Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

INSTALASI FARMASI KOTA BANJARMASIN


PERIODE : 24 MEI 2021-4 JUNI 2021

Disusun oleh :
Desi Julianti Yudesman (2031015720004)
Farida Istiqamah (2031015320001)
Rini Setiawati (2031015320002)

ANGKATAN VIII

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena


atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktek kerja
profesi ini. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan laporan ini, oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. apt. Mia Fitriana, M.Si selaku Plt. Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas
kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk mengikuti program studi ini;
2. apt. Destria Indah Sari, S.Farm., M.Farm selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan laporan ini;
3. apt. Yohana Rusnayuda, S.Si selaku preseptor di Instalasi Farmasi Kota
Banjarmasin yang senantiasa membimbing dan mengarahkan kami selama
praktek kerja;
4. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan dukungan material dan
moral.
Akhir kata, kami berharap Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Banjarbaru, Juni 2021

Penulis

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN PRAKTEK KERJA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :
Nama : Desi Julianti Yudesman
NIM : 2031015720004
Program Studi : Apoteker
Fakultas : MIPA
Jenis Karya : Karya Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Lambung Mangkurat Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :

“Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


Periode 24 Mei – 04 Juni 2021”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Lambung Mangkurat berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Banjarbaru


Pada tanggal: 22 Juni 2021

Yang Menyatakan :
TTD

Desi Julianti Yudesman

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN PRAKTEK KERJA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Farida Isiqamah


NIM : 2031015320001
Program Studi : Apoteker
Fakultas : MIPA
Jenis Karya : Karya Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Lambung Mangkurat Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :

“Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


Periode 24 Mei – 04 Juni 2021”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Lambung Mangkurat berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di: Banjarbaru
Pada tanggal: Dibuat di: Banjarbaru
Pada tanggal: 22 Juni 2021
Yang Menyatakan :
TTD

Farida Istiqamah

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN PRAKTEK KERJA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Rini Setiawati


NIM : 2031015320002
Program Studi : Apoteker
Fakultas : MIPA
Jenis Karya : Karya Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Lambung Mangkurat Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :

“Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


Periode 24 Mei – 04 Juni 2021”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Lambung Mangkurat berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Banjarbaru


Pada tanggal: 22 Juni 2021
Yang Menyatakan :
TTD

Rini Setiawati

vii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Halaman Persetujuan Publikasi Laporan Praktek Kerja iv
Daftar Isi vii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
Ringkasan xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Instalasi Farmasi ........................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian ............................................................................................. 4
2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi ...................................................... 4
2.1.3 Persyaratan Instalasi Farmasi ................................................................ 5
2.2 UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjramasin .............................................. 7
2.2.1 Sejarah................................................................................................... 7
2.2.2 Visi dan Misi ......................................................................................... 7
2.2.3 Motto dan Kebijakan Mutu ................................................................... 8
2.2.4 Struktur Organisasi ............................................................................... 9
2.2.5 Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Setiap Jabatan....................... 10
BAB III KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN ....................................... 12
3.1 Kegiatan PKPA ............................................................................................. 12
3.2 Pembahasan (Bandingkan Teori dengan Penerapan) ............................... 12
3.2.1 Alur Obat Masuk Hingga Keluar .......................................................... 12
3.2.2 Prinsip Dasar Perencanaan .................................................................... 15

viii
3.2.3 Monitoring dan Pengawasan Penyimpanan .......................................... 15
3.2.4 Distribusi Obat dari Instalasi Farmasi................................................... 16
3.2.5 Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluwarsa, Dan Pemusnahan Obat .......... 17
3.2.6 Penanganan Obat Kembalian Dan Obat Yang Ditarik.......................... 18
3.2.7 Tata Kelola Administrasi dan Pelaporan .............................................. 19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 20
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 20
4.1 Saran .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Struktur Organisasi ........................................................................................ 9
2. Alur Obat Masuk di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin .................. 12
3. Alur Obat Keluar di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin .................. 13

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi
2. Visi dan Misi
3. Penerimaan Barang/ Vaksin
4. Tata Cara Pemesanan Obat melalui Aplikasi e-logistik
5. Berita Acara Pengembalian Obat/Vaksin oleh Puskesmas
6. Tempat Penyimpanan Reagen
7. Tempat Penyimpanan Obat Sirup
8. Tempat Penyimpanan Obat Tablet
9. Berita Acara Penyerahan Obat Kadaluarsa oleh Puskesmas
10. Mengecek Ulang Data LPLPO secara Manual
11. Contoh Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Tahun 2021
12. Contoh Surat Bukti Barang Keluar Obat dan Perbekalan Kesehatan
13. Jadwal Distribusi Obat Bulan Juni 2021
14. Contoh Berita Acara Stok Opname
15. Contoh Surat Pesanan Obat Psikotropika
16. Tempat Penyimpanan BMHP dan Reagen Obat Covid
17. Lemari Tempat Penyimpanan Obat Golongan Narkotika dan
Psikotropika
18. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
19. Contoh Kartu Stok Obat
20. Lampiran Kerja Harian dengan Preseptor
21. Lampiran Kerja Harian dengan Dosen Pembimbing

xi
RINGKASAN

Instalasi Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk menyimpan,


memelihara, mendistribusikan atau menyalurkan, dan mengamankan sediaan
farmasi milik pemerintah baik dari Pusat ke daerah baik dari provinsi maupun ke
kabupaten/kota. Instalasi Farmasi mempunyai tugas pengelolaan (perencanaan,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian) perbekalan farmasi dan peralatan
kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan, dan
pemberantasan penyakit serta pembinaan kesehatan masyarakat. Dalam upaya
pelayanan kesehatan, obat merupakan salah satu unsur penting. Penyediaan obat
secara efektif dan efisien sangatlah penting untuk menjamin ketersediaan obat di
pelayanan kesehatan dan menjaga citra pelayanan kesehatan.
Tujuan dari pelaksanaan PKPA ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
calon Apoteker tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker dalam
praktik pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi, serta membekali calon
Apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku
(Profesionalisms) serta wawasan dan pengalaman nyata (Reality) untuk
melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Instalasi Farmasi. PKPA
di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin yaitu memahami dan melakukan
Manajemen Kefarmasian meliputi penyimpanan, stock opname, pencatatan dan
melakukan pendistribusian, serta diskusi mengenai perencanaan sediaan farmasi,
pengadaan, penerimaan, pelaporan dan pemusnahan sediaan farmasi.

Kata Kunci : Instalasi Farmasi, Pengelolaan, Obat

xii
1
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan unsur penting dalam upaya kesehatan, mulai dari upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan pemulihan harus
diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan (Kementerian Kesehatan,
2006). Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan.
Ketersediaan obat dalam pelayanan kesehatan sangat penting sehingga
pengelolaan yang benar, efisien dan efektif sangat diperlukan oleh petugas di
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Kementerian Kesehatan, 2007).
Penyediaan obat secara efektif dan efisien merupakan hal penting untuk
menjamin ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dan menjaga citra pelayanan
kesehatan itu sendiri (Kementerian Kesehatan, 2007). Pembangunan di bidang
obat bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang
cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin, tersebar secara merata dan teratur
sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Pengelolaan
merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan
secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila
dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang
tersedia dalam suatu sistem (Pemprov, 2016).
Tujuan utama pengelolaan obat yaitu tersedianya obat dengan mutu yang
baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian yang membutuhkan. Secara khusus pengelolaan obat harus menjamin
tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai,
terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien, terjaminnya penyimpanan
obat dengan mutu yang baik, terjaminnya pendistribusian atau pelayanan obat
yang efektif, terpenuhi kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan, tersedia sumber daya manusia
dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat serta pengobatan secara rasional
(Pemprov, 2016).
1
4

Instalasi farmasi merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat


pengelolaan obat pemerintah meliputi obat dari dana APBN, APBD maupun JKN.
Instalasi farmasi memiliki tugas dalam melaksanakan pengelolaan, penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan dalam
rangka mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di kabupaten atau
kota (Pemprov, 2016). Seorang calon Apoteker selain memiliki kemampuan
dalam aspek pelayanan kefarmasian juga dituntut untuk memiliki pengetahuan
dan manajemen yang baik seperti manajemen perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan.
Instalasi farmasi adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang
merupakan unsur pelaksana teknis operasional Dinas Kesehatan di bidang
farmasi. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan. Instalasi farmasi mempunyai
tugas pokok melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pembinaan kesehatan masyarakat di daerah. Pelayanan kefarmasian seorang
Apoteker pada bidang manajerial di Instalasi Farmasi mencakup kegiatan
perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan serta pemantauan dan
evaluasi pengelolaan dan pemusnahan (PP RI, 2009). Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin pada
periode 24 Mei - 04 Juni 2021 ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,
wawasan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa calon apoteker khususnya
dalam bidang pelayanan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi Kota
Banjarmasin adalah:
1) Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, dan
tanggung jawab Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di Instalasi
Farmasi.
1
5

2) Membekali calon Apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap


perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality)
untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Instalasi
Farmasi.
3) Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di
Instalasi Farmasi.
4) Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving) praktik
dan pekerjaan kefarmasian di Instalasi Farmasi.
5) Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk belajar berkomunikasi
dan berinteraksi dalam lingkup Instalasi Farmasi.

1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi Provinsi
Kalimantan Selatan adalah:
1) Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Instalasi Farmasi.
2) Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Instalasi Farmasi.
3) Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Instalasi Farmasi.
4) Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang profesional.
1
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intalasi Farmasi


2.1.1 Pengertian Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
yang dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab Kepada Kepala
Dinas Kesehatan (Pemprov Kalsel, 2016). Instalasi Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan sebagaimana tersebut di atas mempunyai wilayah
kerja se-Kota Banjarmasin. Instalasi Farmasi dan Perlengkapan Kesehatan
adalah sarana tempat menyimpan dan menyalurkan sediaan farmasi dan alat
kesehatan milik pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah (PerkaBPOM, 2019).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi
a. Tugas
Berdasarkan Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 15 Tahun
2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan
Badan Kota Banjarmasin Unit Pelaksana Teknis Instalasi Farmasi
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan penyusunan rencana kebutuhan obat alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan (RKO) Kota Banjarmasin
2. Melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran/pendistribusian
obatdan perbekalan kesehatan ke Puskesmas di Kota Banjarmasin
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan obat di Puskesmas dan
Puskesmanpembantu Kota Banjarmasin
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaiman dimaksud Unit Pelaksana
Teknis Instalasi Farmasi mempunyai fungsi:
1. Perencanaan, koordinasi dan pemantauan pelaksanaan tugas di
lingkungan unit
1
7

2. Penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat-obatan, alat


kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya pada unit-unit pelayanan
kesehatan
3. Pelaksanaan pencatatan dan evaluasi mengenai ketersediaaan /
penggunaan obat-obatan, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan
4. Pelaksanan pembinaan pemeliharaan mutu obat-obatan, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan

2.1.3 Persyaratan Instalasi Farmasi


Instalasi farmasi merupakan tempat penerimaan sampai dengan
pendistribusian obat, perbekalan kesehatan, alat kesehatan, sebelum
didistribusikan ke Puskesmas (Depkes, 2007). Penyimpanan adalah suatu
kegiatan menyimpan dan memelihara obat dengan cara menempatkan obat-
obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Depkes, 2006). Karena itu,
fungsi suatu instalasi farmasi harus dijalankan dengan benar dan memenuhi
persyaratan. Menurut cara pembuatan obat yang baik (CPOB), persyaratan
instalasi farmasi dan perlengkapan kesehatan yang baik antara lain:
1. Instalasi Farmasi harus mempunyai prosedur tetap (protap) yang
mengatur tata cara kerja bagian Instalasi termasuk didalamnya
mencakup tentang tata cara penerimaan barang, penyimpanan, dan
distribusi bahan atau produk.
2. Instalasi Farmasi harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan
dalam keadaan kering, suhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan
teratur.
3. Instalasi Farmasi harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan
yang mudah terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau
pelarut organik).
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status karantina
dan ditolak.
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
1
8

dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).


6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First
Out) atau FEFO (First Expired First Out).
(Priyambodo, 2007).
Pengaturan tata ruang untuk mendapatkan kemudahan dalam
penerimaan, penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan, pencarian,
pendistribusian dan pengawasan logistik, dan peralatan, diperlukan
pengaturan tata ruang yang baik. Pengaturan tata ruang merupakan Suatu
cara untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian, dan pengamatan mutu obat sehingga pergerakkan sirkulasi
penyimpanan obat dapat berjalan dengan lancar. Berikut faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan adalah sebagai berikut:
a. Instalasi farmasi menggunakan sistem satu lantai, yaitu sebaiknya tidak
diberi sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Kemudian,
jika digunakan sekat, yang perlu perhatikan posisi dinding dan pintu
untuk mempermudah gerakan.
b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran logistik dan
peralatan, tata letak ruang Instalasi Farmasi dapat ditata berdasarkan
system arus garis lururs, arus U atau arus L.
c. Sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan, termasuk pengaturan
kelembaban udara dan pengaturan pencahayaan. Sirkulasi yang baik
akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus
bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
Idealnya dalam gudang terdapat AC atau bisa dengan menggunakan
kipas angin dan ventilasi yang cukup melalui atap atau jendela.
d. Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet yang tepat
dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan
farmasi. Kelebihan penggunaan pallet yaitu adanya sirkulasi udara dari
bawah pallet dan perlindungan terhadap banjir, peningkatan efisiensi
penanganan stok, dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak,
dan pallet lebih murah daripada rak.
1
9

e. Kondisi penyimpanan khusus seperti: vaksin yang memerlukan “Cold


Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan terputusnya arus
listrik; narkotika dan bahan berbahaya yang harus disimpan dalam
lemari khusus dan selalu terkunci ganda; dan bahan-bahan mudah
terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus,
sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
f. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran
agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau
tidak.
(Depkes RI, 2008).
Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik sebagai berikut:
a. Kebersihan dan hygiene.
b. Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%).
c. Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-25℃).
d. Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung
denganlantai.
e. Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.
f. Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat
(United Arab Emirates Ministry of Health Drug Control Department, 2006).
Gudang harus mempunyai tata letak ruang yang baik untuk
memudahkan penerimaan, penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan,
pencarian, pendistribusian dan pengawasan material dan peralatan (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).

2.2 UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


2.2.1 Sejarah
Status UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin berdiri di atas
lahan milik pemeritah daerah Kota Banjarmasin. UPTD Instalasi Farmasi
Kota Banjarmasin memiliki luas bangunan penyimpanan sebesar 504 m2 di
2
0

Jalan Pramuka Komplek Tirta Dharma (PDAM) Km. 6 Banjarmasin.

2.2.2 Visi dan Misi


a. Visi
Visi dari UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin adalah menjadi
pusat pengelolaan obat-obatan, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
yang optimal.
b. Misi
Misi dari UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin adalah:
1. Melaksanakan perencanaan obat-obatan, alat kesehatan dan
perbekalankesehatan secara terpadu.
2. Meningkatkan profesionalisme pengelolaaan obat-obatan, alat
kesehatan danperbekalan kesehatan.
3. Meningkatkan pencatatan dan pelaporan obat-obatan, alat kesehatan
danperbekalan kesehatan dengan pemanfaatan teknologi informasi.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala baik secara
internalmaupun eksternal (Puskesmas dan Jaringannya).
5. Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

2.2.3 Motto dan Tata Nilai


Moto dari UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin yaitu
“Pelayanan Prima Yess!”. Adapun tata nilai UPTD Instalasi Farmasi Kota
Banjarmasin menganut tata nilai yang diterapkan di Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin yaitu The Winners. Makna dari The Winners yaitu the
merupakan bagian kata dari togetherness, W (wise) yaitu kebijakan, I
(integrity) yaitu integritas, N (norm) yaitu norma, N (nondiscrimination)
yaitu tidak membeda-bedakan, E (energic) yaitu semangat, R (responsive)
adalah cepat tanggap, dan S (safety) yaitu mengutamakan keselamatan.
9
2.2.4 Struktur Organisasi
KEPALA UPT GUDANG FARMASI

Apt. YOHANA RUSNAYUDA, S.Si

KASUBBAG TATA USAHAHJ.


