PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA
FARMASI II
PENYUSUN : SAFRINA, S. FARM., M. SI
EDITOR : EVA NOVITA, ST, MT
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN ACEH
2019
TATA TERTIB DAN PETUNJUK PRAKTIKUM
1. Setiap praktikan harus datang tepat pada waktunya. Keterlambatan tanpa alasan
yang dapat diterima tidak diperkenankan mengikuti praktikum hari tersebut.Praktikan
wajib berada dilaboratorium 15 menit sebelum praktikum.
2. Praktikan diwajibkan mengisi absensi kehadiran. Bila tidak dapat hadir karena sakit
dapat memberikan surat keterangan sakit dari dokter. Praktikan yang tidak hadir
selama 3 (tiga) kali tanpa alasan yang jelas tidak dapat mengikuti ujian akhir
praktikum.
3. Pada setiap praktikum, praktikan diwajibkan menggunakan jas lab. Setiap praktikan
diharuskan membawa alat atau perlengkapan untuk praktikum seperti serbet, tissue,
penjepit tabung, sikat tabung, masker, handscone (sarung tangan), sabun pencuci
alat-alat gelas laboratorium.
4. Setiap praktikan harus menjaga ketenangan, ketertiban, kebersihan dan kerapian
laboratorium. Meminimalkan berbicara pada saat bekerja dengan bahan kimia, tidak
memakai perhiasan secara berlebihan dan tidak menggunakan handphone (nonaktif)
di laboratorium.
5. Praktikan harus mengikuti praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
6. Setiap praktikan bertanggung jawab atas alat atau bahan-bahan yang digunakan
selama praktikum dan tidak dibenarkan menggunakan alat dan bahan lain selain yang
telah ditentukan tanpa seijin laboran.
7. Kelompok praktikum yang meminjam peralatan laboratorium harus mengisi bon
peminjaman. Saat pengembalian alat-alat harus dalam keadaan bersih dan kering.
8. Parktikan yang memecahkan atau menghilangkan alat-alat laboratorium diwajibkan
mengganti dan batas waktu mengganti adalah seminggu setelah alat tersebut pecah
atau hilang.
9. Praktikan diwajibkan piket secara bergiliran sesuai instruksi laboran.
10. Pada saat praktikum sedang berlangsung, praktikan dilarang keluar dari laboratorium
tanpa seijin laboran.
11. Praktikan diwajibkan mengikuti responsi yang berhubungan dengan judul percobaan
yang dilakukan. Praktikan yang dinyatakan tidak lulus tidak dibenarkan mengikuti
praktikum.
i
12. Setelah selesai melakukan praktikum, praktikan diwajibkan membuat laporan dan
diserahkan seminggu setelah melakukan praktikum tersebut atau sebelum melakukan
praktikum selanjutnya. Apapbila tidak menyerahkan laporan praktikum, mahasiswa
yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum berikutnya.
13. Praktikan yang melanggar peraturan dan tata tertib laboratorium akan dikenakan
sanksi.
Laboratorium Kimia-Farmasi
Jurusan Farmasi-Poltekkes Kemenkes Aceh
Laboran
ii
KESELAMATAN KERJA DILABORATORIUM
1. Setiap praktikan harus menggunakan pelindung seperti jas lab, sepatu tertutup
(jangan memakai sandal) dan tidak memakai perhiasan.
2. Sikap dan tingkah laku praktikan harus dijaga selama bekerja dilaboratorium terutama
saat menggunakan bahan kimia.
3. Rambut harus rapi (bagi praktikan laki-laki) karena akan mempengaruhi terjadinya
kecelakaan laboratorium.
4. Bila menggunakan bahan kimia jangan mencium bau zat kimia secara langsung tapi
kibaskanlah ke arah anda.
5. Jangan makan dan minum dilaboratorium karena ditakutkan akan terkontaminasi
dengan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Pilihlah alat gelas yang tidak retak (pecah) agar terhindar dari bahaya luka gores.
7. Bunsen atau lampu spiritus harus dimatikan jika tidak digunakan lagi.
8. Gunakan lemari asam jika bekerja dengan zat kimia yang menghasilkan uap beracun.
9. Jika praktikan bekerja dengan asam kuat seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat
(H2SO4) maka harus menuangkan asam tersebut kedalam air atau bahan lain secara
perlahan-lahan sambil diaduk. Bahan kimia tersebut dapat menghasilkan percikan yang
berbahaya jika digunakan tanpa mengindahkan tata cara penggunaannya.
iii
JENIS-JENIS BAHAYA/KECELAKAAN DILABORATORIUM
iv
TANDA-TANDA BAHAYA PADA BAHAN KIMIA
v
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI LABORATORIUM
vi
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR
Laporan praktikum merupakan data hasil kerja yang telah dilakukan selama
praktikum Kimia Farmasi II. Data diperoleh dari hasil percobaan I hingga akhir. Laporan
dibuat setelah praktikum dan diserahkan ke laboran sebelum praktikum selanjutnya dimulai.
Adapun format penulisan laporan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Judul praktikum
2. Tujuan Praktikum
3. Tinjauan kepustakaan (dasar teori)
Ditulis berdasarkan referensi yang berkaitan dengan golongan senyawa yang
telah dianalisis, minimum dari 5 referensi.
4. Metodologi percobaan (berisi tentang cara kerja, bahan kimia dan peralatan
yang digunakan pada saat praktikum)
5. Hasil dan pembahasan (pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dan
kaitannya denga teori yang ada)
6. Daftar Pustaka
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
PENDAHULUAN
Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk
tujuan analisis kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan teknik
tertentu. Berbagai macam metode analisis baku telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal
ilmiah, dalam berbagai literatur ilmiah, atau dalam berbagai bentuk buku teks. Metode yang
baik seharusnya memenuhi beberapa kriteria yaitu metode harus :
1. Peka (sensitive), metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa
dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar zat-zat racun,
metabolit obat dalam jaringan dan sebagainya.
2. Tepat (precise), metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang sama atau
hampir sama dalam satu seri pengukuran (penetapan).
3. Teliti (accurate), metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang sangat
dekat dengan nilai sebenarnya (true value).
4. Selektif, untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak banyak
berpengaruh oleh adanya senyawa lain.
5. Kasar (rugged), adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi lingkungan tidak
menyebabkan perubahan hasil analisis.
6. Praktis, metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu
dan biaya. Syarat ini diperlukan sebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap
(stabil) apabila waktu penetapan terlalu lama.
Seorang analisis yang baik dituntut untuk selalu bersih, rapi, teliti, efisien dan
terampil dalam melakukan tugasnya. Ia harus menguasai semua percobaan yang akan
dilakukan dan agar percobaan tersebut berhasil dengan baik ia juga harus menguasai teori
dan terampil mengguankan alat-alat yang diperlukan dalam percobaan tersebut. Untuk
dapat mempunyai sifat-sifat tersebut diperlukan latihan praktek yang banyak dan panjang.
Dalam melakukan analisa harus menggunakan alat-alat gelas yang bersih.
Permukaan luar dan dalam yang kelihatannya tidak mengandung kotoran mungkin masih
terkontaminasi oleh lapisan tipis dan tak terlihat dari bahan lemak. Apabila air dituangkan
dari alat gelas tersebut maka air tersebut tidak mengalir secara merata dari permukaan
gelas, tetapi meninggalkan tetesan-tetesan yang terisolasikan yang akan menyusahkan
dalam analisa dan kadang-kadang tak mungkin menghilangkannya.
