Anda di halaman 1dari 9

Challenges in implementing electronic medical record in Indonesia

healthcare facilities
Anzany Tania Dwi Putri

Manajemen Pelayanan Kesehatan, Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok

Corresponding Author : Anzany Tania Dwi Putri, Universitas Indonesia

Email: anzany.tania11@ui.ac.id

Received 15 Maret 2023; Accepted 21 Maret 2023; Online Published 29 April 2023

Abstrak

Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi semakin terlihat nyata


di sektor kesehatan, termasuk dalam penggunaan rekam medis. Rekam medis yang
awalnya dibuat secara manual saat ini dituntut untuk berevolusi menjadi dalam bentuk
elektronik, atau dikenal dengan rekam medis elektronik (RME) guna mewujudkan
trasnformasi digital pada sistem kesehatan. Sayangnya, dalam upaya implementasi RME,
bukanlah hal yang cepat dan mudah untuk dilakukan, terutama dari sisi penyedia
layanan. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kendala dan tantangan
yang dihadapi oleh berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik klinik, puskesmas,
maupun rumah sakit.di Indonesi.Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur
dengan menggunakan database google scholar dengan kriteria inklusi berupa artikel
kajian dan penuh (full-text), bahasa Indonesia, dan dipublikasi pada periode 2017-2022.
Hasilnya adalah terdapat 12 artikel yang terpilih untuk dianalisis. Adapun tantangan
dalam implementasi RME dikategorikan menjadi empat aspek besar, yaitu legal, sumber
daya manusia, insfrastruktur, dan teknologi. Diharapkan hasil studi literatur ini dapat
menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mampu
menyelesaikan kendala dan tantangan yang terjadi sehingga digitalisasi kesehatan dapat
tercapai dengan optimal.

