bahan infeksius) harus dilakukan

penanganan dengan benar.


6
i. Gunakan APD dan spill kit

ii. Cairan diserap sebanyak-banyaknya dengan kertas tisu atau koran

iii. Genangi bekas tumpahan dengan cairan pemutih (Bayclin 0.5 %), tunggu

selama 5 menit

iv. Lap dengan kain basah

v. Tuangi bekas tumpahan dengan detergent

vi. Tunggu 3 menit

vii. Lap dengan kain basah

viii. Lap lagi dengn tisu sampai kering

IV. PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LABORATORI UM

Laboratorium merupakan tempat yang potensial untuk terjadinya bahaya dan


kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan karena laboratorium banyak menyimpan
dan menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) yang dapat
mencederai praktikan baik karena tertelan, tertumpah atau terhirup. Namun di
laboratorium juga terdapat risiko keamanan lain seperti kebakaran, ledakan
dan lain-lain
Beberapa prinsip keselamatan kerja yang harus diterapkan di laboratorium
adalah:
a. Mengurangi risiko tertusuk jarum bekas

b. Menggunakan bulb pada saat pipetting

c. Menggunakan APD yang sesuai

d. Menutup centrifuge yang sedang digunakan dan digunakan dengan

penyeimbang

e. Meminimalisir komplikasi akibat pengambilan sampel

f. Penanganan jika tertelan, terkena mata, terhirup, kena tumpahan cairan B3

g. Mengerjakan tes Rivalta dengan membuka jendela dan menggunakan masker

7
V. JENIS-JENIS PERALATAN DI LABORATORIUM, KEGUNAAN,

PROSEDUR PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN

LABORATORIUM (DEMO, ASISTENSI)

A. Mikroskop, xylol, tisue khusus pembersih mikroskop, sarung mikroskop

B. Slide/kaca objek/deck glass

C. Immersion oil

D. Manual Cell counter, kamar hitung Improved NewBauer, pipet leukosit,

pipet eritrosit

E. Pipet Pasteur, mikropipet otomatik (fixed dan adjusted)

F. Centrifuge darah/urine, centrifuge mikrohemtokrit+ skala baca

G. Tabung reaksi dan rak nya

H. Tabung Westergreen, Tabung Wintrobe

I. Tabung vakum (Vacutainer, Vacuette dll) : EDTA, Plain (+clot activator),

Citrat, Heparin, NaF dll.

J. Gelas ukur, pipet volumetrik, pipet serologik

K. Pemegang/penjepit tabung

L. Lampu spritus

M. Penampung urin, penmpung feses, tabung sedimen urin,

N. Reagen umum di laboratorium : metanol absolut, alkohol 70%, Giemsa,

Eosin, Na Cl 0.9 % (Saline solution), Aquabidest

O. Torniquette, syringe dan needle, blood lancet (pen blood lancet)

P. Kertas saring

Q. Pipet kapiler

R. Timer/stopwtach

S. Water bath

8
VI. LEMBAR KERJA MAHASISWA

Rangkuman Pengenalan Peralatan Laboratorium

No Nama Alat Kegunaan Maintenance Ket.


1.
2.

PRAKTIKUM

HEMATOLOGI RUTIN

9
1. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN CARA CYANMETHEMOGLOBIN
Kadar hemoglobin dapat diperiksa dengan berbagai macam cara, akan tetapi cara yang
dianjurkan oleh International Comitee for Standardization in Hematology (ICSH) adalah
dengan cara sianmethemoglobin (HiCN). Dengan mengukur intensitas warna hemoglobin
sianida yang berbanding lurus dengan kadar hemoglobin akan didapatkan kadar hemoglobin
darah. Cara ini mudah dilakukan dan semua macam pigmen hemoglobin dapat diperiksa
kecuali sulfhemoglobin. Kadar hemoglobin rendah menunjukkan anemia, sedangkan kadar
hemoglobin diatas nilai rujukan adalah polisitemia.

a. Tujuan

Mengetahui kadar hemoglobin darah dengan metode Cyanmethemoglobin

b. Prinsip
Hemoglobin oleh K3Fe(CN)6 akan dirubah menjadi methemoglobin yang kemudian akan
menjadi hemoglobin sianida oleh KCN.

c. Alat dan Bahan


Bahan
Darah lengkap dengan antikoagulan K2EDTA sebanyak 1-1,5 mg/ml darah
Reagen
Larutan sianida menurut Van Kampen & Zijlstra (VKZ) pH 7,0-7,4
Larutan standar HiCN 55-85 mg/dl, ex larutan standar HiCN 57,2 mg/dl ~ kadar
Hemoglobin 5020/20 x 57,2 mg/dl + 14,4 g/dl

Alat
Pipet volumetrik 5 mL
Pipet Sahli
Spektrofotometer (540 nm)
Stop watch

d. Cara kerja
• Pembuatan kurva standar
o Buat pengenceran larutan standar sebesar 25%, 50%, 75% dan 100% dari
larutan standar
o Baca serapan tiap pengenceran (A) pada panjang gelombang 540 nm dengan
larutan sianida sebagai blanko
o Hitung faktor (F) sesuai rumus jumlah hemoglobin larutan standar/jumlah
serapan (S)
o Faktor (F) = 36/0,980 = 36,8

10
Tabung Kadar Lar. Standar Campuran larutan (ml) Serapan
pengenceran (%) g/dl HiCN
Sianida Standar
No. (S)
1 0 0 2 0 0
2 25 3,6 1,5 0,5 0,098
3 50 7,2 1 1 0,196
4 75 10,8 0,5 1,5 0,294
5 100 14,4 0 2 0,392
Jumlah 36 0,980

• Cara pemeriksaan
o 5 mL larutan sianida dicampur dengan 20 uL darah, biarkan selama 3 menit
o Baca serapan (S) yang terjadi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm
o Kadar hemoglobin dapat dihitung dengan menggunakan rumus : SX F
o Nilai normal
Pria : 13-16 g/dl
Wanita : 12-14 g/dl

e. Hasil praktikum
............................................................................................
............................................................................................
...................................................................
2. Pemeriksaan Hemoglobin cara Sahli
Prinsip Kerja: Hemoglobin diubah menhadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.
Reagen
HCl 0,1 N

Alat
Hemometer
Pipet Sahli
Pipet Hemoglobin
Tabung EDTA
Tissu
Stop watch

Cara:
1. Masukan kira – kira 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer.
2. Isaplah darah (Kapiler, EDTA atau oxalat) dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda
20 ul.

11
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet dengan tissu.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung
pengencer yang berisi HCl itu. Hati – hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu hisap asam HCl yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3
kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet,
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran menjadi
coklat tua.
7. Tambahkan air setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia.
Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai dalam waktu 3 – 5 menit
setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya
tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.

Kesalahan – kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara sahli:

1. Tidak tepat mengambil 20 ul darah.


2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas.
3. Tidak baik mengaduk camppuran darah dan asam pada waktu mengencerkan.
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan perbandingan
warna.
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya, tabung itu dibolak
balikkan dengan menutupnya memakai ujung jari.
6. Ada gelembung udara dipermukaan pada waktu membacanya
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai.

3. PEMERIKSAAN LED
Kecepatan mengendap eritrosit dalam satuan waktu (jam) disebut sebagai laju endap darah
(LED). Laju endap darah dapat meningkat pada berbagai keadaan sehingga tidak bersifat
spesifik.

a. Tujuan
Menentukan kecepatan sedimentasi (pengendapan) eritrosit dalam darah yang telah
diberi antikoagulan dan diletakkan dalam tabung Westergreen (dianjurkan oleh
International Comitee for Standardization in Hematology ICSH) atau tabung Wintrobe.
Satuannya adalah mm
b. Prinsip

Untuk pengendapan eritrosit pada pemeriksaan LED terjadi 3 proses yaitu

1. Proses agregasi
2. Pembentukan Rouleaux
3. Proses sedimentasi

12
c. Alat dan Bahan

Bahan

Darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1.Dapat juga
dipakai darah vena dicampur dengan antikoagulan larutan Na sitrat 0,109 M dengan
perbandingan 4:1

Alat

Pipet Westergreen

Rak untuk pipet Westergreen

Bulb

Stopwatch

Reagen

Larutan Na sitrat 0,109 M

NaCl 0,9%

d. Cara kerja
• Isi pipet Westergreen dengan darah yang telah diencerkan sampai garis tanda 0.
Pipet harus bersih dan kering
• Letakkan pipet pada rak dan perhatikan posisisnya betul-betul tegak lurus pada
suhu kamar (18-250C). Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran
• Setelah tepat 1 jam baca tinggi plasma dan laporkan hasilnya dalam mm
• Nilai normal
Pria : < 10 mm
Wanita : < 15 mm

e. Hasil praktikum
............................................................................................
............................................................................................
......................................................................

4. HEMATOKRIT
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara makro dan cara mikro.
Pada cara makro dipakai tabung Wintrobe yang mempunyai panjang 110 mm dan diameter
2,5-3 mm, sedangkan cara mikro menggunakan pipet kapiler yang panjangnya 75 mm dan
diamter 1 mm. Pemeriksaan ini dipakai untuk mengetahui ada atau tidaknya anemia dan
dipakai untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata (NER).

13
a. Tujuan
Untuk mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam %
b. Prinsip

c. Alat dan Bahan


Bahan
Darah EDTA atau
Darah heparin 15-20 IU/mL
Alat
Lancet
Pipet kapiler
Dempul/wax atau api bunsen
Mikrosentrifuge/makrosentrifuge
Grafik alt baca hematokrit cara mikro

d. Cara kerja hematokrit cara mikro


i. Isilah pipet kapiler dengan darah kapiler atau darah dengan antikogulan
ii. Salah satu dari ujung pipet disumbat dengan dempul atau dibakar. Hati-hati
darah jangan sampai ikut terbakar
iii. Tabung kapiler dimasukkan ke dalam alat mikrosentrifuge dengan bagian
disumbat mengarah keluar
iv. Tabung kapiler tersebut diputar selama 5 menit dengan kecepatan 16.000
RPM.
v. Besarnya hematokrit dibaca dengan alat baca yang telah tersedia
vi. Jika nilai hematokr it > 50%, pemutaran diulang selama 5 menit lagi
• Nilai normal

e. Cara kerja hematokrit cara makro


1. Campur darah dengan seksama sampai homogen
2. Masukkan darah kedalam tabung Wintrobe memakai pipet Wintrobe atau memakai
pipet Pasteur hingga mencapai angka 100, dimulai dari dasar tabung dan hindari
terjadinya gelembung udara dalam tabung
3. Tabung yang telah berisi darah diputar selama 30 menit pada kecepatan 3000-
4000 RPM.
4. Hasil hematokrit dibaca dengan memperhatikan :
a. Tinggi kolom eritrosit yang dibaca sebagai hematokrit yang dinyatakan
dalam %
b. Tebalnya lapisan putih diatas kolom eritrosit yang tersusun dari leukosit
dan trombosit. Lapisan ini disebut buffy coat dan dinyatakan dalam mm
c. Warna kuning dari lapisan plasma yang disebut indeks ikterus. Warna kuning
tersebut dapat menggambarkan kadar bilirubin di darah jika warnanya

14
dibandingkan dengan warna larutan kalium bikromat yang intensitas
warnanya dinyatakan dalam satuan S.
5. Bila nilai hematokrit > 50% putar tabung kembali selama 30 menit
• Nilai normal
o Pria : 40-48%
o Wanita : 37-43%

f. Hasil praktikum
............................................................................................
............................................................................................
..........................................................................

5. HITUNG LEUKOSIT
Untuk menghitung leukosit dapat digunakan cara otomatis dan cara manual. Cara
manual merupakan metode rujukan tetapi tidak dapat dipakai untuk jumlah sampel yang
banyak. Cara otomatis lebih mudah, cepat dan teliti. Untuk cara manual digunakan kamar
hitung, yang paling sering sipakai adalah Improved Neubauer. Kamar hitung ini memiliki
tinggi 0,1 mm dan mempunyai garis bagi ssperti gambar di bawah ini:

Untuk hitung leukosit dihitung jumlah sel dalam 4 bidang besar (1,2,3,4).

a. Tujuan
Menghitung jumlah leukosit didalam darah secara manual memakai kamar hitung
Improved Neubauer

b. Prinsip
Darah diencerkan dengan suatu larutan tertentu (Turk), jumlah leukosit didalam
volume pengenceran tersebut selanjutnya dihitung dengan menggunakan kamar hitung

c. Alat dan Bahan


Alat
1. Pipet otomatik 20 uL
2. Pipet otomatik 1000 uL (adjustable)
3. Tabung ukuran 75x12 mm
4. Hemositometer yang terdiri dari kamar hitung Improved Neubauer dengan kaca
penutup dan pipet Thoma (pipet leukosit). Pipet leukosit terdiri dari sebuah pipa
kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujungnya menjadi bola.
Dalam bola tersebut terdapat sebutir kaca putih. Padabatang kapiler terdapat garis
bertandakan 0,5 dan 1,0.Garis di atas bola diberi angka 11. Jika darah diisap sampai
tanda 0,5 dan selanjutnya di isap larutan pengencer sampai tanda 11 maka darah
dalam bola pipet telah diencerkan sebanyak 20 kali

15
5. Pipet Pasteur
6. Mikroskop
7. Parafilm

Bahan

Darah EDTA dengan kadar 1 mg EDTA untuk 1 ml darah

d. Reagen
Larutan Turk :
Larutan asam asetat 2% ditambah gentian violet 1% sebanyak 1 ml sehingga berwarna
ungu muda. Larutan ini melisiskan eritrosit dan trombosit tetapi tidak memecah
leukosit dan eritrosit berinti. Gentian violet bertujuan untuk mewarnai inti dan
granula leukosit

e. Cara kerja
• Encerkan darah EDTA sebanyak 1:20 dengan lautan Turk sebagai pengencer
(larutan pengencer 380 uL + 20 uL darah EDTA ) kedalam tabung . Sebelum
memasukkan darah ke tabung hapus dulu kelebihan darah di ujung pipet dengan
tissue/kapas. Hati-hati agar darah di dalam pipet tidak ikut terserap
• Darah yang tersisa dalam pipet dibilas dengan menghisap dan mengeluarkan
larutan pengencer sebanyak 3 kali
• Tutup tabung dengan parafilm lalu campur darah sampai homogeny.
Pencampuran dilakukan selama 1 menit
• Letakkan kaca penutup kamar hitung di atas kamar hitung yang bersih dan
kering
• Isi kamar hitung dengan menggunakan pipet Pasteur. Ulangi pengisisan kamar
hitung jika :
o Terlalu banyak cairan yang masuk sehingga mengisi parit kamar hitung
o Kamar hitung tidak terisi sepenuhnya
o Terdapat gelembung udara di dalam kamar hitung
• Setelah di isi, biarkan selama 3 menit agar leukosit mengendap.
• Letakkan kamar hitung dengan hati-hati di bawah mikroskop dalam keadaan
rata air. Turunkan kondensor dan kecilkan diafragma. Gunakanlah pembesaran
objektif 10 kali untuk mencari daerah yang akan dihtung. Untuk hitung leukosit
gunakan pembesaran 10x45
• Hitung semua leukosit yang ada pada ke 4 bidang besar. Kadang-kadang ada
sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas suatu bidang, sel-sel yang
menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas haruslah dihitung.
Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis bawah dan batas sebelah kanan
tidak dihitung
• Hitung jumlah leukosit per uL dengan rumus NX 50. N adalah jumlah leukosit
di dalam 4 bidang besar, 50 adalah factor.

16
f. Hasil praktikum
............................................................................................
............................................................................................
......................................................................

Menghitung Jumlah Eritrosit

Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukan kedalam kamar hitung. Jumlah
eritrosit dihitung dalam voluma tertentu; dengan menggunakan faktor konversi jumlah eritrosit
per ul darah dapat diperhitungkan.

17
Sebagai larutan pengencer dipakai larutan Hayem; natriumsulfat (berair kristal) 5g;
natriumchorida 1 g; merkurichlorida 0,5 g ; aquadest ad 200ml. Juga boleh dipakai larutan
Gowers: natriumsulfat 12,5 g ; asam asetat 33,3 ml ; aquadest ad 200ml. Saringlah larutan –
larutan sebelum memakainya.