AKIDAH, A.Md., Farm

PENGADMINISTRASI OBAT PENGADMINISTRASI OBATSAGI ADMIN E-LOGISTIK ADMIN E-LOGISTIK

HIKMATULAH ARYANTO SYAIFUDDIN MUHAMMAD HIDAYAT, S.Kom

APOTEKER ASISTEN APOTEKER ASISTEN APOTEKER ASISTEN APOTEKER ASISTEN APOTEKER ASISTEN APOTEKER GUSTI
PENYELIA PENYELIA PELAKSANA PELAKSANA
Apt. RIZKA OKTAVIA,
RACHMAD DANI A
RAHIMAH RUSDIANTO HERA FATIMAH SITI WAHIDAH
S.Farm

Gambar 1. Struktur Organisasi UPTD


Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin
22

2.2.5 Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab setiap Jabatan


Pembentukan UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin dengan
Klasifikasi A. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun
2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan
Unit Pelaksana Teknis Daerah, serta berdasarkan Peraturan Walikota
Banjarmasin No. 76 tahun 2017 tentang organisasi dan tata kerja unit
pelaksana teknis daerah di lingkungan Kota Banjarmasin, UPTD Instalasi
Farmasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional dan kegiatan teknis penunjang pada Dinas Kesehatan dibidang
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Secara garis besar kegiatan
yang dilakukan di Instalasi Kota Banjarmasin yaitu :
a. Kegiatan penerimaan barang
1) Melakukan penerimaan barang-barang farmasi dari berbagai
sumber.
2) Mencatat no batch, tanggal expired date obat.
3) Mengadakan pengecekan terhadap mutu obat.
4) Menghitung jumlah sesuai dengan surat pengiriman.
5) Melaksanakan pencatatan dalam buku penerimaan.
6) Melaksanakan pencatatan obat ke dalam kartu stock obat
b. Kegiatan penyimpanan barang
1) Melakukan penyimpanan barang-barang farmasi yang berasal dari
berbagai sumber yang telah di terima oleh bagian penerimaan.
2) Melakukan penyusunan obat berdasarkan alphabet sesuai
dengan jenisobat.
3) Melakukan pencatatan penerimaan obat ke dalam kartu stock
barang.
4) Melakukan penyimpanan dan penyusunan barang farmasi dari
berbagai sumber sesuai dengan system penyimpanan FEFO dan
FIFO.
5) Melakukan penyimpanan sesuai dengan suhu yang telah
ditentukan.
23

6) Melaksanakan stock opname setiap bulan.


7) Melaporkan obat ED dan rusak kepada kepala instalasi farmasi
setiapsetelah melakukan stock opname.

c. Kegiatan pendistribusian barang


1) Melaksanakan tugas untuk menyeleksi permintaan barang farmasi
dari puskesmas melalui LPLPO yang dikirim oleh puskesmas
sesuai dengan jadwal permintaan obat yang telah ditentukan.
2) Melaksanakan tugas untuk menyeleksi permintaan barang farmasi
dari program berdasarkan SPMB dari kepala Dinas Kesehatan
Kotamadya.
3) Melakukan pencatatan pendistribusian barang farmasi kedalam
kartu stokobat.
4) Melakukan pendistribusian barang farmasi sesuai FEFO dan FIFO.
5) UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin melakukan
pendistribusian obat pada 26 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit.
UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin memiliki sumber daya
manusia secara keseluruhan sebanyak 13 orang yang terdiri dari 8 orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 5 orang tenaga kontrak dengan rincian
yaitu 1 orang Apoteker sebagai kepala UPTD; 1 orang sebagai kepala sub
bagian tata usaha; 4 orang asisten apoteker yang terdiri dari 2 orang asisten
apoteker penyelia, 2 orang asisten apoteker pelaksana, dan 1 orang asisten
apoteker pelaksana tenaga kontrak; 4 orang sebagai sub bagian tata usaha
dengan 2 orang bagian administrasi obat dan 2 orang petugas e-logistik
tenaga kontrak; dan 1 orang tenaga kontrak apoteker.
24

BAB III
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan PKPA


Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mahasiswa Profesi
Apoteker Universitas Lambung Mangkurat dilakukan pada di UPTD
Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin. Kegiatan PKPA dimulai pada tanggal
24 Mei– 4 Juni 2021. Waktu kegiatan PKPA adalah pukul 08.00 – 16.30
WITA pada hari Senin samai dengan Kamis, sedangkan untuk hari Jumat
pukul 07.00 – 11.30 WITA. Kegiatan PKPA di UPTD Instalasi Farmasi
Kota Banjarmasin yaitu memahami dan melakukan manajemen farmasi
meliputi penyimpanan, stock opname, pencatatan dan melakukan
pendistribusian, serta diskusi mengenai perencanaan sediaan farmasi,
pengadaan, penerimaan, pelaporan dan pemusnahan sediaan farmasi.

