Anda di halaman 1dari 6

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang informasi
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien (Permenkes No. 269 Tahun 2008 Bab I pasal 1). Dalam pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, instansi pelayanan kesehatan boleh menyelenggarakan
rekam medis elektronik sesuai dengan Permenkes No. 269 tahun 2008 Bab II pasal 2 bahwa:
“Penyelenggaraan rekam medik dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur
lebih lanjut dengan peraturan tersendiri”. Dijelaskan pula pada UU RI No. 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli,
informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang
tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Tanda tangan elektronik juga
memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan yang ada
(F. Erawantini, 2019). Rekam medis elektronik (RME) diharapkan akan membantu rumah sakit
dalam memonitor dan mengelola pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Banyak
rumah sakit juga sudah menggabungkan RME dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) yang merupakan aplikasi induk yang tidak hanya berisi RME namun juga
memuat fitur-fitur seperti administrasi, billing, dokumentasi, keperawatan, pelaporan, dan
dashboard score card (Handiwidjojo, 2009).
Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam sektor
kesehatan diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien dan memperkuat sistem kesehatan nasional. Kedepannya pengembangan juga dilakukan
terhadap sistem rekam medis elektronik agar dapat mendukung pertukaran data resume medis
pasien antar rumah sakit (smart care), dan juga penataan data transaksi di fasilitas pelayanan
kesehatan berupa integrasi/interoperabilitas di tingkat data transaksi dalam fasilitas pelayanan
kesehatan (Permenkes No. 21 Tahun 2020).
Sejalan dengan Permenkes No. 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024, dibutuhkan peranan semua pihak dalam mewujudkan pemanfaatan
dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang diwujudkan dengan adanya Sistem
Informasi Kesehatan (SIK), terutama pengembangan pada sistem rekam medis elektronik
terintegrasi dan dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah sakit.
Instansi pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit memegang peranan substansial
dalam proses peningkatan kualitas kesehatan nasional, oleh sebab itu manajemen informasi
kesehatan yang baik menjadi satu syarat mutlak tercapainya peningkatan kualitas sistem
kesehatan nasional.
Pemanfaatan teknologi informasi di bidang kesehatan sudah cukup luas, diantarinya
perencanaan kesehatan melalui e-planning, e-budgeting dan e-monev. Sistem informasi yang
dikembangkan dan digunakan untuk menyediakan data kesehatan juga sangat beragam, seperti
SITT (Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu), SIHA (Sistem Informasi HIV/AIDS),
KOMDAT (Komunikasi Data) dan masih banyak lainnya. Integrasi sistem data harus dilakukan
untuk menghasilkan data yang valid dan reliable. Integrasi data JKN dengan SIK serta
pemanfaatan data Pelayanan BPJS Kesehatan harus dilakukan. Pada periode 2020-2024, SIK
diarahkan untuk pemantapan layanan informasi kesehatan yang lebih cepat, valid, resource
sharing; pemantapan SIK standar berbasis elektronik terintegrasi; dan pemantapan penerapan
SIK di fasilitas pelayanan kesehatan. Penguatan SIK dilakukan melalui langkah-langkah prioritas
berupa penataan transaksi data di fasilitas pelayanan kesehatan, optimalisasi aliran dan integrasi
data, serta peningkatan pemanfaatan data dan informasi. Penataan data transaksi di fasilitas
pelayanan kesehatan meliputi pengembangan Aplikasi Keluarga Sehat, pembenahan sistem
informasi non elektronik di puskesmas (revisi SP2TP/SP3/SIMPUS), pengembangan dan
perluasan implementasi sistem informasi elektronik di puskesmas (ekspansi SIKDA Generik
Puskesmas), pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi di RS (SIMRS GOS),
serta integrasi/interoperabilitas di tingkat data transaksi dalam fasilitas pelayanan kesehatan
(Permenkes No. 21 Tahun 2020).
Namun dari kenyataan yang ada, terfragmentasinya sistem informasi kesehatan
menyebabkan tidak terintegrasinya data yang ada antara satu fasilitas pelayanan kesehatan
dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang kemudian akan mempengaruhi kualitas pelayanan
yang akan diberikan. Data rekam medis pasien bisa saja tersebar di berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan yang berbeda sesuai dengan fasilitas pelayanan yang telah dikunjungi oleh pasien.
Data yang tersebar dan tidak terintegrasi akan menyebabkan tidak adanya data riwayat kesehatan
pasien yang berkelanjutan sehingga menyebabkan kualitas data yang ada pada tiap instansi
pelayanan kesehatan tidak maksimal dalam pemanfaatan dan penggunaannya. Selain itu
ketidaklengkapan data rekam medis akan menyebabkan terhambatnya proses klaim asuransi
yang diajukan dan terhambatnya proses tertib administrasi (Eny dan Rachman, 2008). Kualitas
rekam medis sangat penting karena ikut menentukan mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.
Hal ini karena rekam medis merupakan salah satu standar yang harus dipenuhi oleh instansi atau
rumah sakit untuk mendapatkan predikat akreditasi (Simbolan, 2015).
Berdasarkan temuan di atas, menunjukkan perlunya dikembangkan suatu sistem yang
terintegrasi satu dengan lainnya, seperti halnya rekam medis elektronik terintegrasi. Inisiatif ini
penting untuk meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan data terutama pada era revolusi
industri 4.0 dimana ketersediaan data yang cepat, valid, dan resource sharing, sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan
dalam mengatasi hal tersebut adalah perbaikan dan pengembangan SIK yang didalamnya
termasuk dengan membuat rekam medis elektronik terintegrasi. Berdasarkan uraian tersebut
peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Perancangan Rekam Medis
Elektronik Terintegrasi Menggunakan RESTful API.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang didapat dalam
penelitian ini, yaitu “Bagaimana perancangan rekam medis elektronik terintegrasi menggunakan
RESTful API?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah merancang sistem informasi rekam medis elektronik
terintegrasi yang diharapkan dapat memenuhi salah satu tujuan dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 tentang pengembangan sistem rekam medis elektronik
yang dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah sakit.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis kebutuhan sistem rekam medis elektronik terintegrasi


b. Membuat design sistem rekam medis elektronik terintegrasi menggunakan flowchart,
Context Diagram (CD), Data Flow Diagram (DFD), Entity Relation Diagram (ERD)
c. Membangun prototype dengan menggunakan PHP Framework Codeigniter 4 dan Mysql
menggunakan code editor Visual Studio Code
d. Melakukan testing dan implementasi sistem rekam medis elektronik terintegrasi

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Secara Umum
Manfaat penelitian secara umum adalah turut andil dalam mendukung program Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
dan kualitas SIK pada sektor kesehatan.
1.4.2. Bagi Peneliti
Mendapatkan pemahaman dan pengalaman perancangan serta uji coba sistem rekam
medis elektronik terintegrasi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Perancangan
Perancangan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru
yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari
pemilihan alternatif sistem yang terbaik (Bahra, 2005 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi,
2017:7)

2.2.2. Sistem Informasi


a. Data
Data adalah suatu bahan mentah yang kelak dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi
sesuatu yang lebih bermakna. Data inilah yang nantinya akan disimpan dalam database (Kadir,
2009 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:7).
b. Sistem
Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sistem meliputi komponen-komponen atau
subsistem-subsistem yang saling berkomunikasi dalam proses untuk mencapai tujuan dengan
batasan-batasan tertentu dengan ciri-ciri sistem yang meliputi:
1) Mempunyai tujuan.
2) Terdiri dari elemen-elemen/komponen-komponen atau sub-sub sistem.
3) Memiliki keterkaitan/ketergantungan antar komponen/elemen atau subsistem.
4) Dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil disebut sebagai subsistem dan
mempunyai sistem yang lebih besar disebut suprasistem.
5) Mempunyai batasan (Hikmah & Farlinda, 2014 dalam Widya Andini Evandarti,
Skripsi, 2017:8).
c. Informasi
Informasi adalah data yang sudah terolah/terproses dan memiliki manfaat atau nilai guna
bagi user/pengguna, memiliki tujuan tertentu serta mendukung pengambilan keputusan. Kualitas
informasi antara lain:
1) Jelas dan akurat: informasi harus jelas maknanya atau tidak ambigu dan tepat (tidak
keliru).
2) Relevan: informasi harus sesuai dengan permintaan/kebutuhan dan bermanfaat
(Hikmah & Farlinda, 2014 dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:8).
3) Tepat waktu: informasi harus tepat waktu, karena informasi jika sudah terlambat
tidak akan berfungsi
d. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi
informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi (Alter, 1992
dalam Widya Andini Evandarti, Skripsi, 2017:8).

Anda mungkin juga menyukai