Penguatan Struktur
Ekonomi Indonesia:
Tinjauan Local Value Chain, Hilirisasi,
dan Industri Hijau
Penulis :
Oki Hermansyah Febrianto, Bambang Indra Ismaya, Farisan Aufar,
Monica Karina Anastasia, Ais Nisa Maruntum,
Josua Desmonda Simanjuntak, Shania Puteri Azaria,
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kementerian Perindustrian
Penulis :
Oki Hermansyah Febrianto, Bambang Indra Ismaya, Farisan
Aufar, Monica Karina Anastasia,
Ais Nisa Maruntum, Josua Desmonda Simanjuntak,
Shania Puteri Azaria
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kementerian Perindustrian
Line Editor :
Solikin M. Juhro, I.G.P. Wira Kusuma, M. Abdul Majid Ikram
Penerbit :
Bank Indonesia Institute
Jl. MH. Thamrin No. 02, Jakarta, 10350 Indonesia
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah)
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Bab 1 Pendahuluan 1
Lampiran 133
iii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2
Berjalan Indonesia
Grafik 1.2. Perbandingan Peran Industri Manufaktur terhadap PDB dan Ekspor 2
Grafik 1.3. Perkembangan Impor Indonesia dari Tiongkok pada Periode 6
Tahun Baru Imlek
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2
Grafik 2.3. Pemetaan Kondisi Tenaga Kerja dan PDB per Subsektor 19
Manufaktur Tw.IV-21 Terhadap Pra-COVID
Grafik 2.4. Pemetaan Kondisi Kapital dan PDB per Subsektor Manufaktur 19
Tw.IV-21 Terhadap Pra-COVID
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Program Pemulihan Ekonomi Nasional 8
Tabel 5.1. Proyeksi BaU dan Reduksi Emisi GRK dari setiap kategori sektor 94
Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Pembiayaan untuk Mencapai Target 98
Penurunan Emisi periode 2018-2030
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pilar Visi Indonesia 2045 2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pilar Visi Indonesia 2045 2
Sambutan
Deputi Gubernur Bank Indonesia
berkelanjutan melalui strategi bauran yang perlu direspons secara lintas sektor.
kebijakan yang bersinergi dengan reformasi Substansi pokok dari buku dapat para
struktural Pemerintah. Reformasi struktural pembaca sekalian dalami pada enam bab,
tersebut mengarah pada pencapaian visi yaitu Bab 1 Pendahuluan; Bab 2 Tantangan
Indonesia Maju 2045 dengan menjadikan Pengembangan Industri Manufaktur; Bab 3
industri manufaktur sebagai salah satu Penguatan Rantai Nilai Bahan Baku Lokal;
pilar utama pembangunan. Bab 4 Pengembangan Hilirisasi; Bab 5
Transisi Menuju Industri Hijau; dan Bab 6
Kami mencermati bahwa peran mengenai Koordinasi Kebijakan. Sinergi
industri manufaktur ini tidak saja dalam penyusunan buku dalam hal ini
penting bagi penguatan ekspor, tapi dilakukan dengan sangat baik, melibatkan
juga untuk penguatan struktur yang Kementerian/Lembaga terkait sebagai
membentuk kemandirian ekonomi, baik narasumber yang melengkapi aspek
dari sisi kapasitas maupun kapabilitas. penting dalam buku ini.
Kemandirian ini salah satunya dapat
dicapai dengan memperkuat keterkaitan Akhir kata, semoga Buku Penguatan
ekonomi antarsektor dan antarindustri, Struktur Ekonomi Indonesia : Tinjauan
yang pada gilirannya dapat meningkatkan Local Value Chain, Hilirisasi, dan Industri
penggunaan produk dalam negeri dan Hijau ini dapat memberikan manfaat bagi
mendorong ekspor bernilai tambah masyarakat dalam memperkaya khazanah
tinggi, serta menggerakkan ekonomi keilmuan nasional dan menjadi rujukan
antarwilayah, termasuk ke depannya yang berkualitas untuk penguatan strategi
dalam rangka mendukung transisi menuju pengembangan industri manufaktur di
ekonomi hijau. dalam negeri. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
Buku tentang sektor manufaktur ini dan meridhoi setiap langkah kita untuk
berisikan pemikiran mengenai industri berkarya dan terus memajukan industri
manufaktur dalam negeri dari sudut manufaktur Indonesia.
pandang makro. Buku ini menguraikan
secara rinci gambaran kinerja dan
prospek, serta peluang dan tantangan
pada industri manufaktur. Gambaran Jakarta, 18 November 2022
tersebut mencakup aspek penguatan Deputi Gubernur Bank Indonesia
struktur industri manufaktur, serta aspek
pemulihannya di tengah pandemi Covid-19
yang akan dilakukan secara sinergis Dody Budi Waluyo
dan kolaboratif, sehingga dapat menjadi
pijakan yang penting tentang bagaimana
perjalanan industri manufaktur Indonesia
menghadapi masa-masa yang tidak
mudah tersebut.
Tinjauan Umum
terutama pada tingkat serapan tenaga bernilai tambah tinggi, dan meningkatkan
kerja. Kebijakan power rationing yang kapasitas produksi dalam negeri.
terjadi di Tiongkok sempat menimbulkan Kemudian, strategi ini pada gilirannya
kekhawatiran karena dapat berdampak akan turut menggerakkan ekonomi
pada kinerja industri manufaktur dalam antarwilayah, sekaligus mendukung
negeri. Tantangan lainnya yang kerap transisi menuju ekonomi hijau. Oleh
terjadi adalah kelangkaan semikonduktor karena itu, Buku Penguatan Struktur
sejalan dengan permintaan yang tinggi Ekonomi Indonesia : Tinjauan Local Value
namun belum dapat direspons dengan Chain, Hilirisasi, dan Industri Hijau ini akan
kenaikan produksi. fokus pada pembahasan mengenai rantai
nilai bahan baku lokal, peningkatan nilai
Tantangan struktural masih menjadi tambah atau hilirisasi, dan transisi menuju
kendala dalam mengembangkan industri industri hijau. Yang tidak kalah penting,
manufaktur. Tantangan struktural ini beragam tantangan ini melibatkan
setidaknya mencakup ekspor yang lintas sektor (cross-cutting issues), maka
masih didominasi teknologi rendah, perumusan strategi kebijakan secara
ketergantungan impor bahan baku atau sinergis dalam mengembangkan industri
linkage kepada rantai nilai bahan baku manufaktur juga menjadi bahasan
lokal (local value chain) yang masih tersendiri.
rendah, dan tantangan terkait transisi
industri hijau. Terkait dengan ekspor, Berkaitan dengan aspek linkage, kondisi
produk ekspor manufaktur Indonesia local value chain industri masih perlu
berdasarkan klasifikasi tingkat teknologi ditingkatkan. Hal ini terjadi terutama pada
masih didominasi oleh produk primer, family padat karya serta makanan dan
manufaktur berbasis SDA, dan berteknologi minuman, di tengah peningkatan pada
rendah. Dari sisi impor, impor bahan baku family otomotif dan hilirisasi Sumber Daya
dan barang antara yang tinggi membuat Alam (SDA). Kendala yang dihadapi industri
aktivitas produksi industri manufaktur dari sisi faktor produksi terutama berkaitan
dibayangi oleh risiko akibat konsentrasi dengan kapasitas produksi, Sumber Daya
pasar yang tinggi dan tren peningkatan Manusia (SDM), pemanfaatan teknologi,
kebijakan proteksionisme. Dari sisi linkage, produktivitas di sisi hulu, nilai tambah yang
dukungan local value chain dalam rendah, serta keterbatasan pembiayaan,
mendukung penciptaan nilai tambah, dan ketersediaan sarana infrastruktur.
ekspor dan penguatan kapasitas produksi Dari sisi pengaturan, kendala utama yang
dalam negeri masih perlu ditingkatkan. dihadapi adalah pemanfaatan insentif
Sementara itu, dalam kaitannya dengan yang rendah, serta penerapan peta jalan
transisi hijau, akselerasi transisi terutama (roadmap) pengembangan produk dan
masih dihadapkan pada biaya transisi pengaturan yang masih perlu ditingkatkan.
yang besar. Dari aspek promosi dan akses pasar,
berbagai kendala yang dihadapi, meliputi
Tantangan struktural di atas menjadi pemanfaatan kerja sama internasional
dasar pemfokusan kembali strategi yang belum optimal, informasi kondisi
kebijakan end-to-end pengembangan pasar yang terbatas, dan penerapan
industri manufaktur. Pengembangan dan hambatan dari sisi tarif maupun nontarif.
penguatan struktur industri manufaktur ini
ditempuh melalui penguatan keterkaitan Sejumlah strategi kebijakan dapat
linkage. Selanjutnya, penguatan linkage ini ditempuh untuk mengatasi tantangan
diarahkan untuk dapat mendorong ekspor terkait linkage. Dari sisi faktor produksi,
xv
perbaikan tata niaga menjadi salah hilirisasi ini dihadapkan pada sejumlah
satu kunci dalam menjawab tantangan tantangan, baik yang bersifat siklikal
ketidaksesuaian antara produksi di hulu maupun struktural. Dari sisi produksi, nilai
dengan kebutuhan di hilir. Peningkatan tambah yang dihasilkan dari tahapan
inovasi produksi perlu diperkuat melalui hilirisasi masih relatif terbatas, di tengah
perbaikan kualitas dan kapabilitas SDM. ketersediaan industri hilir yang masih
Penyaluran pembiayaan dari institusi perlu dikembangkan. Dari sisi pengaturan,
keuangan perlu ditingkatkan agar dapat dukungan insentif seperti pemanfaatan
mendorong kapasitas produksi dan harga gas industri dan regulasi tarif impor
pemutakhiran penggunaan teknologi. nasional juga masih perlu dilakukan
Sementara itu, optimalisasi kebijakan penyesuaian. Dari sisi promosi dan
Import Substitution Industrialization akses pasar, biaya investasi yang besar
(ISI) juga perlu terus diperkuat untuk menyebabkan industri didominasi oleh
memastikan peningkatan peran local perusahaan asing bermodal besar.
value chain. Pemerataan dan perbaikan Karakteristik perusahaan asing yang
kualitas infrastruktur perlu didorong terafiliasi dan terhubung dengan rantai
terutama bagi kawasan industri yang pasok global mengakibatkan sebagian
berada di luar pusat industri yang besar produk turunan diarahkan untuk
tersedia. Dari sisi pengaturan, upaya ekspor.
peningkatan daya saing industri perlu
diselaraskan dengan pemberian insentif Sejumlah langkah strategis dapat
ataupun penyusunan kebijakan yang ditempuh untuk mendorong akselerasi
akomodatif bagi industri. Optimalisasi hilirisasi. Terkait dengan hilirisasi nikel,
insentif fiskal juga perlu diperkuat, salah pengembangan perlu diarahkan pada
satunya melalui peningkatan kapasitas pengembangan produk yang masih
SDM. Dalam jangka lebih panjang, kendala mencatat defisit transaksi perdagangan,
dalam penguatan rantai nilai perlu termasuk pada produk yang sejalan
direspons oleh kebijakan, salah satunya dengan tren transisi hijau ke depan.
penyusunan dan optimalisasi peta jalan Upaya hilirisasi ini juga perlu diimbangi
pengembangan produk. Dari sisi promosi dengan upaya menjaga ketahanan
dan akses pasar, penguatan diplomasi cadangan bijih nikel. Sementara itu,
ekonomi diharapkan dapat memberikan harmonisasi tarif perlu dilakukan untuk
solusi atas kendala tarif ekspor tinggi yang mendukung pengembangan industri
ditetapkan oleh negara mitra dagang. hilir, sekaligus menekan defisit transaksi
Optimalisasi pemanfaatan kerja sama perdagangan. Sejalan dengan tren hijau,
perdagangan internasional juga memiliki momentum pengembangan ekosistem
peran strategis dalam mengakselerasi kendaraan listrik perlu dimanfaatkan
kinerja ekspor produk Indonesia. secara optimal. Tidak kalah penting,
penguatan kesadaran masyarakat
Berkaitan dengan aspek peningkatan tentang penggunaan kendaraan listrik
nilai tambah, hilirisasi SDA menjadi salah menjadi salah satu tahapan krusial dalam
satu strategi utama dalam memperkuat mendukung pengembangan ekosistem
struktur industri manufaktur nasional. tersebut. Terkait dengan hilirisasi
Peningkatan nilai tambah ini selanjutnya tembaga, percepatan pembangunan
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan smelter menjadi salah satu kunci hilirisasi,
ekonomi berkelanjutan yang sejalan pula termasuk pengembangan industri
dengan tren pengembangan industri forming yang lebih hilir untuk mendukung
hijau ke depan. Dalam pelaksanaannya, penguatan kapasitas produksi dalam
xvi
lembaga keuangan domestik juga perlu riil. Dalam jangka menengah panjang,
terus diperkuat, di antaranya melalui koordinasi kebijakan ditempuh untuk
pengaturan terkait roadmap, instrumen, memperkuat efektivitas bauran kebijakan,
dan insentif pembiayaan. Selain sisi sehingga dapat berimplikasi pada
pembiayaan, akselerasi transisi hijau penguatan struktur industri manufaktur.
perlu didukung dengan penguatan bisnis Bank Indonesia dalam kapasitasnya
proses penelitian dan pengembangan, mendukung dan terlibat secara aktif dalam
termasuk melalui pemanfaatan insentif koordinasi antarotoritas, baik secara
super deductible tax. Sementara itu, bilateral maupun multilateral. Seluruh
transisi hijau sebagai langkah awal dapat bauran kebijakan tersebut ditujukan untuk
difokuskan pada pengembangan industri mengakselerasi kinerja dan memperkuat
pendukung pengembangan energi baru struktur indusutri manufaktur, serta tetap
dan terbarukan (EBT) khususnya panel konsisten dengan upaya mendorong
surya (solar panel) seiring dengan potensi transformasi ekonomi guna mewujudkan
permintaan di dalam negeri yang besar. Visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara
Tidak kalah penting, prioritas program maju.
industri hijau perlu ditempuh agar transisi
hijau di sektor industri semakin efektif.
BAB 1
Pendahuluan
Indonesia memiliki visi untuk dapat country) pada 2045. Transisi ini dapat
bertransformasi menjadi negara maju berjalan lebih cepat jika Indonesia mampu
pada 2045, didukung oleh pertumbuhan mendorong pertumbuhan ekonomi.
ekonomi yang kuat, berkelanjutan, Namun, secara historis, upaya memacu
seimbang, dan inklusif. Saat ini Indonesia pertumbuhan ekonomi seringkali diikuti
masih berada di kelompok negara dengan peningkatan kerentanan eksternal.
berpendapatan menengah (middle Kerentanan ini tercermin pada tingkat
income country). Diperkirakan Indonesia defisit neraca transaksi berjalan yang
dapat masuk ke dalam kelompok negara terlihat pada periode 1981-1997 serta 2012-
berpendapatan tinggi (high income 2019.