Cara :

A. Mengisi pipet eritrosit


Tindakan – tindakan sama seperti cara mengisi pipet leukosit: darah diisap sampai garis
tanda 0,5 dan larutan pengencer sampai garis tanda 101.
B. Mengisi kamar hitung
Sama seperti diterangkan pada „menghitung leukosit“
C. Menghitung jumlah sel
1. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dalam sikap
rata air.
2. Aturlah fokus terlebih dahulu dengan memakai lensa objektif kecil (10X), kemudian
lensa itu diganti dengan lensa objektif besar (40X) sampai garis – garis bagi dalam
bidang besar tengah jelas nampak.
3. Hitunglah semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang
kecil, umpamanya pada keempat sudut bidang besar ditambah yang ditengah – tengah.
Cara menghitung sel sama seperti untuk menghitung jumlah leukosit, yaitu mulai dari
kiri kekanan kemudian dari kanan ke kiri, dst. Kepastian untuk menghitung atau
tidaknya eritrosit yang menyinggung garis batas sama juga seperti leukosit.
D. Perhitungan
Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali. Luas tiap bidang kecil 1 / 400
mm , tinggi kamar hitung 1 / 10 mm, sedangkan eritrosit dihitung dalam 5 X 16 bidang
2

kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm2.


Faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5 X 10 X 200 =
10000.

Catatan:

Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung jumlah eritrosit ialah 200X ; tetapi
menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah sesuai dengan keadaan itu. Untuk
mengecilkan kesalahan tehnik haruslah sekurang – kurangnya 400 eritrosit dihitung dalam kamar
hitung.

Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih sukar dari pada
menghitung leukosit, ketelitian untuk orang yang cermat bekerja dan yang telah mahir ialah ± 15
%. Orang ceroboh yang tidak berpengalaman mungkin membuat kesalahan yang jauh lebih besar
dari itu.

Kesalahan – kesalahan pada tindakan menghitung eritrosit

18
Pada umumya sama seperti telah diterangkan pada tindakan menghitung leukosit. Satu
kesalahan khusus yang sering dibuat ialah menghitung jumlah eritrosit memakai lensa objektif
kecil, yaitu objektif 10 X, sehingga sangat tidak teliti hasilnya.

19
PRAKTIKUM

MENGENAL SEL SERI ERITROPOIETIK DAN SERI MIELOPOIETIK

Tujuan

Mengenal sel seri eritropoietik dan seri mielopoietik berdasarkan ciri-ciri morfologis sel
pada setiap stadium pematangan

20
Prinsip

Sel darah yang beredar di darah tepi berasal dari sel induk di sumsum tulang setelah melalui
beberapa tahap pematangan

Secara umum pada saat pematangan sel terjadi perubahan :

Ukuran sel
Semakin tua sel semakin kecil ukuran sel

Inti sel
Ukuran : Mulanya besar, makin tua makin kecil/pecah → hilang

Bentuk : Mulanya bulat → berlekuk → berlobus → hilang

Warna : Merah → kebiruan

Kromatin : Mulanya halus → kasar dan memadat/menggumpal

Anak inti : mulanya ada → tidak ada/hilang

Sitoplasma
Warna : Mulanya biru → kemerahan

Jumlah : Ratio inti terhadap sitoplasma → mulanya kecil → besar

Granula : mulanya tidak ada granula → ada granula, terjadi perubahan warna granula.
Terdapat nya halo /vakuola

Hemopoiesis

Terdapat 3 teori yang mencoba menerangkan hemopoiesis

1. Polifiletik : setiap jenis sel darah mempunyai sel induk masing-masing, terdapat banyak sel
induk (stem cells)
2. Dualistik : hanya terdapat 2 sel induk, untuk seri limfosit dan bukan limfosit
3. Monofiletik : Hanya ada 1 sel induk untuk semua jenis sel

21
Gambar 1. Teori Monofiletik

Alat dan Bahan

1. Sediaan hapus sumsum tulang atau sediaan hapus darah tepi yang telah dipulas Wright atau
Giemsa
2. Mikroskop cahaya
3. Imersi oil
4. Deck glass

SERI ERITROPOIETIK : pada sitoplasma tidak mempunyai granul

22
SEL CIRI MORFOLOGIS

Rubriblas • Sel besar


• Inti besar, berbentuk bulat berwarna merah
dengan struktur kromatin halus
• Sitoplasma berwarna biru, terdapat halo di sekitar
inti, terdapat sitoplasmic bleb (tonjolan sitoplasma)
• Terdapat anak inti (nucleoli)
Prorubrisit • Ukuran lebih kecil dari rubriblas
• Inti berbentuk bulat, struktur kromatin mulai
kasar, anak inti tidak terlihat lagi
• Sitoplasma berwarna biru, lebih pucat dari
rubriblas
Rubrisit • Ukuran lebih kecil dari prorubrisit
• Inti lebih kecil dari prorubrisit, bulat, kromatin
kasar dan menggumpal. Sudah terjadi pembentukan
Hb
• Sitoplasma mulai kemerahan
Metarubrisit • Ukuran lebih kecil dari rubrisit
• Inti bulat, kecil, struktur kromatin padat, warna
biru gelap
• Sitoplasma berwarna merah kebiruan
Eritrosit polikromasi • Ukuran sedikit lebih besar dari eritrosit
• Inti tidak ada lagi
• Sitoplasma merah sedikit kebiruan

Eritrosit • Ukuran paling kecil


• Bentuk bulat, tepi rata
• Sitoplasma kemerahan

SERI MIELOPOIETIK

SEL CIRI MORFOLOGIS

23
Blas (mielo- • Ukuran besar
monoblas) • Inti besar, ratio inti dan sitoplasma kecil, bentuk bulat, berwarna merah
muda dengan kromatin halus
• Anak inti berjumlah 2-5 buah
• Sitoplasma relative sedikit dibanding inti, warna biru kelabu, tidak
mengandung granula, dapat dijumpai tonjolan sitoplasma
Promielosit • Ukuran hampir sama dengan blas
• Inti bulat atau lonjong, warna merah kebiruan, terletak di tengah atau di
tepi, kromatin nulai agak kasar, anak inti masih dapat dijumpai
• Sitoplasma relative sedang dibanding inti, warna kebiruan, mengandung
granula primer (metakromatik)
Mielosit • Ukuran sedikit lebih kecil dari promielosit
• Inti lebih kecil dari inti promielosit, bentuk mendatar pada salah satu
sisi, terletak agak ke tepi, warna merah kebiruan, kromatin kasar, anak
inti tidak ditemukan lagi
• Sitoplasma warna biru kemerahan, dijumpai granula sekunder (spesifik)
→ eosinofil, basofil, neutrofil.

Metamielosit • Inti mulai melekuk, dalam lekukan kurang dari setengah d inti, warna ungu
kebiruan, kromatin kasar, agak memadat
• Sitoplasma relative banyak, warna merah kebiruan, granula neutrofil
tersebar merata, warna merah muda lebih dominan daripada biru
Netrofil batang • Inti berbentuk U atau dalamnya lekukan lebih dari setengah d inti, warna
ungu kebiruan, kromatin kasar dan padat. Sitoplasma banyak, warna
merah muda, granula neutrofil tersebar merata
Netrofil segmen • Inti terdiri dari 2-5 lobus yang dihubungkan oleh filamen, warna ungu
kebiruan, kromatin kasar dan padat.
• Sitoplasma relativ banyak warna merah muda, granula tersebar merata
Eosinofil • Inti sama dengan netrofil. Sitoplasma merah jingga, tidak menutupi inti
Basofil • Inti sama dengan n. segmen. Sitoplasma mengandung granula yang
berbeda ukurannya, bentuk tak selalu bulat, warna biru hitam ada yang
menutupi inti.

SERI MONOSIT

SEL CIRI MORFOLOGIS

24
Blas (mielo- Bentuk oval, kadang bulat. Warna sitoplasma biasanya biru agak terang.
monoblas) Tidak meiliki granul namun kadang terlihat granul sedikit, halus berwarna
azurophilic. Bentuk inti oval, bulat kadang tidak teratur, kromatin padat
atau menggumpal. Ratio inti terhadap sitoplasma tinggi. Nukleoli terlihat,
ukuran sedang sampai besar, lebih terang dari kromatin, jumlah 1-3.
Promonosit Jarang ditemukan
Monosit • Inti besar, warna biru kemerahan, berbentuk bulat atau seperti
ginjal dan mempunyai lipatan yang menyerupai girus otak, kromatin
kasar dan agak renggang
• Sitoplasma relative besar dibanding inti warna biru kelabu,
mempunyai pseudopodia, mengandung graula halus yang tersebar
merata dan granula azurofil (merah), dapat dijumpai vakuola

SERI LIMFOSIT

SEL CIRI MORFOLOGIS


Blas Bentuk bulat, kadang oval. Sitoplasma berwarna biru agak gelap. Tidak memiliki
(limfoblas) granul. Bentuk inti bulat, kromatin homogen, ratio inti terhadap sitoplasma
tinggi. Nucleolus jelas terlihat, ukuran kecil sampai sedang, terlihat lebih terang
dari kromatin ,jumlah 1-2
Prolimfosit Jarang ditemukan
Limfosit • Ukuran berbeda-beda dari kecil sampai besar. Bentuk bermacam-macam,
bulat atau spindle. Inti relative lebih besar dari sitoplasma, bentuk bulat,
kadang ada lekukan, warna biru ungu, kromatin padat

SERI PLASMOSIT

SEL CIRI MORFOLOGIS


Plasmosit • Bentuk agak lonjong. Inti bulat, letak eksentrik di tepi, kromatin kasar dan
padat. Warna biru tua, terdapat halo di sekitar inti pada poros lonjong sel,
sering di jumpai tonjolan sitoplasma, mempunyai vakuola, tidak bergranula

SERI TROMBOSIT

25
SEL CIRI MORFOLOGIS
Megakariosit • Ukuran besar. Inti membelah tanpa disertai pembelahan sitoplasma,
berlekuk dan berlobus banyak, warna biru kemerahan, kromatin kasar.
Sitoplasma warna merah kebiruan, granula halus tersebar merata, kadang
ada vakuola
Trombosit • Bentuk bulat atau oval dengan pinggir menonjol tidak teratur.Inti tidak
ada, sitoplasma biru mengandung granula halus berwarna biru pada bagian
tengah (granulomer) dan pada bagian tepi tidak mengandung granula
(hialomer).

Cara kerja

1. Letakkan sediaan hapus yang akan diperiksa diatas mikroskop. Naikkan kondensor dan buka
diafragma.
2. Lihat dengan pembesaran objektif 10 kali untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
3. Pilih daerah yang baik untuk diperiksa, dimana eritrosit terletak tidak tumpang tindih dan
tidak pula terlalu berjauhan.
4. Selanjutnya lihat dengan lensa objektif 40 kali, lalu kenalilah sel-sel menurut serinya
berdasarkan ciri-ciri morfologisnya
5. Bila diperlukan dapat dilakukan penilaian morfologi sel lebih lanjut menggunakan lensa
objektif 100 kali dengan cara meneteskan 1 tetes minyak imersi pada bagian sediaan hapus
yang akan dinilai.

HASIL PRAKTIKUM

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………

26
SERI ERITROPOIETIK

RUBRIBLAST PRORUBRISIT

RUBRISIT METARUBRISIT

ERITROSIT POLIKROMASI ERITROSIT MATANG

Seri mielopoietik

27
PROMIELOSIT
MIELOBLAST

MIELOSIT METAMIELOSIT

N. BATANG N. SEGMEN

28
EOSINOPHIL BASOPHIL

Seri trombopoietik

MEGAKARIOSIT TROMBOSIT

LIMFOSIT MONOSIT

29
PLASMOSIT

30
MEMBACA SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

Tujuan

Menilai pelbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit, dan mencari
adanya parasit seperti malaria, tripanosoma serta mikrofilaria

Prinsip

Sediaan hapus yang dibuat dan dipulas dengan baik dapat digunakan untuk pemeriksaan
morfologi sel darah tepi serta mencari parasit

Alat dan Bahan

• Sediaan hapus sumsum tulang atau sediaan hapus darah tepi yang telah dipulas Wright atau
Giemsa
• Mikroskop cahaya
• Imersi oil
• Deck glass
Cara kerja

• Letakkan sediaan hapus yang akan diperiksa diatas mikroskop. Naikkan kondensor dan buka
diafragma.
• Lihat dengan pembesaran objektif 10 kali untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
• Pilih daerah yang baik untuk diperiksa, dimana eritrosit terletak tidak tumpang tindih dan
tidak pula terlalu berjauhan.
• Selanjutnya lihat dengan lensa objektif 40 kali, lalu kenalilah sel-sel menurut serinya
berdasarkan ciri-ciri morfologisnya
• Bila diperlukan dapat dilakukan penilaian morfologi sel lebih lanjut menggunakan lensa
objektif 100 kali dengan cara meneteskan 1 tetes minyak imersi pada bagian sediaan hapus
yang akan dinilai.

Cara melaporkan sediaan

1. Penilaian terhadap eritrosit


Terhadap eritrosit dilakukan penilaian ukuran (size), bentuk (shape), warna
(staining) serta adanya badan-badan inklusi. Ukuran eritrosit normal adalah sebesar inti
limfosit kecil, berbentuk bulat dengan bagian tengah berwarna lebih pucat. Luasnya daerah
pucat tidak lebih dari 1/3 d inti. Perlu dilaporkan adanya kelainan bentuk, badan inklusi
seperti parasit misalnya plasmodium serta adanya eritrosit berinti yang dihitung tiap 100
leukosit

31
2. Penilaian terhadap leukosit
Terhadap leukosit dilaporkan jumlah, hitung jenis, dan kelainan moorfologi. Jumlah
leukosit dilaporkan sebagai normal, meningkat atau menurun. Dalam keadaan normal leukosit
yang dapat dijumpai menurut urutan ng telah dibakukan adalah baofil, eosinofil, n. batang,
n.segmen, limfosit dan monosit. Proporsi jumlah masing-masing jenis leukosit tersebut
mempunyai arti klinik yang penting. Pada keadaan abnormal mungkin pula dijumpai sel-sel
muda. Pada keadaan demikian maka hitung jenis leukosit harus disusun menurut urutan
maturasi seri granulosit yaitu blas, promielosit, mielosit, metamielosit, batang, segmen,
baofil, eosinofil, limfosit dan monosit.

SEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %
Basofil
Eosinofil
N. Batang
N. segmen
Limfosit
Monosit
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100

Gambar 7. Kolom-kolom pada perhitungan hitung jenis leukosit

3. Penilaian terhadap trombosit


Trombosit adalah pecahan sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 um.
Terhadap trombosit dilakukan penilaian terhadap kesan jumlah dan kelainan morfologi.
Dalam keadaan normal, dalam tiap lapangan pandang dengan objektif 40 kali dapat dijumpai
4-8 leukosit per 100 eritrosit

4. Penilaian terhadap lain-lain


Dilaporkan pula hal lain yang abnormal seperti microfilaria, malaria, tripanosoma dan
lain-lain yang dinilai dengan objektif 100 kali

HASIL
PRAKTIKUM………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………

32
PRAKTIKUM

MORFOLOGI ANEMIA

Tujuan

Mengetahui klasifikasi anemia secara morfologis dengan melihat kelainan bentuk eritrosit
di sediaan hapus darah tepi

Prinsip

Berdasarkan morfologi eritrosit di darah tepi anemia diklasifikasikan atas anemia


normositik normokrom, mikrositik hipokrom dan makrositik.

Anemia normositik normokrom :


Jika ukuran eritrosit sebesar inti limfosit kecil dengan darah pucat sepertiga
diameter eritrosit.

Mikrositik hipokrom :
Jika ukuran eritrosit lebih kecil dari inti limfosit kecil dan daerah pucat lebih dari
sepertiga diameter eritrosit.

Makrositik :
Jika ukuran eritrosit lebih besar dari ukuran inti limfosit kecil

33
Gambar 2. Anemia normositik normokrom

Gambar 3. Anemia mikrositik hipokrom

Gambar 4. Anemia makrositik

Alat dan Bahan

• Sediaan hapus sumsum tulang atau sediaan hapus darah tepi yang telah dipulas Wright atau
Giemsa
• Mikroskop cahaya
• Imersi oil
• Deck glass

34
Cara kerja

• Letakkan sediaan hapus yang akan diperiksa diatas mikroskop. Naikkan kondensor dan buka
diafragma.
• Lihat dengan pembesaran objektif 10 kali untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
• Pilih daerah yang baik untuk diperiksa, dimana eritrosit terletak tidak tumpang tindih dan
tidak pula terlalu berjauhan.
• Selanjutnya lihat dengan lensa objektif 40 kali, lalu kenalilah sel-sel menurut serinya
berdasarkan ciri-ciri morfologisnya
• Bila diperlukan dapat dilakukan penilaian morfologi sel lebih lanjut menggunakan lensa
objektif 100 kali dengan cara meneteskan 1 tetes minyak imersi pada bagian sediaan hapus
yang akan dinilai.
• Laporkan sediaan sebagai anemia normositik normokrom, mikrositik hipokrom atau
makrositik

HASIL
PRAKTIKUM………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………….

