Anda di halaman 1dari 2

TRANSFORMASI DIGITAL DI BEBERAPA RUMAH SAKIT SWASTA TIPE C DI

KOTA MOJOKERTO DAN JOMBANG JAWA TIMUR : ANTARA KENYATAAN


DAN HARAPAN

Transformasi digital adalah perubahan yang berhubungan dengan penerapan teknologi digital
dalam semua aspek kehidupan yang ada pada masyarakat. Data dari Dewan TIK Nasional
(Wantiknas) mengatakan bahwa pertumbuhan digitalisasi Indonesia tercepat di dunia
berdasarkan McKinsey Asia Personal Financial Services Survey pada 2017. Revolusi
industri 4.0 merupakan adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri.
Pemerintah Indonesia telah menyusun arah transformasi digital dimana pada 2024,
pertumbuhan ekonomi digital harus mencapai 3,17%-4,66%.1
Transformasi digital ini juga terjadi pada bidang kesehatan. Berdasarkan cetak biru strategi
transformasi digital kesehatan 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian kesehatan pada tahun
2021, Kemenkes RI memiliki visi untuk melakukan digitalisasi di sektor kesehatan sejak
awal kehidupan di dalam kandungan hingga pelayanan kesehatan terpadu bagi lansia dimana
tujuan akhirnya adakah menghasilkan sumber daya manusia yang berkapasitas dalam
menganalisa data kesehatan untuk menyusun kebijakan berbasis data di setiap instansi
kesehatan.2
Permasalahan dan tantangan yang dialami oleh dunia pelayanan kesehatan di Indonesia
adalah belum terintegrasinya data setiap penduduk Indonesia karena banyaknya aplikasi
pemerintahan atau swasta yang mengelola data berbasis individu sehingga data
terfragmentasi dan tidak ada standar dan integrasi data kesehatan sehingga sulit untuk
mewujudkan interoperabiltas data kesehatan dalam pelaksanaan kelanjutan dari pelayanan
(continuum of care) yang efektif.2
Begitu juga yang terjadi di beberapa Rumah Sakit tipe C yang ada di daerah Mojokerto dan
Jombang, Jawa Timur. memilliki banyak persamaan mulai dari sama-sama rumah sakit tipe C
terletak di daerah kota dan kabupaten penyangga ibukota provinsi (berjarak 1-2 jam dari
Surabaya) dan telah melakukan beberapa transformasi digital dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatannya diantaranya:
 Penggunaan rekam medis elektronik yang belum efektif sepenuhnya. Penggunaannya
terbatas pada pencatatan data demografi, data kunjungan serta pembiayaan (klaim
asuransi/pembiayaan mandiri). Rekam medis konvensional masih digunakan sebagai
salinan data demografi, data pembiayaan, data kunjungan. Hasil pemeriksaan
kunjungan, pemberian resep dan pemeriksaan penunjang (USG, laboratorium) masih
manual dan belum terintegrasi dengan rekam medis elektronik. Ada rumah sakit yang
sudah menerapkan penginputan tindakan dan resep secara elektronik tetapi tidak real
time dan hanya untuk kepentingan dokumentasi data.
 Pendaftaran untuk poliklinik / rawat jalan sudah bisa secara digital sehingga
mengurangi waktu tunggu di bagian pendaftaran, tetapi masih membutuhkan validasi
data saat datang berkunjung ke rumah sakit
 Hasil pemeriksaan penunjang yang belum terintegrasi dengan rekam medis elektronik
membuat waktu pelayanan yang lebih lama
 Sistem rujukan berjenjang telah menggunakan sistem rujukan yang digunakan secara
nasional yaitu SISRUTE sehingga dapat mengetahui ketersediaan tempat tidur di RS
yang dituju lebih cepat dan juga data dasar, penunjang serta kegawatdaruratan yang
ada sudah diketahui sehingga bisa dipersiapkan sebelum pasien datang. Tetapi
terkadang rujukan yang datang dari praktek pribadi bidan/ klinik yang belum
terintegrasi dengan SISRUTE dapat membuat rumah sakit yang dituju tidak siap
menerima kondisi kegawatdaruratan yang muncul. Waktu tunggu dan waktu tanggap
pasien ditangani lebih lama.
 Belum terlaksananya telemedicine / konsultasi secara digital di ketiga rumah sakit itu
apalagi di era Covid-19 ini dikarenakan penduduk di area di sekitar rumah sakit
tersebut masih mempunyai edukasi dan informasi yang kurang mengenai telemedicine
ini, belum adanya platform/aplikasi yang dipilih dan digunakan oleh pihak
manajemen serta adanya kebutuhan dari pihak dokter dan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan tatap muka seperti penilaian kondisi janin melalui USG yang tidak
semua bisa difasilitasi oleh telemedicine. Penggunaan media digital sementara hanya
untuk meniai tingkat kepuasan pasien serta menindaklanjuti adanya komplain.
Kraus (2021) menyimpulkan bahwa transformasi digital mempengaruhi lima aspek di
pelayanan kesehatan yaitu pelayanan berbasis pada pasien,efisiensi dari operasional
pelayanan kesehatan, implikasi pada proses manajemen, efek pada praktek kesehatan serta
aspek sosioekonomi. 3 Walaupun transformasi digital sudah dimulai dan dijalankan di ketiga
rumah sakit tersebut tetapi belum sempurna dan karena pelayanan kesehatan merupakan
bidang jasa sehingga titik akhirnya adalah sebuah tingkat kepuasan dari pasien serta
bagaimana mengefektifkan pelayanan dan meminimalkan tingkat kesalahan yang ada.
Diperlukan adanya program kerja berkelanjutan yang berfokus pada pengembangan
penerapan digitalisasi di dalam rumah sakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wantiknas.2019.Transformasi Digital Untuk Indonesia Maju di era 4.0.Dewan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional. Desember 2019. Hal 4-8.
wantiknas.go.id/id/publikasi/e-buletin. Akses: 4 September 2022
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Cetak Biru Strategi Transformasi
Digital Kesehatan 2024.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3. Kraus, S.dkk. 2021. Digital Transformation in Heath Care: Analyzing the Current
State-of-research. Journal of Business Research 123:557-567.

Anda mungkin juga menyukai