Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang informasi identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes No. 269 Tahun 2008 Bab I pasal 1). Dalam pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, instansi pelayanan kesehatan boleh menyelenggarakan rekam medis elektronik sesuai dengan Permenkes No. 269 tahun 2008 Bab II pasal 2 bahwa: “Penyelenggaraan rekam medik dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri”. Dijelaskan pula pada UU RI No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Tanda tangan elektronik juga memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan yang ada (F. Erawantini, 2019). Rekam medis elektronik (RME) diharapkan akan membantu rumah sakit dalam memonitor dan mengelola pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Banyak rumah sakit juga sudah menggabungkan RME dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang merupakan aplikasi induk yang tidak hanya berisi RME namun juga memuat fitur-fitur seperti administrasi, billing, dokumentasi, keperawatan, pelaporan, dan dashboard score card (Handiwidjojo, 2009). Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam sektor kesehatan diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dan memperkuat sistem kesehatan nasional. Kedepannya pengembangan juga dilakukan terhadap sistem rekam medis elektronik agar dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah sakit (smart care), dan juga penataan data transaksi di fasilitas pelayanan kesehatan berupa integrasi/interoperabilitas di tingkat data transaksi dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Permenkes No. 21 Tahun 2020). Sejalan dengan Permenkes No. 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, dibutuhkan peranan semua pihak dalam mewujudkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang diwujudkan dengan adanya Sistem Informasi Kesehatan (SIK), terutama pengembangan pada sistem rekam medis elektronik terintegrasi dan dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah sakit. Instansi pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit memegang peranan substansial dalam proses peningkatan kualitas kesehatan nasional, oleh sebab itu manajemen informasi kesehatan yang baik menjadi satu syarat mutlak tercapainya peningkatan kualitas sistem kesehatan nasional. Pemanfaatan teknologi informasi di bidang kesehatan sudah cukup luas, diantarinya perencanaan kesehatan melalui e-planning, e-budgeting dan e-monev. Sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan untuk menyediakan data kesehatan juga sangat beragam, seperti SITT (Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu), SIHA (Sistem Informasi HIV/AIDS), KOMDAT (Komunikasi Data) dan masih banyak lainnya. Integrasi sistem data harus dilakukan untuk menghasilkan data yang valid dan reliable. Integrasi data JKN dengan SIK serta pemanfaatan data Pelayanan BPJS Kesehatan harus dilakukan. Pada periode 2020-2024, SIK diarahkan untuk pemantapan layanan informasi kesehatan yang lebih cepat, valid, resource sharing; pemantapan SIK standar berbasis elektronik terintegrasi; dan pemantapan penerapan SIK di fasilitas pelayanan kesehatan. Penguatan SIK dilakukan melalui langkah-langkah prioritas berupa penataan transaksi data di fasilitas pelayanan kesehatan, optimalisasi aliran dan integrasi data, serta peningkatan pemanfaatan data dan informasi. Penataan data transaksi di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pengembangan Aplikasi Keluarga Sehat, pembenahan sistem informasi non elektronik di puskesmas (revisi SP2TP/SP3/SIMPUS), pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi elektronik di puskesmas (ekspansi SIKDA Generik Puskesmas), pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi di RS (SIMRS GOS), serta integrasi/interoperabilitas di tingkat data transaksi dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Permenkes No. 21 Tahun 2020). Namun dari kenyataan yang ada, terfragmentasinya sistem informasi kesehatan menyebabkan tidak terintegrasinya data yang ada antara satu fasilitas pelayanan kesehatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang kemudian akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang akan diberikan. Data rekam medis pasien bisa saja tersebar di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang berbeda sesuai dengan fasilitas pelayanan yang telah dikunjungi oleh pasien. Data yang tersebar dan tidak terintegrasi akan menyebabkan tidak adanya data riwayat kesehatan pasien yang berkelanjutan sehingga menyebabkan kualitas data yang ada pada tiap instansi pelayanan kesehatan tidak maksimal dalam pemanfaatan dan penggunaannya. Selain itu ketidaklengkapan data rekam medis akan menyebabkan terhambatnya proses klaim asuransi yang diajukan dan terhambatnya proses tertib administrasi (Eny dan Rachman, 2008). Kualitas rekam medis sangat penting karena ikut menentukan mutu pelayanan yang ada di rumah sakit. Hal ini karena rekam medis merupakan salah satu standar yang harus dipenuhi oleh instansi atau rumah sakit untuk mendapatkan predikat akreditasi (Simbolan, 2015). Berdasarkan temuan di atas, menunjukkan perlunya dikembangkan suatu sistem yang terintegrasi satu dengan lainnya, seperti halnya rekam medis elektronik terintegrasi. Inisiatif ini penting untuk meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan data terutama pada era revolusi industri 4.0 dimana ketersediaan data yang cepat, valid, dan resource sharing, sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan dalam mengatasi hal tersebut adalah perbaikan dan pengembangan SIK yang didalamnya termasuk dengan membuat rekam medis elektronik terintegrasi. Berdasarkan uraian tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Perancangan Rekam Medis Elektronik Terintegrasi Menggunakan RESTful API.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang didapat dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana perancangan rekam medis elektronik terintegrasi menggunakan RESTful API?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah merancang sistem informasi rekam medis elektronik terintegrasi yang diharapkan dapat memenuhi salah satu tujuan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 tentang pengembangan sistem rekam medis elektronik yang dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah sakit.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis kebutuhan sistem rekam medis elektronik terintegrasi
b. Membuat design sistem rekam medis elektronik terintegrasi menggunakan flowchart, Context Diagram (CD), Data Flow Diagram (DFD), Entity Relation Diagram (ERD) c. Membangun prototype dengan menggunakan PHP Framework Codeigniter 4 dan Mysql menggunakan code editor Visual Studio Code d. Melakukan testing dan implementasi sistem rekam medis elektronik terintegrasi
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Umum Manfaat penelitian secara umum adalah turut andil dalam mendukung program Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas SIK pada sektor kesehatan. 1.4.2. Bagi Peneliti Mendapatkan pemahaman dan pengalaman perancangan serta uji coba sistem rekam medis elektronik terintegrasi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Perancangan Perancangan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik (Bahra, 2005 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:7)
2.2.2. Sistem Informasi
a. Data Data adalah suatu bahan mentah yang kelak dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Data inilah yang nantinya akan disimpan dalam database (Kadir, 2009 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:7). b. Sistem Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sistem meliputi komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkomunikasi dalam proses untuk mencapai tujuan dengan batasan-batasan tertentu dengan ciri-ciri sistem yang meliputi: 1) Mempunyai tujuan. 2) Terdiri dari elemen-elemen/komponen-komponen atau sub-sub sistem. 3) Memiliki keterkaitan/ketergantungan antar komponen/elemen atau subsistem. 4) Dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil disebut sebagai subsistem dan mempunyai sistem yang lebih besar disebut suprasistem. 5) Mempunyai batasan (Hikmah & Farlinda, 2014 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:8). c. Informasi Informasi adalah data yang sudah terolah/terproses dan memiliki manfaat atau nilai guna bagi user/pengguna, memiliki tujuan tertentu serta mendukung pengambilan keputusan. Kualitas informasi antara lain: 1) Jelas dan akurat: informasi harus jelas maknanya atau tidak ambigu dan tepat (tidak keliru). 2) Relevan: informasi harus sesuai dengan permintaan/kebutuhan dan bermanfaat (Hikmah & Farlinda, 2014 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:8). 3) Tepat waktu: informasi harus tepat waktu, karena informasi jika sudah terlambat tidak akan berfungsi d. Sistem Informasi Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi (Alter, 1992 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:8).