Tugas ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi
KesehatanDosen Pembimbing: Lutfiana P. S.SiT,M.PH
Disusun Oleh:
RACHMA FATIKASARI P27224020511
A. Model SIKNAS
SIK Nasional yang diharapkan adalah SIK Terintegrasi yaitu sistem
informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem
informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan,
sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau
diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi sistem
secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan
konten (data set yang sama). Aliran informasi antar sistem sangat bermanfaat
bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya,
atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya.
Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem
informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi
puskesmas, sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga
secara interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi. Dengan SIK
Terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali sehingga data yang
sama akan disimpan secara elektronik dan bisa dikirim dan diolah. SIK
Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi pengembangan yang
akan diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas
kesehatan di lapangan.
Bila digambarkan model SIK yang terintegrasi adalah seperti pada
gambar 8.2. Pada model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan
saling terkait, yaitu :
a. Sumber Data Manual
b. Sumber Data Komputerisasi
c. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
d. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan
e. Bank Data Kesehatan Nasional
f. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
g. Pengguna Data
B. Kelebihan dan Kekurangan SIKNAS
1. Kekurangan SIKNAS
Dimana ada kelebihan disitu ada kekurangan, begitupun dengan sitem
informasikesehatan. Dibawah ini beberapa kelemahan dari SIK yaitu:
a. Sumber daya manusia yang masih belum memadai, belum
meratanya SDM ke berbagai daerah terpencil, keterbatasan jumlah
dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi informasi.
b. Modal awal yang cukup mahal.
c. Pemerintah/Governance; sejak desentralisasi tahun 2000, peran
Kementerian Kesehatan dalam mengelola SIK semakin penting.
Tanpa pengelolaan dan kebijakan yang kuat, setiap pemerintah
daerah akan mengadopsi sistem masing-masing yang berbeda dan
tidak “interoperable” yakni, tidak bisa saling komunikasi antara
satu sistem dengan yang lain.
d. Fragmentasi & sistem paralel terlalu membebankan serta
pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yag lama;
yang paling fundamental adalah permasalahan fragmentasi. Hal ini
disebabkan SIK Indonesia mempunyai banyak “sub-sistem” yang
berjalan secara paralel sesuai kebutuhan pemangku kepentingan
yang berbeda, yang akhirnya membuat petugas di lapangan
kewalahan dalam mengkompilasi dan melaporkan data yang
diperlukan. Dengan beban laporan yang begitu berat dalam
pelayanan kesehatan, menimbulkan resiko petugas fasilitas
kesehatan untuk membuat kesalahan dalam pencatatan/rekapitulasi
menjadi sangat tinggi dan juga laporan menjadi sering terlambat
dikirim. Yang paling buruk adalah data yang berbeda dilaporkan
untuk variabel yang sama dalam fasilitas yang sama.
e. Pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) masih
kurang dan keterbatasan jaringan informasi di daerah-daerah
terpencil; dalam laporan Health Systems Financing: The path to
universal coverage(WHO, 2010), Dr. Margaret Chan, Director-
General WHO menyatakan bahwa hampir 20-40% dana Kesehatan
menjadi sia-sia atau tidak terserap dengan baik. Hal ini dikarenakan
sistem tidak efisien. Antara lain diakibatkan sistem manual yang
masih terlalu lambat dan memerlukan banyak sumber dan tidak
adanya Informasi tepat.
f. Sistem Kesehatan Indonesia masih belum memanfaatkan TIK secara
menyeluruh dan jauh ketinggalan dengan sektor lainnya contohnya
sektor Bank yang telah memanfaatkan TIK secara maksimal.
g. Bergantung pada sumber listrik; karena menggunakan komputer
semua hal yang berhubungan dengan teknologi informasi untuk
kesehatan bergantung pada sumber listrik. Apabila listrik padam,
maka segala pekerjaan yang berkaitan dengan penyimpanan dan
pengolahan data akan sulit untuk dilakukan menggunakan
komputer. Hal ini tentu akan mengganggu pelayanan yang akan
diberikan kepada para pasien di rumah sakit.
h. Bergantung pada aplikasi; selain bergantung pada sumber listrik,
penggunaan teknologi informasi untuk kesehatanjuga bergantung
pada aplikasi yang digunakan. Jika aplikasi yang digunakan sering
bermasalah, maka pelayanan kepada pasien juga akan buruk. Untuk
itu, gunakan aplikasi yang tepat agar pelayanan kepada pasien dapat
dilakukan secara maksimal.
i. Perlu pelatihan khusus dan membutuhkan waktu untuk pelatihan;
tidak semua orang dapat bekerja dengan komputer secara akrab, hal
ini memberikan kesulitan tersendiri. Untuk dapat menggunakan
sistem komputerisasi tersebut maka petugas rumah sakit harus
melakukan pelatihan khusus. Terutama untuk menyesuaikan diri
dalam menggunakan aplikasi yang akan digunakan dalam
pengolahan data pasien tersebut.
j. Dapat memberikan dampak bagi lingkungan sosial seperti
pengurangan tenaga kerja
2. Kelebihan
a. Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari
6 “building blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di
suatunegara. Keenam komponen Sistem Kesehatan tersebut ialah :
1) Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan)
2) Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis,
vaksin, danTeknologi Kesehatan)
3) Health Workforce (Tenaga Medis)
4) Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan)
5) Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan)
6) Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan)
b. SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia
Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu :
1) Upaya Kesehatan
2) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3) Pembiayaan Kesehatan
4) Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan Sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan
5) Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
6) Pemberdayaan Masyarakat
Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari
sub sistem ke 6 yaitu: Manajemen, Informasi dan Regulasi
Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan
kesehatan, adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan
kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna,
berhasil
gunam dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem lain di
dalamSistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang
terpadu.