3.2 Pembahasan UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


3.2.1 Alur Obat Masuk Hingga Keluar
Obat dan perbekalan kesehatan yang masuk ke UPTD IFK
Banjarmasin terlebih dahulu diterima oleh tim Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan (PPHP). Tim PPHP memiliki Surat Keputusan (SK) dari Kepala
Dinas Kesehatan untuk menjadi tim Penerimaan Barang dan Jasa yang ada
di Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Setelah diperiksa obat kemudian
diserahkan ke pengelola obat instalasi farmasi. Alur obat masuk di UPTD
Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin sebagai berikut:
Barang datang

 Diperiksa kondisi fisik dan kesesuaian dengan surat pesanan


/ faktur

 Barang tidak sesuai  Barang sesuai pesanan


pesanan atau rusak

Barang Barang dimasukkan


ditolak/diretur ke ruang karantina

 Dimasukkan dalam buku penerimaan


dan kartu stok
 Dimasukkan dalam aplikasi logistik
Barang disimpan digudang

Gambar 2. Alur obat masuk di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


25pesanan
Tim PPHP akan melakukan pemeriksaan antara kondisi barang dengan surat
atau faktur yang meliputi keadaan sediaan, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, tanggal
kadaluarsa, dan nomor batch. Sediaan farmasi yang diterima memiliki masa kadaluwarsa
minimal 2 tahun, sedangkan yang memiliki tanggal kadaluwarsa dibawah 2 tahun akan
diminta surat jaminan retur ke distributor. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pengembalian atau penukaran barang jika obat mendekati masa kadaluwarsa. Obat dan
perbekalan Kesehatan yang diterima disertai dengan surat pesanan atau faktur (jika barang
datang merupakan pesanan langsung) dan surat e-purchasing (jika dipesan melalui e-
purchasing). Barang yang telah dilakukan pemeriksaan, diletakkan di ruang karantina,
kemudian dicatat di buku penerimaan barang dan di input ke aplikasi logistik. Lalu
dimasukkan ke ruang penyimpanan sesuai dengan spesifikasinya.
UPTD IFK Banjarmasin ditunjuk oleh pemerintah sebagai Penerimaan vaksin untuk
COVID-19, setiap vaksin yang datang akan diterima pengelola vaksin IFK Banjarmasin dan
diperiksa jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan suhu vaksin (harus dalam suhu 2֯C-
8֯C), setelah sesuai makan vaksin akan di simpan di Cold Chain.(Lampiran 3) Setelah itu
pengelola akan mengisi laporan vaksin yang masuk ke IFK melalu aplikasi Sistem
Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik (SMILE).
Obat yang keluar dari IFK Banjarmasin melalui dua alur, yaitu dengan permintaan
rutin menggunakan LPLPO ( lampiran 18) dan permintaan tidak rutin yaitu permintaan dari
puskesmas yang mengalami kekurangan obat tertentu dengan menggunakan bon obat dan
dari institusi/organisasi yang membutuhkan sediaan farmasi terkait pengobatan gratis dan
kegiatan sosial lainnya. Alur obat keluar di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin
adalah sebagai berikut:

Barang disimpan di gudang

 LPLPO dari Puskesmas  Surat permintaan ditujukan kepada Kepala


diterima oleh IFK Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
 Surat didisposisikan kepada IFK untuk
menyiapkan obat yang diminta

Permintaan rutin Permintaan tidak rutin

 Pengisian LPLPO  SBBK

Barang didistribusikan
26
Gambar 3. Alur obat keluar di UPTD INstalasi Farmasi Kota Banjarmasin

