Anda di halaman 1dari 178

1

Penguatan Struktur
Ekonomi Indonesia:
Tinjauan Local Value Chain, Hilirisasi,
dan Industri Hijau

Penulis :
Oki Hermansyah Febrianto, Bambang Indra Ismaya, Farisan Aufar,
Monica Karina Anastasia, Ais Nisa Maruntum,
Josua Desmonda Simanjuntak, Shania Puteri Azaria,
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kementerian Perindustrian

BANK INDONESIA INSTITUTE


Penguatan Struktur Ekonomi Indonesia:
Tinjauan Local Value Chain, Hilirisasi,
Dan Industri Hijau

Penulis :
Oki Hermansyah Febrianto, Bambang Indra Ismaya, Farisan
Aufar, Monica Karina Anastasia,
Ais Nisa Maruntum, Josua Desmonda Simanjuntak,
Shania Puteri Azaria
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kementerian Perindustrian

Copyright 2022, Bank Indonesia Institute


Cetakan I, November 2022.
ISBN: 978-623-5662-42-8
978-623-5662-43-5 (e-book)

Line Editor :
Solikin M. Juhro, I.G.P. Wira Kusuma, M. Abdul Majid Ikram

Penerbit :
Bank Indonesia Institute
Jl. MH. Thamrin No. 02, Jakarta, 10350 Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 1

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana
Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah)
i

DAFTAR ISI
Daftar Isi i

Daftar Grafik iii

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Sambutan Deputi Gubernur Bank Indonesia xi

Tinjauan Umum xiii

Bab 1  Pendahuluan 1

Oki Hermansyah Febrianto

1.1. Peran Penting Industri Manufaktur 2


1.2. Perkembangan Industri Manufaktur Terkini 6

1.3. Tantangan Pengembangan Industri Manufaktur 13

Bab 2  Tantangan Pengembangan Industri Manufaktur 17

Oki Hermansyah Febrianto, Bambang Indra Ismaya

2.1. Tantangan Siklikal 18


2.2. Tantangan Struktural 29
Boks 1: Strategi Two Pronged Approach 40

Bab 3  Penguatan Rantai Nilai Bahan Baku Lokal 43


(Local Value Chain)
Farisan Aufar, Ais Nisa Maruntum

3.1. Perkembangan Local Value Chain 44


3.2. Kendala Penguatan Local Value Chain 60
3.3. Rekomendasi dan Strategi Penguatan 64
Local Value Chain
Daftar Grafik iii

Daftar Tabel vii ii

Daftar Gambar viii

Sambutan Deputi Gubernur Bank Indonesia xi

Bab 4  Pengembangan Hilirisasi 67

Bambang Indra Ismaya, Josua Desmonda Simanjuntak,


Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kementerian Perindustrian

4.1. Perkembangan Hilirisasi 68


4.2. Kendala Pengembangan Hilirisasi 74
4.3. Rekomendasi dan Strategi Pengembangan Hilirisasi 85

Bab 5  Transisi Menuju Industri Hijau 91

Bambang Indra Ismaya, Monica Karina Anastasia,


Shania Puteri Azaria

5.1. Perkembangan Transisi Industri Hijau 92


5.2. Kendala Transisi Menuju Industri Hijau 98
5.3. Rekomendasi dan Strategi Pengembangan Industri Hijau 106

Bab 6  Rekomendasi dan Koordinasi Kebijakan 111

Oki Hermansyah Febrianto, Farisan Aufar

6.1. Rekomendasi Kebijakan 112


6.2. Koordinasi Kebijakan Bank Indonesia dan 115
Kementerian Perindustrian

6.3. Koordinasi Kebijakan Terpadu Komite Stabilitas 118


Sistem Keuangan

6.4. Identifkasi Kebijakan Debottlenecking 122

Daftar Pustaka 129

Lampiran 133
iii

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2
Berjalan Indonesia

Grafik 1.2. Perbandingan Peran Industri Manufaktur terhadap PDB dan Ekspor 2
Grafik 1.3. Perkembangan Impor Indonesia dari Tiongkok pada Periode 6
Tahun Baru Imlek

Grafik 1.4. Pangsa Bahan Baku Impor Subsektor Industri Manufaktur 6


dari Tiongkok

Grafik 1.5. Perkembangan Ekspor Indonesia di Awal Pandemi COVID-19 7


Grafik 1.6. Hasil Survei Dampak COVID-19 ke Penjualan Produk 7
Manufaktur Domestik

Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri 7


Grafik 1.8. Utilisasi Kapasitas Industri Manufaktur 9
Grafik 1.9. Pemetaan Kinerja Ekspor dan Penjualan Domestik Industri 10
Manufaktur

Grafik 1.10. CLI Manufaktur 10


Grafik 1.11. Utilisasi Kapasitas Produksi Industri Pengolahan 11
Grafik 1.12. Perkembangan PMI 11
Grafik 1.13. Impor Bahan Baku Top 50 Eksportir 12
Grafik 1.14. Impor Barang Modal Top 50 Eksportir 12
Grafik 1.15. Korelasi antara Input Impor dengan Output yang 15
Diekspor di Industri

Grafik 2.1. Perkembangan Biaya Kontainer Pascapandemi 19


Grafik 2.2. Perkembangan Kondisi Pemesanan Kontainer 19
iv

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2

Grafik 2.3. Pemetaan Kondisi Tenaga Kerja dan PDB per Subsektor 19
Manufaktur Tw.IV-21 Terhadap Pra-COVID

Grafik 2.4. Pemetaan Kondisi Kapital dan PDB per Subsektor Manufaktur 19
Tw.IV-21 Terhadap Pra-COVID

Grafik 2.5. Perbandingan Kinerja Kapital dan Tenaga Kerja Korporasi 21


Berorientasi Ekspor dan Korporasi Berorientasi Domestik

Grafik 2.6. Perbandingan Dampak COVID Terhadap Kondisi Kapital dan 21


Tenaga Kerja Pada Subsektor Manufaktur

Grafik 2.7. Dampak Kebijakan Power Rationing pada Industri Tiongkok 22


Grafik 2.8. Profil Ekspor Logam Dasar Indonesia 22
Grafik 2.9. Diversifikasi Tujuan Ekspor Logam Dasar Indonesia 22
Grafik 2.10. Profil Impor Bahan Baku Industri Tekstil dan Produk Tekstil 23
Indonesia

Grafik 2.11. Perkembangan Penjualan Semikonduktor Global 24


Grafik 2.12. Perkembangan Lead time Pemesanan Semikonduktor Global 25
Grafik 2.13. Struktur Permintaan Semikonduktor Domestik 25
Grafik 2.14. Struktur Permintaan Semikonduktor Domestik 26
Grafik 2.15. Perbandingan Export Similarity Index (ESI) Indonesia dengan 27
Rusia dan Ukraina untuk pasar Global

Grafik 2.16. Perbandingan Export Similarity Index (ESI) Indonesia dengan 27


Rusia dan Ukraina untuk pasar Eropa

Grafik 2.17. Pemetaan potensi peningkatan ekspor Indonesia pada pasar 28


yang ditinggalkan Rusia-Ukraina
v

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2

Grafik 2.18. Ekspor Indonesia Berdasarkan Tingkat Teknologi 30


Grafik 2.19. Peningkatan Nilai Tambah Domestik pada Industri 30
Grafik 2.20. Impor Bahan Baku Berdasarkan Sektor 31
Grafik 2.21. Impor Bahan Baku Industri Berdasarkan Jenis Barang 31
Grafik 2.22. Impor Bahan Baku Berdasarkan Negara Asal 31
Grafik 2.23. Perkembangan Kebijakan Proteksionisme 32
Grafik 2.24. Korelasi antara Input Impor dengan Output yang Diekspor 32
di Industri

Grafik 2.25. Biaya Pembangkitan Listrik Berdasarkan Sumber Energi 34


Grafik 2.26. Pangsa Ekspor Indonesia pada Lima Komoditas tujuan Eropa 35
yang Terdampak CBAM

Grafik 2.27. Perbandingan Jumlah Partisipasi Industri Dalam Program 36


Industri Hijau dengan Kontribusi Emisi

Grafik 3.1. Profil Ekspor Indonesia Berdasarkan Tingkat Teknologi 46


Grafik 3.2. Profil Ekspor Family Otomotif Berdasarkan Tingkat Teknologi 49
Grafik 3.3. Profil Ekspor Family Hilirisasi SDA Berdasarkan Tingkat Teknologi 52
Grafik 3.4. Profil Ekspor Family Padat Karya Berdasarkan Tingkat Teknologi 55
Grafik 3.5. Profil Ekspor Family Makanan dan Minuman Berdasarkan 58
Tingkat Teknologi

Grafik 4.1. Profil Ekspor Komoditas Indonesia Berdasarkan Tingkat 68


Teknologi

Grafik 4.2. Profil Ekspor Komoditas Berdasarkan Spasial dan 68


Tingkat Teknologi

Grafik 4.3. Pemetaan Daya Saing Produk Hilirisasi Nikel Indonesia 72


vi

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi 2

Grafik 4.4. Pemetaan Kesesuaian Ekspor Hilirisasi Nikel Indonesia dengan 72


Permintaan Global

Grafik 4.5. Pemetaan Komoditas Ekspor Tembaga –RSCA & TBI 73


Grafik 4.6. Perkiraan Jumlah Smelter Nikel di Indonesia 75
Grafik 4.7. Perkiraan Produksi dan Cadangan Nikel Indonesia 75
Grafik 5.1. Perkembangan Rata-Rata Temperatur Global 92
Grafik 5.2. Kerugian Ekonomi Global Akibat Cuaca Ekstrem 92
Grafik 5.3. Estimasi Kerugian Ekonomi Indonesia Akibat Cuaca Ekstrem 92
Grafik 5.4. Skenario Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekonomi 92
Indonesia

Grafik 5.5. Global Green Economy Index (GGEI) 2022 95


Grafik 5.6. Tingkat Kesiapan Transisi Hijau per Negara 95
Grafik 5.7. Kontribusi Emisi Per Sektor 95
Grafik 5.8. Perbandingan Anggaran R&D Per Negara 101
Grafik 5.9. Perbandingan Human Capital Index Per Negara 101
Grafik 5.10. Perkembangan Penerbitan GSS Bond oleh 6 Negara ASEAN 104
Tahun 2016-2021

Grafik 5.11. Perkembangan Jumlah Industri Penerima Program 105


Penghargaan Industri Hijau

Grafik 5.12. Perkembangan Impor Komponen PLTS 109


Grafik 5.13. Perbandingan Biaya Energi EBT Tenaga Surya dan Tenaga Angin 110
Grafik 5.14. Perbandingan Harga Jual-Beli Listrik PLTS 110
Grafik 5.15. Perbandingan Jumlah Partisipasi Industri Dalam Program 110
Industri Hijau dengan Kontribusi Emisi
vii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Program Pemulihan Ekonomi Nasional 8

Tabel 2.1. Gradasi Scarring Effect Subsektor Manufaktur dan Keterkaitannya 21


dengan Kinerja PDB dan Ekspor

Tabel 2.2. Sumber Alternatif Bahan Baku Industri Tekstil 23


Tabel 2.3. Pemetaan Tingkat Kebutuhan Semikonduktor Per Jenis 26
Kendaraan

Tabel 2.4. Perbandingan Emisi Karbon Berdasarkan Sumber Energi 34


Tabel 4.1. Besaran Tarif Impor pada Produk Hilir Nikel yangi 80
Mengalami Defisit

Tabel 4.2. Perbandingan Kebijakan Pengembangan EV berdasarkan Negara 81

Tabel 4.3. Daftar Insentif yang Dikeluarkan AS Terkait Kebijakan Inflation 82


Reduction Act (IRA)

Tabel 5.1. Proyeksi BaU dan Reduksi Emisi GRK dari setiap kategori sektor 94
Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Pembiayaan untuk Mencapai Target 98
Penurunan Emisi periode 2018-2030

Tabel 5.3. Neraca Perdagangan Komponen Panel Surya 99


Tabel 5.4. Daftar GSS Bond di Indonesia 103
viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pilar Visi Indonesia 2045 2

Gambar 1.2. Revolusi Industri 3


Gambar 1.3. Sektor Prioritas Industri 4.0 4
Gambar 1.4. Timeline Transisi Ekonomi Hijau 5
Gambar 1.5. Penurunan Utilisasi Produksi Industri Pasca COVID-19 7
Gambar 1.6. Paket Kebijakan Terpadu KSSK 8
Gambar 2.1. Tingkat Keterkaitan Domestik Antarwilayah 32
Industri Manufaktur

Gambar 2.2. Rencana Penerapan Batas Karbon di Eropa 35


Gambar 2.3. Rumah Manufaktur Berdasarkan Two Pronged Approach 37
Gambar 2.4. Family Industri Manufaktur 38
Gambar 2.5. Strategi Two Pronged Approach Pengembangan 40
Industri Manufaktur

Gambar 2.6. Strategi Pengembangan Industri Manufaktur 41


Gambar 3.1. Tingkat Keterkaitan Domestik Antarwilayah Industri 45
Manufaktur

Gambar 3.2. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Otomotif 48


Gambar 3.3. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Hilirisasi SDA 51
Gambar 3.4. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Padat Karya 54
Gambar 3.5. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Makanan 57
dan Minuman

Gambar 4.1. Pemetaan Hilirisasi Komoditas SDA Utama 69


ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pilar Visi Indonesia 2045 2

Gambar 4.2. Hilirisasi Mendukung Prospek Permintaan Produk EBT 71


Gambar 4.3. Potensi Pengembangan Industri Tembaga untuk Mendukung 74
Industri Hijau

Gambar 4.4. Pohon Industri Hilirisasi Nikel 77


Gambar 4.5. Tarif Impor untuk Produk Nikel 79
Gambar 4.6. Investasi Baru yang Masuk ke AS pada Mata Rantai Nilai EV 83
Paska Kebijakan IRA

Gambar 4.7. Kapasitas Produksi Tembaga 83


Gambar 4.8. Tarif Impor untuk Produk 84
Gambar 5.1. Penerapan Carbon Pricing di Dunia 97
Gambar 6.1. Pelaksanaan Rakorpusda Tahun 2019 115
Gambar 6.2. Penandatanganan NK BI dan Kemenperin 115
Gambar 6.3. Pelaksanaan Rakor HL Manufaktur Tahun 2020 116
Gambar 6.4. Kesepakatan Rakor HL Manufaktur Tahun 2020 116
Gambar 6.5. Pelaksanaan Rakor HL Manufaktur Tahun 2021 117
Gambar 6.6. Kesepakatan Rakor HL Manufaktur Tahun 2021 117
Gambar 6.7. Paket Kebijakan Terpadu KSSK 2021 119
Gambar 6.8. Proses Pemilihan Kendala Kritikal 123
Gambar 6.9. Hasil Identifikasi Kelompok Kendala Kritikal 124
x
xi

Sambutan
Deputi Gubernur Bank Indonesia

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan


ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena dengan rahmat-Nya Bank Indonesia
dalam kesempatan yang baik ini dapat
menghadirkan buku dengan topik khusus
mengenai sektor manufaktur di hadapan
para pembaca sekalian. Hadirnya buku
ini merupakan bagian dari rangkaian
penerbitan 3 (tiga) publikasi sekaligus di
bulan November 2022, yakni buku flagship
Laporan Nusantara, Buku Penguatan
Struktur Ekonomi Indonesia : Tinjauan Local
Value Chain, Hilirisasi, dan Industri Hijau;
dan Buku Pariwisata Indonesia : Bertahan
di Masa Pandemi, Bersiap Bangkit Lebih
Kuat. Ketiga publikasi tersebut menjadi
wujud komitmen kami untuk memperkuat
kontribusi terhadap perekonomian
nasional, khususnya melalui penyediaan
materi diseminasi sebagai salah satu
rujukan utama dalam mendukung
perumusan kebijakan ekonomi nasional.
Hal ini sejalan pula dengan visi Bank
Indonesia untuk menjadi bank sentral
digital terdepan yang berkontribusi nyata
terhadap perekonomian nasional dan
terbaik di antara negara emerging markets
untuk Indonesia maju.

Dalam perannya sebagai bank sentral


Republik Indonesia, Bank Indonesia memiliki
tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah. Kestabilan Rupiah
tersebut meliputi dua dimensi, yaitu
kestabilan terhadap harga-harga barang
dan jasa yang tercermin pada laju inflasi,
serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain yang tercermin pada nilai
tukar. Bank Indonesia terus berupaya
untuk memelihara kestabilan nilai Rupiah
guna mendukung pertumbuhan ekonomi
xii

berkelanjutan melalui strategi bauran yang perlu direspons secara lintas sektor.
kebijakan yang bersinergi dengan reformasi Substansi pokok dari buku dapat para
struktural Pemerintah. Reformasi struktural pembaca sekalian dalami pada enam bab,
tersebut mengarah pada pencapaian visi yaitu Bab 1 Pendahuluan; Bab 2 Tantangan
Indonesia Maju 2045 dengan menjadikan Pengembangan Industri Manufaktur; Bab 3
industri manufaktur sebagai salah satu Penguatan Rantai Nilai Bahan Baku Lokal;
pilar utama pembangunan. Bab 4 Pengembangan Hilirisasi; Bab 5
Transisi Menuju Industri Hijau; dan Bab 6
Kami mencermati bahwa peran mengenai Koordinasi Kebijakan. Sinergi
industri manufaktur ini tidak saja dalam penyusunan buku dalam hal ini
penting bagi penguatan ekspor, tapi dilakukan dengan sangat baik, melibatkan
juga untuk penguatan struktur yang Kementerian/Lembaga terkait sebagai
membentuk kemandirian ekonomi, baik narasumber yang melengkapi aspek
dari sisi kapasitas maupun kapabilitas. penting dalam buku ini.
Kemandirian ini salah satunya dapat
dicapai dengan memperkuat keterkaitan Akhir kata, semoga Buku Penguatan
ekonomi antarsektor dan antarindustri, Struktur Ekonomi Indonesia : Tinjauan
yang pada gilirannya dapat meningkatkan Local Value Chain, Hilirisasi, dan Industri
penggunaan produk dalam negeri dan Hijau ini dapat memberikan manfaat bagi
mendorong ekspor bernilai tambah masyarakat dalam memperkaya khazanah
tinggi, serta menggerakkan ekonomi keilmuan nasional dan menjadi rujukan
antarwilayah, termasuk ke depannya yang berkualitas untuk penguatan strategi
dalam rangka mendukung transisi menuju pengembangan industri manufaktur di
ekonomi hijau. dalam negeri. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
Buku tentang sektor manufaktur ini dan meridhoi setiap langkah kita untuk
berisikan pemikiran mengenai industri berkarya dan terus memajukan industri
manufaktur dalam negeri dari sudut manufaktur Indonesia.
pandang makro. Buku ini menguraikan
secara rinci gambaran kinerja dan
prospek, serta peluang dan tantangan
pada industri manufaktur. Gambaran Jakarta, 18 November 2022
tersebut mencakup aspek penguatan Deputi Gubernur Bank Indonesia
struktur industri manufaktur, serta aspek
pemulihannya di tengah pandemi Covid-19
yang akan dilakukan secara sinergis Dody Budi Waluyo
dan kolaboratif, sehingga dapat menjadi
pijakan yang penting tentang bagaimana
perjalanan industri manufaktur Indonesia
menghadapi masa-masa yang tidak
mudah tersebut.

Kami tentunya berharap, buku ini dapat


menjembatani pemikiran tentang
pengembangan industri manufaktur dalam
spektrum lebih luas di tengah berbagai
peluang dan tantangan multidimensional
xiii

Tinjauan Umum

Transformasi Indonesia menjadi


negara maju pada 2045 didukung
oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat,
berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Pengembangan industri manufaktur
sebagai salah satu pilar utama dalam
memperkuat struktur ekonomi ini dilakukan
secara bertahap dan terintegrasi, serta
tetap selaras dengan komitmen global
untuk bertransisi menuju ekonomi
hijau. Namun, upaya ini dihadapkan
pada perubahan lingkungan strategis,
salah satunya pandemi COVID-19 yang
berdampak pada pembatasan mobilitas
dan perlambatan aktivitas produksi.
Perlambatan ini direspons dengan
serangkaian kebijakan pemulihan
ekonomi yang ditempuh secara sinergis
dan lintas sektor oleh Pemerintah sehingga
mendukung pemulihan ekonomi, termasuk
sektor industri manufaktur.

Pengembangan industri manufaktur tetap


berjalan di tengah upaya pemulihan
ekonomi. Namun, upaya tersebut masih
dihadapkan pada beragam tantangan,
baik siklikal maupun struktural. Tantangan
siklikal setidaknya berupa disrupsi suplai
global, scarring effect, kebijakan power
rationing Tiongkok, dan kelangkaan
semikonduktor. Fenomena disrupsi suplai
global dipicu oleh pemulihan ekonomi yang
tidak merata. Pemulihan ini tidak disertai
dengan ketersediaan jaringan logistik dan
infrastruktur yang memadai. Hal tersebut
berdampak pada gangguan rantai pasok
global, yaitu kenaikan biaya logistik akibat
keterbatasan jumlah kontainer dan kapal
kargo. Di tengah kondisi tersebut, disrupsi
semakin berlanjut akibat ketegangan
geopolitik Rusia-Ukrania sehingga memicu
proteksionisme kelangkaan bahan baku
produksi serta kenaikan harga energi.
Sementara itu, scarring effect terjadi
xiv

terutama pada tingkat serapan tenaga bernilai tambah tinggi, dan meningkatkan
kerja. Kebijakan power rationing yang kapasitas produksi dalam negeri.
terjadi di Tiongkok sempat menimbulkan Kemudian, strategi ini pada gilirannya
kekhawatiran karena dapat berdampak akan turut menggerakkan ekonomi
pada kinerja industri manufaktur dalam antarwilayah, sekaligus mendukung
negeri. Tantangan lainnya yang kerap transisi menuju ekonomi hijau. Oleh
terjadi adalah kelangkaan semikonduktor karena itu, Buku Penguatan Struktur
sejalan dengan permintaan yang tinggi Ekonomi Indonesia : Tinjauan Local Value
namun belum dapat direspons dengan Chain, Hilirisasi, dan Industri Hijau ini akan
kenaikan produksi. fokus pada pembahasan mengenai rantai
nilai bahan baku lokal, peningkatan nilai
Tantangan struktural masih menjadi tambah atau hilirisasi, dan transisi menuju
kendala dalam mengembangkan industri industri hijau. Yang tidak kalah penting,
manufaktur. Tantangan struktural ini beragam tantangan ini melibatkan
setidaknya mencakup ekspor yang lintas sektor (cross-cutting issues), maka
masih didominasi teknologi rendah, perumusan strategi kebijakan secara
ketergantungan impor bahan baku atau sinergis dalam mengembangkan industri
linkage kepada rantai nilai bahan baku manufaktur juga menjadi bahasan
lokal (local value chain) yang masih tersendiri.
rendah, dan tantangan terkait transisi
industri hijau. Terkait dengan ekspor, Berkaitan dengan aspek linkage, kondisi
produk ekspor manufaktur Indonesia local value chain industri masih perlu
berdasarkan klasifikasi tingkat teknologi ditingkatkan. Hal ini terjadi terutama pada
masih didominasi oleh produk primer, family padat karya serta makanan dan
manufaktur berbasis SDA, dan berteknologi minuman, di tengah peningkatan pada
rendah. Dari sisi impor, impor bahan baku family otomotif dan hilirisasi Sumber Daya
dan barang antara yang tinggi membuat Alam (SDA). Kendala yang dihadapi industri
aktivitas produksi industri manufaktur dari sisi faktor produksi terutama berkaitan
dibayangi oleh risiko akibat konsentrasi dengan kapasitas produksi, Sumber Daya
pasar yang tinggi dan tren peningkatan Manusia (SDM), pemanfaatan teknologi,
kebijakan proteksionisme. Dari sisi linkage, produktivitas di sisi hulu, nilai tambah yang
dukungan local value chain dalam rendah, serta keterbatasan pembiayaan,
mendukung penciptaan nilai tambah, dan ketersediaan sarana infrastruktur.
ekspor dan penguatan kapasitas produksi Dari sisi pengaturan, kendala utama yang
dalam negeri masih perlu ditingkatkan. dihadapi adalah pemanfaatan insentif
Sementara itu, dalam kaitannya dengan yang rendah, serta penerapan peta jalan
transisi hijau, akselerasi transisi terutama (roadmap) pengembangan produk dan
masih dihadapkan pada biaya transisi pengaturan yang masih perlu ditingkatkan.
yang besar. Dari aspek promosi dan akses pasar,
berbagai kendala yang dihadapi, meliputi
Tantangan struktural di atas menjadi pemanfaatan kerja sama internasional
dasar pemfokusan kembali strategi yang belum optimal, informasi kondisi
kebijakan end-to-end pengembangan pasar yang terbatas, dan penerapan
industri manufaktur. Pengembangan dan hambatan dari sisi tarif maupun nontarif.
penguatan struktur industri manufaktur ini
ditempuh melalui penguatan keterkaitan Sejumlah strategi kebijakan dapat
linkage. Selanjutnya, penguatan linkage ini ditempuh untuk mengatasi tantangan
diarahkan untuk dapat mendorong ekspor terkait linkage. Dari sisi faktor produksi,
xv

perbaikan tata niaga menjadi salah hilirisasi ini dihadapkan pada sejumlah
satu kunci dalam menjawab tantangan tantangan, baik yang bersifat siklikal
ketidaksesuaian antara produksi di hulu maupun struktural. Dari sisi produksi, nilai
dengan kebutuhan di hilir. Peningkatan tambah yang dihasilkan dari tahapan
inovasi produksi perlu diperkuat melalui hilirisasi masih relatif terbatas, di tengah
perbaikan kualitas dan kapabilitas SDM. ketersediaan industri hilir yang masih
Penyaluran pembiayaan dari institusi perlu dikembangkan. Dari sisi pengaturan,
keuangan perlu ditingkatkan agar dapat dukungan insentif seperti pemanfaatan
mendorong kapasitas produksi dan harga gas industri dan regulasi tarif impor
pemutakhiran penggunaan teknologi. nasional juga masih perlu dilakukan
Sementara itu, optimalisasi kebijakan penyesuaian. Dari sisi promosi dan
Import Substitution Industrialization akses pasar, biaya investasi yang besar
(ISI) juga perlu terus diperkuat untuk menyebabkan industri didominasi oleh
memastikan peningkatan peran local perusahaan asing bermodal besar.
value chain. Pemerataan dan perbaikan Karakteristik perusahaan asing yang
kualitas infrastruktur perlu didorong terafiliasi dan terhubung dengan rantai
terutama bagi kawasan industri yang pasok global mengakibatkan sebagian
berada di luar pusat industri yang besar produk turunan diarahkan untuk
tersedia. Dari sisi pengaturan, upaya ekspor.
peningkatan daya saing industri perlu
diselaraskan dengan pemberian insentif Sejumlah langkah strategis dapat
ataupun penyusunan kebijakan yang ditempuh untuk mendorong akselerasi
akomodatif bagi industri. Optimalisasi hilirisasi. Terkait dengan hilirisasi nikel,
insentif fiskal juga perlu diperkuat, salah pengembangan perlu diarahkan pada
satunya melalui peningkatan kapasitas pengembangan produk yang masih
SDM. Dalam jangka lebih panjang, kendala mencatat defisit transaksi perdagangan,
dalam penguatan rantai nilai perlu termasuk pada produk yang sejalan
direspons oleh kebijakan, salah satunya dengan tren transisi hijau ke depan.
penyusunan dan optimalisasi peta jalan Upaya hilirisasi ini juga perlu diimbangi
pengembangan produk. Dari sisi promosi dengan upaya menjaga ketahanan
dan akses pasar, penguatan diplomasi cadangan bijih nikel. Sementara itu,
ekonomi diharapkan dapat memberikan harmonisasi tarif perlu dilakukan untuk
solusi atas kendala tarif ekspor tinggi yang mendukung pengembangan industri
ditetapkan oleh negara mitra dagang. hilir, sekaligus menekan defisit transaksi
Optimalisasi pemanfaatan kerja sama perdagangan. Sejalan dengan tren hijau,
perdagangan internasional juga memiliki momentum pengembangan ekosistem
peran strategis dalam mengakselerasi kendaraan listrik perlu dimanfaatkan
kinerja ekspor produk Indonesia. secara optimal. Tidak kalah penting,
penguatan kesadaran masyarakat
Berkaitan dengan aspek peningkatan tentang penggunaan kendaraan listrik
nilai tambah, hilirisasi SDA menjadi salah menjadi salah satu tahapan krusial dalam
satu strategi utama dalam memperkuat mendukung pengembangan ekosistem
struktur industri manufaktur nasional. tersebut. Terkait dengan hilirisasi
Peningkatan nilai tambah ini selanjutnya tembaga, percepatan pembangunan
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan smelter menjadi salah satu kunci hilirisasi,
ekonomi berkelanjutan yang sejalan pula termasuk pengembangan industri
dengan tren pengembangan industri forming yang lebih hilir untuk mendukung
hijau ke depan. Dalam pelaksanaannya, penguatan kapasitas produksi dalam
xvi

negeri. Dari sisi regulasi, perluasan cakupan


penerima insentif harga gas industri dapat
mendorong daya saing industri, di samping
penyesuaian tarif impor yang dapat
mendukung pengembangan produk turunan
tembaga.

Sementara itu, dalam kaitannya dengan


upaya transisi hijau, dampak perubahan
iklim yang besar terhadap ekosistem dan
perekonomian global telah mendorong
mayoritas negara untuk berkomitmen dalam
mengurangi emisi karbon. Transisi pada
sektor industri manufaktur menjadi salah
satu kunci pencapaian perubahan iklim
mengingat sektor ini merupakan salah satu
sektor penghasil emisi terbesar.

Di Indonesia, upaya transisi hijau dihadapkan


pada sejumlah tantangan terutama terkait
biaya transisi yang besar. Biaya transisi yang
besar ini menjadi alasan utama transisi
hijau pada sektor industri manufaktur
berjalan lambat, terutama berkaitan dengan
peningkatan teknologi mesin produksi.
Biaya transisi yang besar salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah industri pendukung
berorientasi hijau dan penguasaan teknologi
yang masih minim. Upaya transisi juga
semakin berat dengan akses pembiayaan
hijau yang terbatas, di tengah keterbatasan
insentif fiskal yang menjadi salah satu sebab
inisiatif transisi hijau di tingkat industri masih
relatif rendah.

Beberapa kebijakan dan langkah strategis


baik dari pemerintah maupun otoritas/
lembaga terkait diperlukan untuk mendorong
akselerasi industri menuju industri hijau. Dari
sisi pembiayaan, dukungan diarahkan tidak
saja untuk meningkatkan minat investasi ke
arah industri hijau tapi juga untuk mendorong
penggunaan skema pembiayaan hijau
(green financing). Upaya pengembangan
alternatif sumber pembiayaan hijau
perlu terus dilakukan di tengah kapasitas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang terbatas. Dukungan dari
xvii

lembaga keuangan domestik juga perlu riil. Dalam jangka menengah panjang,
terus diperkuat, di antaranya melalui koordinasi kebijakan ditempuh untuk
pengaturan terkait roadmap, instrumen, memperkuat efektivitas bauran kebijakan,
dan insentif pembiayaan. Selain sisi sehingga dapat berimplikasi pada
pembiayaan, akselerasi transisi hijau penguatan struktur industri manufaktur.
perlu didukung dengan penguatan bisnis Bank Indonesia dalam kapasitasnya
proses penelitian dan pengembangan, mendukung dan terlibat secara aktif dalam
termasuk melalui pemanfaatan insentif koordinasi antarotoritas, baik secara
super deductible tax. Sementara itu, bilateral maupun multilateral. Seluruh
transisi hijau sebagai langkah awal dapat bauran kebijakan tersebut ditujukan untuk
difokuskan pada pengembangan industri mengakselerasi kinerja dan memperkuat
pendukung pengembangan energi baru struktur indusutri manufaktur, serta tetap
dan terbarukan (EBT) khususnya panel konsisten dengan upaya mendorong
surya (solar panel) seiring dengan potensi transformasi ekonomi guna mewujudkan
permintaan di dalam negeri yang besar. Visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara
Tidak kalah penting, prioritas program maju.
industri hijau perlu ditempuh agar transisi
hijau di sektor industri semakin efektif.

Pemerintah telah menempuh berbagai Jakarta, 18 November 2022


kebijakan strategis untuk mengatasi Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi
beragam tantangan yang dihadapi oleh dan Moneter, Bank Indonesia
industri manufaktur, baik terkait aspek
local value chain, hilirisasi, maupun Solikin M. Juhro
transisi industri hijau. Untuk mendorong
efektivitas kebijakan tersebut, Pemerintah
senantiasa bersinergi dengan otoritas
terkait, termasuk dengan Bank Indonesia.
Hal ini sejalan dengan tantangan
yang bersifat lintas sektoral sehingga
memerlukan sinergi antarotoritas.
Dalam jangka pendek, penguatan
koordinasi kebijakan difokuskan pada
peningkatan kinerja industri manufaktur
dan perbaikan aktivitas ekspor guna
mengatasi permasalahan defisit neraca
perdagangan. Sinergi antarlembaga juga
semakin ditingkatkan di tengah upaya
pemulihan kinerja manufaktur selama
pandemi COVID-19 melalui perumusan
bauran kebijakan dan insentif usaha, baik
dari sisi fiskal, moneter, maupun sisi sektor
xviii
1

BAB 1
Pendahuluan

Oki Hermansyah Febrianto


Transformasi Indonesia menjadi negara maju pada 2045
didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan,
seimbang, dan inklusif. Pengembangan industri manufaktur
sebagai salah satu pilar utama dalam memperkuat struktur
ekonomi ini dilakukan secara end-to-end, yakni bersifat
menyeluruh, terintegrasi, dan inklusif. Pengembangan ini
juga tetap selaras dengan komitmen global untuk bertransisi
menuju ekonomi hijau. Namun, upaya ini dihadapkan pada
perubahan lingkungan strategis, salah satunya pandemi
COVID-19 yang direspons dengan serangkaian kebijakan
pemulihan. Sejalan dengan perekonomian yang semakin pulih,
upaya pengembangan industri manufaktur tetap didorong di
tengah tantangan siklikal dan struktural yang dihadapi.
2

1.1. Peran Penting Industri Manufaktur

Indonesia memiliki visi untuk dapat country) pada 2045. Transisi ini dapat
bertransformasi menjadi negara maju berjalan lebih cepat jika Indonesia mampu
pada 2045, didukung oleh pertumbuhan mendorong pertumbuhan ekonomi.
ekonomi yang kuat, berkelanjutan, Namun, secara historis, upaya memacu
seimbang, dan inklusif. Saat ini Indonesia pertumbuhan ekonomi seringkali diikuti
masih berada di kelompok negara dengan peningkatan kerentanan eksternal.
berpendapatan menengah (middle Kerentanan ini tercermin pada tingkat
income country). Diperkirakan Indonesia defisit neraca transaksi berjalan yang
dapat masuk ke dalam kelompok negara terlihat pada periode 1981-1997 serta 2012-
berpendapatan tinggi (high income 2019.

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 1.1. Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Transaksi
Berjalan Indonesia

Secara historis, peningkatan pertumbuh- tersebut terlihat dari pangsa ekspor


an ekonomi Indonesia seringkali diikuti manufaktur yang mencapai lebih dari
dengan peningkatan defisit transaksi 60%. Bahkan, peran manufaktur dalam
berjalan. Salah satu penyebabnya perekonomian secara umum juga cukup
adalah kapasitas dan kapabilitas industri tinggi. Di Indonesia, kontribusi manufaktur
manufaktur yang belum sepenuhnya domestik dalam perekonomian, yakni 44%
dapat memenuhi kebutuhan domestik. terhadap total ekspor dan 20,5% terhadap
Jika melihat pada struktur ekspor pada total PDB (2018), masih lebih rendah
sejumlah negara mitra, ekspor manufaktur dibandingkan dengan negara mitra.
memiliki peran yang cukup besar. Peran

Sumber: World Bank, diolah Sumber: Bappenas


Grafik 1.2. Perbandingan Peran Industri Manufaktur Gambar 1.1. Pilar Visi Indonesia 2045
terhadap PDB dan Ekspor
3

Peran strategis industri manufaktur Pengembangan industri manufaktur


dalam mendukung penguatan struktur dalam rangka mendukung transisi
ekonomi menjadikannya sebagai salah ekonomi Indonesia menuju negara maju
satu pilar pembangunan menuju visi tersebut perlu terus dilakukan secara
Indonesia Maju 2045. Penetapan industri terintegrasi. Pengembangan industri
manufaktur sebagai salah satu pilar manufaktur ini dapat dilakukan dengan
relevan dengan tujuan penguatan struktur melakukan transisi dari produk berbasis
industri manufaktur sebagai salah satu Sumber Daya Alam dan berteknologi
ciri dari negara maju (ADB, 2016). Industri rendah menjadi produk berteknologi
manufaktur menjadi salah satu penggerak menengah tinggi. Transisi ini diikuti dengan
pertumbuhan ekonomi, antara lain, peningkatan kemandirian ekonomi
melalui strategi pengembangan hilirisasi, dalam memenuhi kebutuhan bahan
penguatan integrasi, pengembangan baku yang semakin didominasi dari
inovasi, peningkatan partisipasi domestik. Selanjutnya, transisi tersebut
industri ke Global Value Chain (GVC), akan mendukung produksi manufaktur
serta pengembangan sustainable yang lebih berteknologi tinggi sehingga
manufacturing. Diharapkan dengan mendukung penguatan struktur ekonomi,
strategi ini, kapasitas dan kapabilitas termasuk dalam mendorong ekspor.
industri manufaktur dapat memperkuat Sejalan dengan peningkatan penguasaan
struktur industri manufaktur, menopang teknologi ini, aspek digitalisasi menjadi
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, serta semakin kuat dan mendukung revolusi
mendukung pencapaian Visi Indonesia industri keempat, ditandai dengan
Maju 2045. konektivitas antara manusia, mesin dan
data real time yang semakin kuat.

Sumber: Kemenperin
Gambar 1.2. Revolusi Industri

Selaras dengan pengembangan (i) industri medium-high tech product


terintegrasi tersebut, maka asesmen yang dapat mendorong ekspor; sekaligus
Bank Indonesia didasarkan pada strategi memperkuat (ii) industri low-tech product
two-pronged approach dengan melihat dan padat karya, serta industri dasar
aspek secara end-to-end. Secara umum, pendukung melalui hilirisasi produk SDA.
strategi ini diarahkan untuk mendorong Dalam implementasinya, two-pronged
4

approach dilakukan secara end-to-end, (RIPIN) 2015-2035. RIPIN disusun oleh


yakni bersifat menyeluruh, terintegrasi, dan Kementerian Perindustrian sebagai
inklusif, serta mampu meningkatkan nilai pelaksanaan amanat UU No. 3 tahun 2014
tambah ekonomi (lihat Boks 1). tentang Perindustrian dan ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah No. 14
Di tengah pengembangan industri tahun 2015. RIPIN menjadi pedoman
manufaktur untuk mendukung transisi bagi pemerintah dan pelaku industri
Indonesia menuju negara maju, komitmen dalam perencanaan dan pembangunan
global untuk menurunkan emisi karbon industri. Selanjutnya, RIPIN ini diarahkan
semakin kuat. Komitmen penurunan untuk mewujudkan industri sebagai pilar
emisi telah diikuti dengan penerapan dan perekonomian, mendukung penguatan
rencana kebijakan carbon pricing, baik struktur industri, mengembangkan industri
domestik maupun cross border. Hal ini yang mandiri, maju, berdaya saing, serta
berpotensi memberi dampak terhadap mengembangkan Industri Hijau. Dalam
pengembangan industri manufaktur RIPIN, pemerintah menetapkan industri
nasional, baik secara langsung maupun andalan dalam pembangunan industri
tidak langsung. Untuk itu, peran industri manufaktur, diantaranya Industri Pangan,
manufaktur dalam mendukung transisi Farmasi, Tekstil Alas Kaki, Alat Transportasi,
Indonesia menuju negara maju juga perlu Elektronika, dan Pembangkit Energi.
diikuti dengan upaya transisi yang sejalan
dengan tren ekonomi hijau. Sementara itu, sejalan dengan tren
global terkait revolusi industri keempat,
Sejalan dengan Visi Indonesia Maju Pemerintah menetapkan strategi
2045 yang didukung oleh peran kuat Making Indonesia 4.0. Strategi ini
industri manufaktur, Pemerintah telah menjadi momentum yang tepat untuk
menetapkan sejumlah kebijakan besar. merevitalisasi sektor industri manufaktur,
Kebijakan ini berfungsi untuk memastikan sekaligus diarahkan untuk membangun
bahwa pencapaian visi melalui industri industri manufaktur yang tangguh melalui
manufaktur dapat berjalan sesuai digitalisasi. Strategi ini diharapkan pula
sasaran yang ditetapkan. Kebijakan dapat meningkatkan daya saing ekspor
tersebut setidaknya mencakup penetapan Indonesia, produktivitas tenaga kerja
rencana pembangunan industri jangka industri, dan mendorong pertumbuhan
panjang secara bertahap, serta kebijakan ekonomi melalui peningkatan kegiatan
yang sejalan dengan tren global terkait penelitian dan pengembangan (litbang)
digitalisasi dan ekonomi hijau. serta inovasi. Strategi ini fokus pada 5
sektor prioritas, yaitu Industri Mamin,
Kebijakan Pemerintah untuk mendukung TPT, Otomotif, Elektronik, Kimia. Selain itu,
pembangunan industri manufaktur terdapat tambahan 2 sektor yang menjadi
jangka panjang tertuang dalam prioritas di tengah pandemi COVID-19,
Rencana Induk Pembangunan Industri yaitu Farmasi serta Alat Kesehatan.