C. Fragmentasi SIK
SIKDA Generik ini dirancang untuk menjadi standar bagi Pemerintah Daerah
dalam pengelolaan informasi kesehatan di daerah, meliputi pelaksana kesehatan
yang ada didalamnya yaitu Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Dinas
Kesehatan Propinsi. Sehingga SIKDA Generik terbagi menjadi beberapa sub
system sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Kegiatan puskesmas yang mampu ditangani oleh SIM Puskesmas adalah :
a. Pengelolaan informasi riwayat medis pasien per individu
b. Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke puskesmas
c. Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung,
meliputi:
1) Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi, KIA, imunisasi, dll)
2) Pelayanan UGD
3) Pelayanan rawat inap
d. Pengelolaan informasi pemakaian dan permintaan obat/farmasi di
puskesmas, pos obat desa, pos UKK.
e. Pengelolaan informasi tenaga kesehatan puskesmas
f. Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) puskesmas
g. Pengelolaan informasi kegiatan luar gedung yang meliputi
1) Kegiatan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan desa,
posyandu, polindes, poskesdes, poskestren.
2) Pengelolaan informasi pembiayaan kesehatan masyarakat dan
keuanganpuskesmas
3) Pengelolaan informasi gizi masyarakat
4) Pengelolaan informasi surveilans (pengendalian penyakit)
5) Pengelolaan informasi promosi kesehatan
6) Pengelolaan informasi kesehatan lingkungan
h. Pengelolaan pelaporan internal dan ekternal.
2. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM DINKES).
Aplikasi ini berfungsi untuk menangani pencatatan dan pengelolaan data
yang berasaldari:
a. Pengelolaan data puskesmas, berfungsi untuk mencatat dan mengelola
data manual dari puskesmas yang ada dalam wilayah kerja dinkes
kabupaten/kota, yang bersifat agregat
b. Pengelolaan data rumah sakit tingkat kabupaten/ kota, berfungsi untuk
mengentridata manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah
maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes
kabupaten/kota yang bersifat agregat.
c. Pengelolaan data rumah sakit tingkat provinsi, berfungsi untuk
mengentri data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah
maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes provinsi yang
bersifat agregat.
d. Pengelolaan data apotek/instalasi farmasi, berfungsi untuk mencatat
dan mengelola data manual yang berasal dari apotek/instalasi farmasi
baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja
dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat.
e. Pengelolaan data penunjang, berfungsi untuk mencatat dan mengelola
data manual, yang bersifat agregat, yang berasal dari laboratorium/
radiologi/ fasilitas penunjang lainnya, baik itu milik pemerintah
maupun swasta yang berada dalam wilayah kerja dinkes
kabupaten/kota.
f. Pengelolaan data kesehatan lainnya, yang berfungsi untuk mencatat
dan mengelola data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan
selain puskesmas, rumah sakit, apotek/instalasi farmasi, dan
laboratorium penunjang, yang berada dalam wilayah kerja dinas
kesehatan, misalnya dari lembaga lintas sektor (institusinon kesehatan),
praktik dokter dan klinik, lembaga survei, dan organisasi kesehatan
lainnya, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan.
g. Pengelolaan data SDM, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola
data SDM kesehatan di kabupaten/kota/provinsi.
h. Pengelolaan data aset, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data
aset pada dinkes kabupaten/ kota dan dinkes Provinsi. Pada SIM
Dinkes, data yang dientri bersifat agregat.
Dalam penerapan SIKDA Generik ada beberapa hal yang harus ada dan
dipersiapkan yaitu pelatihan, pendampingan, dan perubahan budaya kerja.
Dari ketiga hal tersebut, dua yang pertama yaitu pelatihan dan pendampingan
sudah diakomodir oleh Pusdatin Kemenkes dan sudah disiapkan anggarannya.
Sedangkan yang nomor tiga yaitu kesiapan dan kemauan para pengguna
sendiri, merupakan tantangan tersendiri bagi terlaksananya penerapan SIKDA
Generik, akan tetapi ini pun pasti bisa diintervensi mungkin dengan berbagai
cara seperti pelatihan, workshop dan pendampingan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan data, publikasi pemanfaatan data, pemberian penghargaan dan
publikasi bagi daerah dengan pengelolaan SIKDA terbaik.
G. SIMPUS untuk manajemen program :
Merupakan fasilitas untuk mencatat dan mengolah data hasil kegiatan
programPuskesmas yang terdiri dari :
a. Menu Utama, yang terdiri dari sub menu data gizi, P2M,
imunisasi, KIA, reproduksi, promkes, data dasar, identitas
puskesmas dan data kematian.
b. Sub menu laporan merupakan tampilan untuk menampilkan
laporan bulanan masing-masing program dan Profil kesehatan.
H. SIMO untuk manajemen obat :
a. Menu Utama, yang terdiri dari sub menu transaksi yang terdiri dari:
input obat baru, transaksi obat masuk, transaksi obat keluar serta
transaksi obat rusak.
b. Sub menu pelaporan yang terdiri dari: LPLPO, Puskesmas,
Pengeluaran Obat Harian, Daftar Obat Masuk, Daftar Obat Keluar dan
Daftar Obat Rusak.
I. SIMKA untuk manajemen kepegawaian :
Merupakan fasilitas untuk mencatat dan mengolah data pegawai
Puskesmas yang terintegrasi dengan SIM pelayanan pasien, yaitu : Menu
Utama, yang terdiri dari sub menu input data pegawai dan daftar data
pegawai.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kerehatan RI. 2018. Penerapan SIKDA
Generik Modul Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kerehatan RI. 2012. Kebijakan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional. Jakarta: Pusdatin