Wilayah kerja UPTD IF Kota Banjarmasin meliputi 26 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit
Umum Daerah. Permintaan rutin menggunakan LPLPO, yang mana sebelumnya dilakukan
pengecekan terlebih dahulu oleh IFK Banjarmasin terkait jumlah permintaan dengan stok
yang ada kemudian dilakukan pertimbangan terhadap jumlah yang akan diberikan. (
Lampiran 10) Selanjutnya obat akan disiapkan selama 4-5 hari kerja dan didistribusikan
pada minggu kedua secara terjadwal dengan melampirkan Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK) dan LPLPO. (Lampiran 12) dan (lampiran 18). SBBK ditandatangi oleh penerima
dan kepala UPTD IFK Banjarmasin. Adapun LPLPO ditandatangani oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin, Kepala IFK yang menyerahkan, Kepala Puskesmas, dan
Petugas Puskesmas yang menerima.
Alur pengeluaran vaksin terutama Vaksin COVID-19 di IFK Kota Banjarmasin.
Permintaan vaksin dan logistik terlebih dahulu didisposisikan oleh kepala IFK, setelah
mendapatkan persetujuan untuk permintaan vaksin, maka petugas IFK akan membuat SBBK,
menyiapkan cold box/ vaksin carrier yang dilengkapi dengan cool pack agar suhu terjaga
antara suhu 2֯C-8֯C, kemudian menyiapkan vaksin sesuai dengan permintaan, sebelum
diserahkan vaksin diperiksa kembali kondisi dan masa kadaluarsa vaksin, mencatat
pengeluaran vaksin pada kartu stok dan mencatat suhu vaksin saat diberikan (suhu
berangkat) dan suhu vaksin saat datang dipuskesmas akan diberitahukan oleh petugas
dipuskesmas lewat whatsapp group.
3.2.2 Prinsip Dasar Perencanaan
Perencanaan Obat di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin dilakukan oleh
bersama Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT) yang telah dibuat Surat Keputusan oleh
Kepala Dinas Kesehatan. Proses perencanaan dilakukan secara bottom up, yaitu berdasarkan
perencanaan yang disusun oleh puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kota
Banjarmasin melalui Rencana Kebutuhan Obat (RKO) (Lampiran 11). Format RKO telah
dibuat sebelumnya oleh IFK agar format seragam dan memudahkan dalam perekapan. IFK
kemudian mengumpulkan RKO tersebut untuk proses pengadaan obat. RKO kemudian
diserahkan ke masing-masing puskesmas, setelah itu dilakukan desk data RKO untuk
memastikan kesesuaian data yang dibuat, pada saat desk RKO Puskesmas menghadirkan
dokter, apoteker, dan tenaga laboratorium. Setelah revis RKO, maka RKO akan direkap oleh
petugas IFK. Pertemuan perencanaan obat pada pertemuan ke-2 biasanya dihadiri oleh
kepala Puskesmas, dokter, dan apoteker penanggung jawab setelah tercapai kesepakatan
27 RKO
maka pengadaan obat di lanjukan pertemuan dengan Tim Pengadaan Obat Terpadu.
disusun secara kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi. Obat-obatan Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD) disusun perencanaannya berdasarkan konsumsi, sedangkan obat-
obatan program disusun berdasarkan epidemiologi. Perencanaan dilakukan setiap tahun
sekali untuk merencanakan kebutuhan selama 18 bulan (12 bulan pemakaian dan 6 bulan
sebagai safety stock).
Pengadaan di IFK dilakukan melalui dua sistem pengadaan yaitu melalui e-catalogue
(Lampiran 4) dan non e- catalogue. Sistem pengadaan e-catalogue merupakan sistem
pengadaan secara elektronik yang dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang berisi daftar, merk, jenis dan spesifikasi
barang/jasa berdasarkan kerjasama kontrak antara LKPP dengan penyedia barang/jasa.
Pembelian barang/jasa e-catalogue menggunakan metode e-purchasing pengadaan obat
dilakukan di Layanan Pengadaan secara Elektronik (LPSE). Pengadaan non e-catalogue
dilakukan secara pembelian langsung jika total biaya pemesanan obat secara keseluruhan ≤
Rp. 200.000.000 oleh Pejabat Pengadaan. Jika total biaya pemesanan obat ≥ Rp. 200.000.000
dapat dilakukan tender melalui panitia lelang Pemerintah Kota Banjarmasin . Pengadaan tidak
dilakukan oleh IFK namun dilakukan oleh seksi Farmasi di Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin namun tetap melakukan koordinasi dengan IFK Kota Banjarmasin.
3.2.3 Monitoring dan Pengawasan Penyimpanan
Penyimpanan yang dilakukan di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin dibagi
menjadi beberapa ruang yang berada pada lantai 1 dan lantai 2. Ruang penyimpanan obat
PKD dan BMHP di lantai 1 (lampiran 8 dan 16), obat program, obat narkotika dan
psikotropika (lampiran 17), reagen (lampiran 5), dan alat kesehatan lainnya di lantai 2.
Penyimpanan di setiap ruang dikelompokkan kembali berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan
(contohnya tablet, sirup atau obat luar), dan suhu. Suhu dan kelembaban tiap ruangan
disesuaikan dengan ketentuan pada setiap sediaan, seperti untuk vaksin, beberapa jenis
injeksi, dan suppositoria.
Setiap sediaan farmasi dan perbekalan farmasi memiliki kartu stok yang memuat
jumlah barang yang masuk, stok yang tersedia dan catatan pengeluaran. Setiap barang yang
masuk dan keluar dicatat dalam kartu stok sebagai data tertulis untuk membandingkan
kesesuaian antara fisik dan data yang ada. Kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 19.
Setiap akhir bulan dilakukan stok opname untuk pengecekan stok yang ada dengan data yang
telah direkap, lalu dilakukan stok silang yang bertujuan untuk memastikan (double check)
bahwa stok telah sesuai. Kegiatan stok opname didokumentasikan dalam berita acara stok
opname (Lampiran 14).
28 untuk
Setiap ruang penyimpanan memiliki alat monitoring suhu dan kelembaban
menjaga kualitas sediaan. Penyusunan obat diperhatikan dimana obat yang dikeluarkan
terlebih dahulu diletakkan di depan adalah obat yang tanggal kadaluarsanya lebih dekat
(FEFO) dan obat yang masuk lebih dahulu (FIFO). Sedangkan obat yang baru datang
diletakkan di belakang. Terdapat pula pelabelan dengan warna pada sediaan berdasarkan
tanggal kadaluwarsa. Label merah yaitu sediaan yang memiliki tanggal kadaluwarsa yang
kurang dari 1 tahun, label kuning memiliki tanggal kadaluwarsa ≥ 2 tahun, dan label hijau
untuk menandakan sediaan yang memiliki masa kadaluwarsa lebih lama dibanding sediaan
berlabel kuning (> 2 tahun).
3.2.4 Distribusi Obat dari UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin
Pendistribusian obat UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin dilakukan ke 26
puskesmas dan 1 rumah sakit yang ada di wilayah Kota Banjarmasin. Pendistribusian obat
rutin dilakukan pada setiap bulan dengan menggunakan berita acara pengeluaran obat dan
Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Puskesmas mengirimkan
LPLPO kepada UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin setiap awal bulan pada hari kerja.
LPLPO kemudian dianalisis dengan memeriksa jumlah pemakaian barang bulan sebelumnya,
sisa stok, jumlah permintaan, dan jumlah ketersediaan barang yang ada di IFK. Seksi tata
usaha akan menuliskan lembar disposisi yang ditujukan kepada kepala UPTD Instalasi
Farmasi Kota Banjarmasin untuk mendapat persetujuan pendistibusian perbekalan farmasi.
Pengepakan maksimal selama 4-5 hari sambil diperiksa kembali nama dan jumlah barang,
tanggal kadaluarsa, nama puskesmas tujuan, serta diberikan penandaan agar tidak tertukar
dengan obat/alkes untuk puskesmas lain.
Pendistribusian obat di IFK Kota Banjarmasin ada berupa distribusi tidak rutin yang
merupakan permintaan dari institusi atau organisasi yang akan melakukan kegiatan sosial
seperti pengobatan gratis atau puskesmas dan rumah sakit yang meminta perbekalan farmasi
dalam kondisi tertentu, seperti stok obat habis sebelum waktu permintaan obat atau adanya
Kejadian Luar Biasa (KLB). Permintaan distribusi obat tidak rutin dari institusi atau
organisasi harus mengirimkan surat permintaan melalui Dinas Kesehatan untuk dilakukan
disposisi. Permintaan obat tidak rutin dari puskesmas atau rumah sakit dilakukan dengan
