Anda di halaman 1dari 255

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Filosofi Kebidanan

1. Filosofi kebidanan.

Menurut Kuswanti (2014) Filosofi bidan adalah keyakinan

setiap bidan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Bidan

diharapkan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang berlaku. dalam

proses memberikan pelayanan berkualitas tinggi dan memenuhi

standar pelayanan kebidanan, pasien berhak memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan dan

perbedaan budaya (Kuswanti, 2014).

2. Filosofi bidan menurut Guilland and Pairman.

Filosofi bidan Menurut Guilland dan Pairman dalam

Widiastutik dkk (2016:4) disebutkan bahwa filosofi kebidanan

mencakup empat aspek yaitu kehamilan, persalinan,nifas yang terjadi

secara alami (natural) dan kejadian fisiologis (normal). Peran bidan

adalah kehamilan normal, persalinan normal dan nifas, perawatan

intensif dan berkelanjutan atau continuity of care. (PPSDM

Kemenkes,2016). Filosofi bidan di Indonesia ditegaskan dalam

KEPEMENKES 369/MENKES/ SK.III/2007 bahwa dalam


14
menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan

panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :

a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan merupakan suatu

proses alamiah dan Fungsi bukan penyakit.

b. Keyakinan tentang setiap perempuan adalah pribadi yang unik

mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing.

c. Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. utama profesi bidan

adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya.

d. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat

keputusan.

e. Keyakinan tentang tujuan utama asuhan kebidanan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan

kematian).

f. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan praktik kebidanan

dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner

dengan pemahaman holistic.

g. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan

kebutuhan dan perbedaan kebudayaan.

15
h. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu

maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan

bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.

i. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan

keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak

masa masa remaja.

Berdasarkan beberapa pengertian filosofi bidan tersebut diatas

penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud filosofi bidan

adalah suatu keyakinan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

kepada pasien. Asuhan kebidanan ini bertujuan untuk memberikan

pelayanan kebidanan kepada pasien yang berkualitas, aman, nyaman

yang sesuai dengan standar yang berlaku.

B. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan

1. Pengertian asuhan kebidaan berkesinambungan

Menurut Walyani & Elisabeth Siwi (2015) dalam jurnal Fitri

(2019:3) asuhan kebidanan berkesinambungan adalah asuhan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dimulai saat masa kehamilan,

bersalin, BBL, nifas, dan KB yang mengutamakan kesinambungan

pelayanan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke

waktu yang sudah disesuaikan dengan rentang waktu seorang wanita

selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB (Fitri ,2019,

http://repository.itspku.ac.id/171/, 31 januari 2021).

16
Sedangkan KEPMENKES NO HK.01.07/MENKES/320/2020

menjelaskan bahwa asuhan kebidanan tidak hanya berkesinambungan

akan tetapi harus komprehensif. Asuhan kebidanan komprehensif

merupakan suatu asuhan yang diperuntukkan bagi bayi baru lahir

(neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa pra-

kehamilan, masa kehamilan saat nifas, masa pasca aborsi, masa nifas,

masa transisi, menopause, layanan keluarga, perencanaan, pelayanan

kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan seks (IBI, 2020,

www.ibi.or.id 31 januari 2020).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber di

atas dapat penulis simpulkan bahwa asuhan kebidanan

berkesinambungan dan komprehensif adalah asuhan yang diberiakan

oleh tenaga kesehatan kepada pasien dengan mengutamankan

pelayaan kebidanan yang berkualitas dan pelayan dari waktu ke

waktu.

C. Kehamilan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Kehamilan menurut international federation of obstetrics

and Gynecology dalam Fatimah dan Nuryaningsih (2017:3)

diartikan sebagai pembuahan atau peleburan sperma dan sel telur,

diikuti dengan implamasi atau implantasi. Dari pembuahan hingga

17
kelahiran bayi,menurut kalender internasioal, kehamilan normal

akan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah pertemuan sel telur dan

sel sperma didalam dan diluar rahim, dan bayi serta plasenta

dilahirkan memalui selang persalinan (Fatimah &

Nuryaningsih,2017:3).

Sedangkan untuk kehamilan trimester ketiga sendiri

menurut (Manuaba, 2010:79) adalah kehamilan trimester ketiga ini

berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu ke – 28 sampai

minggu ke- 40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah

terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan

perkembangan utuh telah dicapai (Manuaba, 2010:79).

b. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

Menurut Cunningham (2009) dalam Marmi (2011) tanda-

tanda kehamilan trimester ketiga pada ibu hamil ini meliputi yang

pertama dapat didengarkanya suara jantung janin menggunakan

stestoskop. Yang kedua di trimester ketiga ini juga dapat

menyentuh dan melihat gerak janin, serta menyentuh sebagian

bagian janin.(Cunningham, 2009; Marmi, 2011).

18
c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester III

1) Perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester III

Perubahan fisiologis Menurut mediarti dkk,2014 dalam

jurnal Pudji dan Ina (2018:34) yaitu perubahan yang terjadi pada

masa kehamilan antara lain perubahan fisik yang cukup jelas

pada ibu hamil. Pada kehamilan trimester ketiga ini perubahan

fisiologi pada ibu membutuhkan perhatian khusus karena pada

masa ini merupakan masa terjadi pertumbuhan dan

perkembangan janin yang semakin meningkat

(Pudji&Ina ,2018:34, www.jurnalibi.org ,31 januari 2021).

Ditegaskan juga oleh Tyastuti dan Puji (2016:24)

mengatakan bahwa ada beberapa perubahan fisik pada ibu hamil

di trimester ketiga ini diantaranya yaitu perubahan pada system

reproduksi, perubahan pada payudara, perubahan pada system

endokrin, perubahan pada system integument, perubahan pada

system pernapasan, perubahan pada system perkemihan,

perubahan pada system pencernaan, perubahan pada system

kardiovaskuler, perubahan pada system metabolism, perubahan

pada system musculoskeletal, perubahan pada system

alirandarah dan system pembekuan darah serta perubahan pada

berat badan dan IMT (PPSDM Kemenkes,2016).

19
a) Perubahan system reproduksi

Perubahan pada system reproduksi pada kehamilan

trimester ketiga menurut Tyastuti dan Puji (2016:24) itu

adalah kejadian alamiah. Perubahan pada sistem reproduksi

ini meliputi perubahan uterus, serviks ovarium,vagina dan

perinium (PPSDM Kemenkes,2016).

Salah satu perubahan pada sistem reproduksi ibu

hamil adalah perubahan uterus. Saat kehamilan berlangsung

daerah fundus korpus akan membulat dan berbentuk seperti

12 minggu kehamilan. Otot uterus bagian atas pada akhir

kehamilan akan berkontraksi sehingga rahim bagian bawah

mengembang dan membesar sesuai kehamilan (Yulizawati

dkk, 2017:45).

Perubahan dari uterus dapat dilihat dari tinggi

fundus. Perubahan TFU selama masa kehamilan menurut

Tyastuti dan Puji (2016:24) adalah seperti Table 2.1 di

bawah ini.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Menurut Penambahan per 3 Jari

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


28 Miggu Sepertiga Pusat-Xyphoid
32 Miggu Pertengahan pusat-xyphoid
40 Miggu 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
(Sumber : PPSDM Kemenkes,2016:24)

20
Sedangakan Menurut Mc. Donald dalam Sofian A

(2012) perubahan uterus pada kehamilan trimester ketiga

dapat dilihat dari tinggi fundus uteri. Tinggi fundus uteri

adalah seperti table 2.2 di bawah ini

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


22-28 Minggu 24-25 cm diatas simfisis
28 Minggu 26,7 cm diatas simfisis
30 Minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
32 Minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
34 Minggu 31 cm diatas simfisis
36 Minggu 32 cm diatas simfisis
38 Minggu 33 cm diatas simfisis
40 Minggu 37,7 cm diatas simfisis
(Sumber : Sofian, A. 2012).

Selanjutnya yaitu perubahan fisiologi pada system

reproduksi adalah perubahan pada servik. Perubahan

system reproduksi setelah satu bulan serviks menjadi lunak

dan biru. pada kehamilan trimester ketiga posisi servik akan

berubah secara bertahap akan melunak, menjadi lebih

pendek dan akhirnya akan terbuka pada saat persalinan

(Yulizawati dkk.2017:46).

Perubahan selanjutnya yaitu perubahan system

reproduksi pada ovarium. Menurut Tyastuti dan Puji

(2016:25) perubahan system reproduksi pada ovarium

dimulai sejak usia kehamilan 16 minggu, fungsi plasenta

21
terutama bertanggung jawab atas fungsi produksi

progesteron dan estrogen. Selama kehamilan, ovarium tetap

tenang / istirahat. tidak akan terjadi pembentukan dan

pematangan folikel baru, anovulasi, tidak ada siklus

hormon haid (PPSDM Kemenkes,2016).

Perubahan selanjutnya yaitu perubahan system

reproduksi pada vagina dan vulva. Menurut Kumalasari

(2015:3) hormon estrogen mempengaruhi system

reproduksi sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan

hyperemia pada vagina dan vulva.peningkatan vaskularisasi

menyebaban warna kebiruan pada vagina yang disebut

dengan tanda chadwick (Kumalasari,2015:3).

b) Perubahan pada payudara

Perubahan pada payudara pada kehamilan trimester

ketiga menurut Tyastuti dan Puji (2016:24) yaitu yang

terjadi pada payudara saat puting susu melepaskan

kolostrum, yang berbentuk cair sebelum berubah menjadi

susu putih kekuningan pada trimester ketiga. Kolostrum ini

berasal dari kelenjar asinus yang mulai keluar. Meski bisa

diekskresikan, namun susu tidak bisa diproduksi karena

hormon penekan prolaktin menghambat prolactin (PPSDM

Kemenkes,2016).

22
c) Perubahan system endokrin

Perubahan pada system endokrin pada kehamilan

trimester ketiga menurut Kumalasari (2015: 5-6) yaitu

perubahan yang dimula dari korpus luteum di ovarium dan

plasenta menghasilkan estrogen dan progesteron di

belakang plasenta dibentuk sebagai sumber utama kedua

hormon tersebut. (Kumalasari, 2015: 5-6).

d) Perubahan system integument

Perubahan pada system integumen kehamilan

trimester ketiga menurut Tyastuti dan Puji (2016:24) yaitu

wanita hamil seringkali mengalami perubahan kulit yaitu

pigmentasi atau terjadinya warna kulit terlihat lebih gelap.

Perubahan warna kulit ini disebabkan oleh peningkatan

melanosit hormon perangsang (MSH). Pigmentasi dapat

terjadi pada wajah, leher, dada, perut, selangkangan dan

ketiak (PPSDM Kemenkes,2016).

e) Perubahan system pernapasan

Perubahan pada system pernapasan pada kehamilan

trimester ketiga menurut Tyastuti dan Puji (2016:28-29)

yaitu pada saat kehamilan trimester ketiga wanita hamil

sering mengeluhkan sesak nafas, ini terjadi karena rahim

yang membesar menekan usus dan mendorong ke atas akan

23
menyebabkan diafragma bergeser setinggi 4 cm tidak bisa

bergerak secara acak (PPSDM Kemenkes,2016).

f) Perubahan system Perkemihan

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:29) Perubahan

pada system perkemihan pada kehamilan trimester ketiga

yaitu perubahan pada dinding uretra dapat tertekan oleh

pembesaran rahim yang terjadi pada trimester II dan III,

yang menyebabkan hidroureter, dan hidronefrosis

sementara. Wanita hamil pada trimester pertama dan kedua

sering buang air kecil (BAK/Kencing) oleh karena itu,

sangat disarankan agar ibu hamil sering mengganti celana

dalam agar tetap kering(PPSDM Kemenkes,2016).

g) Perubahan system Pencernaan

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:29) perubahan

pada system pencernaa pada kehamilan trimester ketiga

yaitu perubahan pada estrogen dan HCG terjadinya

peningkatan dengan efek samping mual dan muntah, yang

bila terjadi mual dan muntah pada pagi hari disebut morning

sickness. Selain itu, akan terjadi perubahan gerak peristaltik

yang disertai dengan gejala seringnya perut kembung dan

sembelit. Peningkatan tekanan darah dan vena ke panggul

24
dapat menyebabkan hemoroid pada saat trimester ketiga

kehamilan (PPSDM Kemenkes,2016).

h) Perubahan system kardiovaskuler

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:33) perubahan

pada system kardiovaskuler di kehamilan trimester ketiga

yaitu retensi cairan tubuh meningkatka. Perubahan

hormonal selama kehamilan dan tekanan darah akan

kembali normal pada trimester kedua. Curah jantung

meningkat 30-50%, mencapai puncaknya pada trimester

ketiga dan berlanjut hingga akhir. Volume plasma

meningkat lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian

meningkat perlahan sampai kehamilan selesai (PPSDM

Kemenkes,2016).

i) Perubahan system metabolism.

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:34) perubahan

pada system metabolism pada kehamilan trimester ketiga

yaitu pada akhir kehamilan, tingkat metabolisme basal

(BMR) meningkat sebanyak 15% hingga 20%, dan

hipertiroidisme juga terjadi, sehingga tiroid wanita hamil

terlihat jelas. BMR akan kembali ke keadaan sebelum

kehamilan pada hari ke-5 atau ke-6 setelah melahirkan.

25
Peningkatan BMR menunjukkan peningkatan kebutuhan

oksigen (PPSDM Kemenkes,2016).

j) Perubahan system muskuloskeletal.

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:35) perubahan

pada system musculoskeletal pada kehamilan trimester

ketiga yaitu terpisahnya rektus abdominis pada trimester

ketiga ini menyebabkan isi perut membengkak di garis

tengah pusar tubuh menjadi rata atau menonjol.(PPSDM

Kemenkes,2016).

k) Perubahan system alirandarah dan system pembekuan

darah.

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:37) perubahan

pada system alirandarah dan system pembekuan darah pada

saat kehamilan trimester ketiga adalah penurunan

hemoglobin pada wanita hamil pada trimester kedua saat

volume darah meningkat saat ini, hematokrit menjadi

sangat cepat HB menurun pada level terendah pada usia

kehamilan 20 minggu, dan kemudian sedikit meningkat

sampai kehamilan cukup bulan. Jika ibu hamil dikatakan

anemia ibu hamil memiliki HB <11g% pada trimester

kesatu dan trimester ketiga, sedangkan untuk trimester

kedua HB ibu hamil <10,5 g% (PPSDM Kemenkes,2016).

26
l) Perubahan berat badan dan IMT.

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:37-38) perubahan

pada berat badan dan IMT yaitu pertambahan berat badan

selama kehamilan trimester keduan dan kehamilan trimester

ketiga ini adalah tanda penting perkembangan janin.

Kenaikan berat badan pada wanita hamil orang dengan

indeks massa tubuh normal (19,8–26) disarankan memiliki

berat antara 1 dan 2 kg 0,4 kg per minggu selama tiga bulan

pertama. Tidak semua ibu hamil membutuhkan BB ekstra

yang sama, tatepi harus dilihat dari BMI atau BMI sebelum

hamil. Metode BMI ini dihitung sebagai berat badan (dalam

kilogram) sebelum hamil dibagi dengan pangkat TB (dalam

meter)2, Misalnya, seorang wanita hamil dengan berat

badan 50 kg dan 150 cm TB sebelum hamil akan memiliki

BMI 50 / (1,5) 2 = 22,22 normal (PPSDM Kemenkes,2016).

Rekomendasi rentang peningkatan Berat Badan

Total ibu hamil menurut bobak (2014) dalam Tyastuti dan

Puji (2016:38) adalah seperti table 2.3 di bawah ini.

27
Table 2.3 Rekomendasi rentang peningkatan Berat Badan

No Kategori berat terhadapPeningkatantotalyang


tinggi sebelum hamil direkomendasikan
Pon Kilogram
1 Ringan BMI < 19,8 28 sampai 12,5 sampai
40 18
2 Normal BMI 19,8 - 25 sampai 11,5 sampai
26 35 16
3 Tinggi BMI > 26 15 sampai 7 sampai
sampai 29 25 11,5
4 Gemuk BMI > 29 ≥ 15 ≥7
(Sumber: Bobak,2004; PPSDM Kemenkes,2016)

2) Perubahan Psikologis pada ibu hamil trimester III

Menurut Fatimah dan Nuryaningsih (2017:20) perubahan

psikologis pada ibu hamil trimester ketiga adalah salah satu

perubahan perasaan pada ibu hamil yang dialami pada masa

akhir kehamilan. Trimester ketiga sering disebut dengan masa

menunggu dan kewaspadaan karena sang ibu tidak sabar

menunggu bayi lahir.

Ditegaskan juga oleh Fatimah dan Nuryaningsih

(2017:20) Pada saat trimester ketiga ini ibu terkadang khawatir

bayinya akan lahir kapan saja, yang akan meningkatkan

kesadaran ibu akan tanda dan gejala persalinan. Pada trimester

ketiga kehamilan juga, banyak ibu yang merasa aneh dan jelek

karena kehamilan, selain itu ibu mulai merasa sedih karena akan

dipisahkan dari bayinya dan kehilangan perawatan khusus

selama kehamilan. Pada trimester inilah ibu memerlukan

28
keterangan dan dukungan dari suami keluarga serta tenaga

keseharan (Fatimah dan Nuryaningsih,2017:20).

d. Tanda bahaya dalam kehamilan Trimester III

Tanda bahaya kehamilan trimester ketiga menurut

Chapman et al (2010) dalam jurnal Fandiar dan Titin (2013:21)

yaitu tanda-tanda yang muncul dan perlu diwaspadai oleh ibu

hamil. Ibu hamil perlu mengetahui tanda bahaya kehamilan karena

munculnya tanda bahaya dapat menjadi indikasi adanya

kemungkinan bahaya pada kehamilan yang dapat berdampak buruk

pada kesehatan ibu hamil dan janin (Fandiar dan

Titin,2013:21,http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/15/

15 ,01 februari 2021).

Sedangkan menurut Romauli (2011:202) tanda bahaya

kehamilan trimester ketiga ini yang dapat terjadi pada ibu hamil

yaitu:

1) Perdarahan pervaginam

Pendarahan pervaginam adalah perdarahan pada

kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan

disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau

perdarahan antepartum.

29
2) Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang

biasanya terletak di plasenta rahim sebelum janin lahir.

Biasanya terjadi pada trimester ketiga, saat plasenta

pelepasan sempurna disebut solusio plasenta. Jika sebagian

disebut solusio plasenta atau mungkin hanya diangkat

sebagian tepi longgar kecil dari plasenta disebut rupture sinus

marjinal.

3) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak

normal, yaitu bagian bawah rahim tertutup sebagian atau

seluruhnya jalan terbuka lahir. Dalam keadaan normal,

plasenta berada di dalam rahim.

4) Keluar cairan pervaginam

Keputihan pada akhir kehamilan ini kemungkinan

untuk mulai bekerja lebih awal. Jika bentuk pengeluarannya

lendir bercampur darah dan bisa disertai lendir persalinan

akan dimulai lebih awal. Jika pelepasannya dalam bentuk

cair, itu perlu di waspadai pecahnya ketuban dini (KPD).

30
5) Gerakan janin tidak terasa

Jika ibu hamil tidak merasakan gerakan janin setelah

usia kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, jadi harap

diperhatikan gangguan janin bahkan kematian janin di dalam

kandungan. Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang

dapat terjadi pada solusio plasenta dan ruptur uteri.

6) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm,

ruptur uteri, solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi

pada ruptur uteri disertai shock, 20 perdarahan intra abdomen

dan atau pervaginam, kontur uterus yang abnormal, serta

gawat janin atau DJJ tidak ada.

7) Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah

kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika

terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm

sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

e. Ketidaknyamanan dalam kehamilan Trimester III

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:134) Ketidaknyamanan

dalam kehamilan trimester ketiga yaitu ketidaknyamanan pada ibu

31
hamil trimester ketiga yang lebih banyak karena semakin dekat

dengan waktu melahirkan. Disamping itu ketidaknyamanan yang

masih dianggap normal, ada beberapa faktor lain yang

mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan

faktor sosial, budaya maupun ekonomi (PPSDM Kemenkes,2016).

adapun beberapa ketidaknyamanan dalam kehamilan

trimester ketiga menurut Tyastuti dan Puji (2016:134) yaitu

meliputi edema, sering BAK,gatal dan kaku pada jari,gusi

berdarah, haemorroid, insomnia, keputihan, keringat bertambah,

konstipasi, kram pada kaki, mati rasa dan rasa nyeri pada jari kaki

dan tangan, sesak napas, nyeri ligamentum rotundum, nyeri ulu

hati, perut kembung, ptyalisme, pusing sakit kepala, sakit

punggung serta varises pada kaki/vulva (PPSDM

Kemenkes,2016).

1) Edema

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:135-136) edema ini

biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan III. Apabila

edema tidak hilang setelah bangun tidur, edema tidak hanya

terdapat di kaki tetapi juga pada tangan dan muka, maka anda

perlu waspada adanya pre eklamsi.

Untuk meringankan atau mencegah edema ini,

sebaiknya ibu hamil menghindari menggunakan pakaian

32
ketat, mengkonsumsi makanan yang berkadar garam tinggi

sangat tidak dianjurkan.Sebaiknya ibu hamil makan makanan

tinggi protein (PPSDM Kemenkes,2016).

2) Sering BAK

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:136) keluhan sering

BAK sering dialami oleh ibu hamil trimester I dan III, hanya

frekwensinya lebih sering pada ibu hamil trimester III.

Apabila sering BAK ini terjadi pada malam hari akan

mengganggu tidur sehingga ibu hamil tidak dapat tidur

dengan nyenyak.

Upaya untuk meringankan atau mencegah sering

BAK, ibu hamil dilarang untuk menahan BAK, perbanyak

minum pada siang hari untuk menjaga keseimbangan

dihidrasi. Apabila BAK pada malam hari tidak mengganggu

tidur maka tidak dianjurkan mengurangi minum dimalam

hari, di samping itu ibu hamil harus membatasi minum yang

mengandung diuretic seperti teh, kopi, cola dengan coffeine.

Saat tidur ibu hamil dianjurkan menggunakan posisi

berbaring miring ke kiri dengan kaki ditinggikan, dan untuk

mencegah infeksi saluran kemih selesai BAK alat kelamin di

bersihkan dan dikeringkan (PPSDM Kemenkes,2016).

33
3) Gatal dan kaku pada jari

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:136) penyebab

gatal–gatal ini belum diketahui secara pasti, kemungkinan

penyebabnya adalah hypersensitive terhadap antigen

placenta. Adanya perubahan gaya berat oleh karena

pembesaran rahim membuat berubahnya postur wanita

dimana posisi bahu dan kepala lebih kebelakang.

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk

meringankan dan mencegah antara lain dengan mengkompres

dengan air dingin atau mandi berendam atau dengan

menggunakan shower. Ibu hamil harus menjaga posisi tubuh

yang baik pada saat berdiri, duduk maupun ketika mengambil

sesuatu, jangan membungkuk tetapi tulang belakang tetap

diusahakan dalam posisi tegak. Bila merasa lelah lebih baik

berbaring (PPSDM Kemenkes,2016).

4) Gusi berdarah

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:137) keluhan gusi

berdarah pada ibu hamil sering terjadi pada kehamilan

trimester II dan trimester III. Pada ibu hamil sering terjadi

gusi bengkak yang disebut epulis kehamilan.

Cara mengurangi atau mencegah, ibu hamil

dianjurkan minum suplemen vitamin C, berkumur dengan air


34
hangat, air garam, menjaga kebersihan gigi, secara teratur

memeriksa gigi ke dokter gigi (PPSDM Kemenkes,2016).

5) Haemorroid

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:137) haemorroid

disebut juga wasir biasa terjadi pada ibu hamil trimester II

dan trimester III, semakin bertambah parah dengan

bertambahnya umur kehamilan karena pembesaran uterus

semakin meningkat.

Haemorroid dapat dicegah atau meringankan efeknya

dapat dilakukan dengan menghindari hal yang menyebabkan

konstipasi, atau menghindari mengejan pada saat defikasi.

Membiasakan senam kegel secara teratur, dan saat duduk

pada bak yang berisi air hangat selama 15 – 20 menit,

dilakukan sebanyak 3 sampai 4 kali sehari (PPSDM

Kemenkes,2016).

6) Insomnia

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:137-138) insomnia

dapat terjadi pada wanita hamil maupun wanita yang tidak

hamil. Insomnia pada ibu hamil ini biasanya dapat terjadi

mulai pada pertengahan masa kehamilan sampai akhir

kehamilan.

35
Cara meringankan atau mencegah insomnia dengan

cara mandi air hangat sebelum tidur, minum minuman hangat

(susu hangat, teh hangat) sebelum tidur, sebelum tidur jangan

melakukan aktifitas yang dapat membuat susah tidur, jangan

makan porsi besar 2 – 3 jam sebelum tidur, kurangi

kebisingan dan cahaya serta tidur dengan posisi relaks,

lakukan relaksasi (PPSDM Kemenkes,2016).

7) Keputihan

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:138) ibu hamil

sering mengeluh mengeluarkan lendir dari vagina yang lebih

banyak sehingga membuat perasaan tidak nyaman karena

celana dalam sering menjadi basah sehingga harus sering

ganti celana dalam.Kejadian keputihan ini bisa terjadi pada

ibu hamil trimester pertama, kedua maupun ketiga.