Sumber: Kemenperin
Gambar 1.3. Sektor Prioritas Industri 4.0
5

Terkait dengan tren transisi menuju batubara secara bertahap; (ii) menjaga
ekonomi hijau, Pemerintah juga telah suhu bumi tidak naik di atas 1,5oC; dan (iii)
menerbitkan UU tentang Harmonisasi meninjau komitmen penurunan emisi 2030
Peraturan Perpajakan yang dapat dalam NDC tiap negara pada 2022. Selaras
berimplikasi pada industri manufaktur. dengan tujuan tersebut, Indonesia telah
Pada tataran global, konferensi perubahan menerbitkan UU No.7 tahun 2021 tentang
iklim PBB (United Nations climate change Harmonisasi Peraturan Perpajakan sebagai
conference) tahun 2021 dalam Conference dasar kebijakan pajak karbon, dengan pilot
of the Parties ke-26 (COP26) memperkuat project pada sektor pembangkit listrik.
komitmen global dalam menurunkan Peraturan tersebut akan diterapkan pula
emisi. Terdapat tiga hasil utama pada pada industri manufaktur dalam jangka
COP26 tersebut, yaitu (i) menghentikan menengah sehingga upaya transisi industri
penggunaan pembangkit listrik energi hijau perlu diakselerasi secara bertahap.

Sumber: Roadmap menuju Net Zero Emission, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Gambar 1.4. Timeline Transisi Ekonomi Hijau
6

1.2. Perkembangan Industri Manufaktur Terkini

Upaya pengembangan industri baku impor manufaktur Indonesia dari


manufaktur untuk memperkuat struktur Tiongkok tergolong tinggi. Pada Maret-
ekonomi dalam jangka menengah April 2020, pandemi yang meluas memicu
dihadapkan pada perubahan lingkungan pembatasan aktivitas di sejumlah negara.
strategis. Salah satu perubahan yang Pandemi COVID-19 menyebar ke Eropa
cukup berdampak signifikan pada strategi dan AS sehingga menurunkan permintaan
pengembangan industri manufaktur jangka produk manufaktur Indonesia. Di dalam
menengah ini adalah pandemi COVID-19 negeri, wabah COVID-19 yang juga
yang menyebabkan perlambatan kinerja direspons dengan pembatasan aktivitas
perekonomian global. Perlambatan terjadi mengakibatkan permintaan domestik
akibat disrupsi rantai suplai di tengah semakin tertekan. Pada Mei-Juni 2020,
kebergantungan pasokan barang dan dampak pembatasan aktivitas tersebut
bahan baku global dari negara-negara semakin meluas, termasuk pada aktivitas
tertentu saja. Saat periode awal pandemi produksi yang semakin menurun. Penjualan
merebak pada Januari-Februari 2020, yang menurun berdampak kepada
pandemi COVID-19 berdampak terhadap cashflow pelaku industri. Utilisasi kapasitas
kelangsungan proses produksi manufaktur seluruh subsektor industri menurun dan
global. Sebagai episentrum pandemi, terkonfirmasi dari konsumsi listrik industri
produksi industri Tiongkok sempat yang menurun. Sementara itu, pekerja
terkendala logistik akibat pembatasan industri dirumahkan untuk jangka waktu
aktivitas sehingga pasokan input yang tidak pasti. Pengiriman ekspor juga
industri negara lain termasuk Indonesia tertunda akibat masalah logistik.
terganggu. Hal ini terjadi mengingat bahan

Sumber: Direktorat Jendral Bea Cukai, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.3. Perkembangan Impor Indonesia dari Grafik 1.4. Pangsa Bahan Baku Impor Subsektor
Tiongkok pada Periode Tahun Baru Imlek Industri Manufaktur dari Tiongkok
7

Des-18

Des-19
Des-17
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: PLN, BPS, diolah
Grafik 1.5. Perkembangan Ekspor Indonesia di Awal Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Pandemi COVID-19

Kejadian tersebut memicu perilaku inward


looking di negara-negara mitra utama
untuk mengurangi ketergantungan
bahan baku impor yang terkonsentrasi
dari beberapa negara. Selain untuk
mengurangi risiko, hal tersebut dilakukan
untuk memastikan keberlangsungan
aktivitas produksi oleh industri manufaktur
domestik.
Sumber: Survei Pelaku Industri, diolah
Grafik 1.6. Hasil Survei Dampak COVID-19 ke Di Indonesia, guna merespons
Penjualan Produk Manufaktur Domestik perlambatan ekonomi termasuk
pada industri manufaktur, Pemerintah
menerbitkan sejumlah kebijakan strategis.
Beberapa di antaranya, adalah kebijakan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
yang juga diarahkan untuk mendukung
pemulihan industri manufaktur. KSSK juga
menerbitkan paket kebijakan terpadu yang
merupakan hasil sinergi empat lembaga,
yaitu Bank Indonesia, Kementerian
Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan
Lembaga Penjamin Simpanan.

Sumber: Kemenperin
Gambar 1.5. Penurunan Utilisasi Produksi Industri
Pasca COVID-19
8

Tabel 1.1. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Sumber: Realisasi PC & PEN, Kemenkeu

Sumber: KSSK
Gambar 1.6. Paket Kebijakan Terpadu KSSK
9

Berbagai respons kebijakan yang peningkatan produksi, industri Tekstil dan


ditempuh secara sinergis dan lintas Produk Tekstil yang didorong permintaan
sektor oleh Pemerintah mendukung global dan domestik, serta industri
pemulihan ekonomi, termasuk sektor Makanan dan Minuman yang tetap tinggi
industri manufaktur. Perkembangan didukung permintaan pada periode HBKN.
industri manufaktur hingga triwulan II 2022 Dari sisi domestik, kinerja penjualan eceran
tetap melanjutkan perbaikan meski sedikit dari survei penjualan eceran melambat
melambat dibanding triwulan I 2022. pada triwulan II 2022. Pertumbuhan indeks
Realisasi pertumbuhan industri manufaktur penjualan eceran pada triwulan II 2022
mencapai 4,01% (yoy), lebih rendah dari tercatat sebesar 5,18% (yoy), melambat
realisasi triwulan sebelumnya sebesar dibanding triwulan lalu, yakni 12,46% (yoy).
5,07% (yoy). Perlambatan disebabkan Sementara itu, permintaan eksternal
oleh stok produksi selama triwulan I juga mencatat perbaikan, tercermin dari
2022 yang masih tinggi dan digunakan indeks ekspor dari beberapa industri
untuk merespons kenaikan permintaan. prioritas nasional. Peningkatan indikator
Perlambatan tersebut terutama dari permintaan tersebut berdampak pada
kinerja industri Alat Angkutan, industri sisi produksi, sebagaimana tercermin
Barang dari Logam dan Elektronik, serta pada data realisasi PMI Markit yang
industri Kimia dan Farmasi. Namun, pada triwulan II 2022 terjaga dalam fase
perlambatan ini tertahan oleh perbaikan ekspansi, sebesar 50,98.
industri Logam Dasar sejalan dengan

Sumber: Kemenperin, diolah

Grafik 1.8. Utilisasi Kapasitas Industri Manufaktur


10

Sumber: Kemenperin, Bank Indonesia, diolah


Grafik 1.9. Pemetaan Kinerja Ekspor dan Penjualan Domestik
Industri Manufaktur

Sumber: BPS, OECD, CEIC, diolah

Grafik 1.10. CLI Manufaktur

Secara bulanan, perkembangan utilisasi lebih disebabkan oleh normalisasi waktu


kapasitas industri manufaktur pada kerja industri setelah libur selama HBKN.
Juni 2022 mengalami peningkatan Berdasarkan sumbernya, pemulihan
dibandingkan dengan bulan utilisasi kapasitas industri masih didorong
sebelumnya. Utilisasi industri manufaktur oleh kinerja ekspor, di tengah permintaan
pada periode tersebut tercatat 69,2% atau domestik yang mulai termoderasi pasca
lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya berakhirnya festive season. Hasil update
yang sebesar 67,6%. Peningkatan ini CLI Manufaktur mengindikasikan bahwa
11

industri manufaktur masih dalam fase industri Makanan dan Minuman. Di sisi lain,
akselerasi dengan kecenderungan terus impor barang modal menguat dibanding
meningkat. Sementara itu, perkembangan bulan lalu, mengindikasikan kenaikan
impor bahan baku terpantau menurun, aktivitas produksi ke depan, khususnya
terutama disebabkan oleh industri logam dalam merespons perkiraan peningkatan
dasar, namun penurunan ini tertahan permintaan.
oleh kenaikan impor bahan baku dari

Sumber: Kemenperin, diolah

Grafik 1.11. Utilisasi Kapasitas Produksi Industri Pengolahan

Sumber: IHS Markit, Bank Indonesia, diolah


Grafik 1.12. Perkembangan PMI
12

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 1.13. Impor Bahan Baku Top 50 Eksportir

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 1.14. Impor Barang Modal Top 50 Eksportir
13

1.3. Tantangan Pengembangan


Industri Manufaktur

Tantangan yang dihadapi dalam Selain fenomena disrupsi suplai


mengembangkan industri manufaktur global, kebijakan power rationing di
terutama berasal dari perubahan Tiongkok pada triwulan III 2021 sempat
lingkungan strategis di global dan dikhawatirkan berdampak pada kinerja
domestik, baik tantangan siklikal maupun industri manufaktur dalam negeri.
struktural. Tantangan siklikal yang Pembatasan konsumsi energi ditempuh
dihadapi oleh industri manufaktur, antara oleh Tiongkok untuk mencapai target
lain; (i) fenomena disrupsi suplai global, energy intensity di tengah kenaikan harga
(ii) scarring effect; (iii) kebijakan power batubara akibat ketatnya suplai domestik.
rationing Tiongkok; dan (iv) kelangkaan Hal tersebut sempat menimbulkan
semikonduktor. Fenomena disrupsi suplai kekhawatiran terhadap kinerja ekspor
global pada awalnya dipicu oleh pemulihan Indonesia ke Tiongkok, terutama beberapa
ekonomi yang tidak merata pada waktu komoditas unggulan seperti besi baja dan
yang hampir bersamaan. Pemulihan ini pulp, serta berisiko terhadap pemenuhan
tidak disertai dengan ketersediaan jaringan bahan baku impor seperti industri TPT.
logistik dan infrastruktur yang memadai. Hal Meski masih terbatas, dampak kebijakan
tersebut berdampak pada terganggunya power rationing ini berpotensi meningkat
rantai pasok global, yaitu kenaikan jika berlangsung lebih lama.
biaya logistik akibat terbatasnya jumlah
kontainer dan kapal kargo yang melakukan Tantangan siklikal lainnya yang berisiko
pelayaran. Di tengah biaya logistik yang menahan pemulihan industri manufaktur
tinggi, disrupsi suplai global terus berlanjut lebih lanjut adalah kelangkaan
akibat ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina semikonduktor sejalan dengan tingginya
sehingga memicu proteksionisme dan permintaan yang belum dapat direspons
kelangkaan bahan baku produksi. Kondisi dengan kenaikan produksi. Kelangkaan
ini berisiko memicu stagflasi, yakni tingginya semikonduktor juga menjadi salah satu
inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang risiko yang berpotensi mengganggu
stagnan sehingga berisiko menekan prospek kinerja industri domestik, terutama dipicu
industri manufaktur ke depan. sejak perang dagang AS-Tiongkok, diikuti
dengan kelangkaan bahan baku, pandemi
Tantangan disrupsi suplai global yang COVID-19, kebakaran pabrik, hingga
dipicu dari lockdown ini menimbulkan cuaca ekstrem dan tensi geopolitik. Hal ini
dampak scarring effect, terutama pada menyebabkan waktu tunggu pemesanan
tingkat serapan tenaga kerja. Indikasi risiko (lead time) semikonduktor di pasar global
scarring tercermin dari penurunan serapan terus meningkat. Dampak kelangkaan
tenaga kerja di tengah perbaikan kapasitas semikonduktor kepada produksi otomotif
terpasang. Hasil asesmen dari data level domestik masih terbatas karena mayoritas
korporasi terbuka memperlihatkan bahwa jenis kendaraan yang diproduksi masih
mayoritas subsektor manufaktur masih merupakan low-tech car dengan
mengalami penurunan serapan tenaga kerja kebutuhan semikonduktor yang minim.
hingga triwulan III 2021, sebaliknya indikator Namun, dampak lanjutannya ke depan
penggunaan kapital menunjukkan perbaikan perlu tetap dicermati.
pada beberapa subsektor. Scarring effect
ini juga lebih besar terjadi pada industri
manufaktur berorientasi domestik.
14

Selain tantangan siklikal, sejumlah


tantangan struktural masih dihadapi oleh
industri manufaktur. Tantangan struktural
tersebut, antara lain, (i) masih tingginya
produk low technology dalam struktur ekspor
Indonesia; (ii) ketergantungan akan impor
bahan baku maupun barang antara untuk
produksi manufaktur; (iii) keterkaitan rantai
nilai bahan baku lokal (linkage local value
chain) yang masih perlu ditingkatkan, baik
antarwilayah maupun antarindustri; serta
(iv) transisi industri hijau yang perlu terus
diakselerasi. Berdasarkan pemfokusan
kembali (refocusing) terhadap perumusan
strategi kebijakan secara end-to-end,
maka asesmen penguatan struktur industri
manufaktur ditempuh melalui penguatan
keterkaitan (linkage), dan selanjutnya
diharapkan dapat meningkatkan penguatan
kapasitas produksi dalam negeri dan
ekspor bernilai tambah tinggi, serta mampu
menggerakkan ekonomi antarwilayah dan
mendukung transisi menuju ekonomi hijau.

Tantangan dari sisi ekspor di antaranya


terkait dengan sumbangan produk
berteknologi rendah yang masih
mendominasi. Dari hasil pemetaan
berdasarkan klasifikasi tingkat teknologi,
ekspor manufaktur Indonesia masih
didominasi oleh produk primer, manufaktur
berbasis SDA, dan berteknologi rendah.
Untuk itu, upaya peningkatan ekspor bernilai
tambah lebih tinggi perlu didorong, salah
satunya melalui hilirisasi. Program hilirisasi
yang dilakukan oleh Pemerintah ini sekaligus
mampu memperkuat struktur industri
manufaktur.

Berkaitan dengan tantangan dari sisi impor,


impor bahan baku dan barang antara yang
tinggi membuat aktivitas produksi industri
manufaktur dibayangi oleh sejumlah risiko.
Risiko pertama terkait rasio impor barang
industri baik berupa barang jadi maupun
untuk kepentingan industri yang sangat tinggi
terhadap total komoditas impor nasional.
Risiko kedua terkait dengan sumber impor
yang terkonsentrasi pada beberapa negara
mitra dagang yang bisa mengganggu
15

keberlangsungan aktivitas produksi di tengah


tren peningkatan kebijakan proteksionisme
perdagangan. Risiko-risiko tersebut pada
akhirnya dapat mengganggu ketahanan
ekspor nasional mengingat bahan baku
produksi masih bergantung pada impor.

Sumber: Tabel IO/IRIO 2016, diolah


Grafik 1.15. Korelasi antara Input Impor dengan Output
yang Diekspor di Industri

Selain kedua tantangan di atas, industri


manufaktur masih dihadapkan pada tantangan
terkait linkage dengan local value chain yang
masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan
hasil pemetaan menggunakan Tabel Input
Output tahun 2010 dan 2016, linkage industri
manufaktur Indonesia dengan wilayah luar
Jawa secara umum semakin membaik. Input
industri manufaktur meningkat terutama dari
wilayah Sulampua. Namun, input dari intra
Jawa menurun cukup dalam dan digantikan
dengan input dari impor yang meningkat.
Untuk itu, linkage dengan local value
chain perlu diperkuat agar struktur industri
manufaktur juga semakin kuat.

Strategi penguatan industri manufaktur


perlu turut didorong untuk mewujudkan
transformasi menuju industri hijau untuk
mendukung pengembangan ekonomi hijau.
Peningkatan risiko perubahan iklim dan
dampaknya terhadap perekonomian global
16

telah mendorong berbagai negara untuk tersertifikasi sesuai standar hijau tersebut
berkomitmen dalam menurunkan emisi bisa mendapatkan fasilitas fiskal dan
global dalam Paris Agreement. Di satu nonfiskal. Saat ini, telah terdapat berbagai
sisi, tren ini diperkirakan akan mendorong insentif nonfiskal seperti pelatihan,
peningkatan permintaan produk ramah pembinaan, penyediaan bantuan promosi.
lingkungan. Di sisi lain, langkah-langkah Namun, insentif fiskal hingga saat ini
penurunan emisi karbon ini menghadapi masih terbatas. Hal ini ditengarai menjadi
tantangan, khususnya terkait dengan penyebab jumlah perusahaan yang
penerapan carbon pricing baik domestik berpartisipasi dalam program industri
maupun cross border. hijau masih relatif terbatas.

Salah satu tantangan utama dalam


akselerasi menuju industri hijau ialah
transition cost yang besar. Upaya dalam
menjadikan Indonesia sebagai net
zero emissions country dimulai dengan
melakukan transisi energi kelistrikan
yang berbasis batubara menuju energi
yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Tantangan lainnya ialah rencana
implementasi Carbon Border Adjustment
Mechanism (CBAM) oleh Uni Eropa yang
akan dimulai secara bertahap sejak tahun
2023 pada lima komoditas yang dianggap
menyumbang emisi karbon paling tinggi.
Meski pangsa ekspor kelima komoditas
tersebut terhadap total ekspor Indonesia ke
Uni Eropa masih sangat kecil, namun hal ini
perlu dicermati apabila komoditas ekspor
yang dikenakan CBAM bertambah di masa
mendatang, atau bahkan diperluas oleh
negara/kawasan lainnya.

Dihadapkan pada tantangan biaya


transisi yang besar dan rencana
penerapan pajak karbon produk industri
di luar negeri, maka upaya transisi dan
peningkatan kesiapan industri di Indonesia
menuju industri hijau perlu didukung oleh
insentif. Saat ini, implementasi regulasi
untuk mendorong transisi menuju industri
hijau perlu terus ditingkatkan karena masih
bersifat sukarela. Ke depan, penerapan
regulasi ini akan diwajibkan secara
bertahap. Dengan adanya Standar Industri
Hijau, maka perusahaan yang sudah
17

BAB 2
Tantangan
Pengembangan
Industri Manufaktur

Oki Hermansyah Febrianto,


Bambang Indra Ismaya
Pengembangan industri manufaktur di tengah pemulihan
ekonomi dihadapkan pada tantangan siklikal dan struktural.
Tantangan siklikal setidaknya berupa disrupsi suplai global,
scarring effect, kebijakan power rationing Tiongkok, dan
kelangkaan semikonduktor. Tantangan struktural yang masih
dihadapi oleh industri manufaktur setidaknya mencakup
ekspor yang didominasi teknologi rendah, ketergantungan
impor bahan baku, keterkaitan rantai nilai bahan baku lokal
(linkage local value chain) yang masih rendah, dan tantangan
terkait transisi industri hijau. Tantangan struktural tersebut
menjadi dasar refocusing asesmen dan strategi kebijakan end-
to-end kepada penguatan linkage dengan local value chain.
18

2.1. Tantangan Siklikal

Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah 9.304 dolar AS pada akhir Desember
tantangan siklikal menghambat upaya 2021 seiring masih berlangsungnya port
pengembangan industri manufaktur congestion, terutama di pantai barat
nasional. Tantangan siklikal yang dihadapi Amerika Serikat. Kenaikan tarif kontainer
oleh industri manufaktur, antara lain, global tersebut turut ditransmisikan ke
(i) fenomena disrupsi suplai global, (ii) tarif penyewaan domestik, yang juga
scarring effect, (iii) kebijakan power mengalami kenaikan sampai dengan 50%,
rationing Tiongkok, dan (iv) kelangkaan disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan
semikonduktor. Pandemi COVID-19 kontainer dalam negeri seiring tingginya
berdampak terhadap perlambatan kinerja permintaan untuk pemenuhan aktivitas
perekonomian global akibat supply chains ekspor-impor. Memasuki tahun 2022,
disruption di tengah kebergantungan freight rate index 40 feet pada Maret 2022
pasokan barang dan bahan baku global terpantau tumbuh melambat sebesar
dari segelintir negara. Kejadian tersebut 6,55% (mtm), dengan tarif sebesar 8.782
memicu perilaku inward looking di negara- dolar AS. Upaya normalisasi rantai pasok
negara mitra utama untuk mengurangi juga sudah dilakukan melalui peningkatan
ketergantungan bahan baku impor yang supply kapal baru, namun terbatasnya
terkonsentrasi dari beberapa negara. kapasitas produksi menghambat upaya
Selain untuk mengurangi risiko, hal tersebut. Data pemesanan kapal kontainer
tersebut dilakukan untuk memastikan baru (container orderbook) tercatat sudah
keberlangsungan aktivitas produksi oleh mencapai level maksimal sejak September
industri manufaktur domestik. Namun, 2021 dan sebagian besar kapal baru
seiring dengan pandemi yang semakin tersebut baru dapat beroperasi pada 2023.
terkendali dan didukung dengan kebijakan
pemulihan, kondisi tersebut berangsur pulih.

Pemulihan ekonomi global terdampak


pandemi terjadi secara tidak merata, diikuti
dengan terbatasnya jumlah kontainer dan
kapal kargo yang melakukan pelayaran
sehingga memicu kenaikan biaya logistik.
Saat pandemi, banyak armada dan kontainer
dalam kondisi idle dan tidak digunakan.
Pemulihan yang terjadi secara cepat tidak
diimbangi dengan ketersediaan armada
dan kontainer yang layak akibat kerusakan
dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk proses perbaikan. Akibatnya, jumlah
yang dapat beroperasi secara produktif
semakin sedikit. Selain kondisi tersebut,
pemulihan yang terjadi secara tidak merata
juga membuat pelayaran global berjalan
tidak seimbang. Selama tahun 2021, tarif
kontainer global telah mengalami kenaikan
sebesar 113% (yoy). Data freight rate index
untuk kontainer 40 feet sempat mencapai
19

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 2.1. Perkembangan Biaya Kontainer Grafik 2.2. Perkembangan Kondisi Pemesanan
Pascapandemi Kontainer

Pandemi COVID-19 memberikan dampak menunjukkan terdapat penurunan serapan


scarring effect terhadap industri tenaga kerja dan kapasitas terpasang di
manufaktur nasional. Indikasi risiko scarring masa pandemi COVID-19. Asesmen pada
tercermin pada kondisi faktor produksi, baik faktor tenaga kerja didekati dengan jumlah
tenaga kerja maupun kinerja produksi. Hasil tenaga kerja, dan faktor kinerja produksi
asesmen pada korporasi industri terbuka didekati dengan data net fixed asset (NFA).

Employment dan GDP Rill Kapasitas Terpasang dan GDP Rill

Sumber: Bloomberg-Perusahaan Tbk, BPS, diolah Sumber: Bloomberg, diolah


Grafik 2.3. Pemetaan Kondisi Tenaga Kerja dan PDB Grafik 2.4. Pemetaan Kondisi Kapital dan PDB per
per Subsektor Manufaktur Tw.IV-21 Terhadap Pra- Subsektor Manufaktur Tw.IV-21 Terhadap Pra-COVID
COVID

1
Dalam asesmen ini, kapasitas terpasang didekati dengan indikator net fixed asset (NFA) pada perusahaan manufaktur terbuka, yang
secara umum merupakan asset produktif jangka panjang – kapital perusahaan yang ditujukan untuk menghasilkan manfaat ekonomi;
sebagai akumulasi fixed asset dikurangi akumulasi depresiasi. Data diolah dari panel balance 158 perusahaan terbuka, 75 orientasi ekspor
dan 83 orientasi domestik. Metode merujuk pada perhitungan productive capital asset dan productivity OECD (2021). Seluruh subsektor
yang dilakukan asesmen merupakan sektor yang masuk dalam sektor prioritas pemulihan.
20

Pada periode pandemi, sebagian besar industri


manufaktur mengalami penurunan kapasitas
produksi, dengan penurunan serapan tenaga
kerja lebih besar dari penurunan kapasitas
terpasang. Seluruh subsektor manufaktur
mengalami penurunan serapan tenaga kerja
dan hingga triwulan IV 2021 hanya subsektor
mesin dan perlengkapan yang telah pulih dan
melampaui level pra-COVID. Sementara, pada
kapasitas terpasang relatif lebih baik dengan
level kapasitas terpasang pada beberapa
subsektor seperti Logam Dasar, Kima Farmasi,
Makanan dan Minuman (Mamin), Mesin dan
Perlengkapan, Alas Kaki, dan Barang dari Karet
telah berada di atas level pra-COVID. Hal ini
didorong oleh permintaan yang masih terjaga
dan investasi yang masih kuat pada keempat
sektor tersebut sepanjang periode pandemi.

Scarring effect lebih besar terjadi pada industri


manufaktur berorientasi domestik. Secara
agregat, korporasi sektor manufaktur dengan
orientasi pasar domestik mengalami penurunan
serapan tenaga kerja dan kapital yang lebih
dalam dibandingkan korporasi dengan orientasi
pasar ekspor. Kondisi tersebut tergambar lebih
jelas pada level subsektor, dimana korporasi
dengan orientasi pasar domestik mengalami
penurunan serapan tenaga kerja yang lebih
dalam dibandingkan dengan korporasi
orientasi pasar ekspor pada seluruh subsektor
manufaktur. Kondisi serupa terjadi pada kondisi
kapital, bahkan NFA pada korporasi berorientasi
ekspor di beberapa subsektor telah lebih tinggi
dibandingkan level pra-COVID. Di satu sisi, hal
ini menunjukkan penurunan kinerja dan risiko
scarring lebih disebabkan oleh permintaan
domestik yang menurun dan di sisi lain
perbaikan eskpor menjadi peluang penurunan
risiko scarring di sektor manufaktur.
21

Tenaga Kerja (Rasio thd Pra-Covid)

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.5. Perbandingan Kinerja Kapital dan Tenaga Grafik 2.6. Perbandingan Dampak COVID Terhadap
Kerja Korporasi Berorientasi Ekspor dan Korporasi Kondisi Kapital dan Tenaga Kerja
Berorientasi Domestik Pada Subsektor Manufaktur

Secara keseluruhan, subsektor manufaktur oleh penurunan serapan tenaga kerja


berisiko mengalami scarring effect. merespons permintaan domestik yang
Dengan menggunakan bobot kapital dan turun. Sementara, subsektor mesin dan
labor pada fungsi produksi Indonesia, perlengkapan mempunyai scarring
diperoleh perbandingan scarring effect effect terkecil hanya dari serapan tenaga
dari tiap subsektor manufaktur. Subsektor kerja. Permintaan subsektor mesin dan
barang kayu mempunyai scarring perlengkapan baik dari domestik maupun
effect terbesar terutama disebabkan ekspor sudah melewati level pra-COVID.

Tabel 2.1. Gradasi Scarring Effect Subsektor Manufaktur


dan Keterkaitannya dengan Kinerja PDB dan Ekspor

Sumber: Bank Indonesia, diolah


22

Selain fenomena disrupsi suplai global, suplai domestik yang ketat. Hal tersebut
upaya power rationing yang diberlakukan berpotensi menurunkan kinerja ekspor
di Tiongkok pada triwulan III 2021 sempat Indonesia ke Tiongkok, terutama beberapa
memicu risiko bagi kinerja industri komoditas unggulan, seperti besi baja dan
manufaktur dalam negeri. Secara pulp, serta berisiko terhadap pemenuhan
umum, pembatasan konsumsi energi bahan baku impor seperti industri TPT.
dilatarbelakangi oleh upaya Tiongkok Kebijakan power rationing sempat
dalam mendukung pencapaian target terdampak pada penurunan produksi
energy intensity, di tengah kenaikan manufaktur Tiongkok, khususnya besi baja,
harga batubara sebagai imbas dari sementara industri TPT belum terdampak.

Sumber: CEIC, diolah


Grafik 2.7. Dampak Kebijakan Power Rationing pada Industri Tiongkok

Dampak kebijakan power rationing industri TPT, risiko disebabkan oleh


tersebut ke Indonesia masih terbatas, konsentrasi impor bahan baku tekstil yang
namun berisiko mengganggu kinerja tinggi dari Tiongkok. Saat terjadi kebijakan
manufaktur domestik jika berlangsung power rationing, ketahanan industri TPT
lebih lama. Pada industri logam dasar, risiko masih terjaga karena persediaan masih
lebih disebabkan oleh ekspor Indonesia mencukupi antara 1-3 bulan produksi.
yang terkonsentrasi ke Tiongkok, khususnya Apabila kebijakan tersebut berlangsung
produk antara, meskipun upaya diversifikasi lama, Indonesia masih memiliki negara
sudah mulai meningkat khususnya dalam mitra yang dapat memasok kebutuhan
dua tahun terakhir. Sementara itu, pada bahan baku, terutama Korea Selatan, Hong
Kong, Taiwan, dan Vietnam.

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.8. Profil Ekspor Logam Dasar Indonesia Grafik 2.9. Diversifikasi Tujuan Ekspor Logam Dasar Indonesia
23

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 2.10. Profil Impor Bahan Baku Industri Tekstil
dan Produk Tekstil Indonesia

Tabel 2.2. Sumber Alternatif Bahan Baku Industri Tekstil

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Ket.: share terhadap total impor produk dari seluruh negara


(Berdasarkan SITC)
24

Tantangan siklikal juga diwarnai dengan Dampak kelangkaan semikonduktor


kelangkaan semikonduktor dalam global paling dirasakan oleh sektor
skala global yang terjadi seiring dengan otomotif. Sebagian besar perusahaan
permintaan yang terus meningkat di otomotif menggunakan model
tengah disrupsi suplai yang kerap terjadi. manajemen inventaris just-in-time yang
Dari sisi permintaan, terjadi peningkatan sangat rentan terhadap disrupsi pasokan.
signifikan dari berbagai sektor, khususnya Sementara itu, dampak kelangkaan
dari sektor computing dan wireless terhadap sektor computing dan wireless
communication di tengah permintaan communication relatif kecil, dipengaruhi
dari sektor otomotif yang melambat. Dari oleh kecenderungan produsen teknologi
sisi suplai, disrupsi kerap terjadi, mulai dari untuk menimbun pasokan bahan baku
perang dagang AS-Tiongkok, diikuti dengan semikonduktor dalam proses bisnisnya.
kelangkaan bahan baku, pandemi COVID-19, Penurunan produksi mobil diperkirakan
kebakaran pabrik, hingga cuaca ekstrem akan terjadi hingga tahun 2023. Beberapa
dan tensi geopolitik. Selain itu, karakteristik produsen mobil mengantisipasi
rantai pasok yang belum sepenuhnya kelangkaan semikonduktor dengan
terintegrasi serta ketergantungan pasokan mengurangi ataupun menghentikan
dari negara dan industri tertentu membuat produksi, menaikkan harga jual mobil,
semikonduktor sangat rentan terhadap hingga mengurangi fitur-fitur tertentu.
bottleneck pasokan. Hal ini menyebabkan Guna merespons permintaan yang
waktu tunggu pemesanan (lead time) terus tinggi, sejumlah investasi besar sudah
meningkat, bahkan mencapai 26,2 minggu. mulai direalisasikan dan diharapkan
Kondisi ini kemudian diikuti kenaikan harga dapat meningkatkan kapasitas produksi
semikonduktor global yang berdampak semikonduktor ke depan. Namun, investasi
pada berbagai sektor. tersebut masih memerlukan waktu hingga
tiga tahun untuk dapat berproduksi
secara penuh sehingga kelangkaan
semikonduktor global setidaknya masih
akan terjadi dalam jangka pendek.

Sumber: IDC, Statista, diolah


Grafik 2.11. Perkembangan Penjualan Semikonduktor Global
25

Sumber: Bloomberg, diolah


Grafik 2.12. Perkembangan Lead time Pemesanan
Semikonduktor Global

Sumber: Berbagai sumber, diolah


Grafik 2.13. Struktur Permintaan Semikonduktor
Domestik

Dampak kelangkaan semikonduktor menggunakan banyak sensor dan


terhadap industri otomotif domestik komponen utamanya semikonduktor.
masih relatif terbatas. Hal ini dikarenakan Kendala produksi untuk produksi lux car
mayoritas jenis kendaraan yang diproduksi juga relatif terbatas mengingat mayoritas
masih merupakan low-tech car dengan kendaraan jenis ini diimpor dalam bentuk
kebutuhan semikonduktor yang minim. utuh, baik CBU maupun CKD. Namun
Kendala produksi banyak ditemui pada demikian, dampak lanjutannya terhadap
kendaraan mid-high tech terbaru yang sektor otomotif ke depan perlu terus
menerapkan fitur keamanan terkini yang dicermati.
26

Sumber: GAIKINDO, diolah


Grafik 2.14. Struktur Permintaan Semikonduktor Domestik

Tabel 2.3. Pemetaan Tingkat Kebutuhan Semikonduktor


Per Jenis Kendaraan

Sumber: Berbagai sumber, diolah


27

Selain pandemi COVID-19 dan dampak Di tengah risiko tersebut, terdapat peluang
lanjutannya, beberapa waktu terakhir pemanfaatan konflik Rusia-Ukraina untuk
upaya akselerasi manufaktur nasional juga peningkatan ekspor manufaktur nasional
dihadapkan pada dampak konflik Rusia- meski masih relatif terbatas. Terdapat
Ukraina. Konflik Rusia-Ukraina berdampak peluang peningkatan ekspor produk
melalui tiga jalur utama, yakni jalur harga Indonesia pada pasar yang ditinggalkan
komoditas global, jalur perdagangan global, oleh Rusia dan Ukraina. Hal ini didukung
dan jalur keuangan. Harga komoditas oleh daya saing produk ekspor Indonesia
global tercatat mengalami peningkatan yang relatif tinggi, didukung pula dengan
setelah Rusia melakukan invasi terhadap kemiripan (similarity) dengan sebagian
Ukraina, tidak hanya energi namun juga produk ekspor kedua negara tersebut, serta
pangan sehingga mendorong terjadinya spare capacity yang masih mencukupi.
peningkatan inflasi. Hal ini berdampak Struktur ekspor Indonesia dengan Rusia
pada penurunan kinerja manufaktur yang diindikasikan melalui indeks Export
nasional, mengingat masih tingginya Similarity Index (ESI) untuk pasar dunia
kebutuhan impor bahan baku di sebagian relatif lebih similar dibandingkan untuk
sektor manufaktur nasional. Selanjutnya, pasar Eropa. Artinya, Indonesia punya
dampak lain konflik Rusia-Ukraina adalah peluang untuk ekspansi ke pasar yang
terganggunya mata rantai perdagangan ditinggalkan Rusia, khususnya ke pasar
global terutama dalam distribusi, pasokan, selain Eropa. Sebaliknya, dengan Ukraina,
dan volume perdagangan global. Hal ini juga struktur ekspor Indonesia dengan Ukraina
mengganggu kinerja manufaktur nasional, lebih similar untuk pasar Eropa. Peluang
khususnya manufaktur nasional dengan peningkatan ekspor Indonesia yang
tujuan ekspor di kawasan Eropa. Dampak berdaya saing, dan similar dengan produk
terakhir melalui jalur keuangan, dimana ekspor kedua negara tersebut pada pasar
investor global mulai cenderung kembali dunia dapat mencapai hingga 57 miliar
memegang aset berisiko rendah (safe dolar AS. Sementara untuk pasar Eropa,
haven instrument), termasuk dalam bentuk peluang peningkatan ekspor tersebut
uang tunai. Bagi negara berkembang seperti dapat mencapai 1,3 miliar dolar AS.
Indonesia, hal ini berisiko pada kestabilan
eksternal dan nilai tukar rupiah mengingat
tingginya kemungkinan penarikan aliran
dana yang dilakukan oleh investor asing.

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 2.15. Perbandingan Export Similarity Index Grafik 2.16. Perbandingan Export Similarity Index
(ESI) Indonesia dengan Rusia dan Ukraina (ESI) Indonesia dengan Rusia dan Ukraina
untuk pasar Global untuk pasar Eropa
28

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 2.17. Pemetaan potensi peningkatan ekspor Indonesia pada pasar yang
ditinggalkan Rusia-Ukraina

Salah satu peluang Indonesia dalam Lebih lanjut, tantangan yang timbul
menggantikan pasar yang ditinggalkan akibat tensi geopolitik kini meluas ke isu
oleh Rusia dan Ukraina adalah ekspor proteksionisme. Fenomena ini telah muncul
produk-produk logam dasar. Peluang ini semenjak 2019 pascakrisis keuangan
diperoleh berdasarkan hasil pemetaan global 2018 ketika sebagian negara
dengan menggunakan parameter ESI, mulai fokus pada penguatan kapasitas
RSCA2, dan TBI3. Terdapat beberapa produk domestik untuk mengurangi dampak
logam Indonesia yang berdaya saing tekanan global. Kebijakan proteksionisme
(RSCA>0) dan surplus (TBI>0), dan memiliki kemudian meluas saat dunia dihadapkan
tingkat kemiripan (PSI>0) dengan produk pada beberapa kejadian besar, termasuk
logam yang diproduksi oleh kedua negara di antaranya dua konflik yang memicu
tersebut. Produk logam tersebut terutama tensi geopolitik, yaitu perang dagang AS-
emas, tembaga, aluminium, dan besi baja Tiongkok dan perang Rusia-Ukraina. Kondisi
dan produk logam turunannya. Dari data ini mendorong banyak negara mulai
ekspor pada 2020, Indonesia berpeluang mengarahkan hasil produksinya untuk
untuk mengisi ekspor logam dasar Rusia- pemenuhan kebutuhan domestik sebagai
Ukraina di pasar global yang setidaknya langkah antisipasi jika konfik berkembang
mencapai 41,5 miliar dolar AS. Peluang ini menjadi krisis global. Akibatnya, disrupsi
tidak hanya untuk Indonesia, namun terbuka rantai pasok global menjadi semakin besar
bagi seluruh negara produsen logam dasar dan berdampak signifikan pada negara-
lainnya. Oleh karena itu, peran pemerintah negara basis manufaktur seperti Indonesia
dalam memfasilitasi pelaku usaha dalam yang sebagian sektor industrinya
membuka akses pasar menjadi menjadi mengandalkan pasokan bahan baku yang
salah satu kunci keberhasilan Indonesia bersumber dari impor.
dalam memanfaatkan peluang tersebut.

2
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) digunakan untuk melihat keunggulan komparatif (daya saing) produk ekspor
suatu negara dalam basket ekspor negara-negara di dunia. Pengelompokan produk menggunakan nilai indeks dengan nilai pada kisaran
-1≤RSCA≤1 untuk memudahkan visualisasi.