1
Alat-alat gelas yang bisa dimasuki sikat, seperti beaker, erlenmeyer, tabung reaksi,
dan lain-lain, dapat dibersihkan dengan sabun dan deterjen. Pipet, buret dan botol (labu)
ukur mungkin memerlukan larutan deterjen panas agar dapat dibersihkan dengan
sempurna. Jika permukaan gelas masih juga tidak dapat hilang airnya dengan rata, maka
dalam hal ini diperlukan menggunakan larutan pembersih yang lebih kuat supaya
permukaan (dalam) gelas bersih sempurna. Permukaan gelas yang masih berlemak dapat
dibersihkan dengan penambahan spiritus, KOH/NaOH atau memakai kalium bikromat
dengan asam sulfat pekat. Pemakaian pembersih ini harus sangat hati-hati, karena sangat
korosif dan dapat mencelakakan. Pemakaiannya harus dibawah pengawasan asisten.
Setelah pembersihan maka alat-alat gelas tersebut harus dibilas beberapa kali dengan air
ledeng, kemudian sedikit demi sedikit dengan air suling dan akhinya biarkan mengering.
Banyak alat-alat gelas dalam analisa tidak memerlukan ketrampilan khusus dalam
pemakaiannya, tetapi ada beberapa diantaranya memerlukan latihan praktek khusus.
1. PIPET
Dikenal beberapa macam pipet antara lain pipet volum dan ppet ukur yang lazim
digunakan dalam analisa volumetri.
PIPET VOLUM digunakan untuk memindahkan sejumlah larutah yang diketahui
secata teliti volummnya dari suatu wadah ke wadah lainnya. Sebelum digunakan, pipet
harus sudah bersih dan harus dibersihkan jika air suling tidak mengering secara
merata tetapi meninggalkan titik-titik air yang menempel pada permukaan dalam.
Pembersihan dapat dilakukan dengan deterjen atau larutan pencuci (lihat uraian
sebelumnya).
Pengisian pipet dilakukan dengan mengisap larutan secara hati-hati sampai 2
sentimeter diatas tannda garis goresan atau dengan menggunakan bolas hisap
untuk larutan-larutan yang berbahaya, misalnya larutan iodium. Selama pemipetan
agar diperhatikan ujung pipet harus terendam cukup dalam dalam larutan. Kedalamam
yang kurang akan menyebabkan terisapnya gelembung-gelembung udara. Jari
telunjuk kemudoan ditempatkan dengan cepat menutupi ujung atas pipet. Pipet
diangkat dari larutan dan ujung bawahnya dilap dengan kertas saring/tissue untuk
menghilang titik-titik air dari permukaan luar. Setelah itu jari telunjuk dibuka sedikit
demi sedikit sehingga larutan akan keluar sampai bagian bawah meniskus berhimpit
dengan garis tanda.
2
(a) (b)
Volum pipet kemudian dipindahkan ke atas erlenmeyer atau beker gelas dan tetesan
dikeluarkan perlahan-lahan kedalam wadah yang diinginkan dan dijaga agar tidak
memercik. Kedudukan pipet selama mengeluarkan cairan harus tegak lurus. Setelah
cairan semua keluar dan pipet menjadi kosong, biarkan selama 30 detik, kemudian
ujung pipet disentuhkan pada dinding dalam wadah penampung pada permukaan
cairan. Sejumlah volume larutan akan tinggal didalam ujung pipet, tetapi pipet telah
ditera untuk memperhitungkan hal ini, maka larutan yang sedikit ini tidak boleh
ditiup keluar atau diganggu dengan cara lain.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Pipet pengisi cairan dihisap diatas tanda goresan (b) penggunaan jari
telunjuk untuk mengatur tinggi cairan.
Pipet dengan ujung yang rusak tidak boleh digunakan. Jika memipet larutan baku
primet atau sekunder, maka pipet harus dibilas terlebih dahulu sebanyak dua kali
denga larutan tersebut sebelum pemipetan dilakukan. Pipet biasanya tersedia dalam
ukuran 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 ml.
3
PIPET UKUR mempunyai skala seperti halnya buret dan digunakan untuk mengukur
volum larutan dan lebih tepat digunakan dari pada dilakukan dengan silinder berskala
(gelas ukur). Pipet ukur tidak umum digunakan apabila diperlukan ketepatan tinggi.
Biasanya tersedia dalam ukuran 1, 5, 10 dan 20 ml.
2. BOTOL VOLUMETRIK
Botol volumetrik disebut juga labu ukur atau labu tentukur. Botol berisi volum yang
dinyatakan apabila diisi sedemikian rupa hingga bagian bawah meniskus berhimpit dengan
garis tanda. Botol volumetrik digunakan apabila diinginkan untuk membuat suatu larutan
dengan suatu volum yang diketahui secara teliti. Terutama sekali dipakai untuk pembuatan
larutan baku primer atau untuk mengencerkan suatu larutan dengan teliti.
Botol volumetrik mempunyai leher yang sempit sehingga sedikit perubahan volume
akan menaikkan meniskusnya. Kita akan hati-hati sekali dalam penambahan larutan. Jarak
antara garis tanda sampai tutupnya cukup besar sehingga memungkinkan ruangan yang
cukup untuk emngocok larutan sesudah dicukupkan sampai garis tanda. Biasanya tersedia
dalam ukuran 5, 10, 25, 50, 100, 250, 500, 1000 dan 2000 ml.
(a) (b)
Gambar 3. (a) Botol volumetrik (Labu ukur) (b) posisi yang benar dalam membaca
meniskus
Apabila suatu padatan akan dilarutkan dalam botol volumetrik, maka padatan yang
telah ditimbang dengan teliti (x,xxxx gram) dalam neraca listrik tersebut dimasukkan
kedalam botol volumetrik, bilas tempat penimbangan padatan tersebut, tambahkan air
suling atau pelarut lain sejumlah tertentu (sedikit lebih dari setengah volum). Kocok sampai
semua padatan larut, tambahkan lagi pelarut sampai leher sempit botol volumetrik (sedikit
dibawah garis tanda), keringkan bagian dalam leher (diatas garis tanda dengan kertas
4
saring). Penambahan pelarut selanjutnya dilakukan dengan pipet tetes (pipet mata) sampai
garis tanda. Kemudian dikocok sapai larutan homogen.
Larutan tidak boleh dipanaskan didalam botol volumetrik, biarpun terbuat dari gelas
pyrex. Ada kemungkinan bahwa botol tidak dapat kembali ke volumnya yang tepat setelah
didinginkan. Kebanyakna botol volumetrik mempunyai sumbat dari gelas yang diasah atau
terbuat dari polietilen, tutup putar atau tutup pencet plastik. Larutan alkali dapat
menyebabkan sumbat gelas “membeku” dan dengan demikian tidak boleh sama sekali
disimpan dalam botol yang dilengkapi dengan sumbat demikian.
3. BURET
Buret digunakan untuk memberikan volume yang diketahui dengan teliti, tetapi
pemakaian yang utama pada titrasi. Buret berupa tabung yang panjang dengan tanda-tanda
mililiter. Pada bagian bawah terdapat keran tutp. Sumbat keran tutup dapat terbuat dari
gelas ataupun dari teflon. Kran tutup teflon tidak memerlukan pelicin tetapi sumbat gelas
harus dilumasi dengan pelicin. Pemberian pelumas tidak boleh terlalu banyak, karena akan
dapat menyumbat ujung buret. Pelumas harus tampak merata dan jernih serta tidak boleh
terdapat partikel pelumas didalam lubang.
Buret harus dibersihkan hati-hati untuk terjaminnya suatu pengeringan larutan yang
merata didalam permukaannya. Dapat dipakai larutan deterjen yang panas dan encer,
kemudian dibilas dengan air ledeng dan akhirnya dengan air suling. Jika buretnya masih
belum bersih dapat pakai campuran kalium kromat dan asam sulfat pekat, diamkan selama
satu maam ataupun spiritus KOH/NaOH selama 15 menit. Apabila tidak digunakan buret
harus diisi air suling dan ditutupi untuk mencegah masuknya debu. Sesudah digunakan
buret harus dicuci dengan air ledeng dan akhirnya dengan air suling, disimpan diatas rak.
Larutan alkali tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam buret karena dapat menyerang gelas,
menyebabkan tertutup “membeku” dan buret todak dapat digunakan lagi.
Penting pula diperhatikan pembacaan buret, agar menjadi terbiasa dengan skala yang
ada dan mahir dalam memperkirakan pembagian skala. Buret 50 dan 25 ml biasanya
berskala dengan interval 0,1 ml, sedangkan buret 100 ml berskala dengan interval 0,05 ml,
bahkan ada yang berskala 0,01 ml. Pembacaan harus dilakukan sampai seperseratus mililiter
terdekat. Untuk larutan tak berwarna atau berwarna muda pembacaannya dilakukan pada
kedudukan bagian bawah meniskus, sedangkan larutan berwarna kuat (gelap) meniskus
bawah tidak dapat dilihat, misalnya larutan kalium permanganat, maka yang dibaca adalah
meniskus atas. Pembacaan yang teliti dilakukan dengan mensejajarkan mata dengan
5
tingginya lartan sehingga tidak terjadi “paralax” dan melontarkan suatu bayangan pada
bagian bawah meniskus dengan pertolongan suatu daerah yang dihitamkan pada kertas
atau kartu yang dipegang tepat dibelakang buret dengan daerah hitam tadi sedikit dibawah
meniskus.
Pengisian buret dilakukan dengan pertolongan suatu corong yang dilakukaan pada
bagian atas buret dan buret diisi beberapa sentimeter diatas skala nol. Kemudian dilihat
apakah terdapat gelembung udara dalam ujung bawah buret. Gelembung udara demikian
ikut terhitung dalam bagian buret yang berskala sehingga akan menyebabkan kesalahan.
Untuk menghilangkan gelembung udara yang mungkin ada, kran buret dibuka besar
sehingga larutan akan menolak udara tersebut. Titrasi dimulai sebaiknya dari pentiter yang
menunjukkan skala nol. Sebelum pembacaan titik nol dilakukan, maka harus ditunggu
selama satu menit setelah pengisian larutan.
Larutan yang akan dititrasi biasanya dalam suatu botol erlenmeyer atau botol titrasi.
Selama titrasi pengaturan pembukaan kran dilakukan dengan tangan kiri dan erlenmeyer
titrasi dipegang dengan tangan kanan. Ibu jari dan jari telunjuk diselubungkan pada tangkai
tutup kran untuk memutarnya dan digunakan tekanan kedalam untuk mempertahankan
kran tutup pada tempatnya. Kedua jari terakhir mendorong ujung buret untuk mengimbangi
6
tekanan erlenmeyer titrasi. Sementara pentiter diturunkan tetes demi tetes. Jangan
menurunkan larutan terlalu cepat. Larutan dari buret jangan dibiarkan menumpuk pada satu
bagian saja dari larutan yang akan dititrasi. Oleh karena itu setiap tetesan yang keluar dan
mengenai larutan yang akan dititrasi pada seluruh bagian dengan menggoyang erlenmeyer
secara teratur. Ujung buret jangan terlalu jauh dari permukaan larutan yang akan dititrasi,
agar tetesan yang turun tidak menyebabkan gemercik.
Dekat titik akhir titrasi penetesan dilakukan pelan-pelan sekali. Sedikit larutan yang
terdapat pada ujung buret dapat ditemukan dengan dinding erlenmeyer dan kemudian
dikocok. Kalau pelarutnya iar adalah lebih baik membilas/mencuci dinding atas erlenmeyer
dengan air suling jika titik akhir titrasi sudah sangat dekat agar tidak terjadi kelebihan
pentiter. Titrasi dilakuakn dalam cahaya yang cukup tetapi bukan cahaya yang langsung.
Corong dipakai untuk membantu penyaringan dan besar sudut dengan batangnya
adalah 60 o. Ukuran corong dilihat dalam diameternya. Dikenal pula corong buchner yang
biasa dipakai untuk menyaring dengan tekanan atau dalam keadaan hampa.
(a) (b)
7
mempunyai kertas saring atau dengan kroes saringan. Penyaringan dengan kertas saring
terutama dipakai untuk endapan yang akan dipijar dan beberapa krus saringan untuk
temperatur yang tidak terlalu tinggi.
Serat selulosa dari kertas saring memiliki kecenderungan berat untuk
mempertahankan lembab dan kertas saring memuat suatu endapan tidak dapat dikeringkan
atau ditimbang sebagai endapan dengan ketelitian yang memadai. Selama
pembakaran/pemijaran dapat terjadi reduksi oleh karbon dan karbonmonoksida yang
terdapat disekeliling endapan. Endapan yang tidak tahan dipijar pada suhu tinggi atau peka
terhadap reduksi tidak bisa disaring dengan kertas saring tetapi dengan krus saringan.
Untuk penentuan kuantitatif harus digunakan keras saring yang berkualitas tanpa abu
(ashless), berat abunya bisa diabaikan dan untuk pekerjaan sangat teliti dapat dilakukan
suatu koreksi. Suatu kertas saring tanpa abu dengan diameter 11 cm akan menghasilkan
abu kira-kira 0,0001 gram pada pemijaran. Kertas saring biasa akan meninggalkan banyak
abu dan tak dapat dipakai untuk mengumpulkan endapam karena akan menambah berat
endapan. Pada pengeringan kertas saring dapat dilipat sedemikian rupa agar menyediakan
ruangan antara kertas saring dan corong. Caranya dapat dilihat pada Gambar 6.
Lipatan kedua dibuat sedemikian rupa sehingga bagian akhir tidak saling mengenai,
sepanjang kira-kira 1/8 inci. Kertas saring kemudian dibuka menjadi kerucut. Sudut lipatan
sebelah luar pada sisi yang lebih tebal dirobek agar dpat menyesuaikan kertas dengan
corong lebih mudah. Setelah dipasang pada corong, tuangkan air suling, ratakan hati-hati
melekatnya kertas (awas sobek). Udara tidak akan masuk kedalam cairan dan dengan
demikian drainase dari tangkai corong akan menimbulkan penghisapan lembut yang akan
memudahkan penyaringan. Saringan yang tidak dapat bekerja dengan baik akan
menghambat suatu analisa. Akan lebih baik membuang saringan semacam itu dan membuat
baru.
8
Kertas saring tanpa abu tersedia dalam berbagai ukuran diameter. Ukuran mana yang
akan dipergunakan tergantung dari banyak endapan, bukan volum larutan yang disaring.
Ukuran kertas saring yang dipakai harus dicocokkan dengan corong yang akan digunakan.
Sebaiknya dipakai kertas saring yang kalau dipasang pada corong maka akan berada
didalam keucut sejauh 1-2 cm dari tepi. Endapan yang disaring harus menempati sepertiga
kerucut kertas dan tidak boleh lewat dari setengahnya.
5. PENCUCIAN ENDAPAN
Endapan biasnya dicuci dengan air atau dengan larutan lain untuk menghilangkan
pengotor-pengotornya. Pencucian dilakukan bersama penyaringan. Cara yang lebih baik
adalah dengan pengenap tuang (dekantasi). Cairan induk dengan hati-hati dituangkan
melalui saringan, sedangkan sebanyak mungkin endapan dipertahankan didalam beker.
Setelah cairan induk banyak keluar maka endapan diaduk dengan pencuci didalam beker
gelas dan cairan pencuci digenaptuangkan melalui saringan.