Untuk cara meringankan dan mencegah keputihan,

ibu hamil harus rajin membersihkan alat kelamin dan

mengeringkan setiap sehabis BAB atau BAK, saat

membersihkan alat kelamin (cebok) dilakukan dari arah

depan ke belakang, bila celana dalam keadaan basah segera

diganti. Pakai celana dalam yang terbuat dari katun sehingga

menyerap keringat (PPSDM Kemenkes,2016).

36
8) Keringat bertambah

Menurut Tyastuti da Puji (2016:138)keringat yang

banyak pada ibu hamil menyebabkan rasa tidak nyaman,

kadang–kadang mengganggu tidur sehingga ibu hamil merasa

lelah karena kurang istirahat. Semakin bertambahnya umur

kehamilan maka semakin bertambah banyak produksi

keringat.

Cara mengatasi atau mengurangi keringat yang

banyak dapat dicegah dengan mandi dan berendam secara

teratur, dan memakai pakaian yang longgar dan tipis, terbuat

dari katun supaya menyerap keringat, dan perbanyak minum

cairan untuk menjaga tubuh agar tidak dihidrasi (PPSDM

Kemenkes,2016).

9) Konstipasi

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:138-139) konstipasi

adalah BAB keras atau susah BAB biasa terjadi pada ibu

hamil trimester II dan III. Cara meringankan atau mencegah,

dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur,

meningkatkan asupan cairan minimal 8 gelas sehari, minum

cairan panas atau sangat dingin pada saat perut kosong,

makan sayur segar, makan bekatul 3 sendok makan sehari,

nasi beras merah. Konstipasi dapat dicegah dengan

37
membiasakan BAB secara teratur, jangan menahan BAB,

segera BAB ketika ada dorongan (PPSDM Kemenkes,2016).

10) Kram pada kaki

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:139) kram pada kaki

biasanya timbul pada ibu hamil mulai kehamilan 24 minggu.

Kram ini dirasakan oleh ibu hamil yang menimbulkan rasa

sakit. Kadang kala masih terjadi pada saat persalinan

sehingga sangat mengganggu ibu dalam proses persalinan.

Cara untuk meringankan atau mencegah kram pada

kaki yaitu penuhi asuhan kasium yang cukup (susu, sayuran

berwarna hijau gelap), olahraga secara teratur, jaga kaki

selalu dalam keadaan hangat, mandi air hangat sebelum tidur,

meluruskan kaki dan lutut (dorsofleksi), duduk dengan

meluruskan kaki, tarik jari kaki kearah lutut, pijat otot – otot

yang kram serta rendam kaki yang kram dalam air hangat

(PPSDM Kemenkes,2016).

11) Mati rasa dan rasa nyeri pada jari kaki dan tangan

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:139) mati rasa ini

dapat terjadi pada kehamilan trimester II dan trimester III.

Makin bertambah umur kahamilan sehingga uterus juga

semakin besar maka rasa nyeri ini semakin bertambah. Faktor

penyebab nyeri adalah pembesaran uterus membuat

38
sikap/postur ibu hamil mengalami perubahan pada titik pusat

gaya berat sehingga karena postur tersebut dapat menekan

syaraf ulna. Cara meringankan atau mencegah nyeri dapat

dilakukan bila pada saat tidur berbaring miring kekiri, dengan

postur tubuh yang benar (PPSDM Kemenkes,2016).

12) Sesak napas

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:139-140) sesak

nafas ini biasanya mulai terjadi pada awal trimester II sampai

pada akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh

pembesaran uterus dan pergeseran organ–organ abdomen,

pembesaran uterus membuat pergeseran diafragma naik

sekitar 4 cm. Cara meringankan atau mencegah sesak naas ini

dengan melatih ibu hamil untuk membiasakan dengan

pernapasan normal,berdiri tegak dengan kedua tangan

direntangkan diatas kepala kemudian menarik nafas panjang,

dan selalu menjaga sikap tubuh yang baik (PPSDM

Kemenkes,2016).

13) Nyeri ligamentum rotundum

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:140) nyeri

ligamentum rotundum ini biasa terjadi pada trimester kedua

dan ketiga. Faktor penyebab nyeri pada ibu hamil adalah

terjadi hypertropi dan peregangan pada ligamentum.dan juga

39
terjadi penekanan pada ligamentum karena uterus yang

membesar.

Cara meringankan atau mencegah yaitu dengan

menekuk lutut kearah abdomen, memiringkan panggul,

mandi dengan air hangat, menggunakan korset serta tidur

berbaring miring ke kiri dengan menaruh bantal dibawah

perut dan lutut (PPSDM Kemenkes,2016).

14) Nyeri ulu hati

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:140-141) nyeri ulu

hati biasanya mulai terasa pada kehamilan trimester II dan

semakin bertambah umur kehamilan biasanya semakin

bertambah pula nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati dapat

disebabkan oleh karena meningkatnya produksi progesteron.

Cara meringankan atau mencegah yaitu dengan

menghindari makanan berminyak/digoreng, menghindari

makanan yang berbumbu merangsang, sering makan

makanan ringan, menghindari kopi dan rokok, minum air 6-8

gelas sehari serta kunyah permen karet (PPSDM

Kemenkes,2016).

15) Perut kembung

40
Menurut Tyastuti dan Puji (2016:141) tidak jarang ibu

hamil mengeluh perut terasa kembung, hal ini sering terjadi

pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Ibu hamil

biasanya mengatakan masuk angin apabila merasakan

perutnya kembung.

Cara meringankan atau mencegah yaitu dengan

menghindari makan makanan yang mengandung gas,

mengunyah makanan secara sempurna, melakukan senam

secara teratur, membiasakan BAB teratur serta menekuk lutut

kedada untuk mengurangi rasa tidak nyaman (PPSDM

Kemenkes,2016).

16) Ptyalisme (Sekresi Air Liur Yang Berlebihan)

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:141) ibu hamil

sering merasakan saliva keluar lebih banyak dari biasa, hal

ini kadang-kadang dapat menimbulkan rasa mual sehingga

ibu hamil merasa tidak nyaman. Ptyalism biasanya dirasakan

ibu hamil mulai 2 sampai 3 minggu usia kehamilan dan

berhenti pada akhir kehamilan.

Cara meringankan atau mencegah ptyalism dengan

cara mengurangi makan yang banyak mengandung

karbohidrat. Ada kalanya ibu hamil mengunyah permen karet

41
atau permen keras, dan sebaiknya ibu hamil menjaga

kebersihan mulut (PPSDM Kemenkes,2016).

17) Pusing

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:141-142) rasa

pusing sering menjadikan keluhan ibu hamil trimester II dan

trimester III. Hal ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan

pada ibu hamil. Rasa pusing pada ibu hamil pada trimester II

dan III, kemungkinan disebabkan karena hypoglycemia.

Cara meringankan atau mencegah Agar ibu hamil

terhindar dari rasa pusing yaitu saat bangun tidur secara

perlahan-lahan, menghindari berdiri terlalu lama dalam

lingkungan yang panas dan sesak.dan juga diupayakan untuk

tidak berbaring dalam posisi terlentang (PPSDM

Kemenkes,2016).

18) Braxton hick atau his palus

Menurut Prawirohardjo (2010) bahwasanya Braxton hick

atau his palsu meningkat pada satu atau dua minggu sebelum

persalinan, yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan

dianggap sebagai persalinan palsu.

42
Cara penanganan yaitu melakukan teknik relaksasi saat

kontraksi mengganggu serta memberikan sentuhan lembut

pada perut saat kontraksi terjadi. Setelah ibu mengerti tentang

apa itu his palsu dan cara mengatasinya, ibu tidak cemas.

19) Sakit punggung

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:142) sakit punggung

pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil trimester II dan III,

dapat disebabkan karena pembesaran payudara yang dapat

berakibat pada ketegangan otot, dan keletihan.

Untuk meringankan atau mencegah sakit punggung

ibu hamil harus memakai BH yang dapat menopang payudara

secara benar dengan ukuran yang tepat. Hindari sikap

hiperlordosis, jangan memakai sepatu atau sandal hak tinggi,

menhupayakan tidur dengan kasur yang keras. Selalu

berusaha mempertahankan postur yang baik, hindari sikap

membungkuk,tekuk lutut saat mengangkat barang. Lakukan

olah raga secara teratur, senam hamil atau yoga. Ibu hamil

harus berkonsultasi gizi dan asupan makan sehari-hari untuk

menghindari penambahan berat badan secara berlebuhan

(PPSDM Kemenkes,2016).

20) Varises pada kaki/vulva.


43
Menurut Tyastuti dan Puji (2016:143) varises pada

kaki menyebabkan perasaan tidak nyaman pada ibu hamil,

biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan Trimester III.

Varises dapat terjadi oleh karena bawaan keluarga (turunan),

atau oleh karena peningkatan hormon estrogen

sehinggajaringan elastic menjadi rapuh.

Cara meringankan atau mencegah yaitu dengan

melakukan olahraga secara teratur, menghindari duduk atau

berdiri dalam jangka waktu lama, memakai sepatu dengan

telapak yang berisi bantalan, menghindari memakai pakaian

ketat, berbaring dengan kaki ditinggikan serta berbaring

dengan kaki bersandar di dinding (PPSDM Kemenkes,2016).

f. Kebutuhan psiologis ibu hamil trimester III

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:89) kebutuhan psiologis

pada ibu hamil trester ketiga ini meliputi support dari keluarga

pada ibu hamil, support dari tenaga kesehatan pada ibu hamil, rasa

aman dan nyaman selama kehamilan, persiapan menjadi orangtua

dan persiapan sibling (PPSDM Kemenkes,2016).

1) Support dari keluarga pada ibu hamil

Menutut Tyastuti dan Puji (2016:89) Kehamilan

merupakan peristiwa penting yang membutuhkan partisipasi

seluruh anggota keluarga. Penerimaan anggota baru

44
bergantung pada dukungan semua anggota keluarga, bukan

hanya dukungan suami. Ayah dan ibu, bapak mertua, saudara

laki-laki dan perempuan, serta saudara laki-laki dan

perempuan suami juga perlu memperhatikan mereka. Mereka

juga dapat meningkatkan dukungan keluarga melalui

kunjungan yang sering untuk menanyakan status kehamilan

mereka, atau melalui SMS atau panggilan telepon (PPSDM

Kemenkes,2016).

2) Support dari tenaga kesehatan pada ibu hamil

Menutut Tyastuti dan Puji (2016:91) petugas kesehatan

yang paling dekat dengan ibu hamil adalah bidan, karena

bidan adalah Petugas kesehatan garis depan yang

bertanggung jawab atas pemeliharaan dan peningkatan

perawatan kesehatan ibu dan anak, termasuk ibu hamil. Bidan

harus memahami perubahan pada ibu ini terjadi baik secara

fisik maupun psikologis pada wanita hamil. Dengan

memahami situasinya pasien, bidan dapat memberikan

pelayanan sesuai dengan kebutuhannya (PPSDM

Kemenkes,2016).

3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Menutut Tyastuti dan Puji (2016:91) wanita hamil

membutuhkan keamanan dan kenyamanan dari diri sendiri

45
dan orang di sekitarnya. Oleh karena itu, ibu hamil

membutuhkan dukungan orang terdekat agar ibu merasa

aman dan nyaman. Misalnya, untuk nyeri punggung pada

akhir kehamilan, ibu hamil mungkin merespons rasa sakit

yang berbeda. Jika ibu hamil mendapat dukungan yang cukup

dari orang-orang di sekitarnya, ia mungkin tidak merasakan

terlalu banyak rasa sakit, tetapi di sisi lain, jika ibu hamil

tidak merasakannya (PPSDM Kemenkes,2016).

4) Persiapan menjadi orangtua

Menutut Tyastuti dan Puji (2016:91-92) persiapan

menjadi orangtua merupakan tanggung jawab besar bagi

pasangan untuk menunggu anggota baru keluarga,

kedatangan bayi. Bagi bapak, ini merupakan beban yang

berat, antara lain kehamilan, persalinan, biaya perlengkapan

yang dibutuhkan ibu dan bayi, serta kebutuhan lain setelah

anak lahir yang harus direncanakan dengan matang. Ibu

hamil juga harus mempersiapkan diri menjadi ibu, karena

kehadirannya akan menambah beban dan tanggung jawab.

Para ibu mungkin mengalami lebih banyak kesulitan dalam

merawat bayi mereka, kurang tidur, lebih sedikit waktu untuk

merawat tubuh, ketidakmampuan untuk bekerja seperti biasa,

lebih sedikit waktu untuk hiburan, dll (PPSDM

Kemenkes,2016).

46
5) Persiapan sibling.

Menutut Tyastuti dan Puji (2016:92) memiliki adik baru di

rumah bisa menimbulkan perasaan cemburu dan merasa bahwa

adik Anda adalah lawan (lawan saudara). Untuk mencegah

semua itu, sejak mengandung, calon adik harus sudah siap

menyambut kelahiran adik kecilnya (PPSDM Kemenkes,2016).

g. Kebutuhan Fisiologis Ibu Trimester III

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:47) Ibu hamil mengalami

bebebrapa perubahan-perubahan pada dirinya baik secara fisik

maupun psikologis. Dengan terjadinya perubahan tersebut maka

tubuh mempunyai kebutuhan khusus yang harus dipenuhi.

Kebutuhan fisik ibu hamil yang harus dipenuhi tidak sama dengan

ketika sebelum hamil, karena ibu hamil harus memenuhi untuk

pertumbuhan janin, plasenta maupun dirinya sendiri. Terpenuhi

atau tidaknya kebutuhan fisik pada ibu hamil ini sangat

menentukan kualitas kehamilannya.(PPSDM Kemenkes,2016).

Adapun beberapa kebutuhan fisiologis ibu trimester ketiga

menurut Tyastuti dan Puji (2016:47) yang meliputi kebutuhan

oksigen, kebutuhan nutrisi, kebersihan diri, pakaian, eliminasi,

seksual, mobilisasi dan body mekanik, exercise/senam hamil,

instirahat/tidur dan immunisasi (PPSDM Kemenkes,2016).

1) Kebutuhan oksigen

47
Menurut Tyastuti dan Puji (2016:47) pada pemenuhan

oksigen ini bertujuan untuk mengimbangi peningkatan

tekanan rahim dan kebutuhan oksigen, Wanita hamil akan

bernapas lebih dalam. Hal ini akan terkait dengan

peningkatan aktivitas paru-paru, karena selain memenuhi

kebutuhan O2 ibu juga harus mencukupi kebutuhan oksigen

janin. Untuk memenuhi peningkatan oksigen, ibu hamil bisa

berjalan di pagi hari dan duduk-duduk di bawah pohon

rindang dalam ruangan yang berventilasi baik (PPSDM

Kemenkes,2016).

2) Kebutuhan nutrisi

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:47) untuk

beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan,

banyak hal yang perlu dilakukan untuk memenuhi nutrisi

yang lebih tinggi dibanding sebelum hamil. Pada wanita

hamil pertambahan berat badan dapat diukur dengan BMI

(indeks massa tubuh) / BMI (Indeks Massa Tubuh) sebelum

kehamilan. BMI dihitung berdasarkan berat badan (dalam

kilogram) sebelum hamil (TB dalam meter) 2 misal seorang

ibu hamil memiliki berat badan 50 kg sebelum hamil, 150 cm

untuk tuberkulosis, kemudian BMI 50 / (1,5) 2 = 22,22

termasuk nilai normal (PPSDM Kemenkes,2016).

48
Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI atau

IMT sebelum hamil menurut Buku Saku Bidan,Ilmu Kebidanan

dalam Tyastuti dan Puji (2016:48) adalah seperti table 2.4 di

bawah ini.

Table 2.4 Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI

atau IMT sebelum hamil

Kategori BMI Rentang Kenaikan BB yang


dianjurkan
Rendah ( BMI < 19,8 ) 12,5 - 18 kg

Normal ( BMI 19,8 - 26 ) 11,5 - 16 kg


Tinggi ( BMI > 26 - 29 ) 7 - 11,5 kg
Obesitas ( BMI > 29 ) < 6 kg
(Sumber : Helen,2008;Varney,2008 Buku Saku Bidan,Ilmu Kebidanan)

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:48) untuk melengkapi BB,

kebutuhan nutrisi harus dipenuhi melalui makanan sehari-hari

dengan menu seimbang, seperti table 2.5 di bawah ini.

49
Table 2.5 Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil

Jenis Kebutuhan
Kalori 2300 gram
Protein 65 g
Kalsium (Ca) 1g
Zat besi (Fe) 17 g
Vitamin A 6000 IU
Vitamin D 600 IU
Tiamin 1 mg
Riboflavin 1,3 mg
Niasin 15 mg
Vitamin C 90 m
(PPSDM Kemenkes,2016).

3) Kebersian diri

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:48) personal hygiene

yaitu kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi,

karena badan yang kotor banyak mengandung kuman. Pada

ibu hamil karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh

maka ibu hamil cenderung menghasilkan keringat yang

berlebih, sehingga perlu menjaga kebersihan badan secara

ekstra disamping itu menjaga kebersihan badan juga dapat

50
untuk mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh (PPSDM

Kemenkes,2016).

4) Pakaian

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:47) pakaian yang

direkomendasikan untuk ibu hamil adalah pakaian yang

longgar, nyaman, dan tidak ada ikat pinggang yang

menempel di perut atau pergelangan tangan, karena akan

mengganggu peredaran darah. Direkomendasikan juga bahwa

bagian atas (BH) longgar dan memiliki kemampuan untuk

menopang payudara yang sedang tumbuh (PPSDM

Kemenkes,2016).

5) Eliminasi

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:50) pada saat

trimester ketiga BAK lebih sering terjadi karena rahim yang

membesar memberi tekanan pada kandung kemih. Perubahan

hormonal terjadi selama kehamilan, sehingga area genital

menjadi basah. Kondisi ini menyebabkan jamur

(trikomoniasis) tumbuh lebih kuat, sehingga ibu hamil

mengeluh gatal dan mengeluarkan cairan. Gatal sangat

mengganggu, sehingga sering terkelupas dan menyebabkan

sering buang air kecil (sisa), yang membantu

51
mengembangkan infeksi kandung kemih. Melancarkan dan

mengurangi infeksi kandung kemih dengan minum banyak

alkohol dan menjaga kebersihan area genital.

Sedangkan untuk BAB nya sendiri, Saat wanita hamil

mengalami sembelit, panggul mengisi seluruh rektum

ekskresi selain pembesaran rahim juga bisa menyebabkan

bendungan di panggul ini membantu timbulnya wasir. Hal ini

dapat dikurangi dengan banyak air putih, cukup olah raga,

makan sedikit makanan berserat, seperti sayur dan buah

(PPSDM Kemenkes,2016).

6) Seksual

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:52) pada trimester

ketiga, janin semakin membesar dan semakin berat, sebab itu

ibu hamil trimester ketiga pada saat hubungan seksual

merasaka tidak nyaman. Untuk suami penting untuk

memahami situasi di sini. Pahami bahwa istri tidak mau

berhubungan intim. Banyak suami tidak mau tahu Istri yang

bermasalah.Berhubungan seksual pada trimester ketiga

masih bisa dilakukannya, tetapi dengan sudut pandang

tertentu dan lebih hati-hati (PPSDM Kemenkes,2016).

7) Mobilisasi dan body mekanik

52
Menurut Tyastuti dan Puji (2016:54) Mobilisasi adalah

kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah

danteratur dan mempunyai tujuan ibu haml dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehat. Ibu hamil disarankan untuk berjalan-

jalan pagi, jaga udara segar, jaga kesegaran, dan lakukan

latihan yang sesua yaitu jongkok, berbaring telentang Angkat,

berbaring telentang, angkat perut, dan latih pernapasan

(PPSDM Kemenkes,2016).

8) Exercise/senam hamil

Menurut Tyastuti dan Puji (2016:55) melalui olahraga,

tubuh wanita menjadi lebih kuat. Berolahraga selama

kehamilan dapat membantu tubuh mempersiapkan kelahiran.

Banyak orang menyarankan pada ibu hamil untuk jalan pagi,

untuk tetap tenang, rileks, melakukan latihan otot ringan dan

menghirup udara segar. Jika ibu hamil ingin melakukan

senam aerobik, pilihlah senam yang berdampak sedikit atau

tidak berdampak sama sekali. Sebaiknya ibu melakukan

latihan senam khusus untuk ibu hamil, karena gerakan yang

ibu hamil lakukan fokus pada organ kehamilan yang

membuat kehamilan dan persalinan berjalan lancar (PPSDM

Kemenkes,2016).

9) Instirahat/tidur

53
Menurut Tyastuti dan Puji(2016:47) Istirahat/tidur

dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil dan

menyusui. Jadwal ini harus diperhatikan dengan baik, karena

istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan

perkembangan dan pertumbuhan janin dan juga membantu

wanita tetap kuat dan mencegah penyakit, juga dapat

mencegah keguguran, tekanan darah tinggi, bayi sakit dan

masalah-masalah lain (PPSDM Kemenkes,2016).

10) Immunisasi

Menutut Tyastuti dan Puji (2016:59) Immunisasi

adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan toksoid

tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka

kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid

tetanus dilakukan dua kali selama hamil. Immunisasi TT

sebaiknya diberika pada ibu hamil dengan umur kehamilan

antara tiga bulan sampai satu bulan sebelum melahirkan

dengan jarak minimal empat minggu (PPSDM

Kemenkes,2016).

54
Pemberian vaksin TT menurut WHO (2013) dalam

Tyastuti dan Puji (2016:59) adalah seperti table 2.6 di bawah

ini.

Table 2.6 Pemberian vaksin TT

Pernah Interval Lama %perlindungan


(kali) (minimal) perlindungan
(tahun)
1 TT 2, 4 minggu 3 80
setelah TT 1
( pada kehamilan)
2 TT 3, 6 bulan 5 95
setelah TT 2(pada
kehamilan,jika
selang waktu
minimal
memenuhi)
3 TT 4, 1 tahun 10 99
setelah TT 3
4 TT 5, 1 tahun 25-seumur 99
setelah TT 4 hidup

TT 5 Tidak perlu lagi 25-seumur 99


hidup

(Sumber: WHO,2013: PPSDM Kemenkes,2016).

h. Asuhan Antenatal

55
Menurut Wiyono (2007) dalam jurnal Lutfiana (2020)

asuhan antenatal terpadu merupakan pelayanan yang sangat

penting, pelayanan ini diberikan kepada ibu selama kehamilan agar

kehamilannya sehat sampai melahirkn bayinya sehat pula sehingga

pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan kesehatan

yang diberikan dapat memberikan kepuasan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan serta penyelenggaraan sesuai dengan standar

pelayanan profesi dan kode etik yang telah ditetapkan yaitu sesuai

dengan standar pelayanan yang berlaku (Wiyono, 2007; Lutfiana

2020).

Sedangkan untuk tujuan antenatal terpadu menurut

Mufdlilah (2009) dalam jurnal Lutfiana (2020) adalah

mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan

bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan

proses kelahiran bayi dan membantu menyampaikan ibu untuk

menyusui dengan sukses, menjalankan puerperinium normal, dan

merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Mufdlilah,2009;

Lutfiana,2020)

Menurut Kemenkes (2010) dalam jurnal Lutfiana (2020)

standar pelayanan antenatal terpadu ada sepuluh standar pelayanan

yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang

dikenal dengan “10T”, yaitu:

56
1) Timbang berat badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang

dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan

pertumbuhan janin.

2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak

pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi

kronis (KEK). Kurang energikronis disini maksudnya ibu

hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA

kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3) Ukur tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali

kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya

hipertensi pada kehamilan dan preeklampsia.

4) Ukur tinggi fundus uteri

57
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin

sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus

tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran

menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiapkali kunjungan antenatal. DJJ lambat

kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit

menunjukkan adanya gawat janin.

6) Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir

trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.

Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau

kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan

letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

7) Beri imunisasi tetanus toksoid (TT)

58
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu

hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak

pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan

status imunisasi ibu saat ini.

8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil

harus mendapat tablet zat besi minimal minum 90 tablet

selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Menurut Kemenkes (2010) dalam jurnal Lutfiana

(2020) Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada saat

antenatal meliputi:

a) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil

tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu

melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor

59
darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi

situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil

dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan

sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia

atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia

dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin

dalam kandungan.

c) Pemeriksaan protein dalam urine

Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil

dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya

proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu

hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes

melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah

selama kehamilannya minimal sekali pada trimester

pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada


60
trimester ketiga (terutama pada akhir trimester

ketiga).

e) Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria

dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka

skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non

endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria

apabila ada indikasi.

f) Pemeriksaan tes sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah

dengan risiko tinggidan ibu hamil yang diduga sifilis.

Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini

mungkin pada kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah

dengan risiko tinggikasus HIV dan ibu hamil yang

dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani

konseling kemudian diberi kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes

HIV.

10) Tatalaksana/penanganan Kasus

61
Menurut Saifuddin dkk (2005) dalam Lutfiana (2020).

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil

pemeriksaan laboratorium,setiap kelainan yang ditemukan

pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan

kewenangantenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani dirujuksesuai dengan sistem rujukan. Kebijakan

program dalam kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan

paling sedikit empat kali selama kehamilan, yaitu: satu kali

pada triwulan pertama, satu kali dalam triwulan kedua dalam

triwulan ketiga (Saifuddin dkk, 2005; Lutfiana 2020).

i. Pedoman pelayanan kebidanan pada ibu hamil di masa Covid-19.

