Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN POST PARTUM


PADA NY. T P3003 DENGAN ATONIA UTERI
DI PUSKESMAS GROGOL

DISUSUN OLEH:
1. RACHMA FATIKASARI (P17320173003)
2. PUTRI OKTAVIANA (P17320173004)
3. ADINDA MULYA DEWI (P17320174016)
4. SHINDY RAHMADHANI (P17320174017)
5. MAULIDDYA HANIFA (P17320174020)
6. SAFIRA YUNITA SARI (P17320174033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti,
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan
instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang telah di
teliti.
c. Studi dokumentasi
Yaitu merupakan cara pengumpulan data dengan melihat data dan riwayat ibu
direkam medik.
d. Pemeriksaan Fisik
e. Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk
mendapatkan data yang objektif
f. Studi Kepustakaan
g. Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku,
makalah dan dari internet.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya
atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama
masa kehamilan adalah 500-800ml/menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika
uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan
menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak sedangkan volume darah
manusia hanya berkisar 5-6 liter saja (Manuaba, 2012).
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Manuaba, 2012 ).
2.1.2 Patofisiologis

Uterus

Terlalu meregang
atau kontraksi terlalu Kontraksi terlalu jarang Kelainan Uterus
jarang

Otot uterus terlalu Otot uterus kelebihan


lama relaksasi

Otot uterus tidak


mampu berkontraksi

Pembuluh uterus di tempat bekas


implantasi plasenta tidak terjepit otot
uterus

Terlalu meregang
atau kontraksi terlalu
jarang
2.1.3 Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri
1. Umur: umur terlalu muda atau terlalu tua
2. Paritas: sering dijumpai pada multipara dan grandepara.
3. Obstetri operatif dan narkosa
4. Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta
5. Faktor sosio ekonomi, yaitu malnutrisi
(Sofian, 2012)
6. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramion atau
anak terlalu besar.
7. Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
8. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis atau menderita penyakit
menahan.
9. Infeksi intrauterin (karioamniontritis).
10. Ada riwayat peenah atonia uteri sebelumnya.
(Prawirohardjo, 2014)
2.1.4 Diagnosis
1. Setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif, banyak
dan bergumpal.
2. Palpasi fundus uteri masih setinggi pusat.
3. Kontraksi lembek.
4. Perdarahan sebanyak 500 – 1000 cc yang sudah keluar.
(Prawirohardjo, 2014)
2.1.5 Etiologi
1. Perdarahan pervaginam.
2. Konsistensi Rahim lunak.
3. Fundus uteri tinggi apabila terdapat bekuan darah atau selaput janin.
4. Tanda-tanda syok.
5. Warna darah berwarna merah tua karena berasal dari vena dan apabila
berwarna merah muda disebabkan oleh robekan.
(Sofian, 2012)
2.1.6 Penatalaksanaan
Bidan dapat mengambil langkah –alngkah untuk menangani perdarahan yang
disebabkan oleh atonia uteri
1. Sikap bidan apabila terjadi atonia uteri
a) Infus cairan
b) Uterotonika
c) Masase uterus
d) Melakukan KBI dan KBE
2. Upaya preventif
a) Meningkatan penerimaan gerakan keluarga berencana sehingga
memperkecil jumlah grande multipara dan memperpanjang jarak hamil.
b) Melakukan konsultasi dan merujuk kehamilan dengan overdistensi
uterus, hidramnion dan kehamilan kembar.
c) Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun.
3. Bidan segera melakukan rujukan didahului tindakan ringan, seperti:
a) Memasang infus – memberikan cairan pengganti
b) Memberikan uterotonika IM, IV atau dengan drip
c) Melakukan masase uterus sehingga kontraksi otot Rahim semakin cepat
dan kuat
d) Ibu sebaiknya diantar oleh bidan ke tempat rujukan
(Manuaba, 2012)
PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI (JNKP-KR, 2017)

1-Masase fundus uteri segera setelah lahirnya


plasenta (maksimal 15 detik)

Evaluasi rutin. Jika


Uterus Berkontraksi? uterus berkontraksi
Ya
tapi perdarahan terus
berlangsung, periksa
apakah terjadi
2- Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput laserasi perineum
ketuban dari vagina dan ostium serviks vagina dan serviks.
3- Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh Jahit atau segera
atau dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi kandung rujuk
kemih dengan menggunakan teknik aseptik.
4- Lakukan komprsi bimanual interna (KBI)
selama 5 menit. -Teruskan KBI
hingga 2 menit.
-Keluarkan tangan
Uterus Berkontraksi? dari vagina
Ya
-Pantau kala IV
Tidak dengan ketat.

5- Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan KBE atau


minta petugas lain untuk memasang infus.
6- Jika keluarga melakukan KBE, keluarkan tangan dari vagina
7- Berikan ergometrin 0,2 mg lM (pastikan ibu tidak hipertensi)
atau misoprostol 600 mcg per rektal.
8- Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18, berikan 500-
1000 cc Ringer Laktat pada alur i v. dan 20 unit oksitosin
dengan tetesan xxv-xxx dari alur i.v. yang lain
9. Ulangi KBI atau pasang kondom kateter

Uterus Berkontraksi? Pantau ibu


Ya dengan seksama
selama kala IV
Tidak persalinan

10. Pasang kondom kateter dan segera rujuk ke RS Rujukan


11. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
12. Lanjutkan infus Ringer Laktat 750-1500 cc dan 20 I.U
oksitosin tetesan xxx. Restorasi cairan (kristaloid dan koloid) 3x
jumlah darah keluar (total loss) dalam 2 jam pertama hingga
tiba di RS Rujukan.
LANGKAH-LANGKAH PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI
(JNPK-KR, 2017)

