• Otonomi Daerah yang sibuk mengerjakan urusannya sendiri saja tentu akan sangat
merugikan pengembangan maupun kelangsungan SIKNAS.
• Padahal tanpa SIKNAS yang baik, Pemerintah Pusat menjadi kesulitan dalam memantau kemajuan
pencapaian Indonesia Sehat ke Daerah.
• Sementara itu, Daerah dirugikan karena tidak memiliki tolok ukur Nasional sebagai acuannya.
• Pembandingan dengan Daerah lain (benchmarking) pun akan mengalami kesulitan karena tidak
adanya standar yang universal.
• Kerjasama antar Daerah, misalnya dalam pengadaan dan pemanfaatan obat, juga dapat terkendala
karena tidak adanya informasi yang standar dan mencakup sejumlah Daerah.
• Pengendalian penyakit menular (yang sulit dibatasi secara geografis) akan kacau balau karena tiadanya
sistem pengamatan penyakit yang komprehensif.
• Masalah juga akan muncul dalam pendayagunaan tenaga kesehatan.
2. Tantangan dari Globalisasi
• Globalisasi yang dimulai pada tahun 2003 menyebabkan bebasnya pertukaran
berbagai hal antar negara-negara ASEAN --- manusia, barang, investasi, tenaga kerja,
IPTEK, dan lain-lain.
• Di bidang kesehatan hal ini akan dapat menimbulkan dampak negatif apabila tidak
dikelola dengan baik. Dampak negatif itu antara lain:
a. Masuk dan menularnya penyakit-penyakit serta gangguan-gangguan kesehatan
baru, termasuk penyalahgunaan napza dan perilaku-perilaku menyimpang.
b. Masuknya investasi dan teknologi kesehatan yang dapat meningkatkan biaya kesehatan.
c. Masuk dan beredarnya napza secara gelap untuk tujuan penyalahgunaannya.
d. Masuknya tenaga-tenaga kesehatan asing yang dapat mengalahkan tenaga-tenaga
kesehatan dalam negeri di negerinya sendiri.
• Pengelolaan yang baik harus didukung sistem informasi yang memadai. Kewaspadaan
dini hanya dapat dikembangkan apabila terdapat sistem informasi yang memasok
data dan informasi secara akurat, tepat dan cepat. Apabila globalisasi datang pada
saat SIKNAS belum tertata dengan baik, maka dampak-dampak negatif tersebut benar
benar akan terwujud.
C. KONDISI POSITIF ATAU KEMAMPUAN
• 1. Infrastruktur kesehatan sudah cukup memadai
• Bidang kesehatan sebenarnya sejak tahun 1950an telah melaksanakan
desentralisasi.
• Oleh karena itu, infrastruktur kesehatan di Daerah sudah cukup memadai.
Sarana dan tenaga kesehatan sudah sampai ke Kecamatan, bahkan Desa-desa.
• Telah berkembangnya sarana-sarana bersumberdaya masyarakat di bidang
kesehatan (UKBM), seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dan kader-
kader kesehatan.
• Kantor-kantor kesehatan (Dinas Kesehatan) pada umumnya telah memiliki
prasarana dan sarana yang cukup baik.
• Rumah sakit telah terdapat sampai di hampir setiap Kabupaten/Kota.
• Sejumlah unit pelaksana teknis / UPT seperti Instalasi Farmasi Kesehatan,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu baru juga sudah meningkat
2. Telah berkembang berbagai sistem informasi kesehatan
• Berkembangnya berbagai Sistem Informasi Kesehatan merupakan kondisi positif bagi
berkembangnya SIKNAS.
• Dengan berlangsungnya berbagai sistem informasi , jajaran kesehatan sudah cukup
terbiasa (familiar) dengan urusan data dan informasi.
• Data dan informasi sudah dimanfaatkan oleh Daerah, walaupun pemanfaatannya
masih kurang strategis.