3
Trade Balance Index (TBI) menggambarkan trade balance dalam bentuk indeks di rentang -1≤TBI≤1 untuk memudahkan visualisasi dan
pengelompokan produk.
29

2.2. Tantangan Struktural

Sejumlah tantangan struktural masih


dihadapi oleh industri manufaktur di tengah
upaya menopang transformasi Indonesia
menuju negara maju. Tantangan struktural
tersebut, antara lain, (i) masih tingginya
produk low technology dalam struktur ekspor
Indonesia; (ii) ketergantungan akan impor
bahan baku maupun barang antara untuk
produksi manufaktur; (iii) linkage local value
chain yang masih perlu ditingkatkan, baik
antarwilayah maupun antarindustri; serta
(iv) transisi industri hijau yang perlu terus
diakselerasi. Berdasarkan refocusing terhadap
perumusan strategi kebijakan secara end-to-
end, maka asesmen penguatan struktur industri
manufaktur ditempuh melalui penguatan
linkage, dan selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas produksi dalam
negeri dan ekspor bernilai tambah tinggi, serta
mampu menggerakkan ekonomi antarwilayah
dan mendukung transisi menuju ekonomi hijau.

Salah satu tantangan struktural yang dihadapi


dari sisi ekspor di antaranya adalah produk low
technology dalam struktur ekspor Indonesia yang
masih tinggi. Berdasarkan hasil pemetaan kinerja
industri dengan mengadopsi klasifikasi tingkat
teknologi (Lall, S. 2015), ekspor manufaktur
Indonesia masih didominasi oleh produk primer,
manufaktur berbasis SDA, dan berteknologi
rendah. Salah satu penyebabnya adalah
partisipasi Indonesia ke GVC yang masih relatif
rendah. Penelitian ADB (2019) menemukan
bahwa partisipasi Indonesia ke GVC menurun
sepanjang periode 2000 ke 2017. Partisipasi GVC
ke depan (forward) menurun dari 21,5% pada
2000 ke 12,9% pada 2017, sementara partisipasi
ke belakang (backward) menurun dari 16,9% ke
10,1% pada periode yang sama.

Upaya peningkatan ekspor secara umum dapat


dilakukan melalui peningkatan partisipasi ke
GVC, termasuk melalui peningkatan jaringan
suplai lokal. Partisipasi Indonesia ke GVC dapat
ditingkatkan dengan menerapkan tiga strategi,
yaitu dengan (i) meningkatkan local skill dan
infrastruktur; (ii) meningkatkan kapasitas
30

Profil Ekspor Indonesia Berdasarkan Tingkat Teknologi

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 2.18. Ekspor Indonesia Berdasarkan Tingkat Teknologi

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 2.19. Peningkatan Nilai Tambah Domestik pada Industri

perusahaan lokal dan efisiensi jaringan suplai Peningkatan ekspor khususnya produk
lokal; serta (iii) mendorong pembangunan berteknologi tinggi dapat didorong dengan
merata, berkelanjutan dan berwawasan meningkatkan peranIndonesia sebagai
lingkungan (UNIDO, 2017). Strategi penguatan hub dari jaringan produksi global. Penelitian
linkage dengan jaringan suplai lokal ini perlu Anglingkusumo et al (2014) menunjukkan
terus ditempuh, mengingat peran input bahwa kenaikan partisipasi Tiongkok dalam
domestik dalam memproduksi barang GVC dapat mendukung pertumbuhan
yang diekspor belum merata. Dari delapan manufaktur berorientasi ekspor disertai
industri yang diobservasi, terlihat bahwa dengan perbaikan muatan teknologi (tech
peningkatan peran input domestik dalam leverage). Ekspor produk berteknologi
memproduksi barang yang diekspor, diproksi tinggi tersebut bersumber dari banyak
dengan menggunakan Domestic Value perusahaan multinasional yang terafiliasi
Added Ratio (DVAR) antara 2017-2020 belum dengan negara maju, sehingga memiliki
merata. Lebih lanjut, peningkatan komposisi kualitas input dan output yang kompleks
tingkat teknologi produk ekspor pada 8 serta berstandar tinggi. Hal ini dimungkinkan
industri prioritas antara periode 2017-2020 sejalan dengan upaya Tiongkok
berlangsung secara terbatas, kecuali industri meningkatkan manufaktur berorientasi
logam dasar. ekspor melalui reformasi secara cepat
untuk memperkuat enablers bagi investasi
asing langsung (Foreign Direct Investment/
FDI) dari perusahaan multinasional. Oleh
31

karena itu, peningkatan reformasi struktural tengah fakta bahwa produk industri yang
menjadi satu prasyarat penting bagi diekspor bergantung pada bahan baku yang
peningkatan ekspor berteknologi tinggi ini. masih diimpor, risiko-risiko tersebut dapat
berimplikasi pada resiliensi ekspor nasional.
Lebih lanjut, peran Indonesia sebagai
production hub untuk ekspor dalam
jaringan produksi global yang cenderung
menurun menggambarkan bahwa impor
yang ditujukan untuk reekspor lebih
rendah dibandingkan dengan impor untuk
kebutuhan domestik. Aktivitas reekspor
setelah melakukan impor bahan baku dan
barang antara dari dunia tergantikan oleh
peningkatan impor untuk tujuan produksi
dan konsumsi akhir pasar domestik. Kondisi Sumber: Bank Indonesia, diolah

ini menunjukkan bahwa peran Indonesia Grafik 2.20. Impor Bahan Baku
Berdasarkan Sektor
dalam rantai nilai global belum menjadi basis
produksi utama untuk ekspor ke pasar dunia,
namun lebih sebagai pasar bagi produsen
global dan domestik. Hal ini menggambarkan
tantangan Indonesia dengan daya tarik
lebih kuat sebagai pasar bagi investasi yang
bersifat domestic market seeking. Masalah
biaya logistik yang relatif tinggi dan enablers
bagi investasi berorientasi ekspor ke pasar
dunia menjadi beberapa faktor penyebab
peran Indonesia sebagai hub belum optimal.

Peran impor yang masih lebih kuat untuk Sumber: Bank Indonesia, diolah
kebutuhan domestik ini menjadi salah satu Grafik 2.21. Impor Bahan Baku Industri
tantangan bagi industri manufaktur, di Berdasarkan Jenis Barang

tengah impor bahan baku dan barang antara


yang masih tinggi. Berdasarkan kondisi terkini,
impor barang industri baik berupa barang
jadi maupun untuk kepentingan industri
mencapai 90,48% dari total komoditas impor
nasional. Impor nasional tersebut terdiri dari
72,1% impor bahan baku dan 14,7% impor
barang modal. Risiko terkait impor yang
masih tinggi ini berkaitan dengan konsentrasi
sumber impor pada beberapa negara mitra
dagang, salah satunya ialah Tiongkok yang
mencapai 30,45%. Risiko ini dapat menguat
seiring dengan tren peningkatan kebijakan Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.22. Impor Bahan Baku
inward looking berdasarkan kebijakan Berdasarkan Negara Asal
proteksionisme perdagangan internasional
oleh beberapa negara yang menguat
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Di
32

Sumber: Global Trade Report, diolah Sumber: Tabel IO 2016, diolah


Grafik 2.23. Perkembangan Kebijakan Grafik 2.24. Korelasi antara Input Impor dengan
Proteksionisme Output yang Diekspor di Industri

Selain tantangan dari sisi ekspor dan impor, dalam, diikuti dengan penurunan input
tantangan struktural lainnya yang dihadapi dari Balinusra. Penurunan input dari kedua
oleh industri manufaktur terutama terkait wilayah tersebut digantikan dengan impor
linkage dengan local value chain yang dari impor yang meningkat dari 13,92% pada
masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan 2010 menjadi 16,89% pada 2016. Secara
hasil pemetaan menggunakan Tabel Input keseluruhan, tingkat local value chain
Output tahun 2010 dan 2016, linkage industri Indonesia menurun dari 86,08% pada 2010
manufaktur Indonesia dengan wilayah menjadi 83,11% pada 2016. Dengan kondisi
luar Jawa secara umum menunjukkan tersebut, terdapat ruang penguatan linkage
perkembangan yang membaik. Namun, dengan local value chain baik dengan intra
input dari intra Jawa menurun cukup Jawa maupun dengan luar Jawa.

Sumber: BPS, Bank Indonesia, diolah


Gambar 2.1. Tingkat Keterkaitan Domestik
Antarwilayah Industri Manufaktur
33

Tantangan struktural lain yang saat ini Carbon Pricing sebagai bukti dukungan
semakin mengemuka adalah menguatnya Indonesia terhadap penanggulangan
tren transisi menuju ekonomi hijau, perubahan iklim bersama masyarakat
termasuk bagi industri manufaktur, untuk dunia. Kebijakan pengaturan Instrumen
mendukung pengembangan ekonomi NEK akan menjadi landasan legal yang
hijau. Peningkatan risiko perubahan iklim kuat dalam rangka mencapai target
dan dampaknya terhadap perekonomian Nationally Determined Contributions
global telah mendorong berbagai negara (NDCs) Indonesia serta untuk mendukung
untuk berkomitmen dalam menurunkan pembangunan rendah karbon.
emisi global sebagaimana kesepakatan
yang tercantum dalam Paris Agreement. Salah satu tantangan utama dalam
Di satu sisi, tren ini diperkirakan akan akselerasi menuju industri hijau ialah
mendorong peningkatan permintaan transition cost yang diperlukan cukup
produk ramah lingkungan secara besar, baik bagi pemerintah maupun
akseleratif. Sebagai contoh, dalam rantai pelaku usaha. Upaya dalam menjadikan
nilai industri otomotif, permintaan atas low Indonesia sebagai net zero emissions
carbon electricity, low emission vehicles, country dimulai dengan melakukan
dan low carbon product meningkat dalam transisi energi kelistrikan yang berbasis
beberapa tahun terakhir dan diperkirakan batubara menuju energi yang lebih bersih
akan menjadi tren global di masa dan ramah lingkungan. Hal tersebut
yang akan datang. Di sisi lain, langkah- didasari oleh emisi yang dihasilkan oleh
langkah penurunan emisi karbon ini pembangkit listrik batubara relatif tinggi,
masih menghadapi beberapa tantangan, mencapai 1.310 ton CO2e/GWh. Emisi ini
khususnya terkait dengan penerapan lebih tinggi dibandingkan dengan emisi
carbon pricing baik domestik maupun yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik
cross border. Saat ini, sebanyak 61 Carbon tenaga angin sekitar 124 ton CO 2e/GWh.
Pricing Initiatives (implementasi & rencana) Namun, biaya investasi yang tinggi pada
dilakukan di 46 negara dunia. Di Indonesia sektor energi terbarukan masih menjadi
sendiri, implementasi carbon pricing juga kendala utama minat pelaku usaha
sudah berjalan sejak diberlakukannya UU dalam mendukung program tersebut
HPP. Selain itu, diterbitkan pengaturan terkait masih rendah.
penerapan Nilai Ekonomi Karbon (NEK)/
34

Tabel 2.4. Perbandingan Emisi Karbon Berdasarkan Sumber Energi

Rata-rata Terendah Tertinggi


Teknologi
ton Co2e/Gwh

Lignit 1,054 790 1,372

Batubara 888 756 1,310

Minyak Bumi 733 547 935

Gas Bumi 499 362 891

Solar Panel
85 13 731
Photovoltaic

Biomassa 45 10 101

Nuklir 29 2 130

Hidroelektrik 26 2 237

Angin 26 6 124

Sumber: WorldNuclear.com, diolah

Sumber: Institute for Essential Services Reform (IESR)


Grafik 2.25. Biaya Pembangkitan Listrik Berdasarkan Sumber Energi
35

Tantangan berikutnya ialah rencana mendukung target Uni Eropa sebagai


implementasi Carbon Border Adjustment benua pertama yang mencapai carbon
Mechanism (CBAM) oleh Uni Eropa yang neutral pada 2050. Pada tahap awal,
akan dimulai secara bertahap sejak CBAM akan diimplementasikan pada 5
tahun 2023 sampai dengan tahun 2026. komoditas yang dianggap menyumbang
CBAM adalah pengukuran harga karbon emisi karbon paling tinggi, yakni semen,
yang terkandung dalam barang yang besi baja, pupuk, aluminium, dan listrik. Dari
diimpor oleh Uni Eropa sesuai Sistem perspektif Indonesia, pangsa ekspor kelima
Perdagangan Emisi Uni Eropa. Importir komoditas tersebut terhadap total ekspor
Uni Eropa akan diwajibkan membeli Indonesia ke Uni Eropa masih sangat kecil
sertifikat karbon sesuai harga karbon (6,18%). Akan tetapi, hal ini perlu dicermati
yang seharusnya dibayarkan dengan lebih lanjut, terutama jika CBAM tersebut
tingkat harga barang yang diproduksi di dikenakan secara lebih luas pada produk
bawah aturan penetapan harga karbon lain ataupun pada negara lainnya.
Uni Eropa. Hal tersebut dilakukan untuk

Sumber: State and Trends of Carbon Pricing 2022, World Bank


Gambar 2.2. Rencana Penerapan Batas Karbon di Eropa

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 2.26. Pangsa Ekspor Indonesia pada Lima Komoditas
tujuan Eropa yang Terdampak CBAM
36

Dihadapkan pada tantangan biaya transisi insentif nonfiskal seperti pelatihan,


yang besar dan rencana penerapan pembinaan, penyediaan bantuan promosi.
pajak karbon produk industri di luar Namun, insentif fiskal hingga saat ini
negeri, upaya transisi dan peningkatan masih terbatas. Hal ini ditengarai menjadi
kesiapan industri di Indonesia menuju penyebab jumlah perusahaan yang
industri hijau perlu didukung oleh insentif. berpartisipasi dalam program industri
Saat ini, implementasi regulasi untuk hijau masih relatif terbatas. Kementerian
mendorong transisi menuju industri hijau Perindustrian mencatat bahwa baru 44
perlu terus ditingkatkan karena masih perusahaan yang telah tersertifikasi dan
bersifat sukarela. Ke depan, penerapan memenuhi Standar Industri Hijau (SIH)
regulasi ini akan diwajibkan secara sejak tahun 2017. Untuk mendorong adopsi
bertahap. Dengan adanya Standar Industri SIH, Kementerian Perindustrian terus
Hijau, maka perusahaan yang sudah mendorong percepatan penyusunan SIH
tersertifikasi sesuai standar hijau tersebut untuk beragam industri, dari saat ini telah
bisa mendapatkan fasilitas fiskal dan tersedia bagi 28 Industri.
nonfiskal. Saat ini, telah terdapat berbagai

Sumber: Kemenperin, Herzog (2005), dan Payet (2021), diolah


Grafik 2.27. Perbandingan Jumlah Partisipasi Industri Dalam Program Industri Hijau
dengan Kontribusi Emisi
37

Berdasarkan tantangan struktural di yang menggambarkan keterkaitan secara


atas, dapat dipetik pelajaran bahwa end-to-end dapat dipilih berdasarkan
refocusing perumusan strategi kebijakan family produk yang telah diidentifikasi, yaitu
secara end-to-end dengan fokus pada produk-produk dalam rumah manufaktur
asesmen penguatan linkage khususnya yang memiliki karakteristik yang sejenis
Local Value Chain (LVC) perlu dilakukan. dan memiliki keterkaitan langsung di
Penguatan linkage ini nantinya tidak saja antara produk-produk tersebut secara
mendukung peningkatan nilai tambah end-to-end dan membahas banyak
yang akan menopang ekspor bernilai industri. Kedua, ruang lingkup asesmen.
tambah tinggi dan mendukung penguatan Asesmen mencakup aspek 3P berdasarkan
kapasitas produksi dalam negeri, tapi juga strategi two pronged approach. Aspek P1
untuk mendukung penguatan aktivitas mencakup perbaikan faktor produksi, P2
ekonomi antarwilayah dan transisi menuju terkait pengaturan dan kelembagaan,
ekonomi hijau. Untuk mendukung asesmen serta P3 mengenai penguatan kerja
penguatan linkage tersebut, disusun sama perdagangan dan promosi. Selain
pemetaan family industri berdasarkan itu, asesmen juga mencakup keterkaitan
keterkaitan end-to-end produk dengan horizontal (antarproduk dan antarwilayah),
menggunakan hasil pemetaan pohon serta keterkaitan vertikal (UMKM dan usaha
industri secara granular. Keterkaitan end- besar). Aspek pembiayaan juga menjadi
to-end ini dilakukan dalam dua tahap. area pembahasan, yaitu terkait skala,
Pertama, pemilihan family produk. Asesmen sumber, dan jenis pembiayaan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Gambar 2.3. Rumah Manufaktur Berdasarkan Two Pronged Approach
38

Berdasarkan pohon industri dari produk- tembaga, stainless steel, carbon steel,
produk dalam rumah manufaktur baterai EV). Family ketiga adalah family
dengan karakteristik sejenis dan memiliki hilirisasi EBT (batubara, CPO, hydrogen,
keterkaitan langsung antarproduk, dapat petrokimia). Family keempat merupakan
dibentuk enam family produk end-to-end. family industri padat karya (komoditas
Family tersebut mencakup sekumpulan petrokimia, karet, TPT, alas kaki, kertas).
produk paling lengkap dan membahas Family kelima mencakup family makanan
multiindustri. Family pertama yaitu family dan minuman (komoditas CPO, kakao,
industri otomotif dan pendukungnya perikanan, udang, kopi, rumput laut, garam,
(komoditas karet, bauksit, alumina, mamin kemasan). Terakhir, family keenam
aluminium, sepeda motor, dan mobil). adalah family unggulan daerah (emas,
Family kedua adalah family hilirisasi garam).
Sumber Daya Alam (komoditas nikel,

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Gambar 2.4. Family Industri Manufaktur
39

Selanjutnya, dalam rangka mendukung upaya


penguatan industri manufaktur berdasarkan
asesmen di atas, diperlukan sinergi dan koordinasi
antar lembaga secara intensif. Hal ini didasarkan
pada tantangan yang dihadapi oleh industri
manufaktur melibatkan lintas sektor (cross-cutting
issues). Sinergi dan koordinasi ini perlu dilakukan
tidak saja pada aspek perumusan kebijakan, tapi
juga mencakup aspek implementasi dan aspek
monitoring kebijakannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia


turut andil dalam pengembangan industri
manufaktur secara tidak langsung sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki oleh Bank
Indonesia. Kontribusi Bank Indonesia diinisiasi
melalui penguatan visi dan misi Bank Indonesia,
yaitu menjadi bank sentral digital terdepan yang
berkontribusi nyata terhadap perekonomian
nasional dan terbaik di antara negara
emerging markets untuk Indonesia maju. Dalam
implementasinya, Bank Indonesia melakukan
transformasi organisasi, di antaranya dengan
membentuk departemen yang khusus mendalami
sektor riil, termasuk industri manufaktur.
Organisasi ini bertujuan untuk menyusun
asesmen berdasarkan pendekatan two pronged
approach dengan strategi utama 3P (lihat rincian
penjelasan pada boks 1). Hasil asesmen tersebut
untuk selanjutnya menjadi input dan dasar
kebijakan yang disusun secara sinergis bersama
kementerian/lembaga terkait. Gambaran asesmen
terkait penguatan linkage akan dibahas secara
mendalam pada Bab 3, sedangkan peningkatan
nilai tambah dan transisi hijau akan diulas secara
lebih detail masing-masing pada Bab 4 dan Bab
5. Pembahasan terkait koordinasi akan dibahas
secara lebih rinci pada Bab 6.
40

Boks 1: Strategi Two Pronged Approach


Penguatan struktur industri manufaktur dan wilayah juga menjadi strategi kunci
menjadi salah satu pilar pembangunan sehingga tercipta local value chain yang
menuju visi Indonesia Maju 2045. Penguatan kuat. Selain itu, penguatan manufaktur
tersebut ditempuh melalui strategi two juga bersifat inklusif sehingga berdampak
pronged approach dan dilakukan secara luas kepada perekonomian.
bertahap. Strategi pendekatan ini diarahkan
untuk mendorong (i) industri medium- Pada strategi pendekatan pertama,
high tech product yang dapat mendorong penguatan industri manufaktur difokuskan
ekspor; sekaligus memperkuat (ii) industri pada upaya penguatan industri med-high
low-tech product dan padat karya, serta tech product yang bernilai tambah tinggi
industri dasar pendukung melalui hilirisasi sebagai bagian rencana jangka panjang
produk SDA. Kedua pendekatan tersebut Indonesia untuk menjadi high income country.
dilakukan secara end-to-end, yakni Untuk mendukung tujuan tersebut, penguatan
bersifat menyeluruh, terintegrasi, inklusif, pada tahap awal dapat dilakukan melalui
dan mampu meningkatkan nilai tambah penentuan industri prioritas yang telah
ekonomi. Strategi penguatan manufaktur berdaya saing tinggi, diikuti dengan surplus
bersifat menyeluruh kepada tiap industri kinerja perdagangan. Hal ini pada gilirannya
mulai dari pembenahan faktor produksi, akan mendukung optimalisasi perolehan
regulasi dan kelembagaan, hingga akses devisa dalam jangka pendek (quick win).
pasar. Penciptaan integrasi antarsektor

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Gambar 2.5. Strategi Two Pronged Approach Pengembangan Industri Manufaktur

Pada strategi pendekatan kedua, penguatan dalam jangka pendek dan mendorong
industri manufaktur diarahkan untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja.
mendorong perkembangan industri low- Sementara, penguatan industri dasar
tech product dan padat karya yang ditujukan pendukung melalui hilirisasi produk SDA
untuk mendukung perbaikan ekspor diarahkan untuk meningkatkan linkage
41

antarindustri dalam negeri (local value chain) membantu mengidentifikasi kendala


dan mendukung perbaikan defisit transaksi dan merumuskan strategi kebijakan
berjalan melalui penguatan kapasitas pengembangan industri manufaktur yang
produksi dalam negeri. mencakup (i) perbaikan faktor produksi
(P1) guna memperkecil productivity gap;
Dalam tataran implementasi, asesmen (ii) pengaturan dan kelembagaan (P2)
end-to-end yang bersifat menyeluruh yang mampu mengurangi regulatory
ini dilakukan dengan menggunakan deficit yang kerap menjadi penghalang
kerangka 3P yang diadopsi dari trade masuknya investasi; serta (iii) penguatan
competitiveness diagnostic. Secara kerja sama perdagangan dan promosi (P3)
garis besar, kerangka tersebut dapat guna meningkatkan akses ke pasar global.

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Gambar 2.6. Strategi Pengembangan Industri Manufaktur

Terkait dengan P1, perbaikan faktor pengembangan zona industri. Strategi


produksi terkait erat dengan upaya pengembangan industri manufaktur
peningkatan kualitas infrastruktur dan dalam satu Kawasan Industri atau Zona
kualitas Sumber Daya Manusia yang Wilayah Industri yang terintegrasi menjadi
mendorong perbaikan produktivitas. salah satu solusi dalam meningkatkan
Perbaikan konektivitas mendukung efisiensi efisiensi proses produksi. Pengembangan
rantai logistik sehingga meningkatkan kawasan tersebut akan diintegrasikan
daya saing industri dari sisi biaya dengan dukungan konektivitas, serta
produksi dan ekspor. Selain itu, dukungan pasokan energi dan SDM yang memadai.
infrastruktur juga diarahkan untuk dapat Sementara itu, kebijakan pendidikan
mendorong pengembangan industri vokasi diarahkan pada peningkatan peran
hulu dan antara guna memperkuat dan kerja sama industri/swasta dalam
keterkaitan antarindustri domestik sehingga pendidikan dan pelatihan vokasi.
mendorong peningkatan local value chain.
Dalam kaitannya dengan infrastruktur, Dalam kaitannya dengan peningkatan
pengembangan industri manufaktur produktivitas, penerapan kemajuan
dapat pula didukung dengan strategi teknologi terus didorong oleh Pemerintah
42

melalui implementasi kebijakan Making dan menjaga ketahanan eksternal melalui


Indonesia 4.0 melalui enam langkah. peningkatan ekspor perlu ditopang dengan
Langkah pertama, implementasi akses ke pasar yang lebih luas. Sejumlah
kebijakan dimulai dengan mengukur perjanjian perdagangan yang saat ini
tingkat kesiapan pelaku industri dalam dalam tahap negosiasi atau ratifikasi perlu
menerapkan industri 4.0. Berdasarkan dioptimalkan guna mendukung tujuan
asesmen, industri manufaktur Indonesia tersebut. Selain itu, melalui fasilitasi dan
cukup siap dalam menerapkan industri 4.0. promosi perdagangan oleh Pemerintah,
Langkah kedua, dibentuk ekosistem inovasi diharapkan terjadi diversifikasi produk
melalui pembangunan pusat inovasi dan ekspor manufaktur ke pasar nontradisional.
pengembangan SDM industri 4.0. Langkah Selain itu, peningkatan analisis
ketiga, untuk menjamin kebijakan dapat pasar, khususnya penguatan market
diimplementasikan secara luas, kerangka intelligence perlu dilakukan sehingga
regulasi dan insentif telah dipersiapkan untuk meningkatkan kemampuan dalam
melalui rancangan Perpres tentang peta memahami karakteristik tren permintaan
jalan Making Indonesia 4.0 dan super global.
deductible tax. Langkah keempat, dilakukan
penggalian ide inovasi dan pembinaan Selain asesmen yang bersifat menyeluruh
perusahaan start-up berbasis teknologi (end-to-end) melalui kerangka 3P,
industri 4.0. Langkah kelima, akan diadakan pengembangan industri manufaktur
international investor roadshow untuk juga perlu bersifat terintegrasi, inklusif,
mengkampanyekan kebijakan ke dunia dan mampu meningkatkan nilai tambah
internasional. Langkah keenam, dilakukan ekonomi. Strategi yang bersifat terintegrasi
penyiapan SDM industri dan fasilitasi IKM diarahkan untuk memastikan bahwa
melalui program vokasi link and match industri yang terpusat di Jawa semakin
antara SMK dengan industri dan melalui terintegrasi dengan industri pendukung
pelatihan e-smart IKM. di luar Jawa sehingga ketergantungan
terhadap impor bahan baku dapat semakin
Terkait dengan P2, perbaikan regulasi menurun. Upaya peningkatan nilai tambah
dan kelembagaan, termasuk dukungan turut mendukung integrasi antarsektor dan
insentif dari Pemerintah, perlu terus antarwilayah sehingga spesifikasi produk
diarahkan untuk mendorong investasi dan industri pendukung domestik di luar Jawa
ekspor. Dukungan kelembagaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan industri di Jawa.
melalui penyederhanaan, sinkronisasi Sementara itu, strategi pengembangan
dan harmonisasi regulasi terkait perizinan yang bersifat inklusif diharapkan berdampak
investasi sehingga dapat menopang luas ke seluruh lapisan masyarakat. Untuk
prospek investasi di industri manufaktur. itu, pengembangan seperti klaster UMKM
Selain kelembagaan, dukungan serta pengembangan inovasi melalui
pemerintah melalui pemberian insentif pembangunan pusat teknologi dan inovasi
bagi industri untuk mendorong kegiatan sebagai public goods yang hasilnya dapat
ekspor, investasi dan upaya peningkatan dirasakan secara luas dan bersifat inklusif
nilai tambah ekonomi juga akan dapat menjadi penting. Terakhir, tapi tidak kalah
mendukung transformasi manufaktur. penting, asesmen terkait tren ekonomi
hijau yang akan mendorong permintaan
Terkait dengan P3, penguatan kerja sama produk industri yang ramah lingkungan
perdagangan dan promosi ditujukan untuk di tengah tantangan biaya transisi dan
meningkatkan akses ke pasar global. kebijakan pajak karbon juga akan semakin
Transformasi manufaktur yang bertujuan mengemuka.
untuk memperkuat struktur perekonomian
43

BAB 3
Penguatan Rantai Nilai
Bahan Baku Lokal
(Local Value Chain)

Farisan Aufar, Ais Nisa Maruntum


Salah satu tantangan struktural yang dihadapi dalam
rangka penguatan struktur industri manufaktur adalah
rantai nilai bahan baku lokal (local value chain) yang masih
perlu ditingkatkan. Linkage industri dengan local value chain
menurun, terutama pada family padat karya serta makanan
dan minuman, di tengah peningkatan pada family otomotif dan
hilirisasi SDA. Penguatan keterkaitan (linkage) dengan local
value chain berperan penting dalam mendorong penguatan
kapasitas produksi dalam negeri dan meningkatkan ekspor
bernilai tambah tinggi, sekaligus menggerakkan ekonomi
antarwilayah. Oleh karena itu, identifikasi kendala yang
dihadapi industri perlu dilakukan untuk mendukung perumusan
rekomendasi kebijakan yang tepat.
44

3.1. Perkembangan Local Value Chain

Linkage local value chain antarwilayah Pemetaan Tabel Input Output (IO)
dan antarindustri yang masih tahun 2010 dan 2016 menunjukkan
perlu ditingkatkan menjadi salah perkembangan linkage industri
satu tantangan struktural dalam manufaktur antarwilayah relatif menurun.
pengembangan industri manufaktur. Perkembangan tersebut tercermin dari
Strategi penguatan linkage tersebut perlu tingkat local value chain yang lebih rendah
terus didorong karena secara bersamaan sebesar 83,11% pada 2016 dari sebelumnya
dapat memperbaiki neraca perdagangan 86,08% pada 2010. Penurunan terdalam
Indonesia. Tantangan tersebut meliputi terjadi di wilayah sentra produksi intra
impor bahan baku yang masih tinggi, di Jawa dan diikuti oleh wilayah Balinusra,
tengah produk ekspor berteknologi tinggi sedangkan tingkat linkage wilayah lain
yang terbatas. Penguatan strategi tersebut meningkat. Sementara itu, linkage bahan
juga dimaksudkan untuk meningkatkan baku impor industri manufaktur meningkat
dampak pengganda ke perekonomian dari 13,92% pada 2010 menjadi 16,89% pada
(multiplier effect), optimalisasi kapasitas 2016. Peningkatan tersebut dipengaruhi
dan kapabilitas industri, serta mendorong oleh pasokan bahan baku dalam negeri
peningkatan devisa negara melalui yang terbatas, di tengah produktivitas sisi
penciptaan produk bernilai tambah tinggi. hulu yang lebih rendah.
45

Sumber: BPS, Bank Indonesia, diolah


Gambar 3.1. Tingkat Keterkaitan Domestik Antarwilayah Industri Manufaktur
46

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.1. Profil Ekspor Indonesia Berdasarkan Tingkat Teknologi

Linkage antarwilayah masih berfokus di pangsa yang lebih kecil dibandingkan


Pulau Jawa mengingat kawasan industri Primary Products, perkembangan produk
masih terpusat di wilayah tersebut. Meski ekspor kategori Medium Technology
masih cukup dominan, perkembangan Manufactures mengalami peningkatan
tersebut terus menunjukkan penurunan dan pada 2020. Peningkatan tersebut sejalan
mulai tergantikan oleh wilayah di luar Pulau dengan pengembangan produk yang
Jawa. Penurunan tersebut merupakan dihasilkan oleh family industri otomotif dan
implikasi dari kebijakan Pemerintah dalam hilirisasi SDA.
mendorong pemerataan ekonomi nasional,
seperti penciptaan pusat ekonomi dan Di tengah perkembangan linkage
kawasan industri yang dekat dengan antarwilayah yang terbatas dan produk
pusat bahan baku. Selaras dengan upaya ekspor berteknologi rendah yang masih
peningkatan produksi bahan baku dalam dominan, pemenuhan bahan baku industri
negeri, Pemerintah juga mendorong melalui impor masih cukup kuat. Selain itu,
pemanfaatan bahan baku lokal untuk porsi impor bahan baku pada beberapa
industri di sisi hilir. industri juga mengalami peningkatan.
Dalam konteks ini, identifikasi mengenai
Produk ekspor industri manufaktur masih perkembangan tingkat local value chain
didominasi kategori Resource Based pada beberapa industri prioritas menjadi
Manufactures dan Primary Products. perlu dilakukan. Identifikasi tersebut
Kondisi tersebut relatif tidak mengalami bertujuan agar dihasilkan kebijakan yang
perubahan secara signifikan sejak 2018. tepat untuk mengakselerasi pemenuhan
Ekspor produk dengan kategori Resource bahan baku industri dalam negeri. Tingkat
Based Manufactures dan Primary Products linkage local value chain ini diklasifikasikan
sebagian besar dihasilkan dari industri berdasarkan family industri terkait, yaitu
makanan dan minuman, seiring dengan otomotif, hilirisasi SDA, padat karya, serta
pangsa ekspor produk olahan CPO yang makanan dan minuman.
tinggi. Sementara itu, meskipun memiliki
47

3.1.1. Family Otomotif

Linkage industri otomotif antarwilayah Meskipun telah berjalan dengan baik,


dari luar Jawa menunjukkan peningkatan. linkage antarindustri domestik masih
Peningkatan tertinggi dalam rantai nilai perlu dikembangkan, terutama untuk
industri otomotif terjadi di wilayah Sulawesi, mengatasi kendala mismatch antara
Maluku, dan Papua (Sulampua) sebesar hulu dengan hilir. Industri otomotif masih
5,63% pada 2016, dari sebelumnya 0,38% menyimpan potensi pengembangan yang
pada 2010. Kenaikan yang cukup tinggi besar. Potensi pengembangan didukung
didorong oleh upaya hilirisasi produk SDA oleh integrasi industri otomotif yang relatif
sebagai input proses produksi di industri telah terbentuk dengan baik dan mencakup
alat angkutan. Pemenuhan bahan baku banyak industri pendukung di dalamnya.
dari Sulampua tersebut didominasi oleh Dengan demikian, peningkatan integrasi
komoditas besi, baja, dan aluminium. Di tersebut diharapkan dapat semakin
samping itu, peningkatan linkage antar meningkatkan efek pengganda maupun
wilayah juga terjadi di Sumatera, sejalan nilai tambah produk akhir yang dihasilkan.
kebutuhan karet alam yang meningkat.
Komoditas tersebut digunakan sebagai
campuran utama dalam pembuatan ban
kendaraan roda dua maupun roda empat.
48

Sumber: BPS, Bank Indonesia, diolah


Gambar 3.2. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Otomotif
49

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.2. Profil Ekspor Family Otomotif Berdasarkan Tingkat Teknologi

Ekspor komoditas family otomotif banyak diproduksi di dalam negeri,


merupakan produk dengan penggunaan termasuk pengembangan mobil listrik.
teknologi yang cukup tinggi. Proses Selain itu, penanaman modal yang
produksi yang relatif rumit menyebabkan dilakukan oleh pelaku industri skala
ekspor produk akhir di family industri besar juga mendorong pengembangan
otomotif termasuk dalam kategori Medium produk otomotif berbasis teknologi tinggi.
Technology Manufactures. Pangsa produk Potensi pasar dalam negeri yang besar,
kategori tersebut telah mencapai 62,7% fundamental perekonomian domestik yang
pada 2020, atau naik sebesar 57,7% pada kuat, dan berbagai insentif dari Pemerintah
2018. Kenaikan pangsa produk dengan mendorong minat pelaku industri otomotif
teknologi lebih mutakhir itu didorong oleh untuk menanamkan modal di Indonesia.
varian produk otomotif yang semakin
50

3.1.2. Family Hilirisasi SDA

Pembangunan pabrik peleburan (smelter) Pada 2022, sebanyak 21 smelter


di Kawasan Timur Indonesia (KTI) secara diproyeksikan telah mulai beroperasi, dari
progresif mendorong perbaikan linkage target sebanyak 53 smelter yang akan
antarwilayah dalam meningkatkan kinerja dibangun sampai dengan tahun 2024. Total
produksi komoditas SDA. Analisis IRIO nilai investasi dari pembangunan smelter
menunjukkan perkembangan linkage dari diprakirakan mencapai 21,60 miliar dolar
Sulampua ke wilayah produksi di Jawa AS yang berasal dari APBN dan keterlibatan
mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan swasta. Sejumlah kebijakan tersebut
wilayah lain, menjadi 3,40% (2016) dari 0,28% berdampak positif terhadap kinerja industri
(2010). Peningkatan tersebut terutama hilirisasi SDA yang saat ini memiliki peluang
didorong oleh upaya hilirisasi komoditas untuk diangkat (momentum to elevate) dan
SDA, seperti nikel, besi baja, dan barang menjadi salah satu leading sector akselerasi
tambang lainnya. Selain itu, dukungan pemulihan ekonomi. Di tengah pandemi,
regulasi dari Pemerintah, baik dari sisi kinerja industri ini tetap menorehkan
pelarangan ekspor komoditas mentah prestasi yang cukup gemilang. Kinerja
maupun insentif fiskal, juga berhasil menarik tersebut tercermin dari pertumbuhan
investasi pembangunan smelter berskala tahunan yang selalu mencatatkan kinerja
besar. positif, masing-masing sebesar 5,87% pada
2020 dan 11,50% pada 2021.
51

Sumber: BPS, Bank Indonesia, diolah


Gambar 3.3. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Hilirisasi SDA
52

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.3. Profil Ekspor Family Hilirisasi SDA Berdasarkan Tingkat Teknologi

Capaian dari implementasi berbagai hilirisasi SDA juga tercermin dari komposisi
kebijakan tersebut juga telah menunjukkan ekspor yang didominasi oleh produk
hasil yang positif, terutama dalam kategori Medium Technology Manufactures.
mengurangi ketergantungan terhadap Perkembangan kualitas kategori produk
produk impor. Salah satu pencapaian tersebut mengalami peningkatan signifikan
tercermin dari realisasi impor komoditas dari 29,7% (2018) menjadi 46,6% (2020).
baja dari Tiongkok yang menurun signifikan Kualitas komoditas ekspor menuju produk
sebesar 31%, yaitu dari 6,9 juta ton pada 2019 akhir yang bernilai tambah tinggi tersebut
menjadi 4,8 juta ton pada 2021. Penurunan akan selaras dengan peningkatan
impor baja tersebut berlangsung di tengah penerimaan devisa negara ke depan.
kenaikan kebutuhan produk, seiring dengan Pada akhirnya, kondisi tersebut diharapkan
realisasi pembangunan infrastruktur berimplikasi pada perbaikan kondisi neraca
strategis nasional yang terus didorong. Di perdagangan Indonesia.
sisi lain, keberhasilan mendorong produk
53

3.1.3. Family Padat Karya

Tingkat linkage antarwilayah family padat mencapai 18% dari total impor bahan
karya tercatat mengalami penurunan baku sektor manufaktur. Komoditas soda
pada 2016. Perkembangan menunjukkan ash merupakan salah satu produk impor
bahwa tingkat local value chain lokal pada utama yang mencapai hampir 90% dari
2016 lebih rendah menjadi 80%, dari periode total kebutuhan untuk produksi dalam
2010 yang mencapai 95%. Penurunan negeri. Sementara itu, pemenuhan bahan
terdalam terjadi di wilayah sentra produksi, baku untuk industri TPT didominasi oleh
yakni intra Jawa. Di sisi lain, keterkaitan komponen kain lembaran (48%), serat
produk impor pada industri padat karya (20%), dan tekstil lainnya (16%). Di sisi
meningkat cukup tinggi dari 5,34% pada lain, kebutuhan bahan baku bagi industri
2010 menjadi 19,71% pada 2016. Kenaikan alas kaki difokuskan dalam memproduksi
tingkat ketergantungan disebabkan bottom, outsole, dan midsole. Salah
oleh pasokan bahan baku dari produsen satu kendala utama dalam mengurangi
domestik yang relatif terbatas, terutama ketergantungan bahan baku impor adalah
untuk industri TPT, alas kaki, dan kimia. harga komoditas di luar negeri yang
Selain itu, kapasitas Industri Kecil Menengah lebih terjangkau karena didukung oleh
(IKM) dalam memproduksi bahan baku dan produksi yang lebih efisien. Ketergantungan
barang antara sesuai kuantitas dan kualitas bahan impor yang tinggi mendorong
yang dibutuhkan industri manufaktur masih peningkatan risiko kelancaran produksi
terbatas. apabila terjadi kendala dalam produksi
maupun distribusinya. Selain itu, terdapat
Data ekspor terkini menunjukkan industri pula risiko kenaikan harga dalam negeri
kimia mencatatkan impor bahan baku yang lebih tinggi sejalan perkembangan
dengan pangsa terbesar dibandingkan harga komoditas internasional yang
subsektor manufaktur lainnya. Pangsa ditransmisikan ke harga domestik.
impor bahan baku industri kimia
54