N
LANGKAH ALASAN
O
Masase merangsang kontraksi uterus.
Masase fundus uteri segera setelah
1. Sambil melakukan masase sekaligus dapat
lahirnya placenta (maksimal 15 detik)
dilakukan penilaian kontraksi uterus.
Bersihkan bekuan darah dan/atau Pekuan darah dan selaput ketuban dalam
2. selaput ketuban dari vagina dan lubang vagina dan saluran serviks akan dapat
serviks menghalangi kontrasi uterus secara baik.
Pastikan bahwa kandung kemih
Kandung kemih yang penu akan
kosong. Jika penuh dan dapat
3. mengahalangi uterus berkontrasi secara
dipalpasi, lakukan kateteresasi
baik.
menggunakan tehnik aseptik
Kompresi ini memberikan tekanan
langsung pada pembulu darah dingding
Lakukan kompresi bimanual interna uterus dan juga merangsang miometrium
4.
selama 5 menit untuk berkontraksi jika kompresi bimanual
tidak berhasil selama 5 menit, diperlukan
tindakan lain.
Keluarga dapat meneruskan proses
Anjurkan keluarga untuk mulai
kompresi bimanual secara eksterna selama
5. membantu kompersi bimanual
penolong melakukan langkah-langkah
eksterna
selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan
Berikan orgementri 0,2 mg IM Ergometri dan misoprostol akan bekerja
7. (kontraksi hiperensi) atau misoprotol dalam 5-7 menit yang menyebabkan uterus
600-1000 mcg berkontraksi.
Jarum besar memungkin kan pemberian
Pasang infus dengan menggunakan
larutan IV secara cepat atau untuk trasfusi
jarum ukuran 16atau 18 dan beri 500
darah. Ringer Laktat akan membanu
8. cc Ringer Laktat +20 unit oksitosit.
memulihkan volume cairan yang hilang
Habiskan 500 cc pertama secepat
selama perdarahan. Oksitosin IV dengan
mungkin.
cepat merangsang kontraksi uterus.
KBI yang diunakan bersama dengan
9. Ulang kompresi bimanual interna ergomentri dan oksitosin atau misoprostol
akan membuat uterus berkontraksi.
Rujuk segera jika uterus tidak
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu
berkontraksi dalam waktu 1 jam
1 jam sampai 2 menit, hal ini bukan atonia
sampai 2 menit, hal ini bukan atonia
sederhana. Ibu membutuhkan perawatan
10. sederhana. Ibu membutuhkan
gawat darurat difasilitas yang mampu
perawatan gawat darurat difasilitas
melaksanakan tindakan bedah dan
yang mampu melaksanakan tindakan
transfusi darah.
bedah dan transfusi darah
Kompresi uterus ini memberikan tekanan
Dampingi ibu ketempat rujukan. langsung pada pembulu darah dingding
11.
Teruskan melakukan KBI uterus dan merangsang meometrium untuk
berkontraksi.
Lanjutkan infus Ringer Laktat +20 unit
oksitosin dalam 500 cc larutan dengan
laju 500/jam hingga tempat rujukan
Ringer Laktat akan membantu
atau hingga menghabiskan 1,5 L infus
memulihkan volume cairan yang hilang
12. . Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika
selama perdarahan. Oksitosin IV akan
tidak tersedia cairan yang cukup.
dengan cepat merangsang kontraksi uterus.
Berikan 500 cc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan
minimum untuk rehidrasi.

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan


2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal 1970-an.
Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun
bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan,
dan setiap langkah disempurnakan secara berkala.
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
Pada tahap ini, bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari berbagai
sumber. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap tentang kondisi
klien.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada tahap ini, Bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data
dasar yang telah dikumpulkan kemudian di interpretasikan sehingga ditemukan
maslah atau diagnosis yang spesifik.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila
memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam memberikan asuhan yang aman
bagi klien.
Langkah IV: Mengidentifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Pada tahap ini, Bidan mengidentifikasi pertu/tidaknya tindakan segera oleh
Bidan maupun oleh Dokter, dan/atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.
Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan
primer berkala atau kunjungan pranatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
bersama Bidan, misalnya pada waktu persalinan. Pada tahap ini, Bidan dapat
mengumpulkan dan mengevaluasi sejumlaj data baru. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat yang mengharuskan bidan mengambil
tindakan segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu ataun anak. Dari data
yang dikumpulkan, akan terlihat mana situasi yang memerlukan tindakan segera
dan mana yang harus menunggu intervensi dari dokter.
Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
menurut langkah-langkah yang sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan
manajemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi
sebelumnya, dan Bidan dapat segera melengkapi informasi/data yang tidak
lengkap.
Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh Bidan atau sebagian dilakukan
oleh Bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika
Bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini, Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah
teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah
dilaksanakan secara efektif.
(Saminem, 2010: 39)
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
1. S : Data Subjektif
Ibu merasa lemas setelah melahirkan.
2. O : Data Objektif
KU : cukup
Kesadaran : composmentis
TD : sistole 80-100, diastole 60 – 100 mmHg
RR : 18 – 20 x/menit
N : 70 – 100 x/menit
S : 36,5 oC – 37,5oC
UC : lembek
TFU : setinggi pusat
Perdarahan : ≥ 500 cc
Kandung kemih : kosong
3. A : Analisa
PAPAH dengan atonia uteri.
4. P : Penatalaksanaan
2.2.3 Bagan Alur berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan


DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran. 1985. Obstetri Patologi. Bandung:
Elstar Offset

Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Pelajar


Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obsteteri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai