Anda di halaman 1dari 66

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA
FARMASI II
PENYUSUN : SAFRINA, S. FARM., M. SI
EDITOR : EVA NOVITA, ST, MT

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN ACEH
2019
TATA TERTIB DAN PETUNJUK PRAKTIKUM

1. Setiap praktikan harus datang tepat pada waktunya. Keterlambatan tanpa alasan
yang dapat diterima tidak diperkenankan mengikuti praktikum hari tersebut.Praktikan
wajib berada dilaboratorium 15 menit sebelum praktikum.
2. Praktikan diwajibkan mengisi absensi kehadiran. Bila tidak dapat hadir karena sakit
dapat memberikan surat keterangan sakit dari dokter. Praktikan yang tidak hadir
selama 3 (tiga) kali tanpa alasan yang jelas tidak dapat mengikuti ujian akhir
praktikum.
3. Pada setiap praktikum, praktikan diwajibkan menggunakan jas lab. Setiap praktikan
diharuskan membawa alat atau perlengkapan untuk praktikum seperti serbet, tissue,
penjepit tabung, sikat tabung, masker, handscone (sarung tangan), sabun pencuci
alat-alat gelas laboratorium.
4. Setiap praktikan harus menjaga ketenangan, ketertiban, kebersihan dan kerapian
laboratorium. Meminimalkan berbicara pada saat bekerja dengan bahan kimia, tidak
memakai perhiasan secara berlebihan dan tidak menggunakan handphone (nonaktif)
di laboratorium.
5. Praktikan harus mengikuti praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
6. Setiap praktikan bertanggung jawab atas alat atau bahan-bahan yang digunakan
selama praktikum dan tidak dibenarkan menggunakan alat dan bahan lain selain yang
telah ditentukan tanpa seijin laboran.
7. Kelompok praktikum yang meminjam peralatan laboratorium harus mengisi bon
peminjaman. Saat pengembalian alat-alat harus dalam keadaan bersih dan kering.
8. Parktikan yang memecahkan atau menghilangkan alat-alat laboratorium diwajibkan
mengganti dan batas waktu mengganti adalah seminggu setelah alat tersebut pecah
atau hilang.
9. Praktikan diwajibkan piket secara bergiliran sesuai instruksi laboran.
10. Pada saat praktikum sedang berlangsung, praktikan dilarang keluar dari laboratorium
tanpa seijin laboran.
11. Praktikan diwajibkan mengikuti responsi yang berhubungan dengan judul percobaan
yang dilakukan. Praktikan yang dinyatakan tidak lulus tidak dibenarkan mengikuti
praktikum.

i
12. Setelah selesai melakukan praktikum, praktikan diwajibkan membuat laporan dan
diserahkan seminggu setelah melakukan praktikum tersebut atau sebelum melakukan
praktikum selanjutnya. Apapbila tidak menyerahkan laporan praktikum, mahasiswa
yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum berikutnya.
13. Praktikan yang melanggar peraturan dan tata tertib laboratorium akan dikenakan
sanksi.

Laboratorium Kimia-Farmasi
Jurusan Farmasi-Poltekkes Kemenkes Aceh

Laboran

ii
KESELAMATAN KERJA DILABORATORIUM

1. Setiap praktikan harus menggunakan pelindung seperti jas lab, sepatu tertutup
(jangan memakai sandal) dan tidak memakai perhiasan.
2. Sikap dan tingkah laku praktikan harus dijaga selama bekerja dilaboratorium terutama
saat menggunakan bahan kimia.
3. Rambut harus rapi (bagi praktikan laki-laki) karena akan mempengaruhi terjadinya
kecelakaan laboratorium.
4. Bila menggunakan bahan kimia jangan mencium bau zat kimia secara langsung tapi
kibaskanlah ke arah anda.
5. Jangan makan dan minum dilaboratorium karena ditakutkan akan terkontaminasi
dengan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Pilihlah alat gelas yang tidak retak (pecah) agar terhindar dari bahaya luka gores.
7. Bunsen atau lampu spiritus harus dimatikan jika tidak digunakan lagi.
8. Gunakan lemari asam jika bekerja dengan zat kimia yang menghasilkan uap beracun.
9. Jika praktikan bekerja dengan asam kuat seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat
(H2SO4) maka harus menuangkan asam tersebut kedalam air atau bahan lain secara
perlahan-lahan sambil diaduk. Bahan kimia tersebut dapat menghasilkan percikan yang
berbahaya jika digunakan tanpa mengindahkan tata cara penggunaannya.

iii
JENIS-JENIS BAHAYA/KECELAKAAN DILABORATORIUM

1. Bahan yang bersifat racun : Amonia (NH3), Kloroform (CHCl3), Karbon


Monoksida (CO), dan lain sebagainya.
2. Bahan yang bersifat iritasi/korosif (bahan-bahan ini dapat menyebabkan iritasi dan
peradangan pada kulit,saluran pernafasan dan mata) : asam sulfat (H2SO4), asam
klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), gas klor (Cl).
3. Bahan pelarut organik yang mudah terbaka : eter, aseton, alkohol dan lain sebagainya
4. Alat gelas retak dan pecah dapat menyebabkan luka atau goresan pada kulit

iv
TANDA-TANDA BAHAYA PADA BAHAN KIMIA

v
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI LABORATORIUM

1. Bila terkena asam pada kulit dan baju


Penanganan : Segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian bilas
(netralkan) dengan larutan amonia (NH3).
2. Bila terminum asam kuat
Penanganan : keluarkan dengan segera dari mulut, cuci mulut dengan air
sebanyak-banyaknya, kemudian kumur-kumur dengan (netralkan) dengan natrium
bikarbonat 5%.
3. Bila terkena basa pada baju
Penanganan : segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian netralkan
dengan asam borat atau asam asetat 4%.
4. Bila terminum basa kuat
Penanganan : keluarkan dengan segera dari mulut, cuci mulut dengan air
sebanyak-banyaknya, kemudian kumur-kumur dengan (netralkan) dengan asam
asetat 4. Olesi bibir dengan pelembab/minyak agar terhindar dari dehidrasi dan
pembengkakan.
5. Bila terkena benda tajam atau pecahan alat gelas
Penanganan : bersihkan luka dari debu kemudian bilas dengan alkohol 70%,
kemudian bubuhkan obat luka dengan menggunakan kapas bersih dan kering.

vi
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR

Laporan praktikum merupakan data hasil kerja yang telah dilakukan selama
praktikum Kimia Farmasi II. Data diperoleh dari hasil percobaan I hingga akhir. Laporan
dibuat setelah praktikum dan diserahkan ke laboran sebelum praktikum selanjutnya dimulai.
Adapun format penulisan laporan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Judul praktikum
2. Tujuan Praktikum
3. Tinjauan kepustakaan (dasar teori)
Ditulis berdasarkan referensi yang berkaitan dengan golongan senyawa yang
telah dianalisis, minimum dari 5 referensi.
4. Metodologi percobaan (berisi tentang cara kerja, bahan kimia dan peralatan
yang digunakan pada saat praktikum)
5. Hasil dan pembahasan (pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dan
kaitannya denga teori yang ada)
6. Daftar Pustaka

vii
DAFTAR ISI

Halaman

TATA TERTIB DAN PETUNJUK PRAKTIKUM ................................................................i


KESELAMATAN KERJA DILABORATORIUM .................................................................iii
JENIS-JENIS BAHAYA/KECELAKAAN DILABORATORIUM ..............................................iv
TANDA-TANDA BAHAYA PADA BAHAN KIMIA .............................................................v
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI LABORATORIUM ..............................vi
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR ...............................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................ix
PENDAHULUAN ........................................................................................................1
PERCOBAAN 1 PEMBUATAN LARUTAN STANDAR BAKU DAN PEMBAKUAN
NaOH 0,1N ................................................................................12
PERCOBAAN 2 TITRASI ALKALIMETRI DAN ACIDIMETRI .....................................14
PERCOBAAN 3.1 TITRASI IODIMETRI (TITRASI LANGSUNG) ..................................16
PERCOBAAN 3.2 TITRASI IODOMETRI (TITRASI TAK LANGSUNG) ..........................19
PERCOBAAN 4.1 TITRASI KOMPLEKSOMETRI ........................................................22
PERCOBAAN 4.2 TITRASI ARGENTOMETRI ...........................................................26
PERCOBAAN 5 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ......................................................28
PERCOBAAN 6 SPEKTRO UV/VIS........................................................................35
PERCOBAAN 7 ANALISA GRAVIMETRI ................................................................40
PERCOBAAN 8.1 INSTRUMEN ANALISA (KCKT) ......................................................42
PERCOBAAN 8.2 INSTRUMEN ANALISA (KROMATOGRAFI GAS) ..............................45
PERCOBAAN 8.3 INSTRUMEN ANALISA (SSA) ........................................................48
CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM ................................................................................51
PENILAIAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI KUANTITATIF ..............................................55

viii
PENDAHULUAN

Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk
tujuan analisis kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan teknik
tertentu. Berbagai macam metode analisis baku telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal
ilmiah, dalam berbagai literatur ilmiah, atau dalam berbagai bentuk buku teks. Metode yang
baik seharusnya memenuhi beberapa kriteria yaitu metode harus :
1. Peka (sensitive), metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa
dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar zat-zat racun,
metabolit obat dalam jaringan dan sebagainya.
2. Tepat (precise), metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang sama atau
hampir sama dalam satu seri pengukuran (penetapan).
3. Teliti (accurate), metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang sangat
dekat dengan nilai sebenarnya (true value).
4. Selektif, untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak banyak
berpengaruh oleh adanya senyawa lain.
5. Kasar (rugged), adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi lingkungan tidak
menyebabkan perubahan hasil analisis.
6. Praktis, metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu
dan biaya. Syarat ini diperlukan sebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap
(stabil) apabila waktu penetapan terlalu lama.

Seorang analisis yang baik dituntut untuk selalu bersih, rapi, teliti, efisien dan
terampil dalam melakukan tugasnya. Ia harus menguasai semua percobaan yang akan
dilakukan dan agar percobaan tersebut berhasil dengan baik ia juga harus menguasai teori
dan terampil mengguankan alat-alat yang diperlukan dalam percobaan tersebut. Untuk
dapat mempunyai sifat-sifat tersebut diperlukan latihan praktek yang banyak dan panjang.
Dalam melakukan analisa harus menggunakan alat-alat gelas yang bersih.
Permukaan luar dan dalam yang kelihatannya tidak mengandung kotoran mungkin masih
terkontaminasi oleh lapisan tipis dan tak terlihat dari bahan lemak. Apabila air dituangkan
dari alat gelas tersebut maka air tersebut tidak mengalir secara merata dari permukaan
gelas, tetapi meninggalkan tetesan-tetesan yang terisolasikan yang akan menyusahkan
dalam analisa dan kadang-kadang tak mungkin menghilangkannya.

1
Alat-alat gelas yang bisa dimasuki sikat, seperti beaker, erlenmeyer, tabung reaksi,
dan lain-lain, dapat dibersihkan dengan sabun dan deterjen. Pipet, buret dan botol (labu)
ukur mungkin memerlukan larutan deterjen panas agar dapat dibersihkan dengan
sempurna. Jika permukaan gelas masih juga tidak dapat hilang airnya dengan rata, maka
dalam hal ini diperlukan menggunakan larutan pembersih yang lebih kuat supaya
permukaan (dalam) gelas bersih sempurna. Permukaan gelas yang masih berlemak dapat
dibersihkan dengan penambahan spiritus, KOH/NaOH atau memakai kalium bikromat
dengan asam sulfat pekat. Pemakaian pembersih ini harus sangat hati-hati, karena sangat
korosif dan dapat mencelakakan. Pemakaiannya harus dibawah pengawasan asisten.
Setelah pembersihan maka alat-alat gelas tersebut harus dibilas beberapa kali dengan air
ledeng, kemudian sedikit demi sedikit dengan air suling dan akhinya biarkan mengering.
Banyak alat-alat gelas dalam analisa tidak memerlukan ketrampilan khusus dalam
pemakaiannya, tetapi ada beberapa diantaranya memerlukan latihan praktek khusus.

