Anda di halaman 1dari 4

C.

Implementasi sistem informasi kesehatan

Sistem informasi kesehatan (SIK) merupakan salah satu bagian dari tatanan sistem kesehatan nasional,
sehingga seluruh fasilitas kesehatan terutama rumah sakit wajib menerapkan sistem informasi di
organisasinya. Berdasarkan Roadmap SIK Kemenkes Tahun 2011 sampai dengan 2014, sistem informasi
kesehatan (SIK) adalah bagian dari sistem kesehatan dan merupakan aplikasi terintegrasi yang mampu
mengelola data dan informasi data dan informasi publik (pemerintah, masyarakat, dan swasta) di
seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis untuk mendukung pembangunan kesehatan.

Dengan adanya SIK dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraund) terutama dalam implementasi
jaminan kesehatan nasional (JKN) yang dapat terjadi di organisasi kesehatan. Kementerian kesehatan
telah mengeluarkan peraturan menteri kesehatan nomor 16 tahun 2019 tentang pencegahan dan
penanggulangan kecurangan (fraud) serta pengenaan sanksi administrasi terhadap kecurangan dalam
pelaksanaan program jaminan kesehatan. Kecurangan merupakan tindakan yang dilakukan dengan
sengaja untuk mendapatkan keuntungan finansial melalui perbuatan curang yang tidak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Contoh kecurangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan JKN
dapat dilakukan oleh peserta, BPJS kesehatan, fasilitas kesehatan atau pemberi layanan kesehatan,
penyedia obat dan alat kesehatan serta pemangku kepentingan lainnya.

Pusat dan informasi (Pusdatin) kementerian kesehatan RI bertanggung jawab dalam mendefinisikan
kamus data kesehatan (health data dictionary) yang di gunakan sebagai referensi dalam pengembangan
SIK untuk seluruh fasilitas kesehatan. kamus data kesehatan adalah suatu det informasi yang
menjelaskan jenis data yang dikumpulkan dalam basis data, format struktur, dan bagaimana data
digunakan. Kamus data kesehatan mencakup:

1) terminologi data kesehatan

2) standar klasifikasi dan koding data kesehatan

3) penyimpanan data kesehatan dalam basis data dan kesehatan dalam basis data

4) pertukaran data kesehatan (integritas dan interoperabilitas). Dengan adanya kamus data kesehatan
dapat mendukung program pemerintah sebagaimana diatur dalam peraturan presiden nomor 39 tahun
2019 tentang satu data Indonesia.

Selain itu, tujuan pengembangan kamus data kesehatan secara nasional antara lain:

a. Menyediakan referensi data kesehatan untuk dapat digunakan oleh individu dan organisasi yang
terlibat dalam melakukan pengumpulan data

b. membantu konsesus antara pemangku kepentingan dalam memberikan pemahaman semantik dari
data elemen yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat.

c. Untuk memastikan keseragaman, keandalan dan konsistensi data kesehatan dalam rangka
memfasilitasi pengumpulan informasi dan pertukaran data elektronik.
d. Untuk menyelesaikan aplikasi yang telah digunakan dengan protokol dan standar yang di sepakati
secara nasional.

e. Selain menyamakan protokol pengolahan data kesehatan yang di sepakati secara nasional, sedapat
mungkin konsisten dengan standar internasional yang telah banyak digunakan.

Berdasarkan pasal 43 ayat (1) pada UU rumah sakit, yang di maksud dengan keselamatan pasien adalah
proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman termasuk di
dalamnya assessment risiko, identitas, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti inside, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya resiko. PERSI standar keselamatan pasien rumah sakit yang
di tuangkan dalam KPP-RS nomor 001-VIII-2005 dimana rumah sakit diwajibkan untuk melakukan
langkah-langkah berikut.

a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

b. Memimpin dan mendukung staf

c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko

d. Mengembangkan sistem pelaporan

e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dalam pelayanan

f. Belajar dan berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien

g. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya cedera melalui sistem keselamatan pasien

Berdasarkan Roadmap SIK Kemenkes Tahun 2011 sampai dengan 2014 enterprise architecture (EA) dari
SIK yang di kembangkan oleh Kemenkes RI. Pengembangan dan penguatan SIK dilakukan dengan
memperhatikan prinsip

1) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

2) keamanan dan kerahasiaan data

3) standarisasi

4) integrasi

5) kemudahan akses

6) keterwakilan

7) etika, integritas serta kualitas


Selain itu, SIK memerlukan dukungan implementasi sistem informasi di rumah sakit sehingga dapat
memudahkan dalam melakukan integrasi dengan unit-unit lainnya yang terkait untuk menjaga rantai
supply dalam mengelola layanan kesehatan dapat terus ditingkatkan

Berdasarkan Permenkes nomor 92 tahun 2014, data kesehatan prioritas bersumber dari dinas kesehatan
kabupaten/kota dimana dinas kesehatan kabupaten/kota akan memperoleh data tersebut dari
puskesmas, rumah sakit dan instansi lainnya. Data kesehatan prioritas terdiri atas sejumlah elemen data
yang dikelompokkan menjadi:

1) data derajat kesehatan

2) data upaya kesehatan

3) data sumber daya kesehatan

4) data determinan kesehatan atau terkait lainnya.

Setiap orang dilarang menyebarluaskan data dan informasi kesehatan kepada publik berupa:

a. Salinan kartu pengguna fasilitas pelayanan kesehatan atau bukti identitas lain

b. Riwayat kesehatan

c. Tagihan dan bukti pembayaran biaya penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

d. Hasil pemeriksaan diagnostik

e. Data dan informasi terkait kegiatan penelitian meliputi: 1) data identitas subjek penelitian, baik
individu/masyarakat, 2) data dan informasi hasil penelitian atau kajian yang apabila dibuka untuk umum
akan merugikan subjek, meresahkan masyarakat atau mengancam keamanan negara 3) data dan
informasi hasil penelitian yang secara etika atau hasil kesepakatan dengan subjek penelitian bersifat
rahasia atau dirahasiakan 4) data dan informasi yang masih dalam proses penelitian, pengolahan dan
penyelesaian.

Implementasi SIK saat ini di Indonesia masih memiliki banyak kendala yaitu (Wibowo, et Al., 2014):

a. masing-masing unit pemerintah pusat, daerah maupun fasilitas kesehatan memiliki sistem informasi
sendiri yang belum terintegrasi sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu
yang lama.

b. Terbatasnya perangkat keras dan lunak

c. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan
sistem informasi

d. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi


e. Belum terdapat sistem pengembangan karier bagi pengelola sistem sehingga sering timbul rasa
enggan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.

Dapus : Handayani, Putu Wuri, dkk. 2020. Konsep dan implementasi sistem informasi kesehatan. Depok.
PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Anda mungkin juga menyukai