Sumber: Kemenperin
Gambar 1.2. Revolusi Industri
Sumber: Kemenperin
Gambar 1.3. Sektor Prioritas Industri 4.0
5
Terkait dengan tren transisi menuju batubara secara bertahap; (ii) menjaga
ekonomi hijau, Pemerintah juga telah suhu bumi tidak naik di atas 1,5oC; dan (iii)
menerbitkan UU tentang Harmonisasi meninjau komitmen penurunan emisi 2030
Peraturan Perpajakan yang dapat dalam NDC tiap negara pada 2022. Selaras
berimplikasi pada industri manufaktur. dengan tujuan tersebut, Indonesia telah
Pada tataran global, konferensi perubahan menerbitkan UU No.7 tahun 2021 tentang
iklim PBB (United Nations climate change Harmonisasi Peraturan Perpajakan sebagai
conference) tahun 2021 dalam Conference dasar kebijakan pajak karbon, dengan pilot
of the Parties ke-26 (COP26) memperkuat project pada sektor pembangkit listrik.
komitmen global dalam menurunkan Peraturan tersebut akan diterapkan pula
emisi. Terdapat tiga hasil utama pada pada industri manufaktur dalam jangka
COP26 tersebut, yaitu (i) menghentikan menengah sehingga upaya transisi industri
penggunaan pembangkit listrik energi hijau perlu diakselerasi secara bertahap.
Sumber: Roadmap menuju Net Zero Emission, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Gambar 1.4. Timeline Transisi Ekonomi Hijau
6
Sumber: Direktorat Jendral Bea Cukai, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.3. Perkembangan Impor Indonesia dari Grafik 1.4. Pangsa Bahan Baku Impor Subsektor
Tiongkok pada Periode Tahun Baru Imlek Industri Manufaktur dari Tiongkok
7
Des-18
Des-19
Des-17
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: PLN, BPS, diolah
Grafik 1.5. Perkembangan Ekspor Indonesia di Awal Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Pandemi COVID-19
Sumber: Kemenperin
Gambar 1.5. Penurunan Utilisasi Produksi Industri
Pasca COVID-19
8
Sumber: KSSK
Gambar 1.6. Paket Kebijakan Terpadu KSSK
9
industri manufaktur masih dalam fase industri Makanan dan Minuman. Di sisi lain,
akselerasi dengan kecenderungan terus impor barang modal menguat dibanding
meningkat. Sementara itu, perkembangan bulan lalu, mengindikasikan kenaikan
impor bahan baku terpantau menurun, aktivitas produksi ke depan, khususnya
terutama disebabkan oleh industri logam dalam merespons perkiraan peningkatan
dasar, namun penurunan ini tertahan permintaan.
oleh kenaikan impor bahan baku dari
telah mendorong berbagai negara untuk tersertifikasi sesuai standar hijau tersebut
berkomitmen dalam menurunkan emisi bisa mendapatkan fasilitas fiskal dan
global dalam Paris Agreement. Di satu nonfiskal. Saat ini, telah terdapat berbagai
sisi, tren ini diperkirakan akan mendorong insentif nonfiskal seperti pelatihan,
peningkatan permintaan produk ramah pembinaan, penyediaan bantuan promosi.
lingkungan. Di sisi lain, langkah-langkah Namun, insentif fiskal hingga saat ini
penurunan emisi karbon ini menghadapi masih terbatas. Hal ini ditengarai menjadi
tantangan, khususnya terkait dengan penyebab jumlah perusahaan yang
penerapan carbon pricing baik domestik berpartisipasi dalam program industri
maupun cross border. hijau masih relatif terbatas.
BAB 2
Tantangan
Pengembangan
Industri Manufaktur
Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah 9.304 dolar AS pada akhir Desember
tantangan siklikal menghambat upaya 2021 seiring masih berlangsungnya port
pengembangan industri manufaktur congestion, terutama di pantai barat
nasional. Tantangan siklikal yang dihadapi Amerika Serikat. Kenaikan tarif kontainer
oleh industri manufaktur, antara lain, global tersebut turut ditransmisikan ke
(i) fenomena disrupsi suplai global, (ii) tarif penyewaan domestik, yang juga
scarring effect, (iii) kebijakan power mengalami kenaikan sampai dengan 50%,
rationing Tiongkok, dan (iv) kelangkaan disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan
semikonduktor. Pandemi COVID-19 kontainer dalam negeri seiring tingginya
berdampak terhadap perlambatan kinerja permintaan untuk pemenuhan aktivitas
perekonomian global akibat supply chains ekspor-impor. Memasuki tahun 2022,
disruption di tengah kebergantungan freight rate index 40 feet pada Maret 2022
pasokan barang dan bahan baku global terpantau tumbuh melambat sebesar
dari segelintir negara. Kejadian tersebut 6,55% (mtm), dengan tarif sebesar 8.782
memicu perilaku inward looking di negara- dolar AS. Upaya normalisasi rantai pasok
negara mitra utama untuk mengurangi juga sudah dilakukan melalui peningkatan
ketergantungan bahan baku impor yang supply kapal baru, namun terbatasnya
terkonsentrasi dari beberapa negara. kapasitas produksi menghambat upaya
Selain untuk mengurangi risiko, hal tersebut. Data pemesanan kapal kontainer
tersebut dilakukan untuk memastikan baru (container orderbook) tercatat sudah
keberlangsungan aktivitas produksi oleh mencapai level maksimal sejak September
industri manufaktur domestik. Namun, 2021 dan sebagian besar kapal baru
seiring dengan pandemi yang semakin tersebut baru dapat beroperasi pada 2023.
terkendali dan didukung dengan kebijakan
pemulihan, kondisi tersebut berangsur pulih.
Grafik 2.1. Perkembangan Biaya Kontainer Grafik 2.2. Perkembangan Kondisi Pemesanan
Pascapandemi Kontainer
1
Dalam asesmen ini, kapasitas terpasang didekati dengan indikator net fixed asset (NFA) pada perusahaan manufaktur terbuka, yang
secara umum merupakan asset produktif jangka panjang – kapital perusahaan yang ditujukan untuk menghasilkan manfaat ekonomi;
sebagai akumulasi fixed asset dikurangi akumulasi depresiasi. Data diolah dari panel balance 158 perusahaan terbuka, 75 orientasi ekspor
dan 83 orientasi domestik. Metode merujuk pada perhitungan productive capital asset dan productivity OECD (2021). Seluruh subsektor
yang dilakukan asesmen merupakan sektor yang masuk dalam sektor prioritas pemulihan.
20
Grafik 2.5. Perbandingan Kinerja Kapital dan Tenaga Grafik 2.6. Perbandingan Dampak COVID Terhadap
Kerja Korporasi Berorientasi Ekspor dan Korporasi Kondisi Kapital dan Tenaga Kerja
Berorientasi Domestik Pada Subsektor Manufaktur
Selain fenomena disrupsi suplai global, suplai domestik yang ketat. Hal tersebut
upaya power rationing yang diberlakukan berpotensi menurunkan kinerja ekspor
di Tiongkok pada triwulan III 2021 sempat Indonesia ke Tiongkok, terutama beberapa
memicu risiko bagi kinerja industri komoditas unggulan, seperti besi baja dan
manufaktur dalam negeri. Secara pulp, serta berisiko terhadap pemenuhan
umum, pembatasan konsumsi energi bahan baku impor seperti industri TPT.
dilatarbelakangi oleh upaya Tiongkok Kebijakan power rationing sempat
dalam mendukung pencapaian target terdampak pada penurunan produksi
energy intensity, di tengah kenaikan manufaktur Tiongkok, khususnya besi baja,
harga batubara sebagai imbas dari sementara industri TPT belum terdampak.
Grafik 2.8. Profil Ekspor Logam Dasar Indonesia Grafik 2.9. Diversifikasi Tujuan Ekspor Logam Dasar Indonesia
23
Selain pandemi COVID-19 dan dampak Di tengah risiko tersebut, terdapat peluang
lanjutannya, beberapa waktu terakhir pemanfaatan konflik Rusia-Ukraina untuk
upaya akselerasi manufaktur nasional juga peningkatan ekspor manufaktur nasional
dihadapkan pada dampak konflik Rusia- meski masih relatif terbatas. Terdapat
Ukraina. Konflik Rusia-Ukraina berdampak peluang peningkatan ekspor produk
melalui tiga jalur utama, yakni jalur harga Indonesia pada pasar yang ditinggalkan
komoditas global, jalur perdagangan global, oleh Rusia dan Ukraina. Hal ini didukung
dan jalur keuangan. Harga komoditas oleh daya saing produk ekspor Indonesia
global tercatat mengalami peningkatan yang relatif tinggi, didukung pula dengan
setelah Rusia melakukan invasi terhadap kemiripan (similarity) dengan sebagian
Ukraina, tidak hanya energi namun juga produk ekspor kedua negara tersebut, serta
pangan sehingga mendorong terjadinya spare capacity yang masih mencukupi.
peningkatan inflasi. Hal ini berdampak Struktur ekspor Indonesia dengan Rusia
pada penurunan kinerja manufaktur yang diindikasikan melalui indeks Export
nasional, mengingat masih tingginya Similarity Index (ESI) untuk pasar dunia
kebutuhan impor bahan baku di sebagian relatif lebih similar dibandingkan untuk
sektor manufaktur nasional. Selanjutnya, pasar Eropa. Artinya, Indonesia punya
dampak lain konflik Rusia-Ukraina adalah peluang untuk ekspansi ke pasar yang
terganggunya mata rantai perdagangan ditinggalkan Rusia, khususnya ke pasar
global terutama dalam distribusi, pasokan, selain Eropa. Sebaliknya, dengan Ukraina,
dan volume perdagangan global. Hal ini juga struktur ekspor Indonesia dengan Ukraina
mengganggu kinerja manufaktur nasional, lebih similar untuk pasar Eropa. Peluang
khususnya manufaktur nasional dengan peningkatan ekspor Indonesia yang
tujuan ekspor di kawasan Eropa. Dampak berdaya saing, dan similar dengan produk
terakhir melalui jalur keuangan, dimana ekspor kedua negara tersebut pada pasar
investor global mulai cenderung kembali dunia dapat mencapai hingga 57 miliar
memegang aset berisiko rendah (safe dolar AS. Sementara untuk pasar Eropa,
haven instrument), termasuk dalam bentuk peluang peningkatan ekspor tersebut
uang tunai. Bagi negara berkembang seperti dapat mencapai 1,3 miliar dolar AS.
Indonesia, hal ini berisiko pada kestabilan
eksternal dan nilai tukar rupiah mengingat
tingginya kemungkinan penarikan aliran
dana yang dilakukan oleh investor asing.
Salah satu peluang Indonesia dalam Lebih lanjut, tantangan yang timbul
menggantikan pasar yang ditinggalkan akibat tensi geopolitik kini meluas ke isu
oleh Rusia dan Ukraina adalah ekspor proteksionisme. Fenomena ini telah muncul
produk-produk logam dasar. Peluang ini semenjak 2019 pascakrisis keuangan
diperoleh berdasarkan hasil pemetaan global 2018 ketika sebagian negara
dengan menggunakan parameter ESI, mulai fokus pada penguatan kapasitas
RSCA2, dan TBI3. Terdapat beberapa produk domestik untuk mengurangi dampak
logam Indonesia yang berdaya saing tekanan global. Kebijakan proteksionisme
(RSCA>0) dan surplus (TBI>0), dan memiliki kemudian meluas saat dunia dihadapkan
tingkat kemiripan (PSI>0) dengan produk pada beberapa kejadian besar, termasuk
logam yang diproduksi oleh kedua negara di antaranya dua konflik yang memicu
tersebut. Produk logam tersebut terutama tensi geopolitik, yaitu perang dagang AS-
emas, tembaga, aluminium, dan besi baja Tiongkok dan perang Rusia-Ukraina. Kondisi
dan produk logam turunannya. Dari data ini mendorong banyak negara mulai
ekspor pada 2020, Indonesia berpeluang mengarahkan hasil produksinya untuk
untuk mengisi ekspor logam dasar Rusia- pemenuhan kebutuhan domestik sebagai
Ukraina di pasar global yang setidaknya langkah antisipasi jika konfik berkembang
mencapai 41,5 miliar dolar AS. Peluang ini menjadi krisis global. Akibatnya, disrupsi
tidak hanya untuk Indonesia, namun terbuka rantai pasok global menjadi semakin besar
bagi seluruh negara produsen logam dasar dan berdampak signifikan pada negara-
lainnya. Oleh karena itu, peran pemerintah negara basis manufaktur seperti Indonesia
dalam memfasilitasi pelaku usaha dalam yang sebagian sektor industrinya
membuka akses pasar menjadi menjadi mengandalkan pasokan bahan baku yang
salah satu kunci keberhasilan Indonesia bersumber dari impor.
dalam memanfaatkan peluang tersebut.
2
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) digunakan untuk melihat keunggulan komparatif (daya saing) produk ekspor
suatu negara dalam basket ekspor negara-negara di dunia. Pengelompokan produk menggunakan nilai indeks dengan nilai pada kisaran
-1≤RSCA≤1 untuk memudahkan visualisasi.
3
Trade Balance Index (TBI) menggambarkan trade balance dalam bentuk indeks di rentang -1≤TBI≤1 untuk memudahkan visualisasi dan
pengelompokan produk.
29
perusahaan lokal dan efisiensi jaringan suplai Peningkatan ekspor khususnya produk
lokal; serta (iii) mendorong pembangunan berteknologi tinggi dapat didorong dengan
merata, berkelanjutan dan berwawasan meningkatkan peranIndonesia sebagai
lingkungan (UNIDO, 2017). Strategi penguatan hub dari jaringan produksi global. Penelitian
linkage dengan jaringan suplai lokal ini perlu Anglingkusumo et al (2014) menunjukkan
terus ditempuh, mengingat peran input bahwa kenaikan partisipasi Tiongkok dalam
domestik dalam memproduksi barang GVC dapat mendukung pertumbuhan
yang diekspor belum merata. Dari delapan manufaktur berorientasi ekspor disertai
industri yang diobservasi, terlihat bahwa dengan perbaikan muatan teknologi (tech
peningkatan peran input domestik dalam leverage). Ekspor produk berteknologi
memproduksi barang yang diekspor, diproksi tinggi tersebut bersumber dari banyak
dengan menggunakan Domestic Value perusahaan multinasional yang terafiliasi
Added Ratio (DVAR) antara 2017-2020 belum dengan negara maju, sehingga memiliki
merata. Lebih lanjut, peningkatan komposisi kualitas input dan output yang kompleks
tingkat teknologi produk ekspor pada 8 serta berstandar tinggi. Hal ini dimungkinkan
industri prioritas antara periode 2017-2020 sejalan dengan upaya Tiongkok
berlangsung secara terbatas, kecuali industri meningkatkan manufaktur berorientasi
logam dasar. ekspor melalui reformasi secara cepat
untuk memperkuat enablers bagi investasi
asing langsung (Foreign Direct Investment/
FDI) dari perusahaan multinasional. Oleh
31
karena itu, peningkatan reformasi struktural tengah fakta bahwa produk industri yang
menjadi satu prasyarat penting bagi diekspor bergantung pada bahan baku yang
peningkatan ekspor berteknologi tinggi ini. masih diimpor, risiko-risiko tersebut dapat
berimplikasi pada resiliensi ekspor nasional.
Lebih lanjut, peran Indonesia sebagai
production hub untuk ekspor dalam
jaringan produksi global yang cenderung
menurun menggambarkan bahwa impor
yang ditujukan untuk reekspor lebih
rendah dibandingkan dengan impor untuk
kebutuhan domestik. Aktivitas reekspor
setelah melakukan impor bahan baku dan
barang antara dari dunia tergantikan oleh
peningkatan impor untuk tujuan produksi
dan konsumsi akhir pasar domestik. Kondisi Sumber: Bank Indonesia, diolah
ini menunjukkan bahwa peran Indonesia Grafik 2.20. Impor Bahan Baku
Berdasarkan Sektor
dalam rantai nilai global belum menjadi basis
produksi utama untuk ekspor ke pasar dunia,
namun lebih sebagai pasar bagi produsen
global dan domestik. Hal ini menggambarkan
tantangan Indonesia dengan daya tarik
lebih kuat sebagai pasar bagi investasi yang
bersifat domestic market seeking. Masalah
biaya logistik yang relatif tinggi dan enablers
bagi investasi berorientasi ekspor ke pasar
dunia menjadi beberapa faktor penyebab
peran Indonesia sebagai hub belum optimal.
Peran impor yang masih lebih kuat untuk Sumber: Bank Indonesia, diolah
kebutuhan domestik ini menjadi salah satu Grafik 2.21. Impor Bahan Baku Industri
tantangan bagi industri manufaktur, di Berdasarkan Jenis Barang
Selain tantangan dari sisi ekspor dan impor, dalam, diikuti dengan penurunan input
tantangan struktural lainnya yang dihadapi dari Balinusra. Penurunan input dari kedua
oleh industri manufaktur terutama terkait wilayah tersebut digantikan dengan impor
linkage dengan local value chain yang dari impor yang meningkat dari 13,92% pada
masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan 2010 menjadi 16,89% pada 2016. Secara
hasil pemetaan menggunakan Tabel Input keseluruhan, tingkat local value chain
Output tahun 2010 dan 2016, linkage industri Indonesia menurun dari 86,08% pada 2010
manufaktur Indonesia dengan wilayah menjadi 83,11% pada 2016. Dengan kondisi
luar Jawa secara umum menunjukkan tersebut, terdapat ruang penguatan linkage
perkembangan yang membaik. Namun, dengan local value chain baik dengan intra
input dari intra Jawa menurun cukup Jawa maupun dengan luar Jawa.
Tantangan struktural lain yang saat ini Carbon Pricing sebagai bukti dukungan
semakin mengemuka adalah menguatnya Indonesia terhadap penanggulangan
tren transisi menuju ekonomi hijau, perubahan iklim bersama masyarakat
termasuk bagi industri manufaktur, untuk dunia. Kebijakan pengaturan Instrumen
mendukung pengembangan ekonomi NEK akan menjadi landasan legal yang
hijau. Peningkatan risiko perubahan iklim kuat dalam rangka mencapai target
dan dampaknya terhadap perekonomian Nationally Determined Contributions
global telah mendorong berbagai negara (NDCs) Indonesia serta untuk mendukung
untuk berkomitmen dalam menurunkan pembangunan rendah karbon.
emisi global sebagaimana kesepakatan
yang tercantum dalam Paris Agreement. Salah satu tantangan utama dalam
Di satu sisi, tren ini diperkirakan akan akselerasi menuju industri hijau ialah
mendorong peningkatan permintaan transition cost yang diperlukan cukup
produk ramah lingkungan secara besar, baik bagi pemerintah maupun
akseleratif. Sebagai contoh, dalam rantai pelaku usaha. Upaya dalam menjadikan
nilai industri otomotif, permintaan atas low Indonesia sebagai net zero emissions
carbon electricity, low emission vehicles, country dimulai dengan melakukan
dan low carbon product meningkat dalam transisi energi kelistrikan yang berbasis
beberapa tahun terakhir dan diperkirakan batubara menuju energi yang lebih bersih
akan menjadi tren global di masa dan ramah lingkungan. Hal tersebut
yang akan datang. Di sisi lain, langkah- didasari oleh emisi yang dihasilkan oleh
langkah penurunan emisi karbon ini pembangkit listrik batubara relatif tinggi,
masih menghadapi beberapa tantangan, mencapai 1.310 ton CO2e/GWh. Emisi ini
khususnya terkait dengan penerapan lebih tinggi dibandingkan dengan emisi
carbon pricing baik domestik maupun yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik
cross border. Saat ini, sebanyak 61 Carbon tenaga angin sekitar 124 ton CO 2e/GWh.
Pricing Initiatives (implementasi & rencana) Namun, biaya investasi yang tinggi pada
dilakukan di 46 negara dunia. Di Indonesia sektor energi terbarukan masih menjadi
sendiri, implementasi carbon pricing juga kendala utama minat pelaku usaha
sudah berjalan sejak diberlakukannya UU dalam mendukung program tersebut
HPP. Selain itu, diterbitkan pengaturan terkait masih rendah.
penerapan Nilai Ekonomi Karbon (NEK)/
34
Solar Panel
85 13 731
Photovoltaic
Biomassa 45 10 101
Nuklir 29 2 130
Hidroelektrik 26 2 237
Angin 26 6 124
Berdasarkan pohon industri dari produk- tembaga, stainless steel, carbon steel,
produk dalam rumah manufaktur baterai EV). Family ketiga adalah family
dengan karakteristik sejenis dan memiliki hilirisasi EBT (batubara, CPO, hydrogen,
keterkaitan langsung antarproduk, dapat petrokimia). Family keempat merupakan
dibentuk enam family produk end-to-end. family industri padat karya (komoditas
Family tersebut mencakup sekumpulan petrokimia, karet, TPT, alas kaki, kertas).
produk paling lengkap dan membahas Family kelima mencakup family makanan
multiindustri. Family pertama yaitu family dan minuman (komoditas CPO, kakao,
industri otomotif dan pendukungnya perikanan, udang, kopi, rumput laut, garam,
(komoditas karet, bauksit, alumina, mamin kemasan). Terakhir, family keenam
aluminium, sepeda motor, dan mobil). adalah family unggulan daerah (emas,
Family kedua adalah family hilirisasi garam).
Sumber Daya Alam (komoditas nikel,
Pada strategi pendekatan kedua, penguatan dalam jangka pendek dan mendorong
industri manufaktur diarahkan untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja.
mendorong perkembangan industri low- Sementara, penguatan industri dasar
tech product dan padat karya yang ditujukan pendukung melalui hilirisasi produk SDA
untuk mendukung perbaikan ekspor diarahkan untuk meningkatkan linkage
41
BAB 3
Penguatan Rantai Nilai
Bahan Baku Lokal
(Local Value Chain)
Linkage local value chain antarwilayah Pemetaan Tabel Input Output (IO)
dan antarindustri yang masih tahun 2010 dan 2016 menunjukkan
perlu ditingkatkan menjadi salah perkembangan linkage industri
satu tantangan struktural dalam manufaktur antarwilayah relatif menurun.
pengembangan industri manufaktur. Perkembangan tersebut tercermin dari
Strategi penguatan linkage tersebut perlu tingkat local value chain yang lebih rendah
terus didorong karena secara bersamaan sebesar 83,11% pada 2016 dari sebelumnya
dapat memperbaiki neraca perdagangan 86,08% pada 2010. Penurunan terdalam
Indonesia. Tantangan tersebut meliputi terjadi di wilayah sentra produksi intra
impor bahan baku yang masih tinggi, di Jawa dan diikuti oleh wilayah Balinusra,
tengah produk ekspor berteknologi tinggi sedangkan tingkat linkage wilayah lain
yang terbatas. Penguatan strategi tersebut meningkat. Sementara itu, linkage bahan
juga dimaksudkan untuk meningkatkan baku impor industri manufaktur meningkat
dampak pengganda ke perekonomian dari 13,92% pada 2010 menjadi 16,89% pada
(multiplier effect), optimalisasi kapasitas 2016. Peningkatan tersebut dipengaruhi
dan kapabilitas industri, serta mendorong oleh pasokan bahan baku dalam negeri
peningkatan devisa negara melalui yang terbatas, di tengah produktivitas sisi
penciptaan produk bernilai tambah tinggi. hulu yang lebih rendah.
45
Capaian dari implementasi berbagai hilirisasi SDA juga tercermin dari komposisi
kebijakan tersebut juga telah menunjukkan ekspor yang didominasi oleh produk
hasil yang positif, terutama dalam kategori Medium Technology Manufactures.
mengurangi ketergantungan terhadap Perkembangan kualitas kategori produk
produk impor. Salah satu pencapaian tersebut mengalami peningkatan signifikan
tercermin dari realisasi impor komoditas dari 29,7% (2018) menjadi 46,6% (2020).
baja dari Tiongkok yang menurun signifikan Kualitas komoditas ekspor menuju produk
sebesar 31%, yaitu dari 6,9 juta ton pada 2019 akhir yang bernilai tambah tinggi tersebut
menjadi 4,8 juta ton pada 2021. Penurunan akan selaras dengan peningkatan
impor baja tersebut berlangsung di tengah penerimaan devisa negara ke depan.
kenaikan kebutuhan produk, seiring dengan Pada akhirnya, kondisi tersebut diharapkan
realisasi pembangunan infrastruktur berimplikasi pada perbaikan kondisi neraca
strategis nasional yang terus didorong. Di perdagangan Indonesia.
sisi lain, keberhasilan mendorong produk
53
Tingkat linkage antarwilayah family padat mencapai 18% dari total impor bahan
karya tercatat mengalami penurunan baku sektor manufaktur. Komoditas soda
pada 2016. Perkembangan menunjukkan ash merupakan salah satu produk impor
bahwa tingkat local value chain lokal pada utama yang mencapai hampir 90% dari
2016 lebih rendah menjadi 80%, dari periode total kebutuhan untuk produksi dalam
2010 yang mencapai 95%. Penurunan negeri. Sementara itu, pemenuhan bahan
terdalam terjadi di wilayah sentra produksi, baku untuk industri TPT didominasi oleh
yakni intra Jawa. Di sisi lain, keterkaitan komponen kain lembaran (48%), serat
produk impor pada industri padat karya (20%), dan tekstil lainnya (16%). Di sisi
meningkat cukup tinggi dari 5,34% pada lain, kebutuhan bahan baku bagi industri
2010 menjadi 19,71% pada 2016. Kenaikan alas kaki difokuskan dalam memproduksi
tingkat ketergantungan disebabkan bottom, outsole, dan midsole. Salah
oleh pasokan bahan baku dari produsen satu kendala utama dalam mengurangi
domestik yang relatif terbatas, terutama ketergantungan bahan baku impor adalah
untuk industri TPT, alas kaki, dan kimia. harga komoditas di luar negeri yang
Selain itu, kapasitas Industri Kecil Menengah lebih terjangkau karena didukung oleh
(IKM) dalam memproduksi bahan baku dan produksi yang lebih efisien. Ketergantungan
barang antara sesuai kuantitas dan kualitas bahan impor yang tinggi mendorong
yang dibutuhkan industri manufaktur masih peningkatan risiko kelancaran produksi
terbatas. apabila terjadi kendala dalam produksi
maupun distribusinya. Selain itu, terdapat
Data ekspor terkini menunjukkan industri pula risiko kenaikan harga dalam negeri
kimia mencatatkan impor bahan baku yang lebih tinggi sejalan perkembangan
dengan pangsa terbesar dibandingkan harga komoditas internasional yang
subsektor manufaktur lainnya. Pangsa ditransmisikan ke harga domestik.
impor bahan baku industri kimia
54
Tingkat pengolahan produk untuk family skala global dengan mengalihkan pesanan
ini relatif cukup baik, dengan penggunaan untuk pemenuhan beberapa komoditas
teknologi didominasi tingkat Low and selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Medium Technology Manufactures. Salah satu contoh komoditas yang
Produsen juga terus berupaya untuk mendapat pengalihan pesanan tersebut
mendorong efisiensi proses produksi dan adalah apparel dari Vietnam ke Indonesia.
peningkatan nilai tambah produk melalui Pengalihan pesanan tersebut memberikan
penggantian mesin atau teknologi terkini. dampak positif pada kinerja ekspor yang
Keberhasilan strategi tersebut ditunjukkan melanjutkan pemulihan secara signifikan
dari peningkatan kepercayaan perusahaan pascapandemi.
56
Pemenuhan bahan baku atau barang Di sisi lain, Pemerintah tetap berkomitmen
antara dari dalam negeri untuk industri mendorong peningkatan linkage
olahan makanan dan minuman domestik di industri olahan makanan dan
mengalami penurunan. Perkembangan minuman melalui berbagai instrumen
linkage antarwilayah tercatat lebih rendah yang tersedia. Sejumlah kebijakan
menjadi 89,73% pada 2016 dari sebelumnya difokuskan pada peningkatan investasi,
99,81% pada 2010. Secara lebih terperinci, baik dari dalam negeri maupun asing,
penurunan dominan terjadi pada wilayah dengan penyusunan berbagai insentif
intra Jawa dan Balinusra, sedangkan peran fiskal maupun aturan pendukung lainnya.
linkage dari luar wilayah lain meningkat. Selain itu, penguatan IKM yang berperan
Penurunan keterkaitan dalam negeri sebagai pemasok bahan baku industri juga
tersebut tergantikan dengan kenaikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
peran impor, menjadi 10,27% dari 0,19% di dari strategi penguatan local value chain.
periode yang sama. Peningkatan peran Data terbaru menunjukkan pangsa IKM
impor dipengaruhi oleh keterbatasan industri makanan dan minuman menjadi
peningkatan produksi hulu domestik, antara yang terbesar dibandingkan industri
lain produk biji kakao, gula, dan garam olahan lain, mencapai hampir 40% atau
untuk industri. Sementara itu, keterbatasan setara 1,7 juta IKM. Beberapa program
produksi hulu dalam negeri disebabkan pemerintah yang telah diimplementasikan,
oleh produktivitas sisi hulu yang masih meliputi peningkatan kapasitas SDM,
rendah dan mismatch kualitas dengan pendampingan proses bisnis, hingga
kebutuhan industri. business matching dengan pelaku industri
sedang dan besar.
57
Grafik 3.5. Profil Ekspor Family Makanan dan Minuman Berdasarkan Tingkat Teknologi
Dari sisi komposisi ekspor, family ini paling dominan adalah Refined Palm Oil
didominasi oleh kategori Resource Based (RPO) atau produk turunan pertama dari
Manufactures dan Primary Products CPO, dengan pangsa mencapai 75%. Dalam
pada 2020, relatif tidak berubah sejak jangka menengah-panjang, pemerintah
2018. Stagnasi komposisi disebabkan oleh menargetkan agar jenis produk hilirisasi
pangsa ekspor olahan CPO yang lebih CPO semakin beragam dan berdaya saing
dominan dibandingkan dengan ekspor lebih tinggi. Target tersebut diharapkan
komoditas lain. Komoditas bahan mentah untuk dapat mendorong peningkatan
CPO membentuk 8% dari total ekspor devisa bagi aktivitas ekspor nasional.
produk tersebut. Sementara produk yang
59
60
Kendala lain yang dihadapi terkait dihadapi oleh industri di family otomotif
dengan perbaikan faktor produksi adalah dan padat karya yang memiliki keterkaitan
keterbatasan pembiayaan, terutama dari ke belakang (backward linkage) dan
dalam negeri. Kebutuhan pembiayaan keterkaitan ke depan (forward linkage)
yang besar seperti penyediaan mesin dan yang besar.
peralatan teknologi mutakhir, belum dapat
disediakan utuh oleh lembaga keuangan P2: Pengaturan dan Kelembagaan
domestik. Family industri padat karya
menjadi salah satu industri yang paling Pemanfaatan insentif yang masih terbatas
dihadapkan dengan kendala pembiayaan. menjadi salah satu kendala utama
Salah satu faktor utamanya ialah persepsi dalam pengembangan linkage industri.
perbankan atas prospek kinerja ke depan Pemerintah telah berupaya menerbitkan
yang terbatas. Padahal, pembiayaan untuk berbagai bentuk insentif, baik fiskal maupun
pengembangan industri sangat dibutuhkan nonfiskal, dalam rangka mendukung kinerja
mengingat kontribusi family padat karya industri manufaktur. Namun, realisasi
yang cukup besar bagi perekonomian. sejumlah insentif, terutama kebijakan
Kontribusi tersebut diwujudkan melalui super deductible tax yang bertujuan
peranan family padat karya dalam meningkatkan keterlibatan pendidikan
meningkatkan penyerapan tenaga vokasi serta mendorong penelitian dan
kerja, mendorong upaya pemerataan pengembangan, dinilai masih sangat
ekonomi, serta sebagai salah satu industri terbatas. Family industri otomotif dan padat
tumpuan berorientasi ekspor. Sebaliknya, karya menjadi kelompok industri yang
meskipun memiliki risiko yang tinggi, paling menghadapi kendala pemanfaatan
industri dalam family hilirisasi SDA relatif insentif tersebut, di tengah urgensi untuk
lebih mudah mendapatkan pembiayaan mendorong pendidikan dan keterampilan
untuk pendanaan proyek smelter. Minat tenaga kerjanya.
perbankan yang tinggi dalam memberikan
pembiayaan tersebut didukung oleh insentif Pelaku usaha juga masih menghadapi
yang diberikan oleh pemerintah, serta tantangan terkait implementasi regulasi di
prospek permintaan terhadap kebutuhan lapangan. Kondisi tersebut menjadi salah
produk hilir SDA yang masih kuat. satu kendala yang turut menyebabkan
keterbatasan pemanfaatan insentif
Dukungan infrastruktur masih dapat dan program kerja pemerintah untuk
ditingkatkan dalam memperkuat local mendukung pengembangan produk
value chain. Kesenjangan pembangunan unggulan manufaktur. Tantangan yang
infrastruktur pendukung, terutama di luar dihadapi terkait pengaturan terutama pada
Pulau Jawa, menjadi tantangan utama family hilirisasi SDA adalah pengawasan
dalam mengakselerasi ekspansi industri penerapan kebijakan Harga Patokan
secara menyeluruh. Infrastruktur yang Mineral untuk beberapa komoditas. Salah
masih perlu ditingkatkan pemerataannya satu contohnya adalah pemantauan
di sejumlah daerah menyebabkan atas penerapan kebijakan harga patokan
keterkaitan rantai nilai menjadi belum pada komoditas nikel limonite yang
optimal. Sejalan dengan hal tersebut, terbatas. Sementara itu, aturan lanjutan
kawasan industri terintegrasi juga masih pascamoratorium sawit yang telah berakhir
relatif terbatas, sehingga menghambat dan kebijakan replanting peremajaan
perkembangan linkage IKM dengan industri sawit rakyat (PSR) yang penerapannya
besar, terutama dalam mendorong alih masih perlu ditingkatkan, menjadi kendala
pengetahuan dan teknologi. Kendala utama produksi dari family makanan dan
terkait infrastruktur yang terbatas terutama minuman.
62
Pemerataan dan perbaikan kualitas kegiatan praktik kerja yang lebih riil. Selain
infrastruktur dapat terus didorong terutama itu, pemerintah juga perlu mendorong
bagi kawasan industri yang berada di luar optimalisasi kebijakan super deductible
pusat industri yang tersedia. Keterbatasan tax. Kebijakan tersebut memberikan
infrastruktur dasar yang memadai di insentif pengurangan penghasilan bruto,
beberapa lokasi industri masih banyak bagi wajib pajak dalam negeri yang
dikeluhkan oleh calon investor potensial. Oleh menyelenggarakan kegiatan magang dan
karena itu, pemerintah perlu mendorong sejenisnya (maksimal 200%) dan kegiatan
strategi kemudahan berinvestasi, melalui R&D (maksimal 300%). Beberapa kebijakan
pengurusan legalitas lahan, penyediaan tersebut diharapkan dapat diperkuat
sarana infrastruktur pendukung, dan melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi
pembangunan konektivitas antarwilayah secara berkala dengan melibatkan seluruh
yang terintegrasi. Sejumlah kebijakan yang unsur, termasuk pelaku industri.
telah tersedia perlu terus dipantau dan
semakin dioptimalkan, antara lain, program Dalam jangka lebih panjang, kendala
sertifikat tanah gratis, pembangunan dalam penguatan rantai nilai perlu
kawasan industri tematik di luar Pulau Jawa, direspons oleh kebijakan, salah satunya
hingga penyediaan tol laut. peta jalan pengembangan produk. Strategi
penguatan peta jalan pengembangan
P2 : Pengaturan dan Kelembagaan produk perlu diarahkan menjadi lebih
spesifik, terarah, dan terukur bagi setiap
Upaya peningkatan daya saing industri industri. Ketersediaan peta jalan yang
perlu diselaraskan dengan pemberian implementatif tersebut diharapkan menjadi
insentif maupun penyusunan kebijakan pedoman bagi pelaku industri dalam
yang akomodatif bagi industri. Penerbitan meningkatkan kinerja produksinya. Selain
UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja itu, dengan berpedoman pada peta jalan,
menjadi salah satu wujud komitmen kinerja produksi industri dapat lebih sejalan
pemerintah untuk mendorong iklim usaha dengan strategi dan tujuan pemerintah
yang kondusif di dalam negeri. Meskipun untuk mendorong perbaikan struktur
demikian, upaya tersebut dirasa masih industri ke depan. Dengan demikian, pelaku
perlu terus diperkuat sejalan dengan usaha akan mendapatkan kemudahan
aturan yang masih relatif tumpang tindih, dalam menyusun rencana bisnis strategis
terutama regulasi yang berlaku di daerah. perusahaan dan merealisasikannya di
Pemerintah pusat perlu terus mendorong berbagai investasi yang diperlukan.
sinergi untuk menyelaraskan aturan
dengan pemerintah daerah. P3 : Penguatan Kerja Sama Perdagangan
dan Promosi
Optimalisasi insentif fiskal juga perlu
diperkuat, salah satunya melalui peningkatan Penguatan diplomasi ekonomi diharapkan
kapasitas SDM. Program kartu prakerja dapat memberikan solusi atas kendala
dinilai memiliki potensi yang besar dalam tarif ekspor tinggi yang ditetapkan
meningkatkan keterampilan SDM dalam oleh negara mitra dagang. Pemerintah
negeri. Namun, pelaksanaan program diharapkan memanfaatkan berbagai
tersebut masih terkendala oleh kondisi instrumen diplomasi dalam mengatasi
pandemi yang menyebabkan pelatihan berbagai kendala yang dihadapi oleh
menjadi terbatas dalam bentuk jaringan. pelaku usaha dalam negeri. Beberapa
Ke depan, diperlukan sinkronisasi dengan instrumen diplomasi yang dapat diperkuat,
Balai Latihan Kerja agar dapat mendukung antara lain round table talks maupun
pemahaman SDM dengan berbagai forum perdagangan internasional, dengan
66
BAB 4
Pengembangan Hilirisasi
Hilirisasi SDA menjadi salah satu pilar utama dalam upaya penguatan
struktur manufaktur nasional. Peningkatan nilai tambah dari proses
hilirisasi pada gilirannya akan mampu mendorong kinerja transaksi
berjalan, meningkatkan penerimaan pajak, dan membantu
menjaga stabilitas nilai tukar. Hilirisasi juga telah menjadi agenda
utama pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan sejalan dengan tren pengembangan industri
hijau ke depan. Namun pada pelaksanaannya, hilirisasi dihadapkan
pada sejumlah tantangan, baik yang bersifat siklikal maupun
struktural. Beberapa kebijakan dan langkah strategis diperlukan
untuk mendorong akselerasi hilirisasi guna mendorong transformasi
sektor manufaktur sebagai menjadi pilar utama perekonomian
nasional.
68
dengan tingkat kompleksitas lebih tinggi Grafik 4.1. Profil Ekspor Komoditas Indonesia Berdasarkan
Tingkat Teknologi
sehingga membuat Indonesia semakin
terhubung dengan Global Value Chain. Profil Ekspor Komoditas Berdasarkan Spasial dan
Tingkat Teknologi
Kedua, penciptaan industri bernilai (Berdasarkan share nilai ekspor)
tambah lebih tinggi juga turut mendukung
kapasitas dan kapabilitas industri
dalam memenuhi permintaan produk
hilirisasi SDA yang selama ini masih
banyak diimpor. Ketiga, pengembangan
industri bernilai tambah lebih tinggi akan
membentuk rantai nilai bahan baku
lokal (local value chain) dengan industri
pendukung dari wilayah lain sehingga Sumber: Bank Indonesia, diolah
pertumbuhan menjadi semakin inklusif. Grafik 4.2. Profil Ekspor Komoditas Berdasarkan Spasial
dan Tingkat Teknologi
hilirisasi telah berdampak positif pada di kawasan timur dan pemerataan ekonomi
perbaikan profil ekspor Indonesia menuju di Indonesia (Kemenko Marves, 2022).
kategori medium-high tech manufactures.
Perbaikan tersebut sejalan dengan Arah kebijakan hilirisasi sejalan dengan
pengembangan produk yang dihasilkan tren pengembangan industri hijau ke
melalui hilirisasi dalam rangka menopang depan. Hal ini berkaitan dengan potensi
struktur ekspor yang bernilai tambah kebutuhan produk hilirisasi SDA sebagai
lebih tinggi. Hilirisasi juga menjadi upaya bahan baku utama produk-produk ramah
untuk mendukung permintaan domestik, lingkungan. Dari sisi faktor produksi, produk
termasuk penguatan kapasitas produksi tambang Indonesia tergolong memiliki
dalam negeri, mengingat kapasitas industri cadangan yang cukup besar di dunia.
yang masih relatif terbatas menyebabkan Komitmen Pemerintah dalam mendorong
sebagian kebutuhan domestik dipenuhi hilirisasi SDA juga diperkuat dengan
melalui impor. Melalui upaya hilirisasi sejumlah insentif, baik fiskal maupun
ke produk antara dan hilir, diharapkan nonfiskal. Terkait dengan prospek pasar,
ketergantungan produk impor menjadi potensi permintaan produk hilirisasi SDA
lebih berkurang dan tergantikan oleh ke depan akan meningkat, antara lain,
produk dalam negeri. Perbaikan struktur didorong oleh kebutuhan bahan baku
ekspor nasional terutama didorong oleh industri otomotif yang tinggi terutama
peningkatan ekspor produk hilirisasi seperti untuk pengembangan kendaraan listrik.
iron steel (HS 72). Pangsa ekspor produk Potensi peningkatan penggunaan energi
ini mampu meningkat mencapai 6,2% hijau yang ramah lingkungan yang
pada 2020 dari sebelumnya yang hanya membutuhkan beragam produk hilirisasi
mencapai 0,8% pada 2010. Pertumbuhan SDA sebagai bahan baku produksi juga
ekspor iron steel tidak terlepas dari diperkirakan akan meningkat.
Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sejalan dengan permintaan produk hilir
pada sektor hilirisasi industri yang terus logam yang semakin tinggi ke depan,
mengalami peningkatan (Kemenko Marves, tembaga dan nikel menjadi komoditas
2022). yang memiliki potensi besar untuk terus
dikembangkan. Potensi ini didorong
Dampak dari kebijakan hilirisasi juga oleh permintaan terhadap produk hilir
mampu menjaga kinerja transaksi komoditas tersebut yang relatif tinggi, baik
berjalan. Hal ini terutama dipengaruhi dari global maupun dari domestik. Kedua
oleh kontribusi ekspor iron and steel yang komoditas ini juga memiliki produk turunan
mengalami peningkatan hingga 76% dari yang berdaya saing sekaligus memberikan
periode 2011 hingga 2021. Pengembangan trickle down effect terhadap perkonomian
hilirisasi juga mampu membuat neraca di sepanjang rantai pasoknya. Selain itu,
perdagangan nasional menjadi lebih produk hilir kedua logam ini memiliki peran
kompetitif. Hal ini terlihat dari defisit neraca strategis dalam pengembangan industri
perdagangan ke negara mitra utama yang hijau, terutama sebagai bahan baku baterai
menurun, khususnya defisit ke Tiongkok EV dan pembangkit EBT. Strategi hilirisasi
yang mampu turun sebesar 40%. Selain telah sejalan dengan perubahan lanskap
itu, ekspor produk hilirisasi juga mampu ekonomi global menuju ekonomi sirkular
meningkatkan penerimaan pajak yang dan mendukung prospek permintaan
lebih besar, mendukung upaya stabilisasi terhadap produk EBT. Ke depan, kebutuhan
nilai tukar, serta mendorong industrialisasi produk EBT diprakirakan semakin kuat
71
Oleh karena itu, pengembangan hilirisasi larangan ekspor nikel dalam Permen ESDM
kedua produk ini menjadi sangat penting Nomor 11 Tahun 2019 dan rencana larangan
kedepan sejalan dengan kebijakan ekspor tembaga.
72
Indonesia memiliki posisi strategis dalam sebagian besar dari produk olahan nikel
rantai nilai nikel global. Indonesia memiliki memiliki daya saing yang cukup baik
cadangan mencapai 22% cadangan dunia, (kuadran A). Potensi juga berasal dari
menyumbang 27% produksi bijih nikel dunia, fase smelting kecil dan hasil samping
sekaligus mampu memproduksi 20% dari yang pemanfaatannya masih perlu
keseluruhan logam hasil pemurnian nikel ditingkatkan. Pengembangan produk
dunia. Industri nikel di Indonesia juga memiliki hilirisasi nikel Indonesia juga masih sesuai
daya saing yang tinggi, khususnya untuk dengan permintaan global sekaligus
produk hilirisasi dasar. Pemetaan melalui berpeluang menjadi basis industri
indikator RSCA dan TBI menunjukkan bahwa kendaraan listrik global.
B A
D C
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3. Pemetaan Daya Saing ProdukHilirisasi Nikel Indonesia
Grafik 4.4. Pemetaan Kesesuaian Ekspor Hilirisasi Nikel Indonesia dengan Permintaan Global
73
B A
D C
Tabel 4.1. Besaran Tarif Impor pada Produk Hilir Nikel yang Mengalami Defisit
Selain itu, sinkronisasi tarif juga perlu seperti Taiwan, Malaysia, dan Korea di tengah
disesuaikan untuk produk yang belum tersedia permintaan industri hilir domestik yang
di Indonesia. Sebagai contoh, kebutuhan terus meningkat. Kondisi ini mengakibatkan
sinkronisasi tarif ini dapat dilihat pada bahan pasokan bahan baku terbatas untuk industri
baku pembuatan nickle based alloy dan hilir domestik yang akhirnya dipenuhi melalui
plating. Kedua produk tersebut merupakan Impor. Jika tidak segera diatasi, kendala
produk hilir industri lokal yang bahan bakunya pasokan bahan baku di pasar domestik
didominasi oleh bahan baku impor karena tidak akibat isu afiliasi ini akan menjadi faktor
tersedia Indonesia. Akan tetapi, bahan baku penghambat industri hilir stainless steel di
kedua industri tersebut seperti Mix Sulphide Indonesia untuk berkembang.
Precipitate (MSP), Ni Metal, dan Ni Powder masih
dikenakan tarif impor sebesar 5%, padahal Pada rantai nilai kendaraan listrik,
industri tidak memiliki pilihan untuk memperoleh infrastruktur dasar pendukung transisi
bahan baku tersebut di pasar domestik. dari kendaraan konvensional menuju
Penerapan tarif ini akan meningkatkan biaya kendaraan listrik juga masih terbatas,
produksi barang hilir tersebut sehingga khususnya Stasiun Pengisian Kendaraan
berpotensi menurunkan keinginan industri Listrik (SPKL). Riset Deloitte (2021)
memproduksi kedua barang hilir tersebut. menunjukkan bahwa ketersediaan
infrastruktur pengisian baterai kendaraan
P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan dan listrik menjadi pertimbangan utama
Promosi konsumen Indonesia untuk membeli
kendaraan listrik. Dalam riset tersebut
Mismatch supply-demand dan skema afiliasi disebutkan bahwa 59% responden lebih
berpotensi menghambat pengembangan memilih untuk melakukan pengisian
hilirisasi lanjutan nikel. Kondisi ini ditemukan baterai di rumah dibandingkan tempat
pada mata rantai produk stainless steel lain, seperti public charging station. Namun,
dimana mayoritas stainless steel yang dengan profil pelanggan listrik rumah
diproduksi oleh industri hulu langsung diekspor tangga Indonesia yang mayoritas di bawah
ke perusahaan induk di Tiongkok. Sebagai 2.200 VA4, keberadaan SPKL akan menjadi
contoh, pada stainless steel seri 300, seri ini faktor penting dalam mendukung transisi
banyak diekspor ke beberapa negara lain, penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
4
Kapasitas minimal listrik untuk pengisian daya kendaraan listrik di rumah adalah 2.200 kV. Berdasarkan data pelanggan listrik rumah
tangga PLN tahun 2021, rumah tangga yang memiliki kapasitas listrik tersebut hanya sekitar 6,4% dari total pelanggan.
81
Tabel 4.3. Daftar Insentif yang Dikeluarkan AS Terkait Kebijakan Inflation Reduction Act (IRA)
Sumber: Kemenkomarves
83
Gambar 4.6. Investasi Baru yang Masuk ke AS pada Mata Rantai Nilai EV Paska Kebijakan IRA
Peran strategis produk nikel sebagai bahan P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan
baku baterai yang mendukung ekosistem dan Promosi
kendaraan listrik harus dimanfaatkan
melalui pengembangan kapasitas dan Dari sisi promosi, untuk mengakselerasi
kapabilitas di sepanjang rantai industrinya. penggunaan kendaraan listrik di
Beberapa kebijakan yang bisa ditempuh untuk Indonesia, perlu rencana jangka panjang
mengakselerasi penggunaan kendaraan penguatan awareness masyarakat
listrik di Indonesia, adalah peningkatan terhadap penggunaan kendaraan
infrastruktur charging station di rumah, listrik. Terdapat tiga fase utama yang
kebijakan diskon charging di malam hari, tarif diperlukan untuk membangun awareness
listrik khusus untuk pemilik kendaraan listrik, kendaraan listrik. Fase tersebut adalah
dan pemberian biaya sumbangan untuk pembentukan kesadaran masyarakat
tambah daya bagi pelanggan home charging. akan peran kendaraan listrik dalam
Percepatan pembangunan ekosistem yang menjaga keberlanjutan lingkungan,
kuat sangat diperlukan agar Indonesia pembangunan industri kendaraan
menjadi pemain penting dalam global supply listrik, hingga pembangunan pasar
chain di industri kendaraan listrik. Di sisi lain, kendaraan listrik domestik. Selama fase
peningkatan kandungan lokal kendaraan tersebut, diperlukan juga blueprint serta
listrik perlu didorong dengan memberikan kebijakan multisektor jangka panjang
insentif dan memangkas berbagai hambatan untuk pengembangan industri, baik dari
regulasi sehingga industri kendaraan listrik pemerintah maupun swasta. Sementara
dapat tumbuh menciptakan lapangan kerja itu, untuk pembangunan pasar
dan menyubstitusi impor. kendaraan listrik, diperlukan investasi
yang berkelanjutan, khususnya di bidang
Penguatan infrastruktur pendukung, R&D serta jaminan harga kendaraan listrik
khususnya SPKLU, diperlukan untuk yang berdaya saing bagi masyarakat ke
mendorong akselerasi pengunaan depan.
kendaraan listrik. Hingga 2021, terdapat 147
unit SPKLU yang tersedia dan PLN menargetkan Dari sisi akses pasar, afiliasi yang terjadi
akan mengakselerasi pembangunannya di sepanjang rantai nilai produksi nikel
hingga mencapai 24,7 ribu di tahun ternyata mampu menarik investasi
2030. Saat ini terdapat dua skema yang dari beberapa industri hilirisasi nikel
pengembangan SPKLU yang dikembangkan lainnya. Terlepas dari afiliasi yang kuat
88
P1: Perbaikan Faktor Produksi kapasitas industri hilir yang signifikan. Kondisi
tersebut menjadi potential opportunity loss
Percepatan pembangunan smelter penting dari nilai tambah olahan tembaga yang
untuk menyerap kelebihan pasokan bijih relatif besar. Selain itu, kebutuhan produk
tembaga yang saat ini masih diekspor. hilir industri tembaga juga berpeluang
Perkembangan pembangunan smelter semakin meningkat seiring pengembangan
tembaga di Jawa Timur per Juni 2022 industri otomotif untuk produk kendaraan
mencapai 11,1% dan dijadwalkan akan selesai listrik dan peningkatan penggunaan energi
pada 2024. Beberapa kendala di daerah hijau yang ramah lingkungan. Oleh karena
yang perlu diselesaikan ialah percepatan itu, perlu dilakukan penguatan industri hilir,
pembangunan infrastruktur jalan tol dan baik dari sisi kapasitas maupun efektivitas
kepastian pasokan air bersih di Kawasan LVC hasil olahan tembaga. Selain itu, perlu
Java Integrated Industrial and Port Estate pengembangan industri forming di bagian
(JIIPE) yang membutuhkan air baku hilir untuk meningkatkan penyerapan
sebanyak 600 liter/detik. Sementara itu, domestik dan sebagai upaya untuk
progress pembangunan smelter di NTB telah mendorong penguatan kapasitas produksi
mencapai 27,6% dan dijadwalkan selesai dalam negeri.
pada 2023. Oleh karenanya, diperlukan
dukungan dari sisi fiskal maupun nonfiskal P2: Pengaturan dan Kelembagaan
untuk mengoptimalkan nilai keekonomian
smelter tembaga. Diperlukan perluasan cakupan penerima
insentif harga gas industri. Saat ini, industri
Pengembangan industri forming tembaga tembaga belum masuk dalam sektor
juga perlu didorong sejalan dengan industri penerima insentif harga gas industri
penguatan kapasitas industri hulu untuk sebesar 6 dolar AS per MMBTU. Jika kebijakan
mendorong penguatan kapasitas produksi ini diberlakukan bagi industri hilirisasi
dalam negeri. Produksi katoda tembaga tembaga, biaya produksi akan dapat ditekan
yang saat ini sebesar 325 ribu ton per tahun, mengingat komponen biaya energi relatif
belum dapat mengimbangi kapasitas tinggi. Insentif ini akan mampu mendorong
industri hilir tembaga Indonesia yang dapat kinerja produksi sekaligus meningkatkan
mencapai 550 ribu ton per tahun. Namun daya saing produk olahan tembaga
upaya untuk mendorong peningkatan domestik.
produksi sisi hulu terus dilakukan dengan
target mencapai 1,15 juta ton (naik 253,8% Diperlukan kebijakan tarif impor pada
dibandingkan tahun 2021). Jumlah tersebut sejumlah produk turunan tembaga.
diperkirakan tidak akan dapat secara Penerapan tarif impor yang lebih tinggi
optimal diserap oleh industri hilir dalam pada produk hilir tembaga juga diperlukan
negeri apabila tidak terdapat penambahan untuk membatasi tingginya impor produk
89
BAB 5
Transisi Menuju
Industri Hijau
Sumber : Our World in Data (2022) Sumber: AON - Weather, Climate & Catastrophe Insight (2020)
Grafik 5.1. Perkembangan Rata-Rata Temperatur Global Grafik 5.2. Kerugian Ekonomi Global Akibat
Cuaca Ekstrem
Grafik 5.3. Estimasi Kerugian Ekonomi Indonesia Akibat Grafik 5.4. Skenario Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Cuaca Ekstrem Ekonomi Indonesia
93
Tabel 5.1. Proyeksi BaU dan Reduksi Emisi GRK dari setiap kategori sektor
Saat ini, transisi hijau Indonesia relatif melalui The Green Future Index 2021 yang
tertinggal dibandingkan dengan negara memasukkan Indonesia ke dalam kelompok
mitra. Berdasarkan Global Green Economy Climate Laggards, yaitu kelompok negara
Index™ (GGEI)5 yang dikeluarkan oleh Dual dengan upaya perbaikan ekosistem dalam
Citizen, Indonesia berada pada peringkat rangka perbaikan iklim yang relatif lambat.
154 dari 160 negara, bahkan menjadi Kondisi ini menjadi gambaran upaya
yang terendah di antara negara ASEAN transisi hijau Indonesia masih rendah dan
pada 2022. Fakta serupa dikeluarkan oleh menjadi risiko dalam upaya pencapaian
MIT Technology Review Insights (2021) target penurunan emisi Indonesia.
5
GGEI dikeluarkan oleh Dual Citizen, dihitung berdasarkan 18 indikator yang dibagi ke dalam 4 dimensi, yaitu climate change & social equity;
sector decarbonization; markets & investment; dan environmental health.
95
Sumber: Dual Citizen (2022) Sumber: MIT Technology Review Insights (2021)
Grafik 5.5. Global Green Economy Index (GGEI) 2022 Grafik 5.6. Tingkat Kesiapan Transisi Hijau per Negara
Transisi pada sektor industri manufaktur emisi tidak langsung dari penggunaan
menjadi salah satu kunci pencapaian energi. Di Indonesia sendiri, Kementerian
perubahan iklim. Hal ini tidak terlepas dari Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
peran sektor industri manufaktur sebagai (2021) mencatat bahwa dari 810 ribu6 Gg
kontributor emisi terbesar, khususnya CO2e emisi pada 2019, 30,07% di antaranya
dalam hal penggunaan energi. World dihasilkan secara langsung oleh sektor
Resource Institute (2020) mencatat bahwa industri manufaktur dan konstruksi.
secara global, sektor industri manufaktur Catatan tersebut belum termasuk emisi
berkontribusi atas 29,4% produksi CO2e pada tidak langsung yang dihasilkan oleh sektor
2020, baik emisi yang dihasilkan secara energi, dengan sektor manufaktur sebagai
langsung dari kegiatan produksi maupun salah sektor pengguna energi terbesar.
Percepatan transisi pada sektor industri energi fosil, EBT menghasilkan emisi yang
manufaktur di Indonesia dapat didorong jauh lebih rendah. Sebagai contoh, emisi
melalui efisiensi energi, pemanfaatan dari Solar Photovoltaics (Solar PV) hanya
energi bersih, serta Energi Baru dan sebesar 85 ton CO2e/GWh, jauh lebih
Terbarukan (EBT). Hal ini tidak terlepas dari rendah dibandingkan bahan bakar fosil,
penggunaan energi di Indonesia masih seperti batubara yang mencapai 888
didominasi oleh bahan bakar berbasis ton CO2e/GWh. Sejauh ini, upaya transisi
fosil. Berdasarkan publikasi Kementerian energi telah berhasil meningkatkan kinerja
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) penurunan emisi karbon di Indonesia.
(2021), porsi EBT dalam bauran energi Pada 2021, Indonesia berhasil menurunkan
nasional pada 2021 mencapai 11,5%. Angka tingkat emisi karbon hingga 69,5 juta ton
ini ditargetkan mencapai 23% pada 2025 CO2, melebihi target 67 juta ton CO2. Ke
dan 31% pada 2030. Dibandingkan dengan depan, transisi menuju EBT ini diperkirakan
6
Tidak termasuk emisi akibat kebakaran hutan dan gambut.
96
akan dipercepat untuk memenuhi target karbon yang masif secara global berimplikasi
NDC dalam mendukung NZE pada 2050. pada negara yang tidak menerapkan
kebijakan ini. Jika implementasi ekonomi
Transisihijaupadasektorindustrimanufaktur hijau suatu negara masih terbatas atau
penting untuk menjaga daya saing produk tidak menerapkan kebijakan pajak karbon
manufaktur Indonesia di pasar global. Hal ini yang memadai sehingga penurunan emisi
berkaitan dengan salah satu tren kebijakan karbonnya rendah, negara tersebut akan
nilai ekonomi karbon yang akan diterapkan terkena pajak karbon oleh negara lain. Contoh
oleh berbagai negara, yaitu pengenaan dampak yang akan terjadi pada negara
nilai ekonomi karbon. Nilai ekonomi karbon tersebut dapat dicermati pada rencana
adalah pemberian harga (valuasi) atas emisi implementasi Carbon Border Adjustment
GRK/karbon yang dihasilkan. Penerapan Mechanism (CBAM) oleh Uni Eropa.
nilai ekonomi karbon diharapkan dapat
mengakselerasi perubahan pada proses Kebijakan CBAM oleh Uni Eropa menjadi
produksi, konsumsi, dan investasi oleh risiko bagi Indonesia yang belum
industri sehingga mendukung pertumbuhan menerapkan nilai ekonomi karbon. CBAM
yang rendah karbon. Berdasarkan praktiknya merupakan kebijakan pengukuran harga
secara umum, instrumen nilai ekonomi karbon yang terkandung dalam barang
karbon terdiri atas instrumen perdagangan yang diimpor oleh Uni Eropa sesuai dengan
dalam bentuk perdagangan izin emisi Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa. Importir
(Emission Trading System) dan offset emisi akan diwajibkan membeli sertifikat karbon
(Crediting Mechanism). Selain itu, terdapat sesuai harga karbon yang seharusnya
pula instrumen nonperdagangan dalam dibayarkan dengan tingkat harga barang
bentuk pungutan atas karbon (Carbon Tax) yang diproduksi di bawah aturan penetapan
dan pembayaran berbasis hasil (Result harga karbon Uni Eropa. Kebijakan yang
Based Payment). Penerapan nilai ekonomi akan dimulai secara bertahap pada 2023
karbon di Indonesia direncanakan akan sampai dengan 2026 dikeluarkan untuk
dimulai dengan pengenaan pungutan atas mendukung target Uni Eropa sebagai
karbon atau pajak karbon, diikuti dengan benua pertama yang mencapai karbon
implementasi perdagangan karbon. netral pada 2050. Pada tahap awal, CBAM
Penerapan kebijakan tersebut diharapkan akan diimplementasikan pada beberapa
mendorong pelaku usaha pada industri komoditas yang dianggap menyumbang
manufaktur untuk bertransformasi menjadi emisi karbon paling tinggi, yaitu semen,
industri hijau, terutama melalui investasi aluminium, pupuk, produksi energi listrik,
hijau. serta besi dan baja. Meskipun saat ini ekspor
Indonesia tujuan Uni Eropa untuk komoditas-
Secara global, carbon pricing didesain untuk komoditas tersebut masih rendah, namun
mendorong partisipasi seluruh negara tetap harus dicermati mengingat terdapat
dalam pencapaian target penurunan emisi rencana perluasan cakupan komoditas
GRK. Berdasarkan laporan State and Trends CBAM tersebut pada masa mendatang.
of Carbon Pricing 2022 yang dirilis oleh World Selain itu, kebijakan serupa juga diprakirakan
Bank, sebanyak 68 instrumen nilai ekonomi akan banyak diterapkan negara atau
karbon telah diterapkan secara global kawasan lainnya.
hingga April 2022. Penerapan nilai ekonomi
97
Transisi hijau menuju net zero emission GRK yang telah ditetapkan selama periode
memerlukan biaya transisi yang besar. 2018-2030 mencapai 247 miliar dolar AS.
Berdasarkan laporan Indonesia Second Biaya tersebut mencakup beberapa sektor,
Biennial Update Report tahun 2018, estimasi yaitu energi, limbah, pertanian, kehutanan,
biaya yang dibutuhkan oleh Indonesia dan termasuk di antaranya sektor industri.
untuk mencapai target penurunan emisi
Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Pembiayaan untuk Mencapai Target Penurunan Emisi periode 2018-2030
*) tidak termasuk biaya penurunan emisi tahapan produksi kayu, biaya teknologi baru yang mungkin muncul
setiap tahapan, dan biaya teknologi manajemen lahan gambut
Note: Estimasi kebutuhan biaya disusun secara konservatif untuk mencapai target penurunan emisi GRK pada
Skenario CM2
99
Biaya transisi yang besar ini menjadi relatif mahal dan pada saat operasional
alasan utama transisi hijau pada sektor membutuhkan energi 20% lebih tinggi
industri manufaktur perlu terus didorong, (International Energy Agency, 2021).
terutama berkaitan dengan peningkatan
teknologi mesin produksi. Berdasarkan Biaya transisi yang tinggi juga dipengaruhi
hasil audiensi dengan beberapa pelaku oleh jumlah industri pendukung
usaha pada awal 2022, mayoritas industri berorientasi hijau yang masih minim.
masih menggunakan mesin industri yang Salah satu contohnya adalah implementasi
sudah lama dimiliki sehingga teknologinya penggunaan panel surya sebagai alternatif
relatif tertinggal dari teknologi yang sumber energi listrik industri. Biaya
ada saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan pemasangan panel surya yang masih
restrukturisasi proses dan permesinan sangat tinggi dipicu oleh komponen panel
untuk meningkatkan efisiensi produksi serta surya di Indonesia yang sebagian besar
bertransisi ke arah industri hijau. Sebagai berasal dari impor. Data menunjukkan
contoh pada industri logam, mayoritas bahwa impor komponen panel surya terus
industri produsen besi baja yang beroperasi mengalami peningkatan dalam beberapa
di Indonesia masih menggunakan waktu terakhir. Hal ini mengindikasikan
teknologi lama dengan tingkat emisi yang bahwa peningkatan permintaan panel
cukup tinggi, padahal teknologi produksi surya belum sepenuhnya mampu dipenuhi
besi baja yang lebih ramah lingkungan oleh industri dalam negeri. Oleh karena itu,
seperti hydrogen-based steel telah pengembangan industri pendukung terkait
banyak digunakan di Tiongkok. Teknologi sangat penting dalam upaya penurunan
ini terbukti menurunkan emisi hingga 90% biaya transisi industri hijau.
dibandingkan teknologi konvensional yang
ada, namun biaya teknologi ini masih
Biaya transisi yang tinggi ini dapat kebijakan ini juga berpotensi membatasi
berdampak pada daya saing produk akses keuangan global terutama terkait
ekspor. Beberapa negara di dunia saat dengan pembiayaan hijau.
ini telah menerapkan instrumen carbon
pricing. Penerapan ini berimplikasi negatif Selain faktor biaya transisi yang tinggi,
pada Indonesia sebagai negara yang penguasaan teknologi yang minim juga
belum menerapkan kebijakan carbon menjadi salah satu faktor penyebab transisi
pricing. Penerapan kebijakan ini berpotensi hijau pada sektor industri manufaktur
menurunkan daya saing produk ekspor masih perlu terus didorong. Kondisi ini
Indonesia terutama untuk komoditas berkaitan dengan kegiatan penelitian dan
yang menyumbang emisi karbon tinggi, pengembangan (research & development)
dikarenakan produk tersebut dikenakan di Indonesia yang rendah di tengah
tambahan pajak oleh negara pengimpor kapasitas SDM yang masih terbatas. Data
yang menerapkan kebijakan carbon OECD (2021) menunjukkan bahwa alokasi
pricing. Hal ini diprakirakan memengaruhi anggaran riset di Indonesia masih sangat
pertimbangan pelaku usaha untuk rendah dibandingkan dengan negara
berinvestasi di Indonesia, terutama pusat penelitian dan pengembangan
pada investasi terkait komoditas yang dunia seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan
menyumbang emisi karbon tinggi, seperti Jepang. Bahkan, jika dibandingkan dengan
semen, aluminium, pupuk, serta besi negara peers seperti Thailand dan Malaysia,
dan baja. Selain itu, beberapa negara Indonesia juga masih tertinggal. Sementara
di dunia terutama di wilayah Eropa itu, upaya penurunan emisi sangat erat
menerapkan hambatan impor atas produk kaitannya dengan penggunaan teknologi
perkebunan yang belum memenuhi No terkini. Di tengah kegiatan penelitian
Deforestation, No Expansion on Peat and No dan pengembangan di Indonesia yang
Exploitation (NDPE). Penerapan ini berisiko rendah, proses bisnis riset di Indonesia
menghambat ekspor produk unggulan juga masih dihadapkan pada sejumlah
Indonesia seperti CPO dikarenakan produk kendala. Salah satunya adalah keterkaitan
tersebut dianggap belum memenuhi yang rendah antara lembaga penelitian
NDPE. Penerapan berbagai kebijakan dan pengembangan sebagai penghasil
pengendalian iklim di negara tujuan ekspor teknologi dengan pengguna teknologi yaitu
juga dapat menurunkan minat investasi industri. Dari sisi lembaga penelitian dan
di Indonesia, khususnya investasi dari pengembangan, kendala yang dihadapi
negara-negara investor pro kebijakan di antaranya adalah keterbatasan jumlah
rendah karbon. Selain kedua risiko tersebut, SDM peneliti, program penelitian dan
101
pengembangan yang ada saat ini belum yang terbatas terkait teknologi yang telah
sepenuhnya memenuhi kebutuhan industri dihasilkan oleh lembaga penelitian dan
dan masih sangat berorientasi pada pengembangan. Selain itu, keterbatasan
keilmuan, serta sebagian besar sarana SDM peneliti di industri, keterbatasan
masih berskala kecil. Dari sisi industri anggaran penelitian dan pengembangan
sebagai pengguna teknologi, kendala yang oleh industri, serta risk appetite industri yang
dihadapi di antaranya adalah minat industri masih minim dalam menanggung risiko
yang minim untuk melakukan penelitian kegagalan penelitian dan pengembangan
dan pengembangan dikarenakan sebagian juga menjadi faktor yang memengaruhi
besar aktivitas tersebut telah dilakukan oleh aktivitas penelitian dan pengembangan
perusahaan induk industri di luar negeri. Hal pada industri yang rendah.
tersebut disertai pula dengan informasi
Di sisi lain, transisi industri hijau juga arah hijau belum menjadi prioritas industri.
terkendala oleh pembiayaan yang yang Transisi hijau juga membutuhkan investasi
relatif masih terbatas. Dari sisi permintaan, besar dan berisiko tinggi karena ekosistem
keterbatasan pembiayaan dipengaruhi hijau belum sepenuhnya terbentuk. Selain
oleh beberapa faktor, seperti permintaan itu, keterbatasan insentif terkait investasi
yang masih rendah dikarenakan transisi ke hijau serta proses sertifikasi yang berbiaya
102
Sumber: Green Infrastructure Investment Opportunities: Indonesia, Climate Bond Initiatives (2022)
lainnya adalah pada bidang transportasi. Vehicle) untuk Transportasi Jalan sebagai
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan komitmen untuk mendorong transportasi
Presiden (Perpres) No. 55 tahun 2019 tentang hijau ke depan.
Percepatan Program Kendaraan Bermotor
Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric
Sumber: ASEAN Sustainable Finance State of the Market 2021, Climate Bond Initiatives (2022)
Grafik 5.10. Perkembangan Penerbitan GSS Bond oleh 6 Negara ASEAN Tahun 2016-2021
Grafik 5.11. Perkembangan Jumlah Industri Penerima Program Penghargaan Industri Hijau
106
7
Taksonomi ini merupakan acuan klasifikasi sektor berdasarkan
kegiatan usaha yang mendukung upaya perlindungan
lingkungan hidup dan mitigasi serta adaptasi perubahan iklim
(OJK, 2021)
108
Anggaran Perubahan Iklim (Climate (KBL BB). Spesifik bagi industri, Pemerintah
Budget Tagging8) dalam APBN sebagai melalui Kementerian Perindustrian juga
bentuk komitmen Pemerintah untuk telah memberikan insentif nonfiskal melalui
mendukung investasi ke arah hijau. Selama berbagai program pembiayaan dalam
periode 2016-2021, Pemerintah telah rangka menurunkan emisi pada industri.
mengalokasikan anggaran perubahan Insentif yang diberikan adalah dalam
iklim rata-rata 4,1% dari total belanja bentuk bantuan pembiayaan revitalisasi
(Kementerian Keuangan, 2022). Selain itu, dan restrukturisasi mesin industri, kredit
Pemerintah secara konsisten menerbitkan karbon Joint Crediting Mechanism (JCM)
“Green Sukuk” dalam beberapa tahun Indonesia-Jepang, dan Green Climate
terakhir untuk membiayai proyek ramah Fund Project (kerjasama pendanaan
lingkungan. Meskipun demikian, kapasitas dari UNFCCC untuk Indonesia). Selain itu,
APBN untuk mendanai proyek ramah terdapat beberapa program lainnya yaitu
lingkungan masih relatif rendah sehingga proyek penggunaan Refused Derived Fuel
diperlukan peranan sektor swasta untuk (RDF) pada industri semen dan kerjasama
mendukung pembiayaan tersebut. Salah proyek Clean Development Mechanism
satu upaya yang dilakukan Pemerintah (CDM), bantuan Instalasi Pengolahan
adalah dengan membentuk Indonesia Air Limbah (IPAL) pada sentra industri
Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan bekerjasama dengan United Nations
Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Development Programme (UNDP) dan pilot
(BPDLH). Kedua lembaga ini dibentuk project mini depo. Selain itu, terdapat pula
bertujuan untuk mengelola pembiayaan proyek Indonesia-Jepang melalui Energy
hijau yang diperoleh dari dalam dan luar Conservation Center Japan (ECCJ) untuk
negeri secara optimal. 9 perusahaan pada industri semen, baja,
pulp dan kertas serta TPT.