35
PRAKTIKUM

HITUNG JUMLAH TROMBOSIT

Tujuan

Mengetahui jumlah trombosit per mikroliter darah dengan metode langsung

Prinsip

Darah diencerkan dengan larutan pengencer tertentu dan jumlah trombosit dihitung
dengan kamar hitung

Alat dan bahan

1. Darah dengan antikoagulan EDTA 1 mg/ml darah. (Campur segera setelah


dilakukan pungsi vena)
2. Larutan ammonium oksalat 1% atau Rees Ecker
3. Mikroskop cahaya
4. Haemositometer yang terdiri dari 1 kamar hitung Improved Neubauer dan
kaca penutup
5. Tabung ukuran 75x12 mm
6. Pipet 20 mikroliter 2 ml
7. Plastik penutup
8. Pipet Pasteur
9. Cawan Petri dengan penutupnya
10. Kapas yang dibasahi air secukupnya

Cara kerja

1. Buat pengenceran 1:100 dengan memasukkan larutan ammonium oksalat sebanyak


2 ml kedalam tabung. Tambahkan 20 mikroliter darah EDTA ke dalamnya
2. Campur larutan tersebut dengan cara membolak-balik tabung selama 10-15
menit. Campur kembali suspensi pada saat akan dimasukkan ke kamar hitung.
3. Letakkan kamar hitung yang bersih dan kering pada mikroskop. Letakkan kaca
tutup pada tempatnya. Turunkan kondensor dan tutup diafragma.
4. Cari kamar hitung dengan lensa objektif 10 kali. Untuk hitung trombosit gunakan
lensa objektif 40 kali.
5. Isi kamar hitung dengan cara meneteskan 1 tetes suspensi darah di pinggir kaca
penutup dan kamar hitung. Biarkan kamar hitung terisi penuh dengan sendirinya.
Jangan sampai terbentuk gelembung udara di dalam kamar hitung. Pengisian
tidak boleh terlalu penuh sehingga parit kamar hitung ikut terisi

36
6. Turunkan kembali kamar hitung yang telah terisi, letakkan di dalam cawan Petri
yang telah di isi kapas basah. Tutup cawan Petri, biarkan selama 20 menit agar
trombosit dalam kamar hitung mengendap
7. Setelah 20 menit letakkan kembali kamar hitung ke atas mikroskop lalu hitung
trombosit yang ada di dalam 1 bidang besar di tengah-tengah kamar hitung

Gambar . KAMAR HITUNG IMPROVED NEUBAUER

Luas 1 bidang besar : 1 mm2

Tinggi kamar hitung : 0.1 mm

Jumlah trombosit permikroliter darah :

x faktor pengenceran
Jumlah trombosit yang dihitung (n)

Volume kamar hitung

n
x 100

1 x 1 x 0.1

37
n x 1000

Nilai normal : 200 – 400 ribu/ul

38
PRAKTIKUM

HITUNG RETIKULOSIT

Tujuan

Mengetahui persentase eritrosit muda (retikulosit) di darah tepi pada sediaan yang
diwarnai pada keadaan vital untuk mengetahui produksi eritrosit di sumsum tulang.

Prinsip

Zat warna Brilliant Cresyl Blue (BCB) akan mewarnai sisa ribosom dan RNA pada
retikulosit yang tampak sebagai filament atau granula berwarna biru

Alat dan bahan

1. Darah EDTA / kapiler segar


2. Zat warna BCB
3. Minyak imersi
4. Mikroskop cahaya
5. Tabung reaksi ukuran 12 x 75 mm
6. Kaca objek 2 buah
7. Pipet Pasteur
8. Plastik tutup

Cara kerja

1. Masukkan 3 tetes zat warna ke dalam tabung reaksi. Tambahkan darah yang akan
diperiksa dalam jumlah yang sama banyak
2. Tutup tabung dengan plastik. Campur rata dengan cara membolak balik tabung
sebanyak ± 20 kali
3. Biarkan (inkubasi) campuran di dalam tabung reaksi selama 3-60 menit
4. Setelah di inkubasi campuran di bolak balik lagi sampai homogen lalu di ambil 1
tetes untuk dibuat sediaan hapus
5. Sediaan hapus dibiarkan kering di udara lalu diperiksa di bawah mikroskop
dengan lensa objektif 10 kali. Cari daerah dimana eritrosit tindak tumpang tindih
dan tidak terlalu berjauhan.
6. Teteskan 1 tetes minyak imersi. Dengan lensa objektif 100 kali cari daerah
dimana terdapat ± 1000 eritrosit tiap lapangan pandang.
7. Hitung jumlah retikulosit yang terdapat dalam lapangan pandang tersebut.
8. Hitung retikulosit dalam 10 lapangan pandang. Catat jumlah retikulosit yang
dijumpai dalam 10 lapangan pandang tersebut dan laporkan dalam persen

39 X 100%
Jumlah retikulosit dalam 10 lapangan pandang (n)

1000

Gambar 6. (1) Eritrosit polikromasi. (2) Retikulosit dengan pewarnaan


supravital

Nilai normal : 0.5 – 1.5 %

HASIL
PRAKTIKUM………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

PRAKTIKUM

40
MASA PERDARAHAN DAN MASA PEMBEKUAN

5.1. MASA PERDARAHAN CARA IVY

Tujuan

Menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler

Prinsip

Pada keadaan faktor-faktor hemostasis ekstravaskuler, dinding kapiler dan jumlah


trombosit normal, maka perdaraan pada kapiler akan berhenti dalam waktu tertentu

Alat dan Bahan

1. Kapas alkohol 70%


2. Sfigmomanometer
3. Blood lancet
4. Stopwatch
5. Kertas saring

Cara kerja

1. Bersihkan bagian volar lengan bawah dengan kapas alcohol 70%. Biarkan sampai kering lagi
2. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas (± 3 jari di atas lipat siku) dan pompalah
sampai tekanan 40 mmHg. Pertahankan tekanan tersebut selama percobaan berlangsung
3. Regangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuklah dengan lancet pada
tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sedalam 3 mmm (diameter bercak darah pada
waktu pertama kali dihisap dengan kertas saring ≥ 5 mm)
4. Hidupkan stopwatch pada saat darah mulai keluar
5. Hisaplah tetes darah yang keluar tiap 30 detik dengan sepotong kertas saring. Pada waktu
menghisap darah jangan sampai menekan kulit
6. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi. Catatlah waktu itu.

Nilai normal masa perdarahan cara Ivy : 1 – 6 menit

5.2. MASA PEMBEKUAN CARA TABUNG (MODIFIKASI LEE & WHITE)

Tujuan

41
Menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku

Prinsip

Apabila aktifitas faktor-faktor koagulasi darah dan kadar fibrinogen normal maka darah
akan membeku dalam waktu ≤ 20 menit

Alat dan Bahan

1. Rak tabung
2. Tabung reaksi ukuran diameter 7-8 mm 4 buah
3. Spuit 5 ml
4. Stopwatch
5. Torniquet
6. Kapas alcohol 70%
Cara kerja

1. Letakkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering pada rak


2. Lakukanlah pungsi vena dengan spuit 5 ml. Pada saat darah kelihatan masuk ke dalam spuit
jalankan stopwatch. Isaplah 5 ml darah.
3. Angkatlah jarum dari spuit dan alirkanlah perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam tiap tabung
yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah.
4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah telah
terjadi pembekuan. Jaga jangan sampai tabung lain ikut tergoyang, periksalah terhadap
adanya pembekuan. Catatlah waktu pada saat tabung pertama membeku.
5. Setelah darah dalam tabung pertama beku, periksalah tabung kedua tiap 30 detik juga
terhadap adanya pembekuan.
6. Tindakan yang sama juga dilakukan berturut-turut dengan tabung ketiga dan keempat.
7. Masa pembekuan adalah : masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan
keempat. Masa pembekuan dilaporkan dengan dibulatkan sampai ½ menit.
Nilai normal masa pembekuan modifikasi Lee and White : 9-13 menit

HASIL
PRAKTIKUM………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………

5.3. Pemeriksaan masa pembendungan (Rumple Leed)

42
Tujuan : menguji ketahanan kapiler darah dengan cara memberikan pembendungan pada
vena sehingga darah menekan dinding kapiler.

Prinsip :Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak apabila diberikan
pembendungan di vena, dan darah dari kapiler akan keluar dan merembes ke jaringan
sekitar sehingga tampak sebagai bercak merah kecil di permukaan kulit yang disebut
ptheciae. Pemeriksaan pembendungan juga dipengaruhi oleh jumlah trombosit. Jika
terdapat trombositopenia maka tes pembendungan bisa menjadi positif. Tes ini tidak
dilakukan lagi pada pasien yang telah memiliki ptheciae.

Alat dan bahan

• Sfigmomanometer air raksa

• Bolpoint

• Timer

Cara kerja

1. Pasang sfigmomanometer pada lengan setinggi kira-kira 4 cm diatas fossa cubiti.

Ukurlah tekanan darah pasien. Tentukan tekanan sistolik dan diastolik

2. Lakukan pembendungan pada vena di lengan dengan tekanan (S+D): 2. Pertahankan

tekanan tersebut selama 10 menit

3. Buat lingkaran berdiameter 5 cm pada daerah lengan kira-kira 4 cm di bawah fossa

cubiti

4. Setelah10 menit perhatikan ptheciae yang muncul pada lingkaran atau distal dari

pembendungan

Interpretasi

Tes pembendungan positif jika : terdapat ≥ 10 ptechiae di dalam lingkaran tersebut atau
terdapat ptheciae jauh di arah bawah dari bendungan

PRAKTIKUM

ANALISA CAIRAN PLEURA

43
Pengertian

Suatu pemeriksaan laboratorium terhadap cairan efusi pleura yang terdiri dari pemeriksaan
makroskopis, pemeriksaan kimiawi, pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan mikrobiologi dan
petanda tumor untuk menentukan apakah cairan tersebut merupakan transudat atau eksudat

Tujuan

1. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding kelainan pleura


2. Menentukan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan

Bahan pemeriksaan

Cairan pleura segar (< 1 Jam ) dengan antikoagulan (heparin/Na citrate 20%) atau tanpa
antikoagulan dalam wadah steril

Pemeriksaan yang dilakukan

I. Pemeriksaan makroskopis

1. Volume
Dengan menggunakan gelas ukur atau spuit 5 cc, dilaporkan jumlah cairan yang didapat
dalam ml
2. Warna
Didalam tabung yang bersih, perhatikan warna cairan dan laporkan warna yang terlihat
sebagai kekuning-kuningan, kuning, putih susu, kehijauan, kemerahan , merah kecoklatan dll
3. Kejernihan
Didalam tabung yang bersih, perhatikan kejernihan cairan dan laporkan kejernihan yang
terlihat sebagai jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh
4. Ada atau tidaknya bekuan
Di dalam tabung yang bersih, biarkan sampel selama 1 jam lalu perhatikan ada atau tidaknya
bekuan di dalam cairan. Laporkan adanya bekuan secara kualitatif (negatif/positif)
5. Bau
Laporkan bau cairan pleura sebagai tidak berbau, berbau busuk atau bau lain yang khas
6. Berat jenis

Diperiksa dengan urinometer atau refraktometer dan dilaporkan sebagai < 1,018 atau >
1,018

II. Pemeriksaan kimiawi

1. Tes Rivalta
• Tujuan pemeriksaan
Membedakan transudat dengan eksudat
• Sampel
Cairan pleura segar tanpa persiapan khusus

44
• Prinsip pemeriksaan
Adanya seromusin di dalam eksudat akan bereaksi dengan asam asetat glacial
membentuk gambaran kekeruhan seperti awan putih di dalam media yang jernih
• Alat dan bahan
- Cairan pleura
- Aquadestilata
- Pipet tetes
- Asam asetat glacial
- Gelas ukur 100 m
- Latar belakang hitam
• Cara kerja
- Isi gelas ukur dengan aquadestilata sampi angka 100
- Teteskan 2 tetes asam asetat glasial ke dalam aquadest dalam gelas ukur
- Teteskan setetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut, dengan jarak kira kira 1 cm dari atas permukaan
- Dengan latar belakang hitam, perhatikan tetesan tersebut bercampur dan
bereaksi, ada 3 kemungkinan
• Tetes tersebut bercampur dengan larutan asam asetat tanpa
menimbulkan kekeruhan sama sekali dilaporkan sebagai
negative.
b. Timbul kekeruhan yang sangat ringan berupa kabut halus
dilaporkan sebagai positif lemah
c. Kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal dilaporkan sebagai
positif
• Interpretasi :
i. Bila tidak ada kekeruhan, hasil tes dilaporkan sebagai 45ononucl
ii. Bila ada kekeruhan, dilaporkan sebagai hasil tes positif
2. Kadar protein, glukosa dan LDH dalam serum
Untuk menilai kadar protein, glukosa dan LDH dalam cairan pleura dapat juga dilakukan
dengan membandingkan kadar zat tersebut di dalam cairan pleura terhadap kadar zat
tersebut di dalam serum. Dengan patokan, cairan dianggap sebagai eksudat jika terpenuhi
1 dari 3 kriteria (45ononucl Light) berikut :
• Ratio protein cairan pleura /protein serum >0.5
• Ratio LDH cairan pleura /LDH serum >0.6
• LDH cairan pleura > 2-3 kali nilai batas atas nilai normal (BAN)LDH dalam serum

3. Kadar protein total dalam cairan


Pemeriksaan protein dalam cairan pleura dapat dilakukan secara manual dengan fotometer
atau secara otomatis dengan alat clinical chemistry analyzer. Bahan yang dipakai adalah
supernatant cairan yang telah disentrifuse sebelumnya. Laporkan hasil yang didapat dalam
g/Dl

45
4. Kadar glukosa cairan
Pemeriksaan glukosa dalam cairan pleura dapat dilakukan secara manual dengan fotometer
atau secara otomatis dengan alat clinical chemistry analyzer. Bahan yang dipakai adalah
supernatant cairan yang telah disentrifuse sebelumnya. Laporkan hasil yang didapat dalam
mg/Dl

5. Kadar LDH cairan


Pemeriksaan enzim Lactate Dehidrogenase (LDH) dalam cairan pleura dapat dilakukan
secara manual dengan fotometer atau secara otomatis dengan alat clinical chemistry
analyzer. Bahan yang dipakai adalah cairan pleura segar. Laporkan hasil yang didapat dalam
IU/L

6. Pemeriksaan trigliserida dan kolesetrol dalam cairan dan serum untuk menentukan adanya
chylothorax

• Kadar trigliserida >110 mg/dl dan

• Ratio trigliserida cairan pleura terhadap serum >1.0

• Ratio kolesterol cairan pleura terhadap serum <1.0

III. Pemeriksaan mikroskopis

1. Hitung jumlah leukosit


a. Alat dan bahan
i. Cairan pleura
ii. Larutan Turk
iii. Pipet leukosit/pipet otomatik 20 Ul
iv. Kamar hitung Improved Neubauer
v. Mikroskop
b. Prinsip pemeriksaan
Larutan Turk akan melisis eritrosit dan mewarnai inti dari leukosit. Jumlah sel dalam
cairan dilaporkan dalam Ul

c. Cara kerja
i. Isap sampel kedalam pipet leukosit sampai tanda 0,5, lalu isap larutan Turk
sampai tanda 10, kocok dengan cara membolak-balik pipet sampai tercampur
46ononucl
ii. Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup diatasnya
iii. Buang 4-5 tetes isi pertama pipet , kemudian isi kamar hitung dengan perlahan
lahan, jangan sampai parit disisi kiri/kanan kakar hitung terisi dan jangan sampai
cairan tumpah keluar dari kamar hitung
iv. Biarkan sekitar 5 menit sampai sel dalam kamar hitung mengendap sempurna
v. Hitung jumlah lekosit pada keempat kamar hitung lekosit

46
vi. Jumlah leukosit dalam Ul adalh jumlah leukosit dalam 4 kamar hitung leukosit x
50
2. Hitung jenis leukosit
a. Sampel sampel harus diperiksa paling lambat 1 jam setelah pengambilan untuk
mencegah degenarasi sel. Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi tapi jika cairan
jernih sampel dapat diambil dari sedimen cairan pleura yang telah disentrifus
b. Tujuan
Melakukan hitung jenis sel Mononuclear (MN) dan polimorfonuklear (PMN) serta
melihat adnya sel sel ganas.
c. Alat dan bahan
i. Sediaan hapus cairan pleura yang telah diwarnai Wright atau Giemsa
ii. Imersi oil
iii. Mikroskop
d. Cara kerja
i. Dengan perbesaran 10 kali lakukan pemeriksaan terhadap seluruh sediaan.
Perhatikan sebaran sel-sel dan perhatikan adanya sel abnormal (blast/ganas)
ii. Lakukan hitung jenis 100 sel, dibedakan antara MN (limfosit, monosit, mesotel),
PMN (n. segmen, n. batang). Laporkan dalam %
iii. Jika terlihat adanya sel ganas/blast laporkan