Sumber: BPS, Bank Indonesia, diolah


Gambar 3.4. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Padat Karya
55

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.4. Profil Ekspor Family Padat Karya Berdasarkan Tingkat Teknologi

Tingkat pengolahan produk untuk family skala global dengan mengalihkan pesanan
ini relatif cukup baik, dengan penggunaan untuk pemenuhan beberapa komoditas
teknologi didominasi tingkat Low and selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Medium Technology Manufactures. Salah satu contoh komoditas yang
Produsen juga terus berupaya untuk mendapat pengalihan pesanan tersebut
mendorong efisiensi proses produksi dan adalah apparel dari Vietnam ke Indonesia.
peningkatan nilai tambah produk melalui Pengalihan pesanan tersebut memberikan
penggantian mesin atau teknologi terkini. dampak positif pada kinerja ekspor yang
Keberhasilan strategi tersebut ditunjukkan melanjutkan pemulihan secara signifikan
dari peningkatan kepercayaan perusahaan pascapandemi.
56

3.1.4. Family Industri Makanan dan Minuman

Pemenuhan bahan baku atau barang Di sisi lain, Pemerintah tetap berkomitmen
antara dari dalam negeri untuk industri mendorong peningkatan linkage
olahan makanan dan minuman domestik di industri olahan makanan dan
mengalami penurunan. Perkembangan minuman melalui berbagai instrumen
linkage antarwilayah tercatat lebih rendah yang tersedia. Sejumlah kebijakan
menjadi 89,73% pada 2016 dari sebelumnya difokuskan pada peningkatan investasi,
99,81% pada 2010. Secara lebih terperinci, baik dari dalam negeri maupun asing,
penurunan dominan terjadi pada wilayah dengan penyusunan berbagai insentif
intra Jawa dan Balinusra, sedangkan peran fiskal maupun aturan pendukung lainnya.
linkage dari luar wilayah lain meningkat. Selain itu, penguatan IKM yang berperan
Penurunan keterkaitan dalam negeri sebagai pemasok bahan baku industri juga
tersebut tergantikan dengan kenaikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
peran impor, menjadi 10,27% dari 0,19% di dari strategi penguatan local value chain.
periode yang sama. Peningkatan peran Data terbaru menunjukkan pangsa IKM
impor dipengaruhi oleh keterbatasan industri makanan dan minuman menjadi
peningkatan produksi hulu domestik, antara yang terbesar dibandingkan industri
lain produk biji kakao, gula, dan garam olahan lain, mencapai hampir 40% atau
untuk industri. Sementara itu, keterbatasan setara 1,7 juta IKM. Beberapa program
produksi hulu dalam negeri disebabkan pemerintah yang telah diimplementasikan,
oleh produktivitas sisi hulu yang masih meliputi peningkatan kapasitas SDM,
rendah dan mismatch kualitas dengan pendampingan proses bisnis, hingga
kebutuhan industri. business matching dengan pelaku industri
sedang dan besar.
57

Sumber: BPS, Bank Indonesia, diolah


Gambar 3.5. Pemetaan Hubungan Antarwilayah Family Makanan dan Minuman
58

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.5. Profil Ekspor Family Makanan dan Minuman Berdasarkan Tingkat Teknologi

Dari sisi komposisi ekspor, family ini paling dominan adalah Refined Palm Oil
didominasi oleh kategori Resource Based (RPO) atau produk turunan pertama dari
Manufactures dan Primary Products CPO, dengan pangsa mencapai 75%. Dalam
pada 2020, relatif tidak berubah sejak jangka menengah-panjang, pemerintah
2018. Stagnasi komposisi disebabkan oleh menargetkan agar jenis produk hilirisasi
pangsa ekspor olahan CPO yang lebih CPO semakin beragam dan berdaya saing
dominan dibandingkan dengan ekspor lebih tinggi. Target tersebut diharapkan
komoditas lain. Komoditas bahan mentah untuk dapat mendorong peningkatan
CPO membentuk 8% dari total ekspor devisa bagi aktivitas ekspor nasional.
produk tersebut. Sementara produk yang
59
60

3.2. Kendala Penguatan Local Value Chain

Salah satu upaya untuk memperkuat Ketidakcocokan (mismatch) kualitas dan


struktur industri manufaktur adalah kuantitas bahan baku lokal, nilai tambah
dengan optimalisasi strategi penguatan dan produktivitas di sisi hulu yang relatif
local value chain. Namun, upaya tersebut masih rendah juga menjadi kendala
masih dihadapkan dengan berbagai spesifik yang dihadapi oleh mayoritas
kendala yang menghambat penguatan family. Mismatch kualitas dan kuantitas
keterkaitan antarindustri dan antarwilayah. bahan baku lokal karena perbedaan
Dalam rangka mendukung penguatan penggunaan teknologi, secara dominan
local value chain, diperlukan identifikasi ditemukan pada family otomotif. Meskipun
kendala utama yang dihadapi oleh setiap industri hulu dalam negeri telah memiliki
industri dalam konteks 4 family produk di pabrik pengolahan besi dan aluminium,
atas. Identifikasi kendala utama dilakukan namun kualitas yang dihasilkan masih perlu
melalui focus group discussion (FGD) ditingkatkan untuk memenuhi persyaratan
dengan asosiasi dan pelaku usaha yang yang dibutuhkan oleh industri otomotif.
diharapkan dapat mendukung perumusan Sementara itu, pemanfaatan teknologi yang
rekomendasi kebijakan yang tepat dan digunakan oleh IKM pendukung industri juga
optimal. Selanjutnya, untuk memudahkan terbatas sehingga menyebabkan pemasok
identifikasi, pemetaan kendala dilakukan bahan baku dalam negeri baru dapat
melalui strategi pendekatan dua cabang memasok pada komponen lapis (tier) 3
(two pronged approach), dengan (tiga) atau komponen tambahan.
pendetilan pada kerangka 3P.
Faktor nilai tambah yang terbatas juga masih
P1: Perbaikan Faktor Produksi menjadi hambatan bagi pengembangan
linkage, terutama dihadapi oleh industri
Kapasitas produksi dan sumber daya di family hilirisasi SDA. Hambatan utama
manusia yang terbatas menjadi kendala berasal dari ketersediaan smelter tembaga
utama penguatan local value chain yang dengan industri hilir yang masih belum
dihadapi oleh seluruh family industri. banyak tersedia. Hingga periode 2022,
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh hanya industri rod dan wire rod yang
ketersediaan mesin dan teknologi tinggi baru tersedia di Indonesia untuk kategori
dalam negeri yang masih relatif terbatas, industri hilir dalam tahapan pembentukan
sehingga beberapa pelaku usaha sulit (forming). Keterbatasan industri forming
mencapai tingkat produksi yang optimal. tersebut menyebabkan nilai tambah
Sementara itu, peningkatan daya saing hilirisasi komoditas tembaga masih rendah.
industri manufaktur yang lebih tinggi masih Sementara itu, pada family industri makanan
terhambat oleh produktivitas SDM yang dan minuman serta padat karya dihadapkan
masih rendah. Keterbatasan kualitas SDM oleh kendala produktivitas di sisi hulu yang
terutama disebabkan oleh masih terdapat rendah. Kendala tersebut menjadi alasan
celah pada peningkatan pengetahuan dan utama peningkatan penggunaan bahan
inovasi, serta keterbatasan keterampilan baku impor yang terjadi secara periodikal.
tenaga kerja industri.
61

Kendala lain yang dihadapi terkait dihadapi oleh industri di family otomotif
dengan perbaikan faktor produksi adalah dan padat karya yang memiliki keterkaitan
keterbatasan pembiayaan, terutama dari ke belakang (backward linkage) dan
dalam negeri. Kebutuhan pembiayaan keterkaitan ke depan (forward linkage)
yang besar seperti penyediaan mesin dan yang besar.
peralatan teknologi mutakhir, belum dapat
disediakan utuh oleh lembaga keuangan P2: Pengaturan dan Kelembagaan
domestik. Family industri padat karya
menjadi salah satu industri yang paling Pemanfaatan insentif yang masih terbatas
dihadapkan dengan kendala pembiayaan. menjadi salah satu kendala utama
Salah satu faktor utamanya ialah persepsi dalam pengembangan linkage industri.
perbankan atas prospek kinerja ke depan Pemerintah telah berupaya menerbitkan
yang terbatas. Padahal, pembiayaan untuk berbagai bentuk insentif, baik fiskal maupun
pengembangan industri sangat dibutuhkan nonfiskal, dalam rangka mendukung kinerja
mengingat kontribusi family padat karya industri manufaktur. Namun, realisasi
yang cukup besar bagi perekonomian. sejumlah insentif, terutama kebijakan
Kontribusi tersebut diwujudkan melalui super deductible tax yang bertujuan
peranan family padat karya dalam meningkatkan keterlibatan pendidikan
meningkatkan penyerapan tenaga vokasi serta mendorong penelitian dan
kerja, mendorong upaya pemerataan pengembangan, dinilai masih sangat
ekonomi, serta sebagai salah satu industri terbatas. Family industri otomotif dan padat
tumpuan berorientasi ekspor. Sebaliknya, karya menjadi kelompok industri yang
meskipun memiliki risiko yang tinggi, paling menghadapi kendala pemanfaatan
industri dalam family hilirisasi SDA relatif insentif tersebut, di tengah urgensi untuk
lebih mudah mendapatkan pembiayaan mendorong pendidikan dan keterampilan
untuk pendanaan proyek smelter. Minat tenaga kerjanya.
perbankan yang tinggi dalam memberikan
pembiayaan tersebut didukung oleh insentif Pelaku usaha juga masih menghadapi
yang diberikan oleh pemerintah, serta tantangan terkait implementasi regulasi di
prospek permintaan terhadap kebutuhan lapangan. Kondisi tersebut menjadi salah
produk hilir SDA yang masih kuat. satu kendala yang turut menyebabkan
keterbatasan pemanfaatan insentif
Dukungan infrastruktur masih dapat dan program kerja pemerintah untuk
ditingkatkan dalam memperkuat local mendukung pengembangan produk
value chain. Kesenjangan pembangunan unggulan manufaktur. Tantangan yang
infrastruktur pendukung, terutama di luar dihadapi terkait pengaturan terutama pada
Pulau Jawa, menjadi tantangan utama family hilirisasi SDA adalah pengawasan
dalam mengakselerasi ekspansi industri penerapan kebijakan Harga Patokan
secara menyeluruh. Infrastruktur yang Mineral untuk beberapa komoditas. Salah
masih perlu ditingkatkan pemerataannya satu contohnya adalah pemantauan
di sejumlah daerah menyebabkan atas penerapan kebijakan harga patokan
keterkaitan rantai nilai menjadi belum pada komoditas nikel limonite yang
optimal. Sejalan dengan hal tersebut, terbatas. Sementara itu, aturan lanjutan
kawasan industri terintegrasi juga masih pascamoratorium sawit yang telah berakhir
relatif terbatas, sehingga menghambat dan kebijakan replanting peremajaan
perkembangan linkage IKM dengan industri sawit rakyat (PSR) yang penerapannya
besar, terutama dalam mendorong alih masih perlu ditingkatkan, menjadi kendala
pengetahuan dan teknologi. Kendala utama produksi dari family makanan dan
terkait infrastruktur yang terbatas terutama minuman.
62

Optimalisasi penyusunan dan implementasi


peta jalan (roadmap) pengembangan
produk unggulan oleh pemerintah perlu
terus ditingkatkan. Ketersediaan peta
jalan pengembangan produk tersebut
penting untuk dapat digunakan oleh industri
sebagai pedoman penyusunan strategi
bisnis dalam meningkatkan kinerja produksi
ke depan. Penguatan implementasi peta
jalan juga harus terus didorong untuk
peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi
dan pengurangan kebutuhan impor. Salah
satu inisiatif utama yang diluncurkan oleh
Kemenperin ialah Peta Jalan Making Indonesia
4.0. Inisiatif tersebut dimaksudkan untuk
menjawab berbagai tantangan ke depan, di
antaranya digitalisasi, perbaikan produktivitas,
dan pengembangan penelitian serta inovasi.
Dalam mendukung implementasinya,
pemerintah telah menetapkan tujuh sektor
manufaktur prioritas, yakni industri makanan
dan minuman, industri TPT, industri otomotif,
industri kimia, industri elektronik, industri
farmasi, serta industri alat kesehatan. Pelaku
usaha menyambut baik inisiatif pemerintah
tersebut, namun industri juga mengharapkan
agar pemerintah bisa terus konsisten dalam
mendukung implementasi program dimaksud
melalui perumusan program kerja yang riil dan
pemberian berbagai insentif penunjang dunia
usaha.

P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan


dan Promosi

Pemanfaatan kerja sama internasional


yang masih perlu ditingkatkan, informasi
kondisi pasar yang terbatas, dan
hambatan dari sisi tarif maupun non-
tarif menjadi kendala penguatan linkage
industri manufaktur. Optimalisasi kerja
sama internasional juga dapat memberikan
dampak positif pada peningkatan investasi
sehingga mendorong industrialisasi
di dalam negeri. Meskipun demikian,
pemanfaatan kerja sama internasional
yang masih perlu ditingkatkan menjadi
63

kendala bagi industri dalam seluruh


family secara umum. Produsen juga
menilai bahwa diseminasi informasi atas
perjanjian kerja sama perdagangan masih
perlu ditingkatkan, terutama di daerah.
Upaya diseminasi juga dapat mendorong
perluasan pasar ekspor dari negara non-
tradisional. Sementara itu, tarif antidumping
yang berlaku ke sejumlah negara mitra
dagang menjadi kendala utama yang
dihadapi oleh family industri otomotif dan
hilirisasi SDA.

Kebijakan non-tariff measures (NTM) juga


turut memengaruhi kinerja ekspor terutama
untuk industri family makanan dan
minuman. Kebijakan NTM tersebut antara
lain berbentuk kampanye negatif (negative
campaign) yang diterapkan oleh beberapa
negara tujuan ekspor Indonesia. Kampanye
negatif tersebut terutama menghambat
kinerja ekspor pada produk olahan sawit
Indonesia seiring kompetisi yang tinggi
di antara sesama negara penghasil
minyak nabati lainnya. Beberapa isu yang
digunakan sebagai kampanye negatif, di
antaranya, terkait kesehatan, degradasi
lingkungan, biodiversity, gambut dan
kebakaran hutan, deforestasi, serta pekerja
di bawah umur.

Kendala lain yang secara spesifik dijumpai


oleh industri tertentu adalah pemanfaatan
produk dalam negeri yang rendah di
family industri hilirisasi SDA. Tantangan
tersebut terutama disebabkan oleh masih
terdapat afilisasi antara produsen di sisi
hilir domestik dengan produsen di sisi hulu
yang berada di luar negeri. Oleh karena itu,
banyak produk logam dalam negeri yang
belum dapat digunakan sebagai bahan
baku di industri family otomotif maupun
hilirisasi SDA.
64

3.3. Rekomendasi dan Strategi Penguatan


Local Value Chain

P1 : Perbaikan Faktor Produksi


Peningkatan penyaluran pembiayaan
Perbaikan tata niaga menjadi salah dari institusi keuangan menjadi krusial
satu kunci dalam menjawab tantangan dalam mendorong kapasitas produksi
ketidaksesuaian antara produksi di hulu yang diselaraskan dengan pemutakhiran
dengan kebutuhan di hilir. Beberapa penggunaan teknologi. Minat pembiayaan
pelaku usaha, di hampir setiap industri, perbankan yang terbatas karena persepsi
mengungkapkan bahwa upaya mendorong prospek kinerja pada sektor tertentu dapat
penyamaan spesifikasi maupun kualitas menghambat peningkatan kinerja industri
produksi dengan kebutuhan industri hilir manufaktur secara keseluruhan. Dalam hal
diperlukan. Dalam implementasinya, ini, pemerintah dan otoritas terkait perlu
kebijakan perbaikan tata niaga yang telah terus mendorong pemerataan penyaluran
diinisiasi pemerintah perlu terus didorong kredit kepada seluruh sektor industri.
dengan cakupan yang lebih diperluas. Perbankan juga perlu didorong untuk
Kebijakan tersebut, antara lain, dapat mengedepankan analisis terhadap kinerja
berupa pembentukan atau pengembangan individual perusahaan, dibandingkan
sentra produksi, penguatan kualitas produk, dengan persepsi keseluruhan industri.
pendampingan sertifikasi ISO, penguatan
akses pasar IKM melalui kemitraan dengan Optimalisasi kebijakan import substitution
pabrikan besar, optimalisasi program industrialization (ISI) juga perlu terus
material center, sampai dengan penguatan diperkuat untuk memastikan peningkatan
implementasi kebijakan P3DN (Peningkatan peran local value chain. Kebijakan yang
Penggunaan Produk Dalam Negeri). dapat ditempuh, berdasarkan hasil analisis
dengan pembandingan (benchmarking)
Peningkatan inovasi produksi yang negara lain dan studi literatur, yakni
telah dilakukan selama ini perlu terus penguatan promosi penelitian dan
diperkuat melalui perbaikan kualitas pengembangan (litbang). Penguatan
dan kapabilitas SDM. Data terkini litbang tersebut penting untuk dilakukan
menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga agar variasi produk dapat berkembang,
kerja dengan kemampuan tinggi (high proses produksi semakin efisien, dan
skills) di Indonesia relatif lebih rendah semakin meningkatkan daya saing. Selain
dibandingkan tenaga kerja sektor jasa itu, diperlukan kebijakan untuk mewujudkan
(medium skills). Oleh karena itu, berbagai lingkungan politik, keamanan, dan kondisi
strategi untuk mendorong pengembangan sosial yang stabil untuk menarik investasi
SDM perlu diperkuat, antara lain, melalui (i) asing (Foreign Direct Investment (FDI)).
penambahan sekolah vokasi, penyelerasan Kebijakan tersebut selanjutnya diharapkan
kurikulum sekolah vokasi dengan dapat meningkatkan dukungan integrasi
kebutuhan dunia industri; (ii) kerja sama regional sehingga mendukung keunggulan
antara politeknik dengan perusahaan kompetitif dari masing-masing industri.
global; serta (iii) pelaksanaan sertifikasi
dan pelatihan peningkatan keterampilan
bagi tenaga kerja saat ini atau tenaga kerja
berpendidikan menengah ke bawah.
65

Pemerataan dan perbaikan kualitas kegiatan praktik kerja yang lebih riil. Selain
infrastruktur dapat terus didorong terutama itu, pemerintah juga perlu mendorong
bagi kawasan industri yang berada di luar optimalisasi kebijakan super deductible
pusat industri yang tersedia. Keterbatasan tax. Kebijakan tersebut memberikan
infrastruktur dasar yang memadai di insentif pengurangan penghasilan bruto,
beberapa lokasi industri masih banyak bagi wajib pajak dalam negeri yang
dikeluhkan oleh calon investor potensial. Oleh menyelenggarakan kegiatan magang dan
karena itu, pemerintah perlu mendorong sejenisnya (maksimal 200%) dan kegiatan
strategi kemudahan berinvestasi, melalui R&D (maksimal 300%). Beberapa kebijakan
pengurusan legalitas lahan, penyediaan tersebut diharapkan dapat diperkuat
sarana infrastruktur pendukung, dan melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi
pembangunan konektivitas antarwilayah secara berkala dengan melibatkan seluruh
yang terintegrasi. Sejumlah kebijakan yang unsur, termasuk pelaku industri.
telah tersedia perlu terus dipantau dan
semakin dioptimalkan, antara lain, program Dalam jangka lebih panjang, kendala
sertifikat tanah gratis, pembangunan dalam penguatan rantai nilai perlu
kawasan industri tematik di luar Pulau Jawa, direspons oleh kebijakan, salah satunya
hingga penyediaan tol laut. peta jalan pengembangan produk. Strategi
penguatan peta jalan pengembangan
P2 : Pengaturan dan Kelembagaan produk perlu diarahkan menjadi lebih
spesifik, terarah, dan terukur bagi setiap
Upaya peningkatan daya saing industri industri. Ketersediaan peta jalan yang
perlu diselaraskan dengan pemberian implementatif tersebut diharapkan menjadi
insentif maupun penyusunan kebijakan pedoman bagi pelaku industri dalam
yang akomodatif bagi industri. Penerbitan meningkatkan kinerja produksinya. Selain
UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja itu, dengan berpedoman pada peta jalan,
menjadi salah satu wujud komitmen kinerja produksi industri dapat lebih sejalan
pemerintah untuk mendorong iklim usaha dengan strategi dan tujuan pemerintah
yang kondusif di dalam negeri. Meskipun untuk mendorong perbaikan struktur
demikian, upaya tersebut dirasa masih industri ke depan. Dengan demikian, pelaku
perlu terus diperkuat sejalan dengan usaha akan mendapatkan kemudahan
aturan yang masih relatif tumpang tindih, dalam menyusun rencana bisnis strategis
terutama regulasi yang berlaku di daerah. perusahaan dan merealisasikannya di
Pemerintah pusat perlu terus mendorong berbagai investasi yang diperlukan.
sinergi untuk menyelaraskan aturan
dengan pemerintah daerah. P3 : Penguatan Kerja Sama Perdagangan
dan Promosi
Optimalisasi insentif fiskal juga perlu
diperkuat, salah satunya melalui peningkatan Penguatan diplomasi ekonomi diharapkan
kapasitas SDM. Program kartu prakerja dapat memberikan solusi atas kendala
dinilai memiliki potensi yang besar dalam tarif ekspor tinggi yang ditetapkan
meningkatkan keterampilan SDM dalam oleh negara mitra dagang. Pemerintah
negeri. Namun, pelaksanaan program diharapkan memanfaatkan berbagai
tersebut masih terkendala oleh kondisi instrumen diplomasi dalam mengatasi
pandemi yang menyebabkan pelatihan berbagai kendala yang dihadapi oleh
menjadi terbatas dalam bentuk jaringan. pelaku usaha dalam negeri. Beberapa
Ke depan, diperlukan sinkronisasi dengan instrumen diplomasi yang dapat diperkuat,
Balai Latihan Kerja agar dapat mendukung antara lain round table talks maupun
pemahaman SDM dengan berbagai forum perdagangan internasional, dengan
66

salah satu fokus pembahasan terkait


kebijakan tarif antidumping. Diplomasi
ekonomi juga diharapkan turut membantu
mengurangi tekanan dari berbagai
instrumen hambatan dagang lain, seperti
kebijakan non-tarif dan kampanye negatif.
Kebijakan kampanye negatif tersebut
dinilai sangat merugikan produsen dalam
negeri, terutama industri makanan dan
minuman yang memproduksi produk CPO
dan turunannya.

Optimalisasi pemanfaatan kerja sama


perdagangan internasional memiliki peran
strategis dalam mengakselerasi kinerja
ekspor produk Indonesia. Pemerintah
melalui Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan
secara aktif meningkatkan kerja sama
perdagangan dengan berbagai negara.
Meskipun demikian, pemanfaatan kerja
sama perdagangan oleh pelaku usaha
masih perlu terus ditingkatkan. Oleh karena
itu, diperlukan penguatan sosialisasi kepada
pelaku usaha, baik di skala nasional maupun
daerah sehingga semakin mendorong kinerja
industri berorientasi ekspor ke depan. Selain
itu, pemerintah bersama dengan pemangku
kepentingan terkait juga diharapkan dapat
aktif melakukan promosi perdagangan.
Optimalisasi program Investor Relation Unit
(IRU)-Regional Investor Relation Unit (RIRU)-
Global Investor Relation Unit (GIRU) juga perlu
terus diperkuat. Langkah tersebut dinilai dapat
mendukung investasi dan perdagangan
Indonesia dengan negara mitra sehingga
mendorong percepatan Pemulihan Ekonomi
Nasional.
67

BAB 4
Pengembangan Hilirisasi

Bambang Indra Ismaya, Josua Desmonda Simanjuntak,


Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kementerian Perindustrian

Hilirisasi SDA menjadi salah satu pilar utama dalam upaya penguatan
struktur manufaktur nasional. Peningkatan nilai tambah dari proses
hilirisasi pada gilirannya akan mampu mendorong kinerja transaksi
berjalan, meningkatkan penerimaan pajak, dan membantu
menjaga stabilitas nilai tukar. Hilirisasi juga telah menjadi agenda
utama pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan sejalan dengan tren pengembangan industri
hijau ke depan. Namun pada pelaksanaannya, hilirisasi dihadapkan
pada sejumlah tantangan, baik yang bersifat siklikal maupun
struktural. Beberapa kebijakan dan langkah strategis diperlukan
untuk mendorong akselerasi hilirisasi guna mendorong transformasi
sektor manufaktur sebagai menjadi pilar utama perekonomian
nasional.
68

4.1. Perkembangan Hilirisasi

Profil Ekspor Indonesia Berdasarkan Tingkat Teknologi


Hilirisasi SDA menjadi salah satu pilar
(Berdasarkan share nilai ekspor)
penting dalam memperkuat struktur
ekonomi nasional. Setidaknya terdapat
tiga alasan utama hilirisasi SDA menjadi
bagian penting dalam penguatan 22,6% 24,0% 25,1% 26,3% 26,6%

struktur ekonomi nasional. Pertama,


melalui hilirisasi SDA akan terbangun
struktur industri yang lebih kuat karena
terjadi pembentukan industri hilir yang
bernilai tambah lebih tinggi. Hal ini akan
mendukung prospek ekspor produk Sumber: Bank Indonesia, diolah

dengan tingkat kompleksitas lebih tinggi Grafik 4.1. Profil Ekspor Komoditas Indonesia Berdasarkan
Tingkat Teknologi
sehingga membuat Indonesia semakin
terhubung dengan Global Value Chain. Profil Ekspor Komoditas Berdasarkan Spasial dan
Tingkat Teknologi
Kedua, penciptaan industri bernilai (Berdasarkan share nilai ekspor)
tambah lebih tinggi juga turut mendukung
kapasitas dan kapabilitas industri
dalam memenuhi permintaan produk
hilirisasi SDA yang selama ini masih
banyak diimpor. Ketiga, pengembangan
industri bernilai tambah lebih tinggi akan
membentuk rantai nilai bahan baku
lokal (local value chain) dengan industri
pendukung dari wilayah lain sehingga Sumber: Bank Indonesia, diolah

pertumbuhan menjadi semakin inklusif. Grafik 4.2. Profil Ekspor Komoditas Berdasarkan Spasial
dan Tingkat Teknologi

Strategi penguatan struktur industri Perbaikan komposisi kinerja ekspor


manufaktur perlu terus diperkuat melalui berdasarkan tingkat teknologi terjadi pada
upaya hilirisasi produk SDA untuk wilayah yang menerapkan strategi hilirisasi.
mendukung ekspor. Berdasarkan klasifikasi Secara spasial, terlihat bahwa ekspor wilayah
tingkat teknologi yang diperkenalkan sudah mulai mengarah ke produk industri yang
oleh Lall, S. (2015), sekitar 55% produk medium-high tech manufactures, terutama
ekspor Indonesia pada 2022 dikategorikan di wilayah Sulampua, Jawa dan Sumatera.
sebagai primary products-resource based Pergeseran profil ekspor tersebut terutama
manufactures. Namun demikian, perbaikan didukung oleh investasi terkait hilirisasi yang
profil ekspor mulai terjadi secara bertahap, terus dilakukan. Sementara itu, di wilayah
tercermin dari peningkatan pangsa produk Balinusra dan Kalimantan, ekspor lebih
medium-high tech manufactures dari didominasi oleh komoditas primary products-
22,6% pada 2018 menjadi 26,3% pada resource based manufactures, sehingga
2021. Perkembangan tersebut merupakan upaya mendorong hilirisasi pada kedua
dampak positif dari implementasi wilayah tersebut perlu terus diperkuat agar
strategi hilirisasi yang dicanangkan oleh ekspor dapat bergeser ke produk industri yang
Pemerintah. berteknologi medium-high tech manufactures.
69

Penguatan hilirisasi ke depan dapat Selain itu, kebijakan larangan ekspor


diarahkan lebih lanjut kepada produk bahan mentah dan dukungan percepatan
yang lebih kompleks, disinkronkan hilirisasinya berpeluang mendorong
dengan prospek permintaan global dan transformasi ekonomi serta penguatan
ketersediaan endowment. Sebagai tahap struktur industri. Presiden Joko Widodo
awal, identifikasi komoditas SDA yang perlu dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia
diprioritisasi dilakukan dengan menganalisis (PTBI) 2021 menegaskan urgensi larangan
pohon industri dari hulu, antara, hingga hilir ekspor bahan mentah di tengah upaya
yang berkaitan dengan proses hilirisasi. penguatan hilirisasi SDA. Komoditas-
Beberapa komoditas utama tersebut, antara komoditas tersebut diarahkan agar dapat
lain bauksit, nikel, batubara, tembaga, Crude diproses secara terintegrasi, menghasilkan
Palm Oil (CPO) dan minyak. Secara umum, produk yang memiliki nilai tambah tinggi di
proses hilirisasi komoditas telah berjalan dalam negeri. Kebijakan tersebut menjadi
dengan baik, terutama pada komoditas CPO bagian dari reformasi struktural untuk
dan nikel hingga tahapan industri antara. mendukung penguatan struktur industri
Hilirisasi produk CPO telah berkembang dan diharapkan mendorong perbaikan
dari sisi hulu sampai dengan hilir. Produsen transaksi berjalan melalui ekspor yang
domestik telah mampu memproses produk diarahkan kepada barang setengah jadi
turunannya sampai dengan komoditas atau barang jadi.
Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang
Kebijakan larangan ekspor bahan mentah
selanjutnya digunakan sebagai bahan baku
menjadi momentum perkembangan
biodiesel. Selain itu, industri domestik juga
hilirisasi nasional. Melalui Permen ESDM
telah mengolah CPO menjadi olein dan
Nomor 11 Tahun 2019 tentang Pengusahaan
stearin yang selanjutnya digunakan sebagai
Pertambangan Mineral dan Batubara,
bahan baku berbagai produk makanan dan
Pemerintah melarang kegiatan ekspor
minuman (mamin) olahan.
bahan mentah yang dimulai dari nikel.
Kebijakan yang efektif berjalan pada
tahun 2020 telah mampu mendorong
perkembangan industri hilirisasi nikel.
Bahkan, investasi pada industri logam
dasar yang merupakan produk hilirisasi
nikel, mencatatkan angka realisasi investasi
tertinggi dalam 10 tahun terakhir, yaitu 118,1
triliun rupiah pada pada 2021 (Kemenperin,
2022). Mengacu pada keberhasilan hilirisasi
nikel tersebut, Pemerintah berencana
memperluas pelarangan ekspor bahan
mentah ke komoditas SDA lainnya, di
antaranya bauksit, timah, hingga tembaga.

Secara bertahap, program hilirisasi berhasil


memperbaiki struktur ekspor nasional.
Struktur komoditas ekspor nasional
yang sebelumnya bertumpu pada sektor
komoditas mentah, kini telah beralih pada
peningkatan ekspor bernilai tambah. Upaya
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Gambar 4.1. Pemetaan Hilirisasi Komoditas SDA Utama


70

hilirisasi telah berdampak positif pada di kawasan timur dan pemerataan ekonomi
perbaikan profil ekspor Indonesia menuju di Indonesia (Kemenko Marves, 2022).
kategori medium-high tech manufactures.
Perbaikan tersebut sejalan dengan Arah kebijakan hilirisasi sejalan dengan
pengembangan produk yang dihasilkan tren pengembangan industri hijau ke
melalui hilirisasi dalam rangka menopang depan. Hal ini berkaitan dengan potensi
struktur ekspor yang bernilai tambah kebutuhan produk hilirisasi SDA sebagai
lebih tinggi. Hilirisasi juga menjadi upaya bahan baku utama produk-produk ramah
untuk mendukung permintaan domestik, lingkungan. Dari sisi faktor produksi, produk
termasuk penguatan kapasitas produksi tambang Indonesia tergolong memiliki
dalam negeri, mengingat kapasitas industri cadangan yang cukup besar di dunia.
yang masih relatif terbatas menyebabkan Komitmen Pemerintah dalam mendorong
sebagian kebutuhan domestik dipenuhi hilirisasi SDA juga diperkuat dengan
melalui impor. Melalui upaya hilirisasi sejumlah insentif, baik fiskal maupun
ke produk antara dan hilir, diharapkan nonfiskal. Terkait dengan prospek pasar,
ketergantungan produk impor menjadi potensi permintaan produk hilirisasi SDA
lebih berkurang dan tergantikan oleh ke depan akan meningkat, antara lain,
produk dalam negeri. Perbaikan struktur didorong oleh kebutuhan bahan baku
ekspor nasional terutama didorong oleh industri otomotif yang tinggi terutama
peningkatan ekspor produk hilirisasi seperti untuk pengembangan kendaraan listrik.
iron steel (HS 72). Pangsa ekspor produk Potensi peningkatan penggunaan energi
ini mampu meningkat mencapai 6,2% hijau yang ramah lingkungan yang
pada 2020 dari sebelumnya yang hanya membutuhkan beragam produk hilirisasi
mencapai 0,8% pada 2010. Pertumbuhan SDA sebagai bahan baku produksi juga
ekspor iron steel tidak terlepas dari diperkirakan akan meningkat.
Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sejalan dengan permintaan produk hilir
pada sektor hilirisasi industri yang terus logam yang semakin tinggi ke depan,
mengalami peningkatan (Kemenko Marves, tembaga dan nikel menjadi komoditas
2022). yang memiliki potensi besar untuk terus
dikembangkan. Potensi ini didorong
Dampak dari kebijakan hilirisasi juga oleh permintaan terhadap produk hilir
mampu menjaga kinerja transaksi komoditas tersebut yang relatif tinggi, baik
berjalan. Hal ini terutama dipengaruhi dari global maupun dari domestik. Kedua
oleh kontribusi ekspor iron and steel yang komoditas ini juga memiliki produk turunan
mengalami peningkatan hingga 76% dari yang berdaya saing sekaligus memberikan
periode 2011 hingga 2021. Pengembangan trickle down effect terhadap perkonomian
hilirisasi juga mampu membuat neraca di sepanjang rantai pasoknya. Selain itu,
perdagangan nasional menjadi lebih produk hilir kedua logam ini memiliki peran
kompetitif. Hal ini terlihat dari defisit neraca strategis dalam pengembangan industri
perdagangan ke negara mitra utama yang hijau, terutama sebagai bahan baku baterai
menurun, khususnya defisit ke Tiongkok EV dan pembangkit EBT. Strategi hilirisasi
yang mampu turun sebesar 40%. Selain telah sejalan dengan perubahan lanskap
itu, ekspor produk hilirisasi juga mampu ekonomi global menuju ekonomi sirkular
meningkatkan penerimaan pajak yang dan mendukung prospek permintaan
lebih besar, mendukung upaya stabilisasi terhadap produk EBT. Ke depan, kebutuhan
nilai tukar, serta mendorong industrialisasi produk EBT diprakirakan semakin kuat
71

sehingga turut mendorong peningkatan yang memiliki potensi cadangan nikel,


permintaan hasil olahan produk mineral tembaga, dan bauksit dalam jumlah besar
logam yang menjadi salah satu input perlu memanfaatkan peluang yang ada
produksinya. Untuk mengantisipasi melalui penguatan strategi hilirisasi.
perkembangan tersebut, maka Indonesia

Sumber: International Energy Agency (2021),United States Geological Survey


Gambar 4.2. Hilirisasi Mendukung Prospek Permintaan Produk EBT

Oleh karena itu, pengembangan hilirisasi larangan ekspor nikel dalam Permen ESDM
kedua produk ini menjadi sangat penting Nomor 11 Tahun 2019 dan rencana larangan
kedepan sejalan dengan kebijakan ekspor tembaga.
72

4.1.1. Perkembangan Hilirisasi Nikel

Indonesia memiliki posisi strategis dalam sebagian besar dari produk olahan nikel
rantai nilai nikel global. Indonesia memiliki memiliki daya saing yang cukup baik
cadangan mencapai 22% cadangan dunia, (kuadran A). Potensi juga berasal dari
menyumbang 27% produksi bijih nikel dunia, fase smelting kecil dan hasil samping
sekaligus mampu memproduksi 20% dari yang pemanfaatannya masih perlu
keseluruhan logam hasil pemurnian nikel ditingkatkan. Pengembangan produk
dunia. Industri nikel di Indonesia juga memiliki hilirisasi nikel Indonesia juga masih sesuai
daya saing yang tinggi, khususnya untuk dengan permintaan global sekaligus
produk hilirisasi dasar. Pemetaan melalui berpeluang menjadi basis industri
indikator RSCA dan TBI menunjukkan bahwa kendaraan listrik global.

B A

D C
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3. Pemetaan Daya Saing ProdukHilirisasi Nikel Indonesia

Sumber: WITS, Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.4. Pemetaan Kesesuaian Ekspor Hilirisasi Nikel Indonesia dengan Permintaan Global
73

Peluang pengembangan hilirisasi hingga 2040, khususnya untuk produk hilir


nikel pada rantai energi terbarukan non-stainless steel. Peluang yang relatif
terus meningkat. Pabrikan otomotif besar membuat investasi nikel pada
berkomitmen untuk melakukan transisi rantai energi terbarukan mulai meningkat,
produksi kendaraan listrik, didorong oleh meskipun sebagian besar masih di sisi hulu.
akselerasi peningkatan permintaaan Selain itu, smelter High Pressure Acid Leach
global untuk kendaraan listrik. Prospek (HPAL) yang memproduksi bahan baku
kendaraan listrik ke depan diprakirakan baterai kendaraan listrik sedang dan akan
akan mendorong kebutuhan produk dibangun di Indonesia. Sebagian besar dari
hilirisasi nikel di tengah sumber daya yang investasi tersebut berasal dari Tiongkok,
semakin terbatas. Proyeksi permintaan didorong oleh keberadaan peta jalan
nikel global diperkirakan terus meningkat dekarbonisasi di negara tersebut.