1. PIPET

Dikenal beberapa macam pipet antara lain pipet volum dan ppet ukur yang lazim
digunakan dalam analisa volumetri.
PIPET VOLUM digunakan untuk memindahkan sejumlah larutah yang diketahui
secata teliti volummnya dari suatu wadah ke wadah lainnya. Sebelum digunakan, pipet
harus sudah bersih dan harus dibersihkan jika air suling tidak mengering secara
merata tetapi meninggalkan titik-titik air yang menempel pada permukaan dalam.
Pembersihan dapat dilakukan dengan deterjen atau larutan pencuci (lihat uraian
sebelumnya).
Pengisian pipet dilakukan dengan mengisap larutan secara hati-hati sampai 2
sentimeter diatas tannda garis goresan atau dengan menggunakan bolas hisap
untuk larutan-larutan yang berbahaya, misalnya larutan iodium. Selama pemipetan
agar diperhatikan ujung pipet harus terendam cukup dalam dalam larutan. Kedalamam
yang kurang akan menyebabkan terisapnya gelembung-gelembung udara. Jari
telunjuk kemudoan ditempatkan dengan cepat menutupi ujung atas pipet. Pipet
diangkat dari larutan dan ujung bawahnya dilap dengan kertas saring/tissue untuk
menghilang titik-titik air dari permukaan luar. Setelah itu jari telunjuk dibuka sedikit
demi sedikit sehingga larutan akan keluar sampai bagian bawah meniskus berhimpit
dengan garis tanda.

2
(a) (b)

Gambar 1. (a) Pipet Volume (b) Pipet ukur

Volum pipet kemudian dipindahkan ke atas erlenmeyer atau beker gelas dan tetesan
dikeluarkan perlahan-lahan kedalam wadah yang diinginkan dan dijaga agar tidak
memercik. Kedudukan pipet selama mengeluarkan cairan harus tegak lurus. Setelah
cairan semua keluar dan pipet menjadi kosong, biarkan selama 30 detik, kemudian
ujung pipet disentuhkan pada dinding dalam wadah penampung pada permukaan
cairan. Sejumlah volume larutan akan tinggal didalam ujung pipet, tetapi pipet telah
ditera untuk memperhitungkan hal ini, maka larutan yang sedikit ini tidak boleh
ditiup keluar atau diganggu dengan cara lain.

(a) (b)
Gambar 2. (a) Pipet pengisi cairan dihisap diatas tanda goresan (b) penggunaan jari
telunjuk untuk mengatur tinggi cairan.
Pipet dengan ujung yang rusak tidak boleh digunakan. Jika memipet larutan baku
primet atau sekunder, maka pipet harus dibilas terlebih dahulu sebanyak dua kali
denga larutan tersebut sebelum pemipetan dilakukan. Pipet biasanya tersedia dalam
ukuran 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 ml.

3
PIPET UKUR mempunyai skala seperti halnya buret dan digunakan untuk mengukur
volum larutan dan lebih tepat digunakan dari pada dilakukan dengan silinder berskala
(gelas ukur). Pipet ukur tidak umum digunakan apabila diperlukan ketepatan tinggi.
Biasanya tersedia dalam ukuran 1, 5, 10 dan 20 ml.

2. BOTOL VOLUMETRIK

Botol volumetrik disebut juga labu ukur atau labu tentukur. Botol berisi volum yang
dinyatakan apabila diisi sedemikian rupa hingga bagian bawah meniskus berhimpit dengan
garis tanda. Botol volumetrik digunakan apabila diinginkan untuk membuat suatu larutan
dengan suatu volum yang diketahui secara teliti. Terutama sekali dipakai untuk pembuatan
larutan baku primer atau untuk mengencerkan suatu larutan dengan teliti.
Botol volumetrik mempunyai leher yang sempit sehingga sedikit perubahan volume
akan menaikkan meniskusnya. Kita akan hati-hati sekali dalam penambahan larutan. Jarak
antara garis tanda sampai tutupnya cukup besar sehingga memungkinkan ruangan yang
cukup untuk emngocok larutan sesudah dicukupkan sampai garis tanda. Biasanya tersedia
dalam ukuran 5, 10, 25, 50, 100, 250, 500, 1000 dan 2000 ml.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Botol volumetrik (Labu ukur) (b) posisi yang benar dalam membaca
meniskus
Apabila suatu padatan akan dilarutkan dalam botol volumetrik, maka padatan yang
telah ditimbang dengan teliti (x,xxxx gram) dalam neraca listrik tersebut dimasukkan
kedalam botol volumetrik, bilas tempat penimbangan padatan tersebut, tambahkan air
suling atau pelarut lain sejumlah tertentu (sedikit lebih dari setengah volum). Kocok sampai
semua padatan larut, tambahkan lagi pelarut sampai leher sempit botol volumetrik (sedikit
dibawah garis tanda), keringkan bagian dalam leher (diatas garis tanda dengan kertas

4
saring). Penambahan pelarut selanjutnya dilakukan dengan pipet tetes (pipet mata) sampai
garis tanda. Kemudian dikocok sapai larutan homogen.
Larutan tidak boleh dipanaskan didalam botol volumetrik, biarpun terbuat dari gelas
pyrex. Ada kemungkinan bahwa botol tidak dapat kembali ke volumnya yang tepat setelah
didinginkan. Kebanyakna botol volumetrik mempunyai sumbat dari gelas yang diasah atau
terbuat dari polietilen, tutup putar atau tutup pencet plastik. Larutan alkali dapat
menyebabkan sumbat gelas “membeku” dan dengan demikian tidak boleh sama sekali
disimpan dalam botol yang dilengkapi dengan sumbat demikian.

3. BURET

Buret digunakan untuk memberikan volume yang diketahui dengan teliti, tetapi
pemakaian yang utama pada titrasi. Buret berupa tabung yang panjang dengan tanda-tanda
mililiter. Pada bagian bawah terdapat keran tutp. Sumbat keran tutup dapat terbuat dari
gelas ataupun dari teflon. Kran tutup teflon tidak memerlukan pelicin tetapi sumbat gelas
harus dilumasi dengan pelicin. Pemberian pelumas tidak boleh terlalu banyak, karena akan
dapat menyumbat ujung buret. Pelumas harus tampak merata dan jernih serta tidak boleh
terdapat partikel pelumas didalam lubang.
Buret harus dibersihkan hati-hati untuk terjaminnya suatu pengeringan larutan yang
merata didalam permukaannya. Dapat dipakai larutan deterjen yang panas dan encer,
kemudian dibilas dengan air ledeng dan akhirnya dengan air suling. Jika buretnya masih
belum bersih dapat pakai campuran kalium kromat dan asam sulfat pekat, diamkan selama
satu maam ataupun spiritus KOH/NaOH selama 15 menit. Apabila tidak digunakan buret
harus diisi air suling dan ditutupi untuk mencegah masuknya debu. Sesudah digunakan
buret harus dicuci dengan air ledeng dan akhirnya dengan air suling, disimpan diatas rak.
Larutan alkali tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam buret karena dapat menyerang gelas,
menyebabkan tertutup “membeku” dan buret todak dapat digunakan lagi.
Penting pula diperhatikan pembacaan buret, agar menjadi terbiasa dengan skala yang
ada dan mahir dalam memperkirakan pembagian skala. Buret 50 dan 25 ml biasanya
berskala dengan interval 0,1 ml, sedangkan buret 100 ml berskala dengan interval 0,05 ml,
bahkan ada yang berskala 0,01 ml. Pembacaan harus dilakukan sampai seperseratus mililiter
terdekat. Untuk larutan tak berwarna atau berwarna muda pembacaannya dilakukan pada
kedudukan bagian bawah meniskus, sedangkan larutan berwarna kuat (gelap) meniskus
bawah tidak dapat dilihat, misalnya larutan kalium permanganat, maka yang dibaca adalah
meniskus atas. Pembacaan yang teliti dilakukan dengan mensejajarkan mata dengan

5
tingginya lartan sehingga tidak terjadi “paralax” dan melontarkan suatu bayangan pada
bagian bawah meniskus dengan pertolongan suatu daerah yang dihitamkan pada kertas
atau kartu yang dipegang tepat dibelakang buret dengan daerah hitam tadi sedikit dibawah
meniskus.

Gambar 4. Buret dan prosedur penggunaan dan pembacaan skala buret

Pengisian buret dilakukan dengan pertolongan suatu corong yang dilakukaan pada
bagian atas buret dan buret diisi beberapa sentimeter diatas skala nol. Kemudian dilihat
apakah terdapat gelembung udara dalam ujung bawah buret. Gelembung udara demikian
ikut terhitung dalam bagian buret yang berskala sehingga akan menyebabkan kesalahan.
Untuk menghilangkan gelembung udara yang mungkin ada, kran buret dibuka besar
sehingga larutan akan menolak udara tersebut. Titrasi dimulai sebaiknya dari pentiter yang
menunjukkan skala nol. Sebelum pembacaan titik nol dilakukan, maka harus ditunggu
selama satu menit setelah pengisian larutan.
Larutan yang akan dititrasi biasanya dalam suatu botol erlenmeyer atau botol titrasi.
Selama titrasi pengaturan pembukaan kran dilakukan dengan tangan kiri dan erlenmeyer
titrasi dipegang dengan tangan kanan. Ibu jari dan jari telunjuk diselubungkan pada tangkai
tutup kran untuk memutarnya dan digunakan tekanan kedalam untuk mempertahankan
kran tutup pada tempatnya. Kedua jari terakhir mendorong ujung buret untuk mengimbangi

6
tekanan erlenmeyer titrasi. Sementara pentiter diturunkan tetes demi tetes. Jangan
menurunkan larutan terlalu cepat. Larutan dari buret jangan dibiarkan menumpuk pada satu
bagian saja dari larutan yang akan dititrasi. Oleh karena itu setiap tetesan yang keluar dan
mengenai larutan yang akan dititrasi pada seluruh bagian dengan menggoyang erlenmeyer
secara teratur. Ujung buret jangan terlalu jauh dari permukaan larutan yang akan dititrasi,
agar tetesan yang turun tidak menyebabkan gemercik.
Dekat titik akhir titrasi penetesan dilakukan pelan-pelan sekali. Sedikit larutan yang
terdapat pada ujung buret dapat ditemukan dengan dinding erlenmeyer dan kemudian
dikocok. Kalau pelarutnya iar adalah lebih baik membilas/mencuci dinding atas erlenmeyer
dengan air suling jika titik akhir titrasi sudah sangat dekat agar tidak terjadi kelebihan
pentiter. Titrasi dilakuakn dalam cahaya yang cukup tetapi bukan cahaya yang langsung.

4. CORONG, KERTAS SARING DAN PENYARING LAINNYA

Corong dipakai untuk membantu penyaringan dan besar sudut dengan batangnya
adalah 60 o. Ukuran corong dilihat dalam diameternya. Dikenal pula corong buchner yang
biasa dipakai untuk menyaring dengan tekanan atau dalam keadaan hampa.

(a) (b)

Gambar 5. (a) Corong dan (b) corong buchner


Dalam penetapan kadar secara gravimetri senyawa yang akan ditetapkan kadarnya
dipisahkan dalm bentuk endapan. Endapan kemudian dikumpulkan, dicuci sampai bebas
pengotoran yang tidak diharapkan dari larutan induk, keringkan dan ditimbang. Atau
dikeringkan dan kemudian dipijar sampai beratnya konstan. Ditimbang sebagai endapan
sendiri atau telah diubah menjadi bentuk lain. Penyaringan merupakan cara yang umum
untuk mengumpulkan endapan. Penyaringan dapat dilakukan dengan corong yang

7
mempunyai kertas saring atau dengan kroes saringan. Penyaringan dengan kertas saring
terutama dipakai untuk endapan yang akan dipijar dan beberapa krus saringan untuk
temperatur yang tidak terlalu tinggi.
Serat selulosa dari kertas saring memiliki kecenderungan berat untuk
mempertahankan lembab dan kertas saring memuat suatu endapan tidak dapat dikeringkan
atau ditimbang sebagai endapan dengan ketelitian yang memadai. Selama
pembakaran/pemijaran dapat terjadi reduksi oleh karbon dan karbonmonoksida yang
terdapat disekeliling endapan. Endapan yang tidak tahan dipijar pada suhu tinggi atau peka
terhadap reduksi tidak bisa disaring dengan kertas saring tetapi dengan krus saringan.
Untuk penentuan kuantitatif harus digunakan keras saring yang berkualitas tanpa abu
(ashless), berat abunya bisa diabaikan dan untuk pekerjaan sangat teliti dapat dilakukan
suatu koreksi. Suatu kertas saring tanpa abu dengan diameter 11 cm akan menghasilkan
abu kira-kira 0,0001 gram pada pemijaran. Kertas saring biasa akan meninggalkan banyak
abu dan tak dapat dipakai untuk mengumpulkan endapam karena akan menambah berat
endapan. Pada pengeringan kertas saring dapat dilipat sedemikian rupa agar menyediakan
ruangan antara kertas saring dan corong. Caranya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Melipat kertas saring

Lipatan kedua dibuat sedemikian rupa sehingga bagian akhir tidak saling mengenai,
sepanjang kira-kira 1/8 inci. Kertas saring kemudian dibuka menjadi kerucut. Sudut lipatan
sebelah luar pada sisi yang lebih tebal dirobek agar dpat menyesuaikan kertas dengan
corong lebih mudah. Setelah dipasang pada corong, tuangkan air suling, ratakan hati-hati
melekatnya kertas (awas sobek). Udara tidak akan masuk kedalam cairan dan dengan
demikian drainase dari tangkai corong akan menimbulkan penghisapan lembut yang akan
memudahkan penyaringan. Saringan yang tidak dapat bekerja dengan baik akan
menghambat suatu analisa. Akan lebih baik membuang saringan semacam itu dan membuat
baru.

8
Kertas saring tanpa abu tersedia dalam berbagai ukuran diameter. Ukuran mana yang
akan dipergunakan tergantung dari banyak endapan, bukan volum larutan yang disaring.
Ukuran kertas saring yang dipakai harus dicocokkan dengan corong yang akan digunakan.
Sebaiknya dipakai kertas saring yang kalau dipasang pada corong maka akan berada
didalam keucut sejauh 1-2 cm dari tepi. Endapan yang disaring harus menempati sepertiga
kerucut kertas dan tidak boleh lewat dari setengahnya.

5. PENCUCIAN ENDAPAN

Endapan biasnya dicuci dengan air atau dengan larutan lain untuk menghilangkan
pengotor-pengotornya. Pencucian dilakukan bersama penyaringan. Cara yang lebih baik
adalah dengan pengenap tuang (dekantasi). Cairan induk dengan hati-hati dituangkan
melalui saringan, sedangkan sebanyak mungkin endapan dipertahankan didalam beker.
Setelah cairan induk banyak keluar maka endapan diaduk dengan pencuci didalam beker
gelas dan cairan pencuci digenaptuangkan melalui saringan.

Gambar 7. Penyaringan endapan dengan kertas saring

Pencucian diulang sampai bebas pengotornya. Sisa endapan yang tinggal dalam
beker dipindahkan ke saringan dengan pancaran dari botol cuci (botol semprot). Jika
endapan melekat pada gelas maka sebaiknya dibersihkan dengan perantara karet
pembersih. Tangkai corong harus menjulur dengan cukup kedalam wadah yang menerima

9
filtrat dan pemercikan filytrat. Filtrat yang keluar harus jernih, adanya kekeruhan
menunjukkan sejumlah kecil endapan lari lewat saringan. Kertas saring tidak cock atau
harus dilakukan penyaringan ulang.
Setelah kertas saring mengering di corong, maka bagian atas kertas saring dilipat untuk
membungkus endapan dengan sempurna. Pindahkan hati-hati ke dalam krus, selanjutnya
dilakukan tahap-tahap :
a. Pengeringan endapan dengan kertas saring
Tempatkan krus yang ditutup pada kedudukan miring dalam segitiga dan
ditempatkan api kecil dibawah krus kira-kira ditengah-tengah. Nyala api tidak boleh
menyentih krus, pengeringan terjadi perlahan-lahan dan harus dihindari pemanasan
yang terlalu kuat.

b. Pengarangan kertas
Setelah endapan dan kertas saring kering, tutp krus dalam keadaan terbuka sedikit
untuk tempat udara masuk, pemanasan ditingkatkan untuk mengarangkan kertas
dengan membesarkan nyala api. Kertas saring menjadi rapuh dan mengarang tetapi
tidak boleh terbakar dengan nyala. Jika kertas menyala, tutuplah krus.

c. Pembakaran habis karbon dari kertas


Setelah tejadi pengarangan sempurna dari kertas saring, maka besarnya nyala api
ditingkatkan samapi dasar krus menjadi merah. Pembesaran dilakukan berangsur-
angsur. Sisa karbon dari organik terbakar habis pada tahap pembakaran ini.
Teruskan pemanasan sampai hilangnya zat berwarna gelap. Sebaiknya krus sekali-
kali diputar-putar, agar semua bagian dipanasi dengan sempurna.

(a) (b)

Gambar 8. (a) pembakar tirril (b) pembakar meker

10
d. Pembakaran tahap akhir
Pada pembakaran tahap akhir, ambil tutup krus dan panaskan pada suhu yang
sesuai bagi endpaan dengan mengatur besarnya api. Pembakar trillir dan Fisher
memberi suhu sekitar 1000 oC. Pembakar meker lebih tinggi lagi, dapat sampai 1200
o
C. Pembakar ini digunakan untuk memijar endapan pada suhu yang lebih tinggi atau
merubah suatu senyawa menjadi bentuk lainnya. Pembakaran tahap akhir dilakukan
samapai diperoleh hasil pijar yang bersih tanpa bintik-bintik hitam.

6. CARA PERHITUNGAN KADAR

Secara skematis, cara perhitungan kadar dapat dilakukan sebagai berikut:


𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝑉 × 𝑁 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 × 𝐵𝑀
𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (%) 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡


100 % × :𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Sehingga untuk menghitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat
menggunakan rumus-rumus umum berikut:
a. Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan menggunakan timbangan analitik)
maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:

𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝐵𝐸
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝑏/𝑏 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

b. Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan menggunakan
pipet volume) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:

𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝐵𝐸
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝑏/𝑣 = × 100%
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


𝐵𝐸 =
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖

11
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR BAKU DAN PEMBAKUAN NaOH 0,1N

1. Prinsip

Larutan Baku (Standar)

Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga


konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan larutan
baku (standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas,
atau bobot per volume. Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan
sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara
tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Larutan ada dua macam yaitu
larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai
kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku
primer. Suatu proses pembakuan larutan baku sekunder dengan larutan baku primer
disebut dengan standarisasi.
Titran-titran (larutan baku) seperti HCl dan NaOH tidak dapat dianggap sebagai baku
primer karena kemurniannya cukup bervariasi. Oleh karena itu larutan baku NaOH harus
dibakukan dengan kalium biftalat karena kalium biftalat tersedia dalam kemurnian yang
tinggi. Larutan baku NaOH yang sudah dibakukan dengan kalium biftalat ini disebut
dengan baku sekunder dan dapat digunakan untuk membakukan larutan baku HCl.

2. Contoh Perhitungan
Pembakuan HCl dilakukan dengan menggunakan baku primer natrium karbonat.
Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan
HCl (yang akan dibakukan) menggunakan indikator metil orange, dan sampai titik akhir
titrasi dibutuhkan volume HCl sebesar 30,23 ml. Hitung berapa Normalitas HCl?
Jawab :
Pada pembakuan HCl dengan natrium karbonat menggunakan metil orange, reaksi yang
terjadi adalah :
Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2
Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa tiap mol natrium karbonat bereaksi dengan 2 mol
HCl dan setara dengan 2 gram ion H+ sehingga valensinya adalah 2.
Sebagaimana diketahui, pada saat titik ekivalen:
Mgrek HCl = mgrek Na2CO3

12
mLHCl x NHCl = mmol Na2CO3 x valensi
mLHCl x NHCl = mg Na2CO3/BM Na2CO3 x valensi
Sehingga :
𝒎𝒈𝑵𝒂𝟐𝑪𝑶𝟑 × 𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏𝒔𝒊 𝟑𝟓𝟒, 𝟐 × 𝟐
𝑵𝑯𝑪𝒍 = = = 𝟎, 𝟐𝟐𝟏𝟏 𝑵
𝑩𝑴𝑵𝒂𝟐 𝑪𝑶𝟑 × 𝒎𝑳𝑯𝑪𝒍 𝟏𝟎𝟔 × 𝟑𝟎, 𝟐𝟑

3. Pembuatan Pereaksi
 Larutan standar NaOH 0,1 N
Larutkan 4 gram pellet NaOH dalam air bebas CO 2 secukupnya hingga 1 liter.
 Larutan indikator fenoltalein
Larutkan 200 mg dalam 60 ml etanol 90% tambahkan akuades sampai 100 ml.

4. Pembakuan

- Timbang seksama 160 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah diserbuk dan
dikeringkan pada suhu 28 oC selama 2 jam
- Larutkan dalam 25 ml air bebas CO2
- Tambahkan 2-3 tetes indikator larutan fenoltalein
- Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi warna merah jambu yang mantap.

Perhitungan pembakuan NaOH

- Miligrek kalium biftalat = miligrek NaOH


- Berat (mg) kalium biftalat x 1/BE =VxN
- Normalitas NaOH = mg/204,2 x 1/V

13
PERCOBAAN 2
TITRASI ALKALIMETRI DAN ACIDIMETRI

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar asam/basa lemah (pKa/pKb<7) yang sukar/kurang


larut dalam air dengan metode titrasi asam basa (netralisasi) menggunakan pelarut
campuran air dan etanol/ aseton. Titrasi asam basa disebut juga titrasi alkalimetri
(penentuan asam) dan titrasi acidimetri (penentuan basa)

2. Prinsip
Reaksi netralisasi antara asam dan basa
H+ + OH- H2O

3. Penetapan kadar asam benzoat dengan menggunakan metode titrasi


alkalimetri (F.I. Ed. III halaman 49)

Timbang seksama 500 mg larutkan dalam 15 ml etanol 95 %, tambahkan 20 ml air.


Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator larutan merah fenol sampai timbul
warna merah jambu yang mantap. 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 12, 21 mg asam
benzoat (BM=BE=122,12). Lakukan percobaan blanko (ganti etanol netral).

4. Penetapan kadar kalsium hidroksida dalam larutan kapur dengan


menggunakan metode titrasi acidimetri

Timbang sampel dengan teliti sebanyak 5 gram dengan kaca arloji kemudian larutkan
dalam labu takar 100 mL. Pipet sebanyak 10 mL larutan sampel masukkan dalam
erlenmeyer 250 mL, tambahkan 3 tetes indikator PhenolPthalein (PP). Kemudian titrasi
larutan tersebut dengan mengunakan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna ( dari
warna merah muda menjadi bening). Catat volume hasil titrasi yang diperolah, lakukan
titrasi sebanyak tiga kali.
5. Reaksi

COOH COONa
+ NaOH + H 2O

14
Asam bervalensi 1, maka 1 grol=1 grek. Oleh karena itu BM=BE

6. Pembuatan Pereaksi
 Larutan standar NaOH 0,1 N
Larutkan 4 gram pellet NaOH dalam air bebas CO 2 secukupnya hingga 1 liter.
 Larutan indikator fenoltalein
Larutkan 200 mg dalam 60 ml etanol 90% tambahkan akuades sampai 100 ml.
 Larutan standar HCl 0,1 N
Pipet sebanyak 8,3 ml HCl pekat, masukkan dalam labu ukur 1L yang sebelumnya
telah diisi dengan aquadest sepertiganya. Encerkan sampai tanda batas.

7. Perhitungan

𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸𝑧𝑎𝑡


% sampel = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

15
PERCOBAAN 3.1
TITRASI IODIMETRI
(Titrasi Langsung)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar senyawa yang bersifat reduktor dengan metode
titrasi iodimetri secara langsung.

2. Prinsip

Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai pentiter
dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodine-iodida
dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit
asam (pH 5-8).

3. Penetapan kadar metampiron (F.I. Ed. III halaman 370)


Timbang seksama 200 mg, larutkan dalam 5 ml air. Tambahkan 5 ml asam klorida 0,02
N dan segera titrasi deangan larutan iodium 0,1N, menggunakan indikator larutan
kanji, dengan sekali-sekali dikocok hingga terjadi warna biru yang mantap selama 2
menit
1 ml iodium 0,1 N setara dengan 17,57 mg metampiron monohidrat (BM=2BE=351,37).

Reaksi
R-SO3Na + I2 + H2O R-SO4Na + 2 HI

1 grol metampiron =2 grek, jadi BM = 2 BE = 176,13.

Penetapan kadar vitamin C (F.I. Ed. III halaman 47)


Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air bebas CO2 dan 25 ml
asam sulfat 10%. Titrasi segera dengan larutan iodium 0,1 N, menggunakan indikator
larutan kanji.

1 ml iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin C (BM=2BE=176,13).

16
4. Pembuatan Pereaksi

 Larutan standar iodium 0,05 N.


Larutkan 6,345 gram iodium dalam larutan 9 gram KI dalam 40 ml air, setelah larut
encerkan dengan air secukupnya sa mapai 1 liter.

5. Pembakuan

- Timbang seksama 100 gram arsentrioksida (BM = 197,84) larutkan dalam beberapa
tetes NaOH 1 N, jika perlu hangatkan.
- Tambahkan 2 tetes indikator metil jingga.
- Tambahkan asam klorida encer hingga terjadi merah jambu.
- Kemudian tambahkan 2 gram natrium bikarbona, encerkan dengan air hingga 25 ml.
- Titrasi dengan larutan iodium menggunakan larutan kanji.

6. Perhitungan

- Miligrek arsen trioksida = miligrek iodium


- Berat (mg) arsen trioksida x 1/BE =VxN
- Normalitas iodium = mg/49,46 x 1/V

7. Pembuatan
 Asam klorida encer (7,3% = lebih kurang 2N)
Larutkan 17 ml asam klorida pekat dalam 100 ml air.
 Asam sulfat 10%.
Campur 1 bagian volume asam sulfat dengan 8 bagian volume air.

 Indikator kanji
Suspensikan 500 mg kanji dalam 10 ml air, tambahkan air mendidih sedikit demi
sedikit sampai 100 ml, lalu didihkan beberapa menit sampai larutan transparan,
dinginkan.

8. Pertanyaan

1. Kenapa sampel setelah dilarutkan harus segera dititrasi?


2. Berapa pH larutan yang baik untuk titrasi? Jelaskan!
3. Sebutkan definisi iodometri dan iodimetri!
4. Jelaskan dengan ringkas prinsip titrasi iodometri dan iodimetri!

17
5. Sebutkan untuk PK senyawa apa saja metode iodometri, iodimetri langsung dan tak
langsung serta beri contoh senyawanya serta tulis persamaan reaksinya!
6. Sebutkan range pH titrasi iodo/iodimetri, dan jelaskan pengaruhnya bila pH lebih
rendah maupun lebih tinggi dari seharusnya!
7. Kapan indikator diberikan pada iodometri dan iodimetri, dan jelaskan kenapa harus
demikian!
8. Jelaskan dengan singkat cara pembuatan larutan iodine dan bagaimana
penyimpananya!
9. Jelaskan dengan singkat cara pembuatan larutan natrium thiosulfat dan bagaimana
penyimpanannya!
10. Pada standardisasi larutan standar iodin, jelaskan dengan singkat:
a. Bagaimana melarutkan arsentrioksida?
b. Guna indikator metil orange!
c. Guna penambahan natrium bikarbonat
d. Tuliskan persamaan reaksinya
e. Sebutkan hubungan BM dan BE arsentrioksida

18
PERCOBAAN 3.2
TITRASI IODOMETRI
(Titrasi tidak langsung)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar senyawa yang bersifat reduktor dengan metode
titrasi iodatometri tidak langsung

2. Prinsip
Titrasi iodatometri dilakukan terhadap zat-zat yang potensial oksidasi lebih tinggi dari
sistem iodine-iodida, sehingga dengan penambahan iodida maka zat-zat tersebut akan
tereduksi. Iodium yang dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Untuk PK teofilin, Prinsip : Teofilin dengan penambahan larutan I 2 akan terjadi addisi
ikatan rangkap membentuk tetraiod teofilin dalam suasana asam. Kelebihan I 2 dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat sampai terbentuk warna kuning muda. Kemudian
ditambah indikator kanji akan terbentuk warna biru, titrasi dilanjutkan dengan natrium
tiosulfat sampai warna biru hilang.

3. Penetapan kadar teofilin


Timbang seksama 200 mg teofilin, masukkan ke dalam labu tentukur dan larutkan
dalam akuades 20 ml, tambah 5 ml asam sulfat 4N. Tambahkan 50 ml larutan iodium
0,1 N dan 20 ml larutan garam jenuh (NaCl). Kocok, cukupkan dengan air sampai 100
ml. Diamkan selama beberapa waktu, saring melalui kertas saring. 25 ml filtrat pertama
dibuang. Pipet 10 ml filtrat dan titrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat sampai
terjadi warna kuning muda. Tambahkan larutan indikator kanji, lanjutkan titrasi dengan
natrium tiosulfat sampai warna biru hilang.

4. Reaksi

O O I
H3C H3C I
N N
N N

N + H2O + 2I-I N + H 2O +
O N O N I
I2
CH3 CH3 I

19
I2 + 2Na2S2O3 2 NaI + 2Na2S4O6

1 grl = 4 grek
BM = 4 BE
BE = BM/4 = 198, 18/4 = 49,545

5. Modifikasi
1x titrasi 15 ml Na2S2O3 0,05 N
Berat teofilin = V x N x BE
= 15 ml x 0,05 N x 49, 545
= 37, 159

6. Prosedur Modifikasi

Timbang seksama 80 mg teofilin, dimasukkan ke dalam labu tentukur dan larutkan


dalam akuades 10 ml, tambah 2 ml asam sulfat 4N. Tambahkan 25 ml larutan iodium
0,05 N dan 8 ml larutam garam jenuh (NaCl). Kocok, cukupkan dengan air sampai 100
ml. Diamkan selama beberapa waktu. Saring melalui kertas saring, 15 ml filtrat
pertama dibuang. Pipet 10 ml filtrat dan titrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat
0,05N sampai terjadi warna kuning muda. Tambahkan ± 1 ml larutan indikator kanji,
lanjutkan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,05N sampai warna biru hilang.

7. Pembuatan Pereaksi

 Larutan H2SO4 4N.


Diencerkan 16 ml H2SO4 (p) dengan akuades sampai 100 ml
 Larutan Na2S2O3 0,05 N.
Larutkan 5,2 gram dan 50 mg Na2CO3 dalam akuades yang sebelumnya telah
dididihkan (akuades bebas CO2) dan didinginkan, kemudian ditambah akuades bebas
CO2 sampai 400 ml. Kemudian dibakukan.
 Larutan standar iodium 0,05 N.
Larutkan 6,345 gram iodium dalam 9 gram KI dalam 40 ml air, setelah larut
encerkan dengan air secukupnya sampai 1 liter.
 Indikator kanji
Suspensikan 500 mg kanji dalam 10 ml air, tambahkan air mendidih sedikit demi
sedikit sampai 100 ml, lalu didihkan beberapa menit sampai larutan transparan,
dinginkan.

20
 Asam klorida encer (7,3% = lebih kurang 2 N)
Larutkan 17 ml asam klorida pekat dalam 100 ml air.

8. Pembakuan

- Timbang seksama 100 gram arsentrioksida (BM = 197,84) larutkan dalam beberapa
tetes NaOH 1 N, jika perlu hangatkan.
- Tambahkan 2 tetes indikator metil jingga.
- Tambahkan asam klorida encer hingga terjadi merah jambu.
- Kemudian tambahkan 2 gram natrium bikarbonat, encerkan dengan air hingga 25
ml.
- Titrasi dengan larutan iodium menggunakan larutan kanji.
9. Perhitungan

- Miligrek arsen trioksida = miligrek iodium


- Berat (mg) arsen trioksida x 1/BE =VxN
- Normalitas iodium = mg/49,46 x 1/V

21
PERCOBAAN 4.1
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
(Titrasi langsung)

1. Tujuan Instruksional Khusus


Dapat melakukan penetapan kadar senyawa logam dengan metode titrasi
kompleksometri baik secara titrasi langsung maupun tidak langsung.

2. Prinsip
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation (ion logam) dengan zat pembentuk kompleks. Sebagai zat pembentuk
komplek yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatriumetilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa kompleks
yang terbentuk tergantung dari sifat kation (ion logam)dan pH dari larutan, oleh karena
itu titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menetapkan titik akhir titrasi
digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks
dengan logam. Ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator
bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.Untuk
logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks biasanya titrasi dilakukan
secara langsung, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan
titrasi kembali (tak langsung).

3. Pembakuan

- Timbang seksama ±220 mg ZnSO4.7H2O, larutkan dalam 25 ml air, tambahkan 5 ml


dapat ammonium klorida pH 10
- Kemudian tambahkan 50 mg campuran indikator EBT dalam NaCl
- Titrasi dengan Na2EDTA sampai terjadi warna biru yang stabil.

4. Perhitungan

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒁𝒏𝑺𝑶𝟒 (𝒎𝒈)


𝑵𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑵𝒂𝟐𝑬𝑫𝑻𝑨 =
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑵𝒂𝟐 𝑬𝑫𝑻𝑨 (𝒎𝒍) × 𝑩𝑬 𝒁𝒏𝑺𝑶𝟒

𝑩𝑬 𝒁𝒏𝑺𝑶𝟒 . 𝟕𝑯𝟐 𝑶 = 𝟐𝟖𝟕, 𝟔

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠:

Mgrol Ca = mgrol Na2EDTA =VxM

22
mg Ca = V x M x BA
Keterangan :
V = volume Na2EDTA yang terpakai (ml)
M = molaritas Na2EDTA (M)
BA = berat atom Ca ( 40,08 )

Contoh perhitungan Ca dan Mg:


 Volume sampel : 40 ml
Volume Na2EDTA : 8,2 ml
Berat atom kalsium : 40,08
mg Ca = V x M x BA = 8,2 x 0,05 x 40,08 = 16,235 mg
maka dalam 100 ml sampel hasil dekstruksi = 100/40 (ml) x 16,235 mg = 40,587
mg....(dalam 25 ml).
Dalam 100 ml susu mengandung kalsium sebanyak = 100/25 (ml) x 40,587 mg =
162,34 mg.
 Total
Volume sampel : 40 ml
Volume Na2EDTA : 8,6 ml
Berat atom kalsium : 40,08
mg Ca = V x M x BA = 8,6 x 0,05 x 40,08 = 17,027 mg
maka dalam 100 ml sampel hasil dekstruksi = 100/40 (ml) x 17,027 mg = 42,567
mg....(dalam 25 ml).
Dalam 100 ml susu mengandung kalsium sebanyak = 100/25 (ml) x 42,567 mg =
170,02 mg.
Jadi kadar magnesium adalah 170,02 - 162,34 mg = 7,68 mg.

5. Pembuatan Pereaksi

a. Larutan NaOH 4N

Larutkan NaOH sebanyak 80,02 gr diencerkan dengan air suling hingga 500 ml.

b. Larutan HCl 2N (encer)

Larutkan 17 ml HCl 37 % b/v pada 100 ml air suling.

23
c. Larutan Na2EDTA 0,05M

Larutkan 18,61 gram dinatrium edetat kedalam 1000 ml air suling.

d. Indikator kalkon 1 % b/b

Timbang 100 mg kalkon dan campur dengan 10 gram natrium sulfat anhidrat.

e. Indikator Eriokrom Black T (EBT) 1 % b/b

Campurkan 10 mg EBT dan 1 gram NaCl, gerus sampai homogen.

f. Larutan hidroksilamin HCl 10%

Dilarutkan 10 gram hidroksilamin HCl dalam 100 ml air suling.

g. Larutan Dapar Ammonium klorida pH 10

Dilarutkan 67,5 gram amonium klorida dalam 650 ml amonia 27% b/v dan
tambahkan air secukupnya hingga 1000 ml.

6. Penetapan Kadar Kalsium dan Magnesium Dalam Susu

a. Proses Dekstruksi

- Ambil 25 ml susu, panaskan diatas hot plate ± 5 jam untuk menghilangkan unsur
organik sampai mengarang
- Temperatur dinaikkan perlahan ( setiap kenaikan 50 oC).
- Kemudian diabukan didalam tanur pada temperatur 1000 oC selama ± 8 jam,
biarkan dingin dalam desikator.

b. Penetapan kadar kalsium hasil dekstruksi

- Hasil dekstruksi dilarutkan dalam beberapa ml air, diasamkan dengan sedikit HCl
encer dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan air suling
sampai tanda batas.
- Ambil 40 ml larutan dan ditambahkan air suling 100 ml, ditambahkan ± 2 ml NaOH
4N sampai pH 12-13, cek dengan indikator universal.
- Tambahkan 5 ml hidroksilamin HCl 10% dan 30 mg kalium sianida. Cek pH larutan.
- Larutan dititrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M.
- Penambahan indikator kalkon 100 mg dilakukan sebelum titik akhir titrasi yaitu
setelah penambahan ± 2 ml dinatrium edetat.
- Titrasi dilanjutkan sampai warna indikator berubah dari merah ungu menjadi biru.

24
- Ulangi perlakuan sebanyak 6 kali

c. Penetapan kadar magnesium hasil dekstruksi

- Hasil dekstruksi dilarutkan dalam beberapa ml air, diasamkan dengan sedikit HCl
encer dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan air suling
sampai tanda batas.
- Ambil 40 ml larutan dan ditambahkan air suling 50 ml.
- Tambahkan 10 ml larutan dapar amonium klorida pH 10.
- Tambahkan indikator eriokrom black T 100 mg.
- Larutan dititrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga warna larutan berubah dari
violet menjadi biru.
- Ulangi perlakuan sebanyak 6 kali

7. Reaksi
M n+ + H2 Yn MY(n-2)+ + 2H+

1 ion logam bervalensi n (berapa saja) tetap bereaksi dengan 1 molekul dinatrium
edetat maka 1 grol = 1 grek. Oleh karena itu BM=BE, jadi Molaritas = Normalitas.

8. Pertanyaan

1. Kenapa pH harus dipertahankan?


2. Kenapa molaritas sama dengan normalitas?
3. Jelaskan definisi kompleksometri!
4. Jelaskan prinsip titrasi kompleksometri!
5. Jelaskan prosedur titrasi kompleksomentri secara langsung !
6. Jelaskan prosedur titrasi kompleksomentri secara tidak langsung !
7. Sebutkan indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri untuk : a) pH=1-3;
b) pH= 4-6; c) pH= 8-12; d) pH ≥ 12.
8. Sebutkan buffer yang digunakan pada titrasi kompleksometri!
9. Apa yang saudara ketahui mengenai Heksamin dan salmiak?
10. Kenapa pada titrasi kompleksometri pH selalu dipertahankan?
11. Jelaskan cara pembuatan indikator EBT, Calcon dan XO!
12. Bagaimana cara menentukan TAT pada titrasi kompleksometri langsung dan tidak
langsung?

25
PERCOBAAN 4.2
TITRASI ARGENTOMETRI

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar senyawa turunan tiourea, santin, asam barbiturat
dan sulfa-sulfa dengan metode titrasi argentometri.

2. Prinsip
Titrasi argentomentri adalah titrasi berdasarkan reaksi penggaraman/pengendapan
antara senyawa turunan tiourea, santin, asam barbiturat, dan sulfa-sulfa dengan
argentum nitrat. Merupakan reaksi penggaraman yang kadang-kadang diikuti dengan
pengendapan. Pada turunan tiourea dan santin reaksi penggaraman melepaskan asam
nitrat yang dapat dititrasi dengan NaOH (alkalimetri), pada turunan sulfa-sulfa
terbentuk endapan garam perak dimana endapan dipisahkan dan kelebihan argentum
nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat (metode volhard), sementara turunan asam
barbiturat dititrasi dengan suasana alkalis (natrium karbonat), terbentuknya endapan
perak karbonat merupakan titik akhir titrasi.

3. Penetapan kadar NaCl dalam infus


Pipet 10 mL sampel infus, masukkan dalam labu takar 100 ml, larutkan dengan
menggunakan aquadest sampai tanda batas.Ambil 25 ml larutan tersebut masukkan
dalam erlenmeyer 250 ml, lalu tambahkan 3 tetes indikator K2CrO4 5 %.Kemudian
dititrasi dengan menggunakan AgNO3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dan
terbentuknya endapan.Titrasi dilakukan tiga kali, catat volume hasil titrasi dan hitung
kadar NaCl dalam infus.

4. Perhitungan

1 ml AgNO3 0,1 N ~ 5,844 mg NaCl.

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁 𝑥 ~
% 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑥100%
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 0,1 𝑥 1000
atau
𝑚𝐿𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸𝑧𝑎𝑡
% 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑥 100%
𝑚𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000

26
5. Pembuatan Pereaksi

 Pembuatan larutan Perak nitrat 0,1 N


Larutkan 17,5 gram perak nitrat dalam 1000 mL air
 Pembuatan larutan indikatorK2CrO4
larutkan 5 gram K2CrO4 dalam 100 mL air

6. Pembakuan perak nitrat

Timbang sejumlah NaCl + 1 cc indikator K2CrO4 kemudian dititrasi dengan


menggunakan larutan perak nitrat yang akan distandarisai tersebut sampai membentuk
warna merah.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 =
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙

27
PERCOBAAN 5
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penentuan kadar sampel dengan menggunakan metode kromatografi.

2. Prinsip
Memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan. Semakin dekat kepolaran antar sampel dan eluen maka sampel akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

3. Dasar Teori

Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak
digunakan dibandingkan metode lain seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan,
ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih
sederhana. Penggunaan waktu yang singkat terutama, mempunyai kepekaan yang
tinggi, serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat
digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya karena jumlah
cupilkan sangat sedikit atau campurannya kompleks.

Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh molekul tewett (1903). Seorang ahli
botani, Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-
pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari
bahasa Yunani yaitu (Choromos = penulisan) dan (Graver = warna).

Kromatografi berarti tulisan dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam
kromatografi. Namun istilah kromatografi yang sebenarnya sudah tidak tepat lagi.
Karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak
berwarna seperti gas. Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu
proses migrasi differensial dinamis dalam sistem dimana komponen-komponen cuplikan
dikatakan secara selektif oleh fasa diam.

Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan yang didasarkan atas perbedaan distribusi
dan komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Untuk mengetahui penerapannya dari praktikum kromatrografi yang
penerapannya sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

28
Kromatografi lapis tipis (KLT) pada dasarnya sangat mirip dengan kromatografi kertas,
terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya
yaitu lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium
atauplastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan
berlaku sebagai fase diam. Teknik KLT dikembangkan tahun 1938 oleh Ismallof dan
Schaiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang
fase diam. Fase gerak akan menyerap sepanjang fase diam dan terbentuklah
kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini
sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan
mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.

Berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan menjadi 4


yaitu :

a. Kromatografi dengan asas adsorpsi


Kromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas.
Pemisahan komponen-komponenya akan sangat bergantung pada perbedaan
polaritas molekul-molekul yang akan dipisahkan.
b. Kromatografi asas partisi
Kromatografi jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan
komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (koefisien
distribusi) molekul-molekul yang dipisahkan.
c. Kromatografi asas filtrasi
Kromatografi jenis ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap
komponenn yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan fasa padat
tersebut dimiliki oleh gel atau sejenisnya seangkan fasa geraknya adalah cairan.
Kromatografi dengan dasar filtrasi ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk
(struktur dan ukuran molekul).
d. Kromatografi dengan asas suhu kritik
Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fase
gerak digunakan CO2 dalam keadaan superkritik.
Secara teori, pemisahan kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase diam
mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi keseimbangan yang baik
antra fase gerak dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan baik adalah fase
gerak bergerak dengan cepat sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk

29
memperoleh permukan fase diam yang luas, maka penyerap atau fase diam harus
berupa serbuk halus.
4. Alat dan Bahan
Alat : beaker glass, chamber kaca, pipet volume, pipet ukur, pipet tetes, plat silika
gel, spatula, batang pengaduk, timbangan analitik, kertas saring, waterbath,
labu ukur, corong pisah.
Bahan : sampel senyawa obat, pelarut organik (fase gerak/eluen), aquadest

5. Prosedur

Kromatografi Lapis Tipis


 Larutan uji parasetamol
Serbuk jamu ditimbang lalu ditambahkan kloroform:metanol (18:2) dikocok
selamam 30 menit lalu disaring menggunakan kertas saring, uapkan filtrat di
waterbath (penangas air) sampai larutan kental lalu sisa penguapan dilarutkan
dalam 5 ml metanol.

 Larutan baku kerja/pembanding parasetamol


Parasetamol 100 mg dimasukkan kedlaam labu ukur dan di ad kan sampai 100 ml
metanol.

 Larutan uji antalgin


Sebuk jamu disari dengan 100 ml eter, ampas disari dengan 50 m etanol lalu
uapkan dipenangas air sampai sisa 5 ml.

 Larutan baku atau pembanding antalgin


Antalgin 100 mg dimasukkan ke dalam labu ukur dan di ad kan sampai 100 ml
etanol.

30
TITRASI NITRIMETRI

Tahap 1 (indikator dalam)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar senyawa amin aromatis primer, amin aromatis
sekunder yang dapat dihidrolisa menjadi amin aromatis primer dan nitro aromatis yang
dapat direduksi menjadi amina aromatis primer dengan metode titrasi nitrimetri baik
dengan indikator dalam maupun indikator luar.

2. Prinsip
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar
secara kuantitatif menggunakan larutan baku nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi
antara amina aromatik primer dengan asam nitrti dalam suasana asam membentuk
garam diazonium. Titik akhir titrasi ditandai oleh kelebihan natrium nitrit yang dapat
ditentukan dengan dua cara :
a. Indikator dalam
Campuran tropeolin OO dan metil biru. Dalam suasana asam, tropeolin OO
berwarna merah sedang metil biru berwarna biru, maka warna campuran adalah
ungu. Dengan kelebihan 1 tets natrium nitrit maka tropeolin OO akan teroksidasi
menjadi kuning, sehingga warna campuran berubah menjadi hijau (biru campur
kuning).
Titrasi dengan indikator dalam dapat dilakukan pada suhu kamar, untuk ini
memerlukan KBr sebagai katalis. Untuk preparasi amin aromatis primer yang tak
berwarna.
b. Indikator luar
Pasta kanji KI. Kelebihan natrium nitrit akan bereaksi dengan KI menghasilkan I2
yang dengan amilum membentuk warna biru.
Titrasi dilakukan pada suhu rendah, dibawah 15 oC, untuk ini erlenmeyer/labu titrasi
direndam dalam air campur garam. Titrasi dilakukan pelan-pelan/tetes demi tetes
direndam dimana tiap penambahan harus dikocok karena reaksi berjalan lambat.
Asam klorida yang dipakai harus cukup, karena diperlukan untuk melarutkan
sampel, mengubah natrium nitrit menjadi asam nitrit dan membentuk garam

31
diazonium. Sebelum titrasi dilakukan dilakukan titrasi orientasi. Untuk preparat amin
aromatis primer yang berwarna.

3. Penetapan kadar sulfadiazine (sulfa-sulfa)

Timbang seksama 500 mg sulfadiazine larutkan dalam 50 ml HCl 10% kocok sampai
semua sulfadiazin larut. Tambahkan lagi 1 gram KBr, 5 tetes indikator tropeolin OO dan
3 tetes metil biru. Titrasi dengan larutan natrium nitrit 0,1 N sampai terbentuk warna
hijau/biru hijau.
1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25, 027 mg sulfadiazine (BM=BE=250,27).

4. Reaksi
Ar-NH2 + NaNO2 + 2 HCl Ar-N+=N Cl- + NaCl + 2H2O

1 gugus amina bereaksi dengan 1 molekul natrium nitrit.

5. Pembuatan Pereaksi
 Larutan standar natrium nitrit 0,05 N
Larutkan 3,75 gram natrium nitrit dalam air secukupnya sampai 1 liter.

6. Pembakuan

- Timbang seksama 200 mg sulfanilat (BM=173,20)


- Larutkan dalam 23 ml air, tambahkan tetes demi tetes amonium 25% sampai
semua asam sulfanilat larut
- Tambahkan 20 ml HCl 10%, 5 tetes indikator tropeolin OO dan 3 tetes indikator
metilen biru.
- Titrasi dengan natrium nitrit sambil dikocok sampai terjadi warna hijau yang
mantap.

7. Perhitungan

- Miligrek asam sulfanilat = miligrek natrium nitrit


- Berat (mg) asam sulfanilat x 1/BE =VxN
- Normalitas natrium nitrit = mg/173,2 x 1/V

8. Pembuatan

 Asam klorida 10%. Encerkan 30 ml HCl 35% dengan air secukupnya sampai 100 ml.

32
 Indikator tropeolin OO. Larutkan 50 mg tropeolin OO dalam air sampai 50 ml.
 Indikator metil biru. Larutkan 50 mg metil biru dalam air sampai 50 ml.
9. Pertanyaan

1. Kenapa HCl yang dipakai harus berlebihan?


2. Titrasi dengan indikator dalam untuk sampel yang bagaimana?
3. Apa yang dimaksud dengan titrasi nitrimetri?
4. Bagaimana prinsip nitrimetri dan berikan reaksinya?
5. Sebutkan indikator yang digunakan pada titrasi nitrimetri dan perubahan warna pada
titik akhir titrasi!
6. Pada titrasi menggunakan indikator luar : jelaskan mengapa temperatur pada waktu
titrasi dilakukan harus < 15 oC?
7. Bagaimana caranya untuk memperoleh temperatur < 15 oC?
8. Jelaskan apa gunanya penambahan asam dalam jumlah yang banyak!
9. Bagaimana caranya penambahan pentiter, mengapa harus demikian ?
10. Bagaimana menentukan titik akhir titrasi?
11. Berikan mekanisme reaksi pada titrasi nitrimetri dengan indikator dalam!
12. Jelaskan senyawa-senyawa apa saja yang dapat ditentukan kadarnya dengan titrasi
nitrimetri!

Tahap 2 titrasi nitrimetri (indikator luar)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Sama dengan Tahap 1 titrasi indikator dalam.

2. Prinsip
Sama dengan Tahap 1 titrasi indikator dalam

3. Penetapan kadar sulfadiazine (sulfa-sulfa)


Timbang seksama 500 mg larutkan dalam 50 ml HCl 10% kocok sampai semua
sulfadiazin larut. Rendam erlenmeyer dalam es campur garam. Titrasi perlahan-lahan
dengan natrium nitrit 0,1 N. Dekat titik akhir celupkan batang pengaduk runcing
kedalam titrat, lalu goreskan pada pasta kanji KI yang terdapat diatas porselin putih.
Penggoresan diulang sampai diperoleh warna biru. Titrasi selesai apabila setelah
didiamkan selama 1 menit dan digoreskan lagi masih terjadi warna biru. Sebelum

33
titrasi, lakukan orientasi seperti diatas, hanya penggoresan dimulai setelah volume
titrasi 2,5 ml dan penggoresan selanjutnya tiap penambahan 0,3-0,5 ml pentiter sampai
diperoleh warna biru.

1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25, 027 mg sulfadiazine (BM=BE=250,27).

4. Reaksi
Ar-NH2 + NaNO2 + 2 HCl Ar-N+=N Cl- + NaCl + 2H2O

1 gugus amina bereaksi dengan 1 molekul natrium nitrit.

5. Pembuatan Pereaksi
 Larutan standar natrium nitrit 0,05 N. lihat percobaan 3 tahap 1
 Asam klorida 10%. lihat percobaan 3 tahap 1
 Pasta kanji KI.
Panaskan 100 ml air dalam beaker gelas sampai mendidih, tambahkan 0,75 gram
yang telah dilarutkan dalam 10 ml air. Suspensikan 5 gram amilum ke dalam air
mendidih sampai diperoleh pasta.
6. Pertanyaan

1. Kenapa perlu dilakukan percobaan orientasi?


2. Kenapa titrasi harus dijalankan pelan-pelan?

34
PERCOBAAN 6
SPEKTRO UV/Vis

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar obat dengan menggunakan metode spektrofotometri


UV-Vis.

2. Prinsip
Berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna dan tidak berwarna pada panjang gelombang yang spesifik.

3. Dasar Teori

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang lebih spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi dofraksi dan
detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmittan ataupun
absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi, spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.

Spektrofometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang, metode yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu metode analisis yang
berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media
tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada
media tersebut. Spektrofotometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu
pembentukan warna pada metode ini sangat menentukan ketelitian hasil yang
diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang
selektif terhadap unsur yang ditentukan. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran
jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari
panjang gelombang radiasi, demikin pula pengukuran penyerapan yang menyendiri
pada suatu panjang gelombang tertentu.

35
4. Alat dan Bahan
Alat : buret, erlenmeyer, klem, statif, gelas ukur, labu ukur, corong, botol
semprot, pipet volume, beakerglass, pipet tetes, pipet ukur, batang
pengaduk.
Bahan : sampel obat (CTM dan parasetamol), aquadest

5. Prosedur

CTM
 Pembuatan Larutan Baku Induk I
Timbang seksama 50,0 mg CTM baku, masukkan dalam labu ukur 100 ml,
tambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
Konsentrasi larutan baku I = 50 x 1000 mcg/100 ml = 500 mcg/ml = 500 ppm

 Pembuatan Larutan Baku Induk II


Pipet 10 ml larutan baku I masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan encerkan
dengan larutan NaOH 0,1 N samapai garis tanda.
Konsentrasi larutan baku II = 500 ppm x 10/100 = 50 ppm

 Pembuatan Kurva Serapan


Pipet 8 ml larutan baku II masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, ditambahkan
larutan NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
Konsentrasi larutan = 8 x 50 ppm/50 = 8 ppm
Ukur resapan pada panjang gelombang 235-255 nm

 Pembuatan Kurva Kalibrasi


Pipet 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 ml larutan baku II, masukkan kedalam labu tentukut 50
ml, encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
Ukur resapan pada panjang gelombang 245 nm.

 Pengukuran sampel
a. Sampel berbentuk serbuk (perkiraan kadar sampel misalnya 35%)
b. Timbang serbuk yang setara dengan 50 mg zat sampel, dalam hal ini ditimbang
serbuk (timbang lebih kurang) = x = 50 mg x 100/35 = 142,9 mg. Berat zat
dapat dihitung. Larutan dalam labu ukur 100 ml, tambahkan larutan NaOH 0,1
N kocok sampai larut dan tambahkan lagi NaOH 0,1 N sampai garis tanda.

36
6. Penetapan Kadar Besi (Iii) Metode Tiosianat

a) Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar senyawa-senyawa besi (III) seperti garam FeCl 3
dengan spektrofotometer visible memakai metode tiosianat secara benar sesuai
dengan prosedur analisis kuantitatif.

b) Prinsip
Besi (III) bereaksi dengan tiosianat dalam suasana asam (HCl atau HNO 3 0,05-
0,5N) meghasilkan senyawa berwarna merah tua yang stabil. Besi (II) tidak
bereaksi dengan tiosianat.
Fe3+ + CNS- [Fe (CNSO6)]3-
Tiosianat yang dipakai harus berlebih, karena kelebihan ini akan menaikkan
intensintas dan kestabilan warna.

c) Pembuatan Pereaksi
 Larutan NH4CNS 2M
Larutkan 16 gram KCNS dalam 100 ml akua demineralisasi
 Larutan HNO3 4N
Encerkan 25,5 ml HNO3 pekat dengan akua demineralisasi sampai 100 ml

d) Pembuatan Larutan Baku Induk I


Timbang teliti 864,0 mg FeNH4(SO4)2.12 H2O pro analisa (p.a), masukkan kedalam
labu ukur 100 ml, tambahkan 50 ml akua demineralisasi dan 10 ml HCl pekat,
kocok sampai larut, cukupkan dengan akua demineralisasi sampai 100 ml.

Konsentrasi Fe dalam larutan :


mg FeNH4(SO4)2.12 H2O x 1/BM FeNH4(SO4)2.12 H2O x BA Fe x 1/V =
864,0 mg x 1/482,1 x 55,847 x 1/100 ml = 1,0 mg/ml (1000 ppm)
e) Pembuatan Larutan Baku Induk II

Pipet 5 ml larutan baku induk I masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan
dengan akua demineralisasi sampai garis tanda.
Konsentrasi Fe dalam larutan = 5 x 1000 x 1/100 = 50 ppm

37
f) Pembuatan Kurva Absorpsi

Pipet 3,0 ml larutan baku induk II, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, tambahkan
5 ml larutan tiosianat, 3 ml HNO3 4 N dan akua demineralisasi sampai garis tanda,
kocok.
Kekuatan larutan = 3 x 50 x 1/150 = 3 ppm
Ukur resapan pada panjang gelombang 300-600 nm
Buat kurva absorpsinya (absorbansi = A versus panjang gelombang = λ) dan
didapat panjang gelombang (lamda) maksimum.

g) Penerapan Operating Time

Buat larutan ukur seperti pada point 5. Ukur resapan pada lamda maksimun setiap
menit selama 15 menit buat kurva a versus waktu (dalam menit)
h) Pembuatan Kurva Kalibrasi Dan Persamaan Garis Regresi

Dari larutan baku induk II pipet 2,0 ml; 2,5ml; 3,0 ml; 3,5 ml; dan 4,0 ml,
masukkan masing-masing kedalam labu kur 50 ml, tambahkan 5 ml larutan
tiosianat, 3 ml HNO3 4N dan akua demineralisasi sampai garis tanda, kocok.
Konsentrasi masing-masing larutan adalah 2,0; 2,5; 3,0; 3,5 dan 4,0 ppm.
Ukur resapan masing-masing larutan.
Buat kurva kalibrasi dan persamaan regresinya.

i) Pengukuran Sampel

Pindahkan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan dengan
akua demineralisasi samapi garis tanda.
Pipet 3,0 ml larutan sampel ini, masukkan ke dalamm labu ukur 50 ml, tambahkan
5 ml larutan tiosianat, 3 ml HNO3 4 N dan akua demineralisasi sampai garis tanda,
kocok.
Ukur serapan pada lamda maksimum. Lakukan 3 kali.
Hitung kadar Fe dalam larutann sampel yang telah diencerkan menggunakan
persamaan garis regresi dan menggunakan metode perbandingan.
j) Perhitungan

a. Menurut persamaan garis regressi


b. Menurut perbandingan konsentrasi

38
k) Pertanyaan

1. Kenapa larutan induk dibuat sampai 2 tingkat?


2. Kenapa dalam perhitungan menurut perbandingan konsentrasi, dipakai pembanding
yang harga A nya dekat atau berhimpit dengan harga A sampel?
3. Hitung normalitas asam pekat (65%) dimana berat 1 liter = 1,40 kg dan BM =
63,01

39
PERCOBAAN 7
ANALISA GRAVIMETRI

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat melakukan penetapan kadar senyawa tertentu dengan menggunakan metode


gravimetri.

2. Prinsip

Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua kation dan anion
anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang oksida, karbon dioksida dan iodium.
Selain itu, berbagai jenis zat organik dapat ditetapkan dengan teknik gravimetri.
Contoh-contohnya antara lain penetapan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam
sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar, nikotin dalam pestisida, kolesterol
dalam biji-bijian dan benzaldehid dalam buah tertentu.

3. Penetapan Kadar Siklamat dalam Minuman Teh Kemasan

Sampel : Minuman teh kemasan yang mengandung siklamat


Prosedur : sampel diambil sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan BaCl2 10% sebanyak
2,5 ml, diamkan selama 30 menit. Kemudian endapan dipisahkan dengan filtratnya
dengan cara disaring menggunakan kertas saring whatmann 40. Lalu ditambahkan 2,5
ml HCl 10% dan ditambahkan lagi 2,5 ml NaNO 2 10% dan dipanaskan diatas penangas
air. Kemudian diamati hingga terdapat endapan putih yang menunjukkan adanya
siklamat.
Penentuan kadar siklamat ditentukan dengan cara menyaring endapan putih dari BaSO4
dengan kertas saring. Lalu dikeringkan. Kemudian ditimbang massa siklamat pada
neraca analitik hingga berat konstan.

4. Perhitungan
𝑏−𝑎
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡 % = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :

40
a = massa kertas saring (gram)
b = massa kertas saring + endapan (gram)
volume sampel dalam satuan mL

41
PERCOBAAN 8.1
INSTRUMEN ANALISA
(KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat menentukan instrumen analisa yang akan digunakan dalam penetapan kadar
senyawa tertentu.

2. Prinsip

Sebagian besar penggunaan KCKT dalam analisis farmasi adalah pada penentuan
kuantitatif obat-obat dalam formulasi. Analisis tersebut biasanya tidak membutuhkan
banyak waktu yang dihabiskan untuk mengoptimalkan fasa gerak dan menyeleksi kolom
dan detektor sehingga analisis campuran kompleks dapat dilakukan. Kemudahan
standarnya adalah sebagian besar penerapan pengendalian mutu dapat dilakukan
dengan metode ODS dan dengan metanol : air (1:1) sebagai fase gerak. Analisis
formulasi tidak sesederhana itu tetapi, dibandingkan dengan analisis obat dalam cairan
biologis atau elusidasi jalur peruraian obat yang kompleks, analisis tersebut memiliki
lebih sedikit kesulitan.

3. Analisis Tablet Parasetamol dengan Menggunakan Kurva Kalibrasi Tablet

Sampel : Tablet mengandung parasetamol 500 mg, fenilpropanolamin 5 mg


Prosedur :
- Timbang 125±10 mg baku parasetamol dan pindahkan ke labu ukur 250 ml,
encerkan sampai 250 ml dengan asam asetat 0,05M dan kocok dengan baik (larutan
stok)
- Buat satu seri larutan yang mengandung 0,5;1,0;1,5;2,0; dan 2,5 mg/100 ml
parasetamol dari larutan stok.
- Timbang dan gerus 20 tablet.
- Timbang serbuk tablet yang mengandung 125±10 mg parasetamol.
- Kocok sampel serbuk tablet dengan lebih kurang 150 ml asam asetat 0,05M selama
5 menit dalam labu tentukur 250 ml dan kemudian sesuaikan volumenya sampai
250 ml dengan asam asetat 0,05M.

42
- Saring lebih kurang 50 ml larutan ke dalam labu erlenmeyer dan kemudian
pindahkan 25 ml alikuot filtrat ke dalam labu tentukur 100 ml dan sesuaikan
volumenya menjadi 100 ml dengan asam asetat 0,05M.
- Ambil 10 ml ekstrak yang diencerkan dan dipindahkan ke dalam labu tentukur 100
ml dan encerkan sampai 100 ml dengan asam asetat 0,05M.
- Analisis baku dan ekstrak tersebut dengan menggunakan kondisi kromatografi yang
ditentukan sebelumnya.
Data yang diperoleh :
- Timbang 20 tablet = 12,1891 gram
- Timbang serbuk tablet yang diambil = 150,5 mg
- Timbang baku kalibrasi parasetamol = 126,1 mg
Area puncak parasetamol yang diekstraksi dari tablet = 45205

Gambar 9. (A) Ekstrak dari tablet parasetamol dibandingkan dengan (B) baku
parasetamol dalam konsentrasi yang lebih sama.

Hitung persentase kandungan parasetamol yang dinyatakan dalam serbuk tablet yang
dianalisis. Grafik yang ditunjukkan dalam Gambar 9 diperoleh data yang diberikan
dalam Tabel 1, garis tersebut lurus dengan r=1,000. Persamaan garis itu dapat
digunakan untuk menghitung jumlah parasetamol dalam ekstrak serbuk tablet yang
diencerkan.

43
Tabel 1. Data yang diperoleh dari analisis larutan baku parasetamol dengan KCKT
Konsentrasi lar. baku Area puncak kromatografi
parasetamol (mg/100ml)
0,5044 17994
1,009 36109
1,513 54121
2,016 71988
2,522 89984

4. Penjelasan Penetapan Kadar

Sekalipun tanpa resolusi kromatogafi, fenilpropanolamin dalam jumlah sedikit yang


terdapat didalam formulasi dapat diabaikan karena nilai A (1%, 1 cm)-nya pada panjang
gelombang 243 nm yang digunakan untuk pemantauan parsetamol adalah lebih kurang
4 dibandingkan dengan nilai A (1%, 1 cm) sebesar 668 untuk parasetamol. Suatu kolom
ODS menahan parasetamol secara memadai jika jumlah air dalam fase gerak tinggi.
Oleh karena itu, fase gerak yang digunakan adalah asam asetat 0,05M/asetonitril
(90:15); fase gerak yang bersifat asam lemah memastikan bahwa tidak ada
kecenderungan gugus fenol dalam parasetamol (pKa 9,5) akan mengionisasi. Ekstrak
tablet harus diencerkan secara memadai untuk membawanya kedalam rentang detektor
UV. Gambar 9 menunjukkan jejak-jejak kromatografi yang diperoleh dari suatu ekstrak
tablet parasetamol dan baku parasetamol (1,25 mg/100 ml) bergerak dengan
menggunakan sistem yang dijelaskan sebelumnya.

44
PERCOBAAN 8.2
INSTRUMEN ANALISA
(KROMATOGRAFI GAS)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat menentukan instrumen analisa yang akan digunakan dalam penetapan kadar
senyawa tertentu.

2. Prinsip

Asam benzoat bersama-sama dengan asam sorbat dapat ditentukan kadarnya dengan
kromatografi gas. Asam benzoat dan asam sorbat diisolasi dari sampel dengan
mengesktraknya menggunakan eter dan dipartisi dengan NaOH dan diklorometan.
Asam-asam ini diunah dengan cara derivatisasi menjadi ester trimetilsilil (TMS) lalu
ditetapkan kadarnya dengan kromatografi gas.

3. Analisis

a. Pembuatan larutan baku internal


- Larutkan 250 mg asam fenilasetat danv250 mg asam kaproat ke dalam 100 ml
larutan KOH 3%. Sebagai agen penderivat adalah N-metil-N-trimetilsilil-
trifluoroasetamid (MSTFA).
- Larutan baku dibuat dengan mencampur asam benzoat, asam sorbat, asam
fenilasetat dan asam kaproat dengan konsentrasi akhir masing-masing sebesar :
(i) 200, 200, 750 dan 750 µg/mL
(ii) 400, 400, 750 dan 750 µg/mL
(iii) 600, 600, 750 dan 750 µg/mL
(iv) 800, 800, 750 dan 750 µg/mL
(v) 1000, 1000, 750 dan 750 µg/mL
- Kondisi kromatografi :
(i) Kolom 1,8 m x 2 mm yang dilapisi dengan OV-1 3% (100-120 mesh)
(ii) Suhu operasional oven : 80-210 oC dengan kenaikan 8 oC/menit; lubang
injektor 200 oC; detektor ionisasi nyala (FID) 280 oC.
(iii) Gas pembawa : nitrogen (kecepatan alir 20 L/menit)

45
(iv) Waktu retensi asam kaproat, asam sorbat, asam benzoat dan asam
fenilasetat masing-masing ± 2,5; 4; 5; dan 6 menit.

b. Preparasi sampel
Sampel dihomogenkan dengan pengadukan. Jika sampel sulit dihomogenkan maka
digunakan teknik apapun sehingga sampel homogen.

c. Ektraksi
- 5 gram sampel yang telah homogen ditimbang secara seksama lalu masukkan ke
dalam sentrifugasi 30 ml.
- Sampel selanjutnya ditambah 3 ml larutan baku internal; 1,5 ml asam sulfat (1
bagian H2SO4 pekat dalam 5 bagian air); 5 gram pasir dan 15 ml eter.
- Tabung sentrifus ditutup rapat lalu digojog secara mekanik selama 5 menit dan
disentrifus dengan kecepatan 1500 x g selama 10 menit.
- Lapisan eter dipindahkan ke dalam labu takar 250 ml.
- Ekstraksi diulangi lagi 2x masing-masing dengan 15 ml eter.
- Lapisan eter dikumpulkan dan diekstraksi 2x maisng-masing dengan 15 ml NaOH
0,1N dan 10 ml larutan NaCl jenuh.
- Lapisan air dikumpulkan dan dimasukkan corong pisah 250 ml lalu tambah dengan 2
tetes indikator metil jingga dan selanjutnya diasamkan dengan HCl (1 bagian HCl
pekat dalam 1 bagian air) hingga pH-nya 1.
- Larutan selanjutnya diekstraksi dengan diklorometan 3x masing-masing dengan 75,
50 dan 50 ml.
- Jika terbentuk emulsi, sebanyak 10 ml larutan NaCl jenuh ditambahkan ke dalam
larutan.
- Larutan diklorometan yang telah terkumpul selanjutnya ditambahkan dengan 15
gram natrium sulfat anhidrat lalu diuapkan dengan rotavapor pada suhu 40 oC.

d. Derivatisasi
- Residu diklorometan ditambah dengan 10 ml kloroform, dimasukkan dalam labu dan
digojog secara manual selama 2 menit.
- Sebanyak 1 ml kloroform ini dipindahkan ke dalam 5 tabung uji 8 ml lalu ditambah
0,2 ml agen penderivat (sililasi) dan dipanaskan dalam penangas air suhu 60 oC
selama 15 menit.
- Sebanyak 1 µl sampel diinjeksikan sebanyak 2x.

46
- Dihitung tinggi puncak sampel lalu dihitung rasio tinggi puncak asam benzoat/asam
fenilasetat dan rasio tinggi puncak asam sorbat/asam kaproat. Perbedaan rasio
tinggi puncak untuk 2x injeksi ≤ 5%.

e. Penyiapan kurva baku


- Sebanyak 1 ml larutan baku dipindahkan ke dalam 5 tabung uji 8 ml lalu ditambah
0,2 ml agen penderivat (sililasi) dan dipanaskan dalam penangas air suhu 60 oC
selama 15 menit.
- Sebanyak 1 µl sampel diinjeksikan sebanyak 2x.
- Dihitung tinggi puncak sampel lalu dihitung rasio tinggi puncak asam benzoat/asam
fenilasetat dan rasio tinggi puncak asam sorbat/asam kaproat. Perbedaan rasio
tinggi puncak untuk 2x injeksi ≤ 5%.
- Kurva baku dibuat dengan menghubungkan antara rasio berat dan rata-rata rasio
tinggi puncak untuk masing-masing pengawet (asam benzoat dan asam sorbat) lalu
dihitung slope (b), intersep (a) dan koefisien korelasi (r).

4. Perhitungan

𝒎𝒈 𝒚−𝒂 𝑾′
𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒘𝒆𝒕 = × × 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝒌𝒈 𝒃 𝑾

Keterangan :
b = slope (kemiringan) kurva baku
a = intersep kurva baku
y = rata-rata rasio pengawet/baku internal
W = berat sampel (dalam gram)
W’ = berat baku internal (dalam mg).
*Perhatikan jika ada fp (faktor pengenceran)

47
PERCOBAAN 8.3
INSTRUMEN ANALISA
(SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM)

1. Tujuan Instruksional Khusus

Dapat menentukan instrumen analisa yang akan digunakan dalam penetapan kadar
senyawa tertentu.

2. Prinsip
Metode SSA berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan
intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam
yang berada pada sel.
Penentuan kadar timbal (Pb) dapat diukur menggunakan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) yang dapat menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan
yang dapat ditentukan dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi).

Gambar 10. Instrumen spektrofotometri serapan atom


Seiring perkembangan zaman, logam berat seperti timbal (Pb) sering kali ditemukan di
dalam kosmetik, yaitu biasanya digunakan sebagai bahan pewarna. Misalnya PbCrO 4
yang biasanya digunakan untuk warna kuning, PbMoO 4 untuk warna merah jingga, dan
PbO untuk warna kuning kenari. Keberadaan timbal (Pb) dalam kosmetik dapat terjadi
karena adanya kontaminasi timbal (Pb) pada kosmetik yang berasal dari kontaminasi
solder timbal atau cat yang mengandung timbal yang terdapat pada peralatan produksi.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2014 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetika bahwa batas cemaran untuk timbal (Pb) tidak boleh lebih dari 20 ppm.

48
3. Analisis cemaran lgam berbahaya pada produk farmasi dan kosmetik

Sampel : Bedak padat


Prosedur Kerja
a. Pembuatan kurva baku standar logam timbal (Pb)
- Ditimbang 1,5 g Pb(NO3)2 dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
- Diencerkan sampai tanda batas dengan akuabidest sehingga diperoleh larutan
standar Pb 1000 ppm.
- Dibuat larutan standar Pb 10 ppm dengan cara dipipet sebanyak 1 mL larutan Pb
1000 ppm
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditanda batas dengan HNO 3 0,5 M.
- Dijadikan masing-masing 0,1 ppm ; 0,2 ppm ; 0,4 ppm; 0,8 ppm dan 1,4 ppm dari
larutan standar Pb 10 ppm tersebut yang dibuat dengan cara memipet 0,5 mL ; 1
mL ; 2 mL ; 4 mL dan 7 mL larutan baku standar 10 ppm ke dalam labu ukur 50 mL,
kemudian diencerkan dengan HNO3 0,5 M sampai tanda batas.
- Sederet larutan standar timbal (Pb) tersebut selanjutnya dianalisis dengan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang 217 nm sehingga
diperoleh data absorbansi masing-masing larutan standar.
b. Destruksi basah sampel
- Sampel bedak padat ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
- Ditambahkan 25 mL akuades, 10 mL HNO3 pekat (65%) lalu diaduk sampai
homogen.
- Larutan sampel dipanaskan dengan penangas air pada suhu 105⁰-120⁰C sampai
volumenya ± 10 mL.
- Setelah larutan sampel dingin maka ditambahkan 5 mL HNO 3 pekat (65%) dan 3
mL HClO4 pekat (70%), lalu dipanaskan lagi sampai larutan menjadi jernih
- Pemanasan dilanjutkan ± 30 menit setelah muncul asap putih .
- Larutan didinginkan dan disaring dengan kertas saring Whatman nomor 42.
- Larutan sampel diencerkan dengan akuabides sampai 100 mL.
- Sederet larutan sampel tersebut selanjutnya dianalisis dengan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang 217 nm sehingga diperoleh data
absorbansi masing-masing sampel.
- Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengulangan.

49
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kadar logam timbal (Pb) hasil destruksi
basah dengan hubungan antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A). Sehingga nilai
yang didapat adalah Slope dan Intersep. Kemudian data dimasukkan ke dalam
persamaan regresi linier menggunakan Hukum Lambert-Beer.

4. Perhitungan

y = ax+b
Keterangan:
y = Absorbansi sampel
x = Konsentrasi sampel
b = Slope
a = Intersep
Nilai absorbansi diperoleh dari persamaan regresi kurva standar. Nilai konsentrasi kadar
logam timbal (Pb) diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:26
Kadar logam timbal = (Fp x B)/W
Keterangan:
Fp = Faktor pengenceran (L)
B = kadar yang terbaca instrumen (mg/L)
W = berat sampel (g)

50
Contoh :
LAPORAN PRAKTIKUM
(Laporan sementara)

Percobaan : Titrasi semi bebas air


Sampel : Asam Benzoat
Pentiter : Larutan NaOH 0,05 N
Indikator : Fenolftalein
Tanggal Percobaan : 22 Februari 2019
Responser : --------------------------

1. Prinsip
Asam benzoat adalah asam lemah dengan pKa = 4,2 yang dpat dihitung dengan
larutan NaOH 0,1 N (basa kuat) dimana pH pada titik ekivalen = 8,6. Dengan
demikian fenolftalein (range pH 8,3-10,0) dapat dipakai sebagai indikator. Oleh
karena itu asam benzoat kurang larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, maka
sebagai pelarut digunakan alkohol.

2. Reaksi
Ar-COOH + NaOH Ar-COONa + H2O
1 grol asam benzoat = 1 grek, maka BM= BE = 122,12

3. Prosedur (F.I, Ed. III halaman 49)


Timbang seksama 500 mg asam benzoat, larutkan dalam 15 ml etanol 95% yaang
telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol, tambahkan 20 ml air. Tiitrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N menggunakan indikator merah fenol.
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 12,21 mg asam benzoat.
4. Prosedur Modifikasi
- Timbang seksama 150-250 mg sampel
- Larutkan dalam 7,5 ml etanol 95%
- Tambahkan 10 ml air, dan
- Tambahkan 2-3 tetes indikator larutan fenolftalein (ganti merah fenol)
- Titrasi dengn NaOH 0,05 N sampai timbul warna merah jambu yang mantap
- Buat percobaan blanko (ganti etanol netral)
Perhitungan :

51
Kadar zat dalam sampel = (Vs-Vb) x BE x 1/BS x 100%
Vs : volume titrasi sampel
Vb : volume titrasi blanko
BE : Berat Ekivalen
BS : Berat Sampel

5. Bahan-bahan
NaOH (baku sekunder); kalium biftalat (baku primer); etanol 95% dan akuades
bebas CO2 (pelarut); fenolftalein (indikator).

6. Pembuatan Pereaksi
a. Larutan standar NaOH 0,5 N
 Pembuatan
Larutkan 2 gram pellet NaOH dalam air bebas CO 2 secukupnya hingga 1 liter
 Pembakuan
Timbang seksama 160 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah diserbuk dan
dikeringkan pada suhu 28 oC selama 2 jam. Dilarutkan dalam 25 ml air bebas
CO2, ditambahkan 2-3 tetes indikator larutan fenolftalein. Dititrasi dengan
larutan NaOH sampai terjadi warna merah jambu yang mantap.

 Perhitungan
- Miligrek kalium biftalat = miligrek NaOH
- Berat (mg) kalium biftalat x 1/BE =VxN
- Normalitas NaOH = mg/204,2 x 1/V

b. Larutan indikator fenolftalein


Larutkan 200 mg dalam 60 ml etanol 90% tambahkan akuades sampai 100 ml.

7. Data-Data Percobaan
a. Berat Kalium Biftalat
B1 = 150,3 mg
B2 = 150,5 mg
B3 = 150,0 mg
b. Volume Titrasi
V1 = 14, 75 ml
V2 = 14, 80 ml

52
V3 = 14, 60 ml
c. Perhitungan
- Miligrek kalium biftalat = miligrek NaOH
- Berat (mg) kalium biftalat x 1/BE =VxN
- Normalitas NaOH = mg/204,2 x 1/V
N1 = 150,3/ (14,75 x 204,2) = 0,0499
N2 = 150,5 / (14,80 x 204,2) = 0,0498
N3 = 150,0 / (14,60 x 204,2) = 0,0503

Harga rata-rata dan deviasi :


Nr1 = (N1 + N2)/2= (0,0499 + 0,0498)/2 = 0,04985
D1 = (N1 - N r1)/ N r1 x 100 % = 0,10 %
Nr2 = (N1 + N3)/2= (0,0499 + 0,0503)/2 = 0,0501
D2 = (N3 - Nr2)/ Nr2 x 100 % = 0,40 %
Nr3 = (N2 + N3)/2= (0,0498 + 0,0503)/2 = 0,05005
D3 = (N3 - N r3)/ N r3 x 100 % = 0,50 %
Normalitas laritan NaOH adalah harga rata-rata dengan deviasi (D) terkecil, yang
didalam hal ini adalah Nr1 = 0,04985 dimana D1= 0,10 %. Jadi normalitas NaOH =
0,04985 =0,0498

8. Percobaan Penetapan (mengikuti Prosedur Modifikasi)


a. Berat sampel
BS1 = mg
BS2 = mg
BS3 = mg
b. Volume titrasi
VT1 = ml
VT2 = ml
VT3 = ml

c. Perhitungan Kadar
Kadar zat dalam sampel = (Vs-Vb) x BE x 1/BS x 100%
Vs : volume titrasi sampel
Vb : volume titrasi blanko
BE : Berat Ekivalen

53
BS : Berat Sampel

K1 =
K2 =
K3 =

Harga rata-rata dan deviasi


Kr1= (K1 + K2)/2=
D1 =(K1 - K r1)/ K r1 x 100 %
Kr2= (K1 + K3)/2=
D2 =(K3 - K r2)/ K r2 x 100 %
Kr3 = (K2 + K3)/2=
D3 =(K3 - K r3)/ K r3 x 100 %
Kadar asam benzoat dalam sampel adalah harga K rata-rata dengan deviasi (D)
terkecil, yang didalam hal ini adalah Kr = dimana D= %.

9. Kesimpulan
Kadar asam benzoat dalam sampel adalah = %

10. Daftar Pustaka


- Departemen Kesehatan RI (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta.
- Vogel, A. I (1961), a Textbook of Quantitative Inorganic Analysis including
Elementary Instrumental Analysis, London.

54
PENILAIAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI KUANTITATIF

Praktikal Tes
Tujuan Instruksional Umum :
Mengukur ketrampilan kerja kuantitatif
1. Tujuan instruksional khusus :
Mengukur ketrampilan menimbang secara kuantitatif
- Ketrampilan menimbang baku primer dan sampel
- Ketrampilam menggunakan neraca listrik

2. Tujuan instruksional khusus :


Mengukur ketrampilan melarutkan/mengencerkan secara kuantitatif
- Ketrampilan melarutkan baku primer, melarutkan atau mengencerkan sampel
- Ketrampilan menggunakan labu tentukur

3. Tujuan instruksional khusus :


Mengukur ketrampilan memindahkan larutan secara kuantitatif
- Ketrampilan memindahkan sampel
- Ketrampilan memakai pipet volume

4. Tujuan instruksional khusus :


Mengukur ketrampilan menyiapkan dan menggunakan buret.
- Ketrampilan menyiapkan dan memasang buret, menetapkan titik nol, melakukan
titrasi, menetapkan titik akhir dan membaca buret.
- Ketrampilan memakai buret

Nilai praktikum harian


Nilai praktikum harian Nilai Praktikal Tes
1. Nilai responsi : 20 % 1. Nilai Laporan : 20 %
2. Nilai Hasil praktikum : 60 % 2. Nilai Kerja : 20 %
3. Nilai laporan : 20 % 3. Nilai hasil Praktikal tes : 60 %
Catatan : Nilai kerja/ketrampilan
1. Ketrampilan menimbang baku primer dan sampel secara kuantitatif
- Ketrampilan menggunakan neraca listrik

55
2. Ketrampilan melarutkan baku primer, melarutkan atau mengencerkan sampel
secara kuantitatif
- Ketrampilan menggunakan labu tentukur.
3. Ketrampilan memindahkan sampel secara kuantitatif
- Ketrampilan menggunakan pipet volume
4. Ketrampilan menyiapkan dan memasang buret, menetapkan titik nol, melakukan
titrasi, menetapkan titik akhir dan membaca buret
- Ketrampilan menggunakan buret

Nilai praktikum keseluruhan :


Nilai praktikum harian (50 %) ditambah nilai praktikal tes (50 %)
Kategori nilai :
1. A = 81-100
2. B+ = 74-80
3. B = 66-73
4. C+ = 59-65
5. C = 51-58
6. TL = < 51 (mengulang praktikal tes)

Penilaian kerja praktikal tes

No Alat Aktifitas Penilaian


1. Neraca Menimbang 1 2 3 4 5
2. Labu tentukur Melarutkan/mengencerkan 1 2 3 4 5
3. Pipet Volume Memindahkan larutan 1 2 3 4 5
4. Buret Menyiapkan/memasang alat 1 2 3 4 5
5. ------- Titrasi 1 2 3 4 5
6. ------- Membaca titik nol dan TAT 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. (1) = jelek sekali Cara penilaian : Nilai = jumlah nilai/30 x 100
2. (2) = jelek Contoh : Jumlah Nilai = 24
3. (3) = sedang Nilai = 24/30 x 100 = 80
4. (4) = baik
5. (5) = baik sekali

56
Penilaian laporan praktikal tes

1. 80 = sangat baik
2. 75 = baik sekali
3. 70 = baik
4. 65 = cukup baik
5. 60 = cukup
6. 55 = agak jelek
7. 50 = jelek
8. 45 = jelek sekali
9. 40 = sangat jelek

57

Anda mungkin juga menyukai