Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT INSTALASI

FARMASI DISALAH SATU RS SWASTA KABUPATEN

CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

RAHMI HERMAWATI

191FF02076

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA 3

PROGRAM STUDI FARMASI

BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT INSTALASI

FARMASI DISALAH SATU RS SWASTA KABUPATEN

CIREBON

Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Sidang Ahli Madya

Program Pendidikan Diploma Tiga

Rahmi Hermawati

191FF02076

Bandung, Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

( Lia Marliana, M.Si.,Apt ) ( Ani Anggriani, M.Si.,Apt)


HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan secara khusus

kepada :

1. Kedua Orang tuaku dan kedua mertuaku yang tercinta atas segala do’a,

dukungan, pengorbanan dan cintanya yang tidak ternilai

2. Suami dan anak-anak saya tercinta atas kasih sayang, pengertian, dukungan

material dan moral yang sangat berarti.

3. Kakak dan adikku serta kakak-adik iparku yang senantiasa mendo’akan, dan

semangat tanpa henti.

4. Keluarga besar Farmasi RS Mitra Plumbon Kabupaten Cirebon atas

dukungan moral dan kesempatan yang diberikan untuk menimba ilmu dan

rasa kekeluargaan yang luar biasa.

5. (Alm) Ibu Tatu Mufaridoh, orang teristimewa yang selalu supel, inspiratif,

kreatif dan menjadi motivator.

6. Sahabat dan rekan seperjuangan saya, Eva Yulianingtyas, Nanik Nurani,

Nurul Janah, Vivi Luthfiah atas pengertian dan kerja samanya selama ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2019 – 2020 khususnya kelas RPL FA 2

yang telah menjalin kebersamaan, kerjasama, silaturahmi selama proses

pembelajaran.

Akhir kata, penulis berharap Allah Yang Maha Esa berkenan membalas

Segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan petunjuk-

Nya.Shalawat serta salam semoga terlimpah untuk Nabi Muhammad SAW disertai

dengan usaha, do’a dan kesungguhan hati, Alhamdulillah Karya Tulis Ilmiah ini

akhirnya dapat diselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka

menyelesaikan Program Diploma III Farmasi di Universitas Bhakti Kencana.

Dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Entris Sutrisno,MH.Kes.,Apt selaku Direktur Universitas Bhakti

Kencana.

2. Ibu Dr.Patonah, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Bhakti

Kencana.

3. Ibu Ika Kurnia Sukmawati, M.Si.,Apt selaku Kaprodi DIII Farmasi

Universitas Bhakti Kencana.

4. Bapak Asep Roni, M.Si.,Apt selaku Sekretaris Program Studi DIII Farmasi

Universitas Bhakti Kencana.

5. Ibu Lia Marliana, M.Si.,Apt selaku Dosen Pembimbing I dan sekaligus

dosen wali yang telah memberikan bimbingan, do’a dan dorongan dalam

pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Ani Anggriani, M.Si.,Apt selaku Dosen Pembimbing II.

7. Seluruh Dosen dan Staf Universitas Bhakti Kencana yang tidak mungkin saya

sebutkan satu persatu untuk setiap kebaikan dan perhatiannya.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun

guna memberikan manfaat yang positif bagi ilmu pengetahuan.

Dengan segala kerendahan hati diharapkan, semoga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya dalam

menjalankan profesinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Cirebon, Juli 2020

Penulis

v
GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT MEDICATION DI
SALAH SATU INSTALASI FARMASI RS SWASTA KABUPATEN CIREBON

Rahmi Hermawati
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana

ABSTRAK

Obat HighAlert Medication adalah obat-obatan yang harus diwaspadai karena dapat
menyebabkan kesalahan serius (sentinel event) dan Reaksi Obat Yang Tidak
Diinginkan (ROTD) jika terjadi kesalahan dalam pemberiannya. Tujuan dari
penelitian adalah untuk menggambarkan penyimpanan obat High Alert di Instalasi
Farmasi salah satu RS Swasta di Kabupaten Cirebon dan mengambil kesimpulan
kategori penyimpanan obat High Alert.Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar
cheklist .Checklist mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan no.72 tahun 2016 dan
KARS tahun 2017.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat High
Alert terdiri dari 4 golongan yaitu golongan narkotik dan psikotropik, golongan
LASA, golongan elektrolit konsentrat dan golongan obat dengan perlakuan khusus
dalam pemberian.Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat High Alert dapat
disimpulkan masuk dalam kategori baik.Penyimpanan obat High Alert di Instalasi
Farmasi salah satu Kabupaten Cirebon diharapkan ditingkatkan terutama dalam hal
pemberian tanda peringatan bertuliskan High Alert, pencatatan kartu stok ,
penyusunan secara alphabet dan sistem FEFO atau FIFO sehingga kewaspadaan
tenaga kesehatan terhadap obat High Alert lebih meningkat.