Gambar 4 : adenocarcinoma paru Gambar 5 : sel sel dalam cairan pleura

IV. Pemeriksaan mikrobiologi

1. Pewarnaan Gram
2. Pewarnaan BTA cara Ziehl Nielsen

V. Interpretasi analisa cairan pleura

47
Parameter Transudat Eksudat
Kejernihan Jernih Keruh
Warna Kekuning-kuningan Kuning-hijau
Bekuan Negatif Positif
Bau Tidak berbau Bevariasi
Berat jenis < 1,018 > 1,018
Ph (Blood Gas Analyzer) > 7,31 < 7,31
Tes rivalta Negatif Positif
Protein < 3 g/dl > 3 g/dl
Ratio protein cairan pleura < 0,5 > 0,5
terhadap serum
Perbedaan kadar albumin cairan > 1,2 g/dl < 1,2 g/dl
dengan serum
Glukosa = glukosa darah < glukosa darah
LDH < 200 IU > 200 IU
Ratio LDH cairan terhadap < 0,6 > 0,6
serum
Jumlah leukosit < 500 Ul > 500 Ul
Jumlah PMN:MN PMN < 25 % bervariasi

Pemeriksaan lanjutan

Disarankan pada hasil/kesimpulan analisa cairan yang merupakan eksudat. Pada saran dituliskan
pemeriksaan lanjutan untuk menentukan etiologi eksudat. Macam-macam pemeriksaan lanjutan

1. Pemeriksaan sitologi cairan pleura → PA


2. Kultur dan resuistensi kuman → mikrobiologi
3. Petanda tumor (tumor marker)→ CEA, CA 15-3, CA 19-9
4. PCR M.tbc

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

48
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………

Yang dilaporkan :

Makroskopis

Tes rivalta

Jumlah sel leukosit

Hitung jenis sel leukosit

PRAKTIKUM

URINALISIS RUTIN

49
1.1. PEMERIKSAAN PROTEIN URIN METODE PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT

Tujuan

Menentukan ada atau tidaknya protein dalam urin yang dilaporkan secara semi kuantitatif

Prinsip

Protein yang ada dalam keadaan koloid dipresipitatkan sehingga memberikan gambaran yang dapat
dinilai secara makroskopis berdasarkan derajat kekeruhan yang terjadi.

Alat dan Bahan

1. Urin segar sewaktu


2. Pipet tetes
3. Penjepit tabung
4. Tabung reaksi
5. Lampu spritus
6. Asam asetat 6%
Cara pemeriksaan

1. Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
2. Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, panaskan bagian lapisan atas urin
tersebut sampai mendidih selama 30 detik.
3. Perhatikan timbulnya kekeruhan di lapisan atas urin tersebut.
4. Jika terjadi kekeruhan mungkin disebabkan oleh protein, kalsium karbonat atau kalsium
fosfat
5. Teteskanlah ke atas urin yang masih panas tersebut 3-5 tetes asam asetat 6%. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsium karbonat atau kalsium fosfat makakekeruhan tersebut
akan lenyap, tetapi bila kekeruhan tersebut menetap, berarti terdapat protein dalam urin.
Laporkan adanya protein secara semikuantitatif berdasarkan penilaian terhadap kekeruhan
yang terjadi.

Interpretasi

Negatif : Urin tetap jernih, tidak ada kekeruhan sedikit juga

+ atau 1+ : Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir

++ atau 2+ : kekeruhan mudah dilihat, terdapat butir-bitir dalam kekeruhan tersebut

+++ atau 3+ : urin jelas keruh, kekeruhan itu berkeping-keping

++++ atau 4+ : urin sangat keruh dan kekeruhan itu berkepig-keping besar atau bergumpal-gumpal

Normal : protein urin : negatif

50
1.2. PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN METODE REDUKSI

Tujuan

Menentukan ada atau tidaknya glukosa

Prinsip

Glukosa dalam urin akan mereduksi ion kupri yang terdapat dalam reagen menjadi ion kupro yang
akan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O yang berwarna kuning hingga merah bata

Alat dan Bahan

1. Urine
2. Reagen Benedict
3. Lampu spritus
4. Penjepit tabung
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung

Cara pemeriksaan

1. Pipet 5 ml reagen Benedict dan masukkan dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 8 tetes urin dan kocok sampai rata
3. Dengan menggunakan penjepit tabung panaskan tabung tadi hingga mendidih (selama 1-2
menit)
4. Letakkan tabung pada rak tabung dan biarkan selama 5 menit, kemudian laporkan hasil
sebagai :

Negatif : bila cairan dalam tabung tetap berwarna biru

Positif 1 (+) : bila cairan berwarna hijau kekuningan

Positif 2 (++ : bila cairan berwarna kuning kehijauan

Positif 3 (+++) :bila cairan berwarna kuning jingga sampai kecoklatan

Normal : glukosa urin : negatif

1.3. PEMERIKSAAN BILIRUBIN URIN

Tujuan

Menentukan ada atau tidaknya bilirubin dalam urin secara kualitatif

Prinsip

51
Iodium akan mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin yang berwarna hijau

Alat dan Bahan

1. Urin segar
2. Rak tabung
3. Reagen iodium 1%
4. Pipet tetes
Cara pemeriksaan

1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml urin.


2. Melalui dinding tabung alirkan beberapa tetes reagen yodium
3. Perhatikan reaksi yang timbul berupa cincin hijau pada perbatasan cairan urin dan reagen
yodium
4. Laporkan negatif bila tidak timbul cincin hijau dan positif bila pada perbatasan urin dan
reagen timbul cincin hijau

Normal : bilirubin urin : negatif

1.4. PEMERIKSAAN BENDA KETON URIN

Tujuan

Menentukan ada atau tidaknya benda keton dalam urin dengan metode Rothera

Prinsip

Nitroprusida yang terdapat dalam reagen Rothera akan bereaksi dengan aseton atau asam aseto-
asetat membentuk suatu zat berwarna ungu

Alat dan Bahan

1. Regen Rothera
2. Urin segar
3. Botol penampung urin
4. Tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. amonium hidroksida pekat (28%)
7. Rak tabung

Cara pemeriksaan

1. Kocok urin sampai homogen, masukkan 5 ml urin segar ke dalam tabung reaksi

52
2. Masukkan sepucuk pisau (1 gram) reagens Rothera dan kocoklah sampai larut
3. Peganglah tabung dalam posisi miring dan dengan hati-hati alirkan atau teteskan sebanyak
1-2 ml amonium hidroksida melalui dinding tabungke atas urin tersebut. Amonium hidroksida
tersebut harus menyusun lapisan atas dari cairan di dalam tabung
4. Letakkan tabung dalam posisi tegak dan setelah 3 menit perhatikan adanya warna ungu
kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan. Adanya warna ungu menandakan adanya
keton dalam urin.
5. Laporkan adanya benda keton dalam urin secara kualitatif : positif atau negatif

Normal : benda keton urin : negatif

HASIL PRAKTIKUM

.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
..............................................................................

1.5. Pemeriksaan sedimen urin secara mikroskopis

Sedimen : bahan tidak larut di dalam urin yang berasal dari darah, ginjal, saluran kemih atau
kontaminasi denganunsur lain yang berasal dari luar bukan urin seperti sekret vagina

Tujuan

Memeriksa keadaan unsur-unsur dari sedimen urin secara mikroskopis

Prinsip

Dalam keadaan normal secara mikroskopis di dalam sedimen urin dapat ditemukan epitel, eritrosit,
leukosit, silinder dalam jumlah tertentu

Alat dan Bahan

1. Urin segar sewaktu (± 30 ml)


2. Botol penampung urin (bermulut lebar) yang bersih dan kering
3. Label : nama, umur, tanggal pemeriksaan
4. Sentrifuse
5. Tabung sentrifuse

53
6. Pipet tetes Pasteur
7. Objek glass
8. Deckglass/cover glass
9. Mikroskop cahaya

Cara pemeriksaan

1. Kocok rata (sampai homogen) urin yang akan diperiksa. Pindahkan sebanyak ± 15 ml kedalam
tabung sentrifuse
2. Pusing selama 5-10 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm
3. Buang supernatan urin, sisakan sedimennya kira-kira 0,5 ml
4. Dengan menggunakan pipet tetes tetskan 1 tetes sedimen urin tersebut di atas kaca objek.
Tutup dengan deckglass lalu diperiksa di bawah mikroskop (turunkan kondensor dan tutup
diafragma mikroskop) dengan pembesaran kecil (objektif 10 kali) kemudian dengan
pembesaran besar (objektif 40 kali)
5. Periksa kemungkinan adanya eritrosit, leukosit, sel ragi, amuba (Trikomonas), sel epitel,
silinder, kristal, spermatozoa dan bakteri. Laporkan secara semikuantitatif unsur yang
didapat dalam tiap lapaqngan pandang kecil (LPK) atau lapangan pandang besar (LPB)

UNSUR-UNSUR SEDIMEN URIN

1. Eritrosit

Terlihat sebagai benda bulat


tanpa struktur berwarna
kehijauan

Normal : 0-1/LPB

Gambar 6. eritrosit dalam urin (pembesaran 40 x)

2. Leukosit

54
Terlihat sebagai benda bulat
tanpa struktur berwarna
kehijauan

Normal : 0-1/LPB

Gambar 7. leukosit dalam urin (pembesaran 40 x)

3. Sel ragi

Gambar 8. ragi (yeast) dalam urin (pembesaran 40 x)

4. Sel epitel

Gambar 9. sel epitel skuamosa (pembesaran 40 x)

5. Silinder

55
Gambar 10. silinder hialin (N. 0-4/LPK) (pembesaran 10 x)

Gambar 11. silinder lilin (pembesaran 10 x)

56
Gambar 12. silinder granular (pembesran 10 x)

Gambar 13. silinder eritrosit (pembesaran 10 x)

6. Kristal
Terdiri dari kristal organik dan anorganik. Pada urin netral dapat ditemukan, pada urin
asam dapat ditemukan, pada urin alkalis dapat ditemukan

Gambar 14. kristal tripel fosfat (pembesaran 40 x)

57
Gambar 15. kristal kalsium oksalat (pembesaran 40 x)

Gambar 16. kristal tirosin (pembesaran 40 x)

7. Bahan cemaran dalam urin


Serat tumbuhan dll.

Gambar T. vaginalis

58
Pemeriksaan kimia urin dengan cara carik celup
Pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara konvensional dan carik celup (tes strip).
Keunggulan carik celup adalah cepat, mudah, praktis, aman, ekonomis, mempunyai sensitifitas dan
spesifisitas yang tinggi. Selain itu tes carik celup mudah digunakan sebagai pemeriksaan penyaring
dan dapat dilakukan secara mandiri

Tujuan

Menunjang diagnosis kelainan di luar ginjal seperti kelainan metabolisme karbohidrat, faal
hati, gangguan keseimbangan asam basa, kelainan ginjal dan saluran kemih seperti infeksi saluran
kemih

Prinsip : secara umum

1) Glukosa : reaksi oksidasi glukosa dengan bantuan enzim glukosa oksidase teroksidasi
menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. selanjutnya merubah hidrogen peroksida
dengan bantuan enzim peroksidase merubah senyawa pewarna kalium iodida dari biru
menjadi coklat kehijauan dan dari coklat menjadi coklat tua

2) Bilirubin : Penggabungan bilirubin dengan senyawa diazotized dichloroaniline dalam suasana


asam sehingga mengasilkan warna coklat muda sampai coklat kemerahmudaan

3) Keton : reaksi antara asam asetoasetat dengan senyawa nitroprusida menghasilkan warna
coklat muda bila tidak terjadi reaksi dan ungu jika terdapat benda keton di urin

4) Berat jenis : perubahan pKa dari polielektrolit tertentu dengan perlakuan tertentu
terhadap konsentrasi ion. Dengan indikator warna terjadi perubahan warna dari biru tua
hingga hijau dan hijau kekuningan sesuai peningkatan konsentrasi ion

59
5) pH : indikator ganda methyl red dan bromthymol blue sehinga mencakup seluruh ph urin.

6) Darah samar : reaksi antara 3,3’5,5’-tetra metil benzidine dan cumene hydroperoxidase
melalui aktifitas psedoperoksidase dari hemoglobin menghasilkan warna dari kuning
kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tua

7) Protein : perubahan warna indikator tetra bhrm phenol blue bila terdapat protein dalam
spesimen

8) Urobilinogen : modofikasi reaksi Erlich dimana p-diethylaminobenzaldehide beraksi dengan


urobilinogen dalam urin dalam suasana asam menghasilkan warna coklat muda sampai merah
muda

9) Nitrit : reaksi asam para arsenilat dengan nitrit dalam urin membentuk senyawa diazonium
yang bergabung dengan senyawa 1,2,3,4-tetra hydrobenzo quinolin dalam suasana asam
menghasilkan warna merah muda

10) Leukosit esterase : enzim esterase menghidrolisa derivat dari naphtyl ester menghasilkan
naphtyl. Naphtyl bersama dengan garam diazonium membentuk warna ungu

60
NILAI RUJUKAN KIMIA URIN

Test Reference Range

Color Straw - Dark yellow


Appearance Clear - Hazy
Specific Gravity 1.003-1.029
pH 4.5-7.8
Protein Negative
Glucose Negative
Ketones Negative
Bilirubin Negative
Occult blood Negative
Leukocyte Esterase Negative
Nitrite Negative
Urobilinogen 0.1-1.0 EU/dL

WBCs 0-4/hpf
RBCs male: 0-3/hpf
female: 0-5/hpf
Casts 0-4/lpf
Bacteria Negative

EU = Ehrlich Units (ca. 1 mg) hpf = High Power Field (400x) lpf = Low Power Field
(100X)

Alat dan bahan pemeriksaan

Alat : penampung urin

: kertas tisu

: urine analyzer (jika ada)

Bahan : urin sewaktu segar

Reagen : reagen strip (carik celup) dan skala pembacaan pada botol carik celup

Cara kerja

1) Perhatikan tanggal kadaluarsa dan warna reagen carik celup. Setelah mengambil strip yang
diperlukan tutup kembali botol dengan baik dan rapat.

61
2) Hindari kontak strip dengan kulit/membran mukosa.
3) Pegang carik celup pada bagian pangkal, pita reagen carik celup tidak boleh disentuh dengan
jari sebelum dipakai
4) Campurlah urin dengan rata lalu masukkan carik celup ke dalam urin sehingga seluruh pita
terkena urin, kira-kira 1 detik lalu angkat dan keringkan dengan menyentuhkan carik celup
dengan posisi tegak lurus terhadap kertas tisu. Jangan sampai daerah reagen menyentuh
kertas tisu.
5) Baca hasil secara visual atau dengan alat (urine analyzer) sesuai waktu yang ditentukan (30-
60 detik) dengan membandingkan warna yang terbentuk dengan warna standar yang
terdapat pada badan botol di ruang yang terang
6) Selama membandingkan pegang strip dalam posisi datar untuk menghindarkan kemungkinan
interaksi antara zat-zat kimia dengan urin yang berlebihan.
7) Laporkan hasil pembacaan kimia urin secara semikuantitatif

62
PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN FAAL GINJAL

Tujuan

Mengetahui faal glomeruli dengan cara mengukur klirens zat tertentu yang melalui glomeruli
seperti kreatinin dan ureum, karena klirens zat tersebut menggambarkan kecepatan filtrasi
glomerulus (Glomerular Filtration Rate=GFR)

Prinsip

Bersihan suatu zat yang hanya difiltrasi oleh glomerulus, tidak direabsorbsi dan tidak
disekresi oleh tubulus yang dinyatakan dalam ml/menit, dapat menggambarkan kecepatan filtrasi
glomerulus (faal filtrasi ginjal).