Menurut Kemenkes (2020:3-4) mengatakan bahwa ada

beberapa pedoman pelayanan pada ibu hamil di era Covid-19 yang

harus di terapkan oleh bidan diantaranya yaitu:

1) Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan

dokter agar tidak menunggu lama. Selama perjalanan ke

fasyankes tetap melakukan pencegahan penularan COVID-19

secara umum.

2) Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter

melalui media komunikasi.

3) Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

62
4) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan

gerakan janinnya. Jika terdapat risiko / tanda bahaya

(tercantum dalam buku KIA), maka periksakan diri ke tenaga

kesehatan. Jika tidak terdapat tanda-tanda bahaya,

pemeriksaan kehamilan dapat ditunda.

5) Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan

setelah usia kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin

(minimal 10 gerakan per 2 jam).

6) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan

mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga

kebersihan diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa

senam ibu hamil / yoga / pilates / aerobic / peregangan secara

mandiri dirumah agar ibu tetap bugar dan sehat.

7) Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang

8) diberikan oleh tenaga kesehatan. Pedoman Bagi Ibu Hamil,

Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir selama Social Distancing – 4

9) Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi

bebas dari pandemik COVID-19.

2. Menejemen Asuhan Kebidanan

Menurut Husanah (2015) Manajemen asuhan kebidanan atau

yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode

63
berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi

asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan suatu

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan-temuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien

(Husanah, 2015).

Ditegaskan juga oleh KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

Bahwa Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan (KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber di

atas dapat penulis simpulkan bahwa menejemen asuhan kebidanan

adalah suatu metode berfikir,bertindak dan sebagai acuan dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh bidan sesuai

dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan

kiat kebidanan dalam memberi asuhan kebidanan.

64
Manajemen asuhan bidan yang digunakan dalam penyusunan

LTA ini mengacu pada KEPMENKES NO.938 / MENKES / SK /

VIII / 2007 tentang standar asuhan bidan.

a. STANDAR I: PENGKAJIAN

Dalam pengkajian bidan mengumpulkan semua informasi

yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada ibu hamil meliputi :

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk

pada saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam : untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

1) Data subjektif

Menurut Handayani (2017:123) Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dirasakan (PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017:165-167) data

subjektif meliputi beberapa bagian yaitu identitas, keluhan

utam, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat

kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, riwayat hamil

65
sekarang, riwayat penyakit yang lalu/operasi, riwayat penyakit

keluarga, riwayat gynekologi, riwayat keluarga berencana serta

pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (PPSDM

Kemenkes,2017).

a) Identitas

Menurut Handayani (2017:165-166) identitas

meliputi beberapa bagian diantaranya yaitu nama, umur,

suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat

(PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:165) usia wanita yang dianjurkan

untuk hamil adalah wanita dengan usia 20-35 tahun.

usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

mempredisposisi wanita terhadap sejumlah

komplikasi. Usia di bawah 20 tahun meningkatkan

insiden preeklampsia dan usia diatas 35 tahun

meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II,

hipertensi kronis, persalinan yang lama pada

nulipara, seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR,

66
anomali kromosom dan kematian janin (Varney dkk,

2007; PPSDM Kemenkes, 2017).

(3) Suku/Bangsa

Menurut Handayani (2017:165) asal daerah

atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap

pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi

dan adat istiadat yang dianut (PPSDM

Kemenkes,2017).

(4) Agama

Menurut Handayani (2017:165) untuk

mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa

sesuai dengan keyakinannya (PPSDM

Kemenkes,2017).

(5) Pendidikan

Menurut Handayani (2017:165) untuk

mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga

kesehatan dapat melalukan komunikasi termasuk

dalam hal pemberian konseling sesuai dengan

pendidikan terakhirnya (PPSDM Kemenkes,2017).

(6) Pekerjaan

67
Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:166) status ekonomi seseorang

dapat mempengaruhi pencapaian status gizinya. Hal

ini dapat dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan

tumbung kembang janin dalam kandungan, yang

dalam hal ini dipantau melalui tinggi fundus uteri

ibu hamil (Hidayat&Uliyah,2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

(7) Alamat

Menurut Handayani (2017:166) bertujuan

untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam

melakukan follow up terhadap perkembangan ibu

(PPSDM Kemenkes,2017).

b) Keluhan Utam

Menurut Bobak, dkk (2005), Prawirohardjo (2010)

dan (Mochtar, 2011) dalam Handayani (2017:166) keluhan

yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi sering

kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat pembesaran

uterus serta merasa khawatir akan kelahiran bayinya dan

keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan sering lelah

merupakan hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu hamil

68
(Bobak, dkk,2005; Prawirohardjo,2010; Mochtar, 2011;

PPSDM Kemenkes,2017).

c) Riwayat Menstruasi

Menurut Prawirohardjo (2010) dalam Handayani

(2017:166) untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid ibu

sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir (HPHT)

untuk menentukan usia kehamilan dan memperkirakan

tanggal taksiran persalinannya (Prawirohardjo, 2010;

PPSDM Kemenkes,2017).

d) Riwayat Perkawinan

Menurut Handayani (2017:166) untuk mengetahui

kondisi psikologis ibu yang akan mempengaruhi proses

adaptasi terhadap kehamilan, persalinan, dan masa nifas-

nya (PPSDM Kemenkes,2017).

e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani

(2017:166) untuk mengetahui kejadian masa lalu ibu

mengenai masa kehamilan, persalinan dan masa nifas-nya.

Komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas dikaji

untuk mengidentifikasi masalah potensial yang

kemungkinan akan muncul pada kehamilan, persalinan dan

nifas kali ini. Lama persalinan sebelumnya merupakan


69
indikasi yang baik untuk memperkirakan lama persalinan

kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan indikasi

untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio

sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan janin

sebelumnya yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk

memastikan keadekuatan panggul ibu untuk melahirkan

bayi saat ini (Varney dkk, 2007; PPSDM Kemenkes,2017).

f) Riwayat Hamil Sekarang

Menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani

(2017:166) untuk mengetahui beberapa kejadian maupun

komplikasi yang terjadi pada kehamilan sekarang. Hari

pertama haid terakhir digunakan untuk menentukan tafsiran

tanggal persalinan dan usia kehamilan. Gerakan janin yang

dirasakan ibu bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin

(Varney dkk, 2007; (PPSDM Kemenkes,2017).

g) Riwayat penyakit yang lalu/operasi

Menurut Johnson dan Taylor (2005) dalam

Handayani (2017:166) adanya penyakit seperti diabetes

mellitus dan ginjal dapat memperlambat proses

penyembuhan luka. Gangguan sirkulasi dan perfusi

jaringan dapat terjadi pada penderita diabetes melitus.

Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat fagositosis dan

70
menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan ragi pada luka

jalan lahir (Johnson&Taylor, 2005; PPSDM

Kemenkes,2017).

h) Riwayat Penyakit Keluarga

Menurut Handayani (2017:166) riwayat penyakit

keluarga ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga (PPSDM

Kemenkes,2017).

i) Riwayat Gynekologi

Menurut Handayani (2017:166) riwayat gynekologi

bertujuan untuk mengetahui riwayat kesehatan reproduksi

ibu yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap proses

kehamilannya (PPSDM Kemenkes,2017).

j) Riwayat Keluarga Berencana

Menurut Handayani (2017:167) Riwayat keluarga

berencana bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode

kontrasepsi ibu secara lengkap dan untuk merencanakan

penggunaan metode kontrasepsi setelah masa nifas ini

(PPSDM Kemenkes,2017).

k) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

71
Menurut Handayani (2017:167) pola pemenuhan

kebutuhan dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya

yaitu pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat serta

psikososial (PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Pola Nutrisi

Menurut Mochtar, (2011) dalam Handayani

(2017:167) makanan yang dianjurkan untuk ibu

hamil antara lain adalah daging yang tidak berlemak,

ikan, telur, tahu, tempe, susu, brokoli, sayuran

berdaun hijau tua, kacangan-kacangan, buah dan

hasil laut seperti udang. Sedangkan makanan yang

harus dihindari oleh ibu hamil yaitu hati dan produk

olahan hati, makanan mentah atau setengah matang,

ikan yang mengandung merkuri seperti hiu dan

marlin serta kafein dalam kopi, teh, coklat maupun

kola. Selain itu, menu makanan dan pengolahannya

harus sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang

(Mochtar, 2011; PPSDM Kemenkes,2017).

(2) Pola Eliminasi

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:167) pada kehamilan trimester III, ibu hamil

menjadi sering buang air kecil dan konstipasi. Hal

72
ini dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi

serat dan banyak minum air putih hangat ketika

lambung dalam keadaan kosong untuk merangsang

gerakan peristaltik usus (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

(3) Pola Istirahat

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:167) pada wanita usia reproduksi

(20-35 tahun) kebutuhan tidur dalam sehari adalah

sekitar 8-9 jam (Hidayat&Uliyah, 2008;PPSDM

Kemenkes,2017).

(4) Psikososial

Menurut Varney dkk (2006) dalam

Handayani (2017:167) pada setiap trimester

kehamilan ibu mengalami perubahan kondisi

psikologis. Perubahan yang terjadi pada trimester 3

yaitu periode penantian dengan penuh kewaspadaan.

Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan

dukungan pada ibu tersebut akan memberikan

kenyamanan sehingga ibu dapat menjalani

kehamilannya dengan lancar. Data sosial yang harus

digali termasuk dukungan dan peran ibu saat

73
kehamilan ini (Varney dkk, 2006; PPSDM

Kemenkes,2017).

2) Data objektif

Menurut Handayani (2017:123) data objektif adalah

pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium serta

catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat

dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.

Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosis (PPSDM

Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut menurut Handayani (2017:167-169)

data objektif ini meliputi beberapa bagian yaitu pemeriksaan

umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (PPSDM

Kemenkes,2017).

1) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017:167-168) pemeriksaan

umum dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu

keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional, tinggi

badan, berat badan, LILA, tanda-tandavital (PPSDM

Kemenkes,2017).

a) Keadaan Umum : Baik


74
b) Kesadaran

Menurut Hidayat dan Uliyah, (2008) dalam

Handayani (2017:167) pemeriksaan kesadaran ini

bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.

Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan

respons yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan (Hidayat&Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

c) Keadaan Emosional: Stabil.

d) Tinggi Badan

Menurut Kemenkes RI (2013) dalam

Handayani (2017:167) untuk mengetahui apakah ibu

dapat bersalin dengan normal. Batas tinggi badan

minimal bagi ibu hamil untuk dapat bersalin secara

normal adalah 145 cm. Namun, hal ini tidak menjadi

masalah jika janin dalam kandungannya memiliki

taksiran berat janin yang kecil (Kemenkes RI, 2013;

PPSDM Kemenkes,2017).

e) Berat Badan

Menurut Kemenkes RI (2013) dalam

Handayani (2017:167) penambahan berat badan


75
minimal selama kehamilan adalah ≥ 9 kg (Kemenkes

RI, 2013; PPSDM Kemenkes,2017).

f) LILA

Menurut Kemenkes RI (2013) dalam

Handayani (2017:167-168) Batas minimal LILA

bagi ibu hamil adalah 23,5 cm (Kemenkes RI, 2013;

PPSDM Kemenkes,2017).

g) Tanda-tanda Vital

Menurut Johnson dan Taylor (2005) dalam

Handayani (2017:167-168) rentang tekanan darah

normal pada orang dewasa sehat adalah 100/60 –

140/90 mmHg, tetapi bervariasi tergantung usia dan

variable lainnya. WHO menetapkan hipertensi jika

tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic

≥ 95 mmHg. Pada wanita dewasa sehat yang tidak

hamil memiliki kisaran denyut jantung 70 denyut per

menit dengan rentang normal 60-100 denyut per

menit. Namun selama kehamilan mengalami

peningkatan sekitar 15-20 denyut per menit. Nilai

normal untuk suhu per aksila pada orang dewasa


76
yaitu 35,8-37,3° C (Johnson&Taylor, 2005; PPSDM

Kemenkes,2017).

2) Pemeriksaan Fisik

Menurut Handayani (2017:168-169) dilakukanya

pemeriksaan fisik di beberapa bagian diantaranya muka,

mata, mulut, gigi/gusi, leher, payudara, perut, ano-

genetalia serta ektremitas (PPSDM Kemenkes,2017).

a) Muka

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:168) pemeriksaan pada muka bertujuan untuk

mengidentifikasi muncul atau tidak bintik-bintik

dengan ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher

(Chloasma Gravidarum) (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

b) Mata

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:168) pemeriksaan sclera bertujuan

untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal

berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva

77
dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.

konjungtiva yang normal berwarna merah muda

(Hidayat&Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

c) Mulut

Menurut Handayani (2017:168) pemeriksaan

pada mulut ini bertujuan untuk mengkaji

kelembaban mulut dan mengecek ada tidaknya

stomatitis (PPSDM Kemenkes,2017).

d) Gigi/Gusi

Menurut Mochtar (2011) Handayani

(2017:168) gigi merupakan bagian penting yang

harus diperhatikan kebersihannya sebab berbagai

kuman dapat masuk melalui organ ini (Mochtar,

2011; PPSDM Kemenkes,2017).

e) Leher

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:168) dalam keadaan normal,

kelenjar tyroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba

sedangkan kelenjar getah bening bisa teraba seperti

78
kacang kecil (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

f) Payudara

Menurut Bobak, dkk (2005) dan

Prawirohardjo (2010) dalam Handayani (2017:168)

payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di

bawah kulit lebih terlihat, puting susu membesar,

kehitaman dan tegak, areola meluas dan kehitaman

serta muncul strechmark pada permukaan kulit

payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan payudara

ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya

benjolan dan mengecek pengeluaran ASI (Bobak

dkk, 2005; Prawirohardjo ,2010; PPSDM

Kemenkes,2017).

g) Perut

Menurut Handayani (2017:168-169)

pemeriksaan pada perut meliputi pemeriksaan secara

Inspeksi dan Palpasi (PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Inspeksi

Menurut Mochtar (2011) dalam

Handayani (2017:168-169) muncul striae

gravidarum dan linea gravidarum pada


79
permukaan kulit perut akibat melanocyte

stimulating hormon (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

(2) Palpasi

Menurut Mochtar (2011) dalam

Handayani (2017:168-169) Leopold 1,

pemeriksa menghadap ke arah muka ibu

hamil, menentukan tinggi fundus uteri dan

bagian janin yang terdapat pada fundus.

Leopold 2, menentukan batas samping rahim

kanan dan kiri, menentukan letak punggung

janin dan pada letak lintang, menentukan letak

kepala janin. Leopold 3, menentukan bagian

terbawah janin dan menentukan apakah bagian

terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas

panggul atau masih dapat digerakkan. Leopold

4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu

hamil dan menentukan konvergen (Kedua jari-

jari pemeriksa menyatu yang berarti bagian

terendah janin belum masuk panggul) atau

divergen (Kedua jari-jari pemeriksa tidak

menyatu yang berarti bagian terendah janin

sudah masuk panggul) serta seberapa jauh

80
bagian terbawah janin masuk ke pintu atas

panggul (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

Denyut jantung janin normal adalah

antara 120-160 ×/menit (Kemenkes RI, 2010;

PPSDM Kemenkes,2017).

Pada akhir trimester III menjelang

persalinan, presentasi normal janin adalah

presentasi kepala dengan letak memanjang dan

sikap janin fleksi (Cunningham, dkk, 2009;

PPSDM Kemenkes,2017).

(3) Tafsiran Berat Janin

Menurut Manuaba dkk (2007) dalam

Handayani (2017:169) berat janin dapat

ditentukan dengan rumus Lohnson, yaitu:

Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas

panggul Berat janin = (TFU – 12) × 155

gram Jika kepala janin telah masuk ke pintu

atas panggul Berat janin = (TFU – 11) × 155

gram (Manuaba dkk,2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

h) Ano-Genetalia

81
Menurut Mochtar, 2011 dalam Handayani

(2017:169) pengaruh hormon estrogen dan

progesteron adalah pelebaran pembuluh darah

sehingga dapat terjadi varises pada sekitar genetalia.

Namun tidak semua ibu hamil mengalami varises

pada daerah tersebut Pada keadaan normal, tidak

terdapat hemoroid pada anus (Mochtar, 2011;

PPSDM Kemenkes,2017).

i) Ektremitas

Menurut Handayani (2017:169) tidak ada

edema, tidak ada varises dan refleks patella

menunjukkan respons positif (PPSDM

Kemenkes,2017).

3) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Handayani (2017:169) pemeriksaan

penunjang dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya

yaitu hemoglobin, golongan darah, USG, protein urine dan

glukosa urine (PPSDM Kemenkes,2017).

a) Hemoglobin

Menurut Varney dkk (2006) dalam

Handayani (2017:169) wanita hamil dikatakan

anemia jika kadar hemoglobin-nya < 10 gram/dL.


82
Jadi, wanita hamil harus memiliki hemoglobin >

10gr/dL (Varney dkk, 2006; PPSDM

Kemenkes,2017).

b) Golongan Darah

Menurut Kemenkes RI (2013) dalam

Handayani (2017:169) untuk mempersiapkan calon

pendonor darah jika sewaktu-waktu diperlukan

karena adanya situasi kegawatdaruratan (Kemenkes

RI, 2013; PPSDM Kemenkes,2017).

c) USG

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:169) pemeriksaan USG dapat digunakan pada

kehamilan muda untuk mendeteksi letak janin,

perlekatan plasenta, lilitan tali pusat, gerakan janin,

denyut jantung janin, mendeteksi tafsiran berat janin

dan tafsiran tanggal persalinan serta mendeteksi

adanya kelainan pada kehamilan (Mochtar, 2011;

PPSDM Kemenkes,2017).

d) Protein urine dan glukosa urine

83
Menurut Varney dkk (2006) dalam

Handayani (2017:169) urine negative untuk protein

dan glukosa (Varney dkk, 2006; PPSDM

Kemenkes,2017).

b. STANDAR II: PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU

MASALAH KEBIDANAN

Dalam perumusan diagnosa dan atau masalah kebidana

bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengintrepestasinya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

Menurut Bobak dkk (2005) dan Prawirohardjo (2010)

dalam Handayani (2017:170) perumusan diagnosa kehamilan

disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0 usia

22 tahun usia kehamilan 30 minggu fisiologis dan janin tunggal

hidup. Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu (Bobak

dkk,2005; Prawirohardjo,2010; PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:170) keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III

meliputi sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat

pembesaran uterus serta rasa khawatir akan kelahiran bayinya dan

keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan

84
hal wajar dikeluhkan oleh ibu hamil (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

c. STANDAR III: PERENCANAAN

Menurut Handayani (2017:123) perencanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi data.

Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraanya.

Dalam penyusunan rencana asuhan ini harus bisa mencapai

kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.

Tindakan yang akan dilaksanakan dalam batas waktu tertentu.

Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu klien

mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaburasi

tenaga kesehatan lain, antara lain dokter (PPSDM Kemenkes,2017)

Dalam perencanaan bidan merencanakan asuhan kebidanan

berdasarkan diagnosis dan masalah yang ditegakkan. Rencana

tindakan meliputi ;

a) Lakukan observasi: TTV (TD : 100/60 sampai <140/90

mmHg, Suhu : 36,5ºC-37ºC, Nadi : 60-90x/menit, RR : 16-

24x/menit), Head to toe, posisi janin dengan Leopold, DJJ

(120-160x/menit), TBJ (sesuai masa kehamilan) agar ibu

85
mengetahui tentang keadaan diri dan janinnya. Berikan

penjelasan tentang penanganan dari setiap keluhan yang

dikeluhkan agar ibu mengetahui penanganan dari setiap

masalah yang dialaminya.

b) Berikan penjelasan tentang penanganan dari setiap keluhan

yang dikeluhkan agar ibu mengetahui penanganan dari setiap

masalah yang dialaminya.

c) Berikan penjelasan tentang tanda bahaya kehamilan

(pendarahan, bengkak pada ekstremitas dan wajah, demam

tinggi, ketuban pecah sebelum waktunya <37minggu,

gerakan bayi kurang dan lain-lain), untuk mengantisipasi

sejak dini adanya komplikasi yang mungkin muncul serta

menambah pengetahuan ibu.

d) Berikan KIE tentang tanda-tanda persalinan agar ibu bisa

mengetahui tanda apabila sudah masuk persalinan (Kontraksi

menjadi sering).

e) Berikan KIE tentang persiapan persalinan agar ibu bisa

mempersiapkan keperluan persalinannya lebih awal (Kain

jarik secukupnya, selimut, topi bayi, baju bayi, sarung tangan

bayi, kaos kaki bayi, baju ganti ibu, underware secukupnya,

perlengkapan mandi, pembalut khusus).

f) Berikan ibu tablet Fe 500 mg (untuk pemenuhan tambah

darah ibu dan janin dan menghindari terjadinya anemia pada

86
ibu).

g) Berikan ibu kalk 500 mg untuk pemenuhan kalsium ibu dan

janin per hari ibu memerlukan

h) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika

ada keluhan untuk dapat mengetahui kemajuan persalinan

dan pemantauan menjelang persalinan..

i) Anjurkan ibu untuk melakukan USG untuk mengetahui

pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi yang

dikandungan.

d. STANDAR IV: IMPLEMENTASI

Menurut Handayani (2017:123-124)

Implementation/implementasi, adalah pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam

rangka mengatasi masalah klien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan klien. Sebanyak mungkin klien harus

dilibatkan dalam proses implementasi ini. bila kondisi klien

berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun

implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau

harus disesuaikan (PPSDM Kemenkes,2017).

Dalam Implementasi bidan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dana man

berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk

87
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan dan tindakan dilakukan

sesuai dengan perencanaan.

e. STANDAR V: EVALUASI

Menurut Handayani (2017:124) evaluation/evaluasi, adalah

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan

nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan (PPSDM

Kemenkes,2017).

Dalam evaluasi bidan melakukan evaluasi secara sistematis

dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien. Dalam evaluasi ini untuk menentukan tingkat keberhasilan

perawatan yang diberikan kepada pasien.

a) Ibu dengan TTV normal (TD : 100/60 sampai <140/90

mmHg, Suhu : 36,5ºC-37ºC, Nadi : 60-90x/menit, RR : 16-

24x/menit), pemeriksaan Head to toe dan leopold tidak

ditemukan kelainan, DJJ normal 120-160x/menit, TBJ

normal sesuai masa kehamilan.

88
b) Ibu bisa menangani dari setiap keluhan yang dikeluhkan

c) Ibu tidak mengalami pendarahan, bengkak pada ekstremitas

dan wajah, demam tinggi, ketuban pecah sebelum waktunya

<37minggu, gerakan bayi kurang dan lain-lain.

d) Ibu segera dibawa ke tempat bersalin untuk melakukan

proses persalinan apabila sudah terdapat tanda-tanda.

e) ibu mempersiapkan kebutuhan persalinan (Kain jarik

secukupnya, selimut, topi bayi, baju bayi, sarung tangan bayi,

kaos kaki bayi, baju ganti ibu, underware secukupnya,

perlengkapan mandi, pembalut khusus).

f) Ibu dengan kadar hemoglobin normal : >11 gr/dl).

g) Ibu dan janin tidak mengalami kekurangan kalsium

h) Ibu melakukan kunjungan ulang

i) Ibu melakukan USG (Janin bertumbuhan dan berkembang

dengan baik sesuai usia kehamilan)

f. STANDAR VI: PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Dalam pencatatan asuhan kebidanan bidan melakukan

pencatatn secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai

keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Pencatatan Asuhan Kebidanan ini adalah pencatatan

dilakukan segera setelag melaksanakan asuhan pada formulis yang

tersedia (Rekam media/Status pasien/buku KIA), Ditulis dalam

89
bentuk catatan perkembangan SOAP (1) S adalah data subjektif,

mencatat hasil anamnesa (2) O adalah data objektif, mencatat hasil

pemeriksaan (3) A adalahhasil analisa, mencatat diagnosi dan

masalah kebidanan (4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan pentalaksanaan yang sudah dilakukan seperti

tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow

up dan rujukan.

D. Persalinan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut Kurniarum (2016:3) persalinan adalah serangkaian

kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau

tanpa bantuan (PPSDM Kemenkes, 2016).

b. Tanda-tanda persalinan

90
Menurut Kurniarum (2016:5-7) Tanda-tanda persalinan

dibedakan menjadi dua yaitu tanda permulaan persalinan dan tanda

in-partu:

a) Tanda Permulaan Persalinan

Menurut Kurniarum (2016:5-6) tanda permulaan

persalinan dibedakan menjadi empat bagian yaitu lightening,

pollikasuria, false labor, perubahan cervix, energy sport, dan

gastrointestinal upsets.

Lightening yaitu Beberapa minggu sebelum persalinan,

calon ibu merasa segalanya menjadi lebih baik korek api. Dia

tidak merasa sesak, tetapi dia merasa berjalan sedikit Ini lebih

sulit dan sering terganggu oleh rasa sakit di tungkai bawah.