Pencucian diulang sampai bebas pengotornya. Sisa endapan yang tinggal dalam
beker dipindahkan ke saringan dengan pancaran dari botol cuci (botol semprot). Jika
endapan melekat pada gelas maka sebaiknya dibersihkan dengan perantara karet
pembersih. Tangkai corong harus menjulur dengan cukup kedalam wadah yang menerima
9
filtrat dan pemercikan filytrat. Filtrat yang keluar harus jernih, adanya kekeruhan
menunjukkan sejumlah kecil endapan lari lewat saringan. Kertas saring tidak cock atau
harus dilakukan penyaringan ulang.
Setelah kertas saring mengering di corong, maka bagian atas kertas saring dilipat untuk
membungkus endapan dengan sempurna. Pindahkan hati-hati ke dalam krus, selanjutnya
dilakukan tahap-tahap :
a. Pengeringan endapan dengan kertas saring
Tempatkan krus yang ditutup pada kedudukan miring dalam segitiga dan
ditempatkan api kecil dibawah krus kira-kira ditengah-tengah. Nyala api tidak boleh
menyentih krus, pengeringan terjadi perlahan-lahan dan harus dihindari pemanasan
yang terlalu kuat.
b. Pengarangan kertas
Setelah endapan dan kertas saring kering, tutp krus dalam keadaan terbuka sedikit
untuk tempat udara masuk, pemanasan ditingkatkan untuk mengarangkan kertas
dengan membesarkan nyala api. Kertas saring menjadi rapuh dan mengarang tetapi
tidak boleh terbakar dengan nyala. Jika kertas menyala, tutuplah krus.
(a) (b)
10
d. Pembakaran tahap akhir
Pada pembakaran tahap akhir, ambil tutup krus dan panaskan pada suhu yang
sesuai bagi endpaan dengan mengatur besarnya api. Pembakar trillir dan Fisher
memberi suhu sekitar 1000 oC. Pembakar meker lebih tinggi lagi, dapat sampai 1200
o
C. Pembakar ini digunakan untuk memijar endapan pada suhu yang lebih tinggi atau
merubah suatu senyawa menjadi bentuk lainnya. Pembakaran tahap akhir dilakukan
samapai diperoleh hasil pijar yang bersih tanpa bintik-bintik hitam.
Sehingga untuk menghitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat
menggunakan rumus-rumus umum berikut:
a. Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan menggunakan timbangan analitik)
maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝐵𝐸
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝑏/𝑏 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
b. Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan menggunakan
pipet volume) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝐵𝐸
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝑏/𝑣 = × 100%
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000
11
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR BAKU DAN PEMBAKUAN NaOH 0,1N
1. Prinsip
2. Contoh Perhitungan
Pembakuan HCl dilakukan dengan menggunakan baku primer natrium karbonat.
Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan
HCl (yang akan dibakukan) menggunakan indikator metil orange, dan sampai titik akhir
titrasi dibutuhkan volume HCl sebesar 30,23 ml. Hitung berapa Normalitas HCl?
Jawab :
Pada pembakuan HCl dengan natrium karbonat menggunakan metil orange, reaksi yang
terjadi adalah :
Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2
Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa tiap mol natrium karbonat bereaksi dengan 2 mol
HCl dan setara dengan 2 gram ion H+ sehingga valensinya adalah 2.
Sebagaimana diketahui, pada saat titik ekivalen:
Mgrek HCl = mgrek Na2CO3
12
mLHCl x NHCl = mmol Na2CO3 x valensi
mLHCl x NHCl = mg Na2CO3/BM Na2CO3 x valensi
Sehingga :
𝒎𝒈𝑵𝒂𝟐𝑪𝑶𝟑 × 𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏𝒔𝒊 𝟑𝟓𝟒, 𝟐 × 𝟐
𝑵𝑯𝑪𝒍 = = = 𝟎, 𝟐𝟐𝟏𝟏 𝑵
𝑩𝑴𝑵𝒂𝟐 𝑪𝑶𝟑 × 𝒎𝑳𝑯𝑪𝒍 𝟏𝟎𝟔 × 𝟑𝟎, 𝟐𝟑
3. Pembuatan Pereaksi
Larutan standar NaOH 0,1 N
Larutkan 4 gram pellet NaOH dalam air bebas CO 2 secukupnya hingga 1 liter.
Larutan indikator fenoltalein
Larutkan 200 mg dalam 60 ml etanol 90% tambahkan akuades sampai 100 ml.
4. Pembakuan
- Timbang seksama 160 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah diserbuk dan
dikeringkan pada suhu 28 oC selama 2 jam
- Larutkan dalam 25 ml air bebas CO2
- Tambahkan 2-3 tetes indikator larutan fenoltalein
- Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi warna merah jambu yang mantap.
13
PERCOBAAN 2
TITRASI ALKALIMETRI DAN ACIDIMETRI
2. Prinsip
Reaksi netralisasi antara asam dan basa
H+ + OH- H2O
Timbang sampel dengan teliti sebanyak 5 gram dengan kaca arloji kemudian larutkan
dalam labu takar 100 mL. Pipet sebanyak 10 mL larutan sampel masukkan dalam
erlenmeyer 250 mL, tambahkan 3 tetes indikator PhenolPthalein (PP). Kemudian titrasi
larutan tersebut dengan mengunakan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna ( dari
warna merah muda menjadi bening). Catat volume hasil titrasi yang diperolah, lakukan
titrasi sebanyak tiga kali.
5. Reaksi
COOH COONa
+ NaOH + H 2O
14
Asam bervalensi 1, maka 1 grol=1 grek. Oleh karena itu BM=BE
6. Pembuatan Pereaksi
Larutan standar NaOH 0,1 N
Larutkan 4 gram pellet NaOH dalam air bebas CO 2 secukupnya hingga 1 liter.
Larutan indikator fenoltalein
Larutkan 200 mg dalam 60 ml etanol 90% tambahkan akuades sampai 100 ml.
Larutan standar HCl 0,1 N
Pipet sebanyak 8,3 ml HCl pekat, masukkan dalam labu ukur 1L yang sebelumnya
telah diisi dengan aquadest sepertiganya. Encerkan sampai tanda batas.
7. Perhitungan
15
PERCOBAAN 3.1
TITRASI IODIMETRI
(Titrasi Langsung)
Dapat melakukan penetapan kadar senyawa yang bersifat reduktor dengan metode
titrasi iodimetri secara langsung.
2. Prinsip
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai pentiter
dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodine-iodida
dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit
asam (pH 5-8).
Reaksi
R-SO3Na + I2 + H2O R-SO4Na + 2 HI
16
4. Pembuatan Pereaksi
5. Pembakuan
- Timbang seksama 100 gram arsentrioksida (BM = 197,84) larutkan dalam beberapa
tetes NaOH 1 N, jika perlu hangatkan.
- Tambahkan 2 tetes indikator metil jingga.
- Tambahkan asam klorida encer hingga terjadi merah jambu.
- Kemudian tambahkan 2 gram natrium bikarbona, encerkan dengan air hingga 25 ml.
- Titrasi dengan larutan iodium menggunakan larutan kanji.
6. Perhitungan
7. Pembuatan
Asam klorida encer (7,3% = lebih kurang 2N)
Larutkan 17 ml asam klorida pekat dalam 100 ml air.
Asam sulfat 10%.
Campur 1 bagian volume asam sulfat dengan 8 bagian volume air.
Indikator kanji
Suspensikan 500 mg kanji dalam 10 ml air, tambahkan air mendidih sedikit demi
sedikit sampai 100 ml, lalu didihkan beberapa menit sampai larutan transparan,
dinginkan.
8. Pertanyaan
17
5. Sebutkan untuk PK senyawa apa saja metode iodometri, iodimetri langsung dan tak
langsung serta beri contoh senyawanya serta tulis persamaan reaksinya!
6. Sebutkan range pH titrasi iodo/iodimetri, dan jelaskan pengaruhnya bila pH lebih
rendah maupun lebih tinggi dari seharusnya!
7. Kapan indikator diberikan pada iodometri dan iodimetri, dan jelaskan kenapa harus
demikian!
8. Jelaskan dengan singkat cara pembuatan larutan iodine dan bagaimana
penyimpananya!
9. Jelaskan dengan singkat cara pembuatan larutan natrium thiosulfat dan bagaimana
penyimpanannya!
10. Pada standardisasi larutan standar iodin, jelaskan dengan singkat:
a. Bagaimana melarutkan arsentrioksida?
b. Guna indikator metil orange!
c. Guna penambahan natrium bikarbonat
d. Tuliskan persamaan reaksinya
e. Sebutkan hubungan BM dan BE arsentrioksida
18
PERCOBAAN 3.2
TITRASI IODOMETRI
(Titrasi tidak langsung)
Dapat melakukan penetapan kadar senyawa yang bersifat reduktor dengan metode
titrasi iodatometri tidak langsung
2. Prinsip
Titrasi iodatometri dilakukan terhadap zat-zat yang potensial oksidasi lebih tinggi dari
sistem iodine-iodida, sehingga dengan penambahan iodida maka zat-zat tersebut akan
tereduksi. Iodium yang dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Untuk PK teofilin, Prinsip : Teofilin dengan penambahan larutan I 2 akan terjadi addisi
ikatan rangkap membentuk tetraiod teofilin dalam suasana asam. Kelebihan I 2 dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat sampai terbentuk warna kuning muda. Kemudian
ditambah indikator kanji akan terbentuk warna biru, titrasi dilanjutkan dengan natrium
tiosulfat sampai warna biru hilang.
4. Reaksi
O O I
H3C H3C I
N N
N N
N + H2O + 2I-I N + H 2O +
O N O N I
I2
CH3 CH3 I
19
I2 + 2Na2S2O3 2 NaI + 2Na2S4O6
1 grl = 4 grek
BM = 4 BE
BE = BM/4 = 198, 18/4 = 49,545
5. Modifikasi
1x titrasi 15 ml Na2S2O3 0,05 N
Berat teofilin = V x N x BE
= 15 ml x 0,05 N x 49, 545
= 37, 159
6. Prosedur Modifikasi
7. Pembuatan Pereaksi
20
Asam klorida encer (7,3% = lebih kurang 2 N)
Larutkan 17 ml asam klorida pekat dalam 100 ml air.
8. Pembakuan
- Timbang seksama 100 gram arsentrioksida (BM = 197,84) larutkan dalam beberapa
tetes NaOH 1 N, jika perlu hangatkan.
- Tambahkan 2 tetes indikator metil jingga.
- Tambahkan asam klorida encer hingga terjadi merah jambu.
- Kemudian tambahkan 2 gram natrium bikarbonat, encerkan dengan air hingga 25
ml.
- Titrasi dengan larutan iodium menggunakan larutan kanji.
9. Perhitungan
21
PERCOBAAN 4.1
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
(Titrasi langsung)
2. Prinsip
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation (ion logam) dengan zat pembentuk kompleks. Sebagai zat pembentuk
komplek yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatriumetilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa kompleks
yang terbentuk tergantung dari sifat kation (ion logam)dan pH dari larutan, oleh karena
itu titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menetapkan titik akhir titrasi
digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks
dengan logam. Ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator
bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.Untuk
logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks biasanya titrasi dilakukan
secara langsung, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan
titrasi kembali (tak langsung).
3. Pembakuan
4. Perhitungan
22
mg Ca = V x M x BA
Keterangan :
V = volume Na2EDTA yang terpakai (ml)
M = molaritas Na2EDTA (M)
BA = berat atom Ca ( 40,08 )
5. Pembuatan Pereaksi
a. Larutan NaOH 4N
Larutkan NaOH sebanyak 80,02 gr diencerkan dengan air suling hingga 500 ml.
23
c. Larutan Na2EDTA 0,05M
Timbang 100 mg kalkon dan campur dengan 10 gram natrium sulfat anhidrat.
Dilarutkan 67,5 gram amonium klorida dalam 650 ml amonia 27% b/v dan
tambahkan air secukupnya hingga 1000 ml.
a. Proses Dekstruksi
- Ambil 25 ml susu, panaskan diatas hot plate ± 5 jam untuk menghilangkan unsur
organik sampai mengarang
- Temperatur dinaikkan perlahan ( setiap kenaikan 50 oC).
- Kemudian diabukan didalam tanur pada temperatur 1000 oC selama ± 8 jam,
biarkan dingin dalam desikator.
- Hasil dekstruksi dilarutkan dalam beberapa ml air, diasamkan dengan sedikit HCl
encer dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan air suling
sampai tanda batas.
- Ambil 40 ml larutan dan ditambahkan air suling 100 ml, ditambahkan ± 2 ml NaOH
4N sampai pH 12-13, cek dengan indikator universal.
- Tambahkan 5 ml hidroksilamin HCl 10% dan 30 mg kalium sianida. Cek pH larutan.
- Larutan dititrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M.
- Penambahan indikator kalkon 100 mg dilakukan sebelum titik akhir titrasi yaitu
setelah penambahan ± 2 ml dinatrium edetat.
- Titrasi dilanjutkan sampai warna indikator berubah dari merah ungu menjadi biru.
24
- Ulangi perlakuan sebanyak 6 kali
- Hasil dekstruksi dilarutkan dalam beberapa ml air, diasamkan dengan sedikit HCl
encer dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan air suling
sampai tanda batas.
- Ambil 40 ml larutan dan ditambahkan air suling 50 ml.
- Tambahkan 10 ml larutan dapar amonium klorida pH 10.
- Tambahkan indikator eriokrom black T 100 mg.
- Larutan dititrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga warna larutan berubah dari
violet menjadi biru.
- Ulangi perlakuan sebanyak 6 kali
7. Reaksi
M n+ + H2 Yn MY(n-2)+ + 2H+
1 ion logam bervalensi n (berapa saja) tetap bereaksi dengan 1 molekul dinatrium
edetat maka 1 grol = 1 grek. Oleh karena itu BM=BE, jadi Molaritas = Normalitas.
8. Pertanyaan
25
PERCOBAAN 4.2
TITRASI ARGENTOMETRI
Dapat melakukan penetapan kadar senyawa turunan tiourea, santin, asam barbiturat
dan sulfa-sulfa dengan metode titrasi argentometri.
2. Prinsip
Titrasi argentomentri adalah titrasi berdasarkan reaksi penggaraman/pengendapan
antara senyawa turunan tiourea, santin, asam barbiturat, dan sulfa-sulfa dengan
argentum nitrat. Merupakan reaksi penggaraman yang kadang-kadang diikuti dengan
pengendapan. Pada turunan tiourea dan santin reaksi penggaraman melepaskan asam
nitrat yang dapat dititrasi dengan NaOH (alkalimetri), pada turunan sulfa-sulfa
terbentuk endapan garam perak dimana endapan dipisahkan dan kelebihan argentum
nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat (metode volhard), sementara turunan asam
barbiturat dititrasi dengan suasana alkalis (natrium karbonat), terbentuknya endapan
perak karbonat merupakan titik akhir titrasi.
4. Perhitungan
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁 𝑥 ~
% 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑥100%
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 0,1 𝑥 1000
atau
𝑚𝐿𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸𝑧𝑎𝑡
% 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑥 100%
𝑚𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
26
5. Pembuatan Pereaksi
27
PERCOBAAN 5
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
2. Prinsip
Memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan. Semakin dekat kepolaran antar sampel dan eluen maka sampel akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
3. Dasar Teori
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak
digunakan dibandingkan metode lain seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan,
ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih
sederhana. Penggunaan waktu yang singkat terutama, mempunyai kepekaan yang
tinggi, serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat
digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya karena jumlah
cupilkan sangat sedikit atau campurannya kompleks.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh molekul tewett (1903). Seorang ahli
botani, Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-
pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari
bahasa Yunani yaitu (Choromos = penulisan) dan (Graver = warna).
Kromatografi berarti tulisan dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam
kromatografi. Namun istilah kromatografi yang sebenarnya sudah tidak tepat lagi.
Karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak
berwarna seperti gas. Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu
proses migrasi differensial dinamis dalam sistem dimana komponen-komponen cuplikan
dikatakan secara selektif oleh fasa diam.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan yang didasarkan atas perbedaan distribusi
dan komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Untuk mengetahui penerapannya dari praktikum kromatrografi yang
penerapannya sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
28
Kromatografi lapis tipis (KLT) pada dasarnya sangat mirip dengan kromatografi kertas,
terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya
yaitu lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium
atauplastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan
berlaku sebagai fase diam. Teknik KLT dikembangkan tahun 1938 oleh Ismallof dan
Schaiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang
fase diam. Fase gerak akan menyerap sepanjang fase diam dan terbentuklah
kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini
sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan
mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
29
memperoleh permukan fase diam yang luas, maka penyerap atau fase diam harus
berupa serbuk halus.
4. Alat dan Bahan
Alat : beaker glass, chamber kaca, pipet volume, pipet ukur, pipet tetes, plat silika
gel, spatula, batang pengaduk, timbangan analitik, kertas saring, waterbath,
labu ukur, corong pisah.
Bahan : sampel senyawa obat, pelarut organik (fase gerak/eluen), aquadest
5. Prosedur
30
TITRASI NITRIMETRI
Dapat melakukan penetapan kadar senyawa amin aromatis primer, amin aromatis
sekunder yang dapat dihidrolisa menjadi amin aromatis primer dan nitro aromatis yang
dapat direduksi menjadi amina aromatis primer dengan metode titrasi nitrimetri baik
dengan indikator dalam maupun indikator luar.
2. Prinsip
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar
secara kuantitatif menggunakan larutan baku nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi
antara amina aromatik primer dengan asam nitrti dalam suasana asam membentuk
garam diazonium. Titik akhir titrasi ditandai oleh kelebihan natrium nitrit yang dapat
ditentukan dengan dua cara :
a. Indikator dalam
Campuran tropeolin OO dan metil biru. Dalam suasana asam, tropeolin OO
berwarna merah sedang metil biru berwarna biru, maka warna campuran adalah
ungu. Dengan kelebihan 1 tets natrium nitrit maka tropeolin OO akan teroksidasi
menjadi kuning, sehingga warna campuran berubah menjadi hijau (biru campur
kuning).
Titrasi dengan indikator dalam dapat dilakukan pada suhu kamar, untuk ini
memerlukan KBr sebagai katalis. Untuk preparasi amin aromatis primer yang tak
berwarna.
b. Indikator luar
Pasta kanji KI. Kelebihan natrium nitrit akan bereaksi dengan KI menghasilkan I2
yang dengan amilum membentuk warna biru.
Titrasi dilakukan pada suhu rendah, dibawah 15 oC, untuk ini erlenmeyer/labu titrasi
direndam dalam air campur garam. Titrasi dilakukan pelan-pelan/tetes demi tetes
direndam dimana tiap penambahan harus dikocok karena reaksi berjalan lambat.
Asam klorida yang dipakai harus cukup, karena diperlukan untuk melarutkan
sampel, mengubah natrium nitrit menjadi asam nitrit dan membentuk garam
31
diazonium. Sebelum titrasi dilakukan dilakukan titrasi orientasi. Untuk preparat amin
aromatis primer yang berwarna.
Timbang seksama 500 mg sulfadiazine larutkan dalam 50 ml HCl 10% kocok sampai
semua sulfadiazin larut. Tambahkan lagi 1 gram KBr, 5 tetes indikator tropeolin OO dan
3 tetes metil biru. Titrasi dengan larutan natrium nitrit 0,1 N sampai terbentuk warna
hijau/biru hijau.
1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25, 027 mg sulfadiazine (BM=BE=250,27).
4. Reaksi
Ar-NH2 + NaNO2 + 2 HCl Ar-N+=N Cl- + NaCl + 2H2O
5. Pembuatan Pereaksi
Larutan standar natrium nitrit 0,05 N
Larutkan 3,75 gram natrium nitrit dalam air secukupnya sampai 1 liter.
6. Pembakuan
7. Perhitungan
8. Pembuatan
Asam klorida 10%. Encerkan 30 ml HCl 35% dengan air secukupnya sampai 100 ml.
32
Indikator tropeolin OO. Larutkan 50 mg tropeolin OO dalam air sampai 50 ml.
Indikator metil biru. Larutkan 50 mg metil biru dalam air sampai 50 ml.
9. Pertanyaan
2. Prinsip
Sama dengan Tahap 1 titrasi indikator dalam
33
titrasi, lakukan orientasi seperti diatas, hanya penggoresan dimulai setelah volume
titrasi 2,5 ml dan penggoresan selanjutnya tiap penambahan 0,3-0,5 ml pentiter sampai
diperoleh warna biru.
4. Reaksi
Ar-NH2 + NaNO2 + 2 HCl Ar-N+=N Cl- + NaCl + 2H2O
5. Pembuatan Pereaksi
Larutan standar natrium nitrit 0,05 N. lihat percobaan 3 tahap 1
Asam klorida 10%. lihat percobaan 3 tahap 1
Pasta kanji KI.
Panaskan 100 ml air dalam beaker gelas sampai mendidih, tambahkan 0,75 gram
yang telah dilarutkan dalam 10 ml air. Suspensikan 5 gram amilum ke dalam air
mendidih sampai diperoleh pasta.
6. Pertanyaan
34
PERCOBAAN 6
SPEKTRO UV/Vis
2. Prinsip
Berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna dan tidak berwarna pada panjang gelombang yang spesifik.
3. Dasar Teori
Spektrofometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang, metode yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu metode analisis yang
berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media
tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada
media tersebut. Spektrofotometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu
pembentukan warna pada metode ini sangat menentukan ketelitian hasil yang
diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang
selektif terhadap unsur yang ditentukan. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran
jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari
panjang gelombang radiasi, demikin pula pengukuran penyerapan yang menyendiri
pada suatu panjang gelombang tertentu.
35
4. Alat dan Bahan
Alat : buret, erlenmeyer, klem, statif, gelas ukur, labu ukur, corong, botol
semprot, pipet volume, beakerglass, pipet tetes, pipet ukur, batang
pengaduk.
Bahan : sampel obat (CTM dan parasetamol), aquadest
5. Prosedur
CTM
Pembuatan Larutan Baku Induk I
Timbang seksama 50,0 mg CTM baku, masukkan dalam labu ukur 100 ml,
tambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
Konsentrasi larutan baku I = 50 x 1000 mcg/100 ml = 500 mcg/ml = 500 ppm
Pengukuran sampel
a. Sampel berbentuk serbuk (perkiraan kadar sampel misalnya 35%)
b. Timbang serbuk yang setara dengan 50 mg zat sampel, dalam hal ini ditimbang
serbuk (timbang lebih kurang) = x = 50 mg x 100/35 = 142,9 mg. Berat zat
dapat dihitung. Larutan dalam labu ukur 100 ml, tambahkan larutan NaOH 0,1
N kocok sampai larut dan tambahkan lagi NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
36
6. Penetapan Kadar Besi (Iii) Metode Tiosianat
Dapat melakukan penetapan kadar senyawa-senyawa besi (III) seperti garam FeCl 3
dengan spektrofotometer visible memakai metode tiosianat secara benar sesuai
dengan prosedur analisis kuantitatif.
b) Prinsip
Besi (III) bereaksi dengan tiosianat dalam suasana asam (HCl atau HNO 3 0,05-
0,5N) meghasilkan senyawa berwarna merah tua yang stabil. Besi (II) tidak
bereaksi dengan tiosianat.
Fe3+ + CNS- [Fe (CNSO6)]3-
Tiosianat yang dipakai harus berlebih, karena kelebihan ini akan menaikkan
intensintas dan kestabilan warna.
c) Pembuatan Pereaksi
Larutan NH4CNS 2M
Larutkan 16 gram KCNS dalam 100 ml akua demineralisasi
Larutan HNO3 4N
Encerkan 25,5 ml HNO3 pekat dengan akua demineralisasi sampai 100 ml
Pipet 5 ml larutan baku induk I masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan
dengan akua demineralisasi sampai garis tanda.
Konsentrasi Fe dalam larutan = 5 x 1000 x 1/100 = 50 ppm
37
f) Pembuatan Kurva Absorpsi
Pipet 3,0 ml larutan baku induk II, masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, tambahkan
5 ml larutan tiosianat, 3 ml HNO3 4 N dan akua demineralisasi sampai garis tanda,
kocok.
Kekuatan larutan = 3 x 50 x 1/150 = 3 ppm
Ukur resapan pada panjang gelombang 300-600 nm
Buat kurva absorpsinya (absorbansi = A versus panjang gelombang = λ) dan
didapat panjang gelombang (lamda) maksimum.
Buat larutan ukur seperti pada point 5. Ukur resapan pada lamda maksimun setiap
menit selama 15 menit buat kurva a versus waktu (dalam menit)
h) Pembuatan Kurva Kalibrasi Dan Persamaan Garis Regresi
Dari larutan baku induk II pipet 2,0 ml; 2,5ml; 3,0 ml; 3,5 ml; dan 4,0 ml,
masukkan masing-masing kedalam labu kur 50 ml, tambahkan 5 ml larutan
tiosianat, 3 ml HNO3 4N dan akua demineralisasi sampai garis tanda, kocok.
Konsentrasi masing-masing larutan adalah 2,0; 2,5; 3,0; 3,5 dan 4,0 ppm.
Ukur resapan masing-masing larutan.
Buat kurva kalibrasi dan persamaan regresinya.
i) Pengukuran Sampel
Pindahkan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan dengan
akua demineralisasi samapi garis tanda.
Pipet 3,0 ml larutan sampel ini, masukkan ke dalamm labu ukur 50 ml, tambahkan
5 ml larutan tiosianat, 3 ml HNO3 4 N dan akua demineralisasi sampai garis tanda,
kocok.
Ukur serapan pada lamda maksimum. Lakukan 3 kali.
Hitung kadar Fe dalam larutann sampel yang telah diencerkan menggunakan
persamaan garis regresi dan menggunakan metode perbandingan.
j) Perhitungan
38
k) Pertanyaan
39
PERCOBAAN 7
ANALISA GRAVIMETRI
2. Prinsip
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua kation dan anion
anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang oksida, karbon dioksida dan iodium.
Selain itu, berbagai jenis zat organik dapat ditetapkan dengan teknik gravimetri.
Contoh-contohnya antara lain penetapan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam
sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar, nikotin dalam pestisida, kolesterol
dalam biji-bijian dan benzaldehid dalam buah tertentu.
4. Perhitungan
𝑏−𝑎
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡 % = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan :
40
a = massa kertas saring (gram)
b = massa kertas saring + endapan (gram)
volume sampel dalam satuan mL
41
PERCOBAAN 8.1
INSTRUMEN ANALISA
(KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI)
Dapat menentukan instrumen analisa yang akan digunakan dalam penetapan kadar
senyawa tertentu.
2. Prinsip
Sebagian besar penggunaan KCKT dalam analisis farmasi adalah pada penentuan
kuantitatif obat-obat dalam formulasi. Analisis tersebut biasanya tidak membutuhkan
banyak waktu yang dihabiskan untuk mengoptimalkan fasa gerak dan menyeleksi kolom
dan detektor sehingga analisis campuran kompleks dapat dilakukan. Kemudahan
standarnya adalah sebagian besar penerapan pengendalian mutu dapat dilakukan
dengan metode ODS dan dengan metanol : air (1:1) sebagai fase gerak. Analisis
formulasi tidak sesederhana itu tetapi, dibandingkan dengan analisis obat dalam cairan
biologis atau elusidasi jalur peruraian obat yang kompleks, analisis tersebut memiliki
lebih sedikit kesulitan.
42
- Saring lebih kurang 50 ml larutan ke dalam labu erlenmeyer dan kemudian
pindahkan 25 ml alikuot filtrat ke dalam labu tentukur 100 ml dan sesuaikan
volumenya menjadi 100 ml dengan asam asetat 0,05M.
- Ambil 10 ml ekstrak yang diencerkan dan dipindahkan ke dalam labu tentukur 100
ml dan encerkan sampai 100 ml dengan asam asetat 0,05M.
- Analisis baku dan ekstrak tersebut dengan menggunakan kondisi kromatografi yang
ditentukan sebelumnya.
Data yang diperoleh :
- Timbang 20 tablet = 12,1891 gram
- Timbang serbuk tablet yang diambil = 150,5 mg
- Timbang baku kalibrasi parasetamol = 126,1 mg
Area puncak parasetamol yang diekstraksi dari tablet = 45205
Gambar 9. (A) Ekstrak dari tablet parasetamol dibandingkan dengan (B) baku
parasetamol dalam konsentrasi yang lebih sama.
Hitung persentase kandungan parasetamol yang dinyatakan dalam serbuk tablet yang
dianalisis. Grafik yang ditunjukkan dalam Gambar 9 diperoleh data yang diberikan
dalam Tabel 1, garis tersebut lurus dengan r=1,000. Persamaan garis itu dapat
digunakan untuk menghitung jumlah parasetamol dalam ekstrak serbuk tablet yang
diencerkan.
43
Tabel 1. Data yang diperoleh dari analisis larutan baku parasetamol dengan KCKT
Konsentrasi lar. baku Area puncak kromatografi
parasetamol (mg/100ml)
0,5044 17994
1,009 36109
1,513 54121
2,016 71988
2,522 89984
44
PERCOBAAN 8.2
INSTRUMEN ANALISA
(KROMATOGRAFI GAS)
Dapat menentukan instrumen analisa yang akan digunakan dalam penetapan kadar
senyawa tertentu.
2. Prinsip
Asam benzoat bersama-sama dengan asam sorbat dapat ditentukan kadarnya dengan
kromatografi gas. Asam benzoat dan asam sorbat diisolasi dari sampel dengan
mengesktraknya menggunakan eter dan dipartisi dengan NaOH dan diklorometan.
Asam-asam ini diunah dengan cara derivatisasi menjadi ester trimetilsilil (TMS) lalu
ditetapkan kadarnya dengan kromatografi gas.
3. Analisis
45
(iv) Waktu retensi asam kaproat, asam sorbat, asam benzoat dan asam
fenilasetat masing-masing ± 2,5; 4; 5; dan 6 menit.
b. Preparasi sampel
Sampel dihomogenkan dengan pengadukan. Jika sampel sulit dihomogenkan maka
digunakan teknik apapun sehingga sampel homogen.
c. Ektraksi
- 5 gram sampel yang telah homogen ditimbang secara seksama lalu masukkan ke
dalam sentrifugasi 30 ml.
- Sampel selanjutnya ditambah 3 ml larutan baku internal; 1,5 ml asam sulfat (1
bagian H2SO4 pekat dalam 5 bagian air); 5 gram pasir dan 15 ml eter.
- Tabung sentrifus ditutup rapat lalu digojog secara mekanik selama 5 menit dan
disentrifus dengan kecepatan 1500 x g selama 10 menit.
- Lapisan eter dipindahkan ke dalam labu takar 250 ml.
- Ekstraksi diulangi lagi 2x masing-masing dengan 15 ml eter.
- Lapisan eter dikumpulkan dan diekstraksi 2x maisng-masing dengan 15 ml NaOH
0,1N dan 10 ml larutan NaCl jenuh.
- Lapisan air dikumpulkan dan dimasukkan corong pisah 250 ml lalu tambah dengan 2
tetes indikator metil jingga dan selanjutnya diasamkan dengan HCl (1 bagian HCl
pekat dalam 1 bagian air) hingga pH-nya 1.
- Larutan selanjutnya diekstraksi dengan diklorometan 3x masing-masing dengan 75,
50 dan 50 ml.
- Jika terbentuk emulsi, sebanyak 10 ml larutan NaCl jenuh ditambahkan ke dalam
larutan.
- Larutan diklorometan yang telah terkumpul selanjutnya ditambahkan dengan 15
gram natrium sulfat anhidrat lalu diuapkan dengan rotavapor pada suhu 40 oC.
d. Derivatisasi
- Residu diklorometan ditambah dengan 10 ml kloroform, dimasukkan dalam labu dan
digojog secara manual selama 2 menit.
- Sebanyak 1 ml kloroform ini dipindahkan ke dalam 5 tabung uji 8 ml lalu ditambah
0,2 ml agen penderivat (sililasi) dan dipanaskan dalam penangas air suhu 60 oC
selama 15 menit.
- Sebanyak 1 µl sampel diinjeksikan sebanyak 2x.
46
- Dihitung tinggi puncak sampel lalu dihitung rasio tinggi puncak asam benzoat/asam
fenilasetat dan rasio tinggi puncak asam sorbat/asam kaproat. Perbedaan rasio
tinggi puncak untuk 2x injeksi ≤ 5%.
4. Perhitungan
𝒎𝒈 𝒚−𝒂 𝑾′
𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒘𝒆𝒕 = × × 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝒌𝒈 𝒃 𝑾
Keterangan :
b = slope (kemiringan) kurva baku
a = intersep kurva baku
y = rata-rata rasio pengawet/baku internal
W = berat sampel (dalam gram)
W’ = berat baku internal (dalam mg).
*Perhatikan jika ada fp (faktor pengenceran)
47
PERCOBAAN 8.3
INSTRUMEN ANALISA
(SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM)
Dapat menentukan instrumen analisa yang akan digunakan dalam penetapan kadar
senyawa tertentu.
2. Prinsip
Metode SSA berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan
intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam
yang berada pada sel.
Penentuan kadar timbal (Pb) dapat diukur menggunakan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) yang dapat menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan
yang dapat ditentukan dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi).
48
3. Analisis cemaran lgam berbahaya pada produk farmasi dan kosmetik
49
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kadar logam timbal (Pb) hasil destruksi
basah dengan hubungan antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A). Sehingga nilai
yang didapat adalah Slope dan Intersep. Kemudian data dimasukkan ke dalam
persamaan regresi linier menggunakan Hukum Lambert-Beer.
4. Perhitungan
y = ax+b
Keterangan:
y = Absorbansi sampel
x = Konsentrasi sampel
b = Slope
a = Intersep
Nilai absorbansi diperoleh dari persamaan regresi kurva standar. Nilai konsentrasi kadar
logam timbal (Pb) diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:26
Kadar logam timbal = (Fp x B)/W
Keterangan:
Fp = Faktor pengenceran (L)
B = kadar yang terbaca instrumen (mg/L)
W = berat sampel (g)
50
Contoh :
LAPORAN PRAKTIKUM
(Laporan sementara)
1. Prinsip
Asam benzoat adalah asam lemah dengan pKa = 4,2 yang dpat dihitung dengan
larutan NaOH 0,1 N (basa kuat) dimana pH pada titik ekivalen = 8,6. Dengan
demikian fenolftalein (range pH 8,3-10,0) dapat dipakai sebagai indikator. Oleh
karena itu asam benzoat kurang larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, maka
sebagai pelarut digunakan alkohol.
2. Reaksi
Ar-COOH + NaOH Ar-COONa + H2O
1 grol asam benzoat = 1 grek, maka BM= BE = 122,12
51
Kadar zat dalam sampel = (Vs-Vb) x BE x 1/BS x 100%
Vs : volume titrasi sampel
Vb : volume titrasi blanko
BE : Berat Ekivalen
BS : Berat Sampel
5. Bahan-bahan
NaOH (baku sekunder); kalium biftalat (baku primer); etanol 95% dan akuades
bebas CO2 (pelarut); fenolftalein (indikator).
6. Pembuatan Pereaksi
a. Larutan standar NaOH 0,5 N
Pembuatan
Larutkan 2 gram pellet NaOH dalam air bebas CO 2 secukupnya hingga 1 liter
Pembakuan
Timbang seksama 160 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah diserbuk dan
dikeringkan pada suhu 28 oC selama 2 jam. Dilarutkan dalam 25 ml air bebas
CO2, ditambahkan 2-3 tetes indikator larutan fenolftalein. Dititrasi dengan
larutan NaOH sampai terjadi warna merah jambu yang mantap.
Perhitungan
- Miligrek kalium biftalat = miligrek NaOH
- Berat (mg) kalium biftalat x 1/BE =VxN
- Normalitas NaOH = mg/204,2 x 1/V
7. Data-Data Percobaan
a. Berat Kalium Biftalat
B1 = 150,3 mg
B2 = 150,5 mg
B3 = 150,0 mg
b. Volume Titrasi
V1 = 14, 75 ml
V2 = 14, 80 ml
52
V3 = 14, 60 ml
c. Perhitungan
- Miligrek kalium biftalat = miligrek NaOH
- Berat (mg) kalium biftalat x 1/BE =VxN
- Normalitas NaOH = mg/204,2 x 1/V
N1 = 150,3/ (14,75 x 204,2) = 0,0499
N2 = 150,5 / (14,80 x 204,2) = 0,0498
N3 = 150,0 / (14,60 x 204,2) = 0,0503
c. Perhitungan Kadar
Kadar zat dalam sampel = (Vs-Vb) x BE x 1/BS x 100%
Vs : volume titrasi sampel
Vb : volume titrasi blanko
BE : Berat Ekivalen
53
BS : Berat Sampel
K1 =
K2 =
K3 =
9. Kesimpulan
Kadar asam benzoat dalam sampel adalah = %
54
PENILAIAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI KUANTITATIF
Praktikal Tes
Tujuan Instruksional Umum :
Mengukur ketrampilan kerja kuantitatif
1. Tujuan instruksional khusus :
Mengukur ketrampilan menimbang secara kuantitatif
- Ketrampilan menimbang baku primer dan sampel
- Ketrampilam menggunakan neraca listrik
55
2. Ketrampilan melarutkan baku primer, melarutkan atau mengencerkan sampel
secara kuantitatif
- Ketrampilan menggunakan labu tentukur.
3. Ketrampilan memindahkan sampel secara kuantitatif
- Ketrampilan menggunakan pipet volume
4. Ketrampilan menyiapkan dan memasang buret, menetapkan titik nol, melakukan
titrasi, menetapkan titik akhir dan membaca buret
- Ketrampilan menggunakan buret
56
Penilaian laporan praktikal tes
1. 80 = sangat baik
2. 75 = baik sekali
3. 70 = baik
4. 65 = cukup baik
5. 60 = cukup
6. 55 = agak jelek
7. 50 = jelek
8. 45 = jelek sekali
9. 40 = sangat jelek
57