Alat dan bahan pemeriksaan

Urin 24 jam dengan pengawet (wadah penampung urin bervolume 1500-2000 ml dengan penutup,
bermulut lebar, bersih dan kering serta pengawet urin berupa 1 butir thymol)

Cara pengambilan bahan urin

•Bawa tempat urin ke WC


•Tampung air kemih langsung ke dalam botol (usahakan jangan ada percikan ke pinggir botol,
bila ada percikan harus cepat dibersihkan dengan disinfektan
• Tutup rapat botol tersebut
• Tulis label (nama, tanggal, jenis urin, MR) dan tempelkan pada badan botol
2.2.1. Cara pemeriksaan bersihan kreatinin

1. Kumpulkan urin 24 jam


2. Pada waktu porsi urin yng terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk menetapkan
kadar kreatinin darah
3. Ukur kadar kreatinin urin dan kadar kreatinin darah
4. Ukur tinggi dan berat badan pasien
5. Tentukan besarnya bersihan kreatini ukur (CCT ukur) dalam ml/menit, berdasarkan kadar
kreatinin darah, diuress per menit dan kadar kreatinin urin

Cara pengumpulan urin 24 jam

1. Jam 7 pagi pasien disuruh buang air kecil dan seluruh urin yang didapat dibuang,
2. Setelah itu urin selanjutnya ditampung alam wadah urin yang disediakan selama 24 jam
yaitu sampai jam 7 pagi hari berikutnya
3. Kocok rata setiap kali memasukkan urin ke dalam wadah penampung
4. Tutup rapat wadah urin tersebut

63
1.1.1. Menentukan klirens kreatinin ukur
Dihitung berdasarkan rumus

CCT (ml/menit) = KU X VU 24 jam X 1,73

KD X 1440 A

1.1.2. Menentukan klirens kreatinin hitung dg rumus Cockroft-Gault

(140-usia dalam tahun) x BB dalam kg x 1,73 X F

72 x K plasma dalam mg/dl x A

CCT : bersihan kreatinin hitung

K : kreatinin darah

F : koreksi jenis kelamin (P = 0,80, W = 0,85)

1,73/A: koreksi diuresis terhadap LPT berdasarkan nomogram (gambar 1)

64
65
1.1.3.
Menentukan klirens kreatinin Nomogram Siersbaek-Nielsen

66
Bersihan kreatinin normal : 117 ± 20 ml/menit

Contoh soal

Hitunglah bersihan kreatinin (dengan cara ukur, hitung dan nomogram Siersbaek-Nielsen) seorang
pasien Tn. D, umur 46 tahun, berat badan 52 kg, tinggi badan 165 cm, volume urin 24 jam 1800 ml,
kadar kreatinin urin 97,5 mg/dl, kadar kreatinin darah 1,2 mg/dl (103 umol/L=SI)

2.2.2. Cara pemeriksaan bersihan ureum

1. Ukur tinggi badan (cm) dan berat badan pasien (kg).


2. Kira kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air putih atau
teh sebanyak 400-500 ml yang harus dihabiskan sebelum tes dimulai
3. Urin pertama yang dikeluarkan pasien dibuang catat jam nya dengan tepat dengan menyebut
menitnya, misal jam P. Jam P merupakan jam permulaan tes
4. Kira-kira 1 jam kemudian diambil darah vena penderita
5. 1 jam kemudian yaitu pukul P+120 menit, minta pasien untuk berkemih lagi, urin tersebut
disimpan untuk pemeriksaan. Catat dengan tepat waktu tersebut dengan menyebut menit
6. Ukur volume urin yang dikumpulkan dalam waktu 120 menit tadi, lalu hitung diuresis dengan
cara membagi volume urin dengan 120 menit

Diuresis = Volume urin selama 2 jam (ml)

120 menit

7. Tentukan kadar ureum urin (mg/dl)dan kadar ureum darah (mg/dl)


8. Hitung besarnya klirens ureum dalam persentase (%) dengan rumus :

a. Jika diuresis ≥ 2 ml/menit, gunakan rumus :

Uu
UCT (ml/menit) = X V X F
UD

67
b. Jika diuresis < 2 ml/menit, gunakan rumus :

Uu
UCT (ml/menit) = X √V X F
UD

UCT : bersihan ureum

UU : kreatinin urin

UD : kreatinin darah

V : diuresis

F : faktor koreksi diuresis terhadap LPT berdasarkan nomogram

Jika diuresis ≥ 2 ml/menit, nilai klirens dibandingkan dengan 75 ml/menit yang dianggap 100%
(hasil UCT dibagi 75 x 100%)

Jika diuresis < 2 ml/menit, nilai klirens dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100%
(hasil UCT dibagi 54 x 100%)

Bersihan ureum normal : 70-110%

Contoh soal

Hitunglah bersihan ureum jika diketahui :

Seorang pasien Ny. Y, umur 48 tahun, memiliki tinggi badan 153 cm, berat badan 47 kg, volume
urin selama 2 jam 300 ml, kadar uerum urin 520 mg/dl, kadar ureum darah 26 mg/dl.

Hasil praktikum

....................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................

68
PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE CELL TYPING

Tujuan

Menentukan golongan darah manusia berdasarkan sistem ABO dan Rhesus

Prinsip

Jika suatu sel darah merah dengan antigen golongan darah tertentu direaksikan dengan
antisera golongan yang berbeda, maka akan terjadi reaksi antara antigen di permukaan eritrosit
tersebut, dengan antibody yang terdapat dalam antisera. Reaksi ini terlihat sebagai reaksi
aglutinasi yang akan menjadi dasar penentuan golongan darah

Alat dan Bahan

• Kartu golongan darah/object glass


• Batang lidi pengaduk
• Antisera A, B, AB dan Anti D
• Darah kapiler /darah EDTA/Darah beku
Cara kerja

1. Biarkan regen antisera mencapai suhu kamar (15-250C)


2. Catat identitas pasien pada bagian atas kartu golongan darah
3. Teteskan reagen antisera masing masing 1 tetes pada tiap kolom yang ada pada kartu
golongan darah
4. Teteskan darah 1 tetes pada masing-masing tetesan antisera
5. Segera campur darah dan anti sera tersebut dengan lidi pengaduk pada masing-masing
kolom. Gunakan 1 lidi pengaduk untuk 1 kolom, tidak boleh untuk semua kolom
6. Goyang kartu golongan darah pelan-pelan dengan gerakan melingkar
7. Perhatikan timbulnya rekasi aglutinasi pada masing-masing kolom
8. Interpretasi hasil reaksi

Anti A Anti B Anti AB Anti D ABO/Rh


Aglutinasi (-) Aglutinasi (-) Aglutinasi (-) Aglutinasi (-) O/Rh negatif
Aglutinasi (+) Aglutinasi (+) Aglutinasi (+) Aglutinasi (+) AB/Rhpositif
Aglutinasi (+) Aglutinasi (-) Aglutinasi (+) Aglutinasi (-) A/Rh negatif
Aglutinasi (-) Aglutinasi (+) Aglutinasi (+) Aglutinasi (=) B/Rh positif

69
HASIL PRAKTIKUM

.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................

70
PEMERIKSAAN COOMB TEST DIREK

Tujuan : menentukan apakah dipermukaan eritrosit terdapat autoantibodi (anti globulin)


atau komplemen yang dapat menyebabkam eritrosit lisis dan menimbulkan gejala klinis
anemia hemolitik, ikterus neonatorum atau pada saat terjadi reaksi transfusi

Prinsip : eritrosit yang memiliki autoantibody atau komplemen di permukaannya akan


mengalami aglutinasi jika ditambahkan anti human globulin (Coomb sera.) karena terjadi
aglutinasi yang dijembatani oleh anti human globulin yang terdapat dalam Coomb sera.

Alat dan bahan

• Darah EDTA 0.5 ul

• Tabung reaksi 13x 100 mm

• Coombs sera 50 ul (serum hewan yang mengandung antibodi spesifik terhadap

globulin manusia/anti human globulin)

• NaCl 0,9% (salin) 100 ml

Cara kerja

1. Cuci darah EDTA dengan larutan NaCl 0.9% sebanyak 4 kali. Cara mencuci :

Tambahkan darah EDTA sama banyak dengan larutan salin. Putar pada kecepatan

3000 rpm selama 15 menit. Buang bagian plasma. Ulangi proses pencucian sebanyak

4 kali untuk menghilangkan globulin non spesifik di permukaan eritrosit.

2. Buat suspensi eritrosit 2 % dengan cara menambahkan 10 ul darah EDTA dengan

500 ul salin

3. Dari suspensi eritrosit 2% tersebut, ambil 25 ul masukkan ke tabung reaksi 10x75

mm. Tambahkan 50 ul Coombs sera. Homogenkan lalu inkubasi pada suhu 370 selama

30-60 menit.

4. Setelah inkubasi amati timbulnya aglutinasi secara makroskopis dan mikroskopis

71
5. Jika tidak terlihat adanya aglutinasi, putar tabung dengan kecepatan 1000 rpm

selama 1 menit.

6. Amati terjadinya aglutinasi atau lisis

7. Laporkan hasil Coomb Tes sebaagai positif atau negatif

Interpretasi

Tes Coomb positif jika didapatkan aglutinasi/lisis secara makroskopis atau mikroskopis

Tes Coomb negatif jika tidak terdapat aglutinasi/lisis secara makroskopis atau
mikroskopis

72
PRAKTIKUM

ANALISIS FESES

Tujuan :

• Untuk menentukan ada tidaknya gangguan pada sisa hasil penyerapan


• Menentukan ada tidaknya kelainan pada sistem pencernaan
(Disentri, kolitis ulseratif, obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran cerna, ikterus
obstruktif, parasit, malabsorpsi lemak dll

Prinsip

Alat dan Bahan

• Tinja sewaktu segar


• Pot tinja
• Eosin 1-2%
• Object glass
• Deck glass
Cara kerja

1. Pemeriksaan tinja secara makroskopis


a. Warna : normal coklat muda – tua ( karena ada sterkobilin dan urobilin)
b. Bau : normal bau khas yang disebabkan adanya indol dan skatol
c. Konsistensi : normal agak lunak dan berbentuk silindris
d. Lendir/mukus : normal tidak ditemukan
e. Darah : normal tidak ditemukan
f. Parasit (Amuba, cacing dan telur cacing)
2. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis
a. Teteskan 1 tetes larutan eosin pada kaca obyek
b. Ambil seujung korek api feses yang akan diperiksa
c. Campur dan buat apusan spesimen tinja di atas kaca obyek (sediaan harus tipis)
d. Tutup dengan deck glass
e. Lihat dibawah mikroskop
Pertama kali dengan lensa objektif 10x untuk menilai cacing, telur cacing, sisa
makanan dll. Laporkan hasil yang didapat tiap lapangan pandang kecil (LPK)

Selanjutnya dengan lensa objektif 40x untuk menilai eritrosit, lekosit, epitel,
amuba, kristal dll. Laporkan hasil yang didapat tiap lapangan pandang besar (LPB)

Laporkan :

• Epitel : normal ditemukan beberapa epitel/LPK


• Leukosit : Nilai rujukan : 1-3/LPB

73
• Eritrosit . Nilai rujukan : 0/LPB
• Serat makanan (otot/sayuran) : normal dapat ditemukan dalam tinja
• Sel ragi : sering ditemukan : Blastocystic hominis
• Telur cacing dan cacing. Bila ditemukan telur atau cacing, sebutkan stadium dan
namanya secara lengkap.
i. Stadium : telur, larva, bentuk vegetatif, bentuk kista, segmen cacing.
ii. Penulisan nama : nama pertama adalah genus yang dimulai dengan huruf besar,
dan nama kedua adalah nama spesies yang dimulai dengan huruf kecil. Misal
telur cacing Ascaris Lumbricoides
• Kristal : normal dapat ditemukan kristal tripel fosfat, kalsium oksalat, asam lemak
dll

Gambar 1. Telur cacing Enterobius vermicularis/

Oxyuris vermicularis

Gambar 2. Telur cacing Ascaris lumbricoides

74
Gambar 3. Telur cacing Trichuris trichiura

Gambar 4. Telur cacing Ankylostoma duodenale

Gambar 5. Kista Entamoeba histolytica

75
HASIL PRAKTIKUM

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

76
PRATIKUM

TEST TERHADAP DARAH SAMAR

Test ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai peroxida yang mencerai hidrogen peroxida
dan mengoxidasi benzidine atau guajac menjadi zat berwarna biru.

A. Cara dengan benzidine basa

1.Masaklah sejumlah urin dalam tabung reaksi dan biarkan dingin kembali

2. kedalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidin basa sebanyak pucuk pisau

3. Tambahlah 3 ml asam acetat glacial, kocok sampai benzidine itu larut dengan
meninggalkan beberapa kristal yang tidak larut , tanda sudah jenuh.jika perlu ditambah
sedikit benzidine basa lagi, sehingga jenuh.

4. Bubuhilah 2 ml urin yang dimasak tadi, campur.

5. Berilah 1 ml larutan hidrogen peroxida 3 %; campur

6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama)

B. Cara dengan benzidine dihidrochlorida dan dengan tetrametilbenzidine

Cara ini sama seperti yang diterangkan untuk benzidine dihidroch

77
PRATIKUM

ANALISA CAIRAN OTAK

Tujuan

Untuk mengetahui adanya kelainan pada susunan saraf pusat (SSP) baik akut maupun menahun
serta untuk mengetahui beberapa kelainan neurologis lain seperti trauma yang dapat
menyebabkan perubahan komposisi cairan otak

Prinsip

Alat dan Bahan

Cairan otak segar (< 1jam setelah pengambilan) yang diambil secara punksi pada lumbal, punksi
ventrikel dan punksi suboccipital ke dalam cisterna magna

Jumlah cairan yang diambil disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, biasanya ±
15 mL . Penampung cairan otak adalah 3 tabung kaca yang transparan, terdiri dari :

Tabung I : untuk menampung beberapa tetes cairan yang keluar pertama dari jarum
punksi. Cairan ini sebaiknya tidak digunakan untuk pemeriksaan

Tabung II : digunakan untuk pemeriksaan non bakteriologis

Tabung III : tabung steril untuk pemeriksaan bakteriologis

Jika cairan otak keruh, xantochrom atau bercampur darah maka cairan harus ditampung dalam
botol yang telah diberi natrium sitrat 20% (0,01 mL Na sitrat/ 1 mL cairan otak)

Cara kerja

Pemeriksaan yang dilakukan pada cairan otak antara lain:

• Pemeriksaan makroskopis

• Pemeriksaan mikroskopis

• Pemeriksaan kimiawi

• Pemeriksaan bakteriologi

• Pemeriksaan serologi

78
Makroskopis

• Jumlah

Jumlah dilaporkan dalam mL, dalam keadaan normal jumlah cairan otak 120-150 mL

• Kejernihan
Kejernihan dilaporkan sebagai jernih, keruh dan sangat keruh. Dalam keadaan normal
normal jernih (sama seperti aguadest). Cara menilai kejernihan dengan membandingkan
kekeruhan pada tabung yang berisi cairan otak dengan tabung yang berisi aquadest pada
latar belakang kertas putih ditempat yang terang

• Warna
Laporkan warna cairan otak yang terlihat secara makroskopis. Dalam keadan normal LCS
tidak berwarna. Cara menilai warna dengan membandingkan warna pada tabung berisi cairan
otak dengan tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas putih ditempat yang
terang

Merah : adanya darah.

Bedakan apakah oleh trauma punksi atau oleh perdarahan subaracnoid.

