Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pelayanan kesehatan rujukan perorangan


dilakukan secara berjenjang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 01 tahun
2012.Layanan tingkat primer seperti Puskesmas, dokter praktek keluarga, klinik, menjadi
tempat pertama kali pasien kontak dengan tenaga kesehatan, kecuali dalam kondisi gawat
darurat. Dokter layanan primer bertanggung jawab terhadap kebutuhan rujukan pasien ke
pelayanan tingkat sekunder (rumah sakit tipe D, C dan B). Sedangkan dokter di tingkat
sekunder bertanggung jawab terhadap kebutuhan rujukan pasien ke pelayanan tersier baik
rumah sakit tipe A dan B Pendidikan.
Berbagai pendekatan dilakukan untuk memaksimalkan peran layanan primer sebagai
penapis pelayanan rujukan antara lain mendeskripsikan kembali kompetensi dokter
layanan primer, membatasi klaim rumah sakit dengan diagnosis yang seharusnya
kompetensi layanan primer dan pengembangan regionalisasi pelayanan rujukan di daerah
dan program rujuk balik pasien dengan penyakit kronis. Sayangnya pelayanan rujukan
belum berjalan dengan ideal, pasien masih cenderung untuk langsung mencari pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan sekunder dan bahkan tersier untuk kasus-kasus yang
ringan. Beberapa referensi juga menunjukkan adanya permasalahan komunikasi dua arah
antara perujuk dan tujuan rujukan, terutama dalam mengupayakan pelayanan kesehatan
yang berkelanjutan. Kurang terkontrolnya kunjungan pasien ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi (sekunder dan tersier) dapat berdampak pada biaya pelayanan yang lebih
tinggi, pasien mendapatkan fasilitas rujukan yang kurang tepat, dan kurangnya distribusi
beban pelayanan kesehatan. Hal ini diperparah dengan ketiadaan informasi yang jelas
terhadap ketersediaan sumber daya fasilitas kesehatan.
Ketersediaan informasi sumber daya fasilitas kesehatan diduga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan rujukan. Rujukan elektif kasus-kasus penyakit kronis dapat dilakukan
di fasilitas yang tepat, informasi ketersediaan tempat tidur memudahkan dokter layanan
primer untuk merujuk pasien, serta memungkinkan distribusi beban pelayanan kesehatan.
Hal ini juga didukung dengan banyaknya fasilitas kesehatan yang telah menggunakan
sistem informasi. Sebanyak 80% rumah sakit di DI Yogyakarta sudah memiliki Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), walaupun sebagian besar pemanfaatannya
digunakan untuk laporan rutin. Di level primer, puskesmas memiliki Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sedangkan dokter praktek keluarga, dan klinik juga
dibekali sistem informasi P-Care yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan. Di beberapa
daerah sudah mengembangkan sistem informasi pendukung SPGDT (Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu) dengan konsep interoperabilitas untuk mendukung aksesibilitas
layanan dan pelayanan rujukan. Sayangnya, penggunaannya masih sangat terbatas.
Dengan keterbatasan tersebut, penelitian ini menjawab bagaimana sistem informasi yang
telah ada dapat membantu mengatasi permasalahan pelayanan rujukan, terutama terkait
dengan ketersediaan informasi sumber daya fasilitas kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sistem Informasi Rumah Sakit Terintegrasi ?
2. Apa tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit Terintegrasi ?
3. Apa manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit Terintegrasi ?
4. Apa saja jenis jaringan komputer yang digunakan untuk Sistem Informasi Rumah Sakit
Terintegrasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Sistem Informasi Rumah Sakit Terintegrasi
2. Untuk mengetahui tujuan sistem informasi rumah sakit terintegrasi
3. Untuk mengetahui manfaat sistem informasi rumah sakit terintegrasi
4. Untuk mengetahui jenis jaringan komputer yang digunankan untuk Sistem Informasi
Rumah Sakit Terintegrasi

1.4 Manfaat
1. Keilmuan / Teori
Menambah ilmu pengetahuan terutama dalam mengetahui Sistem Informasi Rumah
Sakit Terintegrasi