Kata kunci : Rumah Sakit, Sistem penyimpanan Obat High Alert, Pasien Safety

DESCRIPTION OF HIGH ALERT MEDICATION MEDICINE STORAGE IN


ONE OF THE PHARMACY INSTALLATION IN PRIVATE VOCATIONAL
SCHOOL, CIREBON DISTRICT

Rahmi Hermawati
Faculty of pharmacy at Bhakti Kencana University

ABSTRACT

HighAlert Medication Medicines are drugs that must be watched out because they
can cause serious errors (sentinel event) and Unwanted Drug Reaction (ROTD) if
there is an error in its administration. The research is to describe the storage of High
Alert drugs in the Pharmacy Installation of one of the Private Hospitals in Cirebon
Regency and draw conclusions of the High Alert drug storage category. This type of
research is a descriptive study in which data collection is carried out using checklist
sheets. Checklist refers to the Minister of Health Regulation no. .72 in 2016 and
KARS in 2017. The results showed that High Alert drug storage consists of 4 groups,

vi
namely narcotics and psychotropic groups, LASA groups, electrolyte concentrates
and drug groups with special treatment in administration. Based on observations of
High Alert drug storage can be concluded included in either category The storage of
High Alert drugs in Pharmacy Installation in one of the Cirebon districts is expected
to be increased, especially in the case of warning signs bearing the High Alert, stock
card recording, alphabetical preparation and FEFO or FIFO system so that the health
care of the health workers for High Alert drugs is increased.

Keywords: Hospital, High Alert Drug Storage System, Patient Safety

LAMPIRAN

vii
Label Obat High Alert dan LASA

Obat High Alert di lemari pendingin

viii
Obat High Alert di ruang perawatan ICU

Obat LASA yang sudah diberi label

ix
Obat High Alert yang sudah diberi label

DAFTAR ISI

x
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ viii

DAFTAR ISI............................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah Sakit.......................................................................................... 5

2.2 Definisi Instalasi Rumah Sakit........................................................................... 7

2.3 Definisi Keselamatan Pasien................................................................................8

2.4 Definisi Sasaran Keselamatan Pasien.................................................................. 9

2.5 Definisi Obat- obat High Alert………................................................................ 10

2.6 Manajemen Obat High Alert di Rumah Sakit...................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………….. 17

BAB IV DESAIN PENELITIAN

4.1 Kriteria Obat...................................................................................................... 18

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 18

4.3 Sumber Data.........................................................................................................18

xi
4.4 Defini Operasional Variabel................................................................................ 18

4.5 Pengumpulan Data……………………………………………………………. 18

4.6 Analisa Data…… ……………………………………………………………. . 21

4.7 Kesimpulan……………………………………………………………………. 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Golongan Narkotika dan Psikotropika................................................................ 24

5.2 Golongan LASA atau NORUM…….................................................................. 28

5.3 Golongan Elektrolit Konsentrat………………………………………………. 31

5.4 Golongan Obat dengan Perlakuan khusus dalam pemberian………………….. 31

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 39

6.2 Saran ................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes

No 3 tahun 2020).

Pelayanan kesehatan di rumah sakit salah satunya pelayanan

kefarmasian.Pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman,

bermutu, bermanfaat, dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.Dalam

perkembangannya pelayanan kefarmasian yang diselenggarakan di rumah sakit

tidak dapat dipisahkan dari sasaran untuk mencapai keselamatan pasien .

Berbagai upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien (patien safety)

harus dilaksanakan. Salah satunya membuat standar minimal pelayanan

kesehatan rumah sakit yang baik bagi pasien.Di Indonesia melalui Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit salah satunya mengharuskan rumah sakit untuk

mengembangkan kebijakan pengelolaan obat khususnya obat yang perlu

diwaspadai jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya.Obat High –Alert

Medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan

1
2

terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko

menyebabkan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan (ROTD).

ISMP (Institute for Safe Medication Practice) telah membuat daftar obat

yang termasuk dalam golongan obat high alert diantaranya elektrolit pekat,

antitrombotik, antidiabetik oral dan parenteral, antiaritmia, anestetik dan

penghambat neuromuscular, antiaritmia. Rumah sakit secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat

yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.Kebijakan atau

prosedur tersebut juga mengidentifikasi area mana saja yang boleh menyimpan

atau membutuhkan elektrolit konsentrat serta bagaimana penyimpanannya di

area tersebut (Kemenkes RI, 2016).

