3 lanjutan
PERMASALAHAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN
SECARA NASIONAL :
• Permasalahan bukan hanya karena biaya untuk teknologi telematika yang besar,
tetapi juga karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi telematika yang
masih kurang, akibat dari pengaruh budaya (kultur).
• Rendahnya apresiasi juga dikarenakan alasan-alasan yang masuk akal, yaitu
rasio manfaat-biaya (cost-benefit ratio) yang kurang memadai.
• Investasi untuk teknologi telematika yang besar belum dapat dijamin akan
menghasilkan manfaat yang sepadan.
• Perlu kesadaran bersama dengan mengembangkan pemanfaatan teknologi
telematika dalam Sistem Informasi Kesehatan yang dilandasi dengan upaya
menggerakkan pemanfaatannya (terutama melalui pengembangan praktek-
praktek manajemen yang benar).
6. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
terbatas
• Kelemahan berkaitan dengan masalah rasio biaya-manfaat yang masih sangat
rendah.
• Padahal selain investasi awal yang besar, Sistem Informasi Kesehatan juga
memerlukan biaya untuk pemeliharaan yang sama besarnya (maintenance).
• Banyak investasi yang sudah dilakukan, khususnya yang berupa pemasangan
komputer, pelatihan petugas, pencetakan formulir, dan lain-lain akhirnya tidak
berlanjut karena ketiadaan dana untuk mendukung kelangsungannya.
• Dengan kecilnya ketersediaan dana Daerah , pada umumnya kurang
mencukupi, dapat mengakibatkan pemeliharaan Sistem Informasi Kesehatan
tidak di prioritaskan, karena dianggap “tidak bermanfaat”.
7. Kurangnya tenaga purna-waktu untuk Sistem Informasi
Kesehatan
• Selain dana, kelangsungan Sistem Informasi Kesehatan
juga sangat ditentukan oleh keberadaan tenaga purna-
waktu yang mengelolanya / tenaga pengelola data.
• Di Daerah kab/kota, pengelola data dan informasi umumnya
adalah tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain.
• Tenaga pengelola data yang merangkap tugas lain, tidak
dapat sepenuhnya bekerja secara maksimal dalam
mengelola data dan informasi
ANCAMAN SIKNAS
1. Ancaman Otonomi Daerah
• Otonomi Daerah yang sibuk mengerjakan urusannya sendiri akan sangat merugikan
pengembangan maupun kelangsungan SIKNAS.
• Tanpa SIKNAS yang baik, Pemerintah Pusat menjadi kesulitan dalam memantau kemajuan
pencapaian Indonesia Sehat ke Daerah.
• Daerah dirugikan karena tidak memiliki tolok ukur Nasional sebagai acuannya.
• Pembandingan antara satu daerah dengan Daerah lain (benchmarking) akan mengalami
kesulitan karena tidak adanya standar yang universal.
• Kerjasama antar Daerah, misalnya dalam pengadaan dan pemanfaatan obat, juga dapat
terkendala karena tidak adanya informasi yang standar dan mencakup sejumlah Daerah.
• Pengendalian penyakit menular (yang sulit dibatasi secara geografis) akan kacau balau karena
tiadanya sistem pengamatan penyakit yang komprehensif.
• Masalah juga akan muncul dalam pendayagunaan tenaga kesehatan.
2. Ancaman Globalisasi
• Globalisasi dimulai tahun 2003, menyebabkan bebasnya pertukaran berbagai hal antar negara-
negara ASEAN (SDM, barang, investasi, tenaga kerja, IPTEK, dan lain-lain).
• Di bidang kesehatan akan menimbulkan dampak negatif apabila tidak dikelola dengan baik.
Dampak negatif itu antara lain:
a. Masuk dan menularnya penyakit-penyakit serta gangguan-gangguan kesehatan baru,
termasuk penyalahgunaan napza dan perilaku-perilaku menyimpang.
b. Masuknya investasi dan teknologi kesehatan yang dapat meningkatkan biaya kesehatan.
c. Masuk dan beredarnya napza secara gelap untuk tujuan penyalahgunaannya.
d. Masuknya tenaga-tenaga kesehatan asing yang dapat mengalahkan tenaga-tenaga kesehatan
dalam negeri di negerinya sendiri.
• Pengelolaan yang baik harus didukung sistem informasi yang memadai. Kewaspadaan dini
hanya dapat dikembangkan apabila terdapat sistem informasi yang memasok data dan
informasi secara akurat, tepat dan cepat. Apabila globalisasi datang pada saat SIKNAS belum
tertata dengan baik, maka dampak-dampak negatif tersebut benar benar akan terwujud.
PROBLEM SOLVING
• 1. Infrastruktur kesehatan sudah cukup memadai
• Bidang kesehatan sebenarnya sejak tahun 1950an telah melaksanakan desentralisasi.
• Oleh karena itu, infrastruktur kesehatan di Daerah sudah cukup memadai. Sarana dan
tenaga kesehatan sudah sampai ke Kecamatan, bahkan Desa-desa.
• Telah berkembangnya sarana-sarana bersumberdaya masyarakat di bidang kesehatan
(UKBM), seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Posbindu dan kader-kader
kesehatan.