Sedangkan untuk pollikasuria yaitu pada akhir bulan

ke-9, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa abdomen bagian

atas dan fundus uterus kendur di bawah posisinya, kepala janin

sudah mulai memasuki pintu di panggul. Kondisi ini memberi

tekanan pada kandung kemih dan mengganggu ibu Sering

buang air kecil.

Untuk false labor yaitu Tiga (3) atau empat (4) minggu

sebelum persalinan, calon ibu diganggu olehnya perkenalan

sebenarnya hanyalah peningkatan kontraksi braxton hicks. His

pendahuluan ini bersifat: 1) Nyeri hanya dirasakan di perut

91
bagian bawah 2) Tidak teratur 3) Durasinya pendek, dan tidak

akan menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu Jalan ini

sering kali menurun 4) Tidak berpengaruh pada kerataan atau

pembukaan serviks.

Sedangkan perubahan cervix yaitu pada akhir bulan ke

sembilan, hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa

serviks sedang Itu tertutup, panjang dan lembut, lalu lembut,

beberapa menunjukkan adanya keterbukaan dan ketersebaran.

Perubahan ini berbeda-beda untuk setiap ibu, misalnya ada

bukaan 2 cm sebagai pengganti kelahiran kembar, Sebagian

besar masih tutup.

Sedangkan untuk energy sport yaitu beberapa ibu

mengalami peningkatan energi sekitar 24-28 jam sebelum

dimulainya persalinan. Beberapa hari kemudian, sang ibu

merasa kelelahan karena kehamilan lanjut, dan sang ibu

merasa dirinya penuh energi sehari sebelum melahirkan.

Peningkatan energi ibu dapat dilihat dari berbagai aktivitas

yang dilakukannya, seperti membersihkan rumah, mengepel

lantai, mencuci perabot rumah tangga dan pekerjaan rumah

lainnya, sehingga ibu akan kehabisan energi sebelum bayinya

lahir sehingga persalinan menjadi lama dan sulit.

92
Gastrointestinal Upsets yaitu beberapa ibu mungkin

mengalami diare, sembelit, dan mual muntah yang disebabkan

oleh penurunan hormon berefek pada sistem pencernaan.

b) Tanda In – Partu

Menurut Kurniarum (2016:6-7) tanda dimulainya

persalinan dibagi menjadi empat yaitu timbulnya kontraksi

uterus, penipisan dan pembukaan servix, bloody show (lendir

disertai darah dari jalan lahir) dan premature rupture of

membrane.

Timbulnya kontraksi uterus disebut juga dengan his

persalinan,his persalinan ini adalah bukaan dan memiliki ciri-

ciri sebagai berikut: nyeri bulat menjalar dari belakang ke

depan perut, pinggang terluka dan terentang ke depan,itu biasa

di alam, dengan berjalannya waktu, bagian dalam secara

bertahap menjadi lebih pendek dan kekuatan meningkat.

mempengaruhi level dan / atau pembukaan serviks, semakin

aktif ibu maka kekuatan kontraksi akan meningkat. Kontraksi

uterus menyebabkan perubahan pada serviks (minimal 2 kali

dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi menyebabkan serviks

menjadi rata, tipis . Penipisan dan pembukaan serviks ditandai

dengan keluarnya lendir dan darah adalah tanda pemula.

Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

yaitu dengan perataan dan pembukaan, lendir serviks disertai

93
sekresi sedikit darah. Pendarahan ringan ini disebabkan oleh

pemisahan selaput Janin memiliki banyak kapiler di bagian

bawah rahim memutuskan.

Premature Rupture of Membrane adalah sekresi dalam

jumlah besar yang tiba-tiba keluar dari jalan lahir. masalah ini

Terjadinya karena pecah atau robeknya ketuban janin. Cairan

ketuban biasanya pecah dalam situasi berikut Terbuka

sepenuhnya atau hampir seluruhnya, dalam hal ini,

pembuangan Ini pertanda yang sangat lambat. Tapi terkadang

ketubanmu pecah Lubang kecil, terkadang bahkan sebelum

pengiriman, membrannya robek. Namun, diharapkan mulai

bekerja dalam waktu 24 jam setelah penyiraman cairan

ketuban.

c. Penyebab mulainya persalinan

Menurut Kurniarum (2016:4-5) sebab mulainya persalinan

belum jelas. Namun tampaknya ada banyak faktor yang berperan

dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang

dikemukakan adalah faktor penyebab mulainya persalinan yaitu

penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot,

pengaruh janin, dan teori prostaglandin.(PPSDM Kemenkes, 2016).

1) Penurunan Kadar Progesteron

94
Progesteron menyebabkan relaksasi otot rahim,

sebaliknya estrogen meningkat kerapuhan otot rahim. Selama

kehamilan, ada keseimbangan antara kadar progesteron dan

estrogen dalam darah, tetapi kadar progesteron turun pada

akhir kehamilan jadi muncul miliknya. Proses penuaan

plasenta dimulai pada usia kehamilan 28 minggu jaringan

ikat menumpuk dan pembuluh darah menyempit dan

tersumbat. Produksi progesteron jadi berkurang, begitu juga

otot rahim oksitosin. Akibatnya, setelah kecepatan turun

tercapai, otot rahim mulai berkontraksi progestin tertentu.

2) Teori Oxitosin

Oksitosin dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior.

estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot

rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.

Diakhir kehamilan, kadar progesteron menurun, begitu pula

oksitosin meningkatkan dan meningkatkan aktivitas otot

rahim yang memicu kontraksi ada tanda-tanda persalinan.

3) Keregangan Otot-otot.

Otot rahim memiliki kemampuan untuk melakukan

peregangan dalam batas tertentu. Diatas ambang tertentu

akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

sebaik dengan kandung kemih dan perut, saat dinding

95
diregangkan oleh peningkatan konten. Penyusutan tersebut

menyebabkan isinya menjadi habis. Sama untuk rahim

semakin hebat perkembangan kehamilan, semakin rentan

otot-otot rahim. Contohnya pada kehamilan ganda, kontraksi

biasanya terjadi setelah peregangan tertentu menyebabkan

persalinan.

4) Pengaruh Janin

Kelenjar pituitari dan adrenal janin juga tampaknya

berperan pada anencephaly, kehamilan biasanya lebih lama

dari biasanya karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian

kortikosteroid dapat menyebabkan pematangan dan induksi

janin (Mulai) persalinan.

5) Teori Prostaglandin

Teori Prostaglandin yaitu sejak minggu ke-15

kehamilan, konsentrasi prostaglandin meningkat diterbitkan

oleh decidua. Prostaglandin yang diproduksi oleh desidua

dianggap salah salah satu alasan melahirkan. Hasil percobaan

menunjukkan prostaglandin itu pemberian F2 atau E2 secara

intravena, intraamniotik dan ekstraamnion menyebabkan

kontraksi uterus miometrium pada semua usia kehamilan.


96
Prostaglandin selama kehamilan bisa hal itu menyebabkan

otot rahim berkontraksi, sehingga sensasi pembuahan bisa

muncul. Prostaglandin Dapat dianggap sebagai insentif

tenaga kerja. Keberadaan juga mendukung hal ini kadar

prostaglandin tinggi di cairan ketuban ibu dan sekitarnya

Kehamilan, sebelum atau selama persalinan (PPSDM

Kemenkes, 2016).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan

Menurut Bobak dkk(2004) dalam Yulizawati dkk (2019:7).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan dibagi menjadi

lima bagian antaranya adalah Passenger, Passage away, Power,

Position, dan Psychologic Respons.

1. Passenger

Passenger yaitu mengenai faktor passenger ada

beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu ukuran kepala

janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena

plasenta harus melewati jalan lahir, lalu dia dianggap sebagai

penumpang pendamping janin (Bobak dkk,2004; Yulizawati

dkk,2019:7).

97
2. Passage away

Passage away yaitu jalan lahir terdiri dari panggul ibu,

yang merupakan bagian tulang yang padat, dasar panggul,

vagina dan hubungan seksual (bukaan luar vagina). Meski

terutama jaringan lunak lapisan otot dasar panggul membantu

bayi untuk melahirkan, tetapi panggul ibu lebih berperan

dalam proses persalinan. Janin harus berhasil beradaptasi

dengan jalan lahir yang relatif kaku (Bobak dkk,2004;

Yulizawati dkk,2019:7).

3. Power

Power yaitu HIS adalah kekuatan pada ibu yang

menyebabkan serviks terbuka dan menekan janin di kuliah

utama, jika dia cukup kuatkan, kepala akan turun dan mulai

memasuki rongga panggul. Sang ibu melakukan kontraksi tak

sadar dan kontraksi sukarela pada saat bersamaan (Bobak

dkk,2004; Yulizawati dkk,2019:8).

4. Position

Position yaitu posisi ibu akan mempengaruhi adaptasi

anatomi dan fisiologi persalinan. Postur tegak memberikan

banyak keuntungan. Mengubah postur tubuh akan membuat

kelelahan hilang, memberikan kenyamanan dan

memperlancar peredaran darah. Posisi tegak termasuk posisi

98
ini berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak dkk,2004;

Yulizawati dkk,2019:8).

5. Psychologic Respons

Psychologic Respons yaitu persalinan merupakan

momen yang mengkhawatirkan bagi wanita dan keluarganya.

ketakutan, ketegangan, dan kecemasan dapat menyebabkan

proses ini kelahiran lambat. Pada kebanyakan wanita,

persalinan berlangsung sepanjang waktu kontraksi uterus

pertama terjadi dan terus bekerja keras selama pelebaran dan

persalinan, dan kemudian berakhir saat wanita dan

keluarganya mulailah menjalin kontak dengan bayi.

Pengobatan bertujuan untuk memberikan dukungan wanita

dan keluarganya mencapai hasil saat melahirkan terbaik

untuk semua personel terkait (Bobak dkk, 2004; Yulizawati

dkk,2019:8).

e. Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan menurut Yulizawati dkk (2019:11)

dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu engagement,

penurunan kepala, fleksi, rotasi dalam (putaran paksi dalam),

ekstensi, rotasi luar (putaran paksi luar) serta ekspulsi.

1) Engagement

99
Menurut Yulizawati dkk (2019:8) engagement pada

primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan

sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal

persalinan. Engagement adalah peristiwa ketika diameter

biparetal (jarak antara dua tulang parietal) melewati panggul

dengan sutura sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan

lahir dan sedikit fleksi. Kesulitan memasuki kepala saat

memasuki panggul dengan sutura sgaitalis dalam antero

posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul

dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang

parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut

sinklitismusdi atas panggul jika ruas kiri sama, maka keadaan

ini disebut sinkretisme.

Kepala juga bisa dalam keadaan tertentu saat

melewati samping Jahitan sgaital lebih dekat ke

promontorium atau simfisis, lalu inilah yang disebut

inkinklitismus (Yulizawati dkk, 2019:8).

2) Penurunan kepala

Menurut Yulizawati dkk (2019:8) penurunan kepala

yaitu penurunan kepala terjadi secara bersamaan dan

mekanisme lainnya. Keunggulan pendukung, diantaranya

yaitu tekanan cairan ketuban, tekanan langsung dari fundus

100
ke bokong, kontraksi otot perut, memperpanjang atau

meluruskan tubuh janin atau tulang belakang janin

(Yulizawati dkk, 2019:8).

3) Fleksi

Menurut Yulizawati dkk (2019:9) fleksi disebabkan

oleh kepala yang didorong ke depan oleh janin janin tertunda

oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Kepala

janin tertekuk dan diameter tulang oksipital 12 cm menjadi

suboksipital sub bengkak 9 cm. posisi dagu bergerak ke arah

dada janin. Saat memeriksa, mahkota kecil lebih jelas

daripada mahkota besar (Yulizawati dkk, 2019:9).

4) Rotasi dalam (putaran paksi dalam)

Menurut Yulizawati dkk (2019:9) rotasi dalam atau

rotasi internal merupakan rotasi bagian paling bawah dari

janin dari posisi sebelumnya ke depan, ke bawah. Saat

memperkenalkan bagian paling bawah dari janin adalah

bagian belakang mahkota kepala putar koronal ke depan

sampai di bawah proses tulang ini sebagai upaya untuk

menyelaraskan kepala janin dengan bentuk jalan lahir bentuk

pesawat tengah dan pintu di bawah panggul. Rotasi internal


101
terjadi dengan kemajuan kepala. Rotasi terjadi setelah head

lewat Hodge III (di ketinggian tulang belakang) atau di

belakang dasar panggul. Ujian jam di mahkota menunjuk ke

arah pukul 12.

Sebab-sebab adanya putaran paksi dalam yaitu bagian

kepala yang paling bawah adalah bagian belakang kepala

yang melengkung. resistensi pencarian terkecil di belakang

kepala di depan, jeda alat kelamin. (Yulizawati dkk, 2019:9).

5) Ekstensi

Menurut Yulizawati dkk (2019:9) ekstensi yaitu

setelah perputaran selesai dan kepala mencapai bagian bawah

panggul, perpanjangan atau defleksi kepala. Ini karena sumbu

jalan lahir pintu bawah panggul mengarah ke atas, jadi kepala

harus dijaga perluas untuk menyelesaikannya. Ada dua

kekuatan yang bekerja di kepala, yang satu darurat kebawah,

yang lain menyebabkan resistensi dasar panggul dan

menolak. Setelah aliran sub-oksigen tetap di tepi bawah

kompleks, itu akan bergerak maju karena kekuatannya lebih

tinggi dari pada bagian yang menangani kelebihan oksigen

dilahirkan terus menerus di tepi atas perineum, ubun-ubun

besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan

102
ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut

hypomochlion (Yulizawati dkk, 2019:9).

6) Rotasi luar (putaran paksi luar)

Menurut Yulizawati dkk (2019:10) terjadinya putaran

luar atau putaran poros luar dipengaruhi oleh beberapa faktor

pelvis yaitu: merupakan gerakan melingkar dari ubun-ubun

menuju bagian belakang janin bagian belakang kepala

menghadap ke kanan atau kiri dari tuberositas iskia, wajah

janin menghadap salah satu paha ibu. Jika mahkotanya kecil

pertama di kiri, mahkota kecil akan berbelok ke kiri, Jika

mahkota awal kecil di sebelah kanan, maka mahkota itu kecil

belok kanan. Gerakan rotasi eksternal atau rotasi poros

eksternal membuat diameter kepala ganda janain searah

dengan diameter panggul depan dan belakang, dimana satu

bahu berada di belakang tulang dan bahu lainnya sebagian di

belakang perineum. silangkan jahitan sagital ke belakang

(Yulizawati dkk, 2019:10).

7) Ekspulsi

Menurut Yulizawati dkk (2019:11) Setelah rotasi

eksternal, bahu depan bertindak sebagai gerakan tungkai

bawah lahir di bahu belakang. Kemudian setelah lahir,

pundak lahir sebelum dan sesudah trokanter sampai janin

103
lahir. Gerakan kelahiran Bahu depan, bahu belakang dan

seluruh tubuh (Yulizawati dkk, 2019:11).

f. Patograf

1) Pengertian

Menurut Sumapraja (1993) dalam Indrayani dan

Djami (2016:212) Patograf adalah catatan grafik kemajuan

persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin,

menemukan adanya permasalahan abnormal, yang menjadi

petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan

menentukan disproporsi kepala panggul Jauh sebelum

persalinan menjadi macet (Sumapraja,1993;

Indrayani&Djami,2016:212).

2) Tujuan Partograf

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:212-213) Tujuan penggunaan partograf ada

beberapa tujuan dari penggunaan partograf yaitu mencatat

hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam (VT),

mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

104
dengan demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini

setiap kemungkinan terjadinya partus lama, data pelengkap

yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,

grafik kemajuan proses persalinan, bahan medikamentosa

yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan di

mana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam

medis ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR,2012;

Indrayani&Djami,2016:212).

3) Manfaat patograf

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:212-213) manfaat penggunaan patograf adapun

manfaat dari penggunaan partograph yaitu mencatat

kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan janinnya titik,

mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran, menggunakan informasi yang tercatat untuk secara

dini mengidentifikasi adanya penyulit, menggunakan

informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang

sesuwai dan tepat waktu

dengan menggunakan patograf semua hasil

pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk grafik. Patograf

membuat bidan memonitor proses persalinan dan kalahiran

105
serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar

petugas kesehatan dapat dengan cepat membuat intervensi

yang perlu serta memastikan kesejahteraan (JNPK-KR,2012;

Indrayani&Djami,2016:212-213)

4) Pencatatan Partograf

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:215) Patograf berisi ruang untuk pencatatan

hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala 1 persalinan.

Kala 1 persalinan terdiri dari fase laten (pembukaan kurang

dari 4) dan fase aktif (pembukaan serviks 4 sampai 10 cm).

Selama fase laten semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara

terpisah baik di catatan kemajuan persalinan maupun di buku

KIA atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil.

Patograf ini terdiri dari beberapa bagian yang

digunakan untuk mencatat informasi penting mengenai

persalinan yaitu meliputi

a) Informasi tetang ibu

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:216) informasi tentang ibu yang bertujuan

untuk mengetahui informasi mengenai ibu meliputi

nama, usia kehamilan, keguguran,rekam medis atau

106
jumlah kucing,tanggal dan waktu masuk, waktu

pecahnya membran (JNPK-KR,2012;

Indrayani&Djami,2016:215)

b) Kondsi janin

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:216-218) Penilaian DJJ dilakukan setiap

30 menit. Skala digital di kolom paling kiri

menunjukkan jumlah DJJ. DJJ direkam dengan

menandai titik-titik pada garis dengan angka yang

sesuai, kemudian menghubungkan titik-titik tersebut

satu sama lain dengan garis kontinu. DJJ normal antara

120-160x / menit (Nurasiah, 2014), dan menurut

(Lowdernk, 2013) DJJ normal antara 110-160x / menit.

Warna dan adanya air ketuban yaitu U:

Membran lengkap (belum pecah) J: Selaputnya pecah

dan cairan ketubannya bening M: Cairan ketuban

pecah, cairan ketuban bercampur dengan mekonium. D:

Airnya pecah, darah bercampur K: Ketuban anda

pecah, tidak ada cairan ketuban (kering)

Molase (penyusupan kepala) diantaranya adalah

0: Kepala tengkorak janin dipisahkan dan jahitannya

mudah dipalpasi. 1: Tulang kepala janin hanya bisa

107
saling bersentuhan. 2: Tulang kepala janin tumpang

tindih, tapi masih bisa dipisahkan. 3: Tulang kepala

janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. 4:

Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih

menandakan kemungkinan adanya CPD (cephalo pelvic

disproportion) (JNPK-KR,2012; Indrayani &Djami,

2016:216-218)

c) Kemajuan persalinan

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:218-222) kemajuan persalian dapat di

catat. Pada kolom kedua dan baris kedua dari patograf

digunakan untuk mencatat proses persalinan, Margin

pada kolom paling kiri mencantumkan angka 0-10 yang

merupakan pelebaran serviks. Ada satu baris untuk

setiap nomor, dan ada kotak lain di baris di atasnya,

yang menunjukkan bahwa peningkatan ekspansi 1 cm

pada nomor skala 1-5 juga menunjukkan seberapa besar

penurunan janin. Setiap kotak di bagian ini

menunjukkan 30 menit.

Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan

ditandai dengan tanda silang (x). Kemudian, tulis hasil

pemeriksaan ke dalam atau VT sesuai dengan waktu

pemeriksaan, dan hubungkan dengan garis lurus. Jika

108
serviks melebar dan melewati garis peringatan,

penyebabnya harus dicatat, dan penolong harus bersiap

untuk merujuk ibunya.

Kemajuan Persalinan pada Partograf menurut

JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan Djami

(2016:220) adalah seperti gambar 2.1 di bawah ini

Gambar 2.1 Kemajuan Persalinan pada Partograf

(Sumber:JNPK-KR,2012; Indrayani &Djami, 2016:220)

Penenurun. Mengacu pada bagian kepala

(dibagi menjadi 5 bagian) yang dapat diraba (inspeksi

dua tangan) di atas kompleks; gunakan lingkaran (O)

untuk mencatat setiap inspeksi. Posisi 0/5 artinya

kepala janin yang berada di atas simfisis pubis sudah

tidak bisa lagi disentuh.

Jam dan waktu yaitu di bagian bawah alat

perpisahan (serviks membuka dan turun) kotak diberi

nomor 1-16, setiap kotak mewakili 1 jam dari awal

persalinan fase aktif.

109
Kontraksi uterus ini dicatat setiap setengah jam;

palpasi digunakan untuk menghitung jumlah kontraksi

dalam 10 menit, dan waktu setiap kontraksi dihitung

dalam hitungan detik. Tahap kedua permainannya

melebihi 4 kali dalam 10 menit dan berlangsung lebih

dari 50 detik.

Untuk pencatatan kontraksi uterus yaitu titik di

kotak yang sesuai menunjukkan kontraksi kurang dari

20 detik, buat garis di kotak yang sesuai untuk

menunjukkan kontraksi panjang 20-40 detik, isi kotak

yang sesuai untuk menunjukkan kontraksi yang

berlangsung> 40 detik.

Di bawah deretan kotak observasi kontraksi

rahim adalah deretan kotak untuk mencatat oksitosin,

obat lain dan cairan infus.

Bagian terakhir dari patografi berkaitan dengan

kesehatan dan kenyamanan ibu yaitu Nadi, tekanan

darah dan suhu. a.Selama fase aktif persalinan, denyut

nadi ibu dievaluasi dan dicatat dengan menandai titik

(.) Pada posisi yang sesuai setiap 30 menit. b. Selama

fase aktif persalinan, tekanan darah ibu dicatat setiap 4

jam dengan tanda panah pada bagan patologi pada

110
kotak yang sesuai. c. Kaji dan catat suhu tubuh ibu

setiap 2 jam, dan catat suhu tubuh di kotak yang sesuai.

d) Bagian belakang paograf

Menurut JNPK-KR (2012) dalam Indrayani dan

Djami (2016:223) halaman bagian belakang partograf

merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi

selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-

tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala 1 hingga

kala 4 (termasuk bayi baru lahir). Halaman belakang

patograf diisi sesuai dengan pernyataan yang tertera di

sana. Khususnya pemantauan kala 4 dilakukan setiap

15 menit pada 1 jam pertama persalinan dan setiap 30

menit pada satu jam berikutnya

Bagian belakang patograf adalah bagian dari

pencatatan apa yang terjadi selama persalinan dan

persalinan serta tindakan yang diambil dari Kala I

hingga Kala IV (termasuk bayi baru lahir). Halaman

belakang patograf diisi sesuai dengan pernyataan yang

tertera di sana. Khususnya pemantauan kala 4

dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama

persalinan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya

111
Terdapat beberapa bagian di belakang patograf,

yaitu data dasar,Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV serta

bayi baru lahir (BBL).

Data dasar meliputi: tanggal, nama bidan,

tempat lahir, alamat lahir, catatan dan alasan rujukan,

tempat rujukan dan pasangan rujukan. Isi data di setiap

posisi yang tersedia, atau centang kotak di sebelah

jawaban yang sesuai.

Data Kala I meliputi grafik tentang masalah

yang ditemukan pada tahap potensial, apakah masalah

lain telah terjadi, dan pengelolaan masalah tersebut.

Pada saat yang sama, data Kala II meliputi

episiotomi, persalinan bersamaan, gawat janin di

distosia bahu, masalah lain, pengobatan dan hasil dari

masalah ini. Centang kotak di samping jawaban yang

sesuai

Untuk data kala III meliputi lamanya kala III,

pemberian oksitosin, perawatan tali pusat, stimulasi

fundus, integritas plasenta saat lahir dan retensi

plasenta yang kurang dari 30 menit, laserasi, dan atonia

uteri, perdarahan, masalah lain, pengobatan dan

akibatnya.

112
Data tahap keempat pada kala IV meliputi

keadaan umum bayi dan ibu setelah melahirkan bayi

dan plasenta, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi

fundus, kontraksi uterus, data kandung kemih dan

volume darah. Pemantauan tahap keempat sangat

penting, terutama persiapan darurat untuk deteksi dini

komplikasi atau masalah atau komplikasi kebidanan

langsung (seperti syok hipovolemik, perdarahan primer

atau infeksi).

Selama satu jam pertama pemantauan fase IV

dilakukan setiap 15 menit, dan selama satu jam

berikutnya pemantauan fase IV dilakukan setiap 30

menit. Isi hasil tes di kolom yang sesuai pada formulir

pemantauan untuk memeriksa tanda-tanda vital, tinggi

fundus, kontraksi, produksi kandung kemih dan urin,

dan jumlah darah yang mengalir keluar.

Sedangkan informasi yang perlu diperoleh dari

bagian bayi baru lahir adalah berat badan, panjang

badan, jenis kelamin, penelitian bayi baru lahir atau

ASI, masalah dan hasil lainnya (JNPK-

KR,2012;Indrayani & Djami,2016:223)

g. Tahapan persalinan

113
Menurut Wiknjosastro dkk, (2005) dalam Yulizawati dkk,

(2019:5) secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul

his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah

(bloody show). Lendir yang disertai darah ini berasal dari lendir

kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.

Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang

berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena

pergeseranpergeseran ketika serviks membuka.

Menurut Kurniarum (2016:11) tahapan persalian dibagi

menjadi 4 kala, yaitu kala I kala II kala III kala IV.