Adapun upaya yang dapat dilakukan farmasis dalam penanganan obat

high alert adalah dengan meningkatkan proses penyimpanan mulai dari

pemberian penandaan khusus / label, pemisahan penyimpanan obat-obat LASA

serta penyimpanan khusus untuk elektrolit konsentrat tinggi, ikut serta dalam tim

medis untuk menyediakan informasi (knowledge) obat-obat high alert, membuat

analisa, memonitor efek samping dan interaksi obat, mengedukasi professional

kesehatan lain dan mengidentifikasi kesalahan (evaluasi).

Salah satu Rumah Sakit Swasta yang berlokasi di Kabupaten Cirebon

merupakan rumah sakit swasta yang mempunyai cukup banyak obat high alert,

kesalahan dalam penyimpanan obat dapat berakibat fatal . Oleh karena itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran

Penyimpanan Obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi salah satu Rumah Sakit

Swasta Kabupaten Cirebon.


3

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada

penelitiannya adalah :

 Bagaimana konsistensi tata letak obat High Alert di Instalasi Farmasi

salah satu RS Swasta Kabupaten Cirebon ?

 Bagaimana konsistensi pelabelan obat High Alert di Instalasi Farmasi

salah satu RS Swasta Kabupaten Cirebon ?

1.3 Tujuan Penelitian

 Mengamati secara langsung tata letak penyimpanan obat-obat High Alert di

Instalasi Farmasi salah satu RS Swasta .

 Mengamati secara langsung pelabelan obat-obat High Alert di Instalasi

Farmasi salah satu RS Swasta .

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

terutama dalam hal yang berorientasi tentang obat High Alert.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai pedoman dalam pengelolaan

obat High Alert.

3. Bagi Pembaca
4

Semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat pada para pembaca

sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,aman dan

profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Pada tanggal 14 Januari 2020 Menkes Terawan Agus Putranto di Jakarta

menetapkan Permenkes no.3 tahun 2020 sebagai pengganti Permenkes No.30

tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayana rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.Hal ini dianggap perlu dilakukan karena untuk menyesuaikan

dengan perkembangan dan kebutuhan hokum (Permenkes RI,2020).

Saat ini rumah sakit, merupakan suatu instrument yang mengkoordinasi

dan menggabungkan semua profesi kesehatan ,fasilitas diagnostik dan terapi,

alat dan perbekalan serta fasilitas fisik untuk menghantarkan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat..

Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 tahun 2018, setiap

rumah sakit mempunyai kewajiban :

1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

masyarakat.

2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit.

3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

5
6

4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana sesuai

dengan kemampuan pelayanannya.

5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.

6. Melaksanakan fungsi sosial.

7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

8. Menyelenggarakan rekam medis.

9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah,

parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,

lanjut usia.

10. Melaksanakan system rujukan.

11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta peraturan perundang-undangan.

12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien.

13. Menghormati dan melindungi hak pasien.

14. Melaksanakan etika rumah sakit.

15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional.

17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit {hospital by

laws}.
7

19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit

dalam melaksanakan tugas.

20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.

21. Mengupayakan keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang

memerlukan pengamanan khusus.

22. Mengupayakan keamanan pasien, pengunjung dan petugas di rumah sakit.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit atau bagian di rumah

sakit, tempat atau fasilitas penyelenggaraan semua fungsi pekerjaan kefarmasian

yang mengelola semua aspek obat mulai dari produksi, pengembangan,

pelayanan farmasi untuk semua individu pasien, professional kesehatan, dan

program rumah sakit (Siregar, Charles.J.P,Endang kumolosasi.Farmasi

klinik,2004:2).Pelayanan kefarmasian di rumah sakit berdasarkan Permenkes

Nomor 72 tahun 2016 adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai

hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Siregar dkk,

2004) .

Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi :

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai meliputi :

a. Pemilihan

b. Perencanaan kebutuhan

c. Pengadaan
8

d. Penerimaan

e. Penyimpanan

f. Pendistribusian

g. Pemusnahan dan penarikan

h. Pengendalian dan

i. administrasi

2. Pelayanan farmasi klinik

2.3 Keselamatan Pasien

Peraturan yang terkait keselamatan pasien pemerintah Indonesia

menerbitkan Permenkes RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011, keselamatan

pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman yang meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan

hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi

untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya. Seiring perkembangan ilmu dan

teknologi pelayanan kesehatan, keberagaman, dan kerutinan pelayanan

khususnya di rumah sakit menjadi kompleks dan berpotensi terjadinya

insiden (Permenkes RI,2011) .Adapun jenis –jenis insiden :

a. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) : suatu kejadian yang

mengakibatkan cedera pada pasien.

b. KNC (Kejadian Nyaris Cedera) : terjadinya insiden yang belum

sampai terpapar ke pasien.