2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya mengenai
Sistem Informasi Rumah Sakit Terintegrasi.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sistem adalah suatu kesatuan metoda, prosedur atau teknik yang digabung dan
diatur sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian lain mengenai sistem adalah himpunan
elemen - elemen yang saling berkaitan dan membentuk suatu aktifitas untuk
menghasilkan tujuan tertentu, sehingga dalam sebuah sistem terdiri dari sub sistem -
sub sistem dan mengandung substansi tertentu.
Informasi didefinisikan sebagai data yang telah diatur, disusun dan diolah
sehingga mempunyai arti dan nilai. Nilainya berhubungan erat dengan faktor
ketelitian dan waktu (informasi yang tepat dan uptodate).
Sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang
berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi
untuk mendukung pembuatan keputusan dalam organisasi.
Sistem informasi manajemen adalah suatu kesatuan yang paling terkait dari
sistem informasi yang merupakan segala fasilitas yang ada untuk menyusun
informasi yang relevan bagi para pemimpin dari segala eselon dan jabatan, untuk
memungkinkan mereka membuat keputusan - keputusan yang efektif dan tepat pada
waktunya, dalam menjalankan fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawab mereka.
Dari sumber lain menyebutkan sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem
berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan
kebutuhan yang berbeda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
manajemen dalam berbagai level suatu organisasi / perusahaan. Penerapan sistem
informasi pada suatu rumah sakit memerlukan suatu perencanaan yang matang. Bila
dilakukan secara tergesa-gesa tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu
dikhawatirkan akan memakan biaya yang mahal, kemungkinan ada biaya baru baik
untuk riset kelayakan dan lain-lain akan menambah biaya selanjutnya. Dalam
penerapan sistem informasi maka masalah finansial merupakan faktor yang sangat
penting.
Sistem informasi manajemen juga diartikan sebuah informasi yang terpadu
(integrated) untuk menyajikan informasi yang mendukung fungsi operasi, manajemen
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi menggunakan perangkat keras
(Hardware) dan perangkat lunak komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan
keputusan dan database.
Sistem Informasi Rumah Sakit adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi
dan disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen rumah sakit, mulai
dari pelayanan terhadap, apotik, penagihan, medical record, database personalia,
penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh
manajemen.
Sistem ini dikembangkan untuk dioperasikan pada perangkat komputer menggunakan
jaringan komputer ( LAN) sehingga antara modul satu dengan lainnya dapat saling
berkomunikasi. Integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan applikasi yang dibuat
untuk kebutuhan managemen Rumah Sakit baik swasta maupun negeri, dimana sistem ini
sudah didukung dengan fitur dan modul yang lengkap untuk operasional Rumah Sakit
sehingga nantinya rumah sakit dapat membantu operasional sakit dan dapat meningkatkan
pelayanan rumah sakit. Adapun ruang lingkup sistem informasi rumah sakit adalah :
1. Register pasien.
2. Rawat jalan/poloklinik
3. Rawat inap
4. Penunjang medis/laboraturium
5. Penagihan dan pembayaran, dll.
Sedangkan untuk melakukan penerapan sistem informasi rumah sakit dibutuhkan
biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak yang harus benar-benar dipersiapkan
agar hasil yang akan diperoleh seperti apa yang diharapkan. Komponen utama untuk
menunjang terlaksananya penerapan sistem informasi yang benar dan sesuai
kebutuhan:
1. Software (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)
2. Hardware (seperangkat komputer)
3. Networking (Jaringan LAN, wireless)
4. SOP (Standar Operasional Prosedur)
5. SDM (Sumber Daya Manusia)
Ketika sistem informasi telah disiap di implementasikan ternyata ada beberapa
kendala yang terjadi di lapangan, antara lain ketidaksiapan pihak Rumah Sakit dalam
menerapkan sistem informasi yang terintegrasi dan berbasis komputer, sulitnya merubah
pola kerja yang telah terbiasa dengan system manual menjadi komputerisasi, dan
penyajian data yang belum semuanya dalam bentuk elektronik yang akan memudahkan
proses migrasi data.
Adapun harapan pasien yang bisa timbul dari adanya sistem informasi rumah
sakit adalah pasien bisa mendapatkan pelayanan yang cepat dan nyaman. Sehingga
dengan baiknya sistem informasi rumah sakit dapat meningkatkan jumlah kunjungan
ke rumah sakit karena bagusnya komunikasi yang terjalin antara pasien dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan dari sudut pengguna sistem yaitu rumah sakit,
dengan adanya sistem rumah sakit mereka mengharapkan sebuah sistem yang handal
dan dapat menghendel semua transaksi yang ada sehingga nantinya diharapkan tidak
ada alasan keterlambatan dalam hal laporan dari tiap sub-pelayanan.