Kebijakan untuk mendorong pembiayaan
dari lembaga keuangan domestik juga Upaya akselerasi transisi hijau
perlu terus diperkuat, di antaranya melalui memerlukan penguatan bisnis proses
pengaturan terkait roadmap, instrumen, penelitian dan pengembangan. Beberapa
dan insentif pembiayaan. Pemerintah langkah yang perlu menjadi prioritas
terus mengembangkan kerangka kerja perbaikan, di antaranya adalah mendorong
obligasi hijau dan sukuk hijau (Green Bond perubahan pola pikir penelitian dari orientasi
and Green Sukuk Framework) sebagai keilmuan menjadi orientasi pengguna
panduan pembiayaan obligasi dan sukuk (kebutuhan masyarakat dan industri).
hijau. Untuk mendorong pembiayaan dari Perguruan tinggi perlu menyusun peta
sisi swasta, OJK mengeluarkan “Roadmap jalan (roadmap) inovasi sesuai dengan
Keuangan Berkelanjutan” guna mendukung kebutuhan pembangunan wilayah dan
pengembangan keuangan berkelanjutan. potensinya. Peran lembaga intermediasi
Roadmap ini didukung oleh regulasi yaitu seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) kepada Masyarakat (LPPM) perlu terus
No. 51 tahun 2017 tentang Penerapan ditingkatkan dan diorientasikan untuk
Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga mendorong penelitian yang berbasis pada
Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan kebutuhan masyarakat dan industri. Selain
Publik. Aturan tersebut juga mengatur itu, diperlukan pengembangan lembaga-
instrumen obligasi hijau yang penerbitannya lembaga intermediasi lainnya, seperti Pusat
diatur lebih lanjut melalui POJK No. 60 tahun Inovasi, Science Techno Park (STP), serta
2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Inkubator untuk mendukung pengembangan
Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan aktivitas penelitian dan pengembangan ke
(Green Bond). Selain itu, OJK juga telah depan.
memiliki insentif untuk mendukung program
kendaraan bermotor ramah lingkungan.
8
Penandaan Anggaran Perubahan Iklim merupakan proses
Salah satunya adalah dengan memberikan memberikan tanda dalam dokumen perencanaan dan
insentif penyediaan pembiayaan untuk penganggaran untuk menelusuri dan mengidentifikasi output
tujuan pengembangan industri hulu dari serta anggaran pengendalian perubahan iklim (Kementerian
Keuangan, 2021)
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
109
surya sendiri saat ini baru mencapai 150 MW listrik EBT tenaga surya telah setara dengan
atau 0,08% dari potensinya. Padahal secara harga global dan berpotensi lebih rendah ke
teknis, biaya pembangkit EBT tenaga surya depannya. Hal ini sejalan dengan komitmen
jauh lebih murah dibandingkan dengan Pemerintah untuk mendorong investasi
EBT lainnya seperti tenaga angin. Biaya PLTS ke depan guna memenuhi target EBT
EBT tenaga surya juga terus menunjukkan dalam bauran energi nasional.
penurunan, bahkan saat ini harga jual
Sumber: Institute for Essential Services Reform (IESR) Sumber: Institute for Essential Services Reform (IESR)
Grafik 5.13. Perbandingan Biaya Energi EBT Tenaga Surya Grafik 5.14. Perbandingan Harga Jual-Beli Listrik PLTS
dan Tenaga Angin
Selain perbaikan pada aspek pembiayaan, emisi yang tinggi, seperti industri otomotif,
litbang, dan industri pendukung, logam dasar, dan elektronik tercatat masih
Pemerintah perlu menerapkan prioritisasi sangat minim. Dengan mempertimbangkan
program industri hijau guna meningkatkan keterbatasan sumber daya dalam bentuk
efektivitas transisi hijau di sektor industri. anggaran maupun SDM yang tersedia,
Hal ini didasarkan pada pencapaian Pemerintah dapat fokus mendorong
program industri hijau, dimana saat ini implementasi industri hijau pada industri-
mayoritas industri yang telah berpartisipasi industri yang menghasilkan emisi tinggi.
merupakan industri dengan kontribusi emisi Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah
yang rendah, seperti industri makanan dan untuk mempercepat penerbitan Standar
minuman, alas kaki, dan TPT. Sementara itu, Industri Hijau (SIH) pada industri yang
tingkat partisipasi industri dengan tingkat menghasilkan emisi tinggi tersebut.
BAB 6
Rekomendasi dan
Koordinasi Kebijakan
Tantangan struktural yang dihadapi hulu dengan hilir; (ii) peningkatan kualitas
oleh industri manufaktur memberikan dan kapabilitas SDM sehingga dapat
pelajaran bahwa perumusan strategi mendorong penciptaan inovasi produk;
kebijakan berdasarkan asesmen secara (iii) peningkatan akses pembiayaan dari
end-to-end perlu dilakukan. Strategi lembaga keuangan untuk menopang
kebijakan tersebut difokuskan pada aspek perbaikan kapasitas industri; (iv)
penguatan linkage untuk mendukung optimalisasi kebijakan Import Substitution
peningkatan nilai tambah dalam Industrialization yang diselaraskan dengan
menopang ekspor bernilai tambah tinggi penguatan promosi penelitian dan
dan penguatan kapasitas produksi dalam pengembangan; serta (v) pemerataan dan
negeri. Selain itu, penguatan linkage ini juga perbaikan kualitas infrastruktur dasar di
diarahkan untuk menggerakkan ekonomi seluruh daerah.
antarwilayah dan transisi menuju ekonomi
hijau. Selain itu, dukungan regulasi dari
pemangku kebijakan, serta perluasan
Berdasarkan analisis secara end-to- akses penjualan dan promosi juga perlu
end terkait tantangan struktural yang ditingkatkan agar tercipta ekosistem bisnis
dihadapi dalam upaya meningkatkan yang menyeluruh. Dari tataran regulasi,
local value chain, mendorong hilirisasi, pemanfaatan kebijakan yang telah tersedia
dan bertransisi menuju industri hijau, perlu ditingkatkan agar memberikan
diperoleh sejumlah rekomendasi kebijakan dampak yang lebih optimal dalam
penting. Untuk meningkatkan local perekonomian. Sejumlah kebijakan yang
value chain pada industri dalam negeri, perlu diperkuat, antara lain harmonisasi
diperlukan upaya perbaikan faktor kebijakan antara pemerintah pusat dan
produksi yang dapat dititikberatkan pada daerah, peningkatan pemanfaatan insentif
5 (lima) kebijakan utama. Upaya tersebut super deductible tax untuk meningkatkan
meliputi (i) perbaikan tata niaga yang keterampilan SDM, serta penguatan
komprehensif untuk menghubungkan sisi implementasi peta jalan pengembangan
113
Kebijakan hilirisasi SDA dapat terus Upaya mendorong transisi menuju industri
diperkuat seiring dengan potensi hijau perlu dilakukan secara menyeluruh
pengembangan yang besar dalam dengan melibatkan berbagai pemangku
memperkuat struktur industri kebijakan. Industri berperan penting
manufaktur dalam negeri. Sejumlah dalam mendukung pencapaian target
kebijakan yang perlu dioptimalkan, pemerintah untuk menurunkan emisi gas
yakni (i) pengembangan produk hilir rumah kaca sampai dengan 41% pada
yang diselaraskan dengan penguatan 2030 sehingga perlu didukung dengan
implementasi RIPIN; (ii) keberlanjutan implementasi berbagai kebijakan utama.
pasokan agar dapat memberikan manfaat Penguatan kebijakan tersebut, meliputi
pada perekonomian secara berkelanjutan; (i) optimalisasi insentif dan regulasi untuk
(iii) percepatan pembangunan smelter meningkatkan investasi ke industri hijau;
untuk mengoptimalkan pasokan yang (ii) penciptaan akses pembiayaan yang
saat ini lebih diarahkan untuk ekspor; dan didukung dengan roadmap, instrumen,
(iv) pengembangan industri forming agar dan insentif pembiayaan; (iii) mendorong
dapat mendorong penciptaan produk program penelitian dan pengembangan
antara maupun produk jadi yang dapat untuk meningkatkan inovasi dan kapasitas
mengurangi penggunaan produk impor. SDM; (iv) pengembangan industri
pendukung produk ramah lingkungan; dan
Harmonisasi tarif impor hingga penguatan (v) optimalisasi program standardisasi
sosialisasi penggunaan produk EBT dan penghargaan hijau yang diinisiasi oleh
menjadi bagian yang tidak terpisahkan Kemenperin.
dalam strategi penguatan hilirisasi SDA.
Sinkronisasi tarif impor untuk kebutuhan Untuk mendukung implementasi berbagai
produksi perlu terus dikalibrasi agar dapat rekomendasi kebijakan tersebut, Bank
menyeimbangkan pembatasan produk Indonesia berkontribusi secara aktif
impor dengan tidak mengorbankan proses bersinergi lintas sektoral, di antaranya
produksi di dalam negeri. Pemerintah juga dalam rangka mendorong kapasitas
diharapkan dapat memperluas cakupan IKM/UMKM, pembiayaan, serta promosi
penerima insentif harga gas industri, seiring perdagangan dan investasi. Strategi
dengan pemanfaatan energi gas yang peningkatan kapasitas SDM bagi IKM/
besar dalam proses produksi hilirisasi SDA. UMKM dititikberatkan pada pelaksanaan
Sementara itu, dukungan infrastruktur program korporatisasi melalui penguatan
penunjang juga masih diperlukan untuk kelembagaan dan perluasan kemitraan
mendorong minat masyarakat beralih ke dengan pelaku usaha lainnya untuk
produk-produk turunannya. Penguatan meningkatkan skala ekonomi. Peningkatan
114
peta jalan Making Indonesia 4.0; (iii) Gambar 6.2. Penandatanganan NK BI dan Kemenperin
116
berjalan dengan cukup baik, didukung oleh pelatihan dan fasilitasi onboarding UMKM;
penerbitan IOMKI dan pemerataan program (iv) perluasan promosi perdagangan
vaksinasi bagi pekerja; (ii) penguatan dan investasi yang dipadukan dengan
bauran kebijakan antar lembaga untuk sosialisasi pemanfaatan LCS; dan (v)
menyukseskan PEN, termasuk pemfokusan penyusunan kajian bersama terkait
insentif usaha bagi IKM/UMKM dan model bisnis berbasis digital untuk IKM/
penerbitan paket kebijakan terpadu KSSK; UMKM, strategi penguatan LVC/substitusi
(iii) penguatan program pengembangan impor, dan penguatan strategi untuk
dan digitalisasi 4.0 IKM/UMKM, melalui pengembangan industri hijau
pelaksanaan rangkaian kegiatan
Perumusan kebijakan turut melibatkan pemenuhan bahan baku industri yang sulit,
pelaku usaha agar kebijakan yang terutama yang berasal dari impor karena
dihasilkan tepat sasaran dan tepat terkendala rantai pasok global.
manfaat. Hasil Focus Group Discussion (FGD)
mengindikasikan bahwa seluruh pelaku Berdasarkan hasil pemetaan dan
usaha mengalami penurunan penjualan identifikasi isu pada sektor usaha tersebut,
sebagai implikasi permintaan masyarakat KSSK menerbitkan Paket Kebijakan
yang terbatas imbas pandemi COVID-19. Terpadu yang terdiri dari 5 (lima)
Keterbatasan permintaan tersebut kebijakan utama. Kebijakan-kebijakan
berdampak pada pendapatan usaha yang tersebut terdiri dari : (i) kebijakan insentif
menurun sehingga memengaruhi arus kas/ fiskal serta dukungan belanja pemerintah
likuiditas perusahaan. Di sisi lain, pelaku dan pembiayaan; (ii) kebijakan moneter,
usaha juga dihadapkan pada kendala akses makroprudensial, dan sistem pembayaran;
kredit yang sulit, sejalan dengan persepsi (iii) kebijakan prudensial sektor keuangan;
risiko dari pihak perbankan yang turut (iv) kebijakan penjaminan simpanan; dan
mempertimbangkan kondisi perekonomian. (v) kebijakan penguatan struktural.
Adapun kendala lainnya ialah terkait dengan
industri pengolahan yang dapat dilakukan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I).
secara cepat (quickwin) berdasarkan Secara keseluruhan, didapatkan total 103
kerangka two pronged approach10. Kedua, kendala yang selama ini dihadapi oleh
24 subsektor prioritas pemulihan ini juga pelaku usaha, dengan permasalahan yang
dilihat potensinya dalam mendorong ekspor cukup beragam, dari ketersediaan bahan
dan PDB di tengah pandemi COVID-19. baku domestik, regulasi, sampai dengan
Berdasarkan kedua kriteria ini, diperoleh 8 hambatan perdagangan.
industri prioritas yang dapat mendukung
akselerasi pemulihan secara signifikan, yaitu Pemilihan kendala kritikal ditetapkan
industri makanan dan minuman; industri melalui 3 kriteria utama, yakni repetisi
petrokimia; industri alas kaki; industri karet kendala, feasibility kebijakan, dan
olahan; industri TPT; industri pulp & paper; jangka waktu. Pemilihan repetisi kendala
industri logam dasar; dan industri alat mengacu pada database yang telah
angkutan. disusun sebelumnya. Sementara feasibility
kebijakan dan jangka waktu didasari
Untuk menggali kendala kritikal yang oleh prakiraan ketersediaan maupun
dihadapi dan mendukung perumusan rekomendasi kebijakan yang diusulkan oleh
kebijakan debottlenecking pada 8 pelaku usaha. Berdasarkan kriteria tersebut,
industri prioritas tersebut, dilakukan FGD didapatkan 24 kendala kritikal yang perlu
bersama asosiasi dan pelaku usaha. ditindaklanjuti. Dari total 24 kendala
Guna menggali informasi terkait kendala tersebut, mayoritas dikemukakan oleh
yang dihadapi secara lebih komprehensif, industri logam dasar, diikuti oleh industri
telah diselenggarakan berbagai FGD makanan dan minuman, serta industri
dengan sejumlah asosiasi pelaku usaha, pulp & paper. Sementara itu, kendala yang
antara lain Gabungan Produsen Makanan paling banyak dirasakan oleh pelaku usaha
Minuman Indonesia (GAPMMI), Gabungan ialah bersifat regulasi dan kelembagaan,
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia dilanjutkan oleh perbaikan faktor produksi,
(GAIKINDO), dan Asosiasi Perusahaan dan promosi/akses pasar di urutan terakhir.
10
Penjelasan mengenai two pronged approach dapat dilihat pada Boks 1.
124
Daftar Pustaka
ADB. (2015). Development and Modern Industrial Policy in Practice. ADB.
ADB. (2016). Manufacturing as the Key Engine of Economic Growth for Middle-In
come Economies. ADB.
AON. (2020). Weather, Climate & Catastrophe Insight Annual Report. AON. Asian
Development Bank. (2022). News Release: ADB, Indonesia, the Philippines
Launch Partnership to Set Up Energy Transition Mechanism. Retrieved from
Asian Development Bank: https://www.adb.org/news/adb-indonesia-philp-
pines-launch-partnership-set-energy-transition-mechanism
Badan Pusat Statistik. (2021). Direktori Industri Manufaktur 2021. Badan Pusat
Statistik.
Bank Indonesia. (2019). Siaran Pers - Pemerintah dan Bank Indonesia Menyepakati
Enam Langkah Strategis Mengakselerasi Penguatan Industri Manufaktur.
Climate Bond Initiatives. (2022). ASEAN Sustainable Finance State of the Market
2021. Climate Bond Initiatives.
Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM. (2022, January 17). Siaran Pers No.
25.Pers/04/SJI/2022 tanggal 17 Januari 2022 “Ini Capaian Kinerja Tahun 2021
dan Rencana Kerja 2022 Subsektor EBTKE".
DKEM (2019). Kajian Mengenai Regional Export Value Chain dan Integrasi Lini
Produksi Regional dalam Perekonomian Domestik. Laporan Hasil Penelitian,
November 2019.
DKEM (2020). Pemetaan Regional Value Chain Produk Ekspor Manufaktur Indonesia
dan Implikasi Kebijakan Penguatannya. Laporan Hasil Penelitian, September 2020.
Dual Citizen. (2022). Results from the 2022 Global Green Economy Index™ (GGEI). Dual
Citizen.
Ge, M., Friedrich, J., & Vigna, L. (2020). 4 Charts Explain Greenhouse Gas Emissions
by Countries and Sectors. World Resource Institute.
Gray, C., & Haller, T. (2021). The Economics of Climate Change: Impacts for Asia.
Swiss Re Institute.
Herzog, T. (2009). World Greenhouse Gas Emissions in 2005. World Resource Institute.
Institute for Essential Services Reform. (2022). Technical Report: A Roadmap for
Indonesia’s Power Sector. Institute for Essential Services Reform.
Institut Teknologi Bandung. (2022). FGD Hilirisasi Nikel Sebagai Bahan Baku Baterai
Listrik: Risiko Limbah dan Upaya Mendorong Penggunaan Teknologi Ramah
Lingkungan. Jakarta, 15 Februari 2022
Intergovernmental Panel on Climate Change. (2018). Global Warming of 1.5 ºC. IPCC
Special Report.
International Energy Agency. (2021). Net Zero by 2050 A Roadmap for the Global
Energy Sector. International Energy Agency.
Kementerian Perindustrian. (2020). Bahan Paparan FGD Hilirisasi Industri Barang Tambang
untuk Mendukung Penurunan Defisit Transaksi Berjalan. 30 Januari 2020.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (2021). Siaran Pers - Penguatan Stabilitas Sistem
Keuangan Dan Paket Kebijakan Terpadu Untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia
Usaha Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi.
132
MIT Technology Review Insights. (2021). The Green Future Index 2021. Retrieved from
https://mittrinsights.s3.amazonaws.com/GFI/Report2021.pdf.
Monetary Authority of Singapore (MAS). (2022). Sustainable Bond Grant Scheme. Retrieved
OECD. (2020). Gross Domestic Spending on R&D. Retrieved from OECD Data:
https//data.oecd.org/rd/gross-domestic-spending-on-r-d.htm
Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Siaran Pers: Insentif OJK untuk Dukung Program Kendaraan
Bermotor Ramah Lingkungan. Retrieved from Otoritas Jasa Keuangan: https://
www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Insentif-OJK-untuk-
Dukung-Program-Kendaraan-Bermotor-Ramah-Lingkungan-.aspx
Otoritas Jasa Keuangan. (2022). Taksonomi Hijau Indonesia Edisi 1.0. Jakarta.
Payet, J. (2021). Assessment of Carbon Footprint for the Textile Sector in France.
Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI).
Securities Commission (SC) Malaysia. (2022). SRI Sukuk and Bond Grant
Scheme. Retrieved from Securities Commission (SC) Malaysia: https://www.
sc.com.my/development/sri
The United Nations Framework Convention On Climate Change. (2022). The Paris
Agreement. Retrieved from The United Nations Framework Convention On
Climate Change: https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-
agreement/the-paris-agreement
UNIDO. (2017). 3 strategi untuk tingkatkan ekspor, salah satunya LVC. UNIDO
World Bank. (2020). The Human Capital Index 2020 Update: Human Capital in the
Time of COVID-19. World Bank.
World Bank. (2022). State and Trends of Carbon Pricing. World Bank.
133
Lampiran
Daftar Istilah
Istilah Arti
Carbon pricing Pemberian harga (valuasi) atas emisi Gas Rumah Kaca (GRK)/karbon
Carbon Pricing Inisiatif kebijakan terkait carbon pricing, baik dalam bentuk emissions
Initiatives trading systems (ETS) ataupun carbon tax (pajak karbon)
Clean
Mekanisme penurunan emisi GRK dalam rangka kerja sama negara
Development
industri dengan negara berkembang
Mechanism
Container
Daftar pemesanan jual dan beli kontainer
orderbook
Cross-cutting Isu yang dianggap penting dan memengaruhi hampir bagi setiap
issues aspek ekonomi
Istilah Arti
Defisit pada komponen neraca pembayaran Indonesia yang
Defisit transaksi
meliputi, neraca perdagangan, jasa-jasa, pendapatan primer, dan
berjalan
pendapatan sekunder
Proses alih media dari bentuk fisik, tercetak, audio, maupun video
Digitalisasi
menjadi bentuk digital
Emisi Gas Rumah Lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka
Kaca waktu tertentu
135
Istilah Arti
Energi yang berasal dari sumber energi baru (sumber energi yang
dapat dihasilkan oleh teknologi baru, baik yang berasal dari sumber
energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain
nuklir, hidrogen, gas metana batubara (coal bed methane), batubara
tercairkan (liquified coal), dan batubara tergaskan (gasified coal)
Energi Baru dan sumber energi terbarukan (sumber energi yang dihasilkan dari
Terbarukan sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik,
antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan
terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut) jika
dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar
matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu
lapisan laut)
Titik atau daerah yang menjadi sumber kekuatan atau kejutan bagi
Episentrum
ekonomi yang besar
Export Similarity Indeks yang mengukur tingkat kemiripan produk ekspor antara dua
index negara
Istilah Arti
Fasilitas
Fasilitas yang digunakan untuk memensiunkan dini Pembangkit
Pengurangan
Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia
Emisi
Foreign Direct Arus modal internasional dalam bentuk investasi secara langsung
Investment yang dilakukan oleh negara lain di negara penerima investasi
High Income Negara dengan pendapatan nasional kotor per kapita 12.696 dolar AS
Country atau lebih (2020)
Upaya penguatan sisi hilir dari rantai industri, antara lain dengan
Hilirisasi mendorong agar industri manufaktur dapat memproduksi produk
jadi dan produk turunan
137
Istilah Arti
Teknologi pengolahan dan pemurnian nikel limonit dengan
HPAL (High melarutkannya dalam wadah bertekanan atau suhu tinggi
Pressure Acid (autoclave) dan selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dari larutan
Leaching) konsentrat untuk mendapat mineral yang lebih murni, yaitu nikel
dan kobalt
Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
Inflasi
dalam jangka waktu tertentu
Seluruh struktur dan juga fasilitas dasar, baik fisik maupun sosial
Infrastruktur seperti bangunan, pasokan listrik, jalan, dan jembatan yang
dibutuhkan untuk aktivitas ekonomi masyarakat
138
Istilah Arti
Penciptaan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan
Inklusif masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, serta
mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah
Izin Usaha
Izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk
Penyediaan
kepentingan umum
Tenaga Listrik
Istilah Arti
Lingkungan Situasi internal dan eksternal negara, baik yang bersifat statis
strategis maupun dinamis, yang memengaruhi pencapaikan tujuan nasional
Istilah Arti
Proses pengelolaan, pemindahan serta penyimpanan barang
Logistik produksi, suku cadang ataupun barang jadi dari para penyedia ke
konsumen
Low carbon
Listrik yang diproduksi menggunakan pembangkit rendah karbon
electricity
Low carbon
Produk yang diproduksi menggunakan pembangkit rendah karbon
product
Low emission
Kendaraan dengan kandungan emisi yang rendah
vehicles
Lux car Jenis mobil mewah yang menyediakan kenyamanan kelas atas
Middle income Negara dengan pendapatan nasional kotor per kapita antara 1.036-
country 12.535 dolar AS atau lebih (2021)
Neraca Neraca yang mencatat nilai ekspor dan impor suatu negara pada
perdagangan periode tertentu, diukur menggunakan mata uang yang berlaku
141
Istilah Arti
Net fixed asset Nilai aset tetap suatu perusahaan secara neto
Nilai Ekonomi Nilai terhadap setiap unit emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
Karbon kegiatan manusia dan kegiatan ekonomi
Obligasi Hijau/
Efek bersifat utang yang dana hasil penerbitannya digunakan untuk
Obligasi
membiayai atau membiayai ulang sebagian atau seluruh kegiatan
Berwawasan
usaha berwawasan lingkungan
Lingkungan
Offset Emisi/
Pengurangan emisi GRK yang dilakukan oleh usaha dan/atau
Pengimbangan
kegiatan untuk mengompensasi emisi yang dibuat di tempat lain
Emisi GRK
Pajak Penghasilan
Pajak terutang yang dibayar oleh pemerintah dengan pagu
ditanggung
anggaran yang telah ditetapkan dalam APBN, kecuali ditentukan lain
Pemerintah
dalam Undang-undang mengenai APBN
(PPh DTP)
Pajak
Pajak yang dikenakan kepada konsumen atas setiap pertambahan
Pertambahan
nilai dari suatu barang dan/atau jasa di dalam daerah pabean
Nilai (PPN)
Istilah Arti
Hasil kesepakatan dalam Konferensi Perubahan Iklim COP ke-21 di
Paris (COP21 Paris) yang bertujuan untuk menahan peningkatan
Paris Agreement temperatur rata-rata global jauh di bawah 2oC di atas tingkat di
masa pra-industrialisasi dan melanjutkan upaya untuk menekan
kenaikan temperatur ke 1,5oC di atas tingkat pra-industrialisasi
Perdagangan Izin Mekanisme transaksi antara pelaku usaha yang memiliki emisi
Emisi melebihi batas atas emisi yang ditentukan
Istilah Arti
Informasi berbasis pengetahuan yang disusun dalam bentuk bagan,
Pohon industri gambar, atau diagram untuk memberikan gambaran produk yang
dapat dibuat dari suatu komoditas
Public goods Sesuatu yang dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang
Reformasi
Perubahan pada suatu sistem yang dilakukan secara mendasar
struktural
144
Istilah Arti
Teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers
Refused Derived
menjadi ukuran yang lebih kecil, yang hasilnya akan dimanfaatkan
Fuel
sebagai sumber energi terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik
Rencana
Dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang
Aksi Nasional
secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah
Penurunan Emisi
kaca sesuai dengan target pembangunan nasional
Gas Rumah Kaca
Resiliensi Mampu beradaptasi dan tetap kuat meski dalam situasi sulit
Scarring effect Dampak memar pada perekonomian dan lebih bersifat struktural
Sertifikasi Hijau/
Rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap perusahaan
Sertifikasi Industri
industri dalam pemenuhan Standar Industri Hijau
Hijau
Istilah Arti
Standar Industri Standar untuk mewujudkan Industri Hijau yang ditetapkan oleh
Hijau Menteri
Sumber Daya Segala sesuatu yang bisa diambil atau dimanfaatkan dari alam
Alam karena memiliki nilai manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia
Istilah Arti
Transition cost Biaya yang dikeluarkan untuk bertransisi dari satu fase ke fase lain
Lampiran
Daftar Singkatan
Badan Koordinasi
BKPM DAK Dana Alokasi Khusus
Penanaman Modal
Harmonisasi Peraturan
EBT Energi Baru Terbarukan HPP Perpajakan
Energy Conservation HS Harmonized System
ECCJ
Center Japan
Indonesia Climate
Energy Transition ICCTF
ETM Change Trust Fund
Mechanism
IJP Imbal Jasa Penjaminan
EV Electric Vehicle
IKM Industri Kecil Menengah
Foreign Direct
FDI
Investment Indonesia National
INSW
Single Window
FGD Focus Group Discussion
IO Input Output
General Agreement on
GATT Izin Operasional dan
Tariffs and Trade
IOMKI Mobilitas Kegiatan
Gabungan Industri Industri
GAIKINDO Kendaraan Bermotor
Instalasi Pengolahan Air
Indonesia IPAL
Limbah
Gabungan Produsen Intergovernmental
GAPMMI Makanan Minuman IPCC Panel on Climate
Indonesia Change
Jaminan Kesehatan
JKN LCGC Low Cost Green Car
Nasional
Local Currency
K/L Kementerian/Lembaga LCS
Settlement
Research and
PDB Produk Domestik Bruto R&D
Development
Pemulihan Ekonomi
PEN Rakor Rapat Koordinasi
Nasional
Rencana Aksi Nasional
Permen Peraturan Menteri
RAN GRK Penurunan Emisi Gas
Peraturan Menteri Rumah Kaca
Permendag
Perdagangan
RDF Refused Derived Fuel
Perpres Peraturan Presiden
Rasio Intermediasi
RIM
Makroprudensial
Program Keluarga
PKH
Harapan Rasio Intermediasi
RIMS Makroprudensial
Perusahaan Listrik Sektoral
PLN
Negara
Rencana Induk
Pembangkit Listrik RIPIN Pembangunan Industri
PLTS
Tenaga Surya Nasional
151
United Nations
SDA Sumber Daya Alam UNFCCC Framework Convention
on Climate Change
Sustainable
SDGs
Development Goals UU Undang-Undang
Sekolah Menengah
SMK
Kejuruan
SP Sistem Pembayaran
Stasiun Pengisian
SPKL
Kendaraan Listrik