9

c. KTC (Kejadian Tidak Cedera) : kejadian insiden yang sudah

terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cedera.

d. KPC (Kejadian Potensial Cedera) : kondisi yang sangat

potensial untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi

insiden.

e. Kejadian sentinel : suatu KTD yang mengakibatkan kematian

atau cedera yang serius seperti operasi pada bagian tubuh

yang salah,

2.4 Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan

disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit

(KARS).Penyusunan sasaran ini mengacu pada Nine Life-Saving Patient

Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan

Joint Commision International (JCI). Ada 6 sasaran keselamatan pasien :

1. Ketepatan identifikasi pasien

2. Peningkatan komunikasi efektif

3. Peningkatan keamanan obat / high alert yang harus

diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien operasi

5. Pengurangan terhadap risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan

6. Pengurangan resiko pasien jatuh


10

2.5 Definisi obat-obat High Alert

Obat-obat High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering

menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) dan Obat

yang berisiko menyebabkan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan

(ROTD).Kelompok Obat High Alert menurut Permenkes RI Nomor 72 tahun

2016 :

a) Obat risiko tinggi, yaitu sediaan farmasi dengan zat aktif yang akan

menimbulkan kematian atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error)

dalam penggunaannya (contoh :insulin, heparin, atau kemoterapeutik).

b) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip ( Nama Obat Rupa

dan Ucapan Mirip / NORUM atau Look Alike Sound Alike / LASA)

(contoh : trolit dengan trolip ).

c) Elektrolit konsentrat contoh : kalium klorida dengan konsentrasi sama

atau lebih dari 2 mEq/ml, kalium fosfat, natrium klorida dengan konsentr

asi lebih dari 0,9%e dan magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi

50% atau lebih.

d) Elektrolit konsentrasi tertentu, contoh : kalium klorida dengan

konsentrasi 1 mEq/ml , magnesium sulfat 20% dan 40%.

2.6 Manajemen obat High Alert di Rumah Sakit

Berdasarkan study yang dilakukan oleh Institute for Safe Medication

Practices (ISMP) di US memberikan strategi untuk manajeman dalam

meningkatkan informasi obat-obat High Alert, membatasi akses ke obat-obat

High Alert, menggunakan label dan tanda peringatan, menggunakan sistem cek

ganda bila diperlukan. Kebijakan manajemen salah satu RS Swasta di Kabupaten


11

Cirebon dalam pengelolaan obat High Alert membuat “Panduan High Alert”

yaitu :

1. Lokasi penyimpanan Obat High Alert

a. Gudang farmasi dan unit pelayanan farmasi (Instalasi Farmasi Rawat

jalan, Rawat Inap, Depo OK dan Depo IGD).

b. Unit pelayanan intensif

c. Kamar bersalin (VK) dalam jumlah yang terbatas.

Obat disimpan sesuai dengan kriterian penyimpanan perbekalan farmasi,

utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat (rak/ kotak

penyimpanan, lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta

ditempatkan sesuai ketentuan obat High Alert.

2. Klasifikasi tempat penyimpanan obat Hig h Alert

a. Obat High Alert disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi

label High Alert.

b. Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat High

Alert yang terpisah dari obat lain.

3. Alur penyimpanan obat High Alert dari Gudang Farmasi

a. Petugas farmasi (Tenaga Teknis Kefarmasian atau Apoteker) yang

menerima obat dari gudang, segera memisahkan obat yang termasuk

kelompok obat High Alert sesuai “Daftar Obat High Alert RS Mitra

Plumbon”.

b. Obat ditempelakan stiker merah bertuliskan High Alert pada setiap

kemasan primer / terkecil obat High Alert.

4. Penyimpanan Obat LASA (Look A Like Sound A Like)


12

a. LASA (Look A Like Sound A Like) merupakan sebuah peringatan

(warning) untuk keselamatan pasien (patien safety) : obat-obatan yang

bentuk / rupanya mirip dan pengucapannya / namanya mirip “TIDAK

BOLEH” diletakkan berdekatan.

b. Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi

dengan minimal 2 (dua) obat dengan kategori LASA diantara atau

ditengahnya.

c. Untuk sediaan injeksi , tempelkan label LASA hingga kemasan

primer / terkecil.

d. Penamaan kotak obat kategori Sound A Like, dengan penulisan

menggunakan “Tallman Lettering” yaitu huruf capital pada bagian

ucapan yang berbeda.Contoh : osteoCAL dan osteoCARE.

e. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat memberi /

menerima instruksi.