4.1.2. Perkembangan Hilirisasi Tembaga

Indonesia memiliki peran penting dalam diproyeksikan akan terus meningkat,


pengembangan hilirisasi tembaga didorong oleh kebutuhan bahan baku
dunia. Indonesia merupakan produsen yang tinggi dari industri otomotif, terutama
tembaga terbesar kedelapan dunia dengan terkait dengan pengembangan kendaraan
pangsa pasar mencapai 3,7% dan memiliki listrik. Kebutuhan tembaga untuk program
cadangan terbesar kelima dunia dengan kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan
pangsa 6,1%. Hal ini menjadikan komoditas mencapai 11.322 ton, terutama untuk
tembaga Indonesia masih berpotensi memenuhi kebutuhan stasiun pengisian
tumbuh ke depan yang didukung oleh daya kendaraan listrik dan stasiun penukaran
saing produk turunannya. Pemetaan melalui baterai kendaraan listrik. Selain itu,
indikator RSCA dan TBI menunjukkan bahwa pertumbuhan kebutuhan tembaga turut
sebagian dari produk olahan tembaga didorong penggunaan energi hijau yang
memiliki daya saing yang cukup baik, ramah lingkungan seperti Solar Photovoltaic
khususnya beberapa produk yang berada (PV), pembangkit listrik tenaga angin,
di kuadran A. Di masa mendatang, potensi battery storage, dan electronic network.
permintaan produk hilirisasi tembaga

B A

D C

Sumber: WITS, Bank Indonesia, diolah


Grafik 4.5. Pemetaan Komoditas Ekspor Tembaga –RSCA & TBI
74

Sumber: Kemenperin, Bank Indonesia, diolah


Gambar 4.3. Potensi Pengembangan Industri Tembaga untuk Mendukung Industri Hijau

4.2. Kendala Pengembangan Hilirisasi

Pengembangan hilirisasi logam strategis bermodal besar. Karakteristik perusahaan


nikel dan tembaga masih menghadapi asing yang terafiliasi dan terhubung
sejumlah kendala. Dari sisi produksi, nilai dengan rantai pasok global mengakibatkan
tambah yang dihasilkan dari tahapan sebagian besar produk turunan diarahkan
smelting masih relatif terbatas, di tengah untuk ekspor. Secara spesifik, berikut akan
ketersediaan industri hilir yang masih dijabarkan sejumlah kendala hilirisasi
perlu dikembangkan. Sementara dari pada rantai nilai komoditas nikel dan
sisi regulasi, dukungan insentif seperti tembaga melalui kerangka analisis 3P,
pemanfaatan harga gas industri dan yakni Perbaikan Faktor Produksi (P1),
regulasi tarif impor nasional juga masih Pengaturan dan Kelembagaan (P2), serta
perlu dilakukan penyesuaian. Di sisi lain, Penguatan Kerja sama Perdagangan dan
biaya investasi yang besar menyebabkan Promosi (P3).
industri didominasi oleh perusahaan asing
75

4.2.1. Kendala Hilirisasi Nikel

P1:Perbaikan Faktor Produksi dan diprakirakan akan terus bertambah


hingga 2026. Jika tidak ada eksplorasi
Akselerasi hilirisasi nikel dihadapkan baru, cadangan nikel nasional yang saat
pada risiko ketahanan cadangan nikel ini berada pada kisaran 50 juta ton akan
nasional. Potensi tinggi permintaan nikel habis pada 2033. Dengan kondisi tersebut,
telah mendorong investasi asing masuk momentum prospek permintaan produk
ke sektor hilirisasi nikel, khususnya untuk hilirisasi nikel ke depan dalam jangka
pembangunan smelter. Data terkini panjang berisiko tidak dapat dimanfaatkan
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat oleh Indonesia.
36 smelter nikel yang telah beroperasi

Sumber: Kemenko Marves, diolah

Grafik 4.6. Perkiraan Jumlah Smelter Nikel di Indonesia

Sumber: Kementerian ESDM, Kemenko Marves, diolah


Grafik 4.7. Perkiraan Produksi dan Cadangan Nikel Indonesia
76

Perkembangan rantai nilai hilirisasi nikel


masih dapat ditingkatkan. Mengacu pada
neraca perdagangan produk hilirisasi nikel,
dapat dilihat bahwa sebagian besar produk
mengalami defisit neraca perdagangan. Selain
itu, perkembangan rantai nilai hilirisasi nikel
juga masih didominasi pada mata rantai nilai
stainless steel. Mayoritas smelter yang ada
saat ini adalah jenis smelter pirometalurgi yang
menghasilkan bahan baku stainless steel, seperti
Nickel Pig Iron (NPI) dan Ferronickel. Meskipun
industri domestik yang telah mampu mengolah
produk NPI menjadi stainless steel, namun
sebagian besar diekspor karena faktor afiliasi
produsen dalam negeri dengan perusahaan
induk di luar negeri. Ketersediaan produk
yang terbatas ini menyebabkan produsen
belum mampu memenuhi permintaan industri
chassis/body, spare part, dinamo (motor gerak)
dan mesin domestik. Produk tersebut masih
harus dipenuhi melalui impor sehingga kurang
dapat mendukung industri otomotif (produsen
mobil) domestik.

Sementara itu, jumlah smelter yang


menggunakan metode hidrometalurgi untuk
menghasilkan bahan baku baterai kendaraan
listrik, seperti Mixed Hydroxide Precipitate
(MHP) dan Mixed Sulfide Precipitate (MSP)
masih sangat terbatas. Saat ini belum terdapat
hilirisasi produk MHP dan Nickel Matte menjadi
baterai Electric Vehicle (EV) dan selanjutnya ke
mobil listrik dimata rantai EV domestik. Kondisi
ini menyebabkan perkembangan rantai industri
baterai kendaraan listrik di Indonesia masih
terbatas sehingga perlu terus dioptimalkan
dalam mendukung perbaikan neraca
perdagangan. Padahal produk kendaraan
listrik berpotensi memiliki nilai tambah yang
relatif besar ke depan, di tengah permintaan
global yang meningkat seiring transisi menuju
industri hijau.
77

Sumber: Kemenperin, Bank Indonesia, diolah

Gambar 4.4. Pohon Industri Hilirisasi Nikel


78
79

Sementara itu, proses pengolahan limbah P2: Pengaturan dan Kelembagaan


smelter juga menjadi kendala yang perlu
diselesaikan. Mayoritas smelter nikel Kebijakan tarif impor yang ada saat ini
yang saat ini beroperasi di Indonesia masih terdapat peluang untuk ditinjau
adalah smelter dengan teknologi kembali agar mendukung perkembangan
pyrometalurgi yang menghasilkan limbah industri hilir nikel. Sebagaimana disebutkan
slag dengan kandungan kontaminan sebelumnya, mayoritas produk hilirisasi
logam berat dan dikategorikan sebagai nikel masih mengalami defisit neraca
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun perdagangan. Saat ini penerapan tarif impor
(B3). Dalam pengelolaannya, dari tiga terhadap barang-barang hilirisasi nikel telah
metode penampungan dan pembuangan diatur dalam PMK No. 6/PMK.010/2017. Secara
limbah yang diajukan perusahaan umum, level tarif impor yang diterapkan di
(Tailing Dam, Dry Stacking, atau Deep industri hilir masih relatif rendah. Seluruh
Sea Tailing Placement), pemerintah produk industri smelting, processing, dan
masih mengizinkan metode pengelolaan refining masih dikenakan tarif berkisar 0-5%.
limbah melalui tailing pada kedalaman Level ini sama bahkan lebih kecil dari tarif
setidaknya 100 meter jika tidak terdapat yang diterapkan untuk impor ore. Selain
lapisan termoklin. Sementara itu, itu, sekitar 63,88% produk industri forming/
banyak negara telah meninggalkan dan finished goods juga masih dikenakan tarif
menentang metode pembuangan tailing 0-5% pada 2021. Total nilai impor untuk
ke laut seperti AS dan Kanada. Bahkan, industri hilir ini mencapai US$ 387,3 juta,
Tiongkok termasuk ke dalam 51 negara jauh lebih besar dari nilai ekspornya dan
yang mendukung pelarangan praktik berpengaruh terhadap defisit produk hilir
pembuangan tailing ke laut di International nikel yang tinggi. Padahal sejak diberlakukan
Union for Conservation of Nature Congress pada 2017, penerapan tarif yang lebih tinggi
tahun 2016. dari 5% terhadap produk hilir nikel mampu
menekan nilai impor hingga 2021.

Sumber: Kemenkeu, Bank Indonesia, diolah

Gambar 4.5. Tarif Impor untuk Produk Nikel


80

Tabel 4.1. Besaran Tarif Impor pada Produk Hilir Nikel yang Mengalami Defisit

Sumber: Kemenkeu, Bank Indonesia, diolah

Selain itu, sinkronisasi tarif juga perlu seperti Taiwan, Malaysia, dan Korea di tengah
disesuaikan untuk produk yang belum tersedia permintaan industri hilir domestik yang
di Indonesia. Sebagai contoh, kebutuhan terus meningkat. Kondisi ini mengakibatkan
sinkronisasi tarif ini dapat dilihat pada bahan pasokan bahan baku terbatas untuk industri
baku pembuatan nickle based alloy dan hilir domestik yang akhirnya dipenuhi melalui
plating. Kedua produk tersebut merupakan Impor. Jika tidak segera diatasi, kendala
produk hilir industri lokal yang bahan bakunya pasokan bahan baku di pasar domestik
didominasi oleh bahan baku impor karena tidak akibat isu afiliasi ini akan menjadi faktor
tersedia Indonesia. Akan tetapi, bahan baku penghambat industri hilir stainless steel di
kedua industri tersebut seperti Mix Sulphide Indonesia untuk berkembang.
Precipitate (MSP), Ni Metal, dan Ni Powder masih
dikenakan tarif impor sebesar 5%, padahal Pada rantai nilai kendaraan listrik,
industri tidak memiliki pilihan untuk memperoleh infrastruktur dasar pendukung transisi
bahan baku tersebut di pasar domestik. dari kendaraan konvensional menuju
Penerapan tarif ini akan meningkatkan biaya kendaraan listrik juga masih terbatas,
produksi barang hilir tersebut sehingga khususnya Stasiun Pengisian Kendaraan
berpotensi menurunkan keinginan industri Listrik (SPKL). Riset Deloitte (2021)
memproduksi kedua barang hilir tersebut. menunjukkan bahwa ketersediaan
infrastruktur pengisian baterai kendaraan
P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan dan listrik menjadi pertimbangan utama
Promosi konsumen Indonesia untuk membeli
kendaraan listrik. Dalam riset tersebut
Mismatch supply-demand dan skema afiliasi disebutkan bahwa 59% responden lebih
berpotensi menghambat pengembangan memilih untuk melakukan pengisian
hilirisasi lanjutan nikel. Kondisi ini ditemukan baterai di rumah dibandingkan tempat
pada mata rantai produk stainless steel lain, seperti public charging station. Namun,
dimana mayoritas stainless steel yang dengan profil pelanggan listrik rumah
diproduksi oleh industri hulu langsung diekspor tangga Indonesia yang mayoritas di bawah
ke perusahaan induk di Tiongkok. Sebagai 2.200 VA4, keberadaan SPKL akan menjadi
contoh, pada stainless steel seri 300, seri ini faktor penting dalam mendukung transisi
banyak diekspor ke beberapa negara lain, penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

4
Kapasitas minimal listrik untuk pengisian daya kendaraan listrik di rumah adalah 2.200 kV. Berdasarkan data pelanggan listrik rumah
tangga PLN tahun 2021, rumah tangga yang memiliki kapasitas listrik tersebut hanya sekitar 6,4% dari total pelanggan.
81

Kebijakan terkait pengembangan fasilitas SPKLU dan parkir khusus mobil


kendaraan listrik di Indonesia telah listrik. Sementara di sisi ritel, pemerintah
diimplementasikan, dan perlu penguatan telah mengeluarkan PP No.73 tahun 2019
ke depan khususnya terkait konsumen tentang Barang Kena Pajak Yang Tergolong
dan infrastruktur pendukung. Beberapa Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Yang
kebijakan sudah diimplementasikan untuk Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
mendorong perkembangan kendaraan Peraturan ini mengatur penurunan PPnBM
ramah lingkungan, baik yang ditujukan dan pemberian insentif bagi konsumen
untuk industri maupun untuk ritel. Di sisi kendaraan ramah lingkungan. Peraturan ini
industri, Pemerintah telah menyediakan kemudian diperkuat melalui PP No.74 Tahun
beberapa insentif untuk pelaku industri 2021 untuk memperbesar gap insentif yang
mobil listrik yang diatur dalam Perpres No.55 diterima antara kendaraan listrik dengan tipe
tahun 2019 tentang Percepatan Program lainnya. Namun, jika dibandingkan dengan
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai negara lain, seperti Tiongkok dan Amerika
(Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Serikat, kebijakan tersebut relatif terbatas
Jalan. Beberapa insentif yang diberikan, di khususnya kebijakan untuk mendorong
antaranya, kemudahan impor bahan baku, konsumsi domestik dan pengembangan
insentif pajak, fasilitas Kemudahan Impor infrastruktur pendukung.
Tujuan Ekspor (KITE), serta pembangunan

Tabel 4.2. Perbandingan Kebijakan Pengembangan EV berdasarkan Negara

Sumber: Berbagai sumber, diolah


82

Pengembangan pasar produk hilirisasi Ore. Dampaknya, pasokan nikel ke pasar


nikel ke depan menghadapi risiko, salah global akan kembali bertambah sehingga
satunya akibat gugatan Uni Eropa (EU) berisiko mengakibatkan penurunan harga
terhadap kebijakan larangan ekspor bijih nikel global. Selain itu, putusan tersebut
logam. Setelah kebijakan larangan ekspor juga berisiko mengurangi minat investor
bijih logam diberlakukan pemerintah berinvestasi pada mata rantai nilai hilirisasi
melalui Permen ESDM No. 11 Tahun 2019, EU nikel.
mengajukan gugatan kepada WTO. Poin
utama gugatan tersebut menyebutkan Risiko lain juga muncul dari kebijakan
bahwa larangan ekspor Indonesia, Inflation Reduction Act (IRA) di AS yang
persyaratan pemrosesan dan pemasaran berpotensi mengurangi daya saing
dalam negeri, serta persyaratan perizinan Indonesia. IRA merupakan paket kebijakan
ekspor yang berlaku untuk bahan mentah, yang dikeluarkan AS dalam rangka
termasuk nikel, bijih besi, kromium, pengendalian inflasi melalui: (i) penurunan
batubara, limbah logam, skrap, kokas, tidak defisit perdagangan, (ii) menurunkan biaya
sesuai dengan Pasal XI:1 General Agreement kesehatan (harga obat), (iii) mendorong
on Tariffs and Trade (GATT) 1994. Selain investasi produksi energi domestik yang
itu, EU juga mengklaim bahwa skema fokus pada pengembangan energi bersih.
pembebasan bea masuk merupakan Untuk mendorong kebijakan tersebut,
subsidi yang bergantung pada penggunaan pemerintah AS memberikan berbagai
barang-barang domestik atas impor yang insentif untuk mendorong pengembangan
dilarang berdasarkan Pasal 3.1 b) Agreement rantai nilai energi bersih. Kebijakan IRA
on Subsidies and Countervailing Measures berhasil menarik masuk investasi baru
(ASCM). Proses gugatan telah melewati hampir pada seluruh mata rantai industri
tahap rapat panel pertama pembahasan EV, meskipun sumber daya atau bahan
sengketa dan laporan hasil pembahasan baku di AS terbatas. Hal ini berisiko akan
akan disampaikan paling lambat pada berdampak pada rencana dan strategi
triwulan-IV 2022. Jika Indonesia kalah dalam hilirisasi Indonesia, untuk menarik investasi
gugatan ini, maka Indonesia akan diminta asing masuk pada seluruh mata rantai nilai
untuk kembali membuka keran ekspor Nickel EV domestik.

Tabel 4.3. Daftar Insentif yang Dikeluarkan AS Terkait Kebijakan Inflation Reduction Act (IRA)

Sumber: Kemenkomarves
83

Sumber : Berbagai sumber, diolah

Gambar 4.6. Investasi Baru yang Masuk ke AS pada Mata Rantai Nilai EV Paska Kebijakan IRA

4.2.2. Kendala Hilirisasi Tembaga

P1: Perbaikan Faktor Produksi Peningkatan nilai tambah industri tembaga


hingga tahapan smelting masih terbatas,
Kendala utama yang dihadapi produsen di tengah ketersediaan industri hilir yang
tembaga adalah nilai tambah di fase smelting belum banyak tersedia. Sementara itu,
tembaga yang masih relatif kecil, sementara produksi tembaga hulu terus menunjukkan
pemanfaatan produk turunannya juga masih peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
sangat terbatas. Produksi konsentrat dan 2021, produksi tembaga tumbuh tinggi
katoda tembaga yang memiliki nilai tambah sebesar 65 % (yoy), terutama disumbang
rendah terus meningkat melalui tambahan oleh peningkatan produksi tambang di
pembangunan smelter baru. Namun, produk Papua setelah proyek underground mining
tersebut cenderung akan diekspor oleh berjalan optimal. Ke depan, prospek produksi
industri hulu karena penyerapan domestik konsentrat tambang diprakirakan akan terus
yang rendah oleh industri antara dan hilir. Hal meningkat sampai dengan 4,4 juta ton pada
ini dipengaruhi oleh kapasitas produksi industri 2025, sejalan dengan eksplorasi tambang
hilir tembaga yang belum optimal serta impor yang masih berlangsung di beberapa
yang masih tinggi. Di sisi lain, struktur industri wilayah. Di sisi lain, pembangunan smelter
tembaga pada bagian forming belum tersedia di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat
luas di Indonesia. Diperkirakan 51% produk terus dilakukan dengan target tambahan
katoda tembaga akan langsung diekspor kapasitas utilitas sebesar 2,9 juta ton pada
apabila kapasitas produksi industri hilir ini tidak 2025 sehingga total kapasitas smelter yang
meningkat. tersedia akan mencapai 4,1 juta ton. Oleh
karenanya, pemerintah memprakirakan akan
terdapat 300 ribu ton konsentrat tembaga
yang belum dapat diolah.

Sumber: Kemenperin, Bank Indonesia, diolah

Gambar 4.7. Kapasitas Produksi Tembaga


84

Sumber: Kemenkeu, Bank Indonesia, diolah

Gambar 4.8. Tarif Impor untuk Produk Industri Tembaga

P2: Pengaturan dan Kelembagaan P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan


dan Promosi
Pada aspek Pengaturan dan Kelembagaan
hilirisasi, industri tembaga masih terkendala Saat ini, katoda tembaga yang diproduksi oleh
oleh dukungan insentif pemanfaatan harga smelter domestik belum seluruhnya dijual
gas yang terbatas serta regulasi tarif impor di dalam negeri, di tengah ketergantungan
nasional yang masih dapat disesuaikan. impor untuk komoditas yang sama masih
Industri tembaga belum memperoleh insentif relatif tinggi. Salah satu faktor pendorongnya
penurunan harga gas industri sebesar 6 dolar adalah kemampuan industri hilir domestik
AS per MMBTU. Padahal program ini memiliki yang terbatas untuk menyerap seluruh
dampak positif bagi industri penerimanya, produk yang dihasilkan oleh smelter. Industri
khususnya dalam meningkatkan utilisasi hilir yang berkembang di Indonesia juga
produksi, meningkatkan ekspor, dan menarik masih terbatas pada produksi rod dan wire
investasi. Sementara itu, kebijakan tarif impor rod. Di sisi lain, masih ditemukan mismatch
nasional belum mendukung sepenuhnya skema pembayaran katoda tembaga antara
pengembangan industri hilir tembaga. potential buyer dengan smelter. Mekanisme
Berdasarkan PMK No.6/PMK.010/2017, sebesar transaksi yang tersedia saat ini mensyaratkan
83,2% dari pangsa impor produk hilir tembaga pembayaran dilakukan di awal sehingga
pada 2021 dikenakan tarif impor relatif kecil industri lebih memilih membeli katoda dari
(0-5%). Besaran tarif tersebut sama dengan luar negeri dengan fasilitas L/C yang memiliki
tarif impor yang berlaku bagi produk impor jangka waktu sampai dengan 4 bulan. Kondisi
di bagian hulu sehingga belum mampu tersebut memengaruhi utilisasi kapasitas
menurunkan nilai impor. Akibatnya, daya industri hilir yang rendah sehingga harga
saing menjadi terbatas dan berpotensi produk yang dihasilkan menjadi kurang
menghambat pengembangan industri hilir kompetitif dibandingkan produk turunan
tembaga. impor.
85

4.3. Rekomendasi dan Strategi Pengembangan Hilirisasi

Berbagai tantangan hilirisasi tersebut ketahanan cadangan. Sementara adanya


perlu menjadi perhatian dalam perkembangan teknologi terbaru, salah
rangka mengakselerasi strategi satunya baterai Lithium Ferro-Phosphate
hilirisasi SDA. Secara umum, upaya (LFP) berisiko pada hilangnya momentum
mendukung akselerasi hilirisasi perlu permintaan baterai yang berbasis nikel.
mempertimbangkan keberlanjutan Di samping itu, faktor eksternal melalui
pasokan bijih logam seiring dengan kebijakan negara lain, termasuk insentif
cadangan bijih yang terbatas. Dengan Inflation Reduction Act (IRA) yang mendorong
pertimbangan keterbatasan tersebut, banyaknya investasi pengembangan baterai
akselerasi hilirisasi perlu mengutamakan EV dan EV ke Amerika Serikat, berpotensi
kebutuhan industri domestik terlebih mengubah peta persaingan pengembangan
dahulu, kemudian diikuti upaya baterai EV dan EV global.
memperkuat ekspor. Salah satu upaya
untuk memperkuat hilirisasi di industri Selain itu, perluasan hilirisasi perlu dilakukan
domestik dapat ditempuh melalui ke komoditas mineral nonlogam. Hal ini
kebijakan harmonisasi tarif bagi disebabkan oleh komoditas tersebut juga
produk-produk hilir logam impor. Selain diperlukan dalam hilirisasi produk berteknologi
mendukung pengembangan industri hilir, menengah-tinggi untuk pengembangan
kebijakan tersebut dapat menekan defisit EBT. Hingga tahun 2022, komoditas mineral
neraca perdagangan yang berasal dari nonlogam Indonesia masih banyak diekspor
produk hilir logam. dengan proses pengolahan yang minimal.
Oleh karenanya, diperlukan peguatan
Kebijakan ini tentunya harus diiringi pengelolaan terhadap komoditas mineral
dengan upaya memperkuat kapasitas nonlogam yang tersedia sejalan dengan
dan kapabilitas industri domestik agar upaya hilirisasi.
mampu memanfaatkan bijih logam
menjadi produk hilir yang bernilai tambah Diperlukan juga re-prioritisasi
tinggi, mampu memenuhi permintaan pengembangan industri dalam
dalam negeri, serta berdaya saing di jangka menengah-panjang. Selain
pasar global. Upaya ini juga perlu didorong mempertimbangkan tren global dan
melalui penguatan eksosistem kendaraan perkembangan faktor eksternal, re-prioritisasi
listrik dan EBT yang berpeotensi menyerap pengembangan industri tersebut juga perlu
produk-produk hilir logam kedepan. diselaraskan dengan penentuan prioritas
industri pada penyesuaian Rencana Induk
Di tengah upaya tersebut, hilirisasi Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).
juga dihadapkan pada perkembangan Penyelarasan tersebut perlu disertai pula
teknologi baru dan perubahan kebijakan dengan penentuan mineral kritis untuk
di negara lain. Pada komoditas menjaga ketersediaan bahan baku,
nikel misalnya, operasional smelter khususnya untuk industri produk nikel dan
yang terus bertambah membayangi tembaga.
86

4.3.1. Rekomendasi dan Strategi Hilirisasi Nikel

P1: Perbaikan Faktor Produksi Jangan sampai cadangan nikel indonesa


sudah habis lebih dulu sebelum industri
Pengembangan produk hilir nikel perlu hilir bernilai tambah tinggi tersebut belum
didorong lebih lanjut untuk memenuhi berkembang di Indonesia.
kebutuhan domestik dan memperkuat
ekspor. Pemerintah perlu melakukan sinergi Selain itu, pengembangan metode
dengan para pelaku usaha, mulai dari sisi alternatif pengolahan limbah yang
pertambangan, pemurnian, hingga industri lebih ramah lingkungan juga perlu
pengolahan, agar mengoptimalkan strategi terus dilakukan. Salah satu alternatif
hilirisasi dan peningkatan nilai tambah metode pengolahan limbah yang dapat
secara berkelanjutan. Pengembangan mengurangi produksi limbah B3 secara
dapat difokuskan pada produk-produk efektif ialah perluasan penggunaan
hilirisasi yang masih mengalami defisit teknologi Step Temperature Acid Leaching
neraca perdagangan, termasuk produk- (STAL). Metode STAL ini merupakan proses
produk pada mata rantai kendaraan ekstraksi nikel, kobalt, dan logam-logam
listrik yang akan menjadi tren global lainnya dari bijih nikel laterit dengan proses
ke depan. Upaya ini sejalan dengan sulfatisasi, pemanggangan dan pelindian.
kebijakan Kementerian Perindustrian yang Metode ini telah lolos uji validasi oleh
melakukan revisi terhadap Rencana Induk ESDM, Badan Pengkajian dan Penerapan
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) agar Teknologi (BPPT) dan lembaga international
industri logam dasar difokuskan kepada dan diklaim tidak berdampak negatif
pengembangan industri hilir, seperti industri terhadap lingkungan. Biaya investasi yang
berbasis stainless steel, super alloy, dan dibutuhkan untuk penerapan teknologi
bahan baku baterai (hidrometalurgi). ini juga relatif rendah. Metode ini juga
mampu mengumpulkan dan mengolah
Upaya mendorong akselerasi hilirisasi semua limbah menjadi produk sampingan
perlu diimbangi dengan upaya menjaga yang bernilai tinggi, sehingga secara
keberlanjutan pasokan bijih nikel. Hal ini berkelanjutan dapat meminimalisir dampak
berkaitan dengan jumlah cadangan bijih negatif limbah smelter ke depan.
nikel yang terbatas di Indonesia. Kebijakan
pemerintah harus diarahkan agar Indonesia
mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya dalam pengembangan hilirisasi
nikel. Dalam beberapa tahun terakhir,
hilirisasi nikel berkembang dengan pesat.
Namun, jika dilihat dari jenis produk yang
dihasilkan, mayoritas produk hilirisasi yang
dihasilkan adalah produk hilirisasi tahap
awal, seperti NPI dan Ferronickel. Produk-
produk tersebut mayoritas diekspor untuk
kemudian diolah menjadi produk turunan
bernilai tambah tinggi di luar Indonesia.
Pemerintah perlu mengendalikan dan
mengarahkan investasi yang masuk ke
arah produk hilir dengan nilai tambah yang
lebih tinggi, termasuk ke arah produk-
produk dalam mata rantai kendaraan listrik.
87

P2: Pengaturan dan Kelembagaan oleh pemerintah. Skema pertama, swasta


dapat menggunakan izin usaha milik PLN
Kebijakan tarif impor dapat dilakukan review untuk menjual listrik. Skema kedua, swasta
untuk mendukung pengembangan industri yang berminat dapat mengajukan izin
hilir dan menekan defisit produk hilir nikel. usaha sendiri kepada pemerintah dan
Penyesuaian tarif impor yang lebih tinggi di membeli listrik dari PLN. Skema lain perlu
sektor hilir akan membatasi impor produk dikembangkan, termasuk opsi SPKLU yang
hilir nikel sekaligus mendorong pelaku industri mandiri dikembangkan oleh swasta di luar
domestik memproduksi substitusi produk jalur distribusi PLN. Upaya peningkatan
impor tersebut. Sementara itu, sinkronisasi tarif penyediaan SKLU di Indonesia ini
yang lebih rendah diperlukan terutama untuk sudah sejalan dengan yang pernah
bahan baku produk nikel yang belum tersedia dilakukan oleh Tiongkok dan Amerika
di Indonesia sehingga mampu meningkatkan Serikat. Kedua negara tersebut mampu
daya saing industri, memberikan multiplier mengembangkan ekosistem kendaraan
effect serta meningkatkan nilai tambah bagi listrik domestik melalui penguatan jumlah
industri hilirnya. dan sebaran SPKLU.

Peran strategis produk nikel sebagai bahan P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan
baku baterai yang mendukung ekosistem dan Promosi
kendaraan listrik harus dimanfaatkan
melalui pengembangan kapasitas dan Dari sisi promosi, untuk mengakselerasi
kapabilitas di sepanjang rantai industrinya. penggunaan kendaraan listrik di
Beberapa kebijakan yang bisa ditempuh untuk Indonesia, perlu rencana jangka panjang
mengakselerasi penggunaan kendaraan penguatan awareness masyarakat
listrik di Indonesia, adalah peningkatan terhadap penggunaan kendaraan
infrastruktur charging station di rumah, listrik. Terdapat tiga fase utama yang
kebijakan diskon charging di malam hari, tarif diperlukan untuk membangun awareness
listrik khusus untuk pemilik kendaraan listrik, kendaraan listrik. Fase tersebut adalah
dan pemberian biaya sumbangan untuk pembentukan kesadaran masyarakat
tambah daya bagi pelanggan home charging. akan peran kendaraan listrik dalam
Percepatan pembangunan ekosistem yang menjaga keberlanjutan lingkungan,
kuat sangat diperlukan agar Indonesia pembangunan industri kendaraan
menjadi pemain penting dalam global supply listrik, hingga pembangunan pasar
chain di industri kendaraan listrik. Di sisi lain, kendaraan listrik domestik. Selama fase
peningkatan kandungan lokal kendaraan tersebut, diperlukan juga blueprint serta
listrik perlu didorong dengan memberikan kebijakan multisektor jangka panjang
insentif dan memangkas berbagai hambatan untuk pengembangan industri, baik dari
regulasi sehingga industri kendaraan listrik pemerintah maupun swasta. Sementara
dapat tumbuh menciptakan lapangan kerja itu, untuk pembangunan pasar
dan menyubstitusi impor. kendaraan listrik, diperlukan investasi
yang berkelanjutan, khususnya di bidang
Penguatan infrastruktur pendukung, R&D serta jaminan harga kendaraan listrik
khususnya SPKLU, diperlukan untuk yang berdaya saing bagi masyarakat ke
mendorong akselerasi pengunaan depan.
kendaraan listrik. Hingga 2021, terdapat 147
unit SPKLU yang tersedia dan PLN menargetkan Dari sisi akses pasar, afiliasi yang terjadi
akan mengakselerasi pembangunannya di sepanjang rantai nilai produksi nikel
hingga mencapai 24,7 ribu di tahun ternyata mampu menarik investasi
2030. Saat ini terdapat dua skema yang dari beberapa industri hilirisasi nikel
pengembangan SPKLU yang dikembangkan lainnya. Terlepas dari afiliasi yang kuat
88

dan menyebabkan mayoritas produk masuk investasi di bidang hilirisasi nikel,


nikel diekspor, afiliasi ini mampu menarik khususnya dari grup yang membangun
investasi dari beberapa grup asal Tiongkok. industri dari sisi hulu hingga hilir, namun
Grup ini memiliki lini bisnis yang lengkap di tetap mengutamakan kebutuhan industri
bidang hilirisasi nikel sehingga berpeluang hilir domestik agar tidak kehilangan daya
menciptakan ekosistem industri yang saingnya.
terintegrasi di Indonesia. Oleh karena itu,
diperlukan kebijakan khusus untuk menarik

4.3.2. Rekomendasi dan Strategi Hilirisasi Tembaga

P1: Perbaikan Faktor Produksi kapasitas industri hilir yang signifikan. Kondisi
tersebut menjadi potential opportunity loss
Percepatan pembangunan smelter penting dari nilai tambah olahan tembaga yang
untuk menyerap kelebihan pasokan bijih relatif besar. Selain itu, kebutuhan produk
tembaga yang saat ini masih diekspor. hilir industri tembaga juga berpeluang
Perkembangan pembangunan smelter semakin meningkat seiring pengembangan
tembaga di Jawa Timur per Juni 2022 industri otomotif untuk produk kendaraan
mencapai 11,1% dan dijadwalkan akan selesai listrik dan peningkatan penggunaan energi
pada 2024. Beberapa kendala di daerah hijau yang ramah lingkungan. Oleh karena
yang perlu diselesaikan ialah percepatan itu, perlu dilakukan penguatan industri hilir,
pembangunan infrastruktur jalan tol dan baik dari sisi kapasitas maupun efektivitas
kepastian pasokan air bersih di Kawasan LVC hasil olahan tembaga. Selain itu, perlu
Java Integrated Industrial and Port Estate pengembangan industri forming di bagian
(JIIPE) yang membutuhkan air baku hilir untuk meningkatkan penyerapan
sebanyak 600 liter/detik. Sementara itu, domestik dan sebagai upaya untuk
progress pembangunan smelter di NTB telah mendorong penguatan kapasitas produksi
mencapai 27,6% dan dijadwalkan selesai dalam negeri.
pada 2023. Oleh karenanya, diperlukan
dukungan dari sisi fiskal maupun nonfiskal P2: Pengaturan dan Kelembagaan
untuk mengoptimalkan nilai keekonomian
smelter tembaga. Diperlukan perluasan cakupan penerima
insentif harga gas industri. Saat ini, industri
Pengembangan industri forming tembaga tembaga belum masuk dalam sektor
juga perlu didorong sejalan dengan industri penerima insentif harga gas industri
penguatan kapasitas industri hulu untuk sebesar 6 dolar AS per MMBTU. Jika kebijakan
mendorong penguatan kapasitas produksi ini diberlakukan bagi industri hilirisasi
dalam negeri. Produksi katoda tembaga tembaga, biaya produksi akan dapat ditekan
yang saat ini sebesar 325 ribu ton per tahun, mengingat komponen biaya energi relatif
belum dapat mengimbangi kapasitas tinggi. Insentif ini akan mampu mendorong
industri hilir tembaga Indonesia yang dapat kinerja produksi sekaligus meningkatkan
mencapai 550 ribu ton per tahun. Namun daya saing produk olahan tembaga
upaya untuk mendorong peningkatan domestik.
produksi sisi hulu terus dilakukan dengan
target mencapai 1,15 juta ton (naik 253,8% Diperlukan kebijakan tarif impor pada
dibandingkan tahun 2021). Jumlah tersebut sejumlah produk turunan tembaga.
diperkirakan tidak akan dapat secara Penerapan tarif impor yang lebih tinggi
optimal diserap oleh industri hilir dalam pada produk hilir tembaga juga diperlukan
negeri apabila tidak terdapat penambahan untuk membatasi tingginya impor produk
89

olahan tembaga. Kebijakan ini akan mampu


mendorong industri domestik hingga pada
gilirannya dapat memenuhi kebutuhan
produk tembaga hilir di pasar domestik dan
mengurangi ketergantungan terhadap produk
impor.

P3: Penguatan Kerja Sama Perdagangan dan


Promosi

Upaya mengintegrasikan produksi smelter


dengan kebutuhan dan kemampuan industri
hilir perlu ditempuh. Salah satunya adalah
dengan menarik investasi dari perusahaan
besar untuk bersedia membangun industri
hilir yang berorientasi rantai nilai bahan baku
lokal dan secara menyeluruh (end-to-end).
Hal ini akan membantu penyerapan katoda
tembaga yang produksinya diperkirakan akan
terus meningkat ke depan. Selain itu, diperlukan
dukungan kebijakan penerapan disinsentif
untuk ekspor melalui peningkatan bea
keluar (Permendag No.60 Tahun 2020) untuk
mengurangi volume ekspor produk katoda
tembaga agar dapat diutamakan pemenuhan
kebutuhan dome stik terlebih dahulu sebelum
melakukan ekspor.
90
91

BAB 5
Transisi Menuju
Industri Hijau

Bambang Indra Ismaya, Monica Karina Anastasia,


Shania Puteri Azaria
Dampak perubahan iklim yang besar terhadap ekosistem dan perekonomian
global telah mendorong mayoritas negara untuk berkomitmen dalam
mengurangi emisi karbon hingga mencapai nol emisi karbon pada 2050.
Transisi pada industri manufaktur menjadi salah satu kunci pencapaian
komitmen tersebut mengingat sektor ini merupakan salah satu sektor
penghasil emisi terbesar. Di Indonesia, upaya transisi hijau dihadapkan pada
sejumlah tantangan terutama terkait dengan biaya transisi yang tinggi.
Tantangan ini salah satunya dipengaruhi oleh dukungan industri pendukung
yang masih minim di tengah kegiatan penelitian dan pengembangan serta
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas. Upaya transisi tersebut
semakin tertahan karena akses pembiayaan hijau yang terbatas dan insentif
fiskal yang masih perlu dirumuskan. Beberapa kebijakan dan langkah
strategis, baik dari pemerintah maupun otoritas/lembaga terkait diperlukan
untuk mendorong akselerasi industri menuju industri hijau.
92

5.1. Perkembangan Transisi Industri Hijau


Perubahan iklim telah berdampak pada itu, perubahan iklim juga memberikan
ekosistem dan manusia di seluruh ancaman bagi perekonomian global.
dunia. Kenaikan suhu bumi tidak hanya Bahkan, dampaknya diprakirakan jauh lebih
berdampak pada kenaikan temperatur besar daripada krisis keuangan global 2008
bumi tetapi juga mengubah sistem iklim. dan pandemi COVID-19. Laporan Weather,
Hal ini memengaruhi berbagai aspek pada Climate & Catastrophe Insight (AON, 2020)
alam dan kehidupan manusia, seperti menyebutkan bahwa kerugian ekonomi
kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, global akibat cuaca ekstrem mencapai 5,1
kesehatan, dan lahan pertanian. Selain triliun dolar AS dalam 20 tahun terakhir.

Sumber : Our World in Data (2022) Sumber: AON - Weather, Climate & Catastrophe Insight (2020)

Grafik 5.1. Perkembangan Rata-Rata Temperatur Global Grafik 5.2. Kerugian Ekonomi Global Akibat
Cuaca Ekstrem

Bagi negara kepulauan di wilayah berpotensi mengalami kerugian ekonomi


khatulistiwa seperti Indonesia, risiko akibat hingga Rp544 Triliun selama tahun 2020-
perubahan iklim akan lebih besar. Frekuensi 2024 atau sekitar Rp100 Triliun per tahun
cuaca ekstrem akan lebih sering terjadi akibat dampak perubahan iklim. Senada
dan sulit ditebak sehingga berpeluang dengan Bappenas, Swiss Re Institute (2021)
mengakibatkan bencana alam. Kondisi dalam publikasinya juga menyebutkan
ini tidak hanya berdampak pada kondisi bahwa Indonesia dapat kehilangan 44%
lingkungan namun juga akan berpengaruh dari total PDB, namun dapat ditekan
pada perekonomian nasional. Bappenas hingga menjadi 4% dari total PDB jika target
(2021) memperkirakan bahwa Indonesia Kesepakatan Paris (Paris Agreement)
tercapai.

Sumber: Bappenas (2021) Sumber: Swiss Re Institute (2021)

Grafik 5.3. Estimasi Kerugian Ekonomi Indonesia Akibat Grafik 5.4. Skenario Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Cuaca Ekstrem Ekonomi Indonesia
93

Mayoritas negara-negara di dunia Indonesia menjadi salah satu negara yang


sepakat untuk bersama-sama melakukan berkomitmen dalam upaya penurunan
penanggulangan atas permasalahan emisi karbon. Komitmen tersebut
iklim global. Hal ini tercantum dalam Paris diwujudkan dalam bentuk ratifikasi Paris
Agreement yang dihasilkan pada konferensi Agreement ke dalam UU No.16 tahun 2016
perubahan iklim PBB (Conference of the tentang Pengesahan Paris Agreement to
Parties - COP) ke-21 tahun 2015 yang diikuti The United Nations Framework Convention
oleh 196 negara. Dalam kesepakatan On Climate Change. Ratifikasi ini
tersebut, seluruh negara peserta konferensi merupakan bentuk pernyataan komitmen
menyepakati sejumlah rumusan langkah terhadap perjanjian tersebut. Dalam hal ini,
pengurangan emisi guna memerangi Indonesia telah menyampaikan Nationally
perubahan iklim. Kesepakatan tersebut Determined Contribution (NDC) kepada
kemudian diperbarui pada COP26 yang United Nations Framework Convention
diselenggarakan di Glasgow pada 31 on Climate Change (UNFCCC). Dalam
Oktober hingga 12 November 2021. Salah dokumen tersebut, Indonesia berkomitmen
satu poin utama pembaruan kesepakatan untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca
adalah upaya untuk menjaga peningkatan (GRK) dari level Business as Usual (BaU)
suhu global tidak melebihi 1,5oC. Hal ini akan sebesar 29% melalui upaya nasional dan
ditempuh melalui pengurangan separuh 41% dengan dukungan internasional pada
emisi dunia pada 2030 dan mencapai 2030. Selain itu, Indonesia juga memiliki
nol emisi karbon atau Net Zero Emission Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
(NZE) pada 2050. Target tersebut lebih Rumah Kaca (RAN GRK) tahun 2011 sebagai
ambisius dibandingkan Paris Agreement upaya mitigasi perubahan iklim berskala
yang menetapkan ambang batas kenaikan nasional.
hingga 2oC. Revisi target ini didasarkan
pada hasil penelitian Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) (2018)
yang menyimpulkan bahwa dampak
pemanasan global 2oC sulit untuk
ditoleransi baik dari aspek ekonomi, sosial,
maupun ekologi.
94

Tabel 5.1. Proyeksi BaU dan Reduksi Emisi GRK dari setiap kategori sektor

Saat ini, transisi hijau Indonesia relatif melalui The Green Future Index 2021 yang
tertinggal dibandingkan dengan negara memasukkan Indonesia ke dalam kelompok
mitra. Berdasarkan Global Green Economy Climate Laggards, yaitu kelompok negara
Index™ (GGEI)5 yang dikeluarkan oleh Dual dengan upaya perbaikan ekosistem dalam
Citizen, Indonesia berada pada peringkat rangka perbaikan iklim yang relatif lambat.
154 dari 160 negara, bahkan menjadi Kondisi ini menjadi gambaran upaya
yang terendah di antara negara ASEAN transisi hijau Indonesia masih rendah dan
pada 2022. Fakta serupa dikeluarkan oleh menjadi risiko dalam upaya pencapaian
MIT Technology Review Insights (2021) target penurunan emisi Indonesia.

5
GGEI dikeluarkan oleh Dual Citizen, dihitung berdasarkan 18 indikator yang dibagi ke dalam 4 dimensi, yaitu climate change & social equity;
sector decarbonization; markets & investment; dan environmental health.
95

Sumber: Dual Citizen (2022) Sumber: MIT Technology Review Insights (2021)

Grafik 5.5. Global Green Economy Index (GGEI) 2022 Grafik 5.6. Tingkat Kesiapan Transisi Hijau per Negara

Transisi pada sektor industri manufaktur emisi tidak langsung dari penggunaan
menjadi salah satu kunci pencapaian energi. Di Indonesia sendiri, Kementerian
perubahan iklim. Hal ini tidak terlepas dari Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
peran sektor industri manufaktur sebagai (2021) mencatat bahwa dari 810 ribu6 Gg
kontributor emisi terbesar, khususnya CO2e emisi pada 2019, 30,07% di antaranya
dalam hal penggunaan energi. World dihasilkan secara langsung oleh sektor
Resource Institute (2020) mencatat bahwa industri manufaktur dan konstruksi.
secara global, sektor industri manufaktur Catatan tersebut belum termasuk emisi
berkontribusi atas 29,4% produksi CO2e pada tidak langsung yang dihasilkan oleh sektor
2020, baik emisi yang dihasilkan secara energi, dengan sektor manufaktur sebagai
langsung dari kegiatan produksi maupun salah sektor pengguna energi terbesar.

Sumber: Climate Watch, the World Resource Institute (2020)

Grafik 5.7. Kontribusi Emisi Per Sektor

Percepatan transisi pada sektor industri energi fosil, EBT menghasilkan emisi yang
manufaktur di Indonesia dapat didorong jauh lebih rendah. Sebagai contoh, emisi
melalui efisiensi energi, pemanfaatan dari Solar Photovoltaics (Solar PV) hanya
energi bersih, serta Energi Baru dan sebesar 85 ton CO2e/GWh, jauh lebih
Terbarukan (EBT). Hal ini tidak terlepas dari rendah dibandingkan bahan bakar fosil,
penggunaan energi di Indonesia masih seperti batubara yang mencapai 888
didominasi oleh bahan bakar berbasis ton CO2e/GWh. Sejauh ini, upaya transisi
fosil. Berdasarkan publikasi Kementerian energi telah berhasil meningkatkan kinerja
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) penurunan emisi karbon di Indonesia.
(2021), porsi EBT dalam bauran energi Pada 2021, Indonesia berhasil menurunkan
nasional pada 2021 mencapai 11,5%. Angka tingkat emisi karbon hingga 69,5 juta ton
ini ditargetkan mencapai 23% pada 2025 CO2, melebihi target 67 juta ton CO2. Ke
dan 31% pada 2030. Dibandingkan dengan depan, transisi menuju EBT ini diperkirakan

6
Tidak termasuk emisi akibat kebakaran hutan dan gambut.
96

akan dipercepat untuk memenuhi target karbon yang masif secara global berimplikasi
NDC dalam mendukung NZE pada 2050. pada negara yang tidak menerapkan
kebijakan ini. Jika implementasi ekonomi
Transisihijaupadasektorindustrimanufaktur hijau suatu negara masih terbatas atau
penting untuk menjaga daya saing produk tidak menerapkan kebijakan pajak karbon
manufaktur Indonesia di pasar global. Hal ini yang memadai sehingga penurunan emisi
berkaitan dengan salah satu tren kebijakan karbonnya rendah, negara tersebut akan
nilai ekonomi karbon yang akan diterapkan terkena pajak karbon oleh negara lain. Contoh
oleh berbagai negara, yaitu pengenaan dampak yang akan terjadi pada negara
nilai ekonomi karbon. Nilai ekonomi karbon tersebut dapat dicermati pada rencana
adalah pemberian harga (valuasi) atas emisi implementasi Carbon Border Adjustment
GRK/karbon yang dihasilkan. Penerapan Mechanism (CBAM) oleh Uni Eropa.
nilai ekonomi karbon diharapkan dapat
mengakselerasi perubahan pada proses Kebijakan CBAM oleh Uni Eropa menjadi
produksi, konsumsi, dan investasi oleh risiko bagi Indonesia yang belum
industri sehingga mendukung pertumbuhan menerapkan nilai ekonomi karbon. CBAM
yang rendah karbon. Berdasarkan praktiknya merupakan kebijakan pengukuran harga
secara umum, instrumen nilai ekonomi karbon yang terkandung dalam barang
karbon terdiri atas instrumen perdagangan yang diimpor oleh Uni Eropa sesuai dengan
dalam bentuk perdagangan izin emisi Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa. Importir
(Emission Trading System) dan offset emisi akan diwajibkan membeli sertifikat karbon
(Crediting Mechanism). Selain itu, terdapat sesuai harga karbon yang seharusnya
pula instrumen nonperdagangan dalam dibayarkan dengan tingkat harga barang
bentuk pungutan atas karbon (Carbon Tax) yang diproduksi di bawah aturan penetapan
dan pembayaran berbasis hasil (Result harga karbon Uni Eropa. Kebijakan yang
Based Payment). Penerapan nilai ekonomi akan dimulai secara bertahap pada 2023
karbon di Indonesia direncanakan akan sampai dengan 2026 dikeluarkan untuk
dimulai dengan pengenaan pungutan atas mendukung target Uni Eropa sebagai
karbon atau pajak karbon, diikuti dengan benua pertama yang mencapai karbon
implementasi perdagangan karbon. netral pada 2050. Pada tahap awal, CBAM
Penerapan kebijakan tersebut diharapkan akan diimplementasikan pada beberapa
mendorong pelaku usaha pada industri komoditas yang dianggap menyumbang
manufaktur untuk bertransformasi menjadi emisi karbon paling tinggi, yaitu semen,
industri hijau, terutama melalui investasi aluminium, pupuk, produksi energi listrik,
hijau. serta besi dan baja. Meskipun saat ini ekspor
Indonesia tujuan Uni Eropa untuk komoditas-
Secara global, carbon pricing didesain untuk komoditas tersebut masih rendah, namun
mendorong partisipasi seluruh negara tetap harus dicermati mengingat terdapat
dalam pencapaian target penurunan emisi rencana perluasan cakupan komoditas
GRK. Berdasarkan laporan State and Trends CBAM tersebut pada masa mendatang.
of Carbon Pricing 2022 yang dirilis oleh World Selain itu, kebijakan serupa juga diprakirakan
Bank, sebanyak 68 instrumen nilai ekonomi akan banyak diterapkan negara atau
karbon telah diterapkan secara global kawasan lainnya.
hingga April 2022. Penerapan nilai ekonomi
97

Sumber: State and Trends of Carbon Pricing 2022, World Bank


Gambar 5.1. Penerapan Carbon Pricing di Dunia

Transisi hijau membutuhkan dukungan maupun internasional. Dari domestik,


pembiayaan yang kuat. Kondisi ini pembiayaan dapat bersumber dari APBN
tidak hanya terjadi di Indonesia namun dalam bentuk belanja Pemerintah Pusat,
juga secara global, oleh karenanya penerbitan Green Sukuk atau Sustainable
diperlukan sebuah kerangka pendanaan Development Goals (SDGs) Bond, ataupun
perubahan iklim untuk mendukung yang berasal dari pengenaan pajak/
upaya pengendalian perubahan iklim cukai karbon. Selain itu, pembiayaan
di Indonesia khususnya dalam rangka hijau domestik juga dapat bersumber
menjamin kecukupan pendanaan dari non-APBN seperti pembiayaan oleh
dan pencapaian target pengendalian swasta, lembaga keuangan, pasar modal
perubahan iklim (Kementerian Keuangan, ataupun perdagangan karbon. Sementara
2019). Pembiayaan hijau atau green itu, dari internasional, pembiayaan dapat
financing menjadi salah satu fokus utama diberikan secara bilateral (antara lain,
sebagian besar negara di dunia untuk Pemerintah/swasta dari negara lain, Bank
memenuhi kebutuhan biaya dalam Pembangunan Bilateral) maupun secara
rangka transisi menuju ekonomi hijau. multilateral (antara lain, Green Climate
Pembiayaan hijau tersebut dapat berasal Fund, Bank Pembangunan Multilateral,
dari berbagai sumber, baik dari domestik lembaga keuangan internasional).
98

5.2. Kendala Transisi Menuju Industri Hijau

Transisi hijau menuju net zero emission GRK yang telah ditetapkan selama periode
memerlukan biaya transisi yang besar. 2018-2030 mencapai 247 miliar dolar AS.
Berdasarkan laporan Indonesia Second Biaya tersebut mencakup beberapa sektor,
Biennial Update Report tahun 2018, estimasi yaitu energi, limbah, pertanian, kehutanan,
biaya yang dibutuhkan oleh Indonesia dan termasuk di antaranya sektor industri.
untuk mencapai target penurunan emisi
Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Pembiayaan untuk Mencapai Target Penurunan Emisi periode 2018-2030

Sumber: Indonesia Second Biennial Update 2018, diolah

*) tidak termasuk biaya penurunan emisi tahapan produksi kayu, biaya teknologi baru yang mungkin muncul
setiap tahapan, dan biaya teknologi manajemen lahan gambut
Note: Estimasi kebutuhan biaya disusun secara konservatif untuk mencapai target penurunan emisi GRK pada
Skenario CM2
99

Biaya transisi yang besar ini menjadi relatif mahal dan pada saat operasional
alasan utama transisi hijau pada sektor membutuhkan energi 20% lebih tinggi
industri manufaktur perlu terus didorong, (International Energy Agency, 2021).
terutama berkaitan dengan peningkatan
teknologi mesin produksi. Berdasarkan Biaya transisi yang tinggi juga dipengaruhi
hasil audiensi dengan beberapa pelaku oleh jumlah industri pendukung
usaha pada awal 2022, mayoritas industri berorientasi hijau yang masih minim.
masih menggunakan mesin industri yang Salah satu contohnya adalah implementasi
sudah lama dimiliki sehingga teknologinya penggunaan panel surya sebagai alternatif
relatif tertinggal dari teknologi yang sumber energi listrik industri. Biaya
ada saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan pemasangan panel surya yang masih
restrukturisasi proses dan permesinan sangat tinggi dipicu oleh komponen panel
untuk meningkatkan efisiensi produksi serta surya di Indonesia yang sebagian besar
bertransisi ke arah industri hijau. Sebagai berasal dari impor. Data menunjukkan
contoh pada industri logam, mayoritas bahwa impor komponen panel surya terus
industri produsen besi baja yang beroperasi mengalami peningkatan dalam beberapa
di Indonesia masih menggunakan waktu terakhir. Hal ini mengindikasikan
teknologi lama dengan tingkat emisi yang bahwa peningkatan permintaan panel
cukup tinggi, padahal teknologi produksi surya belum sepenuhnya mampu dipenuhi
besi baja yang lebih ramah lingkungan oleh industri dalam negeri. Oleh karena itu,
seperti hydrogen-based steel telah pengembangan industri pendukung terkait
banyak digunakan di Tiongkok. Teknologi sangat penting dalam upaya penurunan
ini terbukti menurunkan emisi hingga 90% biaya transisi industri hijau.
dibandingkan teknologi konvensional yang
ada, namun biaya teknologi ini masih

Tabel 5.3. Neraca Perdagangan Komponen Panel Surya

Sumber: Bank Indonesia, diolah


100

Biaya transisi yang tinggi ini dapat kebijakan ini juga berpotensi membatasi
berdampak pada daya saing produk akses keuangan global terutama terkait
ekspor. Beberapa negara di dunia saat dengan pembiayaan hijau.
ini telah menerapkan instrumen carbon
pricing. Penerapan ini berimplikasi negatif Selain faktor biaya transisi yang tinggi,
pada Indonesia sebagai negara yang penguasaan teknologi yang minim juga
belum menerapkan kebijakan carbon menjadi salah satu faktor penyebab transisi
pricing. Penerapan kebijakan ini berpotensi hijau pada sektor industri manufaktur
menurunkan daya saing produk ekspor masih perlu terus didorong. Kondisi ini
Indonesia terutama untuk komoditas berkaitan dengan kegiatan penelitian dan
yang menyumbang emisi karbon tinggi, pengembangan (research & development)
dikarenakan produk tersebut dikenakan di Indonesia yang rendah di tengah
tambahan pajak oleh negara pengimpor kapasitas SDM yang masih terbatas. Data
yang menerapkan kebijakan carbon OECD (2021) menunjukkan bahwa alokasi
pricing. Hal ini diprakirakan memengaruhi anggaran riset di Indonesia masih sangat
pertimbangan pelaku usaha untuk rendah dibandingkan dengan negara
berinvestasi di Indonesia, terutama pusat penelitian dan pengembangan
pada investasi terkait komoditas yang dunia seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan
menyumbang emisi karbon tinggi, seperti Jepang. Bahkan, jika dibandingkan dengan
semen, aluminium, pupuk, serta besi negara peers seperti Thailand dan Malaysia,
dan baja. Selain itu, beberapa negara Indonesia juga masih tertinggal. Sementara
di dunia terutama di wilayah Eropa itu, upaya penurunan emisi sangat erat
menerapkan hambatan impor atas produk kaitannya dengan penggunaan teknologi
perkebunan yang belum memenuhi No terkini. Di tengah kegiatan penelitian
Deforestation, No Expansion on Peat and No dan pengembangan di Indonesia yang
Exploitation (NDPE). Penerapan ini berisiko rendah, proses bisnis riset di Indonesia
menghambat ekspor produk unggulan juga masih dihadapkan pada sejumlah
Indonesia seperti CPO dikarenakan produk kendala. Salah satunya adalah keterkaitan
tersebut dianggap belum memenuhi yang rendah antara lembaga penelitian
NDPE. Penerapan berbagai kebijakan dan pengembangan sebagai penghasil
pengendalian iklim di negara tujuan ekspor teknologi dengan pengguna teknologi yaitu
juga dapat menurunkan minat investasi industri. Dari sisi lembaga penelitian dan
di Indonesia, khususnya investasi dari pengembangan, kendala yang dihadapi
negara-negara investor pro kebijakan di antaranya adalah keterbatasan jumlah
rendah karbon. Selain kedua risiko tersebut, SDM peneliti, program penelitian dan
101

pengembangan yang ada saat ini belum yang terbatas terkait teknologi yang telah
sepenuhnya memenuhi kebutuhan industri dihasilkan oleh lembaga penelitian dan
dan masih sangat berorientasi pada pengembangan. Selain itu, keterbatasan
keilmuan, serta sebagian besar sarana SDM peneliti di industri, keterbatasan
masih berskala kecil. Dari sisi industri anggaran penelitian dan pengembangan
sebagai pengguna teknologi, kendala yang oleh industri, serta risk appetite industri yang
dihadapi di antaranya adalah minat industri masih minim dalam menanggung risiko
yang minim untuk melakukan penelitian kegagalan penelitian dan pengembangan
dan pengembangan dikarenakan sebagian juga menjadi faktor yang memengaruhi
besar aktivitas tersebut telah dilakukan oleh aktivitas penelitian dan pengembangan
perusahaan induk industri di luar negeri. Hal pada industri yang rendah.
tersebut disertai pula dengan informasi

Sumber : OECD, diolah


Grafik 5.8. Perbandingan Pengeluaran untuk R&D Per Negara

Sumber: World Bank, diolah


Grafik 5.9. Perbandingan Human Capital Index Per Negara

Di sisi lain, transisi industri hijau juga arah hijau belum menjadi prioritas industri.
terkendala oleh pembiayaan yang yang Transisi hijau juga membutuhkan investasi
relatif masih terbatas. Dari sisi permintaan, besar dan berisiko tinggi karena ekosistem
keterbatasan pembiayaan dipengaruhi hijau belum sepenuhnya terbentuk. Selain
oleh beberapa faktor, seperti permintaan itu, keterbatasan insentif terkait investasi
yang masih rendah dikarenakan transisi ke hijau serta proses sertifikasi yang berbiaya
102

dan membutuhkan waktu juga menjadi


faktor yang memengaruhi permintaan
pembiayaan hijau yang rendah. Sementara
itu, dari sisi penyaluran pembiayaan masih
terdapat beberapa kendala yang dihadapi,
seperti proses penerbitan instrumen hijau
yang membutuhkan biaya besar dan
membutuhkan waktu, feasibility study
yang lebih kompleks serta biaya peninjau
eksternal yang relatif tinggi. Selain itu,
terdapat keterbatasan SDM dan konsultan
ahli hijau untuk menghitung dampak pada
lingkungan serta ekuivalensinya pada
rating kredit debitur.

Meski terkendala oleh pembiayaan yang


terbatas, perkembangan pembiayaan
hijau di Indonesia berada dalam tren positif.
Kebutuhan pembiayaan hijau meningkat
seiring dengan rencana pembangunan
proyek infrastruktur dan industri berorientasi
hijau di Indonesia. Kebutuhan pembiayaan
hijau terus mengalami peningkatan
sehingga mendorong penerbitan obligasi
berwawasan lingkungan (Green), sosial,
(Social) dan berkelanjutan (Sustainability)
atau GSS Bond. Berdasarkan laporan Green
Infrastructure Investment Opportunities
Indonesia: Green Recovery yang dirilis oleh
Climate Bond Initiative pada Maret 2022,
pasar GSS Bond di Indonesia per November
2021 telah mencapai 7,7 miliar dolar AS.
Sebagian besar berbentuk obligasi hijau
(green bond) yang diterbitkan baik oleh
domestik maupun internasional, antara
lain oleh Pemerintah, bank dan lembaga
keuangan, serta swasta. Penerbitan GSS
Bond tersebut digunakan untuk membiayai
pembangunan berbagai proyek
infrastruktur dan industri berorientasi hijau,
seperti proyek energi baru terbarukan,
transportasi rendah karbon, manajemen
limbah serta infrastruktur penyediaan air
yang berkelanjutan.
103

Tabel 5.4. Daftar GSS Bond di Indonesia

Sumber: Green Infrastructure Investment Opportunities: Indonesia, Climate Bond Initiatives (2022)

Perkembangan pembiayaan hijau di sektor energi, transportasi, dan industri. Dari


Indonesia cukup baik jika dibandingkan sektor energi, gasifikasi batubara dan green
dengan negara peers di kawasan ASEAN. fuel sebagai produk energi baru terbarukan
Pada 2021, Indonesia memiliki volume GSS perlu untuk terus dikembangkan, bahkan
Bond terbesar ketiga di ASEAN setelah sejumlah program pada sektor energi
Singapura dan Thailand. Meski demikian, telah berjalan dan sukses. Salah satu di
pengembangan pembiayaan hijau tersebut antaranya adalah program konversi solar
tidak terlepas dari berbagai tantangan. ke biodiesel B20 dan B30. Pada bidang
Upaya meningkatkan pembiayaan industri, pengembangan industri hijau dan
hijau perlu diselaraskan dengan upaya kawasan industri hijau secara konsisten
mendorong inisiasi pembangunan proyek terus didorong, didukung oleh sertifikasi
infrastruktur dan industri berorientasi hijau. hijau serta penyusunan Standar Industri
Implementasi ekonomi hijau di Indonesia Hijau bagi beberapa industri di Indonesia.
berpotensi sangat besar, terutama pada Potensi pengembangan ekonomi hijau
104

lainnya adalah pada bidang transportasi. Vehicle) untuk Transportasi Jalan sebagai
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan komitmen untuk mendorong transportasi
Presiden (Perpres) No. 55 tahun 2019 tentang hijau ke depan.
Percepatan Program Kendaraan Bermotor
Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric

Sumber: ASEAN Sustainable Finance State of the Market 2021, Climate Bond Initiatives (2022)

Grafik 5.10. Perkembangan Penerbitan GSS Bond oleh 6 Negara ASEAN Tahun 2016-2021

Selain pembiayaan, ketersediaan insentif berbagai insentif pajak dalam bentuk


untuk program industri hijau juga menjadi tax holiday, tax allowance, pembebasan
salah satu faktor yang memastikan proses bea masuk impor, pengurangan Pajak
transisi industri hijau. Meskipun payung Penghasilan (PPh) Ditanggung Pemerintah
hukum pengembangan industri hijau sudah (DTP), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta
tersedia, sebagaimana tercantum dalam pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
UU No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, (PBB). Namun, insentif tersebut berlaku
insentif bagi industri untuk mendorong secara umum, belum spesifik ditujukan
transisi ke arah hijau masih dapat kepada investasi hijau.
dioptimalkan. Pemerintah telah memiliki
105

Keterbatasan insentif tersebut terindikasi sebanyak 31 standar. Berdasarkan data


mengakibatkan tingkat partisipasi industri direktori industri pengolahan 2021 yang
yang masih meningkat terbatas dalam dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
transisi hijau. Partisipasi industri yang terdapat 29.127 perusahaan industri
masih rendah tersebut tercermin dari menengah besar yang masih aktif. Dengan
jumlah perusahaan yang telah memperoleh demikian, sertifikasi industri hijau baru
sertifikasi hijau masih terbatas. Per April mencapai 0,15%. Oleh karena itu, upaya
2022, baru terdapat 44 perusahaan industri untuk meningkatkan jumlah perusahaan
yang telah memperoleh sertifikasi hijau industri yang memiliki sertifikasi hijau perlu
dari Kementerian Perindustrian, sementara terus ditingkatkan, di tengah cakupan SIH
Standar Industri Hijau (SIH) yang ada yang juga perlu terus diperluas.

Sumber: Kementerian Perindustrian, diolah

Grafik 5.11. Perkembangan Jumlah Industri Penerima Program Penghargaan Industri Hijau
106

5.3. Rekomendasi dan Strategi Pengembangan


Industri Hijau
Untuk mendorong percepatan transisi hijau, kebijakan tersebut perlu mempertimbangkan
dukungan kebijakan Pemerintah berupa seluruh aspek terkait, baik pengembangan
insentif dan regulasi pendukung sangatlah pasar karbon, pencapaian target NDC,
diperlukan terutama untuk meningkatkan kesiapan pelaku usaha, maupun kondisi
minat investasi ke arah industri hijau. Saat ekonomi.
ini Pemerintah telah memiliki berbagai
insentif pajak dalam bentuk tax holiday, Selain untuk meningkatkan minat investasi,
tax allowance, pembebasan bea masuk dukungan kebijakan Pemerintah juga
impor, pengurangan Pajak Penghasilan sangat diperlukan untuk mendorong minat
(PPh) Ditanggung Pemerintah (DTP), Pajak pelaku usaha agar menggunakan skema
Pertambahan Nilai (PPN) serta pengurangan pembiayaan hijau (green financing). Salah
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Meskipun satu kendala yang dihadapi oleh pelaku
demikian, insentif tersebut berlaku secara usaha saat mengajukan pembiayaan
umum, belum spesifik ditujukan kepada hijau adalah biaya peninjau eksternal yang
investasi hijau. Seiring dengan industri hijau besar. Dalam proses penerbitan instrumen
yang semakin berkembang, diharapkan ke tersebut, diperlukan peninjau eksternal
depan dapat dirumuskan insentif spesifik untuk menilai apakah proyek yang
investasi hijau yang dapat melengkapi akan dibiayai telah memenuhi standar
insentif perpajakan yang telah ada. Selain pembiayaan hijau yang berlaku, baik di
itu dari sisi insentif nonfiskal, Pemerintah dalam negeri ataupun secara internasional.
melalui Kementerian Perindustrian telah Dalam jangka pendek, pemberian insentif
mengeluarkan sejumlah kebijakan bagi dalam bentuk subsidi biaya peninjau
pelaku usaha dalam rangka mendorong eksternal diprakirakan dapat mendorong
percepatan transisi ke arah industri hijau. minat pelaku usaha untuk menggunakan
Insentif yang diberikan di antaranya adalah skema pembiayaan hijau. Sebagai contoh,
dalam bentuk pembinaan dan fasilitasi Pemerintah Malaysia melalui Securities
program sertifikasi industri hijau, capacity Commission (SC) memberikan insentif
building/pelatihan/konsultasi bagi industri, berupa subsidi biaya peninjau eksternal
pengusulan prioritas pengadaan barang dan dalam rangka penerbitan instrumen
jasa untuk produk bersertifikat industri hijau, pembiayaan hijau hingga mencapai 90
serta pilot project penerapan perdagangan persen dari total biaya. Selain bantuan
karbon. biaya peninjau eksternal, Pemerintah
Malaysia juga memberikan pengurangan
Selain menyediakan insentif, Pemerintah pajak untuk biaya penerbitan instrumen
juga telah melakukan berbagai upaya untuk pembiayaan hijau serta pembebasan
mendorong investasi ke arah industri hijau. pajak penghasilan kepada pelaku usaha
Salah satunya adalah melalui penerbitan yang menerima insentif tersebut. Selain
Perpres No. 98 tahun 2021 tentang Nilai Malaysia, Pemerintah Singapura melalui
Ekonomi Karbon (NEK) yang di dalamnya Monetary Authority of Singapore (MAS)
termasuk mengatur pungutan atas karbon. juga memberikan insentif berupa subsidi
Pemerintah juga menerbitkan UU No. 7 biaya peninjau eksternal dalam rangka
tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan penerbitan obligasi hijau hingga 100
Perpajakan (HPP) yang mencakup kebijakan ribu dolar Singapura (per penerbitan).
pajak karbon yang diharapkan dapat Dengan pemberian insentif tersebut
menjadi langkah awal transisi ekonomi hijau diharapkan dapat meningkatkan minat
di Indonesia. Oleh karena itu, penerapan untuk menggunakan skema pembiayaan
107

hijau sehingga dapat meningkatkan


jumlah penerbitan instrumen pembiayaan
hijau dalam bentuk obligasi dan sukuk di
Indonesia.

Komitmen Pemerintah terhadap transisi


hijau juga tercermin dalam kebijakan
pembiayaan. Dengan kebutuhan
pembiayaan hijau yang semakin
meluas, Otoritas Jasa Keuangan telah
mengeluarkan Taksonomi Hijau Indonesia7.
Taksonomi ini diharapkan dapat
mendukung pengembangan pembiayaan
pada sektor hijau di Indonesia. Selain itu,
dalam rangka penyediaan pembiayaan
untuk mempercepat transisi energi,
Pemerintah dan Asian Development
Bank (ADB) telah meluncurkan platform
untuk Mekanisme Transisi Energi (Energy
Transition Mechanism/ETM) pada Juli
2022. Platform ini merupakan kerangka
kerja untuk menyediakan pembiayaan
yang diperlukan dalam rangka
mempercepat transisi energi nasional
dengan memobilisasi sumber pendanaan
komersial maupun nonkomersial secara
berkelanjutan. ETM terdiri dari dua skema.
Pertama, skema Fasilitas Pengurangan
Emisi (Carbon Reduction Facility)
digunakan untuk memensiunkan dini PLTU
di Indonesia. Sementara, skema Fasilitas
Energi Bersih (Clean Energy Facility)
ditujukan untuk mengembangkan atau
menginvestasikan kembali fasilitas energi
hijau. Mekanisme ini diharapkan menjadi
solusi bersama bagi masyarakat, investor,
perekonomian daerah, dan lingkungan. Ke
depan, Indonesia berkomitmen untuk terus
mengupayakan implementasi Sustainable
Development Goals (SDGs) melalui
pendanaan hijau. APBN sebagai instrumen
kebijakan fiskal akan digunakan untuk
mendorong transisi energi yang adil dan
terjangkau.

Upaya pengembangan alternatif sumber


pembiayaan hijau perlu terus dilakukan
di tengah kapasitas APBN yang terbatas.
Pemerintah telah memasukkan Penandaan

7
Taksonomi ini merupakan acuan klasifikasi sektor berdasarkan
kegiatan usaha yang mendukung upaya perlindungan
lingkungan hidup dan mitigasi serta adaptasi perubahan iklim
(OJK, 2021)
108

Anggaran Perubahan Iklim (Climate (KBL BB). Spesifik bagi industri, Pemerintah
Budget Tagging8) dalam APBN sebagai melalui Kementerian Perindustrian juga
bentuk komitmen Pemerintah untuk telah memberikan insentif nonfiskal melalui
mendukung investasi ke arah hijau. Selama berbagai program pembiayaan dalam
periode 2016-2021, Pemerintah telah rangka menurunkan emisi pada industri.
mengalokasikan anggaran perubahan Insentif yang diberikan adalah dalam
iklim rata-rata 4,1% dari total belanja bentuk bantuan pembiayaan revitalisasi
(Kementerian Keuangan, 2022). Selain itu, dan restrukturisasi mesin industri, kredit
Pemerintah secara konsisten menerbitkan karbon Joint Crediting Mechanism (JCM)
“Green Sukuk” dalam beberapa tahun Indonesia-Jepang, dan Green Climate
terakhir untuk membiayai proyek ramah Fund Project (kerjasama pendanaan
lingkungan. Meskipun demikian, kapasitas dari UNFCCC untuk Indonesia). Selain itu,
APBN untuk mendanai proyek ramah terdapat beberapa program lainnya yaitu
lingkungan masih relatif rendah sehingga proyek penggunaan Refused Derived Fuel
diperlukan peranan sektor swasta untuk (RDF) pada industri semen dan kerjasama
mendukung pembiayaan tersebut. Salah proyek Clean Development Mechanism
satu upaya yang dilakukan Pemerintah (CDM), bantuan Instalasi Pengolahan
adalah dengan membentuk Indonesia Air Limbah (IPAL) pada sentra industri
Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan bekerjasama dengan United Nations
Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Development Programme (UNDP) dan pilot
(BPDLH). Kedua lembaga ini dibentuk project mini depo. Selain itu, terdapat pula
bertujuan untuk mengelola pembiayaan proyek Indonesia-Jepang melalui Energy
hijau yang diperoleh dari dalam dan luar Conservation Center Japan (ECCJ) untuk
negeri secara optimal. 9 perusahaan pada industri semen, baja,
pulp dan kertas serta TPT.
Kebijakan untuk mendorong pembiayaan
dari lembaga keuangan domestik juga Upaya akselerasi transisi hijau
perlu terus diperkuat, di antaranya melalui memerlukan penguatan bisnis proses
pengaturan terkait roadmap, instrumen, penelitian dan pengembangan. Beberapa
dan insentif pembiayaan. Pemerintah langkah yang perlu menjadi prioritas
terus mengembangkan kerangka kerja perbaikan, di antaranya adalah mendorong
obligasi hijau dan sukuk hijau (Green Bond perubahan pola pikir penelitian dari orientasi
and Green Sukuk Framework) sebagai keilmuan menjadi orientasi pengguna
panduan pembiayaan obligasi dan sukuk (kebutuhan masyarakat dan industri).
hijau. Untuk mendorong pembiayaan dari Perguruan tinggi perlu menyusun peta
sisi swasta, OJK mengeluarkan “Roadmap jalan (roadmap) inovasi sesuai dengan
Keuangan Berkelanjutan” guna mendukung kebutuhan pembangunan wilayah dan
pengembangan keuangan berkelanjutan. potensinya. Peran lembaga intermediasi
Roadmap ini didukung oleh regulasi yaitu seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) kepada Masyarakat (LPPM) perlu terus
No. 51 tahun 2017 tentang Penerapan ditingkatkan dan diorientasikan untuk
Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga mendorong penelitian yang berbasis pada
Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan kebutuhan masyarakat dan industri. Selain
Publik. Aturan tersebut juga mengatur itu, diperlukan pengembangan lembaga-
instrumen obligasi hijau yang penerbitannya lembaga intermediasi lainnya, seperti Pusat
diatur lebih lanjut melalui POJK No. 60 tahun Inovasi, Science Techno Park (STP), serta
2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Inkubator untuk mendukung pengembangan
Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan aktivitas penelitian dan pengembangan ke
(Green Bond). Selain itu, OJK juga telah depan.
memiliki insentif untuk mendukung program
kendaraan bermotor ramah lingkungan.
8
Penandaan Anggaran Perubahan Iklim merupakan proses
Salah satunya adalah dengan memberikan memberikan tanda dalam dokumen perencanaan dan
insentif penyediaan pembiayaan untuk penganggaran untuk menelusuri dan mengidentifikasi output

tujuan pengembangan industri hulu dari serta anggaran pengendalian perubahan iklim (Kementerian
Keuangan, 2021)
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
109

Peningkatan pemanfaatan insentif super Terkait dengan kendala industri pendukung


deductible tax berpeluang mendorong yang masih minim, pada tahap awal
penguatan aktivitas penelitian dan dapat difokuskan pada pengembangan
pengembangan di tingkat industri. industri pendukung pengembangan EBT
Melalui Peraturan Menteri Keuangan khususnya panel surya (solar panel). Hal
(PMK) No. 153/PMK.010/2020 tentang ini searah dengan kebijakan Pemerintah
Pemberian Pengurangan Penghasilan yang berfokus pada pengembangan
Bruto Atas Kegiatan Penelitian Dan EBT tenaga surya sebagai tahap awal
Pengembangan Tertentu Di Indonesia, transisi energi ke arah hijau. Pemerintah
Pemerintah memberikan insentif berupa melalui Kementerian Energi dan Sumber
pengurangan penghasilan bruto paling Daya Mineral (ESDM) telah mengeluarkan
tinggi 300% dari jumlah biaya yang Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor
dikeluarkan untuk kegiatan penelitian 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap yang
dan pengembangan tertentu. Insentif ini Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik
diharapkan dapat meningkatkan minat Pemegang IUPTL untuk Kepentingan Umum.
pelaku usaha untuk melakukan aktivitas Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong
penelitian dan pengembangan terutama peningkatan permintaan panel surya ke
ke arah hijau. Meski demikian, hingga saat depan, termasuk dari sektor industri. Saat
ini pemanfaatan insentif ini masih sangat ini, sebagian besar permintaan panel
terbatas sehingga sosialisasi kebijakan surya masih dipenuhi melalui impor.
tersebut kepada pelaku usaha perlu terus Berdasarkan data ekspor-impor, impor
ditingkatkan. Selain itu, insentif ini masih komponen panel surya terus mengalami
berlaku pada industri secara umum, peningkatan, bahkan pada 2021 dapat
belum spesifik ditujukan kepada investasi tumbuh mencapai 47% (yoy). Seiring
hijau. Seiring dengan industri hijau yang dengan tren EBT di Indonesia, diprakirakan
semakin berkembang, diharapkan dapat kebutuhan komponen panel surya akan
dirumuskan insentif spesifik investasi hijau terus meningkat. Oleh karena itu, upaya
yang dapat melengkapi insentif yang telah untuk meningkatkan kapasitas industri
ada. pendukung di dalam negeri perlu terus
didorong sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap impor komponen
panel surya.

Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 5.12. Perkembangan Impor Komponen PLTS

Pengembangan industri komponen EBT yang terjaga hampir di sepanjang tahun


panel surya terus diakselerasi seiring terutama di wilayah Kalimantan dan Papua
dengan potensi permintaan di dalam menjadikan EBT tenaga surya sebagai EBT
negeri yang besar. Lokasi geografis paling potensial yang dapat dikembangkan
Indonesia yang berada di wilayah di Indonesia. Dari 400 ribu Mega Watt (MW)
khatulistiwa memberikan keuntungan potensi EBT di Indonesia, separuhnya atau
bagi pengembangan EBT tenaga surya sekitar 200 ribu MW adalah potensi energi
di Indonesia. Intensitas cahaya matahari surya. Meski demikian, pemanfaatan energi
110

surya sendiri saat ini baru mencapai 150 MW listrik EBT tenaga surya telah setara dengan
atau 0,08% dari potensinya. Padahal secara harga global dan berpotensi lebih rendah ke
teknis, biaya pembangkit EBT tenaga surya depannya. Hal ini sejalan dengan komitmen
jauh lebih murah dibandingkan dengan Pemerintah untuk mendorong investasi
EBT lainnya seperti tenaga angin. Biaya PLTS ke depan guna memenuhi target EBT
EBT tenaga surya juga terus menunjukkan dalam bauran energi nasional.
penurunan, bahkan saat ini harga jual

Sumber: Institute for Essential Services Reform (IESR) Sumber: Institute for Essential Services Reform (IESR)

Grafik 5.13. Perbandingan Biaya Energi EBT Tenaga Surya Grafik 5.14. Perbandingan Harga Jual-Beli Listrik PLTS
dan Tenaga Angin

Selain perbaikan pada aspek pembiayaan, emisi yang tinggi, seperti industri otomotif,
litbang, dan industri pendukung, logam dasar, dan elektronik tercatat masih
Pemerintah perlu menerapkan prioritisasi sangat minim. Dengan mempertimbangkan
program industri hijau guna meningkatkan keterbatasan sumber daya dalam bentuk
efektivitas transisi hijau di sektor industri. anggaran maupun SDM yang tersedia,
Hal ini didasarkan pada pencapaian Pemerintah dapat fokus mendorong
program industri hijau, dimana saat ini implementasi industri hijau pada industri-
mayoritas industri yang telah berpartisipasi industri yang menghasilkan emisi tinggi.
merupakan industri dengan kontribusi emisi Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah
yang rendah, seperti industri makanan dan untuk mempercepat penerbitan Standar
minuman, alas kaki, dan TPT. Sementara itu, Industri Hijau (SIH) pada industri yang
tingkat partisipasi industri dengan tingkat menghasilkan emisi tinggi tersebut.

Sumber: Kemenperin, Herzog (2005), dan Payet (2021), diolah


Grafik 5.15. Perbandingan Jumlah Partisipasi Industri Dalam Program Industri Hijau
dengan Kontribusi Emisi
111

BAB 6
Rekomendasi dan
Koordinasi Kebijakan

Oki Hermansyah Febrianto, Farisan Aufar

Berdasarkan analisis end-to-end Bank Indonesia untuk


menjawab tantangan struktural pada industri manufaktur, baik
terkait local value chain, hilirisasi, maupun transisi industri hijau,
diperoleh sejumlah rekomendasi kebijakan. Kebijakan tersebut
mencakup upaya perbaikan dari sisi faktor produksi, dukungan
regulasi dan insentif, serta perluasan akses pasar dan promosi
perdagangan. Untuk mendukung implementasi berbagai
rekomendasi kebijakan tersebut, Bank Indonesia berkontribusi
secara aktif bersinergi lintas sektoral. Harmonisasi kebijakan
ditempuh secara konsisten, terlebih selama berlangsungnya
pandemi COVID-19 guna mengakselerasi pemulihan kinerja
sekaligus mendorong penguatan struktur industri manufaktur
ke depan. Upaya KSSK melalui paket kebijakan terpadu untuk
mendukung sisi pembiayaan pada sektor riil diharapkan
semakin melengkapi strategi Pemulihan Ekonomi Nasional
secara komprehensif. Ke depan, sinergi antarotoritas tersebut
akan terus diperkuat dalam bentuk perumusan berbagai
bauran kebijakan dan insentif dunia usaha, baik dari sisi fiskal,
moneter, maupun dari sisi sektor riil.
112

6.1. Rekomendasi Kebijakan

Tantangan struktural yang dihadapi hulu dengan hilir; (ii) peningkatan kualitas
oleh industri manufaktur memberikan dan kapabilitas SDM sehingga dapat
pelajaran bahwa perumusan strategi mendorong penciptaan inovasi produk;
kebijakan berdasarkan asesmen secara (iii) peningkatan akses pembiayaan dari
end-to-end perlu dilakukan. Strategi lembaga keuangan untuk menopang
kebijakan tersebut difokuskan pada aspek perbaikan kapasitas industri; (iv)
penguatan linkage untuk mendukung optimalisasi kebijakan Import Substitution
peningkatan nilai tambah dalam Industrialization yang diselaraskan dengan
menopang ekspor bernilai tambah tinggi penguatan promosi penelitian dan
dan penguatan kapasitas produksi dalam pengembangan; serta (v) pemerataan dan
negeri. Selain itu, penguatan linkage ini juga perbaikan kualitas infrastruktur dasar di
diarahkan untuk menggerakkan ekonomi seluruh daerah.
antarwilayah dan transisi menuju ekonomi
hijau. Selain itu, dukungan regulasi dari
pemangku kebijakan, serta perluasan
Berdasarkan analisis secara end-to- akses penjualan dan promosi juga perlu
end terkait tantangan struktural yang ditingkatkan agar tercipta ekosistem bisnis
dihadapi dalam upaya meningkatkan yang menyeluruh. Dari tataran regulasi,
local value chain, mendorong hilirisasi, pemanfaatan kebijakan yang telah tersedia
dan bertransisi menuju industri hijau, perlu ditingkatkan agar memberikan
diperoleh sejumlah rekomendasi kebijakan dampak yang lebih optimal dalam
penting. Untuk meningkatkan local perekonomian. Sejumlah kebijakan yang
value chain pada industri dalam negeri, perlu diperkuat, antara lain harmonisasi
diperlukan upaya perbaikan faktor kebijakan antara pemerintah pusat dan
produksi yang dapat dititikberatkan pada daerah, peningkatan pemanfaatan insentif
5 (lima) kebijakan utama. Upaya tersebut super deductible tax untuk meningkatkan
meliputi (i) perbaikan tata niaga yang keterampilan SDM, serta penguatan
komprehensif untuk menghubungkan sisi implementasi peta jalan pengembangan
113

produk. Sementara, untuk mengatasi sisi promosi dan perdagangan dapat


hambatan tarif dan nontarif dalam dilakukan melalui 3 kebijakan utama,
perdagangan internasional, diperlukan yakni (i) kampanye secara masif kepada
penguatan diplomasi ekonomi melalui masyarakat luas untuk pemanfaatan produk
pelaksanaan round table talks maupun ramah lingkungan yang memanfaatkan
negosiasi dalam forum internasional. bahan baku dari proses hilirisasi SDA dalam
Pemerintah juga diharapkan dapat negeri; (ii) mendorong afiliasi di sepanjang
semakin aktif untuk mendorong promosi rantai nilai produksi untuk menciptakan
perdagangan yang tidak hanya dapat ekosistem industri yang terintegrasi; dan
mengakselerasi kinerja ekspor, namun juga (iii) sinkronisasi antara penciptaan produk
berpotensi membuka peluang investasi di sisi hulu dan kebutuhan produksi di sisi
asing di Indonesia. hilir.

Kebijakan hilirisasi SDA dapat terus Upaya mendorong transisi menuju industri
diperkuat seiring dengan potensi hijau perlu dilakukan secara menyeluruh
pengembangan yang besar dalam dengan melibatkan berbagai pemangku
memperkuat struktur industri kebijakan. Industri berperan penting
manufaktur dalam negeri. Sejumlah dalam mendukung pencapaian target
kebijakan yang perlu dioptimalkan, pemerintah untuk menurunkan emisi gas
yakni (i) pengembangan produk hilir rumah kaca sampai dengan 41% pada
yang diselaraskan dengan penguatan 2030 sehingga perlu didukung dengan
implementasi RIPIN; (ii) keberlanjutan implementasi berbagai kebijakan utama.
pasokan agar dapat memberikan manfaat Penguatan kebijakan tersebut, meliputi
pada perekonomian secara berkelanjutan; (i) optimalisasi insentif dan regulasi untuk
(iii) percepatan pembangunan smelter meningkatkan investasi ke industri hijau;
untuk mengoptimalkan pasokan yang (ii) penciptaan akses pembiayaan yang
saat ini lebih diarahkan untuk ekspor; dan didukung dengan roadmap, instrumen,
(iv) pengembangan industri forming agar dan insentif pembiayaan; (iii) mendorong
dapat mendorong penciptaan produk program penelitian dan pengembangan
antara maupun produk jadi yang dapat untuk meningkatkan inovasi dan kapasitas
mengurangi penggunaan produk impor. SDM; (iv) pengembangan industri
pendukung produk ramah lingkungan; dan
Harmonisasi tarif impor hingga penguatan (v) optimalisasi program standardisasi
sosialisasi penggunaan produk EBT dan penghargaan hijau yang diinisiasi oleh
menjadi bagian yang tidak terpisahkan Kemenperin.
dalam strategi penguatan hilirisasi SDA.
Sinkronisasi tarif impor untuk kebutuhan Untuk mendukung implementasi berbagai
produksi perlu terus dikalibrasi agar dapat rekomendasi kebijakan tersebut, Bank
menyeimbangkan pembatasan produk Indonesia berkontribusi secara aktif
impor dengan tidak mengorbankan proses bersinergi lintas sektoral, di antaranya
produksi di dalam negeri. Pemerintah juga dalam rangka mendorong kapasitas
diharapkan dapat memperluas cakupan IKM/UMKM, pembiayaan, serta promosi
penerima insentif harga gas industri, seiring perdagangan dan investasi. Strategi
dengan pemanfaatan energi gas yang peningkatan kapasitas SDM bagi IKM/
besar dalam proses produksi hilirisasi SDA. UMKM dititikberatkan pada pelaksanaan
Sementara itu, dukungan infrastruktur program korporatisasi melalui penguatan
penunjang juga masih diperlukan untuk kelembagaan dan perluasan kemitraan
mendorong minat masyarakat beralih ke dengan pelaku usaha lainnya untuk
produk-produk turunannya. Penguatan meningkatkan skala ekonomi. Peningkatan
114

kapasitas UMKM dilakukan secara end dengan Kementerian Koordinator Bidang


to end dan difokuskan pada digitalisasi Perekonomian, Kementerian Keuangan,
untuk mendorong peningkatan produksi, Kementerian Investasi, dan Kementerian
pengelolaan keuangan, perluasan akses Perdagangan, juga terus mendorong
pasar, serta mendorong interkoneksi optimalisasi program IRU, RIRU, dan GIRU.
dengan LVC dan GVC. Dari sisi pembiayaan,
kebijakan untuk mendorong penyaluran Bank Indonesia juga turut terlibat dalam
kredit perbankan difokuskan pada sektor- perumusan berbagai kebijakan di sektor
sektor prioritas guna mengakselerasi riil, melalui penyusunan kajian dan analisis
Pemulihan Ekonomi Nasional. Sinergi bersama dengan K/L terkait, di antaranya
kebijakan untuk mendorong pembiayaan terkait dengan penguatan hilirisasi SDA
juga terus diperkuat melalui forum dan perumusan kebijakan paket kebijakan
Komite Stabilitas Sistem Keuangan, terpadu KSSK. Diskusi kebijakan yang
salah satunya dengan penerbitan paket diinisiasi oleh Kemenko Marves, dengan
kebijakan terpadu pada awal tahun turut melibatkan Bank Indonesia, telah
2021 lalu. Sementara, pembiayaan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan untuk
ekonomi hijau diperkuat melalui sejumlah harmonisasi tarif impor dalam mendukung
kebijakan makroprudensial hijau. Selain hilirisasi SDA. Selain itu, BI dalam forum
itu, Bank Indonesia juga berpartisipasi KSSK juga telah menerbitkan paket
dalam program Penghargaan Industri kebijakan terpadu agar dapat semakin
Hijau yang diketuai oleh Kemenperin. mengakselerasi pemulihan kinerja industri
Untuk mendukung promosi investasi, manufaktur ke depan pasca pandemi
perdagangan, dan perluasan akses COVID-19.
pasar, Bank Indonesia bekerjasama
115

6.2. Koordinasi Kebijakan Bank Indonesia dan


Kementerian Perindustrian

Bentuk sinergi lintas sektoral untuk peningkatan kerja sama perdagangan


mengakselerasi penguatan struktur domestik dan eksternal; (iv) perluasan
industri manufaktur yang ditempuh sumber pembiayaan untuk industri; (v)
oleh Pemerintah dengan melibatkan pengembangan Industri Kecil Menengah
Bank Indonesia salah satunya ditempuh (IKM); (vi) penguatan implementasi
melalui pelaksanaan Rapat Koordinasi sistem pembayaran dalam mendukung
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ekonomi dan keuangan digital; serta (vii)
(Rakorpusda). Rapat tersebut dihadiri oleh pengembangan ekonomi syariah di sektor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, industri. Dalam tataran implementasi, kerja
Gubernur Bank Indonesia, Menteri sama tersebut dilaksanakan dalam bentuk
Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri (i) diskusi kebijakan; (ii) penelitian dan
Perhubungan, dan beberapa Kepala Daerah. kajian bersama; (iii) pertukaran data dan
Rapat ini menjadi satu momen penting dalam informasi; (iv) bantuan teknis; (v) sosialisasi
mengembangkan industri manufaktur dan edukasi bersama; dan (vi) penguatan
oleh seluruh pemangku kebijakan secara kapasitas SDM antar kedua lembaga.
terkoordinasi. Dalam rapat tersebut, dicapai
komitmen bersama guna mendorong
pengembangan industri manufaktur untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara berkelanjutan dan inklusif, baik
melalui kebijakan yang berkelanjutan
maupun kebijakan yang bersifat quickwin.
Kebijakan quickwin yang disepakati tersebut
adalah dengan mendorong (i) peningkatan
efisiensi logistik; (ii) peningkatan iklim
investasi; (iii) harmonisasi dan sinkronisasi
kebijakan pemerintah pusat dan daerah;
(iv) kelancaran sistem pembayaran; (v)
pembiayaan yang berkelanjutan dan Sumber: Bank Indonesia
berwawasan lingkungan; serta (vi) promosi Gambar 6.1. Pelaksanaan Rakorpusda Tahun 2019
perdagangan dan investasi.

Pada kesempatan yang sama, Bank


Indonesia dan Kementerian Perindustrian
menandatangani Nota Kesepahaman
(NK) sebagai bukti penguatan
koordinasi strategis dalam mendukung
pengembangan industri manufaktur.
Kedua lembaga tersebut menyepakati
sejumlah kerja sama ke depan yang akan
dilakukan secara berkala, antara lain (i)
penguatan perumusan kebijakan untuk
mendorong peningkatan daya saing
industri; (ii) dukungan dalam implementasi Sumber: Bank Indonesia

peta jalan Making Indonesia 4.0; (iii) Gambar 6.2. Penandatanganan NK BI dan Kemenperin
116

Penguatan koordinasi antara BI dan


Kemenperin dilakukan secara berkala
melalui penyelenggaraan Rapat
Koordinasi (Rakor) High Level Manufaktur.
Pelaksanaan rakor dianggap krusial dalam
perumusan strategi untuk mengakselerasi
pertumbuhan kinerja manufaktur, sebagai
implikasi penyebaran virus COVID-19 yang
menahan aktivitas perekonomian secara
signifikan. Strategi akselerasi kinerja industri
manufaktur sangat diperlukan dalam
mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional
lebih cepat, di tengah upaya untuk terus Sumber: Bank Indonesia
Gambar 6.3. Pelaksanaan Rakor HL Manufaktur
mendukung perbaikan neraca transaksi Tahun 2020
berjalan Indonesia. Sejalan dengan itu,
indikasi pemulihan industri manufaktur
mulai terjadi secara bertahap. Pemulihan
kinerja manufaktur ditopang permintaan
ekspor yang kuat, di tengah permintaan
domestik yang terus membaik. Namun,
terdapat beberapa risiko yang perlu
dimitigasi ke depan, salah satunya adalah
dampak efek luka memar (scarring effect).
Sejumlah indikasi risiko dimaksud mulai
terlihat pada sektor manufaktur yang
tercermin dari serapan tenaga kerja yang
menurun dan kapasitas terpasang yang
tertahan. Sumber: Bank Indonesia
Gambar 6.4. Kesepakatan Rakor HL Manufaktur
Tahun 2020
117

Rapat koordinasi menyepakati sejumlah


langkah strategis untuk mengakselerasi
pemulihan industri manufaktur ke
depan. Dalam kesempatan tersebut,
kedua lembaga merumuskan sejumlah
langkah strategis untuk mempercepat
pemulihan industri manufaktur prioritas,
mendorong pertumbuhan ekonomi,
serta perbaikan transaksi berjalan, yang
meliputi (i) penguatan strategi pemulihan
ekonomi pasca COVID-19 pada industri
manufaktur; dan (ii) perumusan program
kerja prioritas untuk mendukung pemulihan Sumber: Bank Indonesia

dan pengembangan industri manufaktur Gambar 6.5. Pelaksanaan Rakor HL Manufaktur


Tahun 2021
nasional.

Dalam implementasinya, strategi


pemulihan kinerja industri manufaktur
pasca COVID-19 dititikberatkan pada lima
langkah utama, terdiri dari (i) pembukaan
sektor/industri prioritas9 yang diperkuat
melalui program vaksinasi dan pemberian
Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan
Industri (IOMKI); (ii) mempercepat realisasi
insentif dan penguatan optimalisasi PEN;
(iii) mendorong pembiayaan bagi sektor
prioritas dan IKM; (iv) penguatan promosi
ekspor dan substitusi impor, serta (v)
Sumber: Bank Indonesia
mendorong digitalisasi industri dan IKM.
Gambar 6.6. Kesepakatan Rakor HL Manufaktur
Tahun 2021
Di sisi lain, penguatan program kerja
prioritas juga tetap dilakukan untuk
mendukung pengembangan industri Seluruh program kerja yang disepakati
manufaktur yang berkelanjutan, melalui (i) bersama tersebut telah berjalan dengan
diskusi optimalisasi pemanfaatan insentif baik sehingga memberikan dampak
fiskal; (ii) formulasi strategi pembiayaan positif pada perkembangan kinerja
sektor industri manufaktur dan IKM/ industri manufaktur. Capaian program
UMKM; (iii) sosialisasi dan perluasan kerja kerja tersebut tercermin dari hasil
sama perdagangan dan pemanfaatan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan
Local Currency Settlement (LCS); (iv) bersama-sama secara berkala, antara
penguatan program substitusi impor lain (i) pembukaan sektor prioritas telah
dan peningkatan penggunaan produk
dalam negeri; (v) penyediaan program- 9
Industri Makanan dan Minuman; Industri Tekstil dan Pakaian
program pengembangan IKM/UMKM; dan Jadi; Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki; Industri Kertas
(vi) penyusunan kajian model bisnis IKM/ dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media
Rekaman; Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional; Industri
UMKM berbasis digital, local value chain, Karet, Barang dari Karet dan Plastik; Industri Logam Dasar; dan
Industri Alat Angkutan.
peningkatan nilai tambah SDA, dan industri
manufaktur ramah lingkungan.
118

berjalan dengan cukup baik, didukung oleh pelatihan dan fasilitasi onboarding UMKM;
penerbitan IOMKI dan pemerataan program (iv) perluasan promosi perdagangan
vaksinasi bagi pekerja; (ii) penguatan dan investasi yang dipadukan dengan
bauran kebijakan antar lembaga untuk sosialisasi pemanfaatan LCS; dan (v)
menyukseskan PEN, termasuk pemfokusan penyusunan kajian bersama terkait
insentif usaha bagi IKM/UMKM dan model bisnis berbasis digital untuk IKM/
penerbitan paket kebijakan terpadu KSSK; UMKM, strategi penguatan LVC/substitusi
(iii) penguatan program pengembangan impor, dan penguatan strategi untuk
dan digitalisasi 4.0 IKM/UMKM, melalui pengembangan industri hijau
pelaksanaan rangkaian kegiatan

6.3. Koordinasi Kebijakan Terpadu Komite


Stabilitas Sistem Keuangan

Penguatan koordinasi kebijakan untuk Paket Kebijakan Terpadu KSSK yang


mendorong pemulihan ekonomi juga diterbitkan pada Februari 2021 ditujukan
dilakukan dalam skala yang lebih luas, salah untuk mengakselerasi kinerja sektor-
satunya melalui forum Komite Stabilitas sektor yang terdampak pandemi
Sistem Keuangan. Forum antarotoritas dengan pemberian insentif bagi dunia
keuangan tersebut beranggotakan usaha. Dalam penyusunannya, KSSK
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank melakukan pemetaan 38 subsektor usaha
Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan karakteristik maupun isu
(OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan persoalan riil yang dihadapi oleh masing-
(LPS). Dalam rapat berkala KSSK, turut masing industri. Proses identifikasi tersebut
dirumuskan berbagai kebijakan yang menjadi krusial sebagai rujukan yang
dapat mendorong percepatan pemulihan tepat dan optimal dalam perumusan
ekonomi secara bertahap dengan tetap kebijakannya. Pemetaan sektor industri
memastikan stabilitas yang terjaga. Salah berhasil mengklasifikasikan tiga kelompok
satu kebijakannya ialah penerbitan Paket sektor usaha, yakni: (i) berdaya tahan;
Kebijakan Terpadu untuk Peningkatan (ii) pendorong pertumbuhan; dan (iii)
Pembiayaan Dunia Usaha dalam rangka penopang pemulihan.
Percepatan Pemulihan Ekonomi.
119

Perumusan kebijakan turut melibatkan pemenuhan bahan baku industri yang sulit,
pelaku usaha agar kebijakan yang terutama yang berasal dari impor karena
dihasilkan tepat sasaran dan tepat terkendala rantai pasok global.
manfaat. Hasil Focus Group Discussion (FGD)
mengindikasikan bahwa seluruh pelaku Berdasarkan hasil pemetaan dan
usaha mengalami penurunan penjualan identifikasi isu pada sektor usaha tersebut,
sebagai implikasi permintaan masyarakat KSSK menerbitkan Paket Kebijakan
yang terbatas imbas pandemi COVID-19. Terpadu yang terdiri dari 5 (lima)
Keterbatasan permintaan tersebut kebijakan utama. Kebijakan-kebijakan
berdampak pada pendapatan usaha yang tersebut terdiri dari : (i) kebijakan insentif
menurun sehingga memengaruhi arus kas/ fiskal serta dukungan belanja pemerintah
likuiditas perusahaan. Di sisi lain, pelaku dan pembiayaan; (ii) kebijakan moneter,
usaha juga dihadapkan pada kendala akses makroprudensial, dan sistem pembayaran;
kredit yang sulit, sejalan dengan persepsi (iii) kebijakan prudensial sektor keuangan;
risiko dari pihak perbankan yang turut (iv) kebijakan penjaminan simpanan; dan
mempertimbangkan kondisi perekonomian. (v) kebijakan penguatan struktural.
Adapun kendala lainnya ialah terkait dengan

Sumber: Komite Stabilitas Sistem Keuangan

Gambar 6.7. Paket Kebijakan Terpadu KSSK 2021

Kebijakan fiskal dititikberatkan pada UMKM Ditanggung Pemerintah (DTP) serta


pemberian insentif perpajakan, percepatan restitusi PPN.
penyediaan fasilitas kepabeanan, serta
percepatan pengembangan Kawasan Sementara itu, kemudahan fasilitas
Ekonomi Khusus (KEK). Sejumlah insentif kepabeanan yang diberikan, yakni (i)
perpajakan yang ditetapkan, meliputi (i) penangguhan bea masuk, dan/atau tidak
keringanan PPh 21 Ditanggung Pemerintah dipungut pajak dalam rangka impor pada
(DTP); (ii) pembebasan dari pemungutan Kawasan Berikat (KB); dan (ii) insentif
PPh 22 impor, dan (iii) keringanan angsuran Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)
pajak PPh 25. Fasilitas perpajakan lainnya berupa pembebasan atau pengembalian
adalah perpanjangan atas insentif PPh Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor
Final Jasa Konstruksi DTP atas P3-TGAI atas barang dan bahan yang diimpor untuk
(Program Percepatan Peningkatan Tata tujuan diolah, dirakit atau pasang dan hasil
Guna Air Irigasi) dan insentif PPh Final produksinya untuk tujuan ekspor.
120

Dukungan pemerintah pada dunia melalui penyaluran kredit kepada UMKM,


usaha juga terus diperkuat dalam Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
bentuk peningkatan belanja pemerintah dan kelompok subsisten, melalui kebijakan
dan bantuan pembiayaan. Beberapa Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial
program prioritas yang dijalankan, yakni (RPIM). Perbankan juga didorong untuk
(i) pembebasan biaya rekening minimum mendukung pemulihan pembiayaan pada
dan abonemen listrik; (ii) program padat sektor-sektor prioritas melalui kebijakan
karya untuk pengembangan fasilitas sektor Rasio Intermediasi Makroprudensial Sektoral
pertanian tanaman pangan, perikanan (RIMS). Pelonggaran LTV untuk properti dan
dan energi; dan (iii) penyediaan fasilitas uang muka kredit kendaraan bermotor juga
pengelolaan limbah untuk kawasan masih diterapkan.
industri sektor tertentu. Sementara dari sisi
pembiayaan, pemerintah terus memberikan Kebijakan Sistem Pembayaran (SP)
dukungannya melalui pemberian subsidi diarahkan pada efisiensi transaksi,
bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan non- percepatan digitalisasi, serta pembentukan
KUR, serta skema penjaminan kredit bagi ekosistem ekonomi dan keuangan yang
sektor usaha. inklusif. Sejumlah kebijakan yang disiapkan,
antara lain (i) penurunan tarif SKNBI dan
Kebijakan bank sentral difokuskan pada tiga Sistem BI-RTGS; (ii) perluasan fitur dan
hal utama, yakni moneter, makroprudensial, akselerasi merchant QRIS; (iii) elektronifikasi
dan sistem pembayaran. Bank Indonesia bantuan sosial non-tunai; dan (iv)
secara konsisten melanjutkan stimulus percepatan elektronifikasi transaksi Pemda.
kebijakan moneter, menjaga stabilitas nilai
tukar, penetapan suku bunga rendah, serta
melonggarkan likuiditas di perekonomian.
BI terus mendorong perbankan untuk
meningkatkan pembiayaan inklusif
121

Kebijakan fiskal dititikberatkan pada Dukungan pemerintah pada dunia


pemberian insentif perpajakan, usaha juga terus diperkuat dalam
penyediaan fasilitas kepabeanan, serta bentuk peningkatan belanja pemerintah
percepatan pengembangan Kawasan dan bantuan pembiayaan. Beberapa
Ekonomi Khusus (KEK). Sejumlah insentif program prioritas yang dijalankan, yakni
perpajakan yang ditetapkan, meliputi (i) (i) pembebasan biaya rekening minimum
keringanan PPh 21 Ditanggung Pemerintah dan abonemen listrik; (ii) program padat
(DTP); (ii) pembebasan dari pemungutan karya untuk pengembangan fasilitas sektor
PPh 22 impor, dan (iii) keringanan angsuran pertanian tanaman pangan, perikanan
pajak PPh 25. Fasilitas perpajakan lainnya dan energi; dan (iii) penyediaan fasilitas
adalah perpanjangan atas insentif PPh pengelolaan limbah untuk kawasan
Final Jasa Konstruksi DTP atas P3-TGAI industri sektor tertentu. Sementara dari sisi
(Program Percepatan Peningkatan Tata pembiayaan, pemerintah terus memberikan
Guna Air Irigasi) dan insentif PPh Final dukungannya melalui pemberian subsidi
UMKM Ditanggung Pemerintah (DTP) serta bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan non-
percepatan restitusi PPN. KUR, serta skema penjaminan kredit bagi
sektor usaha.
Sementara itu, kemudahan fasilitas
kepabeanan yang diberikan, yakni (i) Kebijakan bank sentral difokuskan pada tiga
penangguhan bea masuk, dan/atau tidak hal utama, yakni moneter, makroprudensial,
dipungut pajak dalam rangka impor pada dan sistem pembayaran. Bank Indonesia
Kawasan Berikat (KB); dan (ii) insentif secara konsisten melanjutkan stimulus
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) kebijakan moneter, menjaga stabilitas nilai
berupa pembebasan atau pengembalian tukar, penetapan suku bunga rendah, serta
Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor melonggarkan likuiditas di perekonomian.
atas barang dan bahan yang diimpor untuk BI terus mendorong perbankan untuk
tujuan diolah, dirakit atau pasang dan hasil meningkatkan pembiayaan inklusif
produksinya untuk tujuan ekspor. melalui penyaluran kredit kepada UMKM,
122

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), Kebijakan penjaminan simpanan oleh LPS


dan kelompok subsisten, melalui kebijakan dilakukan melalui penguatan program
Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial penjaminan simpanan yang telah berjalan
(RPIM). Perbankan juga didorong untuk dengan sangat baik. LPS juga menjaga
mendukung pemulihan pembiayaan pada tingkat suku bunga penjaminan yang rendah
sektor-sektor prioritas melalui kebijakan untuk mendorong peningkatan likuiditas di
Rasio Intermediasi Makroprudensial Sektoral perekonomian. Kebijakan lain yang diterbitkan
(RIMS). Pelonggaran LTV untuk properti dan adalah relaksasi denda keterlambatan
uang muka kredit kendaraan bermotor juga pembayaran premi penjaminan sampai
masih diterapkan. dengan periode pembayaran semester II
tahun 2021.
Kebijakan Sistem Pembayaran (SP)
diarahkan pada efisiensi transaksi, Penguatan kebijakan struktural juga terus
percepatan digitalisasi, serta pembentukan dilakukan oleh Pemerintah berkolaborasi
ekosistem ekonomi dan keuangan yang dengan berbagai instansi terkait.
inklusif. Sejumlah kebijakan yang disiapkan, Percepatan penyelesaian aturan UU Cipta
antara lain (i) penurunan tarif SKNBI dan Kerja menjadi salah satu agenda utama
Sistem BI-RTGS; (ii) perluasan fitur dan yang tetap dilakukan untuk menjamin
akselerasi merchant QRIS; (iii) elektronifikasi peningkatan secara substansial iklim
bantuan sosial non-tunai; dan (iv) investasi dan bisnis di Indonesia. Sementara
percepatan elektronifikasi transaksi Pemda. untuk mendorong penguatan kinerja neraca
pembayaran, BI terus memfasilitasi kegiatan
Kebijakan sektor keuangan diprioritaskan promosi perdagangan dan investasi pada
dalam mendorong fungsi intermediasi sektor prioritas. Strategi tersebut dilakukan
untuk pemulihan ekonomi makro, antara dalam bentuk penguatan kegiatan Investor
lain relaksasi kebijakan prudensial yang Relation Unit (IRU), Regional Investor
sifatnya temporer dan terukur. Beberapa Relation Unit (RIRU), dan Global Investor
kebijakan yang telah diimplementasikan Relation Unit (GIRU). Sementara untuk
dengan baik oleh OJK, seperti (i) mendukung stabilitas nilai tukar, serta
perpanjangan kebijakan restrukturisasi fasilitasi perdagangan dan investasi, BI turut
kredit/pembiayaan; (ii) perluasan ekosistem mendorong perluasan pemanfaatan kerja
digitalisasi UMKM dari hulu sampai hilir; dan sama LCS yang telah tersedia.
(iii) penetapan status berdaulan (sovereign)
bagi Lembaga Pengelola Investasi (LPI).

6.4. Identifikasi Kebijakan Debottlenecking

Dalam upaya mendorong akselerasi demand) dan kinerja pertumbuhan ekonomi


pemulihan ekonomi, Bank Indonesia domestik (domestic demand) berdasarkan
melakukan identifikasi kebijakan data terkini. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
debottlenecking pada sektor riil. Tahapan diperoleh 24 subsektor prioritas pemulihan.
awal identifikasi disinkronkan dengan
pemilihan sektor prioritas yang telah digunakan Identifikasi kebijakan debottlenecking
dalam perumusan Paket Kebijakan Terpadu difokuskan pada 8 industri manufaktur
KSSK, yakni sebanyak 38 subsektor usaha. berdasarkan sejumlah kriteria. Pertama,
Selanjutnya, dilakukan asesmen pendalaman 24 subsektor prioritas pemulihan tersebut
dengan mempertimbangkan potensinya diselaraskan dengan perannya yang
dalam mendukung kinerja ekspor (external signifikan dalam perbaikan struktural di
123

industri pengolahan yang dapat dilakukan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I).
secara cepat (quickwin) berdasarkan Secara keseluruhan, didapatkan total 103
kerangka two pronged approach10. Kedua, kendala yang selama ini dihadapi oleh
24 subsektor prioritas pemulihan ini juga pelaku usaha, dengan permasalahan yang
dilihat potensinya dalam mendorong ekspor cukup beragam, dari ketersediaan bahan
dan PDB di tengah pandemi COVID-19. baku domestik, regulasi, sampai dengan
Berdasarkan kedua kriteria ini, diperoleh 8 hambatan perdagangan.
industri prioritas yang dapat mendukung
akselerasi pemulihan secara signifikan, yaitu Pemilihan kendala kritikal ditetapkan
industri makanan dan minuman; industri melalui 3 kriteria utama, yakni repetisi
petrokimia; industri alas kaki; industri karet kendala, feasibility kebijakan, dan
olahan; industri TPT; industri pulp & paper; jangka waktu. Pemilihan repetisi kendala
industri logam dasar; dan industri alat mengacu pada database yang telah
angkutan. disusun sebelumnya. Sementara feasibility
kebijakan dan jangka waktu didasari
Untuk menggali kendala kritikal yang oleh prakiraan ketersediaan maupun
dihadapi dan mendukung perumusan rekomendasi kebijakan yang diusulkan oleh
kebijakan debottlenecking pada 8 pelaku usaha. Berdasarkan kriteria tersebut,
industri prioritas tersebut, dilakukan FGD didapatkan 24 kendala kritikal yang perlu
bersama asosiasi dan pelaku usaha. ditindaklanjuti. Dari total 24 kendala
Guna menggali informasi terkait kendala tersebut, mayoritas dikemukakan oleh
yang dihadapi secara lebih komprehensif, industri logam dasar, diikuti oleh industri
telah diselenggarakan berbagai FGD makanan dan minuman, serta industri
dengan sejumlah asosiasi pelaku usaha, pulp & paper. Sementara itu, kendala yang
antara lain Gabungan Produsen Makanan paling banyak dirasakan oleh pelaku usaha
Minuman Indonesia (GAPMMI), Gabungan ialah bersifat regulasi dan kelembagaan,
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia dilanjutkan oleh perbaikan faktor produksi,
(GAIKINDO), dan Asosiasi Perusahaan dan promosi/akses pasar di urutan terakhir.

Sumber: Bank Indonesia


Gambar 6.8. Proses Pemilihan Kendala Kritikal

10
Penjelasan mengenai two pronged approach dapat dilihat pada Boks 1.
124

Untuk mendukung perumusan kebijakan berdasarkan threshold median dari nilai


debottlenecking berdasarkan kendala yang tersedia. Kuadran A merefleksikan
kritikal, dilaksanakan audiensi dengan bahwa kelompok kendala tersebut
berbagai K/L terkait. Beberapa K/L merupakan yang paling kritikal namun
yang turut diundang ialah Kementerian telah terdapat kebijakan debottlenecking
Perindustrian, Kementerian Pertanian, yang dapat langsung menangani isu
Kementerian Perdagangan, Kementerian tersebut, sedangkan kuadran D merupakan
Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup sebaliknya. Penyusunan kuadran tersebut
dan Kehutanan, serta Kementerian Investasi. didasari oleh konsep Eisenhower Matrix.
Pada audiensi tersebut berhasil teridentifikasi
berbagai kebijakan existing maupun in the
pipeline yang dapat dioptimalkan dalam
mendorong akselerasi pemulihan ekonomi
dan penguatan struktur industri manufaktur,
khususnya pada 8 subsektor prioritas.

Berbagai kendala kritikal disederhanakan


menjadi 10 kelompok, antara lain, sertifikasi,
harga energi, tata niaga, aturan limbah,
sampai dengan bahan baku. Dalam rangka
mengerucutkan kembali kendala yang
paling kritikal beserta dengan kebijakan K/L
yang telah berhasil teridentifikasi, formulasi
pemilihan kendala kritikal dikalibrasi
dengan menambahkan kriteria dampak
secara sektoral. Komponen dampak
dipilih guna mengidentifikasi seberapa
Sumber: Bank Indonesia
kuat spillover yang dapat dirasakan oleh Gambar 6.9. Hasil Indentifikasi Kelompok Kendala Kritikal
berbagai subsektor dengan teratasinya
kendala kritikal tersebut. Kriteria dampak
tersebut diidentifikasi berdasarkan 2 hal,
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh
yakni (i) jumlah subsektor terdampak
4 kelompok kendala kritikal yang dapat
(berdasarkan hasil FGD dengan asosiasi
dirumuskan kebijakan debottlenecking-
pelaku usaha); dan (ii) konsep value chain
nya secara cepat, yaitu tata niaga &
berdasarkan nilai forward linkage serta
importasi, sertifikasi, perizinan, dan
ekspor yang didapatkan dari data Input
harga energi. Dari sisi tata niaga dan
Output (IO) per masing-masing subsektor.
importasi, sejumlah kendala yang masih
dihadapi, antara lain perlunya penguatan
Kendala kritikal selanjutnya dikelompokkan
harmonisasi tarif, belum tersedianya sistem
kembali berdasarkan perspektif kendala
informasi terintegrasi untuk pemberian
dan feasibility solusi. Kesepuluh kelompok
kuota impor, hingga implementasi Verifikasi
kendala kritikal diberikan bobot penilaian
Penelusuran Teknis Impor (VPTI) yang masih
berdasarkan kriteria sejumlah kriteria,
perlu dioptimalkan untuk pengendalian
meliputi repetisi kendala, dampak,
impor produk ilegal. Selain itu, pelaku
feasibility kebijakan, dan jangka waktu.
industri turut mengemukakan kendala
Untuk penyederhanaan klasifikasi kelompok
dalam mendapatkan sertifikasi atas
kendala kritikal, disepakati penyusunan
produk yang dipasarkan. Sementara dari
kuadran berdasarkan kelompok kendala
sisi perizinan, optimalisasi aplikasi Online
kritikal dan feasibility solusi jangka pendek
125

Single Submission Risk Based Approach (OSS-


RBA) masih dapat terus dikembangkan untuk
simplifikasi proses perizinan. Terakhir, industri
juga menyampaikan perluasan penerima
insentif harga gas yang cukup penting, di
tengah kenaikan harga energi yang menekan
sisi produksi saat ini.

Ke depan, sejumlah rancangan kebijakan dapat


diperkuat untuk mengatasi kendala pada sektor
riil. Sejumlah usulan kebijakan debottlenecking
tersebut, meliputi (i) penguatan sistem
pendukung neraca komoditas; (ii) aturan
insentif untuk eksportir yang bereputasi baik;
(iii) penguatan pemantauan dan evaluasi untuk
ketersediaan produk impor; (iv) peningkatan
kandalan sistem pendukung investasi; (v)
peningkatan akses untuk memudahkan
sertifikasi produk UMKM; (vi) perluasan industri
penerima insentif harga gas bumi; dan (vii)
penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk
sejumlah kebijakan dengan target audiens
yang lebih spesifik.
126
127

Demikianlah hasil buah pikir tim penulis


terkait dengan kinerja terkini industri
manufaktur di Indonesia, termasuk
identifikasi kendala dan peluang
pengembangan ke depan. Hasil analisis
ini diharapkan dapat melengkapi
studi sebelumnya sehingga dapat
dirumuskan kebijakan yang tepat dalam
mendorong perbaikan kinerja dan
penguatan struktur industri manufaktur
ke depan. Strategi akselerasi kinerja dan
perbaikan struktur manufaktur dimaksud
diharapkan dapat menghantarkan
Indonesia menjadi negara maju pada
2045.
128
129

Daftar Pustaka
ADB. (2015). Development and Modern Industrial Policy in Practice. ADB.

ADB. (2016). Manufacturing as the Key Engine of Economic Growth for Middle-In
come Economies. ADB.

AON. (2020). Weather, Climate & Catastrophe Insight Annual Report. AON. Asian
Development Bank. (2022). News Release: ADB, Indonesia, the Philippines
Launch Partnership to Set Up Energy Transition Mechanism. Retrieved from
Asian Development Bank: https://www.adb.org/news/adb-indonesia-philp-
pines-launch-partnership-set-energy-transition-mechanism

Badan Kebijakan Fiskal. (2019). Laporan Pendanaan Publik Untuk Pengendalian


Perubahan Iklim Indonesia Tahun 2016-2018. Kementerian Keuangan.

Badan Kebijakan Fiskal. (2021). Laporan Anggaran Mitigasi dan Adaptasi


perubahan Iklim Tahun 2018-2020. Kementerian Keuangan.

Badan Pusat Statistik. (2021). Direktori Industri Manufaktur 2021. Badan Pusat
Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2021). Tabel Interregional Input-Output Indonesia Tahun


2016. Badan Pusat Statistik.

Bank Indonesia. (2015). Laporan Perekonomian Indonesia 2014.

Bank Indonesia. (2019). Siaran Pers - Pemerintah dan Bank Indonesia Menyepakati
Enam Langkah Strategis Mengakselerasi Penguatan Industri Manufaktur.

Bank Indonesia. (2020). Laporan Perekonomian Indonesia 2019.

Climate Bond Initiative. (2022). Green Infrastructure Investment Opportunities,


Indonesia: Green Recovery. Climate Bond Initiative.

Climate Bond Initiatives. (2022). ASEAN Sustainable Finance State of the Market
2021. Climate Bond Initiatives.

Deloittes (2021). Global Automotive Consumer Study. Southeast Asia perspectives.


Deloittes.

Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM. (2022, January 17). Siaran Pers No.
25.Pers/04/SJI/2022 tanggal 17 Januari 2022 “Ini Capaian Kinerja Tahun 2021
dan Rencana Kerja 2022 Subsektor EBTKE".

DKEM (2014). Integrasi Internal Perekonomian Indonesia: Sebuah Kajian Awal.


Laporan Hasil Penelitian.
130

DKEM (2019). Kajian Mengenai Regional Export Value Chain dan Integrasi Lini
Produksi Regional dalam Perekonomian Domestik. Laporan Hasil Penelitian,
November 2019.

DKEM (2020). Pemetaan Regional Value Chain Produk Ekspor Manufaktur Indonesia
dan Implikasi Kebijakan Penguatannya. Laporan Hasil Penelitian, September 2020.

DKEM (2021). Bahan Rekda Koordinator Wilayah Bank Indonesia: Mempercepat


Pemulihan dan Penguatan Struktur Industri Prioritas. Jakarta, 17 Januari 2022

Dual Citizen. (2022). Results from the 2022 Global Green Economy Index™ (GGEI). Dual

Citizen.

Ge, M., Friedrich, J., & Vigna, L. (2020). 4 Charts Explain Greenhouse Gas Emissions
by Countries and Sectors. World Resource Institute.

Gray, C., & Haller, T. (2021). The Economics of Climate Change: Impacts for Asia.
Swiss Re Institute.

Hardley Center. (2022). Average Temperature Anomaly, Global. Retrieved from

Our World in Data: https://ourworldindata.org/grapher/temperature-anomaly

Herzog, T. (2009). World Greenhouse Gas Emissions in 2005. World Resource Institute.

Institute for Essential Services Reform. (2021). Hitting Record-Low Solar


Electricity Prices in Indonesia. Institute for Essential Services Reform.

Institute for Essential Services Reform. (2022). Technical Report: A Roadmap for
Indonesia’s Power Sector. Institute for Essential Services Reform.

Institut Teknologi Bandung. (2022). FGD Hilirisasi Nikel Sebagai Bahan Baku Baterai
Listrik: Risiko Limbah dan Upaya Mendorong Penggunaan Teknologi Ramah
Lingkungan. Jakarta, 15 Februari 2022

Intergovernmental Panel on Climate Change. (2018). Global Warming of 1.5 ºC. IPCC
Special Report.

International Energy Agency. (2021). Net Zero by 2050 A Roadmap for the Global
Energy Sector. International Energy Agency.

Jackson, Emerson Abraham and Jabbie, Mohamed (2020). Import Substitution


Industrialization [ISI]: An approach to Global Economic Sustainability. Munich
Personal RePEc Archive (MPRA) Paper No. 102316.

Kementerian Keuangan. (2021). Laporan Monitoring dan Evaluasi Penanganan


COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional 2021. Tim Monev Pelaksanaan
Kebijakan PEN 2021, November 2021
131

Kementerian Keuangan. (2021). Laporan Monitoring dan Evaluasi Penanganan.


COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional 2021. Tim Monev Pelaksanaan Kebijakan
PEN 2021, November 2021

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. (2022). Bahan Paparan


FGD Hilirisasi Sumber Daya Alam untuk Mendukung Industri Manufaktur. Jakarta, 28
Juli 2022

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). First Nationally Determined


Contribution Republic of Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Indonesia Second


Biennial Update Report Under the UNFCCC. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Laporan Inventarisasi Gas


Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) . Direktorat Jenderal
Pengendalian Perubahan Iklim, Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. (2018). Ringkasan


Eksekutif Visi Indonesia 2045.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. (2021). Kebijakan


Pembangunan Berketahanan Iklim (Climate Resilience Development Policy) 2020-
2045. Jakarta, Maret 2021.

Kementerian Perindustrian. (2015). Rencana Induk Pembangunan Industri


Nasional (RIPIN) 2015-2035. Pusat Komunikasi Kebijakan Publik.

Kementerian Perindustrian. (2018). Revolusi Industry 4.0 Indonesia..

Kementerian Perindustrian. (2020). Bahan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian


pada High Level Meeting Bank Indonesia. Jakarta, 26 November 2020.

Kementerian Perindustrian. (2020). Bahan Paparan FGD Hilirisasi Industri Barang Tambang
untuk Mendukung Penurunan Defisit Transaksi Berjalan. 30 Januari 2020.

Kementerian Perindustrian. (2022). Bahan Paparan FGD terkait Kajian Industri


Hijau Bank Indonesia dengan Pusat Industri Hijau Kemenperin. Pusat Industri Hijau.

Kementerian Perindustrian. (2022). Bahan Paparan FGD Pengembangan Industri


Manufaktur, Strategi Hilirisasi SDA, dan Rekomendasi Kebijakan ke Depan. Jakarta,
28 Juli 2022.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (2021). Siaran Pers - Penguatan Stabilitas Sistem
Keuangan Dan Paket Kebijakan Terpadu Untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia
Usaha Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi.
132

MIT Technology Review Insights. (2021). The Green Future Index 2021. Retrieved from
https://mittrinsights.s3.amazonaws.com/GFI/Report2021.pdf.

Monetary Authority of Singapore (MAS). (2022). Sustainable Bond Grant Scheme. Retrieved

from Monetary Authority of Singapore (MAS): https://www.mas.gov.sg/schemes-


and-initiatives/sustainable-bond-grant-scheme

OECD. (2020). Gross Domestic Spending on R&D. Retrieved from OECD Data:
https//data.oecd.org/rd/gross-domestic-spending-on-r-d.htm

Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Siaran Pers: Insentif OJK untuk Dukung Program Kendaraan
Bermotor Ramah Lingkungan. Retrieved from Otoritas Jasa Keuangan: https://
www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Insentif-OJK-untuk-
Dukung-Program-Kendaraan-Bermotor-Ramah-Lingkungan-.aspx

Otoritas Jasa Keuangan. (2022). Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II

(2021-2025): The Future of Finance. Jakarta.

Otoritas Jasa Keuangan. (2022). Taksonomi Hijau Indonesia Edisi 1.0. Jakarta.

Payet, J. (2021). Assessment of Carbon Footprint for the Textile Sector in France.
Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI).

Prospera (2021). Sectoral Strategy: Riding the wave of post-pandemic recovery.


November 2021.

Securities Commission (SC) Malaysia. (2022). SRI Sukuk and Bond Grant
Scheme. Retrieved from Securities Commission (SC) Malaysia: https://www.
sc.com.my/development/sri

The United Nations Framework Convention On Climate Change. (2022). The Paris
Agreement. Retrieved from The United Nations Framework Convention On
Climate Change: https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-
agreement/the-paris-agreement

UNIDO. (2017). 3 strategi untuk tingkatkan ekspor, salah satunya LVC. UNIDO

World Bank. (2020). The Human Capital Index 2020 Update: Human Capital in the
Time of COVID-19. World Bank.

World Bank. (2022). State and Trends of Carbon Pricing. World Bank.
133

Lampiran
Daftar Istilah

Istilah Arti

Keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang


Backward linkage
menyediakan input (bahan baku) bagi sektor tersebut

Salah satu golongan barang industri yang merupakan bagian dari


Bahan baku
produk jadi dan tidak/belum mengalami pemrosesan

Aktivitas ekonomi yang tidak dapat berjalan normal karena


Bottleneck menghadapi kendala, baik terkait aktivitas produksi, distribusi,
maupun penjualan

Perkiraan tingkat emisi dan proyeksi GRK pada sektor-sektor atau


kegiatan-kegiatan yang telah diidentifikasi dalam jangka waktu
Business as Usual
yang telah ditetapkan tanpa intervensi kebijakan dan/atau teknologi
mitigasi

Business Kegiatan yang mempertemukan pelaku usaha dengan pembeli baik


matching di tingkat domestik maupun global

Carbon pricing Pemberian harga (valuasi) atas emisi Gas Rumah Kaca (GRK)/karbon

Carbon Pricing Inisiatif kebijakan terkait carbon pricing, baik dalam bentuk emissions
Initiatives trading systems (ETS) ataupun carbon tax (pajak karbon)

Cashflow Aliran arus kas pada bisnis, institusi, atau individu

Clean
Mekanisme penurunan emisi GRK dalam rangka kerja sama negara
Development
industri dengan negara berkembang
Mechanism

Container
Daftar pemesanan jual dan beli kontainer
orderbook

Cross-border Kegiatan menyeberangkan barang dan/atau jasa antara dua negara

Cross-cutting Isu yang dianggap penting dan memengaruhi hampir bagi setiap
issues aspek ekonomi

Kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat


Cuaca ekstrem
mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta

Deep Sea Tailing


Pembuangan limbah tambang atau tailing ke laut dalam
Placement
134

Istilah Arti
Defisit pada komponen neraca pembayaran Indonesia yang
Defisit transaksi
meliputi, neraca perdagangan, jasa-jasa, pendapatan primer, dan
berjalan
pendapatan sekunder

Konversi ke sistem ekonomi yang secara berkelanjutan mengurangi


Dekarbonasi dan mengompensasi emisi karbon dioksida (CO2). Tujuan jangka
panjangnya adalah menciptakan ekonomi global bebas CO2

Sejumlah emas atau valuta asing yang bisa digunakan untuk


Devisa transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan diakui
luas oleh dunia internasional

Proses alih media dari bentuk fisik, tercetak, audio, maupun video
Digitalisasi
menjadi bentuk digital

Suatu kejadian yang menyebabkan gangguan dalam produksi,


Disrupsi suplai
penjualan, atau distribusi produk

Upaya untuk membuat tujuan ekspor atau sumber impor lebih


Diversifikasi
bervariasi, baik dalam hal jenis produk maupun negara

Rasio yang menggambarkan perkiraan nilai tambah yang diciptakan


Domestic value
di domestik dalam memproduksi barang dan/atau jasa untuk
added ratio
diekspor

Salah satu metode dalam penanganan limbah tailing (wet process).


Dalam metode ini menggunakan prinsip filtrasi dengan tekanan
Dry Stacking
tinggi (high pressure) untuk memisahkan padatan dan cairan. Filter
pada metode ini dapat disusun secara horizontal maupun vertikal

Paradigma pembangunan yang menopang pertumbuhan ekonomi


Ekonomi hijau terkait dengan ekosistem ekonomi, ekosistem biofisik, dan ekosistem
sosial yang dilakukan secara terintegrasi, inklusif dan berkelanjutan

Model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan


Ekonomi sirkular recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber
daya primer dan produksi limbah

Tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan


Ekosistem utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup

Ekspansi Periode ketika aktivitas ekonomi sedang meningkat

Proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke


Ekspor
negara lain

Emerging markets Negara-negara berkembang

Emisi Gas Rumah Lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka
Kaca waktu tertentu
135

Istilah Arti

Gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang


Emisi karbon
mengandung karbon

Pihak yang melakukan penawaran umum, yaitu penawaran efek


yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat
Emiten
berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-undang
yang berlaku

Kebijakan atau faktor pendukung dalam meningkatkan kinerja


Enablers
ekonomi

Kebijakan yang dilakukan secara menyeluruh, terintegrasi, dan


End-to-end
inklusif

Energi yang berasal dari sumber energi baru (sumber energi yang
dapat dihasilkan oleh teknologi baru, baik yang berasal dari sumber
energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain
nuklir, hidrogen, gas metana batubara (coal bed methane), batubara
tercairkan (liquified coal), dan batubara tergaskan (gasified coal)
Energi Baru dan sumber energi terbarukan (sumber energi yang dihasilkan dari
Terbarukan sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik,
antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan
terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut) jika
dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar
matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu
lapisan laut)

Energi yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber


Energi surya
penghasil listrik

Pengukuran inefisiensi energi pada suatu ekonomi yang diukur


Energy intensity
sebagai unit energi per unit PDB

Titik atau daerah yang menjadi sumber kekuatan atau kejutan bagi
Episentrum
ekonomi yang besar

Sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk


profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan
e-smart IKM
marketplace yang telah ada dengan tujuan untuk semakin
meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing

Export Similarity Indeks yang mengukur tingkat kemiripan produk ekspor antara dua
index negara

Sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi


Faktor produksi
barang dan/atau jasa

Pemetaan sekelompok industri yang disusun berdasarkan


Family industri
keterkaitan end-to-end produk berdasarkan pohon industri

Fasilitas Energi Fasilitas yang ditujukan untuk mengembangkan atau


Bersih menginvestasikan kembali fasilitas energi hijau
136

Istilah Arti
Fasilitas
Fasilitas yang digunakan untuk memensiunkan dini Pembangkit
Pengurangan
Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia
Emisi

Festive season Musim perayaan hari keagamaan besar di suatu negara

Segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan pajak atau


Fiskal
pendapatan negara

Foreign Direct Arus modal internasional dalam bentuk investasi secara langsung
Investment yang dilakukan oleh negara lain di negara penerima investasi

Keterkaitan suatu sektor yang menghasilkan output untuk


Forward linkage
digunakan sebagai input bagi sektor lain

Informasi harga pengangkutan berdasarkan informasi dari sejumlah


Freight rate index
carriers, shippers, dan forwarders

Gas yang terkandung dalam atmosfer baik alami maupun


Gas Rumah Kaca antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi
inframerah

Gasifikasi Proses konversi batubara menjadi produk gas yang dapat


Batubara digunakan untuk bahan bakar, maupun bahan baku industri kimia

Hubungan antara politik dan teritori dalam skala lokal atau


Geopolitik
internasional

Sistem produksi global untuk menghasilkan suatu produk barang jadi


Global Value
yang melibatkan sejumlah negara mulai dari proses produksi hingga
Chain
pemasaran

Dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara


Green Climate berkembang mengurangi emisi gas rumah kaca (mitigasi) dan
Fund meningkatkan kemampuan untuk menanggapi perubahan iklim
(adaptasi)

Lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan


Habitat
berkembang secara alami

Hi tech Teknologi tinggi

Proses pengolahan mineral yang dilakukan pada temperatur yang


Hidrometalurgi
relatif rendah dengan cara pelindihan menggunakan larutan kimia

High Income Negara dengan pendapatan nasional kotor per kapita 12.696 dolar AS
Country atau lebih (2020)

Upaya penguatan sisi hilir dari rantai industri, antara lain dengan
Hilirisasi mendorong agar industri manufaktur dapat memproduksi produk
jadi dan produk turunan
137

Istilah Arti
Teknologi pengolahan dan pemurnian nikel limonit dengan
HPAL (High melarutkannya dalam wadah bertekanan atau suhu tinggi
Pressure Acid (autoclave) dan selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dari larutan
Leaching) konsentrat untuk mendapat mineral yang lebih murni, yaitu nikel
dan kobalt

Impor Kegiatan membeli barang dari luar negeri

Pengembangan industri dengan basis pemberian proteksi bagi


Import
industri melalui tarif proteksi, kuota impor, pengendalian nilai
Substitution
tukar, perizinan khusus untuk impor barang modal, dan pinjaman
Industrialization
bersubsidi bagi industri lokal

Pengukuran rasio ekspor relatif terhadap ekspor pada periode


Indeks Ekspor
tertentu

Kelompok industri yang menjadi bagian dari 10 industri prioritas


Industri Andalan
dalam Rencana Induk Pembangunan Industri 2015-2035

Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya


Industri Hijau/ efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara
Industri berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan
Berorientasi Hijau industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat

Industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi


Industri hilir sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau
dinikmati konsumen

Industri yang memiliki skala industri kecil dan menengah yang


ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan nilai investasinya, yaitu
Industri Kecil
industri kecil dengan nilai investasi paling banyak lima ratus juga
Menengah
rupiah sedangkan industri menengah dengan nilai investasi lebih
besar dari lima ratus juta rupiah

Seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/


Industri atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan
Manufaktur barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,
termasuk jasa industri

Kelompok industri yang diutamakan terlebih dahulu dalam


Industri prioritas
pengembangannya untuk mencapai tujuan tertentu

Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
Inflasi
dalam jangka waktu tertentu

Seluruh struktur dan juga fasilitas dasar, baik fisik maupun sosial
Infrastruktur seperti bangunan, pasokan listrik, jalan, dan jembatan yang
dibutuhkan untuk aktivitas ekonomi masyarakat
138

Istilah Arti
Penciptaan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan
Inklusif masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, serta
mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah

Ide atau gagasan baru yang mana diterapkan guna memprakarsai


Inovasi dan memperbarui sebuah produk, proses, ataupun jasa yang telah
ada sebelumnya

Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, baik yang terkait


Insentif
langsung maupun tidak langsung dengan APBN

Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah yang terkait langsung


Insentif Fiskal
dengan APBN

Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah yang tidak terkait


Insentif Nonfiskal
langsung dengan APBN

Inter-Regional Analisis ekonomi yang disusun berdasarkan Tabel Input-Output dari


Input-Output 34 provinsi di Indonesia dan meliputi 52 industri

Metode pengendalian inventaris yang di dalamnya membawa


berbagai material ke dalam proses produksi, ke gudang atau ke
Inventaris
pelanggan secara tepat waktu agar bisa digunakan, yang pada
just-in-time
akhirnya mampu mengurangi kebutuhan menyimpan material
inventaris yang berlebihan di gudang

Investasi Hijau Penanaman modal yang berwawasan lingkungan

Izin Usaha
Izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk
Penyediaan
kepentingan umum
Tenaga Listrik

Kegiatan ekonomi yang melakukan industrialisasi dan substitusi


Inward looking
barang-barang impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

Identifikasi dampak faktor tensi geopolitik yang memengaruhi kinerja


Jalur harga
ekonomi melalui perubahan harga berbagai komoditas pangan dan
komoditas
energi global

Identifikasi dampak faktor tensi geopolitik yang memengaruhi kinerja


ekonomi melalui perubahan kondisi keuangan global yang tercermin
Jalur keuangan
antara lain melalui indikator suku bunga, aliran portofolio, dan nilai
tukar

Identifikasi dampak faktor tensi geopolitik yang memengaruhi kinerja


Jalur
ekonomi melalui perubahan kinerja perdagangan global melalui
perdagangan
aktivitas ekspor dan impor antarnegara

Joint Crediting Mekanisme kerjasama bilateral untuk perdagangan karbon yang


Mechanism juga mencakup aspek transfer teknologi

Kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi


Kawasan industri
dengan sarana dan prasarana penunjang
139

Istilah Arti

Kawasan Industri Kawasan industri yang beroperasi dengan menerapkan teknologi


Hijau maupun produksi bersih

Kebijakan pemerintah dalam mengatur perubahan pajak, belanja


Kebijakan fiskal serta transfer pemerintah yang bertujuan untuk memengaruhi
kondisi makroekonomi

Kebijakan Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral dalam bentuk


moneter pengaturan persediaan uang untuk mencapai tujuan tertentu

Analisis pemetaan pohon industri untuk mengetahui keterkaitan


Keterkaitan
antarproduk dan antarwilayah secara end-to-end dalam rangka
horizontal
mendukung penguatan local value chain

Analisis pemetaan pohon industri untuk mengetahui keterkaitan


Keterkaitan
UMKM/IKM dan usaha/industri besar secara end-to-end dalam
vertikal
rangka mendukung penguatan local value chain

Persatuan kelompok UMKM yang dibentuk berdasarkan kegiatan


Klaster UMKM ekonominya yang sejenis ataupun memiliki keterkaitan dalam
aktivitasnya untuk saling mendukung

Hubungan yang saling berkesinambungan antara hal satu dengan


Konektivitas
hal lain

Unit pengakuan atas penurunan emisi yang telah melalui proses


Kredit Karbon
pemantauan dan verifikasi

Sektor basis yang diharapkan dapat menjadi motor penggerak


Leading sector pertumbuhan ekonomi sektor-sektor lainnya baik dari segi kontribusi
maupun daya saing

Lead time Waktu tunggu pemesanan

Lingkungan Situasi internal dan eksternal negara, baik yang bersifat statis
strategis maupun dinamis, yang memengaruhi pencapaikan tujuan nasional

Program yang menghubungkan dunia pendidikan vokasi dengan


industri kerja sehingga terdapat kesinambungan antara penempuh
Link and match
pendidikan vokasi dengan industri yang memerlukan tenaga kerja
sesuai keahlian

Keterkaitan atau keterhubungan industri dengan industri lainnya


Linkage melalui kontak arus informasi maupun material bahan baku untuk
mendukung produksi

Kegiatan produksi dalam rangka meningkatkan nilai tambah yang


Local Value Chain
turut meningkatkan keterkaitan antarindustri dalam negeri

Lockdown Pembatasan aktivitas ekonomi


140

Istilah Arti
Proses pengelolaan, pemindahan serta penyimpanan barang
Logistik produksi, suku cadang ataupun barang jadi dari para penyedia ke
konsumen

Low carbon
Listrik yang diproduksi menggunakan pembangkit rendah karbon
electricity

Low carbon
Produk yang diproduksi menggunakan pembangkit rendah karbon
product

Low emission
Kendaraan dengan kandungan emisi yang rendah
vehicles

Low tech Teknologi rendah

Lux car Jenis mobil mewah yang menyediakan kenyamanan kelas atas

Program Pemerintah dalam menyiapkan Indonesia untuk


Making Indonesia menghadapi era industri digital 4.0 yang difokuskan pada 7 sektor
4.0 industri yakni makanan-minuman, tekstil, otomotif, kimia, elektronik,
alat kesehatan, dan farmasi

Kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,


Manajemen
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan
limbah
limbah

Informasi mengenai industri atau segmen pasar yang dapat


Market
digunakan untuk menyusun strategi meningkatkan kompetisi dan
intelligence
daya saing

Med tech Teknologi menengah

Kerangka kerja untuk menyediakan pembiayaan yang diperlukan


Mekanisme untuk mempercepat transisi energi nasional dengan memobilisasi
Transisi Energi sumber pendanaan komersial maupun non-komersial secara
berkelanjutan

Middle income Negara dengan pendapatan nasional kotor per kapita antara 1.036-
country 12.535 dolar AS atau lebih (2021)

Perbedaan kualitas produk yang dihasilkan suatu proses produksi


Mismatch
dengan yang dibutuhkan oleh industri

Moderasi Perlambatan ekonomi

Dampak pengganda pendapatan nasional yaitu besarnya


Multiplier effect tambahan pendapatan nasional yang tercipta dari suatu
perubahan besaran variabel tertentu

Neraca Neraca yang mencatat nilai ekspor dan impor suatu negara pada
perdagangan periode tertentu, diukur menggunakan mata uang yang berlaku
141

Istilah Arti

Net fixed asset Nilai aset tetap suatu perusahaan secara neto

Kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer


Net zero emission
tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi

Nilai Ekonomi Nilai terhadap setiap unit emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
Karbon kegiatan manusia dan kegiatan ekonomi

Penambahan nilai pada suatu komoditas atau produk melalui


Nilai tambah
proses pengolahan

Non-tariff Langkah-langkah kebijakan selain tarif yang berpotensi memiliki


measures efek ekonomi pada perdagangan barang internasional

Obligasi Hijau/
Efek bersifat utang yang dana hasil penerbitannya digunakan untuk
Obligasi
membiayai atau membiayai ulang sebagian atau seluruh kegiatan
Berwawasan
usaha berwawasan lingkungan
Lingkungan

Offset Emisi/
Pengurangan emisi GRK yang dilakukan oleh usaha dan/atau
Pengimbangan
kegiatan untuk mengompensasi emisi yang dibuat di tempat lain
Emisi GRK

Kegiatan ekonomi yang lebih membutuhkan tenaga manusia


Padat karya
dibandingkan dengan modal atau mesin

Pajak Bumi dan


Pajak yang ditanggungkan atas tanah dan bangunan
Bangunan (PBB)

Pungutan negara, baik pusat maupun daerah yang dikenakan


terhadap barang dan/atau jasa yang memiliki potensi dan/atau
Pajak Karbon/
kandungan karbon dan/atau usaha dan/atau kegiatan yang
Pungutan Atas
memiliki potensi emisi karbon dan/atau mengemisikan karbon yang
Karbon
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan/
atau kinerja aksi mitigasi

Pajak Penghasilan
Pajak terutang yang dibayar oleh pemerintah dengan pagu
ditanggung
anggaran yang telah ditetapkan dalam APBN, kecuali ditentukan lain
Pemerintah
dalam Undang-undang mengenai APBN
(PPh DTP)

Pajak
Pajak yang dikenakan kepada konsumen atas setiap pertambahan
Pertambahan
nilai dari suatu barang dan/atau jasa di dalam daerah pabean
Nilai (PPN)

Sinergi kebijakan antar-otoritas melalui berbagai langkah


Paket Kebijakan penguatan segera dan luar biasa untuk mengatasi dampak
Terpadu COVID-19 sehingga mampu mendorong perbaikan ekonomi secara
bertahap dengan stabilitas yang tetap terjaga

Wabah penyakit yang tersebar luas di beberapa benua atau


Pandemi
bahkan di seluruh negara
142

Istilah Arti
Hasil kesepakatan dalam Konferensi Perubahan Iklim COP ke-21 di
Paris (COP21 Paris) yang bertujuan untuk menahan peningkatan
Paris Agreement temperatur rata-rata global jauh di bawah 2oC di atas tingkat di
masa pra-industrialisasi dan melanjutkan upaya untuk menekan
kenaikan temperatur ke 1,5oC di atas tingkat pra-industrialisasi

Insentif atau pembayaran yang diperoleh dari hasil capaian


Pembayaran
pengurangan emisi GRK yang telah diverifikasi dan/atau
Berbasis Hasil
tersertifikasi dan manfaat selain karbon yang telah divalidasi

Dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk


Pembiayaan Hijau pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan
antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup

Penandaan Proses memberikan tanda dalam dokumen perencanaan dan


Anggaran penganggaran untuk menelusuri dan mengidentifikasi output serta
Perubahan Iklim anggaran pengendalian perubahan iklim

Pendidikan yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan


Pendidikan vokasi
tertentu

Suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangan suatu


Penelitian dan
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang
pengembangan
dapat dipertanggungjawabkan

Program Pemerintah dalam bentuk pemberian penghargaan


kepada perusahaan industri yang telah menerapkan prinsip industri
Penghargaan
hijau dalam proses produksinya, dengan tujuan memberikan
industri hijau
motivasi kepada perusahaan industri untuk menerapkan prinsip
industri hijau

Perdagangan Izin Mekanisme transaksi antara pelaku usaha yang memiliki emisi
Emisi melebihi batas atas emisi yang ditentukan

Perdagangan Mekanisme berbasis pasar untuk mengurangi emisi GRK melalui


Karbon kegiatan jual beli unit karbon

Berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung


oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan
Perubahan Iklim komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa
perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun
waktu yang dapat dibandingkan

Panduan terkait rencana atau strategi secara rinci untuk dijadikan


Peta jalan industri
acuan dalam menjalankan kinerja maupun pengembangan industri

Pelaksanaan kegiatan percontohan sebagai pengujian dalam


Pilot project rangka menunjukan keefektifan suatu pelaksanaan program serta
mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya

Proses pengolahan mineral dengan menggunakan suhu tinggi,


Pirometalurgi panas yang diperoleh berasal dari tanur berbahan bakar batubara
(kokas)
143

Istilah Arti
Informasi berbasis pengetahuan yang disusun dalam bentuk bagan,
Pohon industri gambar, atau diagram untuk memberikan gambaran produk yang
dapat dibuat dari suatu komoditas

Kebijakan mengendalikan distribusi energi listrik untuk mengatasi


kelangkaan yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai tanggapan
Power rationing terhadap kondisi cuaca buruk, pembatasan perdagangan atau
ekspor-impor, atau dalam kasus yang lebih ekstrem selama resesi
atau perang

Produk yang berkaitan dengan industri ekstraksi Sumber Daya Alam


Produk primer
yang berasal dari tanah

Hasil dari suatu produksi atau produk dari penggunaan faktor


Produktivitas
produksi

Kebijakan ekonomi yang mengetatkan perdagangan antarnegara


melalui cara-cara seperti tarif barang impor, batas kuota,
Proteksionisme dan berbagai peraturan pemerintah yang dirancang uuntuk
menciptakan persaingan adil (menurut para pendukungnya) antara
barang & jasa impor dan barang & jasa dalam negeri

Public goods Sesuatu yang dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang

Program prioritas yang menjadi prioritas dalam mendukung tujuan


Quickwin
utama

Konsep pemasaran pada barang dan jasa, hukum, pedoman dan


Ramah
kebijakan lainnya untuk mengurangi atau meminimalisasi dampak
lingkungan
buruk pada ekosistem atau lingkungan alam

Rantai nilai bahan


Kegiatan produksi dalam rangka meningkatkan nilai tambah yang
baku lokal (local
turut meningkatkan keterkaitan antarindustri dalam negeri
value chain)

Salah satu bentuk pengesahan perjanjian internasional di mana


Ratifikasi negara yang mengesahkan turut menandatangani naskah perjanjian
tersebut

Klasifikasi status keadaan pembayaran angsuran bunga atau


Rating Kredit angsuran pokok dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat
Debitur kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam
surat-surat berharga atau penanaman lainnya

Penyampaian data secara langsung segera setelah data tersebut


Real time
dibuat ataupun diperoleh

Reformasi
Perubahan pada suatu sistem yang dilakukan secara mendasar
struktural
144

Istilah Arti
Teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers
Refused Derived
menjadi ukuran yang lebih kecil, yang hasilnya akan dimanfaatkan
Fuel
sebagai sumber energi terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik

Rencana
Dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang
Aksi Nasional
secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah
Penurunan Emisi
kaca sesuai dengan target pembangunan nasional
Gas Rumah Kaca

Resiliensi Mampu beradaptasi dan tetap kuat meski dalam situasi sulit

Suatu perubahan besar yang cepat dan radikal terhadap cara


Revolusi industri
manusia memproduksi barang atau jasa

Serangkaian acara pemasaran yang terdiri dari pertemuan bisnis


Roadshow
dan konferensi

Suatu jenis instrumen yang dinilai lebih aman saat ketidakpastian


Safe haven ekonomi, politik, ataupun geopolitik yang meningkat. Instrumen ini
instrument memiliki kecenderungan untuk menguat atau meningkat dari segi
valuasi (harga) akibat meningkatnya permintaan investor

Scarring effect Dampak memar pada perekonomian dan lebih bersifat struktural

Sektor produksi barang dan/atau layanan jasa di luar produk dan/


Sektor riil atau layanan jasa keuangan, yang memberikan nilai tambah dalam
perekonomian

Bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara isolator


dan konduktor. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai isolator
Semikonduktor
pada temperatur yang sangat rendah, tetapi pada temperatur
ruangan (suhu tinggi) besifat sebagai konduktor

Sertifikasi Hijau/
Rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap perusahaan
Sertifikasi Industri
industri dalam pemenuhan Standar Industri Hijau
Hijau

Sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi


meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga,
Smelter emas, dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar
sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut telah meliputi
pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian

Proses peleburan dimana material yang terbentuk dalam reaksi


Smelting kimia terpisah menjadi dua atau lebih lapisan (dapat berupa slag,
matte, speiss ataupun logam)

Suatu keadaan ketika bisnis tidak memanfaatkan sepenuhnya


Spare capacity kapasitas yang tersedia – ada faktor produksi cadangan termasuk
tanah, tenaga kerja dan modal
145

Istilah Arti

Kondisi pertumbuhan ekonomi lambat bahkan cenderung


Stagflasi mengarah ke tingkat pengangguran yang tinggi di tengah inflasi
yang meningkat

Standar Industri Standar untuk mewujudkan Industri Hijau yang ditetapkan oleh
Hijau Menteri

Perusahaan rintisan yang didirikan oleh satu atau banyak orang


Start-up untuk mengembangkan sebuah produk atau layanan unik yang
sesuai dengan target pasar

Kemampuan industri domestik untuk menghasilkan produk-produk


Substitusi impor yang dibutuhkan oleh perekonomian, yang semula dipenuhi melalui
impor

Instrumen pendanaan untuk mendukung proyek-proyek hijau yang


Sukuk Hijau berkontribusi pada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
serta SDGs

Sulampua Meliputi wilayah Sulawesi dan wilayah Maluku, dan Papua

Sumber Daya Segala sesuatu yang bisa diambil atau dimanfaatkan dari alam
Alam karena memiliki nilai manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia

Insentif pajak yang diberikan pemerintah pada industri yang terlibat


Super deductible
dalam program pendidikan vokasi, meliputi kegiatan penelitian dan
tax
pengembangan untuk menghasilkan inovasi

Survei bulanan Bank Indonesia kepada responden pengecer di 10


Survei Penjualan
kota yang menjadi sampling survei untuk memperoleh informasi dini
Eceran (SPE)
mengenai arah pergerakan PDB dari sisi konsumsi

Produksi produk manufaktur yang meminimalisir dampak negatif


Sustainable
terhadap lingkungan sekaligus melindungi energi dan Sumber Daya
manufacturing
Alam

Tabel yang menyajikan gambaran tentang hubungan timbal


Tabel Input
balik dan saling keterkaitan antar satuan kegiatan (sektor) dalam
Output
perekonomian secara menyeluruh

Limbah industri pertambangan, baik tambang emas, tembaga,


perak maupun mineral lainnya yang merupakan hasil akhir dari
Tailing
kegiatan pabrik pengolahan dimana secara fisik limbah tailing
tersebut berupa lumpur (sludge)

Bendungan urugan yang berfungsi sebagai pembatas di kolam


Tailing Dam
pengendapan

Acuan klasifikasi sektor berdasarkan kegiatan usaha yang


Taksonomi Hijau
mendukun g upaya perlindungan lingkungan hidup dan mitigasi
Indonesia
serta adaptasi perubahan iklim
146

Istilah Arti

Tantangan jangka pendek yang dihadapi dalam mendorong


Tantangan siklikal
perekonomian

Tantangan Tantangan jangka menengah-panjang yang dihadapi dalam


struktural mendorong perekonomian secara fundamental

Ukuran kebijakan perdagangan, yang memungkinkan pembebasan


Tariff measures total atau sebagian dari pembayaran tarif atas input yang diimpor
dalam batas kuantitatif

Fasilitas perpajakan yang diberikan dalam bentuk pengurangan


Tax Allowance penghasilan kena pajak yang dihitung berdasarkan jumlah investasi
yang ditanamkan di bidang-bidang usaha tertentu

Pembebasan atau pengurangan tarif pajak penghasilan badan


Tax Holiday bagi perusahaan yang menanamkan modal baru ke dalam negeri
selama jangka waktu tertentu

Peningkatan kandungan teknologi pada suatu produk yang


Tech leverage
dipasarkan untuk dalam atau luar negeri

Trade Kerangka, panduan, dan alat bantu untuk menganalisis tingkat


competitiveness daya saing perdagangan suatu negara, baik dari sisi pertumbuhan,
diagnostic kinerja, diversifikasi, maupun kualitas

Transition cost Biaya yang dikeluarkan untuk bertransisi dari satu fase ke fase lain

Kemajuan yang diperoleh oleh sekelompok masyarakat akan


sendirinya menciptakan lapangan kerja dan berbagai peluang
Trickle down
ekonomi yang pada gilirannya menumbuhkan berbagai kondisi
effect
demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata

Pendekatan dalam rangka penguatan industri manufaktur


diarahkan untuk mendorong industri yang berdaya saing tinggi
Two pronged
sehingga menopang prospek ekspor, dan untuk mendorong
approach
pengembangan industri yang mendukung peningkatan nilai
tambah

Metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitasnya


Underground
dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak
mining
langsung berhubungan dengan udara luar

Tingkat pemanfaatan kapasitas yang digunakan untuk proses


Utilisasi kapasitas
produksi

Visi mewujudkan Indonesia sebagai negara yang maju, adil, dan


Visi Indonesia
makmur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
Maju 2045
tahun 2045

Vokasi Penguasaan keahlian terapan tertentu


147

Lampiran
Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan


Perbaikan Faktor
Produksi, Pengaturan BPS Badan Pusat Statistik
dan Kelembagaan,
3P
serta Penguatan Kerja Badan Pengkajian dan
Sama Perdagangan BPPT
Penerapan Teknologi
dan Promosi

Asian Development Badan Standardisasi


ADB BSN
Bank Nasional

Asosiasi Perusahaan Buku Tarif Kepabeanan


AP3I Pracetak dan BTKI
Indonesia
Prategang Indonesia
Carbon Border
Anggaran Pendapatan CBAM
APBN Adjustment Mechanism
dan Belanja Negara

AS Amerika Serikat CBU Completely Build Up

Agreement on Clean Development


Subsidies and CDM
ASCM Mechanism
Countervailing
Measures Completely Knock
CKD
Down
Association of
ASEAN Southeast Asian Composite Leading
Nations CLI
Indicator
Biodiesel 20%/Biodiesel
B20/B30 Carbon Dioxide
30%
CO2e/GWh Equivalent per Giga
Bahan Berbahaya dan Watt hour
B3
Beracun
Conference of the
COP
BaU Business as Usual Parties

Bangga Berwisata Corona Virus Disease


BBWI COVID-19
Indonesia 2019

BI Bank Indonesia CPO Crude Palm Oil

Badan Koordinasi
BKPM DAK Dana Alokasi Khusus
Penanaman Modal

Bantuan Langsung DTP Ditanggung Pemerintah


BLT
Tunai

Badan Pengelola Dana Domestic Value Added


BPDLH DVAR
Lingkungan Hidup Ratio
148

Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan


Eksportir Bereputasi High Pressure Acid
EBB HPAL
Baik Leach

Harmonisasi Peraturan
EBT Energi Baru Terbarukan HPP Perpajakan
Energy Conservation HS Harmonized System
ECCJ
Center Japan

Energi dan Sumber IBB Importir Bereputasi Baik


ESDM
Daya Mineral
International Council on
ICCT
ESI Export Similarity Index Clean Transportation

Indonesia Climate
Energy Transition ICCTF
ETM Change Trust Fund
Mechanism
IJP Imbal Jasa Penjaminan
EV Electric Vehicle
IKM Industri Kecil Menengah
Foreign Direct
FDI
Investment Indonesia National
INSW
Single Window
FGD Focus Group Discussion
IO Input Output
General Agreement on
GATT Izin Operasional dan
Tariffs and Trade
IOMKI Mobilitas Kegiatan
Gabungan Industri Industri
GAIKINDO Kendaraan Bermotor
Instalasi Pengolahan Air
Indonesia IPAL
Limbah
Gabungan Produsen Intergovernmental
GAPMMI Makanan Minuman IPCC Panel on Climate
Indonesia Change

Gerakan Nasional Industrial Processes


IPPU
Gernas BBI Bangga Buatan and Product Use
Indonesia
IRA Inflation Reduction Act
Global Green Economy
GGEI Inter Regional Input-
Index IRIO
Output
Global Investor Relation
GIRU
Unit IRU Investor Relations Unit

GRK Gas Rumah Kaca Import Substitution


ISI
Industrialization
Green, Social, and
GSS Bond
Sustainability Bond International
ISO Organization for
GVC Global Value Chain Standardization

Izin Usaha Penyediaan


HL High Level IUPTL
Tenaga Listrik
149

Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan


Joint Crediting
JCM L/C Loan/Credit
Mechanism

Jaminan Kesehatan
JKN LCGC Low Cost Green Car
Nasional

Local Currency
K/L Kementerian/Lembaga LCS
Settlement

KB Kawasan Berikat Penelitian dan


Litbang
Pengembangan
Kendaraan Bermotor Lembaga Pengelola
KBL BB LPI
Listrik Berbasis Baterai Investasi
Kawasan Ekonomi
KEK Lembaga Penelitian
Khusus
LPPM dan Pengabdian
kepada Masyarakat
Kementerian Energi dan
Kemen ESDM
Sumber Daya Mineral
Lembaga Penjamin
LPS
Kementerian Agraria Simpanan
Kemen ATR/
dan Tata Ruang/Badan
BPN
Pertanahan Nasional LTV Loan to Value

Kemenkeu Kementerian Keuangan


LVC Local Value Chain
Kementerian
Kemenperin Monetary Authority of
Perindustrian MAS
Singapore
Kementerian Pekerjaan
KemenPUPR Umum dan Perumahan Masyarakat
MBR
Rakyat Berpenghasilan Rendah

Kementan Kementerian Pertanian Mixed Hydroxide


MHP
Precipitate
Kemudahan Impor Metric Million British
KITE MMBTU
Tujuan Ekspor Thermal Unit

KKI Karya Kreatif Indonesia Mixed Sulfide


MSP
Precipitate
Kementerian
KLHK Lingkungan Hidup dan Nakes Tenaga Kesehatan
Kehutanan
Nationally Determined
Kementerian NDC
Contribution
Kominfo Komunikasi dan
Informatika
No Deforestation, No
Komite Stabilitas Sistem NDPE Expansion on Peat and
KSSK No Exploitation
Keuangan

KUR Kredit Usaha Rakyat NEK Nilai Ekonomi Karbon

kV Kilovolt NK Nota Kesepahaman


150

Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan

NPI Nickel Pig Iron Penanaman Modal


PMA
Asing

NTB Nusa Tenggara Barat Penanaman Modal


PMDN
Dalam Negeri

NZE Net Zero Emission Purchasing Managers'


PMI Markit
Index Markit
Organisation for
Economic Co- Peraturan Menteri
OECD PMK
operation and Keuangan
Development
PP Peraturan Pemerintah
Otoritas Jasa
OJK
Keuangan PPh Pajak Penghasilan
Online Single
OSS Pajak Penghasilan
Submission PPh DTP
Ditanggung Pemerintah
Online Single
Pajak Pertambahan
OSS-RBA Submission Risk Based PPN
Nilai
Approach
Pajak Penjualan Atas
Peningkatan PPnBM
Barang Mewah
P3DN Penggunaan Produk
Dalam Negeri
PSI Product Similarity Index
Program Percepatan
P3-TGAI Peningkatan Tata Guna Peremajaan Sawit
PSR
Air lrigasi Rakyat

Perserikatan Bangsa- Pertemuan Tahunan


PBB PTBI
Bangsa Bank Indonesia

Pajak Bumi dan Quick Response Code


PBB QRIS
Bangunan Indonesian Standard

Research and
PDB Produk Domestik Bruto R&D
Development
Pemulihan Ekonomi
PEN Rakor Rapat Koordinasi
Nasional
Rencana Aksi Nasional
Permen Peraturan Menteri
RAN GRK Penurunan Emisi Gas
Peraturan Menteri Rumah Kaca
Permendag
Perdagangan
RDF Refused Derived Fuel
Perpres Peraturan Presiden
Rasio Intermediasi
RIM
Makroprudensial
Program Keluarga
PKH
Harapan Rasio Intermediasi
RIMS Makroprudensial
Perusahaan Listrik Sektoral
PLN
Negara
Rencana Induk
Pembangkit Listrik RIPIN Pembangunan Industri
PLTS
Tenaga Surya Nasional
151

Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan


Regional Investor
RIRU SWF Sovereign Wealth Fund
Relation Unit

Rasio Pembiayaan TBI Trade Balance Index


RPIM
Inklusif Makroprudensial

RPO Refined Palm Oil Tingkat Komponen


TKDN
Dalam Negeri
Revealed Symmetric
RSCA Comparative
Usaha Mikro, Kecil, dan
Advantage UMKM
Menengah
Real-Time Gross
RTGS United Nations
Settlement
UNDP Development
SC Securities Commission Programme

United Nations
SDA Sumber Daya Alam UNFCCC Framework Convention
on Climate Change
Sustainable
SDGs
Development Goals UU Undang-Undang

SDM Sumber Daya Manusia


Verifikasi Penelusuran
VPTI
Teknis Impor
SIH Standar Industri Hijau
WCI World Container Index
Sistem Informasi
SIINas
Industri Nasional
World Integrated Trade
WITS
Sisa Lebih Pembiayaan Solution
SILPA
Anggaran
World Trade
WTO
Sistem Kliring Nasional Organization
SKNBI
Bank Indonesia

Sekolah Menengah
SMK
Kejuruan

Sistem Nasional Neraca


SNANK
Komoditas

Solar PV Solar Photovoltaics

SP Sistem Pembayaran

Stasiun Pengisian
SPKL
Kendaraan Listrik

Step Temperature Acid


STAL
Leaching

STP Science Techno Park


152

Anda mungkin juga menyukai