Jika trauma punksi : darah terbanyak pada tabung I dan jumlah darah pada tabung II dan
III makin berkurang, jika dibiarkan atau dipusing maka bagian tas akan berwarna jernih,
sering terdapat bekuan, Bilirubin normal dan eritrosit normal/bikonkaf

Jika perdarahan subaracnoid: Darah dalam ketiga tabung sama jumlahnya, tidak akan
membeku dan cairan atas berwarna kuning bila disentrifus, bilirubin eningkat, eritrosit
mengkerut

• Bekuan : Normal tidak terdapat bekuan ( tidak mengandung fibrinogen). Jika terdapat
bekuan gambar kan derajat derajat bekuan dari halus – keping – serat – selaput – besar dan
kasar

Mikroskopis

1. Menghitung jumlah sel lekosit cairan otak menggunakan kamar hitung

Alat dan Bahan

o Pipet lekosit
o Kamar hitung Fuchs-Rosenthal
o Mikroskop
o Larutan Turk pekat
Cara kerja

79
• Kocoklah dulu cairan otak yang akan diperiksa

• Hisaplah lebih dulu larutan turk pekat sampai garis bertanda 1

• Kemudian hisap cairan otak sampai garis 11

• Kocok pipet dengan benar, buang 3 tetes pertama cairan dari pipet, kemudian isi kamar
hitung, biarkan kamar hitung dalam sikap mendatar selama 5 menit

• Hitunglah semua sel yang dilihat dalam seluruh bidangnyang dibagi dengan lensa obyektif
10x

• Jumlah sel lekosit/uL cairan otak adalah:

n/16x 5 x 10/9 = 50n/144 = n/3

n= jumlah sel lekosit dalam seluruh bidang

Nilai rujukan :

• Normal pada dewasa : 0-5 sel/ uL

• Anak sampai 5 tahun : 0-20 sel/uL

2. Hitung jenis sel

Menghitung persentase jenis lekosit dalam cairan otak (MN dan PMN)

• Alat dan bahan : - Sentrifus

- Kaca obyek

- Pewarnaan Wright dan Giemsa

- Mikroskop

• Cara kerja
- Cairan otak disentrifus 1500-2000 rpm selama 10 menit

- Cairan atas dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan

hapus, biarkan kering udara

- Pulas dengan wright dan giemsa

- Hitung persentase PMN dan MN

Pada cairan otak dapat ditemukan sel sel leukemia, sel tumor(metastase) dll

80
Nilai rujukan

- Normal : 60-70% MN

Pemeriksaan mikrobiologi

• Pewarnaan gram

• Pewarnaan Ziehl-Neelsen

• Kultur ➔ permintaan khusus

Pemeriksaan Kimia

Pemeriksaan kimia yang sering : Kadar protein, glukosa dan Klorida

Pemeriksaan protein

a. Pemeriksaan protein kualitatif

• Tes busa

Merupakan tes yang kasar. Cairan otak di kocok kuat kuat. Dalam keadaan normal
terbentuk busa sedikit, hilang setelah 1-2 menit. Pada keadaan protein meningkat akan
terbentuk busa yang banyak, tidak hilang setelah 5 menit

• Tes Pandy

Merupakan bed side test. Prinsip tes ini adalah bahwa albumin dan globulin dapat
dipresipitasi oleh larutan fenol jenuh (larutan Pandy)

Cara kerja

Masukkan reagen Pandy sebanyak 1 mL dalam tabung kecil bergaris tengah 7 mm

Tambahkan 1 tetes cairan otak

Lihat kekeruhan yang terjadi

Interpretasi

Normal : tidak ada kekeruhan atau kekeruhan berupa kabut halus

Kadar protein tinggi dalam cairan otak : kekeruhan yang nyata

81
• Test Nonne

Merupakan bed side test, yang sekarang sudah banyak ditinggalkan. Tes ini lebih
bermakna dibanding tes Pandy.

Prinsip : Globulin dipresipitasi oleh ammonium sulfat jenuh

Reagen : Larutan Nonne Apelt (Lar.Ammonium sulfat jenuh)

Cara kerja

Masukkan 0,5-1 mL reagen Nonne dalam tabung kecil bergaris tengah 7 mm

Dengan berhati hati masukkan dalam jumlah yang sama banyak cairan otak kedalam
tabung tersebut, sehingga terbentuk dua lapisan cairan yang terpisah

Perhatikan ada tidaknya presipitasi berbentuk cincin putih pada batas kedua lapisan

Nilai rujukan ( Normal) : Tidak terdapat presipitasi

Terbentuknya presipitat menunjukkan peninggian globulin

b. Pemeriksaan Protein kuantitatif

Biasanya memakai metoda fotokolorimetri dan turbidimetri menggunakan alat semi


otomatik atau otomatik . Prinsip pemeriksaan dengan metode Biuret:

Protein + Cu ➔ Cu-protein kompleks

Nilai rujukan : 15-40 mg/dL

Hasil praktikum

.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
..............................................................................

82
PRATIKUM

ANALISA SPERMA

A.Tujuan

Mengenal Anatomi dan fisiologi sistim reproduksi pria , mengenal komponensemen


yakni spermatozoa dan plasma semen nilai normal dan terminalogi.

B.PENGAMATAN MAKROSKOPI

1. Likuefaksi semen
Setelah diejakulasikan semen normal mengalami likuefaksi sempurna dalam 15-30
menit maksimal 60 menit. Semen yang telah mencair tampak homogen tidak ada
gumpalan-gumpalan ( Koagulum) adatidaknya koagulum dan waktu likuefaksi harus
dicatat.
2. Warna
Pemeriksaan warna semen dilakukan dengan mata telanjang dengan latar belakang
kertas putih. Spermayang normal berwarma putih mutiara . Apabila berwarnaputih
jernih , berarti semen tersebut mengandung spermatozoa sedikit sekali atau bahkan
tidak mengandung spermatozoa sama sekali. Sedangkan jika berwarna kemerah-
merahan besar kemukinan terdapat eritrosit didalamnya dan putih keruh bila terjadi
infeksi berat.
3. Bau
Semen Memiliki bau yang khas hal ini disebabkan oleh proses oksodasi spermin yang
ada dalam plasma sperma. Bau tidak khas arus dicatat . bau amis /menyekat
menujukka n infeksi traktus urogenitalis pria , sedangkan kalau berbau busuk dapat
diduga semen sudah lam dikeluarkan ( lebih dari 6 jam)
4. pH Semen
pH semen diukur secara sederhana dengan memakai kertas pH (pH indikator paper
buatan merck ), dengan range 7.2-7.8atau dengan memakai pH meter. pH sperma
diukur ketikasemen masih segar dan telah trjadi likuefaksi sempurna minimal 20
menit setelah ejakulasi, kemukinan pH nya akan berubah karena adanya proses
biokimia didalam sperma.Kertas pH nya akan berubah karena adanya prosesbiokimia
didalam sperma . Kertas ph dicelupkan sampai homogen /rata kedalam semen.
5. Volume Sperma
Pengukuran volume dilakukan setelah likuefaksi sempurna atau minimal 20 menit
setelah ejakulasi dengan memakai gelas ukur 10 cc dan berkalibrasi dengan gradasi
0,1 ml .penulisan angka volume yaitu 1 angka dibelakang koma , misalnya 1,8 ml;2,4
ml dan seterusnya . Volume normal berkisar antara 2,0 -5,0 ml volume yang lebih
kecil dari 2,0 disebut hiposperma dan volume yang lebih besar dari 5,0 hiperspermia
6. Viskositas sperma
Viskositas sperma menujukan kekentalan dari sperma tersebut. Sperma yangbaru
dikeluarkan biasanya kental,kemudian setelah lebih kurang 30 menit mengalami

83
pengenceran ( Likuefaksi) keadaan ini terjadi antara lain sebagai akibat aktifitas
enzim alfa amilase yang dikeluarkan kelenjer prostat yang merupakan penyusun
plasma semen .Kalau tidak mengalami likuefaksi dapatdiartikan adanya disfungsi
kelenjer prostat. Viskositas diukur setelah likuefaksi sempurna dengan memakai pipet
eliasson. Viskositas normal yaitu waktu yang diperlukan untuk satu tetes semen
pertama lepas dari ujung pipet , diukur dengan semen pertama lepas dari ujung
pipet , diukur dengan menggunakan stopwatch, yaitu kurang dari dua detik.

C. PENGAMATAN MIKROSKOPIK

Pengamatan mikroskopik dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa


atau fase kontras dengan pembesaran 400-600x

1. Cara Penghitungan persentasi spermatozoa motil.


a. Semen diaduk sampai homogen menggunakan batang pengaduk
b. Teteskan semen dengan volume tertentu pada kaca objek , kemudian tutup
dengan kaca penutup.
c. Periksa dengan pembesaran 400x
d. Penghitungan didapatkan dari 100 spermatozoa dengan menyusuri seluruh bidang
lapang pandang.Pencacahan dilakukan pada beberapa lapang pandang. Hasilnya
adalah rata-rata penghitungan spermatozoa motil setelah dikonversikan dalam
persen(%).

Kategori motilitas adalah:

- Motilitas a: spermatozoa bergerak maju dan cepat


- Motilitas b: spermatozoa bebelok-belok, bergerak lambat Motilitas c:
spermatozoa bergerak ditempat
- Motilitas d: spermatozoa tidak bergerak
2. Cara Aglutinasi ( Koagulum )
a. Penilaian dilakukan sejalan dengan penilaian motilitas
b. Aglutinasi /penggumpalan dinilai pada spermatozoa yang bergrak saja
c. Jenis perlekatan dapat trjadi antara ; kepala-kepala ,kepala-ekor dan
ekor-ekor
d. Aglutinasi dinilai pada 10 lapang pandang secara acak

3. Penetuan Kosentrasi Spermatozoa


Metode penghitungan dengan menggunakan kamar hitung Neubauer.Kamar hitung ini
mempunyai 25 kotak besar dan setiap kotak tersebut terdiri dari 16 kotak kecil.
Yang dipakai untuk penghitungan adalah kotak besar , sedangkan kotak kecil untuk
mempermudah pencacahan. Seperti gambar 3

84
D. ALAT DAN BAHAN

Bahan

PH Meter

Larutan Giemsa

Larutan George

Metanol

Minyak imersi

Alat

Mikroskop cahaya

Wadah tempat penapung ejakulasi

Counter/alat hitung

Kamar hitung Neubauer

Kaca objek

Kaca penutup

Gelas ukur

Pengaduk

Pipet

Rak tabung reaksi

Rak preparat

E. Cara Kerja

1. Semen dilarutkan dengan larutan George dengan pengeceran 1.20 dengan cara
pengenceran 50 mikroliter sperma dengan 950 mikroliter larutan gerge.

2. Campuran tersebut diaduk dengan Vortex sampai homogen

3. Ambil satu tetes , letakkan diatas kamar hitung Neubauer dan tutup dengan kaca
penutup

4. Sedian tersebut dibiarkan lebih kurang 5 menit supaya sel-sel spermatozoa


mengendapsehingga memudahkan penghitungan

85
5. Pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400X

6. sebaiknya penghitungan dilakukan pada kedua bagian bilik yang kemudian dirata-rata.

Penghitungan dalam bilik neubauer dan faktor pembagi untuk mendapatkan kosentrrasi
spermatozoa /ml telah dibakukan sesuai dengan tabel di bawah ini:

Faktor Konversi

Jumlah Kotak Besar yang di Hitung

Jumlah Dilusi
25 10 5
spermatiap Semen+
kotak besar george
<10 1+9 10 4 2

1 s/d 40 1+19 5 2 1

>40 1+40 2 0,8 0,4

Gambar 3. Kamarar hitung Neubauer

86
Kesepakatan penghitungan

1. Spermatiozoa yang
dihitung adalah bagian
kepala yang masuk dalam
kotak , sedangkan bila
hanya bagian ekor saja
yang masuk kotak, tidak
dihitung
2. Kotak yang dimaksud
adalah kotak yang dibatasi
oleh tiga garis dan batas
perhitunan adalah garis
ketiga terluar

PENENTUAN MARFOLOGI SPERMATOZOA

Pemeriksaan marfologi spermatozoa dilakukan dengan menggunakan pulasan giemsa

Cara membuat sedian dengan pulasan Giemsa

1. Buat apusan semen pada kaca Objek keringkan pada suhu kamar
2. Fiksasi dengan metanol selama 5 menit selanjutnya dikeringkan pada suhukamar .
3. Pulas denganlarutan Giemsa selama 30 Menit
4. Bilas sedian yang sudah terwarnai dengan menggunakan air
5. Keringkan pada suhu kamar

Cara pengamatan

1. Setelah dipulas sedian diamati pada pembesaran 1000xdengan minyak emersi.


2. Pengamatan spermatozoa dimulai dari pengamatanbentuk bagian kepala , kemudian
bagian leher dan selanjutnya bagian ekor.
3. Setiap kategori bentuk spermatozoa dihitung dengan menggunakan alat hitung ,
sampai didapatkan 100 spermatozoa
4. Hasil dilaporkan adalah : Persentasi spermatozoa normal dan abnormal dibandingkan
dengan jumlah spermatozoa yang dihitung . total nilai adalah 100%

NILAI NORMAL DAN TERMINALOGI

87
Parameter Hasil
Volume Ejakulasi ≥2 ml
pH 7.2
Kosentrasi ≥20 juta spermatozoa/ml
Jumlah total spermatozoa ≥40 juta spermatozoa/ml
Motilitas ≥% kategori a+b atau besardari 25 %
kategori a saja
a. Bergerak cepat
b. Bergerak lambat
c. Bergerak ditempat
d. Tidak bergerak
Marfologi 30 % bentuknormal
Vitalitas >50 %
Leukosit <1 Juta /ml
Fosfatase asam ≥52µmol/ejakulat
Fruktosa ≥13 µmol/ ejakulatType equation here.

Terminologi:

1.Normozoosperma: Normal ejakulat

2. Oligozoospermia:Kosentrasi spermatozoa < 20 % 𝑗𝑢𝑡𝑎/𝑚𝑙

3. Astenozoospermia : jumlah spermamotil < 50 %

4. Terazoospermia.< 30 % 𝒎𝒂𝒓𝒇𝒐𝒍𝒐𝒈𝒊 𝒔𝒑𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒐𝒛𝒐𝒂 𝒏𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍

5. Oligoastenoteratozoospermia : kelainan kosentrasi, motillitas dan bentuk spermatozoa

6. Azoospermia : ejakulasi tidak mengandung spermatozoa

7. Aspermia : Tidak ada Ejakulasi

88
PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI
(CROSSMATCH)

Pemeriksaan uji silang serasi adalah:


Pemeriksaan untuk mereaksikan darah donor dengan darah pasien in vitro ( diluar tubuh) secara
silang, yaitu serum pasien direaksikan dengan darah merah donor ( Crossmatch Mayor) dan plasma
donor direaksikan dengan sel darah merah pasien (Crossmatch minor)

TUJUAN:
1. mengetahui darah yang diberikan sesuai (kompatibel) dan tidak menimbulkan reaksi merugikan
terhadap pasien
2. Mengetahui darah penderita tidak mengandung antibodi yang bereaksi terhadap eritrosit donor

PRINSIP:
Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan antigen pada sel darah merah,
melalui inkubasi pada suhu 370C dalam jangka waktu tertentu dan dengan penambahan coomb’s
serum/AHG (Anti human Globulin) akan terjadi reaksi aglutinasi.

ALAT dan BAHAN:

BAHAN:
1. Serum pasien dan plasma donor
2. Suspensi sel darah merah 5% dari pasien dan donor

REAGENSIA:
1. NaCl 0,9%
2. Bovine albumin 22%
3.Coomb’s Serum (AHG)

PERALATAN:
1. Mikroskop

89
2. Inkubator/waterbath
3.sentrifus
4.Tabung reaksi ukuran 12x75 mm
5. pipet Pasteur
6. labu semprot
7. Gelas Pembilas dan wadah limbah

PROSEDUR PEMERIKSAAN (dengan Satu Donor)


1. Pisahkan serum/plasma dari sel darah merahnya ( darah donor dan pasien)
2. Sel darah Merah pasien dan donor dicuci dengan NaCl sebanyak 3 kali cuci
Cara Pencucian:

• Sel darah merah pisahkan dari plasma dengan cara sentrifus


• Tambahkan Nacl 0,9% ke dalam tabung yang berisi sel darah pekat kira-kira ¾
tabung
• Homogenkan dengan pipet Pasteur supaya tercampur rata
• Sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 3-5 menit
• Buang supernatan sehingga yang tinggal sel darah merah pekat

3. Buat suspensi darah merah 5% dari sel darah pasien dan donor yang telah dicuci dengan cara:

• 1 tetes sel darah merah + 19 tetes NaCL 0,9 % ke dalam tabung


• Kocok dan homogenkan dengan pipet Pasteur
• Suspensi sudah dapat digunakan

4. Siapkan 3 buah tabung reaksi dan beri label:


 Tabung I MAYOR
1 tetes suspensi sel darah merah donor 5 % ditambah 2 tetes serum pasien
Tabung II ( MINOR)
1 tetes suspensi sel darah merah pasien 5 % ditambah 2 tetes serum donor
 TABUNG III ( AUTO CONTROL)
1 tetes suspensi sel darah merah pasien 5 % ditambah 2 tetes serum pasien

5. FASE I : Fase suhu kamar (medium saline)


 Homogenkan isi Tabung I, II, dan III
 Sentrifus Tabung I,II, dan III pada 3000 rpm selama 15 detik
 Baca hasil terhadap reaksi ( hemolisis atau aglutinasi secara makroskopis)
 Jika:
- terjadi (+) hemolisis/aglutinasi ->tidak cocok (INKOMPATIBLE)

90
- tidak terjadi (-) hemolisis/aglutinasi -> lanjutkan ke fase II

6. FASE II : Fase Inkubasi 370C (medium bovine albumin)


 Tambahkan 2 tetes bovine albumin 22% ke dalam Tabung I, II, III
 Homogenkan ketiga tabung tersebut dan inkubasi 370C selama 15 menit
 Sentrifus 3000 rpm selama 15 detik
 Baca hasil reaksi terhadap hemolisis atau aglutinasi secara makroskopis.
Jika:
- terjadi (+) hemolisis/aglutinasi ->tidak cocok (INKOMPATIBLE)
- tidak terjadi (-) hemolisis/aglutinasi -> lanjutkan ke fase II