5. Label High Alert dan LASA

Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis :

a. “High alert double check” untuk elektrolit konsentrat tinggi dan

kemoterapi.Penandaan obat high alert dilakukan dengan stiker

berwarna merah dengan tulisan “High alert double check” berwarna

putih.

b. “LASA” untuk obat – obat yang termasuk kelompok LASA /

NORUM.Obat kategori Look Alike Sound Alike (LASA) diberikan

penanda dengan stiker berwarna kuning dengan tulisan LASA

berwarna merah pada tempat penyimpanan.


13

Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka

diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat.

Gambar 2.1 : Label Obat High Alert dan LASA

Medication Errors Reporting Program (ISMP) :

Tabel 2.1 Daftar Obat High Alert Medication dalam perawatan akut

Kategori / Kelas Obat-obatan Spesifikasi Obat-obatan

Adrenergik agonis, IV (epinefrin, fenilefrin, Epinefrin, subkutan

norepinefrin)

Adrenergik antagonis, IV propranolol, Poprostenol (Flolan),IV

metoprolol,labetalol)

Agen anestesi umum dihirup dan IV Insulin U-500 (penekanan

(propofol, ketamin) khusus):*semua jenis,insulin,subkutan

dan IV, dianggap kelas obat-obatan


14

waspada tinggi.Perlunya perhatian

khusus dan perbedaan strategi untuk

mencegah jenis kesalahan yang terjadi

akibat insulin.

Antiaritmia,IV (lidokain, amiodaron) Magnesium sulfat injeksi

Antitrombotik agen,termasuk : Penggunaan metotreksat, oral, non-

 Antikoaagulan (warfarin,heparin BM onkologis

rendah,heparin IV)

 Faktor Xa inhibitor (misalnya,

fondaparinux, apixaban,rivaroxaban)

 Langsung thrombin inhibitor

(misalnya

argatroban,bivalirudin,dabigatran

etexilate)

 Thrombolitik (misalnya

alteplase,reteplase,tenecteplase)

 Glikoprotein IIb IIIa inhibitor

(misalnya eptifibatide)

Solusi kardioplegik Opium tingtur

Agen kemoterapi,parenteral dan oral Okstosin, IV

Dekstrosa hipertonik, 20 % atau lebih Natrium nitroprussid injeksi

Solusi dialysis, peritoneal dan hemodialisis Kalium klorida injeksi

Obat-obatan epidural atau intratekal Injeksi fosfat kalium


15

Hipoglikemia, oral Promethazin, IV

Obat-obatan ionotropik IV (misalnya, Vasopressin, IV

digoksin, milrinone)

Insulin, subkutan dan IV

Liposomal bentuk obat (misalnya, liposomal

Amfoterisin B) dan rekan-rekan

konvensional (misalnya Amfoterisin B

desoksikolat)

Agen sedasi sedang, oral untuk anak-anak

(misalnya, kloral hidrat)

Narkotika / opiod

 IV

 Transdermal

 Oral (termasuk konsentrat cair,

formulasi pelepasan segera dan

berkelanjutan)

Agen penghambat neuromuskuler (misalnya

suksinilkolin, rocuronium, vecuronium)

Persiapan nutrisi parenteral

Agen radiocontras, IV

Air steril untuk injeksi, inhalasi, dan irigasi

(tidak termasuk botol tuangkan) dalam

wadah 100 ml atau lebih


16

Natrium klorida untuk injeksi, hipertonik,

lebih besar dari konsentrasi 0,9%

Tabel 2.2 Daftar Obat High Alert di Ambulatory Healtcare

Kategori / Kelas Obat-obatan Spesifikasi Obat-obatan

Agen antiretroviral (misalnya, efavirenz, carBAMazepine

lamiVUDine, raltegravir, ritonavir)

Agen kemoterapi, oral (termasuk agen Cairan hidrat kloral, untuk sedasi

hormonal) (misal siklofosfamid, anak-anak

mercaptopurine, temozolomide)

Agen hipoglikemik, oral Heparin, termasuk heparin yang tidak

terfraksi dan berat molekul rendah

Agen imunosupresan (misal azaTHIOprine, Bertemu FORMIN

cyclosporine, tacrolimus)

Insulin, semua formulasi Penggunaan metotreksat, non-

onkologis

Opiod, semua formulasi Cairan midazolam, untuk sedasi anak-

anak

Obat cair pediatrik yang membutuhkan Propylthiouracil

pengukuran

Obat kategori X kehamilan (missal Warfarin

bosentan, ISO tretioin)

Anda mungkin juga menyukai