• Kantor-kantor kesehatan (Dinas Kesehatan) pada umumnya telah memiliki prasarana dan
sarana yang cukup baik.
• Rumah sakit hampir terpenuhi setiap Kabupaten/Kota.
• Sejumlah unit pelaksana teknis / UPT seperti Instalasi Farmasi Kesehatan, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu baru juga sudah meningkat
2. Telah berkembang berbagai sistem informasi kesehatan
• Dengan berlangsungnya berbagai sistem informasi kesehatan, jajaran kesehatan
sudah cukup terbiasa (familiar) dengan urusan data dan informasi.
• Data dan informasi sudah dimanfaatkan oleh Daerah, walaupun pemanfaatannya
masih kurang strategis.
• Seluruh Provinsi dan Kabupaten telah memiliki publikasi data berupa Profil Kesehatan.
• Sistem Kesehatan seperti Sistem Surveilans Terpadu, Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi, serta Sistem Pelaporan Obat dan Napza telah dirasakan manfaatnya dalam
pengendalian penyakit dan kejadian-kejadian luar biasa.
• Berkembangnya berbagai Sistem Informasi Kesehatan juga membawa dampak positif
berupa tersedianya sejumlah komputer dan jaringannya.
3. Muncul beberapa inisiatif di berbagai tempat
• Tidak semua pihak mengabaikan Sistem Informasi Kesehatan.
• Sejumlah Rumah Sakit, baik milik Pusat maupun Daerah, telah
mengambil inisiatif mengembangkan Sistem Informasinya sendiri.
• Khususnya dalam rangka administrasi keuangan dan penagihan pasien
serta pengolahan data rekam medik.
• Beberapa RS bahkan telah mulai menjalin kerjasama dalam bentuk
jaringan dan memanfaatkan teknologi telematika yang ada (intranet dan
internet).
• Sejumlah Puskesmas telah pula mengambil inisiatif mengembangkan Sistem
Informasinya, walau tanpa dukungan dana khusus.
4. Telematika telah berkembang dengan pesat
• Berkembangnya pemanfaatan teknologi telematika di Indonesia merupakan kondisi
positif yang akan sangat mendukung berkembangnya SIKNAS.
• Infrastruktur telematika telah merambah semakin luas di negara Indonesia dan
apresiasi masyarakat pun tampak semakin meningkat.
• Sementara itu, penyediaan perangkat keras dan perangkat lunak telematika pun
semakin banyak.
• Harga teknologi telematika tampaknya juga cenderung menurun karena telah
semakin berkembangnya pasar dan ditemukannya berbagai bahan serta cara
kerja yang lebih efisien.
• Demikian juga fasilitas pendidikan dan pelatihan di bidang telematika, baik yang
berbentuk pendidikan formal maupun kursus-kursus juga semakin berkembang.
5. Kebijakan Otonomi Daerah
• Dalam pelaksanaan kebijakan Otonomi Daerah tidak hanya dilakukan
desentralisasi kewenangan kepada Daerah, melainkan juga desentralisasi
fiskal.
• Artinya, sebagian besar dana dialihkan ke Daerah, sehingga sumber dana untuk
pelaksanaan pembangunan Daerah, termasuk pembangunan kesehatan, adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
• Dengan Desentralisasi fiskal, sektor kesehatan harus dapat membuktikan kepada para
pengambil keputusan bahwa dana yang dialokasikan untuk pembangunan
kesehatan Daerah membawa manfaat bagi masyarakat di Daerah yang
bersangkutan.
• Pembuktian ini sangat memerlukan dukungan melalui sistem informasi kesehatan
yang dapat diandalkan
6. Kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan
fungsi
• Dalam pengorganisasian instansi pemerintah baik Pusat maupun Daerah
diberlakukan kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan fungsi.
• Artinya, jabatan-jabatan struktural sedapat-dapatnya dikurangi, sedangkan
jabatan-jabatan fungsional diperbanyak.
• Bagi jajaran pengelola data dan informasi kesehatan, kebijakan ini
merupakan peluang karena telah tersedia cukup banyak jabatan fungsional.
• Jabatan Fungsional Teknis : Analisis kebijakan kesehatan, statistisi, pranata
komputer, adminkes dan epidemiolog.
• Jabatan Fungsional umum/Staf Pelaksana : Pengadministrasi, penyusun,
perencana, pengelola, penganilisis
7. Kebijakan pemandirian UPT kesehatan
• Agar UPT kesehatan dapat mengembangkan manajemen yang lebih baik dan
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, dapat diterbitkan kebijakan untuk
memandirikan UPT-UPT tersebut.
• Organisasi UPT Kesehatan yang mandiri dituntut untuk mempraktekkan manajemen
yang rasional.
• Pengambilan keputusan-keputusan dan proses perencanaan tidak boleh lagi
didasarkan kepada perkiraan-perkiraan yang gegabah, melainkan harus dilakukan
secara hati-hati, cermat, dan berdasarkan kepada fakta atau data (evidence based).
• Ini berarti bahwa setiap organisasi pelayanan masyarakat di bidang kesehatan
tersebut juga harus memiliki sistem informasi kesehatan yang dapat diandalkan.
terima kasih