2.2 Pengintegrasian SIRS


Pengintegrasian SRS merupakan suatu hal yang penting dalam SIRS yang baik.
Secara manual integrasi dapat juga dicapai, misalnya dari data satu bagian dibawa ke
bagian yang lain dan oleh petugas administrasi data tersebut digabung dengan data dari
sistem lain. Berbagai sistem di RS dapat saling berhubungan dengan sistem yang
lain melalui berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhannya. Aliran informasi di antara
sistem sangat bermanfaat bila data dari suatu yang tersimpan dalam suatu sistem
diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi
sistem lainnya.
Keuntungan utama dari integrasi sistem SIRS adalah membaiknya arus informasi di
dalam RS mengingat bahwa RS memilki berbagai unit yang operasionalnya saling
tergantung atau keuntungan itu merupakan sifatnya yang mendorong manajer untuk
mendistribusikannya/mengkomunikasikan informasi yang dihasilkan oleh department /
bagian / unitnya agar secara rutin mengalir ke system lain yang dibutuhkan.

2.3 Fungsi Sistem Informasi Rumah Sakit


a. Subsistem Layanan Kesehatan yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun
tenaga administrative Rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam
rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan
habis pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam
rumah sakit tersebut,termasuk pengelolaan data untuk plan jangka
panjang,menengah,pendek,pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar.
g. Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul
yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih
lanjut menjadi :
1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar.
Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan
info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah,
anak,obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut,
kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai
kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar
tersimpan dalam rekam medis.
3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi
dokter,hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti:
ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan,
rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara
langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga
mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang,
manajemen deposit dan lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-
obatan.
2.4 Manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit Terintegrasi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan
Memberikan nilai tambah dengan meningkatkan :

a. Efisiensi
Jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan, sekarang
konsentrasinya pada umur tagihan itu sendiri. Selain itu karena kecepatan dan
akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh.
b. Kemudahan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS tersebut selesai di implementasikan
adalah memudahkan pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual
pengerjaan laporan rumah sakit memakan waktu sampai satu bulan sejak pasien
selai dilayani, dengan SIM hanya memakan waktu 1-2 hari saja untuk membuat
laporan dimana bagian pelaporan hanya tinggal menekan tampilan laporan yang
diinginkannya selanjutnya bisa langsung di print out.
c. Standard praktek kedokteran yang baik dan benar
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan
akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk
menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap maupun rawat jalan.
d. Dokumentasi yang auditable dan accountable
SIMRS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-
data yang dipergunakan oleh seluruh rumah sakit berada dibawah satu kendali.
e. Mendukung pemasaran jasa rumah sakit ditinjau dari aspek mutu, kecepatan,
kenyamanan, kepastian dan biaya, laporan yang dihasilkan SIMRS memberi
gambaran dari hari ke hari mengenai kinerja RS, maka jika ada hal-hal yang
tidak normal dapat segera diketahui, sehingga hal ini mendukung kegiatan
pemasaran.
f. Mendukung koordinasi antar bagian dalam rumah sakit
Karena seringkali data digunakan oleh unit tertentu adalah milik unit layanan
yang lain.
g. Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap berbagai sumber daya
h. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen RS
2. Mengambil keputusan
Dengan sistem manual, manajer sering mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Dengan SIM informasi yang
disajikan real time, bahkan kita dapat membuat tabulasi dari informasi tersebut
sehingga informasi yang kita dapat sudah sangat spesifik sesuai dengan kebutuhan
kita.
3. Menjadi fungsi control yang konsisten
a. Budaya kerja
Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik
ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya
menangguhkan hal-hal seperti ini menjadi berubah
b. Pemahaman sistem
Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personal yang mengetahui
atau peduli dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS
hal tersebut tidak terjadi lagi.
c. Mengurangi biaya administrasi
Dengan sistem amnual membuat laporan terlebih dahulu diatas kertas, tapi
dengan SIMRS analisa cukup dilakukan di layar komputer.
4. Meningkatkan pendapatan
Setelah semua manfaat diatas sudah kita jalankan kita yakin bahwasanya
SIMRS tersebut dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit.
2.5 Konsep Dasar Pengembangan SIRS
Sistem informasi yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karna beberapa
hal,yaitu :
a. Adanya permasalahan yang timbul pada sistem lama
b. Untuk memperoleh peluang
c. Adanya instruksi
Adapun dampak dari pengembangan SIRS adalah sebagai berikut :
a. Terjadi peningkatan kinerja para pegawai dalam organisasi,
b. Adanya peningkatan informasi yang dibutuhkan organisasi,
c. Meningkatnya efisiensi,
d. Meningkatnya pengendalian,
e. Meningkatnya operasional pelayanan.
Berikut konsep-konsep dasar pengembangan SIRS, yaitu :
a. Sistem informasi tidak indentik dengan sistem komputerisasi (sistem informasi dengan
cara manual dan sistem informasi berbasis computer/Computer Based Information
System atau CBIS),
b. Sistem informasi adlah system yang dinamis,yaitu ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi dengan konsekuensi perkembangan informasi tidak pernah
berhenti,
c. Sistem informasi mengikuti siklus hidup sistem yaitu lahir (berubah dari sistem lain),
berkembang, mantap dan mati (berubah menjadi sistem lain) dengan konsekwensi ada
umur layak guna, dimana umur layak guna ditentukan oleh perkembangan organisasi,
perkembangan teknologi, dan perkembangan tingkat kemampuan user (tingkat
pemahaman TI, tingkat kemampuan belajar, dan tingkat able beradaptasi atau yang
dikenal dengan End User Computing/EUC,
d. Daya guna sistem informasi ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu ,
artinya perlu adanya sinkronisasi antara aspek manual (yang berisi prosedur
operasional standar) sangat dipengaruhi oleh karakteristik user termasuk abling
manajerial pimpinan organisasi dengan aspek otomasi/computer yang dipengaruhi oleh
abling teknik pengembang,
e. Keberhasilan program ditentukan oleh strategi yang dipilih atau tahapan-tahapan
dalam pengembangan SIRS, yaitu pembuatan rencana induk pengembangan,
pembuatan rancangan global (penjabaran system sampai ke aplikasi, keterkaitan
antara sub-sub sistem dsb), pembuatan rancangan detail/rinci (pembuatan kamus
elemen data, data flow diagram, dsb), implementasi (pengembangan software
aplikasi), dan operasionalisasi. Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan
berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu
sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk
antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi.
f. Pengembangan dengan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh
(holistic). Adapun kelemahan pendekatan berdasarkan struktur organisasi di
antaranya struktur organisasi seringkali tidak menggambarkan fungsi-fungsi yang
ada dalam organisasi tersebut, dan terjebak dalam kompleksitas struktur organisasi
dan kelemahan berdasarkan secara sektoral/segmental di antaranya ada sistem
yang tidak terditeksi, menghasilkan sistem yang terfrekmentasi dan kesulitan
dalam proses integrasi,
g. Informasi telah menjadi asset organisasi penguasaan informasi internal dan
eksternal merupakan salah satu keunggulan kompetitif dan keberadaan informasi
tersebut (menentukan kelancaran dan kwalitas kerja, menjadi ukuran kinerja
organisasi, dan menjadi acuan atau menentukan peringkat organisasi dalam
persaingan baik di tingkat lokal maupun global) serta biaya pengembangan dan
pemeliharaan SI,
h. Penjabaran sistem dengan struktur hirarkis yaitu ada sistem (terdiri dari 1 atau
lebih subsistem), sub sistem (terdiri dari 1 atau lebih modul), modul (terdiri dari 1
atau lebih sub modul), dan sub modul (terdiri dari 1 atau lebih aplikasi).

2.6 Kriteria dan Kebijakan Pengembangan SIRS


Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal
penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran pengembangan
SIRS tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam
penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut:
a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
b. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan
maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
d. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada
maupun yang sedang dikembangkan.
e. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan dimasa datang.
f. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang
berarti (rate of return) dalam waktu yang relative singkat.
g. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
h. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
i. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi
petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi computer (user friendly).
j. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan
adaptasi dengan sistem yang baru.
k. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat
terhadap perngembangan SIRS.