Kata kunci: Rekam medis elektronik, digitalisasi, sistem kesehatan

PENDAHULUAN Kesehatan no 24 tahun 2022 yang baru


Teknologi informasi dan komunikasi dikeluarkan pada bulan September 2022. Dalam
(TIK) saat ini telah berkembang sangat pesat di peraturan tersebut juga tertulis bahwa seluruh
berbagai sektor di Indonesia, termasuk pada RME yang dimiliki oleh setiap fasyankes wajib
sektor kesehatan. Dalam rangka menuju terhubung dengan platform SATU SEHAT
transformasi digital sistem kesehatan, dengan standar data dan sistem yang mengacu
pemanfaatan TIK ini pun semakin terlihat nyata pada aturan yang telah diteteapkan oleh
perkembangannya, terutama pada penggunaan Kementerian Kesehatan paling lambat 31
rekam medis. Rekam medis yang awalnya dibuat Desember 2023. Proses ini penting untuk
secara manual dan berbasis kertas (paper-based) dilakukan agar data yang terdapat pada RME
oleh para tenaga kesehatan saat ini dituntut untuk tersebut dapat disinkronisasi dan dilakukan
berevolusi menjadi rekam medis berbasis sistem analisis lebih lanjut sehingga bisa digunakan
elektronik, yang dikenal dengan Rekam Medis untuk menunjang pembuatan kebijakan kesehatan
Elektronik (RME).(Yulida et al., 2021) di Indonesia (evidence-based regulations), Selain
Implementasi RME sebagai mandatori di seluruh itu, dengan terintegrasinya RME di setiap
fasilitas layanan kesehatan (fanyankes) ini pun fasyankes pada platform tersebut, hal ini akan
sepenuhnya telah diatur dalam Peraturan Menteri memudahkan bagi setiap pasien dan fasyankes
3427
rujukan untuk bisa mendapatkan data mengenai menerapkan RME pada tahun 2020 hanya sekitar
riwayat layanan kesehatan pasien 12,87%, atau setara dengan 74 rumah sakit, yang
sebelumnya.(Rekam Medis, 2022) telah menerapkan RME secara
Dilihat dari definisinya, rekam medis terintegrasi.(Direktorat Pelayanan Kesehatan
elektronik merupakan sebuah dokumen yang Rujukan, 2020) Tujuan dari penulisan artikel ini
berisikan data identitas, hasil pemeriksaan, adalah untuk mengetahui berbagai tantangan
catatan pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang dihadapi oleh fasilitas pelayanan kesehatan
yang diterima oleh pasien di sebuah fasilitas di Indonesia, baik klinik, puskesmas, maupun
layanan kesehatan yang dibuat dengan rumah sakit, dengan menggunakan metode
menggunakan sistem elektronik yang didesain literature review. Diharapkan artikel ini dapat
khusus bagi penyelenggaran rekam medis. menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk
Adapun manfaat dari RME bagi masyakat adalah membuat kebijakan yang mampu mengakomodir
untuk meningkatkan kualitas layanan, efisieinsi kendala dan tantangan yang terjadi di lapangan
biaya, waktu, dan tenaga, dan memudahkan akses dalam mengimplementasikan RME ini sehingga
mengikuti program kesehatan milik pemerintah, transformasi digital sistem kesehatan di
serta untuk mewujudkan sistem kesehatan Indonesia dapat tercapai sebagaimana mestinya.
nasional yang lebih tangguh.(Bimantoro, 2022)
Bukan hanya itu, penggunaan RME juga METODE PENELITIAN
berperan penting dalam peningkatan kualitas Metode penelitian pada artikel ini adalah
sistem kesehatan secara global. Hal ini dengan menggunakan studi literatur, dengan
disebabkan karena dengan bermigrasi dari tahapan sebaagai berikut: penentuan topik
manual ke elektronik, permasalahan pada rekam penulisan, penentuan ruang lingkup, eksplorasi
medis terkait interoperabilitas, efisiensi, dan artikel, dan pemilihan artikel menggunakan
fleksibilitas data yang sering dialami khususnya database google scholar dengan kriteria inklusi
oleh negara-negara berkembang kini menjadi antara lain artikel berupa hasil kajian dengan
bisa teratasi.(Rizky & Tiorentap, 2020) pendekatan kualitatif atau kuantitatif,
Dalam laporan Global Diffusion of menggunakan bahasa Indonesia, full-text, dan
health: Making universal health coverage dipublikasi pada periode tahun 2017 – 2022.
achievable yang dirilis oleh World Health Adapun kata kunci yang digunakan dalam
Organization pada tahun 2016, diketahui bahwa pencarian artikel adalah “rekam medis
lebih dari setengah negara anggota telah memiliki elektronik”. Setelah didapatkan sebanyak 205
strategi-strategi dalam mewujudkan kesehatan artikel yang sesuai, dua belas (12) artikel dipilih
digital dengan 90% di antaranya merujuk pada sebagai perwakilan dari tiga tipe penyedia
tujuan dari cakupan kesehatan universal layanan kesehatan, yaitu klinik, puskesmas, dan
(universal health coverage) beserta elemen di rumah sakit, untuk diambil dan dilakukan studi
dalamnya. Namun sayangnya, sistem RME literatur sesuai dengan tujuan penulisan, yaitu
sendiri baru dilakukan oleh 47% dari negara telah mengetahui tantangan dalam implementasi rekam
memiliki strategi kesehatan digital tersebut. Hal medis elektronik di fasilitas pelayanan kesehatan
ini disebabkan karena implementasi dari program di Indonesia.
RME itu cukup kompleks dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Hampir setengah HASIL DAN PEMBAHASAN
kenaikan dari jumlah negara yang telah Implementasi rekam medis elektronik
mengadopsi sistem RME ini baru terjadi dalam (RME) di fasilitas pelayanan kesehatan di
lima tahun terakhir dan didominasi oleh negara- Indonesia saat ini belum merata. Terdapat
negara berpendapatan menengah ke atas (upper- beberapa fasilitas kesehatan yang masih dalam
middle- and high-income countries). Selain itu, tahap awal, namun ada pula yang sudah
kendala yang dialami juga berhubungan dengan sepenuhnya menerapkan RME sebagai pengganti
kurangnya infrastruktur, kapasitas sumber daya, rekam medis manual. Tentunya, baik yang sudah
dan kerangka regulasi.(World Health menerapkan RME sepenuhnya maupun yang
Organization, 2016) belum, memiliki kendala atau tantangan dalam
Sayangnya, situasi dan kendala yang proses transformasi rekam medis tersebut.
serupa juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan Berdasarkan Tabel 1., tantangan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi implementasi rekam medis elektronik di fasilitas
Pemerintah 2020 yang dirilis oleh Direktorat pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi
Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian 4 aspek utama, yaitu legal, sumber daya manusia,
Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa infrastruktur, dan teknologi.
dari 20% target persentase rumah sakit yang 1. Aspek legal
3428
Istilah rekam medis elektronik ketersediaan tenaga teknologi informasi (TI)
(RME) pertama kali dikeluarkan pada bukan menjadi sebuah standar ketenagaan,
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 baik di klinik, puskesmas, maupun rumah
tahun 2008 mengenai Rekam Medis, namun sakit.(Klinik, 2018; Pusat Kesehatan
pada aturan tersebut, penggunaan RME Masyarakat, 2019; Klasifikasi Dan
masih menjadi pilihan.(Rekam Medis, 2008) Perizinan Rumah Sakit, 2020) Kalaupun
Akan tetapi, sejak dikeluarkan Peraturan fasyankes itu sudah memiliki tenaga TI,
Menteri Kesehatan nomor 24 tahun 2022, jumlahnya masih cukup terbatas dan
implementasi RME menjadi sebuah kompetensi yang dimiliki masih kurang
mandatori bagi seluruh fasilitas layanan mumpuni dan belum sampai kepada
kesehatan, baik klinik, puskesmas, hingga kemampuan menganalisis data (data
rumah sakit. Tidak lama setelah itu, science).(Soedjono et al., 2021) Di samping
Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan itu, transformasi dari rekam medis manual
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1423 ke dalam bentuk elektronik juga
tahun 2022 mengenai Pedoman Variabel memerlukan partisipasi SDM di luar tenaga
dan Meta Data pada Penyelenggaraan IT untuk cakap dalam literasi digital.
Rekam Medis eelektronik agar sistem RME Literasi digital adalah pengetahuan dan
yang dimiliki oleh setiap fasyankes kemampuan untuk menggunakan teknologi
menggunakan variabel data yang seragam sebijak mungkin demi menciptakan
sehingga bisa disinkronisasi dari fasyankes interaksi dan komunikasi yang positif.
satu ke fasyankes lainnya Sayangnya, tingkat literasi digital
(interoperability).(Pedoman Variabel Dan masyarakat Indonesia masih tergolong
Meta Data Pada Penyelenggaraan Rekam rendah dan tidak merata di seluruh
Medis Elektronik, 2022) Hal ini penting provinsi.(Kemkominfo, 2020) Oleh karena
untuk dilakukan agar bisa terkumpul satu itu, saat proses perubahan bentuk rekam
big data nasional untuk mendukung medis ini, banyak SDM, khususnya para
pelaksanaan transformasi digital pada sistem tenaga kesehatan yang berusia di atas 50
kesehatan di Indonesia.(Penyelenggaraan tahun merasa kesulitan untuk beradaptasi
Satu Data Bidang Kesehatan Melalui Sistem dengan sistem RME.(Syahputra, 2018;
Informasi Kesehatan, 2022) Yulida et al., 2021)
Sayangnya, sosialisasi mengenai 3. Aspek teknologi
regulasi-regulasi tersebut masih berjalan Aspek teknologi seringkali
belum optimal. Hal ini terlihat dari masih dihubungkan dengan kemampuan sistem
adanya fasyankes yang belum membuat RME yang digunakan di setiap fasyankes.
regulasi turunan dari regulasi yang Tidak bisa dipungkiri, semakin banyak fitur
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yang terdapat pada sistem RME, semakin
dan belum adanya standar prosedur mahal biaya investasinya, terutama dalam
operasional (SPO) yang dibuat dalam hal perangkat keras, perangkat lunak,
pelaksanaan RME di fasyankesnya masing- perawatan dan pengembangan sistem.
masing.(Rosalinda et al., 2021; Syahputra, Namun, di sisi lain, banyaknya fitur
2018) Dengan tidaknya SPO atau modul penunjang, seperti sistem booking antrian
pelaksanaan RME, tentu mengakibatkan atau database yang bisa diakses dari devices
implementasi sistem RME ini sulit untuk lain, ini berhubungan dengan kebutuhan
bisa berjalan dengan maksimal dan proses user.(Apriliyani, 2021; PandiAstuti et al.,
adaptasi para pengguna (user) dari rekam 2019) Selain itu, banyak juga fasyankes
medis manual ke dalam bentuk elektronik yang masih memiliki sistem RME yang
pun menjadi butuh waktu yang lebih belum stabil, seperti adanya kendala dalam
lama.(Maha Wirajaya & Made Umi Kartika penghapusan data, penyimpanan data, dan
Dewi, 2020; Nugraheni, 2017) ketidakakuratan data yang
2. Aspek sumber daya manusia (SDM) dihasilkan.(Lusyana & Priskawati, 2020;
Kendala dari aspek SDM Nugraheni, 2017; Nugraheni & Nurhayati,
merupakan salah satu kendala yang paling 2018; Wardani & Humairo, 2022)
banyak dialami oleh fasyankes.(Lusyana & Sayangnya, standarisasi fitur dasar yang
Priskawati, 2020; Maha Wirajaya & Made harus dimiliki oleh sebuah sistem RME
Umi Kartika Dewi, 2020; Rosalinda et al., hingga saat ini belum dikeluarkan oleh
2021; Syahputra, 2018) Penyebab utama Kementerian Kesehatan sehingga hal ini
kendala ini kemungkinan adalah karena menyulitkan fasyankes untuk mengetahui
3429
sampai batas mana sistem RME yang harus Pusat Statistik Indonesia, 2021a) Oleh
mereka miliki agar bisa mendukung karena itu, tidak heran apabila ada beberapa
perwujudan dari adanya satu data nasional. fasyankes yang melaporkan sering
4. Aspek infrastruktur mengalami gangguan jaringan/server dan
Ketersediaan akses listrik dan listrik mati di jam-jam tertentu yang pada
jangkauan internet yang baik adalah dua hal akhirnya bisa menghambat proses pelayanan
yang sangat krusial dalam rangka karena rekam medis sudah dalam bentuk
perwujudan transformasi rekam medis elektronik.(Lusyana & Priskawati, 2020;
manual menjadi rekam medis elektronik. Nugraheni, 2017; Nuriza Afifah et al., 2022;
Sayangnya, hingga saat ini, akses listrik dan Syahputra, 2018)
internet di Indonesia masih belum merata,
terutama di daerah Papua, Nusa Tenggara SIMPULAN
Timur, dan Maluku. Menurut data BPS Tranformasi rekam medis dari manual ke
tahun 2021, terdapat lebih dari setengah dalam bentuk elektronik (RME) yang wajib
jumlah desa di ketiga provinsi tersebut dilakukan oleh seluruh fasilitas pelayanan
belum memiliki listrik.(Badan Pusat kesehatan di Indonesia merupakan suatu langkah
Statistik Indonesia, 2021b) Sementara itu, besar yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan.
hal yang sama juga terjadi pada akses Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
jangkauan internet. Walaupun pengguna implementasi RME ini tentunya tidak lepas dari
internet di Indoensia dalam lima tahun banyaknya kendala atau tantangan yang dihadapi,
terakhir mengalami kenaikan yang cukup terutama dari empat aspek besar, yaitu legal,
signifikan, menjadi 62,1% di tahun 2021, sumber daya manusia, teknologi, dan informasi.
tapi ternyata masih ada 45.034 Dukungan dari pemerintah, baik Kementerian
desa/kabupaten yang tidak memiliki Base Kesehatan maupun kementerian/lembaga terkait,
Transceiver Station (BTS), yaitu suatu sangat diperlukan untuk mewujudkan
infrastruktur telekomunikasi yang transformasi digital sistem kesehatan di
memfasilitasi nirkabel antara perangkat Indonesia dengan optimal.
komunikasi dan jaringan operator.(Badan
DAFTAR PUSTAKA

Apriliyani, S. (2021). Penggunaan rekam medis Maha Wirajaya, M. K., & Made Umi Kartika
elektronik guna menunjang efektivitas Dewi, N. (2020). Analisis kesiapan Rumah
pendaftaran pasien rawat jalan di Klinik dr. Sakit Dharma Kerti Tabanan menerapkan
Ranny. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, rekam medis elektronik. Jurnal Kesehatan
1(10), 1399–1410. Vokasional, 5(1), 1.
https://doi.org/10.36418/cerdika.v1i10.209 https://doi.org/10.22146/jkesvo.53017
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2021a). Rekam Medis, 2008 Kementerian Kesehatan
Statistik Telekomunikasi Indonesia. In Republik Indonesia 7 (2008).
Badan Pusat Statistik. Klinik, Pub. L. No. Peraturan Menteri Kesehatan
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2021b). Republik Indonesia Nomor 028 Tahun
Statistika Listrik 2015 - 2020. 2011, Kementerian Kesehatan Republik
https://www.ptonline.com/articles/how-to- Indonesia 18 halaman (2018).
get-better-mfi-results Pusat Kesehatan Masyarakat, Pub. L. No.
Bimantoro, G. (2022). Implementasi Teknologi Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Kesehatan Digital untuk Praktek Dokter Indonesia no. 43 Tahun 2019, Kementerian
Gigi. FORIL XIII 2022. Kesehatan Republik Indonesia (2019).
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan. (2020). Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Pub. L.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi No. Peraturan menteri Kesehatan No 3
Pemerintah. Tahun 2020, Kementerian Kesehatan
Kemkominfo. (2020). Survei Literasi Digital Republik Indonesia 1 (2020).
Indonesia 2020. Katadata Insight Center, http://bppsdmk.kemkes.go.id/web/filesa/per
November, 1–58. aturan/119.pdf
Lusyana, A., & Priskawati, A. W. (2020). Pedoman variabel dan meta data pada
Penerapan sistem informasi kesehatan penyelenggaraan rekam medis elektronik,
berbasis komputer di Puskesmas Jongaya Pub. L. No. Keputusan Menteri Kesehatan
Kota Makassar. Jurnal Promotif Preventif, Republik Indonesia Nomor
2(1), 19–26. Hk.01.07/Menkes/1423/2022, 1 (2022).
3430
Penyelenggaraan satu data bidang kesehatan World Health Organization. (2016). Global
melalui sistem informasi kesehatan, Pub. L. Diffusion of eHealth: Making Universal
No. Permenkes no. 18 Tahun 2022, Health Coverage Achievable. Report of the
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Third Global Survey on eHealth. In Global
2003 (2022). diffusion of eHealth: Making universal
Rekam Medis, Pub. L. No. Pertauran Menteri health coverage achievable.
Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022, Yulida, R., Lazuardi, L., & Pertiwi, A. A. P.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021). Tantangan implementasi rekam
(2022). medis elektronik berdasarkan dimensi
Nugraheni, S. W. (2017). Evaluasi sistem sumber daya manusia di RSGM Prof.
informasi rekam medis di RSUD Kota Soedomo Yogyakarta. Inovasi Dan
Surakarta dalam mendukung rekam Teknologi Informasi Untuk Mendukung
kesehatan elektronik. Indonesian Journal Kinerja PMIK Dalam Masa Pandemi Covid
On Medical Science, 4(1), 33–43. 19", 102–106.
Nugraheni, S. W., & Nurhayati. (2018). Aspek
hukum rekam medis elektronik di RSUD Dr
Moewardi. Prosiding Seminar Nasional
Unimus, 1, 92–97.
Nuriza Afifah, W., Afriandi, R., Kholili, U.,
Wibisono, A., & Hang Tuah Pekanbaru,
Stik. (2022). Tinjauan pengelolaan sistem
rekam medis berbasis komputer di Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Jurnal
Kemitraan Masyarakat, 1(1), 52–56.
http://journal.al-
matani.com/index.php/jkm/article/view/225
PandiAstuti, D. N., Ratnasari, C. I., &
Kusumadewi, S. (2019). Implementasi
sistem rekam medis elektronik Klinik Sehat
Kota Salatiga. Seminar Nasional
Informatika Medis (SNIMed) 2019, 59–65.
Rizky, D., & Tiorentap, A. (2020). Manfaat
penerapan rekam medis elektronik di negara
berkembang: Systematic literature review.
Indonesian of Health Information
Management Journal, 8(2), 69–79.
Rosalinda, R., Setiatin, S. S., & Susanto, A. S.
(2021). Evaluasi penerapan rekam medis
elektronik rawat jalan di Rumah Sakit
Umum X Bandung Tahun 2021. Cerdika:
Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1045–1056.
https://doi.org/10.36418/cerdika.v1i8.135
Soedjono, T., Jawa, M., Ilmi, L. R., & Hardjo, K.
(2021). Strategi, tantangan, regulasi,
migrasi rekam medis elektronik. The
Journal of Innovation in Community
Empowerment, 3(1), 8–12.
Syahputra, T. (2018). Faktor penghambat
penerapan rekam medis elektronik di RSUD
Kota Yogyakarta.
Wardani, E. A., & Humairo, M. V. (2022).
Evaluation of the use of SIMRS in medical
record using the PIC method in the
Simpang Lima Gumul Regional Hospital,
Kediri. Indonesian Journal of Nutritional
Epidemiology and Reproductive, 5(1), 15–
20.
3431
No. Judul Penulis 8.
Tipe Evaluasi Penerapan Rekam
Metode Revi Rosalinda, Rumah
Kendala/Tantangan
Medis Eektronik Rawat
Fasyankes SaliDihadapi
yang Setiatin, Sakit
1. Implementasi Sistem Dien Klinik jalan Penelitian
di Rumah Sakit
kualitatif Aris adanya
Tidak Susanto sistem
Rekam Medis Elektronik Noorfawziah Umumdengan
X Bandung Tahun
wawancara, (2021) antrian pada
booking
Klinik Sehat Kota Salatiga7 PandiAstuti, 202114kajian dokumen, sistem RME.
Chanifah Indah dan studi literatur.
Ratnasari, Sri
Kusumadewi
(2019)
2.. Penggunaan Rekam Medis Sinta Apriliyani 9.
Klinik Strategi,
Metode Tantangan,
kualitatif Laili Rahmatul
Sistem RME masih Rumah
Elektronik guna Menunjang (2021) Regulasi,
denganMigrasi teknik
Rekam Ilmi, tahap
dalam Praptana, Sakit
permulaan
Efektivitas Pendaftaran Medis observasi
Elektronik di RS
langsung Kuswanto
sehingga database
Pasien Rawat Jalan di Tentaradan wawancara
Dr. Soejono Hardjo (2021)
pasien tidak dapat
Klinik dr. Ranny8 Magelang Jawa Tengah15 diakses dari
handphone/tablet.
3. Penerapan Sistem Informasi Lusyana Aripa, 10. Tantangan
Puskesmas Implementasi
Penelitian kualitatif Rina terjadi
Kadang Yulida, Rumah
gangguan
Kesehatan Berbasis Wilhelmina Rekamdengan
Medispendekatan
Elektronik Lutfan
jaringan, Sakit
proses
Komputer di Puskesmas Priskawati Ance Berdasarkan
fenomenologi. Dimensi Lazuardi, Ariani
penyimpanan data belum
Jongaya Kota Makassar9 (2020) Sumber Daya Manusia di Arista
menggunakan Putra
RSGM Prof Soedomo Pertiwi (2021)
komputerisasi, dan
Yogyakarta1 belum ada tenaga IT.
4. Evaluasi Sistem Informasi Sri Rumah Penelitian kualitatif Sistem masih butuh
Rekam medis di RSUD Wahyuningsih Sakit dengan pendekatan disempurnakan, terutama
Kota Surakarta dalam Nugraheni studi kasus. pada data produktivitas
Mendukung Rekam (2017) rawat inap/jalan dan
Kesehatan Elektronik10 kurangnya komitmen
user/pengguna untuk
memaksimalkan
penggunaan SIM RS.
5. Faktor Pengahmbat Tomy Syahputra Rumah Penelitian kualitatif Man: sebagian nakes
Penerapan Rekam Medis (2018) Sakit dengan pendekatan senior tidak setuju
Elektronik di RSUD Kota deskriptif. dengan transformasi
Yogyakarta Tahun 201811 RME karena merasa
kesulitan apabila
anamnesa sambil
11. Evaluation of The Use of Eriskha
mengetik. Ayu Rumah
SIMRS in Medical Record Wardani, Belum
Methods: Mika Sakit ada
using The PIC Methods in Vernicia regulasi atau
kerangka
The Simpang Lima Gumul Humairo
SPO dari (2022)
pelaksanaan
Regional Hospital, Kediri16 RME.
12. Tinjauan Pengolalaan Wan
Machines: Nuriza
Pada Rumah
jam-jam
Sistem Rekam Medis Afifah, akses
tertentu, Randike RME Sakit
berbasis Komputer di Afriandi,
sangat lambatUlil karena
Rumah Sakit Islam Ibnu Kholili,
server kurangAksol
memadai.
Sina Pekanbaru17 Wibisono RME yang
Materials:
(2022)
digunakan masih
menggunakan sistem
milik pihak ketiga.
6. Aspek Hukum Rekam Sri Rumah Penelitian Penghapusan data belum
Medis Elektronik di RSUD Wahyuningsih Sakit deskriptif dapat terfasilitasi, aspek
Dr Moewardi12 Nugraheni, kualitatif. ketersediaan belum
Nurhayati terfasilitasi dengan
(2018) maksimal, identifikasi
terhadap pihak yang
melakukan pengisian dan
perubahan informasi di
RME belum maksimal.
7. Analisis Kesiapan Rumah Made Karma Rumah Penelitian corss- Belum adanya pelatihan
Sakit Dharma Kerti Maha Wirajaya, Sakit sectional dengan SDM, belum memiliki
Tabanan Menerapkan Ni Made Umi pendekatan SOP, belum ada tim
Rekam Medis Elektronik13 Kartika Dewi kuantitatif dan khusus, dan belum ada
(2020) kualitatif. IT yang memadai.
Tabel 1. Hasil studi literatur pada 12 artikel terpilih

Anda mungkin juga menyukai