menyertakan surat permohonan obat yang mencantumkan daftar nama obat yang diminta,
satuan, dan jumlah yang diminta serta telah disetujui.
Pendistribusian obat/alkes dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan setiap
bulannya. (Lampiran 13) Pendistribusian obat/alkes ke seluruh puskesmas di wilayah kota
Banjarmasin dijadwalkan pada setiapa bulannya yang dilakukan pada minggu ke 2 dan 3.
Obat yang diserahkan pada puskesmas dilakukan pengecekan kembali jenis dan jumlahnya
29 oleh
berdasarkan yang tertera pada LPLPO oleh petugas puskesmas dengan disaksikan
petugas IFK. Jika ditemukan ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang datang, maka kedua
pihak akan melakukan kesepakatan. Kesepakatan dapat berupa menerima perbekalan farmasi
yang tidak sesuai kemudian disesuaikan kembali dengan LPLPO, pengembalian perbekalan
farmasi untuk jumlah yang berlebih, dan pendistribusian kembali untuk perbekalan farmasi
yang jumlahnya kurang.
3.2.5 Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa dan Pemusnahan Obat
Pengelolan obat rusak dan kadaluarsa dikumpulkan dari 26 puskesmas di wilayah
kota Banjarmasin, Rumah Sakit Sultan Suriansyah dan dari gudang penyimpanan IFK
Banjarmasin sendiri. Pengembalian obat dari puskesmas harus menyertakan berita acara
mengembalikan obat. Berita acara untuk obat dengan sumber dana Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) wajib mencantumkan harga satuan. Sedangkan untuk obat sumber dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tidak diwajibkan mencantumkan harga.
Pemusnahan dapat dilaksanakan tergantung dari dana yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
Pemusnahan di Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dilakukan melalui pihak ketiga sebagai
pihak yang melakukan pemusnahan obat. Jika terdapat alokasi dana untuk pemusnahan maka
sebelum dilakukan pemusnahan dibuat SK tentang Tim Pemusnahan Obat dan Perbekalan
Kesehatan di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin. Tim pemusnahan terdiri dari 17
anggota dengan jabatan dan jabatan dalam tim sebagai berikut:
1. Walikota Banjarmasin sebagai pengarah I
2. Wakil Walikota Banjarmasin sebagai pengarah II
3. Sekretaris Daerah sebagai penanggung jawab
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sebagai koordinator
5. Kepala Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sebagai ketua
6. Kepala UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin sebagai sekretaris
7. Kepala Instalasi Sanitasi RSU Ulin Banjarmasin sebagai anggota
8. Kepala Bidang Aset BPKAD sebagai anggota
9. Pengawas Farmasi Makanan Penyelia Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
Banjarmasin sebagai anggota
10. Pengawas Fungsional Umum Bidang Pemdik Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
Banjarmasin sebagai anggota
11. Kepala Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sebagaianggota
12. Kepala Sub bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sebagai anggota
13. Kepala Sub bagian Umum Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sebagai
anggota
14. Pengurus Barang Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sebagai anggota 30
15. Kepala Subbagian Tata Usaha UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin sebagai
anggota
16. Staf Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin sejumlah 2 orang sebagai
anggota
17. Staf UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin sejumlah 4 orang sebagai anggota.
Berita acara yang telah masuk di IFK kemudian direkap selama satu tahun dengan
mencantumkan tanggal pengembalian, nama Puskesmas, nama obat, satuan obat, jumlah
obat, tanggal kadaluarsa, nomor batch, keadaan obat (rusak/ED), dan sumber dana.
(Lampiran 9). Hasil rekap tersebut kemudian dibuat laporan untuk dibawa pada pertemuan
dengan tim pemusnahan. Pertemuan tersebut membahas diantaranya mengenai total obat,
dana tersedia, dan penentuan waktu pemusnahan. Obat yang telah terkumpul dibungkus
dengan kardus berdasarkan bentuk sediaan cairan atau padat. Obat-obat narkotika dan
psikotropika dibungkus terpisah. Setiap kotak obat ditutup dengan lakban dan dicantumkan
daftar nama obat beserta jumlahnya di bagian luar kotak. Pemusnahan dilakukan bekerja
sama dengan pihak ketiga yaitu PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri. Setelah selesai
proses pemusnahan, dibuat berita acara pemusnahan akan dikeluarkan oleh pihak ketiga
sebagai pihak yang melakukan pemusnahan obat.
3.2.6 Penanganan Obat Kembalian dan Obat yang Ditarik
Penarikan obat dilakukan oleh industri farmasi dapat disebabkan karena dicabutnya
izin edar akibat tidak terpenuhinya standar kualitas mutu yang ditetapkan. Penarikan obat
yang belum didistribusikan dilakukan industri farmasi dengan menginfokan kepada IFK
mengenai obat-obatan yang ditarik berdasarkan kode barcode, nomor batch serta tahun
pembuatan atau produksi untuk tidak didistribusikan. Selanjutnya untuk obat yang sudah
didistribusikan, IFK akan menginfokan kepada setiap puskesmas atau rumah sakit untuk
mengembalikan obat yang ditarik ke IFK berdasarkan kode barcode, nomor batch serta tahun
pembuatan atau produksi. Obat yang telah dikumpulkan kemudian diletakkan terpisah dari
sediaan lainnya dan di data jumlahnya. Selanjutnya dilakukan pengembalian kepada
distributor disertai dengan berita acara pengembalian obat. Berita acara pengembalian obat
pada (Lampiran 9).
3.2.7 Tata Kelola Administrasi dan Pelaporan
Pelaporan yang ada di UPTD Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin terdiri dari laporan
bulanan dan laporan tahunan. Adapun jenis laporan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Laporan pencacahan obat merupakan pelaporan stok obat tahunan
2. Laporan dinamika obat setiap 6 bulan sekali yang dilaporkan melalui31Aplikasi
Persediaan Pemko
3. Laporan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) dilaporkan melalui aplikasi
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
4. Laporan Vaksin melalui aplikasi Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik
(SMILE) ini merupakan aplikasi khusus untuk vaksi COVID-19
5. Laporan Logistik TB TB melalui aplikasi Software Sistem Informasi TB (SITB)
6. Laporan Logistik Obat melalui aplikasi E-Logistik
7. Laporan ketersediaan obat dan Vaksin melalui google form
BAB IV 32
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan PKPA (Praktik Kerja Profesi Apoteker)
di Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin adalah:
a. Mahasiswa PKPA memahami tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab
Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi mencakup
managemen perbekalan kefarmasian antara lain perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan obat.
b. Mahasiswa PKPA memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku
(professionalisms) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk melakukan
praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Instalasi Farmasi wilayah kotamadya.
c. Mahasiswa PKPA mendapat kesempatan untuk melihat dan mempelajari strategi dan
pengembangan praktik profesi Apoteker di Instalasi Farmasi.
d. Mahasiswa PKPA mendapat gambaran nyata tentang permasalahan (problem- solving)
praktik dan pekerjaan kefarmasian di Instalasi Farmasi.
e. Mahasiswa PKPA mendapat kesempatan untuk belajar berkomunikasi dan berinteraksi
dalam lingkup Instalasi Farmasi.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan pelaksanaan PKPA di Instalasi
Farmasi Kota Banjarmasin, yaitu:
a. Penambahan ruang karantina obat sehingga lebih mudah dalam penyimpanan,
penggolongan obat, dan dapat memenuhi syarat penyimpanan obat yang baik.
b. Penambahan alat penunjang gudang sehingga mudah dalam proses pengambilan barang
yang terletak pada rak atas.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2009. Peraturan Kepala Badan Nasional


Penanggunlangan Bencana No. 04 Tahun 2009. Jakarta.

Depkes RI. 2006. Kebijakan Obat Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
33
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Kementrian Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan. Jakarta.
Kepmenkes RI. 2006. Kebijakan Obat Nasional Menteri Republik Indonesia No
189/Menkes/SK/III/2006. Jakarta.
Pemerintah RI. 2009. Peraturan Pemerintah RI No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. 2016. Profil Instalasi Gudang Farmasi dan Alat
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.
PerkaBPOM RI. 2019. Peraturan BPOM No. 9 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Priyambodo. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama, Jakarta.


34

LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin

Lampiran 2. Visi Misi Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi Kota Banjarmasin


Lampiran 3. Penerimaan Barang / Vaksin 36

Lampiran 4. Tata cara Pemesanan Obat Melalui Aplikasi e-Logistik


37
Lampiran 5. Berita Acara Pengembalian Vaksin oleh Puskesmas
38
Lampiran 6. Tempat Penyimpanan Reagen

Lampiran 7. Tempat Penyimpanan Obat Sirup


39
Lampiran 8. Tempat Penyimpanan Obat Tablet

Lampiran 9. Berita Acara Penyerahan Obat Kadaluarsa oleh Puskesmas


40

Lampiran 10. Mengecek Ulang Data LPLPO secara Manual

Lampiran 11. Contoh Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Tahun 2021


41

Lampiran 12. Contoh Surat Bukti Barang Keluar Obat dan Perbekalan Kesehatan

Lampiran 13. Jadwal Distribusi Obat Bulan Juni 2021


42
Lampiran 14. Contoh Berita Acara Stok Opname

Lampiran 15. Contoh Surat Pesanan Obat Psikotropika


Lampiran 16. Tempat Penyimpanan BMHP dan Reagen Obat Covid 43
44
Lampiran 17. Lemari Tempat Penyimpanan Obat Golongan Narkotika dan Psikotropika

Lampiran 18. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
45
Lampiran 19. Contoh Kartu Stok Obat
Lampiran Lembar Kerja Harian Farida Istiqamah – Tanda Tangan Preseptor 46
Lampiran Lembar Kerja Harian Rini Setiawati – Tanda Tangan Preseptor
Lampiran Lembar Kerja Harian Desi Julianti Yudesman – Tanda Tangan Preseptor
Lampiran Lembar Kerja Harian Farida Istiqamah – Tanda Tangan Pembimbing
Lampiran Lembar Kerja Harian Rini Setiawati – Tanda Tangan Pembimbing
Lampiran Lembar Kerja Harian Desi Julianti Yudesman – Tanda Tangan Pembimbing
Kartu Konsultasi – Farida Istiqamah
Kartu Konsultasi – Rini Setiawati
Kartu Konsultasi Desi Julianti Yudesman

Anda mungkin juga menyukai