2.7 Sasaran Pengembangan SIRS

Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran Pengembangan SIRS,
sebagai berikut :
a. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana
(accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan Rumah sakit.
b. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi
cukup lengkap dan terpadu.
c. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat
dinamis.
d. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
e. Terjaminnya konsistensi data.
f. Orientasi ke masa depan.
g. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada
maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
mempertimbangkan integrasinya sesuai rancangan global SIRS.
2.8 Jaringan-jaringan Komputer
Secara umum jaringan komputer dibagi atas lima jenis yaitu :
a. Local Area Network (LAN)
Local Area Network merupakan jaringan milik pribadi didalam sebuah gedung.
LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi
dalam kantor untuk memakai bersama sumber daya (printer) dan saling bertukar
informasi.
b. Metropolitan Area Network (MAN)
Metropolitan Area Network pada dasarnya merupakan LAN yang berukuran lebih
besar, MAN dapat mencakup kantor-kantor yang berdekatan atau juga sebuah kota.
c. Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas,
seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua, WAN terdiri dari kumpulan
mesin-mesin yang bertujuan menjalankan program-program aplikasi pemakai.

d. Internet
Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia
yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut
memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang
menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu TCP/IP yang berisikan
informasi dan sebagai sarana berkomunikasi data yang berupa suara, gambar,
video dan juga teks.

e. Jaringan tanpa kabel


Jaringan tanpa kabel merupakan suatu solusi terhadap komunikasi yang tidak bisa
menggunakan jaringan kabel.
2.9 Kriteria Jaringan
a. Berdasarkan distribusi sumber informasi/data
1) Jaringan terpusat
Jaringan ini terdiri dari komputer client dan server, komputer client berfungsi
sebagai perantara untuk mengakses sumber informasi yang berasal dari server.
2) Jaringan terdistribusi
Merupakan perpaduan beberapa jaringan terpusat sehingga terdapat beberapa
komputer server yang saling berhubungan dengan client membentuk sistem
jaringan tertentu.
b. Berdasarkan jangkauan geografis
1) Jaringan LAN, yang menghubungankan dua komputer atau lebih dalam sebuah
kantor/gedung
2) Jaringan MAN, merupakan jaringan yang mencakup seluruh dunia
3) Jaringan WAN, jaringan dengan cakupan seluruh dunia
c. Berdasarkan peranan dan hubungan tiap komputer dalam memproses data
1) Jaringan client-server, jaringan ini terdapat 1 atau beberapa komputer server
dan komputer client.
2) Jaringan peer-to-peer, jaringan ini tidak ada komputer server dan client, semua
komputer dapat mengirimkan atau menerima informasi, sehingga semua
komputer berfungsi sebagai client dan juga server.
d. Berdasarkan media transmisi data
1) Jaringan berkabel (wired network) untuk menghubungkan komputer satu
dengan komputer lain diperlukan penghubung berupa kabel.
2) Jaringan nirkabel (wireless network), merupakan jaringan dengan media
gelombang elektromagnetik.

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang bisa didapat dari pembahasan makalah di atas,antara lain :
a. Pengembangan sistem informasi RS dapat diawali dengan pengembangan sistem
informasi di berbagai unit pelayanan yang selanjutnya diintegrasikan secara
keseluruhan untuk mengoptimalkan fungsi dari sistem informasi dalam
menghasilkan informasi yang baik,
b. Pengembangan sistem informasi RS terintegrasi merupakan upaya yang penting
dilakukan untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan di rumah sakit,
c. Sistem informasi berbasis komputer perlu diterapkan di era globalisasi ini,
d. Pemeliharaan dan pengembangan SIRS butuh biaya yang besar, namun tidaklah
berat jika informasi telah menjadi aset organisasi, dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka

Sanjoyo Raden.2006.Sistem Informasi Kesehatan.Diunduh dari HTTP :


www.yoyoke.web.ugm.ac.id.
Lik Wilarso.2000.Konsep,Desain,dan Pengembangan system informasi rumah
sakit.Diunduh dari HTTP ://www.geocities.ws/../SIMrumahsakit.pdf.
Ainy Asmaripa.2012.Sistem Informasi rumah sakit terintegrasi.Diunduh dari
://www.scribd.com/13SIRS-Terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai