Anda di halaman 1dari 10

Kuliah Tamu Mata Kuliah Sosio Ekosistem Ditigal (KPM130E)

Mentransformasi Ekosistem Pelayanan Publik secara Digital

Oleh : Arief Faqihudin, S.T


Strategy dan Planning Manager of Digital Transformation Office (DTO),
Kementerian Kesehatan, Jakarta

Kelompok 5
Ajeng Afriza Maharani I3401201026
Fabio Ezra. C Sitanggang I3401201036
Asyura Warahmah I3401201079
Rafi Yasir Amri I3401201083
Maritsa Gaozhan I3401201151

A. Resume Kuliah Tamu


Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah data kesehatan yang
terfragmentasi karena banyaknya aplikasi dan keterbatasan regulasi dalam
standarisasi–pertukaran data. Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat lebih dari 400 aplikasi
kesehatan yang dikembangkan oleh pemerintah pusat dan daerah. Kondisi ini menjadikan
kebijakan kesehatan belum sepenuhnya berlandaskan pada data yang menyeluruh serta
pelayanan kesehatan yang kurang efisien.
Pandemi COVID-19 dan perkembangan teknologi mendorong Kemenkes RI
untuk segera melakukan transformasi digital kesehatan sebagai lompatan menuju sektor
kesehatan Indonesia yang semakin maju dan berkeadilan. Kemenkes RI memiliki visi
untuk melakukan digitalisasi di sektor kesehatan sejak awal kehidupan di dalam
kandungan hingga pelayanan kesehatan terpadu bagi pasien lansia. Visi tersebut tertuang
di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) No. 21 Tahun
2020 yang telah mensyaratkan adanya upaya perubahan tata kelola pembangunan
kesehatan yang meliputi integrasi sistem informasi, penelitian, dan pengembangan
kesehatan. Transformasi digital kesehatan Indonesia ditargetkan mampu menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkapasitas dalam menganalisa data kesehatan. Hal
tersebut bertujuan untuk menyusun kebijakan berbasis data di setiap instansi.
Berkenaan dengan hal di atas, Kemenkes RI merumuskan transformasi digital
kesehatan yang berlandaskan semangat mewujudkan Indonesia Sehat secara kolaboratif
bersama seluruh ekosistem pelaku industri kesehatan dalam suatu Platform Indonesia
Health Services (IHS). Platform IHS merupakan sebuah platform ekosistem digital
kesehatan yang menyediakan konektivitas data, analisis, dan layanan untuk mendukung
dan mengintegrasikan berbagai aplikasi kesehatan di Indonesia. Platform IHS dibangun
berdasarkan enam prinsip utama:
1) Platform Berbasis Layanan
Data kesehatan nasioanl bersumbet dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
dimana data dihasilkan seiring terselenggaranya pelayanan kesehatan, tidak
terbangun melalui pelaporan berkala yang bersifat agregat yang cenderung
memberikan tambahan beban administrasi serta tidak memberikan tingkat
kedalaman data yang memadai untuk analisa lanjutan.
2) Standardisasi Arsitektur dan Spesifikasi
Platform IHS merupakan upaya atas standarisasi arsitektur dan spesifikasi
pertukaran data antar pelaku industri kesehatan, tidak untuk menstandarkan
menjadi suatu aplikasi tunggal.
3) Kolaborasi Ekosistem Pelaku Industri Kesehatan
Platform IHS bukan untuk menggantikan sistem atau aplikasi yang telah ada
saati ini, namun platform ini akan dijadikan wadah yang digunakan oleh
seluruh pelaku industri kesehatan.
4) Open API Berbasis Microservices
Platform IHS menyediakan layanan pertukaran data yang dapat digunakan
secara terbuka oleh seluruh pelaku industri kesehtan.
5) Kepatuhan melalui Keterpaduan
Platform IHS menjadi sarana bagi Kemenkes untuk memantau kepatuhan atas
persyaratan data maupun pemenuhan standar pelayanan minimal seluruh
pelaku industri kesehatan melalui aktivitas transaksi yang terintegrasi.
6) Manfaat Imbal Balik melalui Kemudahan Layanan dan Informasi Terintegrasi
Platform IHS memberikan imbal hasil manfaat bagi seluruh ekosistem pelaku
industri kesehatan yang tergabung di dalamnya, berupa data hasil olahan big
data analytics serta informasi terintegrasi.
Fokus transformasi pada pengembangan data kesehatan, pengembangan aplikasi
layanan kesehatan dan peningkatan ekosistem teknologi kesehatan diharapkan dapat
menciptakan peningkatan mutu data beserta kebijakannya hingga menghasilkan efisiensi
pelayanan kesehatan.

a) Situasi dan Tantangan Kesehatan Digital Indonesia


1. Tantangan
● 270 juta penduduk Indonesia memiliki catatan rekam medis baik secara
digital atau masih dalam bentuk kertas
● 400 lebih aplikasi pemerintahan sektor kesehatan dipetakan dan masih
banyak lainnya di tingkat pusat dan daerah
● Ribuan penyedia layanan kesehatan mengelola data kesehatan berbasis
individu.
● Jutaan resep diterbitkan berbasis informasi individu baik dalam digital
atau masih dalam bentuk kertas.
● Jutaan klaim diterbitkan berbasis informasi individu terkait pelayanan
kesehatan masyarakat.
● Data rekam medis masyarakat terfragmentasi.
● Keterbatasan regulasi data kesehatan.
2. Permasalahan Pelayanan Kesehatan
2.1 Permasalahan Layanan Primer dan Sekunder
● Data kesehatan sulit diakses oleh tenaga kesehatan secara mudah,
berkesinambungan, dan real time.
● Belum tercapainya kelengkapan, konsistensi, dan akurasi data kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan penyusunan kebijakan berbasis bukti
(evidence based policy).
● Tidak adanya standarisasi dan integrasi data kesehatan sehingga sulit
untuk mewujudkan interoperabilitas data kesehatan dalam pelaksanaan
prinsip continuum of care.
● Pencatatan data kesehatan tidak efektif dan efisien karena jumlah aplikasi
administrasi terlalu banyak sehingga data yang tercatat tumpang tindih.

2.2 Permasalahan Sektor Layanan Farmasi dan Alat Kesehatan


● Tidak ada standarisasi kode perusahaan, produk, dan material bahan baku.
● Data stok obat, alat kesehatan, dan PKRT disimpan terpisah di
masing-masing instansi (produsen, distributor, dan Fasyankes), ditambah
dengan tidak adanya format data yang baku.
● Rendahnya akurasi pemetaan supply dan demand yang berpengaruh pada
tingginya opportunity cost dari stock out, serta adanya peredaran obat dan
vaksin ilegal yang membahayakan masyarakat.
● Proses perizinan dan monitoring kepatuhan yang berulang.

2.3 Permasalahan Sektor Ketahanan Kesehatan


● Sistem informasi surveilans (deteksi) yang tidak real time dan terintegrasi
sehingga risiko penyakit di tiap daerah belum terpetakan dengan baik;
● Kemampuan deteksi dan respon kegawatdaruratan kesehatan yang belum
responsif;
● Tidak terdapat sistem pemantauan kesiapan Fasyankes, jejaring
laboratorium, SDM kesehatan, alkes dan obat, serta perlu meningkatkan
kesiapan daerah dalam menghadapi krisis kesehatan;
● Sumber edukasi kesehatan yang terpercaya masih belum banyak diakses.

2.4 Permasalahan Layanan Sumber Daya Manusia Kesehatan


● Perolehan dan analisis data hanya berdasarkan sandingan berbagai sumber
saja tanpa perolehan data secara langsung sehingga akurasi data menjadi
tidak maksimal;
● Nihilnya standarisasi pendataan membuat SDMK dengan kondisi khusus
dapat membuat SDMK terdata ganda atau tidak terdata sama sekali;
● Buta terhadap informasi persebaran lokasi setiap individu SDMK berikut
detail keahlian dan latar belakang pendidikannya;
● .Informasi kesiapan cadangan SDMK tidak terstandar tanpa kelengkapan
informasi kompetensi dan potensinya.

b) Transformasi Teknologi Kesehatan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020- 2024 telah mensyaratkan
adanya upaya perubahan tata kelola pembangunan kesehatan yang meliputi integrasi
sistem informasi, penelitian, dan pengembangan kesehatan. Proses digitalisasi
kesehatan di tingkat nasional hingga daerah tentu tidaklah mudah dan memerlukan
perencanaan. Oleh karena itu, proses digitalisasi kesehatan baik di tingkat nasional
hingga daerah perlu dimulai direncanakan dengan seksama. Hal tersebut dirancang
dalam peta jalan transformasi teknologi kesehatan.

Bagian pertama Transformasi Teknologi Kesehatan adalah Integrasi dan


Pengembangan Data Kesehatan. Hal ini dibagi menjadi Integrasi Sistem Data Kesehatan
dan Pembangunan Sistem Analisis Big Data Kesehatan. Kegiatan ini memiliki luaran
utama yaitu meningkatkan mutu kebijakan kesehatan berbasis data yang akurat, mutakhir,
dan lengkap. Bagian kedua adalah Integrasi dan Pengembangan Aplikasi Pelayanan
Kesehatan. Kegiatan ini memiliki 3 program kegiatan, yakni Mengembangkan Aplikasi
Kesehatan yang Terintegrasi, Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
dengan kemampuan informatika kesehatan, dan Mendirikan Helpdesk terpusat di
Kemenkes. Keluaran ini adalah efisiensi pelayanan kesehatan di Fasyankes di setiap lini
(FKTP dan FKRTL). Bagian ketiga adalah Pengembangan Ekosistem Teknologi
Kesehatan. Pada kegiatan ini, Kemenkes memiliki 3 program utama, yakni Perluasan
Teknologi Telemedicine, Pengembangan Ekosistem Produk Inovasi Teknologi Kesehatan
dan Integrasi Riset Bioteknologi Kesehatan. Keluarannya adalah menciptakan kolaborasi
dan ekosistem inovasi digital kesehatan antara pemerintah, universitas, industri, dan
masyarakat umum.

c) 3 Tugas dari Menteri Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menugaskan untuk melakukan percepatan


transformasi teknologi kesehatan di Indonesia, yaitu:

1. Mengembangkan Kolaborasi Digital untuk Mengatasi Pandemi COVID-19

Dampak transformasi teknologi kesehatan dalam penanganan Pandemi


COVID-19:
● PeduliLindungi, dengan >105 juta pengguna, dimana terdapat 8 juta
rata-rata pengguna aktif harian, >400 ribu rata-rata sampel terdaftar di
lab/hari, dengan >1,5 juta rata-rata pengguna baru terdaftar setiap hari
● Harmonisasi sertifikat digital vaksinasi COVID-19
● Telemedisin ISOMAN, terdapat lebih dari 6000+ paket obat diterima
pasien setiap hari, dan diakses 7000+ pasien setiap hari
● Farma Plus, sistem informasi pencarian data ketersediaan jenis obat
COVID-19
● Silacak, tracing nasional penyebaran COVID-19
● New All Record (NAR), sistem pencatatan laboratorium terintegrasi yang
digunakan untuk mencatat hasil PCR dan Ag.

Akselerasi transformasi digital kesehatan di Indonesia terjadi akibat dari krisis


yang disebabkan oleh Pandemi COVID-19
● Pandemi menyadarkan pentingnya resiliensi sektor kesehatan, Pandemi
menunjukkan sebuah permasalahan yang harus segera diperbaiki, sehingga
diperlukan peningkatan kapasitas dan resiliensi dalam sistem kesehatan
● Sistem kesehatan Indonesia siap untuk bertransformasi, teknologi digital
telah tersedia secara luas dan pandemi membuat percepatan dalam
implementasi transformasi digital dalam sektor kesehatan.
● Perlu kolaborasi menuju Indonesia Sehat, tidak dapat ditangani sendiri
oleh Kemenkes sehingga harus membangun kerjasama dengan seluruh
pelaku industri kesehatan.

2. Membentuk Tim dan Regulasi untuk Mendukung Transformasi Kesehatan

Membentuk Digital Transformation Office (DTO), Tim khusus untuk


mempercepat transformasi digital kesehatan

● Integrasi data kesehatan nasional berbasiskan layanan Konsolidasi dan


standarisasi data rekam medis elektronik dalam platform SATUSEHAT
secara aman dan mudah dibagi pakaikan
● Efisiensi proses pelaporan untuk mendukung analisa data dan
pengambilan keputusan
● Kolaborasi ekosistem digital kesehatan
● Peningkatan kapasitas digital SDM Kesehatan

3. Membangun Peta Jalan Transformasi Digital di Bidang Kesehatan

Peta Jalan Transformasi Digital kesehatan indonesia untuk tahun 2023


memprioritaskan integrasi data berbasis AI. Satu Sehat mengintegrasikan
berbagai sumber data, mulai dari faskes, industri kesehatan, startup, ke satu
platform. Standarisasi data digunakan untuk melakukan integrasi data kesehatan,
dan untuk mencocokan terminologi. Sumber data dari pusat maupun desa pun
berbeda, maka dari itu standarisasi dibutuhkan. Manajemen master data juga
diperlukan dalam diskusi lebih lanjut untuk mewujudkan integrasi. Satu Sehat
akan menjadi platform integrasi bagi seluruh pihak kesehatan terkait, mulai dari
masyarakat, pemerintah, start-up, dan instansi lainnya.

d) Tata Kelola Organisasi dan Pengembangan Produk Digital Kesehatan

1. Pembentukan Tim dalam DTO

DTO mengadopsi struktur tim startup dan cara kerja yang Agile, orang/tim di
DTO adalah lokomotif utama. Kapasitas teknis tim yang tergabung dalam DTO
berasal dari berbagai latar belakang dan pengalaman di bidang perusahaan
teknologi/health tech/ekosistem teknologi.
2. Standarisasi Data untuk Pengembangan SatuSehat
● Squad leader
● Product manager
● Data Governance
● Data Engineer
● Data Quality
3. Prinsip Strategi dan Values Transformasi Digital Kesehatan
● User Centered
● Berusaha melayani
● Adaptif dan dinamis
● Platform berbasis data
● Inovatif
4. Prinsip Pengembangan Produk Digital Kesehatan
● Stakeholders alignment di setiap proses agar sistem yang dikembangkan
tetap relevan dan objektif
● Siklus pengembangan produk dilakukan secara terus menerus dengan
mempertimbangkan setiap feedback yang diberikan user;
● Proses pengembangan dilakukan iterasi dan pembaruan secara terus
menerus untuk dapat menghasilkan produk yang baik;
● Pengembangan produk yang dinamis dan cepat mengikuti regulasi dan
kondisi penanganan Pandemi COVID-19.

e) Dorongan Pertumbuhan Ekosistem Inovasi Digital Kesehatan

● Pemerintah sebagai katalis digital kesehatan, mengembangkan kebijakan yang


mendukung ekosistem serta mendorong standarisasi serta integrasi.
● Pemerintah sebagai regulator inovasi digital kesehatan, Kemenkes menciptakan
regulatory sandbox untuk mendukun inovasi dan modal bisnis dalam sektor
kesehatan.
B. Apa yang dimaksud pelayanan publik? Mengapa harus bertransformasi?
Pelayanan publik adalah kegiatan pemenuhan pelayanan yang tujuan utamanya
memenuhi kebutuhan dasar dan kesejahteraan masyarakat yang meliputi pelayanan
barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam UU No. 25
tahun 2019. Ada tiga fungsi pelayanan umum (publik) yang dilakukan pemerintah yaitu
environmental service, development service dan protective service. Pelayanan publik
merupakan salah satu unsur penting bagi organisasi publik termasuk organisasi
pemerintah. Oleh karena itu pelayanan publik yang diberikan aparatur pemerintah
(birokrasi pemerintah) harus senantiasa berorientasi pada kepentingan publik.
Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah titik terpenting untuk memenuhi
harapan masyarakat. Reformasi pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan good governance, sebab pelayanan publik menjadi ranah interaksi antara
negara yang diwakili pemerintah dengan lembaga non-pemerintah, yakni masyarakat sipil
dan mekanisme pasar. Maka dari itu transformasi pelayanan publik memerlukan
transformasi karena di era digitalisasi seperti saat ini kebutuhan masyarakat meningkat,
sehingga diperlukan pelayanan publik yang efektif untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Indonesia. Transformasi pelayanan publik ke arah digital menjadi salah
satu bentuk adaptasi pelayanan publik terhadap kondisi masyarakat saat ini. dengan
bertransformasi nya pelayanan publik ke arah digital akan menjadi sebuah keuntungan
tersendiri untuk menyederhanakan proses operasional yang ada sehingga menjadi lebih
efektif. Juga penting untuk membangun proses operasional yang baru tersebut dengan
tujuan yang jelas sehingga transformasi publik ke arah digital menjadi tepat guna bagi
kebutuhan masyarakat saat ini.
C. Apa kelemahan dan kelebihan sistem digital untuk pelayanan publik?
Kelemahan :
● Di era globalisasi, banyak bermunculan oknum-oknum tidak bertanggung jawab
yang dapat menyalahgunakan kemampuannya, sehingga pelayanan dengan sistem
digital mudah untuk diretas bagi oknum tersebut apalagi banyak terdapat
data-data pribadi yang bila disalahgunakan dapat menyebabkan terjadinya cyber
crime.
● Pendidikan di Indonesia yang kurang merata membuat keterampilan yang dimiliki
oleh masyarakat pun tidak sama sehingga terjadi kesenjangan dalam mengakses
sistem digital dan memanfaatkan teknologi.
● Tak hanya pendidikan, jaringan internet yang tersedia di Indonesia pun sampai
saat ini belum merata di beberapa bagian wilayah sehingga masyarakat yang
berada di daerah pedalaman sulit mengakses jaringan internet untuk mendapatkan
pelayanan publik dengan sistem digital.
● Keberagaman aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia
membuat sebagian orang merasa kesulitan untuk menentukan prioritasnya dengan
keterbatasan waktu yang ada.
Kelebihan :
● Pelayanan dengan sistem digital dapat mempermudah akses masyarakat terhadap
pelayanan publik yang ada di mana saja dan kapan saja melalui perangkat
internet mereka.
● Memberikan dampak yang signifikan dalam penyelesaian masalah yang ada
karena adanya blue print yang membuat arah pelayanan lebih terarah
● Integrasi data yang ada dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan
kesehatan sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih
komprehensif dan terkoneksi dengan hasil data yang terintegrasi
● Dengan sistem digital, pemantauan pelayanan oleh pemerintah dapat lebih mudah,
tepat, dan akurat karena adanya integrasi data dalam memantau dan mengevaluasi
pelayanan publik itu sendiri agar lebih baik kualitasnya
● Memudahkan untuk melakukan kolaborasi, seperti dalam penanganan Covid-19
yang mengkolaborasikan antara Peduli Lindungi, Telemedicine Isoman,
SILACAK, dan lain-lain

D. Apa solusi untuk mengatasi kelemahan yang dapat saudara tawarkan?


Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi kelemahan yang ada yaitu dengan
memperkuat sistem digital sehingga dapat terhindar dari adanya tindak cyber crime.
Selain itu, pemerataan sistem digital di Indonesia juga harus dilakukan dengan cara
memberikan suntikan pendanaan dan pelatihan mengenai literasi digital hingga
daerah-daerah kecil. Suntikan pendanaan ditujukan untuk membangun fasilitas-fasilitas
yang dapat menunjang penggunaan sistem digital berjalan lancar di Indonesia. Sedangkan
pelatihan literasi digital dilakukan dengan tujuan supaya penggunaan sistem digital dapat
dijangkau hingga masyarakat di daerah.

Anda mungkin juga menyukai