7. Fase III: Fase Anti Globulin Test / AHG ( Fase Coomb’S Test)
 Cuci sel darah merah dalam tabung I, II, III, dengan NaCl 0,9% sebanyak 3 kali
 Buang supernatan sehingga yang tersisa hanya seldarah merah di dasar
tabung
 Tambahkan 2 tetes Reagen Coomb’s Serum ( AHG) ke dalam tabung I,II, dan III,
homogenkan
 Sentrifus 3000 rpm selama 15 detik
 Baca Hasil reaksi terhadap hemolisis/aglutinasi ->
Jika : Cocok/kompatible ( darah boleh diberikan kepada pasien)
Terjadi (+) hemolisis / aglutinasi -> tidak cocok/inkompatibel
(darahtidak boleh diberikan kepada pasien)

PEMBACAAN HASIL(CONTOH)

FASE I TABUNG I TABUNG II TABUNG III


MEDIUM SALINE ( MAYOR) (MINOR) (AUTO CONTROL)
Lisis (-) (-) (-)
Aglutinasi (-) (-) (-)

FASE 1 -> Kompatibel

FASE II TABUNG I TABUNG II TABUNG III


Medium (mayor) (minor) (Auto control)
bovine albumin
Lisis (-) (-) (-)

91
Aglutinasi (-) (-) (-)
FASE II -> Kompatibel

FASE II TABUNG I TABUNG II TABUNG III


Fase Coomb’s Test (mayor) (minor) (Auto control)
(Makroskopis)
LISIS (-) (-) (-)
Aglutinasi (-) (-) (-)
FASE II TABUNG I TABUNG II TABUNG III
Fase Coomb’s Test (mayor) (minor) (Auto control)
(mikroskopis)
LISIS (-) (-) (-)
Aglutinasi (-) (-) (-)
Fase III -> Kompatibel

Kesimpulan :
Hasil uji silang serasi kompatibel, darah donor boleh ditransfusikan
Ke pasien

92
PEMBACAAN HASIL

FASE I TABUNG I TABUNG II TABUNG III


MEDIUM SALINE ( MAYOR) (MINOR) (AUTO CONTROL)
Lisis
Aglutinasi

FASE 1 ->

FASE II TABUNG I TABUNG II TABUNG III


Medium (mayor) (minor) (Auto control)
bovine albumin
Lisis
Aglutinasi
FASE II ->

FASE II TABUNG I TABUNG II TABUNG III


Fase Coomb’s Test (mayor) (minor) (Auto control)
(Makroskopis)
Lisis
aglutinasi
FASE II TABUNG I TABUNG II TABUNG III
Fase Coomb’s Test (mayor) (minor) (Auto control)
(mikroskopis)
LISIS
AGLUTINASI
Fase III ->

93
Penuntun Praktikum Analisa Cairan Sendi

Pendahuluan

Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat dalam sendi. Cairan sendi merupakan ultrafiltrat
plasma yang mengandung asam hialuronat yang disekresikan oleh lapisan sinovial sendi. Asam
hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan itu dapat berfungsi sebagai
pelumas. Pemeriksaan analisa cairan sendi dilakukan pada keadaan artritis yang disertai joint effusion

Tujuan

Pemeriksaan analisa cairan sendi digunakan untuk menentukan etiologi artritis.

Alat dan Bahan

• Cairan Sendi segar (< 1 jam) : dalam tabung EDTA atau heparin
• Syringe 2 ml tanpa needle
• Kamar hitung Improved NeuBauer
• Kaca objek
• Imersi Oil
• Mikroskop
• Pewarnaan Giemsa
• Tabung reaksi
• Batang Pengaduk
• Asm asetat glasial 7 N
• Aquadest

Cara kerja

I. Pemeriksaan makroskopis
1. Volume cairan
Laporkan jumlah cairan sendi yang diterima dalam ml
2. Pemeriksaan bekuan
Laporkan ada atau tidaknya bekuan pada saat sampel tanpa antikoagulan diterima.
Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak mengandung fibrinogen
3. Pemeriksaan kejernihan

94
Penilaian kejernihan dilakukan dengan membandingkan kejernihan cairan sendi dengan
aquadest dan latar belakang hitam. Laporkan kejernihan sebagai jernih, agak keruh,
keruh dan sangat keruh. Dalam keadaan normal cairan sendi bersifat jernih.
4. Pemeriksaan warna
Laporkan warna cairan sendi sebagai tidak berwarna, kuning muda, kemerahan,
kecoklatan, merah, putih seperti susu dan lain-lain. Dalam keadaan normal cairan sendi
tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan yang sangat muda.
5. Pemeriksaan viskositas
a. Tes jatuh
Untuk menguji viskositas isaplah cairan sendi ke dalam semprit/syringe 2 ml,
kemudian biarkan cairan itu mengalir keluar dari semprit tanpa jarum dan
perhatikan panjangnya benang lendir yang dapat dibentuk sampai saat cairan
jatuh. Laporkan hasil tes jatuh dengan melaporkan panjang benang lendir yang
terbentuk dalam cm. Dalam keadaan normal panjangnya paling sedikit 5 cm.
Makin pendek berarti makin abnormal. Kalau viskositas sangat rendah maka
cairan sendi dapat menetes seperti air.
b. Mucin clot test
Tes bekuan mucin untuk menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi.
Mucin adalah kompleks yang tersusun dari asam hialorunat dan protein
Prinsip pemeriksaan : mucin akan membeku/membentuk gumpalan apabila
diberikan asam asetat
Hasil tes bekuan mucin : baik (good)/sedang (moderate/buruk(poor)

Cara : kedalam tabung reaksi : masukkan 4 ml aquadest +1 ml cairan sendi + 1


tetes (0,14 ml) asam asetat 7N . Aduk kuat dengan batang pengaduk. Segera
baca hasil (1 menit setelah di aduk).

Asam asetat 7 N : (40,8 ml asam asetat glasial + 100 mL air).

Interpretasi

 Tes mucin baik (good) → bekuan kenyal dalam cairan jernih


 Tes mucin sedang → Bekuan tidak berbatas tegas : inflamasi, non inflamasi
 Tes mucin jelek → bekuan berkeping-keping dalam cairan keruh : pada artritis
infeksi dan inflamasi

Pemeriksaan viskositas dan tes bekuan mucin

95
II. Pemeriksaan mikroskopis
• Jumlah sel leukosit

Jumlah leukosit dihitung dari cairan yang sebelumnya dihomogenkan dan tanpa
diputar. Pengencer yang digunakan adalah NaCl 0.9%. Tidak boleh menggunakan
Turk. Hitung jumlah leukosit dalam kamar hitung leukosit dan laporkan dalam
jumlah sel/ul.

• Hitung jenis leukosit


Hitung jenis leukosit dilakukan pada sediaan hapus cairan sendi yang diwarnai
dengan Giemsa. Dihitung 100 sel leukosit dan ditentukan jumlah leukosit MN dan
PMN. Leukosit MN terdiri dari N.segmen. Leukosit MN terdiri dari limfosit dan
monosit.

• Identifikasi kristal
Pemeriksaan kristal dilakukan pada bagian sedimen cairansendi. Pemeriksaan
paling baik dilakukan dengan sediaan langsung menggunakan mikroskop polarisasi.
Pemeriksaan kristal dalam cairan sendi menggunakan mikroskop cahaya biasa harus
dilakukan dengan hati agar tidak terjdi hasil negatif palsu atau positif palsu.
Cara pemeriksaan : teteskan 1-2 tetes sedimen diatas kaca objek lalu tutup dengan
cover glass. Segera lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya kristal baik dalam
cairan ataupun di dalam leukosit..
Kristal utama yang sering ditemukan dlam cairan sendi adalah monosodium urat
pada kasus gout dan kristal calcium phyrophosphate (CPPD) pada pseudogout.

Gambaran kristal dalam cairan sendi

96
III. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia dilakukan pada cairan supernatan cairan sendi yang didapatkan dengan
memutar 3 ml cairan pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Pemeriksaan yang rutin
dilakukan adalah :
• Kadar protein total : dalam g/dl
• Kadar glukosa cairan : dalam mg/dl
• Kadar asam urat cairan : dalam mg/d

IV. Pemeriksaan mikrobiologi


a. Pewarnan Gram
Bagian sedimen cairan sendi dibuat sediaan di atas objek glass dan dilakukan
pewarnaan Gram untuk melihat adanya kuman/jamur penyebab radang sendi

Hasil Praktikum

.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
.......................................................................................................

97
PENUNTUN PRAKTIKUM PENGENALAN LABORATORIUM (BAG. II)

Prinsip praktikum

Persiapan dan pengambilan sampel laboratorium termasuk ke dalam pemeriksaan laboratorium


tahap pra-analitik. Jika terjadi kesalahan pada tahap pra-analitik, hal tersebut dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium, meskipun pemeriksaan laboratorium pada tahap analitik sudah dilakukan
secara benar. Agar didapatkan sampel yang representatif, maka pengambilan sampel harus dilakukan
secara tepat sehingga menjamin kualitas sampel pemeriksaan yang akan diperiksa di laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pada berbagai sampel, baik darah, urin, sputum dan lain lain,
namun sebagian besar (> 70%) sampel di laboratrium klinik adalah berupa sampel darahsehingga pada
praktikum pengenalan laboratrium ini lebih banyak dilakukan praktikum pengambilan dan pengolahan
darah untuk pemeriksaan laboratorium.

I. Persiapan dan teknik pengambilan sampel darah vena


Ruangan

a. Bersih, tenang, lingkungantertutup


b. Tersediaalcohol base, wastafel, tissue/pengering, sharp container
c. Kedapsuara (khusus pediatrik)
Peralatan

1. Kursi
o Ergonomic
o Adjustable
o Nyaman
o Memilikilenganuntuktanganpasien
2. Adhesive bandage → hypoallergenic
3. Torniquet
4. Bantalanlengan
5. Jarum + spuit/jarum + holder
6. Kapas + isoprophylalkohol 70%
7. Wadahpenampungdarah

98
8. Sarungtangan
9. Kassasteril

Perkenalanpasien

a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri kepada pasien


b. Berikanpenjelasantatacara yang akandilakukan, indikasi dan komplikasi
danberikandorongan moral kepadapasien.
c. Mintapasienluar(rawat jalan) untukmenyebutkannamanya, mengejanamabelakangnya,
danmenyebuttanggallahirnya.

Identifikasipasien

• Lihat Pita identifikasi : No MR, tanggal lahir, cocokkan dengan identitas pada formulir
laboratorium
• Blankopermintaan :cocokkanidentitaspasien, dokterpengirim, label sampel/tabung,
jenispemeriksaan

Pemilihantempatpunksi

Syarat vena untukpunksi

o Elastis, cukupbesar, terfiksasibaik


o Paling sedikitsakitdankemungkinanmemarkecil
o Cukupjauhdariarteridannervus

Tempatpunksi dilengan (fossa antecubiti)


99
i. v. medianacubiti
ii. a. cephalica
iii. a. basilica
Prosedur punksi vena

o Kumpulkan dan susun seluruh peralatan yang akan digunakan. Tabung penampung disusun
dengan urutan yang benar :kultur, koagulasi, serum, plasma.
o Cuci tangan secara aseptik
o Sarung tangan baru untuk setiap pasien.
o Pasang sarung tangan sampai menutupi ujung lengan jas lab
o Minta pasien duduk atau berbaring
o Lengan pasien harus ditopang dengan mantap dan direntangkan kebawah pada posisi garis lurus
dari bahu kepergelangan tangan.
o Pastikan tangan pasien mengepal agar vena lebih jelas terlihat. Jangan meminta pasien untuk
memompa tangannya
o Pasang tourniquet secara benar
o Lakukan tindakan asepsis padadaerah vena puncture secara benar
o Masukkan jarum pada sudut 15-30 derajat pada saat menembus kulit dan vena
o Peganglengan pasien dengan ibu jari di atas dan jari-jari yang lain memegang di bawah.
o Dengan ibu jari, tarik dengan kencang kulit di bawah daerah yang akan ditusuk untuk
menjangkar vena agar tidak bergerak atau oleng.
o Dengan gerakan yang halus, secepatnya tusukkan jarum, lereng/bevel menghadap keatas.
o Hentikan gerakan maju jarum ketika dirasakan tahanan sedikit berkurang, yang menandakan
ujung jarum telah masuk kedalam vena.
o Darah akan mulai mengalir kedalam tabung
o Lepaskan tourniquet dan genggaman tangan pasien sesegera mungkin.
o Isi tabung sesuai tabung yang digunakan (berhentisendiri) : tabung untuk kultur, untuk serum,
tabung untuk darah EDTA dan tabung untuk plasma sitrat
o Lepaskan tabung dan bolakbalik sampel supaya homogen
o Segera setelah jarum dicabut, jangan sebelumnya, berikan tekanan dengan mantap pada lokasi
tusukan dengan menggunakan bantalan kasa.
o Jika pasien sadar, minta ia melanjutkan memberikan tekanan sampai pendarahan berhenti.
o Jaga lengan tetap terentang dan lebih baik diangkat; lengan jangan ditekuk karena ini akan
meningkatkan resiko pembentukan hematoma.
o Cek ada tidaknya pendarahan dan hematom

Prosedur pembuatan serum

Setelah darah membeku sempurna,lakukan pemutaran darah dalam tabung tanpa antikoagulan dengan
sentrifus kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.

100
Prosedur pembuatan plasma sitrat

Setelah darah dihomogenkan, lakukan pemutaran darah dalam tabung dengan antikoagulan sitrat dengan
sentrifus kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.

Persiapan dan teknik pengambilan sampel darah kapiler

Tugas : mahasiswa melakukan pengambilan sampel darah kapiler untuk membuat hapusan darah

Prosedur:

1. Pilihlokasiskin puncture

2. Hangatkanlokasidengankainhangat (< 42°C)


3. Membersihkantempattusukan
4. Dibersihkandengan 70% isopropanol
5. Biarkanmengeringkarenasisaalkoholdapatmenyebabkanhemolisis
6. Iodine/Povidontidakbolehdigunakan
7. Lakukanpenusukan ;kedalamantidakbolehlebihdari 2 mm
8. Buangtetesanpertamadengankapassteril yang kering
9. Tampungspesimen
10. Biarkantetesandarahmengalirketabungpenampungkarenagayagravitasi
11. Tidakbolehditekan/diurutdidekatlokasitusukan, agar tidakmerangsangcairanjaringan yang
keluar
12. Jikatabungpenampungmengandung anti koagulan, segera tutup dan bolak-balikkan secara
perlahan agar bercampur sempurna
13. Tekanlukadengankainkasa/kapas yang bersihhinggalukaberhenti
14. Posisikantumitkeatas
15. Tidak disarankan menggunakan plester pada pasien anak-anak < 5 tahun, karena dapat
mengiritasi kulit pada bayi dandapatdilepasolehanakdandimasukanmulut

101
Prosedur dan teknik pengambilan urin pancar tengah

Tugas : mahasiswa menginformasikan pasien cara mengambil urin pancar tengah kepada pasien
dengan tepat
Prosedur
1. Serahkan wadah penampung urin yang bersih, bertutup ulir, kering dan telaah ditempel
identitas pasien kepada pasien
2. Sebelum berkemih pasien membersihkan dulu genitalia eksterna (MUE) dengan sabun lalu
dibilas air mengalir
3. Selanjutnya genitalia (MUE) diusap dengan kasa yang dibasahi salin dengan arah depan
kebelakang. Pada pasien laki-laki dibersihkan MUE.
4. Penderita berkemih dulu sedikit, urin ini tidak ditampung, baru kemudian urin pancaran
tengah yg ditampung dalam wadah steril
5. Urin yang bagian terakhir tidak usah ditampung
6. Bersihkan sisa urin yang menempel di dinding tabung dengan kertas tissue
7. Tutup rapat wadah penampung dan segera serahkan ke petugas laboratorium

Prosedur pengumpulan urin 24 jam

Tugas : mahasiswa menginformasikan pasien cara mengambil urin 24 jam kepada pasien dengan tepat

Cara pengumpulan :

2. Siapkan wadah urin bermulut lebar dengan volume 2-3 liter disertai pengawet urin.
3. Catat jam mulai pengumpulan urin hari pertama, misal padaharipertama jam 7
pasienberkemihdanurininidibuang, urinpasienselanjutnyadikumpulkansampai jam 7
pagihariberikutnya. Tepat jam 7 pagi tersebut, pasiendisuruhberkemihkembali, danurin ini
dikumpulkan.
4. Segera serahkan urin 24 jam ke laboratorium

Hasil Praktikum

.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
.......................................................................................................

102
PENUNTUN PRAKTIKUM UJI WIDAL

Pendahuluan

Tes Widal ditemukantahun 1896 oleh FM Widal. Antibodi terhadap kuman Salmonella tiphy
(agglutinin) mulai dibentuk pada akhir minggu pertamasakit, meningkatsecaraprogresif,
mencapaipuncakpadaminggu ke-4, menetapselamabeberapaminggu. Pada faseakut : aglutinin O
muncullebihdulu, barudiikutiolehaglutinin H. Pada fasepenyembuhanaglutinin O menetapselama 4-6
bulan, aglutinin H menetapselama 9 bulan - 2 tahun. Antibodi terhadap S. tiphy bukan indicator
penyembuhan karena titeraglutinin yang tinggi tidak protektif terhadap relaps atau reinfeksi

Prinsip pemeriksaan :

Reaksi aglutinasi antara antibodi (aglutinin) dalam serum pasien dengan substrat yang terbuat dari
kuman utuh yang telah dimatikan (aglutinogen), yang diamati sebagai reaksi aglutinasi dan dilaporkan
secara semikuantitatif (dalam bentuk titer)

Titer adalah : hasil pengenceran tertinggi yang masih memberikan hasil positif

Alat dan bahan

1. Serum segar (< 2 jam), jika pemeriksaan akan ditunda, simpan serum dalam kulkas suhu 2-80C
2. Reagen uji Widal : aglutinogen (antigen Salmonella O grup D/Salmonella typhi) dan antigen Hd
(Salmonella typhi), simpan pada suhu 2-80C, biarkan mencapai suhu ruangan sebelum
digunakan)
3. Kontrol positif : Salmonella O polycontrol antisera ABCD (untuk menguji antigen O),
Salmonella H Polycontrol antisera ABCD(untuk menguji antigen H)
4. Pipet Pasteur
5. Batang pengaduk
6. Plate dengan latar belakang putih
7. Larutan salin 0.85% steril sebagai kontrol negatif
8. Rotator
Prosedur kerja (metode slide kualitatif)

1. Periksa kembali kondisi reagen (suhu, kejernihan, warna, tanggal kadaluarsa, perubahan bau).
Homogenkan reagen sebelum digunakan.
2. Perlakuan terhadap kontrol positif dan negatif sama dengan perlakuan terhadap serum
3. Teteskan masing-masing 2 tetes serum (80 ul) ke dalam dua lingkaran di atas slide. Tambahkan
masing-masing 1 tetes reagen O dan 1 tetes reagen H yang telah dihomogenkan ke atas serum
tersebut
4. Aduk masing masing campuran dengan batang pengaduk dan sebarkan suspensi memenuhi
daerah lingkaran diatas slide

103
5. Letakkan slide di atas rotator selama 1menit, lalu amati timbulnya aglutinasi
6. Jika timbul aglutinasi, laporkan tes sebagai positif dan lanjutkan tes dengan prosedur skrining
dengan pengenceran utuk mendapatkan titer hasil reaksi. Jika tidak terlihat aglutinasi laporkan
hasil sebagai negatif
7. Tes widal secara kualitatif dapat memberikan hasil negatif palsu akibat efek prozone sehingga
dalam pemeriksaan rutin di laboratorium sebaiknya dilakukan dengan metode slide
semikuantitatif
8. Hasil tes menggunakan kontrol positif harus memberikan hasil positif minimal pada pengenceran
1/80
9. Hasil tes menggunakan kontrol negatif harus memberikan hasil negatif
10. Prosedur skrining dengan pengenceran (metode slide semikuantitatif)
a. Teteskan serum masing masing berturut-turut 80 ul, 40 ul, 20ul, 10 ul dan 5 ul ke dalam
lingkaran di atas slide. Tambahkan masing-masing 1 tetes reagen yang berisi antigen O
ke setiap lingkaran
b. Campurkan serum dengan suspensi antigen dengan batang pengaduk dimulai dari
pengenceran serum tertinggi (5 ul) sampai pengenceran terendah (80 ul), lalu sebarkan
memenuhi daerah lingkaran
c. Putar slide selama 1 menit lalu baca hasil reaksi
d. Teteskan serum masing masing berturut-turut 80 ul, 40 ul, 20ul, 10 ul dan 5 ul ke dalam
lingkaran di atas slide. Tambahkan masing-masing 1 tetes reagen yang berisi antigen H
ke setiap lingkaran
e. Campurkan serum dengan suspensi antigen dengan batang pengaduk dimulai dari
pengenceran serum tertinggi (5 ul) sampai pengenceran terendah (80 ul), lalu sebarkan
memenuhi daerah lingkaran
f. Putar slide selama 1 menit lalu baca hasil reaksi. Hasil positif jika terdapat aglutinasi
pada daerah pengamatan
g. Pengenceran akhir pada slide setara dengan pengenceran pada tabung reaksi berturut
turut sebesar : 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/320
h. Laporkan titer sebagai hasil pengenceran tertinggi yang masih memberikan hasil positif.
Penyebab hasil uji Widal positifpalsu

• Imunisasisebelumnya.
• Infeksisebelumnya (reaksianamnestik)
• Cross reaction dengan Salmonella spp. malaria, bakteriemia oleh Enterobacteriaceae
lain dan sirosis
Penyebab hasil uji Widal negatifpalsu

o Gangguan pembentukan antibodi (status imunitas)


o Pemberian antibiotika
o Waktu pengambilan tidak tepat (stadium penyakit)

104
o Strain Salmonella yang digunakan sebagai Ag tidak sesuai
o Kemampuan metode/reagen yang dipakairendah

Laporan hasil praktikum

.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
.........................................................................................................

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGAMBILAN DARAH UNTUK ANALISA GAS DARAH (AGD)

105
Pendahuluan

Pemeriksaan analisa gas darah bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi gas gas di dalam darah
serta untuk menentukan pH darah. Oleh kerena itu sampel pemeriksaan darah harus representatif dan
dapat dipercaya sehingga menggmbarkan kondis riil gas gas di dalam darah. Pengambilan darah pada
arteri membutuhkan latihan khusus, karena lebih sakit dan berbahaya untuk pasien. Sampel tidak
boleh tercampur dengan udara luar sehingga kondisi anaerob harus benar benar terjaga, diperiksa
sesegera mungkin (< 15 menit setelah pengambilan) . Jika pemeriksaan akan ditunda simpan spesimen
pada suhu dingin (2-60C). Sampel untuk pemeriksaan AGDadalah darah arteri atau darah kapiler dengan
perlakuan khusus. Tujuan pemeriksaan AGD

1.Untuk menilai oksigenasi yang memadai, tingkat ventilasi paru-paru dan status asam basa

2.Evaluasi ventilasi dan gangguan keseimbangan asam basa serta memonitor efektivitas terapi

3.Menentukan kebutuhan oksigen/detik pada pemberian oksigen inhalasi

4.Menentukan kebutuhan oksigen pada pasien rawat jalan ( perawatan sendiri di rumah)

Tujuan

Untuk mendapatkan sampel/ spesimen darah yang baik untuk pemeriksaan AGD

Prinsip

Darah untuk pemeriksaan AGD harus berada pada suasana anerob dan segar.

Prosedur praktikum

1. Siapkan dan isi lengkap formulir permintaan pasien, lengai data lain yang diperlukan
a. Nama pasien atau identitas lain: nomor medical record, tanggal lahir, tanggal dan jam
(waktu) pengambilan
b. Asal / lokasi pasien (ruang rawat)
c. Temperatur tubuh
d. Diagnosis kerja/ klinis pasien
e. Nama dokter yang meminta
f. Terapi oksigen yang diberikan
g. Kadar hemoglobin

106
h. Catat tempat pengambilan sampel ( arterial line, central venous catheter, peripheral
artery)
i. Tanda tangan pengambil darah
j. Catat kondisi sampel saat diambil (tidak lisis, tidak ada gelembungudara, tidak ada
bekuan)
2. Tentukan tempat pengambilan darah : arteri atau darah kapiler dengan dilakukan arterialisasi
(diperoleh dengan mengompres tumit/ujung jari tangan dengan handuk hangat 45 0C 20
menit).Darah kapiler biasa digunakan pada pasien bayi.Cara pengumpulan darah kapiler
dengan tabung kapiler khusus Heparinized-capillary tubes . Arteri yang biasa digunakan untuk
pengambilan darah arteri : arteri brachialis, ulnaris, radialis (site of choice) dan arteri femoralis
(pilihan teraakhir).

Bagian arteri yang tidak boleh dipilih:


- Adanya peradangan/ infeksi
- Adanya iritasi.
- Adanya edema.
- Distal dari surgical shunt (pasien HD)
- Dekat dengan luka.
- Percabangan arteri dengan fistula
- Penderita Raynaud phenomena
- Tes Allen negatif → a. radialis

3. Letakkan/atur di dekat pasien secara sistematis peralatan yang dibutuhkan


a. Spidol waterproof/ stiker/label
b. Antiseptik : Kapas/swab alkohol : isoprophyl alkohol 70%/ klorheksidin

107
c. Semprit dengan antikoagulan heparin (natrium/lithium heparin) dg jumlah 0.5ml
larutan heparin 1:1000 (1000 iu/ml) →bisa digunakan semprit khusus AGD degn
volume yang bisa ditentukan
d. Plester, Kain kasa steril
e. Gauze pad
f. Kantong plastik berisi es ( 2-60C)
g. Kewaspadaan standar : cuci tangan, sarung tangan, gown dan masker
h. Biohazardous waste container/sharp container

4. Identifikasi pasien
a. Sadar/Tidak sadar (anak)
b. Beri dukungan keyakinan pada pasien.
c. Sikap ramah dan profesional.
d. Penjelasan prosedur pengambilan darah (KECUALI pasien kritis) : perkenalkan diri,
apa yang akan dilakukan, tujuan, kemungkinan komplikasi yang akan timbul→ tidak
perlu tertulis
e. Verifikasi diet/obat yang dikonsumsi pasien:Puasa atau pantangan makanan atau obat
tertentu (Obat pengencer darah, anti trombosit dll) → aspirin, clopidogrel, heparin,
coumadin untuk mewaspadai risiko perdarahan setelah pengambilan sampel
5. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
6. Lakukan Allen test : hasil harus positif (jika pengambilan pada arteri radialis)
a. Pasien diminta mengepalkan tangannya.
b. Cari radial dan ulnar artery dengan jari telunjuk dan tengah ke kedua tangan.
c. Dengan tetap menekan arteri tersebut, pasien diminta membuka dan menutup
tangannya perlahan-lahan beberapa kali.
d. Tangan harus kelihatan memucat.
e. Lepaskan tekanan pada ulnar artery.
f. Tangan pasien menjadi berwarna merah jambu dalam waktu 5- 15 detik → tes Allen
positif, sistem kolateral baik.

108
7. Dengan tangan tetap menghadap ke atas, biarkan pasien menggerakkan pergelangan tangannya
dengan posisi 30-45°.
8. Cari a. radialis dengan jari telunjuk dan tengah tangan kanan, kemudian dipalpasi .
9. Letakan gauze pad di bawah pergelangan tangan → posisi hiperekstensi
10. Usapkan alkohol (Lakukan desinfeksi daerah punksi dari dalam keluar) pada bagian yang akan
diambil Biarkan bagian tersebut mengering, jangan disentuh dengan sesuatu yang tidak steril
11. Persiapkan semprit yang akan dipakai : kosongkan udara didalam semprit, tarik plunger sesuai
volume yang diinginkan (0,6 ml atau 1,6 ml)
12. Lakukan punksi arteri tepat pada a. radialis tepat diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan
sudut 450 dengan bevel menghadap ke atas, pertahankan posisi jarum sampai darah masuk ke
dalam syringe
13. Ambil darah sebanyak 2-4 ml (SESUAI rekomendasi), tekan tempat pungsi dengan kasa
sterile selama 3-5 menit sampai pendarahan berhenti. Pada pasien dengan obat antikoagulan
bisa lebih lama (10 menit)
14. Bolak balik syringe sebanyak 5 kali lalu putar semprit diantara kedua telapak tangan selama 5
detik untuk memastikan darah tercampur antikoagulan dengan sempurna
15. Lepaskan jarum, Keluarkan gelembung udara dari syringe agar tidak mempengaruhi
konsentrasi gas darah. (gas dalam darah menyebabkan peningkatan kadar PaO2 dan
menurunkan kadar PaCO2).
16. Tutup segera jarum dengan tutup karet/syringe cap untuk mencegah masuknya udara ke dalam
syringe
17. Beri label identitas penderita pada semprit

109
18. Letakkan syringe dalam wadah berisi es untuk mempertahankan kadar gas darah dan
memperlambat metabolisme sel jika spesimen tidak dapat diperiksa dalam waktu 15 menit

110
PENUNTUN PRAKTIKUM IT RATIO

Pendahuluan

Diagnosis infeksi pada neonatus terutama yang berkembang menjadi sepsis masih sulit ditegakkan
karena tanda tanda sepsis sangat minimal dan sering menyerupai kelainan lain yang bukan sepsis. Infeksi
pada neonatus jika tidak ditangani secara cepat dapat memperburuk keadan neonatus bahkan
menimbulkan kegagalan banyak organ. Untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratrium yang akurat
untuk menegakkan diagnosis sepsis pada neonatus. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang cukup
memiliki nilai diagnostik tinggi untuk menegakkan disgnosis sepsis neonatus disamping CRP dan kulur
resistensi darah adalah pemeriksaan IT ratio.

IT ratio : perbandingan jumlah granulosit muda (Immature) dengan granulosit Total di darah tepi

Tujuan

Mendapatkan nilai IT ratio untuk menegakkan diagnosis sepsis neonatorum

Prinsip pemeriksaan

Dalam keadaan normal perbandingan/ ratio jumlah sel granulosit muda dengan granulosit total di
darah tepi (IT ratio) < 0,2. Pada keadaan sepsis ratio meningkat > 0,2.

Prosedur pemeriksaan

1. Siapkan alat dan bahan pemeriksaan :


a. darah EDTA segar neonatus yang dibuat sediaan hapus dan diwarnai pewarnaan Wright
atau Giemsa
b. Mikroskop
c. Imersi oil
d. Manual cell counter
2. Cari daerah baca (counting area) dengan pembesaran objektif 10 Kali
3. Dengan objektif 100 kali dan imersi oil, hitung jumlah granulosit muda (Mielosit, Meta
mielosit, Netrofil batang) dalam 100 granulosit
4. Hitung dan laporkan IT ratio

111
Hasil praktikum

.....................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................

112
DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Dian Rakyat. Jakarta; 1999


2. Wirawan R. Pemeriksaaan laboratorium Hematologi Sederhana. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta; 1992
3. Dacie JV, Lewis SM. Practical Hematology. London;Churchill-Livingstone. 7th Ed.1991:39-
83
4. Evatt BL, Lewis SM, Lothe F and Mc Arthur Jr. Anemia, Fundamental Diagnostic
Hematology. Atlanta :Center for Disease Control, Geneva: WHO, 1983.
5. The Morphology of Human Blood Cells

113
Sedian KOH

emeriksaan ini dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita penyakit yang disebabkan atau
berhubungan dengan infeksi Jamur, seperti :

• Tinea
• Pitiriasis Versikolor (Panu)
• Dermatitis Seboroik
• dll

Langkah pemeriksaan :

Pengambilan sampel

• Alat alat yang dibutuhkan :

- Skalpel
- Pinset

114
- Alkohol 70%
- Kapas
- Kertas/wadah yang bersih

• Cara pengambilan sampel :

• Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.

• Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah (cara
memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45 derajat ke atas).

• Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadah

Pembuatan sediaan

• Alat alat yang dibutuhkan :

-Kaca objek
-Kaca penutup
-Lampu spiritus
-Pinset
-Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20% untuk rambut

• Cara pembuatan sediaan :

• Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.

• Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan
pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut.
Kemudian tutup dengan kaca penutup.

• Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik
untuk mempercepat proses lisis

Pemeriksaan

• Alat yang digunakan : Mikroskop

• Cara Pemeriksaan :

• Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan perbesaran objektif 10


X kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha dan atau

115
spora, akan tampak gambaran hifa dan spora tergantung jamur yang
menyebabkan penyakitnya, contohnya :

- terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora
berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis)

- terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok ( gambaran Meat ball
and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor (panu)

116

Anda mungkin juga menyukai