• Seluruh Provinsi dan Kabupaten telah memiliki publikasi data berupa Profil Kesehatan.
• Sistem Kesehatan seperti Sistem Surveilans Terpadu, Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi, serta Sistem Pelaporan Obat dan Napza telah dirasakan manfaatnya dalam
pengendalian penyakit dan kejadian-kejadian luar biasa.
• Berkembangnya berbagai Sistem Informasi Kesehatan juga membawa dampak positif
berupa tersedianya sejumlah komputer dan jaringannya.
3. Muncul beberapa inisiatif di berbagai tempat
• Tidak semua pihak mengabaikan Sistem Informasi Kesehatan.
• Sejumlah Rumah Sakit, baik milik Pusat maupun Daerah, telah
mengambil inisiatif mengembangkan Sistem Informasinya sendiri.
• Khususnya dalam rangka administrasi keuangan dan penagihan pasien
serta pengolahan data rekam medik.
• Beberapa RS bahkan telah mulai menjalin kerjasama dalam bentuk
jaringan dan memanfaatkan teknologi telematika yang ada (intranet
dan internet).
• Sejumlah Puskesmas telah pula mengambil inisiatif mengembangkan
Sistem Informasinya, walau tanpa dukungan dana khusus.
4. Telematika telah berkembang dengan pesat
• Berkembangnya pemanfaatan teknologi telematika di Indonesia merupakan
kondisi positif yang akan sangat mendukung berkembangnya SIKNAS.
• Infrastruktur telematika telah merambah semakin luas di negara Indonesia dan
apresiasi masyarakat pun tampak semakin meningkat.
• Sementara itu, penyediaan perangkat keras dan perangkat lunak telematika
pun semakin banyak.
• Harga teknologi telematika tampaknya juga cenderung menurun karena
telah semakin berkembangnya pasar dan ditemukannya berbagai bahan
serta cara kerja yang lebih efisien.
• Demikian juga fasilitas pendidikan dan pelatihan di bidang telematika, baik
yang berbentuk pendidikan formal maupun kursus-kursus juga semakin
berkembang.
PELUANG dalam SIK
1. Kebijakan Otonomi Daerah
• Dalam pelaksanaan kebijakan Otonomi Daerah tidak hanya dilakukan
desentralisasi kewenangan kepada Daerah, melainkan juga desentralisasi
fiskal.
• Artinya, sebagian besar dana dialihkan ke Daerah, sehingga sumber dana untuk
pelaksanaan pembangunan Daerah, termasuk pembangunan kesehatan, adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
• Dengan Desentralisasi fiskal, sektor kesehatan harus dapat membuktikan kepada para
pengambil keputusan bahwa dana yang dialokasikan untuk pembangunan
kesehatan Daerah membawa manfaat bagi masyarakat di Daerah yang
bersangkutan.
• Pembuktian ini sangat memerlukan dukungan melalui sistem informasi kesehatan
yang dapat diandalkan
2. Kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan
fungsi
• Dalam pengorganisasian instansi pemerintah baik Pusat maupun
Daerah diberlakukan kebijakan perampingan struktur dan
pengkayaan fungsi.
• Artinya, jabatan-jabatan struktural sedapat-dapatnya dikurangi,
sedangkan jabatan-jabatan fungsional diperbanyak.
• Bagi jajaran pengelola data dan informasi kesehatan,
kebijakan ini merupakan peluang karena telah tersedia cukup
banyak jabatan fungsional. Yaitu Fungsional Analisis kebijakan
kesehatan, statistisi, pranata komputer, dan epidemiolog.
• Permenpan RB No 41 Tahun 2018 tentang jabatan staf pelaksana :
Analisis, penyusun, perencana, pengelola, administrasi
3. Kebijakan pemandirian UPT kesehatan
• Agar UPT kesehatan dapat mengembangkan manajemen yang lebih baik dan
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, dapat diterbitkan kebijakan untuk
memandirikan UPT-UPT tersebut.
• Organisasi UPT Kesehatan yang mandiri dituntut untuk mempraktekkan manajemen
yang rasional.
• Pengambilan keputusan-keputusan dan proses perencanaan tidak boleh lagi
didasarkan kepada perkiraan-perkiraan yang gegabah, melainkan harus dilakukan
secara hati-hati, cermat, dan berdasarkan kepada fakta atau data (evidence based).
• Ini berarti bahwa setiap organisasi pelayanan masyarakat di bidang kesehatan
tersebut juga harus memiliki sistem informasi kesehatan yang dapat diandalkan.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
• Permenkes Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(18 Indikator SPM)
• Kepmenkes Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 Tentang
Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan (Definisi
Operasional SPM)
• Permenkes No. 43 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (12 Indikator)
• Permenkes No 4 Tahun 2019, Tentang SPM
STANDART PELAYANAN MINIMAL
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULANG BAWANG
PENCA TAHUN
JENIS
NO INDIKATOR KINERJA PAIAN
PELAYANAN
2009 (%) 2010 2011 2012 2013 2014 2015
C. IMUNISASI
1 Imunisasi BCG Bayi pada Usia 0 - 11 Bulan 430 664 815 783 544 607 542 440 587 596
2 Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia kurang dari 7 hari 514 1.036 409 261 150 602 439 392 545 612
3 Imunisasi DPT/HB (1) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 560 539 875 775 535 629 623 518 646 571
4 Imunisasi DPT/HB (2) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 561 549 709 766 533 581 632 568 656 572
5 Imunisasi DPT/HB (3) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 459 611 864 718 499 629 635 577 709 576
6 Imunisasi Polio (1) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 490 559 1.001 797 515 607 534 434 674 581
7 Imunisasi Polio (2) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 504 561 1.036 772 495 649 534 456 719 552
8 Imunisasi Polio (3) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 501 536 960 763 513 659 634 507 767 546
9 Imunisasi Polio (4) pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 488 533 989 762 497 599 616 494 736 547
10 Imunisasi Campak pada Bayi usia 0 - 11 Bulan 522 691 906 787 508 596 616 451 335 317
11 Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak usian 0 - 11 Bulan 485 613 893 751 499 673 596 475 726 743
D. PENYAKIT
1 Jumlah Kasus AIDS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Jumlah HIV + di Layanan Konseling dan Tes HIV 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Jumlah orang tes HIV di Layanan Konseling dan Tes HIV 112 91 81 73 66 50 64 79 12 87
4 Jumlah ODHA yang masih mendapat ARV 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5 Kasus Pneumonia Balita 41 3 50 67 34 69 115 31 17 0
6 Kasus Diare 398 535 441 348 12 366 405 371 275 645
7 Kasus Hepatitis B 0 0 0 0 0 16 0 0 0 0
Kasus AFP yang ditemukan pada penduduk usia <15
8 tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kasus Malaria yang dikonfirmasi Laboratorium
9 (Mikroskop dan RDT) 21 57 12 44 21 47 46 20 37 51
10 Kasus Positif Malaria 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
11 Kasus Positif Malaria yang mendapat Pengobatan ACT 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
12 Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) 1 2 0 2 0 0 0 0 0 2
13 Kematian Akibat DBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Jumlah Kejadian KLB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jumlah KLB yang Ditanggulangi < 24 Jam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
• PERMENKES NO 43 TAHUN 2016
• Mencakup 12 INDIKATOR ( Life cycle/ contineum of care)
• Permenkes No 4 Tahun 2019, Tentang SPM, Kesiapsiagaan
bencana
• Perlu Sinergitas anggaran Kesehatan dari Pusat dan Daerah
dalam pencapaian target SPM
• Perlu Sistem Informasi yang baik dalam pelaporan SPM
• www.spm.depkes.go.id
• www.spm.kemkes.go.id
Terima kasih