1) Kala I

Menurut Kurniarum (2016:11) Kala I persalinan yaitu

tahap pertama persalinan dimulai dengan kontraksi uterus dan

pembukaan serviks Sampai terbuka penuh (10 cm). Fase

pertama kerja berlangsung 18-24 jam, dibagi menjadi dua

tahap, yaitu fase laten dan fase aktif.

Fase laten persalinan adalah fese dimana sejak awal

kontraksi, serviks menjadi tipis dan lambat laun terbuka.

bukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya berlangsung tidak

lebih dari 8 jam.

114
Tahapan Fase aktif persalinan ini terbagi menjadi tiga

tahapan yaitu akselerasi, ekspansi maksimum dan

perlambatan. Frekuensi dan durasi kontraksi uterus umumnya

meningkat (pertimbangkan kontraksi Jika itu terjadi 3 kali

atau lebih dalam 10 menit, itu sudah cukup, dan berlangsung

lebih dari 40 detik. Serviks biasanya terbuka dari 4 hingga 10

cm dengan kecepatan 1 cm atau lebih Buka setiap satu jam

(10 cm). Bagian terendah janin berkurang (PPSDM

Kemenkes,2016)

2) Kala II

Sedangakn untuk Kala dua persalinan Menurut

Kurniarum (2016:12) dimulai dengan pembukaan penuh dari

serviks dan diakhiri dengan Kelahiran seorang bayi. Proses

ini berlangsung selama 2 jam untuk primi dan 1 jam untuk

multi.

Tanda-tanda memasuki persalinan kala II yaitu Ibu

ingin meneran, penonjolan perineum, pembukaan vulva

vagina dan sfingter anus, peningkatan keluaran cairan

ketuban, kekuatannya lebih kuat dan lebih cepat selama 2-3

menit, pembukaan terbuka penuh (10 cm), primigravida

berlangsung rata-rata 1,5 jam, dan kelahiran ganda

berlangsung rata-rata 0,5 jam, dapat dilakukan pemantauan

yaitu melipputi a) Kekuatan atau upaya untuk mendorong

115
atau mengontrak rahim b) Janin, yaitu kinerja janin menurun

dan kembali normal Jantung bayi setelah kontraksi (PPSDM

Kemenkes,2016)

3) Kala III

Sedangkan untuk Kala ketiga persalinan Menurut

Kurniarum (2016:19) dimulai setelah bayi lahir dan berakhir

pada akhir persalinan Plasenta dan membran ketuban

bertahan tidak lebih dari 30 menit, yang disebut urin hitam

atau pelepasan plasenta, traksi terkontrol (PTT), dan

kemudian oksitosin digunakan untuk kontraksi uterus dan

mengurangi perdarahan.

Tanda-tanda pelepasan plasenta meliputi perubahan

ukuran dan bentuk rahim, akibat lepasnya plasenta dari

bagian bawah rahim, rahim menjadi bulat, rahim didorong ke

atas, tali pusat memanjang, dan semburan darah tiba-tiba

(PPSDM Kemenkes,2016)

4) Kala IV

Sedangkan untuk kala IV yaitu menurut Kurniarum

(2016:20-21) dimulai setelah melahirkan plasenta dan

berakhir dua jam setelahnya. Ini yang paling kritis, karena

proses perdarahan terjadi. 1 jam setelah plasenta lahir, tindak

lanjut 15 menit dilakukan dalam satu jam pertama setelah

plasenta lahir, berlangsung selama 30 menit satu jam setelah

116
melahirkan, jika kondisi ibu tidak stabil perlu diawasi

pengamatan mendalam dilakukan karena adanya perdarahan

tersebut.

Observasi yang harus dilakukan pada saat Kala IV

meliputi tingkat kesadaran pasien, periksa tanda-tanda vital.,

kontraksi uterus, jika jumlah perdarahan tidak melebihi 400-

500cc (PPSDM Kemenkes,2016).

h. Perubahan fisiologis pada masa persalinan.

Menurut Rukiyah (2009) dalam Indrayani dan Djami

(2016:192) Perubahan fisiologis adalah perubahan yang dialami

ibu saat melahirkan. Dengan hal ini bidan dapat mengetahui

apakah ibu dalam kondisi fisiologis atau akan menimbulkan

patologi, sehingga bidan akan memberikan asuhan sesuai dengan

kebutuhan ibu.

Menurut Kurniarum (2016:32) perubahan fisiologis pada

masa persalinan.di bagi menjadi beberapa bagian diantaranya

perubahan pada uterus, perubahan pada bentuk rahim, faal

ligamentum rotundum, perubahan pada serviks, perubahan pada

sistem urinaria, perubahan pada vagina dan dasar panggul,

perubahan pada system kardiovaskuler (meliputi tekanan darah dan

jantung), perubahan pada metabolisme karbohidrat dan basal

metabolisme rate, perubahan pada system pernapasan, perubahan

117
pada gastrointestinal, perubahan pada hematologi,dan nyeri

(PPSDM Kemenkes,2016).

1) Perubahan uterus

Menurut Kurniarum (2016:32) perubahan uterus yaitu

rahim berubah selama persalinan, dan perubahan ini terjadi

sebagai berikut kontraksi uterus dimulai dari fundus uterus

dan menyebar ke depan dan ke bawah perut, segmen uterus

atas (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR) yaitu. SAR

dibentuk oleh rahim yang aktif dan berkontraksi Saat proses

persalinan berlangsung, dinding akan menebal, sehingga

mendorong bayi keluar (PPSDM Kemenkes,2016).

2) Perubahan bentuk Rahim

Menurut Kurniarum (2016:32) untuk perubahan

bentuk rahim yaitu setiap kali kontraksi terjadi, sumbu

panjang rahim bertambah panjang dan ukurannya secara

horizontal, ukuran sisi belakang diperkecil. Efek dari

perubahan ini pada bentuk rahim meliputi ukuran lateral

mengecil, dan akibatnya, lengkungan punggung bayi

mengecil tekan bagian atas bayi langsung ke fundus mata dan

tekan tekanan ke dasar panggul, panjang rahim bertambah,

sehingga memanjang otot yang memanjang. bagian bawah

118
rahim dan leher rahim menyebabkan bukaan leher rahim

terdiri dari segmen uterus atas (SAR) dan segmen bawah

rahim (SBR) (PPSDM Kemenkes,2016).

3) Faal ligamentum rotundum

Menurut Kurniarum (2016:32) perubahan pada faal

ligamentum rotundum meliputi fundus bertumpu pada tulang

belakang saat berkontraksi tekan dinding perut depan ke

depan. perubahan posisi uterus waktu kontraksi penting

karena menyebabkan sumbu rahim menjadi searah dengan

sumbu jalan lahir, saat ligamen berkontraksi, fundus uterus

terikat ketika fundus tidak bisa dikontrak ke atas (PPSDM

Kemenkes,2016)

4) Perubahan serviks

Menurut Kurniarum (2016:33) Perubahan serviks ini

meliputi pendataran serviks/effasement adalah perataan

serviks mengacu pada pemendekan saluran serviks dari 1-2

cm menjadi 1 hanya lubang dengan ujung lebih tipis,

pembukaan serviks adalah pembesaran dari bukaan luar,

aslinya sebuah lubang dengan diameter beberapa milimeter

menjadi lubang berdiameter bayi bisa lewat sekitar 10 cm

(PPSDM Kemenkes,2016)

5) Perubahan pada sistem urinaria

119
Menurut Kurniarum (2016:33) wanita yang bersalin

mungkin bahkan tidak menyadari bahwa kandung kemih

mereka penuh karena ini intensitas kontraksi uterus dan

tekanan di tempat janin atau efek anestesi lokal. Namun,

kandung kemih penuh bisa menahan jatuhnya kepala janin

dan akan menyebabkan kerusakan mukosa kandung kemih

saat melahirkan. pencegahan (dengan mengingatkan ibu

untuk buang air kecil di tahap I) sangat penting. Sistem

Adaptasi ginjal termasuk berkeringat dan lewat bernafas

(PPSDM Kemenkes,2016).

6) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Menurut Kurniarum (2016:33) Perubahan pada

vagina dan dasar panggul meliputi pada tahap kala I,

cairan ketuban juga meregangkan bagian atas vagina

sehingga bayi bisa lewat, setelah ketuban pecah, terutama

terjadi perubahan pada dasar panggul pasalnya, dinding

depan bayi menjadi saluran berdinding tipis, saat kepala

mencapai vulva, pembukaan vulva menghadap ke atas,

karena peningkatan pembuluh darah di pembuluh darah,

peregangan kuat semacam ini dapat terjadi bagian dari vagina

120
dan dasar panggul, tetapi jika jaringannya robek, itu akan

terjadi menyebabkan pendarahan hebat (PPSDM

Kemenkes,2016)

7) Perubahan system kardiovaskuler (meliputi tekanan darah

dan jantung)

Menurut Kurniarum (2016:34) Perubahan system

kardiovaskuler terjadi Selama persalinan, curah jantung

meningkat 40% hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya

Level sebelum pengiriman, 80% hingga 100% dari level

relatif sebelumnya. Peningkatan curah jantung ini karena

pelepasan katekolamin disebabkan oleh nyeri dan kontraksi

otot perut dan uterus. bersama kontraksi uterus mentransfer

sekitar 300 hingga 500 ml darah ke darah pusat (PPSDM

Kemenkes,2016).

8) Perubahan pada metabolisme karbohidrat dan basal

metabolisme rate

Menurut Kurniarum (2016:35) Perubahan pada

metabolisme karbohidrat dan basal metabolisme rate yaitu

hormon progesteron menurun selama persalinan

menyebabkan perubahan pada sistem pencernaan melambat,

menyebabkan makanan bertahan di perut lebih lama,

akibatnya banyak wanita mengalami obstruksi atau jus

121
lambung yang meningkat menyebabkan mual dan muntah.

peningkatan lambat dalam metabolisme karbohidrat aerobik

dan anaerobik karena aktivitas otot rangka dan kecemasan

ibu. (PPSDM Kemenkes,2016).

9) Perubahan pada system pernapasan

Menurut Kurniarum (2016:35) Perubahan pada

system pernapasan yaitu saat melahirkan, sang ibu

melepaskan lebih banyak karbon dioksida setiap kali

bernapas. Di kontraksi uterus kuat, kecepatan pernapasan dan

kedalaman meningkat saat laju metabolisme meningkat, ia

merespons kebutuhan oksigen yang meningkat. data PaCO2

rata-rata turun dari 32 mmHg pada awal persalinan menjadi

22 mmHg di akhir persalinan I.

Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi

uterus dan peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan

oleh janin. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal

dan dapat menyebabkan terjadinya alkalosis (PPSDM

Kemenkes,2016).

10) Perubahan pada gastrointestinal

Menurut Kurniarum (2016:35-36) perubahan pada

gastrointestinal terjadi karena motilitas lambung dan absorpsi

padat sangat berkurang sekali selama persalinan aktif dan

122
pengosongan lambung. Efek ini bisa menjadi lebih buruk

setelah anestesi. Banyak wanita mengalami mual dan muntah

saat melahirkan terjadi, terutama selama fase transisi dari fase

persalinan pertama. Kecuali biaya itu penurunan cairan

lambung menyebabkan terhentinya aktivitas pencernaan dan

pengosongan lambung menjadi sangat lambat. Cairan

meninggalkan perut dalam ritme biasanya. Mual atau muntah

akan terus berlanjut hingga ibu mencapai akhir tahap pertama

(PPSDM Kemenkes,2016).

11) Perubahan pada hematologi

Menurut Kurniarum (2016:36) perubahan pada

hematologi terjadi karena hemoglobin akan meningkat 1,2 g

% selama persalinan dan akan kembali lagi kecuali jika hal

ini terjadi, hal itu sama dengan sebelum pengiriman pada hari

pertama setelah melahirkan berdarah (PPSDM

Kemenkes,2016)

12) Nyeri

Menurut Kurniarum (2016:36) nyeri persalinan

merupakan bagian dari respon fisisuologis normal karena

beberapa faktor. Pada kala satu persalinan, nyeri itu terutama


123
terjadi pada kala satu disebabkan oleh pelebaran serviks dan

pelebaran uterus bagian bawah. Pada kala II, nyeri yang

terjadi disebabkan oleh dilatasi dan kemungkinan gangguan

di bagian bawah vagina dan perineum (PPSDM

Kemenkes,2016).

i. Kebutuhan dasar ibu bersalin.

Menurut Sumarah (2009) dalam Indrayani dan Djami

(2016:233) Kebutuhan dasar ibu bersalin adalah kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh bidan untuk dapat memberikan kepuasan

terhadap pelayanan bidan dan pengalaman melahirkan yang

menyenangkan. Disini bidan harus dapat memenuhi kebutuhan ibu

baik fisik maupun psikologis (Sumarah,2009; Indrayani dan

Djami,2016:233).

1) Kebutuhan fisik ibu bersalin.

Menurut Kurniarum (2016:81)kebutuhan fisiologis

ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu

bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat

berjalan dengan lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang

harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu kebutuhan

oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan

personal), istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa

nyeri, penjahitan perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan

124
akan pertolongan persalinan yang terstandar. Pemenuhan

kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung pada tahapan

persalinan, kala I, II, III atau IV (PPSDM Kemenkes,2016).

a) Kebutuhan oksigen

Menurut Kurniarum (2016:81) bidan perlu

memperhatiakan pemenuhan kebutuhan oksigen selama

persalinan, terutama pada tahap pertama dan kedua,

oksigen yang dihirup ibu sangat penting. Pasokan

oksigen tidak mencukupi, ini menghambat proses

persalinan dan dapat mengganggu kesehatan janin.

oksigen selama penggunaan, sirkulasi udara yang

cukup dapat dipastikan tenaga kerja. jika ruangan

tertutup, ventilasi udara perlu diperhatikan karena

gunakan AC dan pastikan tidak banyak benda di dalam

ruangan orang-orang. Hindari memakai pakaian ketat,

sebaiknya penyangga dada / bra bisa hapus / kurangi

sesak. Tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan oksigen

adalah denyut jantung janin (DJJ) baik dan stabil

(PPSDM Kemenkes,2016).

b) Cairan dan nutrisi

Menurut Kurniarum (2016:81-82) kebutuhan

cairan dan nutrisi (makan dan minum) adalah suatu

125
keharusan sang ibu merasa puas saat melahirkan.

Pastikan masing-masing selama fase persalinan (kala I,

II, III, maupun IV), ibu akan mengkonsumsi makanan

dan minuman cukup. Asupan makanan yang cukup

(makanan utama dan snack), merupakan sumber gula

darah, dan glukosa adalah sumber energi utama untuk

sel tubuh. Gula darah rendah bisa menyebabkan

hipoglikemia. Saat tertelan kekurangan air dapat

menyebabkan dehidrasi ibu melahirkan (PPSDM

Kemenkes,2016).

c) Eliminasi

Menurut Kurniarum (2016:82-83) bidan perlu

memenuhi kebutuhan eliminasi selama persalinan

karena membantu proses kemajuan persalinan dan

meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu buang

air kecil secara spontan sebanyak mungkin atau

minimal 2 jam sekali saat melahirkan (PPSDM

Kemenkes,2016).

d) Hygiene (kebersihan personal)

Menurut Kurniarum (2016:83-84) bidan harus

mempertimbangkan kebersihan ibu berikan perawatan

126
bagi ibu yang melahirkan karena personal hygiene yang

baik ibu merasa aman dan rileks, mengurangi

kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan

sirkulasi darah, menjaga keutuhan jaringan, menjaga

kesehatan secara fisik dan psikologis(PPSDM

Kemenkes,2016).

e) Istirahat

Menurut Kurniarum (2016:84)selama proses

persalinan berlangsung, sang ibu tetap perlu istirahat

harus direalisasikan. Istirahat saat melahirkan (Kala

I,II,III dan IV) bidanlah yang memberi kesempatan

pada ibu untuk mencoba rileks tanpanya stres

emosional dan fisik. ini bisa dilakukan tanpa dia (di

sela-sela HIS). Ibu bisa berhenti sejenak untuk

menghilangkan rasa sakit akibat makan, minum atau

berbuat santai hal menyenangkan lainnya, atau jika

memungkinkan, ibu bisa pergi tidur. Namun, pada

tahap kedua, sebaiknya ibu tidak mengantuk (PPSDM

Kemenkes,2016).

f) Posisi dan ambulasi

Menurut Kurniarum (2016:84-89) pada

pemenuhan kebutuhan di posisi dan ambulasi bidan

127
harus memahami status persalinan untuk

mempertahankan proses ini,proses persalinan bayi bisa

dilakukan senormal mungkin (PPSDM

Kemenkes,2016).

g) Pengurangan rasa nyeri

Menurut Kurniarum (2016:89-91) nyeri

persalinan adalah pengalaman subjektif yang

berhubungan dengan sensasi fisik kontraksi uterus,

dilatasi, penipisan serviks dan tenaga kerja. Respon

fisiologis terhadap nyeri ini adalah peningkatan tekanan

darah, denyut nadi lebih cepat nadi, pernapasan,

berkeringat, diameter pupil, dan tonus otot. jika tidak,

rasa sakit ini mengatasinya dengan benar dapat

meningkatkan perasaan khawatir, tegang, takut, dan

stres ini pada akhirnya akan menyebabkan persalinan

yang lama.

Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam

mengurangi nyeri persalinan dengan teknik self-help.

Teknik ini merupakan teknik pengurangan nyeri

persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu

bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun

stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help

128
dapat dimulai sebelum ibu memasuki tahapan

persalinan, yaitu dimulai dengan mempelajari tentang

proses persalinan, dilanjutkan dengan mempelajari cara

bersantai dan tetap tenang, dan mempelajari cara

menarik nafas dalam (PPSDM Kemenkes,2016).

h) Penjahitan perineum (jika diperlukan)

Menurut Kurniarum (2016:91) proses kelahiran

bayi dan placenta dapat menyebabkan berubahnya

bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum. Pada ibu

yang memiliki perineum yang tidak elastis, maka

robekan perineum seringkali terjadi. Robekan perineum

yang tidak diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan

estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum

merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin

(PPSDM Kemenkes,2016).

i) Serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang

terstandar.

Menurut Kurniarum (2016:91) mendapatkan

pelayanan asuhan kebidanan persalinan yang terstandar

merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan salah satu

kebutuhan fisiologis ibu bersalin, karena dengan

pertolongan persalinan yang terstandar dapat

129
meningkatkan proses persalinan yang alami/normal

(PPSDM Kemenkes,2016).

2) Kebutuhan psikologi ibu bersalin.

Menurut Kurniarum (2016:94) Bidan sebagai pemberi

asuhan dan pendamping persalinan diharapkan dapat

Memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses

persalinan. Yang dimaksud dengan asuhan mendukung

adalah bersifat aktif dan ikut serta selama proses asuhan

berlangsun. Asuhan yang mendukung selama persalinan

merupakan standar pelayanan kebidanan (PPSDM

Kemenkes,2016).

j. Pedoman pelayanan kebidanan pada ibu bersalin di masa Covid-19.

Menurut Kemenkes (2020:4) mengatakan bahwa ada

beberapa pedoman pelayanan ibu bersalin di era Covid-19 yang

harus di terapkan oleh bidan diantaranya yaitu:

1) Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

2) Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke

fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.

3) Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai

tatalaksana persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.

4) Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur

yang telah ditetapkan sebelumnya.

130
2. Menejemen Asuhan Kebidanan

Menurut Husanah (2015) Manajemen asuhan kebidanan atau

yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode

berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi

asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan suatu

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan-temuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien

(Husanah, 2015).

Ditegaskan juga oleh KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

Bahwa Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan (KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber di

atas dapat penulis simpulkan bahwa menejemen asuhan kebidanan

adalah suatu metode berfikir,bertindak dan sebagai acuan dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh bidan sesuai

131
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan

kiat kebidanan dalam memberi asuhan kebidanan.

Manajemen asuhan bidan yang digunakan dalam penyusunan

LTA ini mengacu pada KEPMENKES NO.938 / MENKES / SK /

VIII / 2007 tentang standar asuhan bidan.

a. STANDAR I: PENGKAJIAN

Dalam pengkajian bidan mengumpulkan semua informasi

yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada ibu bersalin meliputi :

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk

pada saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam : untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

1) Data subjektif

Menurut Handayani (2017:123) Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dirasakan(PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:172) dalam data subjektif

melipti bebeapa bagian diantaranya yaitu identitas, keluhan


132
utama, pola nutrisi, pola eliminasi serta pola istirahat (PPSDM

Kemenkes,2017).

a) Identitas

Menurut Handayani (2017:172) dalam data

subjektif identitas pasien dibagi menjadi beberapa

diantaranya yaitu nama, umur, suku/bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan serta alamat (PPSDM

Kemenkes,2017).

(1) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:172) usia di bawah 20 tahun dan

diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap

sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun

meningkatkan insiden preeklampsia dan usia diatas

35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus tipe

II, hipertensi kronis, persalinan yang lama pada

nulipara, seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR,

anomali kromosom dan kematian janin (Varney

dkk,2007; PPSDM Kemenkes,2017).

133
(3) Suku/Bangsa

Menurut Handayani (2017:172) asal daerah

dan bangsa seorang ibu berpengaruh terhadap pola

pikir mengenai tenaga kesehatan dan adat istiadat

yang dianut (PPSDM Kemenkes,2017).

(4) Agama

Menurut Handayani (2017:172) untuk

mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa

sesuai dengan keyakinannya (PPSDM

Kemenkes,2017).

(5) Pendidikan

Menurut Handayani (2017:172) untuk

mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga

kesehatan dapat melalukan komunikasi termasuk

dalam hal pemberian konseling sesuai dengan

pendidikan terakhirnya (PPSDM Kemenkes,2017).

(6) Pekerjaan

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:172) status ekonomi seseorang

dapat mempengaruhi pencapaian status gizinya. Hal

134
ini dikaitkan dengan berat janin saat lahir. Jika

tingkat sosial ekonominya rendah, kemungkinan

bayi lahir dengan berat badan rendah

((Hidayat&Uliyah, 2008;PPSDM Kemenkes,2017).

(7) Alamat

Menurut Handayani (2017:172) mengetahui

alamat ini bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan ibu (PPSDM Kemenkes,2017).

b) Keluhan Utama

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:172) rasa sakit pada perut dan pinggang akibat

kontraksi yang datang lebih kuat, sering dan teratur,

keluarnya lendir darah dan keluarnya air ketuban dari jalan

lahir merupakan tanda dan gejala persalinan yang akan

dikeluhkan oleh ibu menjelang akan bersalin (Mochtar,

2011; PPSDM Kemenkes,2017).

c) Pola Nutrisi

135
Menurut Varney dkk (2007) Handayani (2017:172)

pola nutrisi ini bertujuan untuk mengkaji cadangan energi

dan status cairan ibu serta dapat memberikan informasi

pada ahli anestesi jika pembedahan diperlukan (Varney

dkk, 2007; PPSDM Kemenkes,2017).

d) Pola Eliminasi

Menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani

(2017:172) saat persalinan akan berlangsung,

menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara rutin dan

mandiri, paling sedikit setiap 2 jam (Varney dkk, 2007;

PPSDM Kemenkes,2017).

e) Pola Istirahat

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:172) pada wanita dengan usia 18-40

tahun kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam

(Hidayat&Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

2) Data objektif

Menurut Handayani (2017:123) Data objektif adalah

pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium.

136
Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien

dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:173-175) dalam data objektif

diambil dari beberapa pemeriksaan diantaranya pemeriksaan

umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus serta

pemeriksaan penunjang (PPSDM Kemenkes,2017).

a) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017:173) pemeriksaan umum

dibagi menjadi beberapa yaitu keadaan umum, kesadaran,

keadaan emosional, berat badan dan tanda-tanda vital

(PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Keadaan Umum: Baik

(2) Kesadaran

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:173) pemeriksaan kesadaran ini

bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.

Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan

respons yang cukup terhadap stimulus yang


137
diberikan (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

(3) Keadaan Emosional: Stabil

(4) Berat Badan

Menurut Handayani (2017:173) pemeriksaan

berat badan ini bertujuan untuk menghitung

penambahan berat badan ibu (PPSDM

Kemenkes,2017).

(5) Tanda-Tanda Vital

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:173) secara garis besar, pada saat

persalinan tanda-tanda vital ibu mengalami

peningkatan karena terjadi peningkatan metabolisme

selama persalinan. Tekanan darah meningkat selama

kontraksi yaitu peningkatan tekanan sistolik 10-20

mmHg dan diastolik 5-10 mmHg dan saat diantara

waktu kontraksi tekanan darah akan kembali ke

tingkat sebelum persalinan. Rasa nyeri, takut dan

khawatir dapat semakin meningkatkan tekanan

darah.

Peningkatan suhu normal adalah peningkatan

suhu yang tidak lebih dari 0,5° C sampai 1° C.


138
Frekuensi denyut nadi di antara waktu kontraksi

sedikit lebih tinggi dibanding selama periode

menjelang persalinan. Sedikit peningkatan frekuensi

nadi dianggap normal. Sedikit peningkatan frekuensi

pernapasan masih normal selama persalinan (Varney

dkk, 2007; PPSDM Kemenkes,2017).

b) Pemeriksaan Fisik

Sedangakan untuk pemeriksaan fisik Menurut

Handayani (2017:173-175) di bagi menjadi beberapa

diantaranya adalah pemeriksaan pada muka, mata, payudara

serta pemeriksaan pada ekstremitas (PPSDM

Kemenkes,2017).

(1) Muka

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:173) pemeriksaan pada mat aini melihat

adanya atau tidak bintik-bintik dengan ukuran yang

bervariasi pada wajah dan leher (Chloasma

Gravidarum) (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

(2) Mata

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:173) pemeriksaan sclera bertujuan


139
untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal

berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva

dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.

Konjungtiva yang normal berwarna merah muda

(Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

(3) Payudara

Menurut Bobak dkk (2005) dan

Prawirohardjo (2010) dalam Handayani (2017:173)

akibat pengaruh hormon kehamilan, payudara

menjadi lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit

akan lebih terlihat, puting payudara membesar,

kehitaman dan tegak, areola meluas dan kehitaman

serta muncul strechmark pada permukaan kulit

payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan payudara,

mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan

mengecek pengeluaran ASI (Bobak dkk, 2005;

Prawirohardjo,2010; PPSDM Kemenkes,2017).

(4) Ekstremitas

Menurut Handayani (2017:173) tidak ada

edema, tidak ada varises dan refleks patella

menunjukkan respons positif. (PPSDM

Kemenkes,2017).

140
c) Pemeriksaan Khusus

Untuk pemeriksaan khusus pada ibu bersalin

Menurut Handayani (2017:174-175) dibagi menjadi 2 yaitu

Obstetri dan Gynekologi (PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Obstetri

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:174) pemeriksaa pada abdomen muncul

garis-garis pada permukaan kulit perut (Striae

Gravidarum) dan garis pertengahan pada perut

(Linea Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating

Hormon (Mochtar, 2011; PPSDM Kemenkes,2017)

Sedangkan menurut Mochtar (2011) dalam

Handayani (2017:174) pemeriksaan palpasi meliputi

pemeriksaan Leopold 1, pemeriksa menghadap ke

arah muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus.

Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan

dan kiri, menentukan letak punggung janin dan pada

letak lintang, menentukan letak kepala janin.

Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin dan

menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah

masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat

141
digerakkan. Leopold 4, pemeriksa menghadap ke

arah kaki ibu hamil dan menentukan bagian

terbawah janin dan berapa jauh bagian terbawah

janin masuk ke pintu atas panggul (Mochtar, 2011;

PPSDM Kemenkes,2017)

Tafsiran Berat Janin menurut Manuaba, dkk

(2007) dalam Handayani (2017:174) berat janin

dapat ditentukan dengan rumus Lohnson, yaitu: Jika

kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul

Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram Jika kepala

janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat janin

= (TFU – 11) × 155 gram (Manuaba dkk, 2007;

PPSDM Kemenkes,2017)

Menurut Cunningham dkk (2009) dalam

Handayani (2017:174) pemeriksaan auskultasi

denyut jantung janin normal adalah antara 120-160

×/menit. Bagian terendah janin pada akhir trimester

III menjelang persalinan, presentasi normal janin

adalah presentasi kepala dengan letak memanjang

dan sikap janin fleksi (Cunningham dkk, 2009;

PPSDM Kemenkes,2017)

142
Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:174) durasi kontraksi uterus

sangat bervariasi, tergantung pada kala persalinan

ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan

mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20 detik

sedangkan pada persalinan kala I fase aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi

rata-rata 60 detik. Informasi mengenai kontraksi ini

membantu untuk membedakan antara konraksi

persalinan sejati dan persalinan palsu (Varney dkk,

2007; PPSDM Kemenkes,2017).

(2) Gynekologi

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:175) pengaruh hormon estrogen dan

progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh

darah sehingga terjadi varises pada sekitar genetalia.

Namun tidak semua ibu hamil akan mengalami

varises pada daerah tersebut. Pada keadaan normal,

tidak terdapat hemoroid pada anus serta

pembengkakan pada kelenjar bartolini dan kelenjar

skene. Pengeluaran pervaginam seperti bloody show

dan air ketuban juga harus dikaji untuk memastikan

143
adanya tanda dan gejala persalinan (Mochtar, 2011;

PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Varney dkk (2007)

dalam Handayani (2017:175) pemeriksaan vaginal

toucher bertujuan untuk mengkaji penipisan dan

pembukaan serviks, bagian terendah, dan status

ketuban. Jika janin dalam presentasi kepala,

moulding, kaput suksedaneum dan posisi janin perlu

dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan

adaptasi janin dengan panggul ibu (Varney dkk,

2007; PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:175) Kesan Panggul ini bertujuan

untuk mengkaji keadekuatan panggul ibu selama

proses persalinan (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017)

d) Pemeriksaan Penunjang

Sedangakn untuk pemeriksaan penunjang pada ibu

bersalin menurut Handayani (2017:175) dibagi menjadi

beberapa bagian pemeriksaan diantaranya hemoglobin,

cardiotocography (CTG), USG, protein urine serta glukosa

urine (PPSDM Kemenkes,2017).


144
(1) Hemoglobin

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:175) selama persalinan, kadar

hemoglobin mengalami peningkatan 1,2 gr/100 ml

dan akan kembali ke kadar sebelum persalinan pada

hari pertama pasca partum jika tidak kehilangan

darah yang abnormal (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

(2) Cardiotocography (CTG)

Menurut Handayani (2017:175)

Cardiotocography (CTG) ini bertujuan untuk

mengkaji kesejahteraan janin (PPSDM

Kemenkes,2017).

(3) USG

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:175) pada akhir trimester III menjelang

persalinan, pemeriksaan USG dimaksudkan untuk

memastikan presentasi janin, kecukupan air ketuban,

tafsiran berat janin, denyut jantung janin dan

mendeteksi adanya komplikasi (Mochtar, 2011;

PPSDM Kemenkes,2017).

(4) Protein urine dan glukosa urine


145
Menurut Varney dkk (2006) dalam

Handayani (2017:175) urine negative untuk protein

dan glukosa (Varney dkk, 2006; PPSDM

Kemenkes,2017).

b. STANDAR II: PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU

MASALAH KEBIDANAN

Dalam perumusan diagnosa dan atau masalah kebidana

bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengintrepestasinya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

Menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani (2017:175-

176) perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia

kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dan janin tunggal

hidup. Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa

takut, cemas, khawatir dan rasa nyeri merupakan permasalahan

yang dapat muncul pada proses persalinan (Varney dkk, 2007;

PPSDM Kemenkes,2017).

Kebutuhan ibu bersalin menurut Leaser & Keanne dalam

Handayani (2017:175-176) adalah pemenuhan kebutuhan fisiologis

(makan, minum, oksigenasi, eliminasi, istrirahat dan

tidur),kebutuhan pengurangan rasa nyeri, support person ( atau

146
pendampingan dari orang dekat), penerimaan sikap dan tingkah

laku serta pemberian informasi tentang keamanan dan

kesejahteraan ibu dan janin (PPSDM Kemenkes,2017).

c. STANDAR III: PERENCANAAN

Menurut Handayani (2017:123) perencanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi data.

Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraanya (PPSDM Kemenkes,2017).

Dalam perencanaan bidan merencanakan asuhan kebidanan

berdasarkan diagnosis dan masalah yang ditegakkan.

d. STANDAR IV: IMPLEMENTASI

Menurut Handayani (2017:123-124)

Implementation/implementasi, adalah pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam

rangka mengatasi masalah klien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan klien (PPSDM Kemenkes,2017).

Dalam implementasi bidan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dana man

berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk


147
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

e. STANDAR V: EVALUASI

Menurut Handayani (2017:124) evaluation/evaluasi, adalah

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan

nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan (PPSDM

Kemenkes,2017)

Dalam evaluasi bidan melakukan evaluasi secara sistematis

dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

f. STANDAR VI: PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Dalam pencatatan asuhan kebidanan bidan melakukan

pencatatn secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai

keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan

asuhan kebidanan.

Pencatatan Asuhan Kebidanan ini adalah Pencatatan

dilakukan segera setelag melaksanakan asuhan pada formulis yang


148
tersedia (Rekam media/Status pasien/buku KIA), Ditulis dalam

bentuk catatan perkembangan SOAP (1) S adalah data subjektif,

mencatat hasil anamnesa (2) O adalah data objektif, mencatat hasil

pemeriksaan (3) A adalahhasil analisa, mencatat diagnosi dan

masalah kebidanan (4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan pentalaksanaan yang sudah dilakukan seperti

tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

1) Asuhan Kebidaan Kala I

a) Pengkajian

Dalam pengkajian bidan mengumpulkan semua

informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada ibu bersalin meliputi :

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam

masuk pada saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam : untuk mengetahui tanggal dan waktu

melakukan pengkajian.

(1) Data subjektif

149
Menurut Handayani (2017:123) Data subjektif

ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dirasakan (PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:172) dalam data

subjektif melipti bebeapa bagian diantaranya yaitu

identitas, keluhan utama, pola nutrisi , pola eliminasi

serta pola istirahat (PPSDM Kemenkes,2017).

(a) Identitas

Menurut Handayani (2017:172) dalam data

subjektif identitas pasien dibagi menjadi beberapa

yaitu nama, umur, suku/bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan dan alamat (PPSDM

Kemenkes,2017).

Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:172) usia di bawah 20 tahun dan

diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap

sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun

meningkatkan insiden preeklampsia dan usia diatas

150
35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus

tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang lama

pada nulipara, seksio sesaria, persalinan preterm,

IUGR, anomali kromosom dan kematian janin

(Varney dkk,2007; PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017:172)

asal daerah dan bangsa seorang ibu berpengaruh

terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan dan

adat istiadat yang dianut (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:172) disini

mengetahui agama pasien bertujuan untuk

mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa

sesuai dengan keyakinannya (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:172) mengetahui

Pendidikan pasien disini bertujuan untuk

mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga

kesehatan dapat melalukan komunikasi termasuk

dalam hal pemberian konseling sesuai dengan

pendidikan terakhirnya (PPSDM Kemenkes,2017).

151
Ditegaskan juga oleh Handayani (2017:172)

status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

pencapaian status gizinya. Hal ini dikaitkan dengan

berat janin saat lahir. Jika tingkat sosial

ekonominya rendah, kemungkinan bayi lahir

dengan berat badan rendah (PPSDM

Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017:172)

mengetahu alamt disini bertujuan untuk

mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan

follow up terhadap perkembangan ibu (PPSDM

Kemenkes,2017).

(b) Keluhan Utama

Menurut Mochtar (2011) dalam Handayani

(2017:172) rasa sakit pada perut dan pinggang

akibat kontraksi yang datang lebih kuat, sering dan

teratur, keluarnya lendir darah dan keluarnya air

ketuban dari jalan lahir merupakan tanda dan

gejala persalinan yang akan dikeluhkan oleh ibu

menjelang akan bersalin (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

(c) Pola Nutrisi

152
Menurut Varney dkk (2007) Handayani

(2017:172) pengkajian pola nutrisi ini bertujuan

untuk mengkaji cadangan energi dan status cairan

ibu serta dapat memberikan informasi pada ahli

anestesi jika pembedahan diperlukan (Varney dkk,

2007; PPSDM Kemenkes,2017).

(d) Pola Eliminasi

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:172) saat persalinan akan

berlangsung, menganjurkan ibu untuk buang air

kecil secara rutin dan mandiri, paling sedikit setiap

2 jam (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

(e) Pola Istirahat

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:172) pada wanita dengan usia 18-

40 tahun kebutuhan tidur dalam sehari adalah

sekitar 8-9 jam (Hidayat&Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

(2) Data Objektif

Menurut Handayani (2017:123) Data objektif

adalah pendokumentasian hasil observasi yang jujur,


153
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan

laboratorium. Catatan medik dan informasi dari

keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data

objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:173-175) dalam data

objektif diambil dari beberapa pemeriksaan diantaranya

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

khusus serta pemeriksaan penunjang (PPSDM

Kemenkes,2017).

(a) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017:173)

pemeriksaan umum dibagi menjadi beberapa

yaitu keadaan umum, kesadaran, keadaan

emosional, berat badan dan tanda-tanda vital

(PPSDM Kemenkes,2017).

Keadaan Umum: Baik

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:173) pemeriksaan

kesadaran ini bertujuan untuk menilai status

154
kesadaran ibu. Composmentis adalah status

kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran

penuh dengan memberikan respons yang cukup

terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat &

Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

Keadaan Emosional: Stabil

Menurut Handayani (2017:173)

pemeriksaan berat badan ini bertujuan untuk

menghitung penambahan berat badan ibu

(PPSDM Kemenkes,2017).

Ditegaskan juga olehVarney dkk (2007)

dalam Handayani (2017:173) secara garis besar,

pada saat persalinan tanda-tanda vital ibu

mengalami peningkatan karena terjadi

peningkatan metabolisme selama persalinan.

Tekanan darah meningkat selama kontraksi yaitu

peningkatan tekanan sistolik 10-20 mmHg dan

diastolik 5-10 mmHg dan saat diantara waktu

kontraksi tekanan darah akan kembali ke tingkat

sebelum persalinan. Rasa nyeri, takut dan

khawatir dapat semakin meningkatkan tekanan

darah.

155
Peningkatan suhu normal adalah

peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5° C

sampai 1° C. Frekuensi denyut nadi di antara

waktu kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding

selama periode menjelang persalinan. Sedikit

peningkatan frekuensi nadi dianggap normal.

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih

normal selama persalinan (Varney dkk, 2007;

PPSDM Kemenkes,2017).

(b) Pemeriksaan Fisik

Sedangakan untuk pemeriksaan fisik

Menurut Handayani (2017:173-175) di bagi

menjadi beberapa diantaranya adalah

pemeriksaan pada muka, mata, payudara,

ekstremitas (PPSDM Kemenkes,2017).

Pemeriksaan pada muka menurut Mochtar

(2011) dalam Handayani (2017:173) melihat

muncul atau tidak bintik-bintik dengan ukuran

yang bervariasi pada wajah dan leher (Chloasma

Gravidarum)(Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

156
Pemeriksaan pada mata menurut Hidayat

dan Uliyah (2008) dalam Handayani (2017:173)

pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai

warna , yang dalam keadaan normal berwarna

putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva

dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.

Konjungtiva yang normal berwarna merah muda

(Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Bobak dkk (2005) dan

Prawirohardjo (2010) dalam Handayani

(2017:173) akibat pengaruh hormon kehamilan,

payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di

bawah kulit akan lebih terlihat, puting payudara

membesar, kehitaman dan tegak, areola meluas

dan kehitaman serta muncul strechmark pada

permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai

kesimetrisan payudara, mendeteksi kemungkinan

adanya benjolan dan mengecek pengeluaran ASI

(Bobak dkk, 2005; Prawirohardjo,2010; PPSDM

Kemenkes,2017).

Pemeriksaan pada ekstremitas menurut

Handayani (2017:173) dilakukan pemeriksaan

157
adanya edema atau tidak, tidak ada varises dan

refleks patella menunjukkan respons positif.

(PPSDM Kemenkes,2017).

(c) Pemeriksaan Khusus

Untuk pemeriksaan khusus pada ibu

bersalin menurut Handayani (2017:174-175)

dibagi menjadi 2 yaitu Obstetri dan Gynekologi

(PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Mochtar (2011) dalam

Handayani (2017:174) pemeriksaa pada abdomen

muncul garis-garis pada permukaan kulit perut

(Striae Gravidarum) dan garis pertengahan pada

perut (Linea Gravidarum) akibat Melanocyte

Stimulating Hormon (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

Ditegaskan juga oleh Mochtar (2011)

dalam Handayani (2017:174) pemeriksaan

palpasi ini meliputi pemeriksaan Leopold 1,

pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil,

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin

yang terdapat pada fundus. Leopold 2,

menentukan batas samping rahim kanan dan kiri,

158
menentukan letak punggung janin dan pada letak

lintang, menentukan letak kepala janin. Leopold

3, menentukan bagian terbawah janin dan

menentukan apakah bagian terbawah tersebut

sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih

dapat digerakkan. Leopold 4, pemeriksa

menghadap ke arah kaki ibu hamil dan

menentukan bagian terbawah janin dan berapa

jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu atas

panggul (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Manuaba, dkk (2007) dalam

Handayani (2017:174) berat janin dapat

ditentukan dengan rumus Lohnson, yaitu: Jika

kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul

Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram Jika kepala

janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat

janin = (TFU – 11) × 155 gram (Manuaba dkk,

2007; PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangakan untuk pemeriksaan secara

auskultasi menurut Cunningham dkk (2009)

dalam Handayani (2017:174) denyut jantung

janin normal adalah antara 120-160 ×/menit

159
(Kemenkes RI, 2013). Bagian Terendah: Pada

akhir trimester III menjelang persalinan,

presentasi normal janin adalah presentasi kepala

dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi

(Cunningham dkk, 2009; PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:174) Durasi kontraksi uterus

sangat bervariasi, tergantung pada kala persalinan

ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan

mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20 detik

sedangkan pada persalinan kala I fase aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan

durasi rata-rata 60 detik. Informasi mengenai

kontraksi ini membantu untuk membedakan

antara konraksi persalinan sejati dan persalinan

palsu (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

Sedangakn untuk pemeriksaan

Gynekologi meliputi Inspeksi: menurut Mochtar

(2011) dalam Handayani (2017:175) Pengaruh

hormon estrogen dan progesteron menyebabkan

pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi

160
varises pada sekitar genetalia. Namun tidak

semua ibu hamil akan mengalami varises pada

daerah tersebut. Pada keadaan normal, tidak

terdapat hemoroid pada anus serta pembengkakan

pada kelenjar bartolini dan kelenjar skene.

Pengeluaran pervaginam seperti bloody show dan

air ketuban juga harus dikaji untuk memastikan

adanya tanda dan gejala persalinan (Mochtar,

2011; PPSDM Kemenkes,2017).

Ditegaskan juga oleh Varney dkk (2007)

dalam Handayani (2017:175) pemeriksaan

vaginal toucher bertujuan untuk mengkaji

penipisan dan pembukaan serviks, bagian

terendah, dan status ketuban. Jika janin dalam

presentasi kepala, moulding, kaput suksedaneum

dan posisi janin perlu dikaji dengan pemeriksaan

dalam untuk memastikan adaptasi janin dengan

panggul ibu (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:175) pemeriksaan panggul ini

bertujuan untuk mengkaji keadekuatan panggul

161
ibu selama proses persalinan (Varney dkk, 2007;

PPSDM Kemenkes,2017).

(d) Pemeriksaan Penunjang

Sedangakn untuk pemeriksaan penunjang

pada ibu bersalin menurut Handayani (2017:175)

dibagi menjadi beberapa bagian pemeriksaan

diantaranya hemoglobin, cardiotocography

(CTG), USG, protein urine dan glukosa urine

(PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:175) perlunya dilakukan

pemeriksaan hemoglobin selama persalinan

karena kadar hemoglobin mengalami peningkatan

1,2 gr/100 ml dan akan kembali ke kadar sebelum

persalinan pada hari pertama pasca partum jika

tidak kehilangan darah yang abnormal (Varney

dkk, 2007; PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:175)

pemeriksaan cardiotocography (CTG) ini

bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin

(PPSDM Kemenkes,2017).

162
Menurut Mochtar (2011): dalam

Handayani (2017:175) perlu dlakukanya

pemeriksaan USG pada akhir trimester III

menjelang persalinan, pemeriksaan USG

dimaksudkan untuk memastikan presentasi janin,

kecukupan air ketuban, tafsiran berat janin,

denyut jantung janin dan mendeteksi adanya

komplikasi (Mochtar, 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

Protein urine dan glukosa urine Menurut

Varney dkk (2006) dalam Handayani (2017:175)

urine negative untuk protein dan glukosa (Varney

dkk, 2006; PPSDM Kemenkes,2017).

b) Perumusan Diagnosa

Dalam perumusan diagnosa dan atau masalah

kebidana bidan menganalisa data yang diperoleh pada

pengkajian, mengintrepestasinya secara akurat dan logis

untuk menegakkan diagnose dan masalah kebidanan yang

tepat.

Menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani

(2017:175-176) perumusan diagnosa persalinan disesuaikan

dengan nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22

163
tahun usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dan

janin tunggal hidup. Perumusan masalah disesuaikan dengan

kondisi ibu. Rasa takut, cemas, khawatir dan rasa nyeri

merupakan permasalahan yang dapat muncul pada proses

persalinan (Varney dkk, 2007; PPSDM Kemenkes,2017).

Kebutuhan ibu bersalin menurut Leaser & Keanne

dalam Handayani (2017: 175-176) adalah pemenuhan

kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigenasi, eliminasi,

istrirahat dan tidur),kebutuhan pengurangan rasa nyeri,

support person (atau pendampingan dari orang dekat),

penerimaan sikap dan tingkah laku serta pemberian informasi

tentang keamanan dan kesejahteraan ibu dan janin (PPSDM

Kemenkes,2017).

c) Perencanaan

Menurut Handayani (2017:123) perencanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

intrepretasi data. (PPSDM Kemenkes,2017).

Dalam perencanaan bidan merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosis dan masalah yang

ditegakkan. tujuan dilakukan perencanaan pada kala I untuk

memantau adanya pembukaan.

164
(1) Perencanaan kala I fase Laten:

(a) Informasikan hasil pemeriksaan agar ibu

mengetahui kondisinya dan janin

(b) Lakukan observasi meliputi : TTV (tiap 4 jam ,suhu

tiap 4 jam, nadi 30-60menit), DJJ setiap 1jam,

pembukaan setiap 4jam, His setiap 1 jam,

pemeriksaan dalam setiap 4jam, pembukaan serviks

setiap 4jam.

(c) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan menganjurkan

ibu untuk makan dengan tekstur lembut dan minum

manisdisela-sela kontraksi untuk menambah

energi

(d) Ajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan

untuk mengurangi nyeri kontraksi dan dapat

mengatur pernapasan.

(e) Anjurkan ibu untuk merubah posisi dan ambulasi

seperti miring kiri atau posisi senyaman ibu kecuali

posisi terlentang.

(f) Anjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih

penuh agar tidak mengganggu kontraksi

(g) Anjurkan keluarga agar memberikan dukungan dan

mendampingi ibu selama persalinan agar ibu

merasa nyaman.

165
(h) Lakukan teknik conterpressure untuk

mengurangi nyeri

(2) Perencanaan kala I fase Aktif:

(a) Penuhi kebutuhan dasar ibu bersalin pada kala I

(Nutrisi, eliminasi, personal hygiene dan lain-lain).

(b) Lakukan pemantauan kemajuan

persalinan meliputi : TTV (tiap 4 jam ,suhu tiap 2

jam, nadi 30-60menit), DJJ setiap 30 menit,

kontraksi uterus setiap 30 menit dihitung selama

10 menit, pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau bila

ada indikasi seperti : ketuban pecah, perineum

menonjol, vulva membuka, anus

membuka (Saifuddin 2009).

(c) Ajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan

untuk mengurangi nyeri kontraksi dan dapat

mengatur pernapasan

(d) Lakukan teknik conterpressure untuk

mengurangi nyeri.

(e) Siapkan partus set ((klem jelly atau dan klem

kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat atau

klem plastik, kateter nelaton, gunting episiotomi,

alat pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher)

dan alat resusitasi.

166
d) Implementasi

Menurut Handayani (2017:123-124)

Implementation/implementasi, adalah pelaksanaan asuhan

sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah klien. Pelaksanaan tindakan

harus disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak

dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien

(PPSDM Kemenkes,2017)

Dalam implementasi bidan melaksanakan rencana

asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dana

man berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

e) Evaluasi

Menurut Handayani (2017:124) evaluation/evaluasi,

adalah tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk

menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan.

Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan

merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika

kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat

menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif

167
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan (PPSDM

Kemenkes,2017)

Dalam evaluasi bidan melakukan evaluasi secara

sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan

dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien.

(1) Kala I fase Laten:

(a) Ibu dengan TTV normal (TD : 100/60 sampai

<140/90 mmHg, Suhu : 36,5ºC-37ºC, Nadi : 60-

90x/menit, RR : 16-24x/menit), pemeriksaan Head

to toe tidak ditemukan kelainan, DJJ normal 120-

160x/menit, pemeriksaan VT (pembukaan sesuai

interval waktu yang diperkirakan 1-3 cm), penipisan

serviks , porsio lunak, penurunan kepala pada

hodge III-IV, selaput ketuban)

(b) Kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi dengan makan

yang bertekstur lunak dan minum manis disela-sela

kontraksi untuk menambah energi.

(c) Nyeri kontraksi berkurang dengan penerapan

latihan relaksasi dan dapat mengatur pernapasan.

(d) Ibu merasa nyaman dengan posisi miring kiri

(e) Ibu bersedia mengosongkan kandung kemih

168
(f) Ibu merasa nyaman setelah diberi dukungan oleh

anggota keluarga.

(g) Nyeri ibu berkurang dengan dilakukannya teknik

counter pressure.

(2) Kala I fase Aktif:

(a) Kebutuhan dasar pada ibu bersalin terpenuhi

(b) Ibu dengan TTV normal (TD : 100/60 sampai

<140/90 mmHg, Suhu : 36,5ºC-37ºC, Nadi : 60-

90x/menit, RR : 16-24x/menit), pemeriksaan Head

to toe tidak ditemukan kelainan, DJJ normal 120-

160x/menit, pemeriksaan VT (pembukaan sesuai

interval waktu yang diperkirakan 4-10 cm),

penipisan serviks , porsio lunak, penurunan kepala

pada hodge III-IV, selaput ketuban)

(c) Nyeri kontraksi berkurang dengan penerapan

latihan relaksasi dan dapat mengatur pernapasan.

(d) Nyeri ibu berkurang dengan dilakukannya teknik

counter pressure.

(e) Partus set dan alat resusitasi sudah disiapkan oleh

bidan.

f) Catatan Perkembangan

169
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam medis/Status

pasien/buku KIA)

Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

(1) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

(2) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

(3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosis dan masalah

kebidanan

(4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan

seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

2) Asuhan Kebidaan Kala II

a) Pengkajian

(1) Data Subjektif

Ibu mengatakan mules sering dan ingin meneran.

(2) Data Objektif

Tanda-tanda Kala II yaitu vulva membuka,ada

tekanan anas, penonjolan perineum, pemeriksaan

mendalam untuk menentukan apakah pembukaan serviks

utuh, penipisan serviks, penipisan serviks, penurunan

170
bagian terendah, membran ketuban dan molase telah

dievaluasi, adanya his lebih dari 50 detik dalam 10 menit

sama dengan lebih dari 4 kali, denyut jantung janin (DJJ)

biasanya 120-160 x / menit (Prawirohardjo, 2011).

b) Perumusan Diagnosa

Analisis untuk mendokumentasikan diagnosis dan

masalah kebidanan. Masalah atau diagnosis didasarkan pada

data subjektif atau objektif yang telah dievaluasi. Diagnosis:

Ny ... umur ... tahun G..P..A..hamil ... minggu inpartu kala II.

c) Perencanaan

Tujuannya adalah merencanakan kala dua sesuai asuhan

persalinan normal (APN) untuk membantu proses persalinan

bayi dan memastikan kala dua kehamilan ganda <1 jam, dan

kehamilan pertama <2 jam

(1) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap (Pasang

pengalas/underpad, arahkan lampu sorot untuk

membantu proses penerangan)

(2) Bantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya (Menunggu hingga ibu mempunyai

keinginan untuk meneran). Melanjutkan pemantauan

kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin.


171
(3) Minta anggota keluaraga mendukung dan memberi

semangat kepada ibu saat mulai meneran (Pada saat ada

his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan

pastikan ia merasa nyaman).

(4) Lakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran.

(5) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

(6) Anjurkan asupan cairan per oral apabila tidak ada his

(7) Nilai DJJ setiap lima menit.

(8) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu

multipara, merujuk segera.

LAKUKAN PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN

BAYI

(9) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu

untuk mengeringkan bayi.

(10) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di

bawah bokong ibu.

(11) Buka partus set.

(12) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

172
MENOLONG KELAHIRAN BAYI LAHIRNYA KEPALA

(13) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa

bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala

keluar perlahan - lahan. Menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala

lahir (Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera

hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir

menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi

tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru

dan bersih untuk melancarkan jalan nafas bayi).

(14) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung

bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

(15) Periksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian

meneruskan segera proses kelahiran bayi :

(16) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(17) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(18) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran

173
paksi luar secara spontan.

LAHIR BAHU

(19) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,

tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka

bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah

dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

LAHIR BADAN DAN TUNGKAI

(20) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan

tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah

ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,

gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior

(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

(21) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan

tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke

arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari

174
kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

(22) Menilai bayi dengan cepat (Menangis kuat, gerakan

aktif, kulit kemerahan), kemudian meletakkan bayi di

atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya

d) Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan

e) Evaluasi

(1) Kepala bayi akan mulai terlihat dari vagina yang terus

melebar (crowning)

(2) Ibu dapat meneran dengan benar (mengikuti intruksi dari

bidan)

(3) Ibu dengan posisi melahirkan yang nyaman

(4) Ibu dapat mengatur nafas dengan baik, pandangan ibu ke

perut

(5) Tenaga ibu efektif

(6) Ibu minum manis diantara his

(7) Kepala bayi lahir

(8) Bahu depan dan bahu belakang lahir (punggung kanan

atau punggung kiri)

(9) Badan dan tungkai bayi lahir

175
(10) Bayi lahir dengan kondisi normal dan sehat (Bayi

menangis kuat, gerakan aktif, kulit berwarna

kemerahan).

(f) Catatan Perkembangan

(1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam

medis/Status pasien/buku KIA/partograf).

(2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) Asuhan Kebidaan Kala III

a) Pengkajian

(1) Data Subjektif

Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir.

(2) Data Objektif

Pada data objektif ini meliputi beberapa yaitu tanda-

tanda vital yang terdiri dari pemeriksaan tekanan darah

denyut nadi, suhu, pernapasan. Adapun pemeriksaan

kontraksi uterus yang baik, kandung kemih kosong,

176
jumlah perdarahan serta jika ada tanda-tanda keluarnya

plasenta.

b) Perumusan Diagnosa

Analisis ini digunakan untuk mencatat diagnosis dan

masalah kebidanan. Tentukan masalah atau diagnosis

berdasarkan data subjektif atau objektif yang telah dipelajari.

Diagnosis: Ibu ... umur ... tahun P ... A ... inpartu kala III

c) Perencanaan

Tujuannya agar kontraksi uterus lebih efektif untuk

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, mengurangi

kehilangan darah pada persalinan kala III, dan mencegah

perdarahan postpartum akibat kelemahan otot uterus dan

retensi plasenta.

(23) Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi, mendorong isi tali pusat ke arah distal dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm jarak dari klem

pertama.

(24) Potong dan mengikat tali pusat

(25) Berikan suntikan oksitosin. Pemberian oksitosin

dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

Dalam pemberian oksitosin memastikan tidak ada janin

kedua di dalam uterus. Suntikan oksitosin 10 unit


177
diberikan secara intramuskuler (IM) pada sepertiga

bagian atas paha bagian luar.

(26) Letakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut

ibu, tepat di atas tulang pubis, dan melakukan palpasi

kontraksi , menstabilkan uterus

(27) Tunggu uterus berkontraksi dan kemudian

melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat

dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus

ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-

hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai (Jika uterus tidak

berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu).

(28) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

(29) Jika plasenta terlihat di introitus vagina,

melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan

kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan

dan dengan hati- hati memutar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

178
selaput ketuban tersebut.

(30) Lihat kelengkapan plasenta, Plasenta lahir lengkap

terdiri atas 10-40 kotiledon, atau lobus yang

terbagi-bagi oleh septum atau alur. Biasanya

ketebalan 1,5 – 3 cm, berat rata-rata placenta 480 gr.

Tali pusat rata-rata sepanjang 45-50 cm. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

(31) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit :

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(b) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi

(c) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

(d) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu

30 menit sejak kelahiran bayi.

(32) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus, melakukan masasse dengan gerakan melingkar

dan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi

keras). Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masasse selama 15 detik mengambil tindakan yang

sesuai.

(33) Lepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

179
larutan klorin 0,5 %.

(34) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua

tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan

air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya

dengan kain yang bersih dan kering.

(35) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

(36) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir

dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih

dan kering.

(37) Pastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

(38) Dekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.

(39) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

180
(40) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

(41) Selimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih

atau kering.

(42) Anjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

d) Implementasi

Melaksanakan tindakan Sesuai dengan perencanaan.

e) Evaluasi

(1) Plasenta lahir lengkap terdiri atas 10-40 kotiledon,

atau lobus yang terbagi-bagi oleh septum atau alur.

Biasanya ketebalan 1,5 – 3 cm, berat rata-rata placenta

480 gr. Tali pusat rata-rata sepanjang 45-50 cm.

(2) Kontraksi uterus keras

(3) Tidak terjadi pendarahan abnormal (pendarahan

<500ml)

(4) Ibu merasa nyaman

(5) Alat-alat yang digunakan steril

f) Catatan Perkembangan

(1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam

medis/Status pasien/buku KIA)

181
(2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

4) Asuhan Kebidaan Kala IV

a) Pengkajian

(1) Data Subjektif

Ibu tampak senang dengan kelahiran bayinya.

(2) Data Objektif

Data objektif ini meliputi pemeriksaa tanda-tanda

vital yang terdri dari tekanan darah, nadi,suhu dan

pernapasan. Dan juga dilakukan pemriksaan Kontraksi

uterus silihat Ketinggian fundus uterus lebih tinggi dari 2

jari tengah.

Serta dilakukanya pemeriksan Laserasi perineum

Laserasi perineum dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu

Derajat I mukosa vagina, puting posterior, kulit perineum,

jadi tidak diperlukan jahitan.

Derajat II mukosa vagina, stent posterior, kulit

perineum, otot perineum , derajat III mukosa vagina, stent

posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter anal

eksternal, derajat IVmukosa vagina, sklera posterior, kulit

perineum, otot perineum, sfingter ani eksterna, dinding

rektal anterior (Saifudin, 2009).

182
b) Perumusan Diagnosa

Analisis untuk mendokumentasikan diagnosis dan

masalah kebidanan. Masalah atau diagnosis didasarkan pada

data subjektif atau objektif yang telah dievaluasi. Diagnosis:

Ny ... umur ... tahun ... P ... A ...partus Kala IV.

c) Perencanaan

Tujuan dilakukan perencanaan kala IV untuk adalah

untuk memastikan bahwa ibu tidak mengalami perdarahan /

kelemahan uterus, kontraksi yang baik dan tanda-tanda vital

yang normal.

(43) Lakukan observasi Vital sign (Tekanan Darah :

110/70 mmHg-120 mmHg. Nadi : 80-90 x/menit,

Suhu : 36,5-37,50C, Respirasi : 16-24 x/menit), TFU 2

jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras dan tidak

ada pendarahan yang abnormal.

(44) Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam :

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan.

183
(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

melaksanakan perawatan yang sesuai untuk atonia

uteri.

(45) Ajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

(46) Periksa perineum dari pendarahan aktif (Jika

ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai).

(47) Periksa keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pasca persalinan

(48) Nilai Tinggi Fundus Uteri dengan meletakkan jari

tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

(49) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi dini

(miring kanan kiri, duduk, berdiri kemudian berjalan)

untuk meningkatkan kerja peristaltik dan kandung

kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan

konstipasi).

184
(50) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama

kala IV persalinan di halaman belakang patograf segera

setelah asuhan diberikan.

d) Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan.

e) Evaluasi

(1) Ibu dengan(Tekanan Darah : 110/70 mmHg-120

mmHg. Nadi : 80-90 x/menit, Suhu : 36,5-37,50C,

Respirasi : 16-24 x/menit),

(2) Tinggi Fundus Uteri 2 jari dibawah pusat

(3) Kontraksi uterus keras

(4) Tidak ada tanda-tanda pendarahan yang

abnormal/Atonia uteri <500ml

(5) Tidak terdapat laserasi yang memerlukan penjahitan

pada perineum

(6) Ibu tidak mengalami tanda-tanda distensi abdominal

dan konstipasi.

f) Catatan Perkembangan

185
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan pada formulir yang tersedia (rekammedis/ KMS/

status pasien/ buku KIA), dan ditulis dengan metode SOAP.

E. Bayi Baru Lahir(BBL)

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut Nurhasiyah dkk (2017:8) Bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui

vagina tanpa memakai alat untuk kehamilan 37 hingga 42 minggu

Minggu, berat lahir 2500-4000 gram, Nilai Apgar> 7, tidak ada

cacat bawaan (Nurhasiyah dkk,2017:8).

Sedangkan menurut Sinaga (2017:3) asuhan bayi baru lahir

adalah Asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah

kelahiran. Tujuannya adalah untuk mengkaji adaptasi BBL dari

kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus dengan penilaian

APGAR (Sinaga, 2017:3).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber

di atas dapat penulis simpulkan bahwa bayi baru lahir dan asuhan

bayi barulahir adalah Asuhan yang diberikan pada bayi yang baru

lahir pada jam pertama setelah kelahiran dan 2 jam setelah lahir.

yang bertujuan untuk mengkaji adaptasi BBL dari kehidupan dalam

uterus ke kehidupan luar uterus dengan penilaian APGAR

186
b. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

Menurut Parer JT (2008) dalam Indrayani dan Djami

(2016:484) perubahan fisiologis bayi sesaat setelah lahir

merupakan adaptasi fisiologis bayi baru lahir, sama halnya dengan

mempelajari fungsi dan proses kehidupan bayi baru lahir, yaitu

organisme yang sedang tumbuh yang baru mengalami proses

kelahiran dan harus beradaptasi dengan kehidupan di dalam atau di

luar rahim kehidupan (Parer JT,2008;Indrayani&Djami 2016:484).

Sedangkan menurut Lusiana dkk,(2019:2) Perubahan

fisiologis bayi segera setelah lahir terbagi menjadi beberapa

perubahan diantaranya adalah termogegulasi, perubahan pada

system pernafasan, perubahan pada system pencernaan, perubahan

pada system kardisovaskuler dan darah, metabolism glukosa serta

perubahan pada system ginjal (Lusiana dkk,2019:2).

1) Termogegulasi

Menurut Indrayani dan Djami (2016:489) saat lahir,

mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir

belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera

dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka

bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi

(Indrayani&Djami,2016:489).

187
Menurut Indrayani dan Djami (2013) dalam Indrayani

dan Djami (2016:489) Ada empat mekanisme kemungkinan

kehilangan panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya

yaitu meliputi:

a) Konduksi

Konduksi adalah hilangnya panas dihantarkan

dari tubuh bayi ke badan sekitarnya yang kontak

langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari

tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

b) Konveksi

Konveksi adalah hilangnya panas tubuh bayi ke

udara sekitar yang sedang bergerak (jumlahnya panas

yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu

udara). Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang

dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang

dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.

c) Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi

karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang

mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena

188
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh

bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

d) Evaporasi

Evaporasi adalah kehilangan panas hingga

melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan

dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara

merubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi

oleh jumlah panas yang dipakai tingkat kelembaban

udara air udara yang melewati.

2) System pernafasan

Menurut Indrayani dan Djami (2013) dalam Indrayani

dan Djami (2016:485) setelah bayi lahir, pertukaran gas harus

melewati paru-paru bayi. Nafas pertama bayi normal terjadi

dalam 30 menit pertama setelah lahir. Bayi mencoba untuk

mempertahankan tekanan alveolar untuk pertama kalinya,

dan di lain waktu ia mencoba menarik dan menghembuskan

dengan demikian menjaga udara tetap di dalam. Pernapasan

bayi baru lahir biasanya adalah otot diafragma dan

pernapasan perut, dan frekuensi serta kedalaman tarikan tidak

teratur (Indrayani & Djami ,2016:485).

3) System pencernaan

189
Perubahan system pencernaan pada bayi baru lahir

menurut Myles (2009) dalam Lusiana dkk (2019: 4)

strukturnya lengkap tetapi belum sempurna, dan mukosa

mulutnya lembab dan berwarna merah muda. Lapisan keratin

berwarna merah muda, kapasitas lambung sekitar 15-30 ml,

dan buang air besar pertama kali Hijau muda (Myles, 2009;

Lusiana dkk,2019: 4).

4) System kardisovaskuler dan darah

Perubahan pada system kardisovaskuler dan darah

menurut Nurhasiyah dkk (2017:45) yaitu setelah lahir, darah

bayi baru lahir harus melewati paru-paru serap oksigen dan

sirkulasikan melalui tubuh manusia mengirimkan oksigen ke

jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru

lahir terjadi dua kali perubahan utama yaitu penututup

foramen ovale atrium jantung, penutupan duktus arteri antara

arteri pulmonalis dan arteri pulmonalis aorta (Nurhasiyah

dkk, 2017:45).

5) Metabolism glukosa

Perubahan metabolism glukosa Menurut Nurhasiyah

dkk (2017:51) yaitu dibutuhkan glukosa dalam jumlah besar

pada bayi baru lahir. Dengan menjepit tali pusat saat lahir,

bayi harus mulai menjaga kadar gula darah darahnya sendiri.

190
Pada setiap bayi baru lahir, gula darah Akan turun dengan

cepat dalam 1-2 jam (Nurhasiyah dkk, 2017:45).

6) Sistem Ginjal

Menurut Lusiana dkk (2019:4) ginjal bayi belum

matang, mengakibatkan laju filtrasi glomerulus rendah dan

tubulus ginjal memiliki kapasitas reabsorpsi yang terbatas.

Urine pertama dalam 24 jam pertama dan frekuensinya

semakin banyak sejalan dengan asupan (Lusiana dkk,

2019:4).

c. Pedoman pelayanan kebidanan pada Bayi Baru Lahir (BBL) di

masa Covid-19.

Menurut Kemenkes (2020:5) mengatakan bahwa ada

beberapa pedoman pelayanan pada Bayi Baru Lahir (BBL) di era

Covid-19 yang harus di terapkan oleh bidan diantaranya yaitu:

1) Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal

esensial saat lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan

perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin

K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian

imunisasi hepatitis B.

191
2) Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas

kesehatan, pengambilan sampel skrining hipotiroid

kongenital (SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.

3) Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan

Neonatal (KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan melakukan

upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas

ataupun ibu dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal yaitu :

a) KN 1: pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48

(empat puluh delapan) jam setelah lahir.

b) KN 2: pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7

(tujuh) hari setelah lahir

c) KN 3: pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28

(dua puluh delapan) hari setelah lahir

4) Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir

termasuk ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi

baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila

ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke

fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda

bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.

2. Menejemen Asuhan Kebidanan


192
Menurut Husanah (2015) Manajemen asuhan kebidanan atau

yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode

berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi

asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan suatu

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan-temuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien

(Husanah, 2015).

Ditegaskan juga oleh KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

Bahwa Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan (KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber di

atas dapat penulis simpulkan bahwa menejemen asuhan kebidanan

adalah suatu metode berfikir,bertindak dan sebagai acuan dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh bidan sesuai

193
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan

kiat kebidanan dalam memberi asuhan kebidanan.

Manajemen asuhan bidan yang digunakan dalam penyusunan

LTA ini mengacu pada KEPMENKES NO.938 / MENKES / SK /

VIII / 2007 tentang standar asuhan bidan.

a. STANDAR I: PENGKAJIAN

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir (BB) meliputi:

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk

pada saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam : untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

1) Data subjektif

Menurut Handayani (2017:123) Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dikeluhkan (PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017:179-180) data

subjektif melipti bebeapa bagian diantaranya yaitu identitas


194
bayi, identitas orangtua, dan data kesehatan (PPSDM

Kemenkes,2017).

a) Identitas Bayi

Menurut Handayani (2017:179) dalam data

subjektif identitas bayi dibagi menjadi beberapa yaitu

Nama bertujuan untuk mengenal bayi. Jenis Kelamin

bertujuan untuk memberikan informasi pada ibu dan

keluarga serta memfokuskan saat pemeriksaan

genetalia Dan anak ke- bertujuan untuk mengkaji

adanya kemungkinan sibling rivalry (PPSDM

Kemenkes,2017).

b) Identitas Orangtua

Menurut Handayani (2017:179-180) dalam data

subjektif identitas orang tua dibagi menjadi beberapa

yaitu:

(1) Nama bertujuan untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur bertujuan usia orangtua mempengaruhi

kemampuannya dalam mengasuh dan merawat

bayinya.

195
(3) Suku/Bangsa bertujuan untuk mengetahui asal

daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh

terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,

pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.

(4) Agama bertujuan untuk mengetahui keyakinan

orangtua sehingga dapat menuntun anaknya

sesuai dengan keyakinannya sejak lahir

(5) Pendidikan bertujuan untuk mengetahui tingkat

intelektual orangtua yang dapat mempengaruhi

kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam

mengasuh, merawat dan memenuhi kebutuhan

bayinya.

(6) Pekerjaan bertujuan untuk mengetahui status

ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

pencapaian status gizi. Hal ini dapat dikaitkan

dengan pemenuhan nutrisi bagi bayinya.

Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang

tinggi cenderung akan memberikan susu formula

pada bayinya.

(7) Alamat bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan bayi.

196
(PPSDM Kemenkes,2017).

c) Data Kesehatan

Menurut Handayani (2017:180) dalam data

subjektif pada riwayat kesehata dibagi menjadi dua

yaitu:

(1) Riwayat Kehamilan

Bertujuan untuk mengetahui beberapa

kejadian atau komplikasi yang terjadi saat

mengandung bayi yang baru saja dilahirkan.

Sehingga dapat dilakukan skrining test dengan

tepat dan segera.

(2) Riwayat Persalinan

Bertujuan untuk menentukan tindakan segera

yang dilakukan pada bayi baru lahir.

(PPSDM Kemenkes,2017).

2) Data objektif

Menurut Handayani (2017:123) Data objektif adalah

pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium.

Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data


197
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis

klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:180-183) dalam data

objektif diambil dari beberapa pemeriksaan diantaranya

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik khusus dan

pemeriksaan refleks (PPSDM Kemenkes,2017).

a) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017:180) pemeriksaan

umum pada bayi baru lahir dibagi menjadi beberapa

yaitu:

(1) Keadaan Umum: baik

(2) Tanda-Tanda Vital

Pernapasan normal adalah antara 30-50

kali per menit, dihitung ketika bayi dalam posisi

tenang dan tidak ada tanda-tanda distress

pernapasan. Bayi baru lahir memiliki frekuensi

denyut jantung 110-160 denyut per menit dengan

rata-rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka

normal pada pengukuran suhu bayi secara aksila

adalah 36,5-37,5° C.

198
(3) Antropometri

Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah

2500-4000 gram, panjang badan sekitar 48-52

cm, lingkar kepala sekitar 32-37 cm, kira-kira 2

cm lebih besar dari lingkar dada (30-35cm). Bayi

biasanya mengalami penurunan berat badan

dalam beberapa hari pertama yang harus kembali

normal pada hari ke-10. Sebaiknya bayi

dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4

dan hari ke-10 untuk memastikan berat badan

lahir telah Kembali.

(4) APGAR Score

Skor APGAR merupakan alat untuk

mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir dalam

hubungannya dengan 5 variabel. Penilaian ini

dilakukan pada menit pertama, menit ke-5 dan

menit ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama

menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan

baik.

b) Pemeriksaan Fisik Khusus

199
Menurut Handayani (2017:180-182)

pemeriksaan fisik khusus pada bayi baru lahir meliputi:

(1) Kulit

Seluruh tubuh bayi harus tampak merah

muda, mengindikasikan perfusi perifer yang baik.

Bila bayi berpigmen gelap, tanda-tanda perfusi

perifer baik dapat dikaji dengan mengobservasi

membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Bila

bayi tampak pucat atau sianosis dengan atau

tanpa tanda-tanda distress pernapasan harus

segera dilaporkan pada dokter anak karena dapat

mengindikasikan adanya penyakit. Selain itu,

kulit bayi juga harus bersih dari ruam, bercak,

memar, tandatanda infeksi dan trauma.

(2) Kepala

Fontanel anterior harus teraba datar. Bila

cembung, dapat terjadi akibat peningkatan

tekanan intracranial sedangkan fontanel yang

cekung dapat mengindikasikan adanya dehidrasi.

Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam

kelahiran. Sefalhematoma pertama kali muncul

pada 12 sampai 36 jam setelah kelahiran dan

200
cenderung semakin besar ukurannya, diperlukan

waktu sampai 6 minggu untuk dapat hilang.

Adanya memar atau trauma sejak lahir harus

diperiksa untuk memastikan bahwa proses

penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-

tanda infeksi.

(3) Mata

Pemeriksaan pada mata ini bertujuan

untuk memastikan bahwa keduanya bersih tanpa

tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus

dibersihkan dan usapannya dapat dilakukan jika

diindikasikan.

(4) Telinga

Periksa telinga ini bertujuan untuk

memastikan jumlah, bentuk dan posisinya.

Telinga bayi cukup bulan harus memiliki tulang

rawan yang cukup agar dapat kembali ke posisi

semulai ketika digerakkan ke depan secara

perlahan. Daun telinga harus berbentuk sempurna

dengan lengkungan-lengkungan yang jelas pada

bagian atas.

201
Posisi telinga diperiksa dengan penarikan

khayal dari bagian luar kantung mata secara

horizontal ke belakang ke arah telinga. Ujung atas

daun telinga harus terletak di atas garis ini. Letak

yang lebih rendah dapat berkaitan dengan

abnormalitas kromosom, seperti trisomi. Lubang

telinga harus diperiksa kepatenannya. Adanya

kulit tambahan atau aurikel juga harus dicatat dan

dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

(5) Hidung

Dalam pemeriksaan hidung ini dinilai ada atau

tidaknya kelainan bawaan atau cacat lahir.

(6) Mulut

Pemeriksaan pada mulut memerlukan

pencahayaan yang baik dan harus terlihat bersih,

lembab dan tidak ada kelainan seperti palatoskisis

maupun labiopalatoskisis (Bibir sumbing).

(7) Leher

Bayi biasanya berleher pendek, yang

harus diperiksa adalah kesimetrisannya. Perabaan

202
pada leher bayi perlu dilakukan untuk mendeteksi

adanya pembengkakan, seperti kista higroma dan

tumor sternomastoid. Bayi harus dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Adanya pembentukan selaput kulit

mengindikasikan adanya abnormalitas

kromosom, seperti sindrom Turner dan adanya

lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang

leher mengindikasikan kemungkinan adanya

Trisomo.

(8) Klavikula

Perabaan pada semua klavikula bayi

bertujuan untuk memastikan keutuhannya,

terutama pada presentasi bokong atau distosia

bahu, karena keduanya berisiko menyebabkan

fraktur klavikula, yang menyebabkan hanya

mampu sedikit bergerak atau bahkan tidak

bergerak sama sekali.

(9) Dada

Pada memeriksaan dada ini dilihat ada atau

tidaknya retraksi dinding dada bawah yang

dalam.

203
(10) Umbilikus

Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa

setiap hari untuk mendeteksi adanya perdarahan

tali pusat, tanda-tanda pelepasan dan infeksi.

Biasanya tali pusat lepas dalam 5-16 hari.

Potongan kecil tali pusat dapat tertinggal di

umbilikus sehingga harus diperiksa setiap hari.

Tanda awal terjadinya infeksi di sekitar umbilikus

dapat diketahui dengan adanya kemerahan

disekitar umbilikus, tali pusat berbau busuk dan

menjadi lengket.

(11) Ekstremitas

Pemeriksaan ekstermitas ini bertujuan untuk

mengkaji kesimetrisan, ukuran, bentuk dan

posturnya. Panjang kedua kaki juga harus

dilakukan dengan meluruskan keduanya. Posisi

kaki dalam kaitannya dengan tungkai juga harus

diperiksa untuk mengkaji adanya kelainan posisi,

seperti deformitas anatomi yang menyebabkan

tungkai berputar ke dalam, ke luar, ke atas atau ke

bawah. Jumlah jari kaki dan tangan harus

lengkap. Bila bayi aktif, keempat ekstremitas

204
harus dapat bergerak bebas, kurangnya gerakan

dapat berkaitan dengan trauma.

(12) Punggung

Tanda-tanda abnormalitas pada bagian

punggung yaitu spina bifida, adanya

pembengkakan, dan lesung atau bercak kecil

berambut.

(13) Genetalia

Pada pemeriksaan genetalia ini pada

perempuan vagina berlubang, uretra berlubang

dan labia minora telah menutupi labia mayora.

Sedangkan pada laki-laki, testis berada dalam

skrotum dan penis berlubang pada ujungnya.

(14) Anus

Pemeriksaan pada anus ini melihat secara

perlahan membuka lipatan bokong lalu

memastikan tidak ada lesung atau sinus dan

memiliki sfingter ani.

(15) Eliminasi

205
keluarnya urine dan mekonium harus

dicatat karena merupakan indikasi kepatenan

ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah.

c) Pemeriksaan Refleks

Menurut Handayani (2017:182-183)

pemeriksaan reflek pada bayi baru lahir meliputi

beberapa pemeriksaan reflek diantaranya adalah morro,

rooting, sucking, grasping, startle, tonic neck, neck

righting, babinski, merangkak, menari atau melangkah,

ekstruasi dan galant’s (PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Morro

Menurut Ladewig dkk (2005) dalam

Handayani (2017:182-183) respon bayi baru lahir

akan menghentakkan tangan dan kaki lurus ke

arah luar sedangkan lutut fleksi kemudian tangan

akan kembali ke arah dada seperti posisi dalam

pelukan, jari-jari nampak terpisah membentuk

huruf C dan bayi mungkin menangis (Ladewig

dkk 2005; PPSDM Kemenkes,2017).

(2) Rooting

Menurut Ladewig dkk (2005) dalam

Handayani (2017:182) setuhan pada pipi atau


206
bibir menyebabkan kepala menoleh ke arah

sentuhan (Ladewig, dkk, 2005; PPSDM

Kemenkes,2017).

(3) Sucking

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:182) bayi menghisap

dengan kuat dalam berenspons terhadap

stimulasi. Refleks ini menetap selama masa bayi

dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.

Refleks yang lemah atau tidak ada menunjukkan

kelambatan perkembangan atau keaadaan

neurologi yang abnormal (Hidayat & Uliyah,

2008; PPSDM Kemenkes,2017).

(4) Grasping

Menurut Ladewig dkk (2005) dalam

Handayani (2017:182-183) respons bayi terhadap

stimulasi pada telapak tangan bayi dengan sebuah

objek atau jari pemeriksa akan menggenggam

(Jari-jari bayi melengkung) dan memegang objek

207
tersebut dengan erat (Ladewig dkk, 2005;

PPSDM Kemenkes,2017).

(5) Startle

Menurut Hidayat dan Uliyah (2005)

dalam Handayani (2017:183) bayi meng-ekstensi

dan mem-fleksi lengan dalam merespons suara

yang keras, tangan tetap rapat dan refleks ini akan

menghilang setelah umur 4 bulan. Tidak adanya

respons menunjukkan adanya gangguan

pendengaran (Hidayat & Uliyah, 2005; PPSDM

Kemenkes,2017).

(6) Tonic Neck

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:183) bayi melakukan

perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi,

lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran

kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan.

Normalnya refleks ini tidak terjadi pada setiap

kali kepala diputar. Tampak kira-kira pada umur

2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan

(Hidayat&Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

208
(7) Neck Righting

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam

Handayani (2017:183) bila bayi terlentang, bahu

dan badan kemudian pelvis berotasi ke arah

dimana bayi diputar. Respons ini dijumpai selama

10 bulan pertama. Tidak adanya refleks atau

refleks menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan

adanya gangguan sistem saraf pusat (Hidayat &

Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

(8) Babinski

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:183) jari kaki

mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi,

dijumlah sampai umur 2 tahun. Bila

pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur

2 tahun menunjukkan adanya tanda lesi

ekstrapiramidal (Hidayat & Uliyah, 2008;

PPSDM Kemenkes,2017).

(9) Merangkak

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:183) bayi membuat

gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila

209
diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak

simetris menunjukkan adanya abnormalitas

neurologi (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

(10) Menari atau Melangkah

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:183) kaki bayi akan

bergerak ke atas dan ke bawah bila sedikit

disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini

dijumpai pada 4-8 minggu pertama kehidupan.

Refleks menetap melebihi 4-8 minggu

menunjukkan keadaan abnormal (Hidayat &

Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

(11) Ekstruasi

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:183) lidah ekstensi ke

arah luar bila disentuh dan dijumpai pada umur 4

bulan. Esktensi lidah yang persisten menunjukkan

adanya sindrom Down (Hidayat & Uliyah, 2008;

PPSDM Kemenkes,2017).

(12) Galant’s

210
Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:183) punggung bergerak

ke arah samping bila distimulasi dan dijumpai

pada 4- 8 minggu pertama. Tidak adanya refleks

menunjukkan adanya lesi medulla spinalis

transversa (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

b. STANDAR II: PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU

MASALAH KEBIDANAN

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengintrepestasinya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

Menurut Depkes RI (2010) dalam Handayani (2017:183)

Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi

baru lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah

kehangatan, ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes RI,

2010; PPSDM Kemenkes,2017).

c. STANDAR III: PERENCANAAN

Menurut Handayani (2017:123) perencanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

211
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi data.

Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraanya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria

tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan

yang akan dilaksanakan dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang

akan dilaksanakan harus mampu membantu klien mencapai

kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaburasi tenaga

kesehatan lain, antara lain dokter (PPSDM Kemenkes,2017).

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

d. STANDAR IV: IMPLEMENTASI

Menurut Handayani (2017:123-124)

Implementation/implementasi, adalah pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam

rangka mengatasi masalah klien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan klien (PPSDM Kemenkes,2017).

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dana man berdasarkan evidence

based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,

212
kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi,

dan rujukan.

e. STANDAR V: EVALUASI

Menurut Handayani (2017:124) evaluation/evaluasi, adalah

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan

nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan (PPSDM

Kemenkes,2017).

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

f. STANDAR VI: PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Bidan melakukan pencatatn secara lengkap, akurat, singkat

dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

213
Pencatatan Asuhan Kebidanan ini adalah Pencatatan

dilakukan segera setelag melaksanakan asuhan pada formulis yang

tersedia (Rekam media/Status pasien/buku KIA), Ditulis dalam

bentuk catatan perkembangan SOAP (1) S adalah data subjektif,

mencatat hasil anamnesa (2) O adalah data objektif, mencatat hasil

pemeriksaan (3) A adalahhasil analisa, mencatat diagnosi dan

masalah kebidanan (4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan pentalaksanaan yang sudah dilakukan seperti

tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

1) Menejemen asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir

a) Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir (BB) meliputi:

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk

pada saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam: untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

(1) Data subjektif

214
Menurut Handayani (2017:123) Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya

yang dirasakan (PPSDM Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017:179-180)

data subjektif melipti bebeapa bagian diantaranya yaitu

identitas bayi, identitas orangtua, dan data kesehatan

(PPSDM Kemenkes,2017).

(2) Data Objektif

(a) Menilai APGAR score

Menurut Johnson dan Taylor (2005) dalam

Handayani (2017:180) Skor Apgar merupakan alat

untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir dalam

hubungannya dengan 5 variabel. Penilaian ini

dilakukan pada menit pertama, menit ke-5 dan menit

ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan

bahwa bayi berada dalam keadaan baik (Johnson &

Taylor, 2005; PPSDM Kemenkes,2017).

Menilaian APGAR skor menurut Manuaba

(2010) adalah seperti table 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.7 Nilai APGAR skor


Skor 0 1 2
Denyut Tidak 100/ menit >100
215
jantung Ada denyut/meni
t
Pernapasan Tidak Lemah, Baik,
Ada menangis menangis
lemah kuat
Otot Lemas Refleks Gerak aktif,
lemah refleks baik
Reaksi Tidak Meringis Menangis
terhadap Ada
rangsang
Warna kulit Biru Badan merah, Seluruhnya
Pucat ekstremitas merah
pucat
(Sumber : Manuaba, 2010)

(b) Pemeriksaan Umum

Pahami keadaan umum dan kesadaran bayi baru lahir.

b) Perumusan Diagnosa

Mengembangkan diagnosis dan / atau masalah

berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Adalah normal bagi

bayi baru lahir untuk dilahirkan pada kehamilan cukup bulan

Diagnosis berdasarkan istilah kebidanan Usia istri bayi X,

menurut kehamilan, 0 hari saat kelahiran normal penuh.

c) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan

dan masalah-masalah yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir

antara lain :

216
(1) Segera keringkan bayi agar bayi terhindar dari hipotermi

(<36ºC).

(2) Potong dan rawat tali pusat dengan pengikat/ klem steril

untuk menghindari terjadinya pendarahan pada tali pusat.

(3) Lakukan IMD untuk memperkenalkan boading attachment

(memberikan suatu ikatan antara orang tua dengan bayi),

mempercepat produksi ASI, imunisasi alamiah bagi bayi,

pemberian kasih sayang dan lain-lain.

(4) Observasi keadaan umum bayi (bayi menangis, gerakan

aktif, warna kemerahan)

(5) Jaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya

hipotermi (<36ºC)

(6) Berikan salep/ tetes mata untuk mencegah terjadinya

infeksi

(7) Berikan Vitamin K untuk mencegah perdarahan pada bayi

(8) Berikan imunisasi Hb0 untuk mencegah penyakit

hepatitis B.

d) Implementasi

Pelaksanaan Tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah disiapkan.

e) Evaluasi

(1) Bayi tidak terjadi hipotermi (36,5ºC-37,2ºC)

217
(2) Bayi tidak mengalami pendarahan.

(3) Bayi menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan

(4) Bayi merasa hangat saat diselimuti diatas perut ibu

(5) Tidak terjadi infeksi setelah diberi salep mata

(6) Tidak terjadi pendarahan setelah disuntik vitamin K

(7) Bayi tidak terkena penyakit hepatitis B

f) Catatan Perkembangan

(1) Catat segera setelah melakukan perawatan pada formulir

yang tersedia (rekam medis / KMS / status pasien / manual

KIA).

(2) S merupakan data subjektif dan merupakan pencatatan hasil

pencatatan sejarah. O adalah data obyektif yang mencatat

hasil pemeriksaan. A adalah analisis yang mencatat

diagnosis, masalah dan kebutuhan ibu hamil. P adalah

manajer yang mencatat semua rencana dan pengelolaan

yang telah dilaksanakan, seperti tindakan yang diharapkan,

tindakan segera, tindakan terintegrasi, konsultasi, dukungan,

kolaborasi, evaluasi, dan rekomendasi.

2) Menejemen asuhan kebidanan pada bayi setelah 2 jam

a) Pengkajian

Tanggal/Jam Masuk :Untuk mengetahui tanggal dan waktu

melakukan pengkajian.

218
(1) Data Subjektif

Ibu mengatakan…

(2) Data Objektif

(a) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017:180) pemeriksaan

umum pada bayi baru lahir dibagi menjadi beberapa

yaitu keadaan umum, tanda-tanda vital, antropometri

(PPSDM Kemenkes,2017).

(b) Pemeriksaan Fisik

Menurut Handayani (2017:180-182)

pemeriksaan fisik khusus pada bayi baru lahir meliputi:

Pemeriksaan pada kulit seluruh tubuh bayi harus

tampak merah muda, mengindikasikan perfusi perifer

yang baik. Bila bayi berpigmen gelap, tanda-tanda

perfusi perifer baik dapat dikaji dengan mengobservasi

membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Bila bayi

tampak pucat atau sianosis dengan atau tanpa tanda-

tanda distress pernapasan harus segera dilaporkan pada

dokter anak karena dapat mengindikasikan adanya

penyakit. Selain itu, kulit bayi juga harus bersih dari

ruam, bercak, memar, tandatanda infeksi dan trauma.

219
Pemeriksan pada kepala yaitu fontanel anterior

harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat

peningkatan tekanan intracranial sedangkan fontanel

yang cekung dapat mengindikasikan adanya dehidrasi.

Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam

kelahiran. Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12

sampai 36 jam setelah kelahiran dan cenderung semakin

besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6 minggu

untuk dapat hilang. Adanya memar atau trauma sejak

lahir harus diperiksa untuk memastikan bahwa proses

penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-tanda

infeksi.

Pemriksaan pada mata bertujuan untuk

memastikan bahwa keduanya bersih tanpa tanda-tanda

rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan dan

usapannya dapat dilakukan jika diindikasikan.

Periksa telinga untuk memastikan jumlah,

bentuk dan posisinya. Telinga bayi cukup bulan harus

memiliki tulang rawan yang cukup agar dapat kembali

ke posisi semulai ketika digerakkan ke depan secara

perlahan. Daun telinga harus berbentuk sempurna

dengan lengkungan-lengkungan yang jelas pada bagian

atas. Posisi telinga diperiksa dengan penarikan khayal

220
dari bagian luar kantung mata secara horizontal ke

belakang ke arah telinga. Sedangakan dalam

pemeriksaan hidung dilihat adanya atau tidak kelainan

bawaan atau cacat lahir.

Pemeriksaan pada mulut memerlukan

pencahayaan yang baik dan harus terlihat bersih, lembab

dan tidak ada kelainan seperti palatoskisis maupun

labiopalatoskisis (Bibir sumbing)

Pemeriksaan leher bayi adalah kesimetrisannya.

Perabaan pada leher bayi perlu dilakukan untuk

mendeteksi adanya pembengkakan, seperti kista

higroma dan tumor sternomastoid. Bayi harus dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Adanya

pembentukan selaput kulit mengindikasikan adanya

abnormalitas kromosom, seperti sindrom Turner dan

adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang.

Pemeriksaan pada klavikula meliputi: perabaan

pada semua klavikula bayi bertujuan untuk memastikan

keutuhannya, terutama pada presentasi bokong atau

distosia bahu, karena keduanya berisiko menyebabkan

fraktur klavikula, yang menyebabkan hanya mampu

sedikit bergerak atau bahkan tidak bergerak sama sekali.

221
Pemeriksaan pada dada ini dilihat ada atau tidak

retraksi dinding dada bawah yang dalam

Pemeriksaan pada umbilicus meliputi tali pusat

dan umbilikus harus diperiksa setiap hari untuk

mendeteksi adanya perdarahan tali pusat, tanda-tanda

pelepasan dan infeksi. Biasanya tali pusat lepas dalam

5-16 hari. Potongan kecil tali pusat dapat tertinggal di

umbilikus sehingga harus diperiksa setiap hari. Tanda

awal terjadinya infeksi di sekitar umbilikus dapat

diketahui dengan adanya kemerahan disekitar

umbilikus, tali pusat berbau busuk dan menjadi lengket.

Pemeriksaan ekstremitas ini bertujuan untuk

mengkaji kesimetrisan, ukuran, bentuk dan posturnya.

Panjang kedua kaki juga harus dilakukan dengan

meluruskan keduanya. Posisi kaki dalam kaitannya

dengan tungkai juga harus diperiksa untuk mengkaji

adanya kelainan posisi, seperti deformitas anatomi yang

menyebabkan tungkai berputar ke dalam, ke luar, ke

atas atau ke bawah. Jumlah jari kaki dan tangan harus

lengkap. Bila bayi aktif, keempat ekstremitas harus

dapat bergerak bebas, kurangnya gerakan dapat

berkaitan dengan trauma.

222
Pemeriksaan pada punggung meliputi

pemeriksaan tanda-tanda abnormalitas pada bagian

punggung yaitu spina bifida, adanya pembengkakan,

dan lesung atau bercak kecil berambut .

Pemeriksaan pada genetalia ini pada perempuan

vagina berlubang, uretra berlubang dan labia minora

telah menutupi labia mayora. Sedangkan pada laki-laki,

testis berada dalam skrotum dan penis berlubang pada

ujungnya.

Pemeriksaan pada anus ini secara perlahan

membuka lipatan bokong lalu memastikan tidak ada

lesung atau sinus dan memiliki sfingter ani

Pemeriksaan pada eliminasi ini keluarnya urine

dan mekonium harus dicatat karena merupakan indikasi

kepatenan ginjal dan saluran gastrointestinal bagian

bawah.

(c) Pemeriksaan reflek

Menurut Handayani (2017:182-183)

pemeriksaan reflek pada bayi baru lahir meliputi:

Reflek morro adalah respon bayi baru lahir akan

menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah luar

sedangkan lutut fleksi kemudian tangan akan kembali


223
ke arah dada seperti posisi dalam pelukan, jari-jari

nampak terpisah membentuk huruf C dan bayi mungkin

menangis. Sedangan untu reflek rooting adalah setuhan

pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke

arah sentuhan.

Reflek sucking adalah bayi menghisap dengan

kuat dalam berenspons terhadap stimulasi. Refleks ini

menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama

tidur tanpa stimulasi. Refleks yang lemah atau tidak ada

menunjukkan kelambatan perkembangan atau keaadaan

neurologi yang abnormal.

Reflek grasping adalah respons bayi terhadap

stimulasi pada telapak tangan bayi dengan sebuah objek

atau jari pemeriksa akan menggenggam (Jari-jari bayi

melengkung) dan memegang objek tersebut dengan

erat.

Reflek startle adalah bayi meng-ekstensi dan

mem-fleksi lengan dalam merespons suara yang keras,

tangan tetap rapat dan refleks ini akan menghilang

setelah umur 4 bulan. Tidak adanya respons

menunjukkan adanya gangguan pendengaran.

224
Reflek Tonic Neck adalah bayi melakukan

perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi, lengan

dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan

fleksi pada sisi yang berlawanan. Normalnya refleks ini

tidak terjadi pada setiap kali kepala diputar. Tampak

kira-kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur

6 bulan.

Reflek Neck Righting adalah bila bayi

terlentang, bahu dan badan kemudian pelvis berotasi ke

arah dimana bayi diputar. Respons ini dijumpai selama

10 bulan pertama. Tidak adanya refleks atau refleks

menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya

gangguan sistem saraf pusat.

Reflek babinski adalah jari kaki mengembang

dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumlah sampai umur 2

tahun. Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah

umur 2 tahun menunjukkan adanya tanda lesi

ekstrapiramidal.

Reflek merangkak adalah bayi membuat

gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila

diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak simetris

menunjukkan adanya abnormalitas neurologi.

225
Reflek menari atau melangkah adalah kaki bayi

akan bergerak ke atas dan ke bawah bila sedikit

disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini dijumpai pada

4-8 minggu pertama kehidupan. Refleks menetap

melebihi 4-8 minggu menunjukkan keadaan abnormal.

Reflek ekstruasi adalah lidah ekstensi ke arah

luar bila disentuh dan dijumpai pada umur 4 bulan.

Esktensi lidah yang persisten menunjukkan adanya

sindrom Down.

Reflek Galant’s adalah punggung bergerak ke

arah samping bila distimulasi dan dijumpai pada 4- 8

minggu pertama. Tidak adanya refleks menunjukkan

adanya lesi medulla spinalis transversa.

b) Perumusan Diagnosa

Diagnosis dan / atau masalah dirumuskan berdasarkan

asesmen yang telah dilakukan. Menurut kondisi kehamilan, bayi

baru lahir yang lahir cukup bulan adalah normal. Diagnosis

berdasarkan nama Bidan bayi usia X, menurut kehamilan, 0 hari

saat lahir normal.

c) Perencanaan

226
Tujuan dari rencana tersebut adalah untuk mengetahui

kondisi dan masalah yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir

setelah 2 jam, diantaranya:

(1) Lakukan pengukuran antropometri (BB : 2500-3500gram,

LK : 33-35 cm, PB : 45-50 cm, LD : 30-33 cm)

(2) Observasi tanda-tanda vital (Suhu: 36,5ºC-37,2ºC,

pernafasan 40-60x/menit, denyut jantung 120-160x/menit)

(3) Jaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi,

menggunakan selimut berbahan lembut, tidak meletakkan

bayi di ruangan AC untuk menghindari terjadinya

hipotermi.

(4) Monitoring pola eliminasi bayi (BAB dan BAK) untuk

mengetahui ada tidaknya gangguan pola eliminasi dan

kecukupan ASI.

d) Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

e) Evaluasi

(1) Pengukuran antropometri telah dilakukan dengan hasil

normal yaitu :

(a) BB (Berat Badan): 2500-3500gram

(b) PB (Panjang Badan): 45-50 cm

227
(c) LK (Lingkar Kepala): 33-35 cm

(d) LD (Lingkar Dada): 30-33 cm

(2) Bayi di bungkus, diselimuti dengan kain berbahan lembut

dan tidak diletakkan di ruangan ber AC sehingga bayi

terjaga kehangatannya.

(3) Suhu 36,6ºC-37,2ºC, Heart Rate 120-160x/menit,

pernafasan 40-60x/menit.

(4) BAK pertama terjadi dalam 24 jam dengan   volume 20-30

ml per hari. Sebelum menyusui   bayi BAK ± 5x selama 1

hari, setelah menyusu   8-10 x dalam 1 hari, BAB

Mekonium berwarna hitam kehijauan dan kental.

f) Catatan Perkembangan

Catat segera setelah melakukan perawatan pada formulir


yang tersedia (rekam medis / KMS / status pasien / manual
KIA).

a) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

b) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

c) A adalah analisa, mencatat diagnosa, masalah dan

kebutuhan ibu     hamil.

d) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan

dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti

tindakan antisipatif tindakan segera, tindakan secara

228
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi

dan rujukan.

F. Asuha Kebidanan Ibu Nifas

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut PERINASIA (2007) dalam Sukma dkk (2017:1).

masa nifas adalah masa pemulihan setelah melahirkan Sampai alat

rahim kembali seperti sebelum hamil. Panjang masa nifas Itu 6-8

minggu. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan diakhiri

saat instrumen kembali ke keadaan sebelumnya hamil. Masa nifas

berlangsung sekitar 6 minggu (PERINASIA,2007; Sukma

dkk,2017:1).

b. Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Sukma dkk (2017:4) peraubahan fisiologis adalah

perubahan pada ibu setelah melahirkan dan perubahan tersebut

dibagi menjadi beberapa diantaranya yaitu perubahan pada system

reproduksi, perubahan pada system pencernaan, perubahan pada

system perkemihan, musculoskleletal, endokrin, kardiovaskuler dan

hematologi (Sukma dkk,2017:4).

1) Perubahan System Reproduksi

229
Menurut Sukma dkk (2017:4-6) Setelah melahirkan,

tubuh ibu berubah, rahim menyusut, leher rahim menutup,

vagina kembali ke ukuran normal dan payudara

mengeluarkan ASI. Titik masa nifas berlangsung selama 6

minggu. Saat itu, tubuh sang ibu pulih ukuran prenatal. Untuk

menilai kondisi ibu, perlu dipahami perubahan normal akan

terjadi setelah melahirkan (Sukma dkk,2017:4-6).

Sedangkan menurut Sukma dkk (2017:4-6) untuk

perubahan system reproduks terbagi menjadi beberapa bagian

yaitu perubahan pada involusi rahim, perubahan pada

involusi tempat plasenta, perubahan pada pembuluh darah

rahim, perubahan pada serviks dan vagina serta perubahan

pada cairan vagina (lochia) (Sukma dkk,2017:4-6).

a) Involusi Rahim

Menurut Sukma dkk (2017:4-5) setelah plasenta

lahir, rahim merupakan alat yang sulit karena kontraksi

dan kontraksi otot. Fundus berada ± 3 jari di bawah

tengah. Dalam 2 hari berikutnya, intensitasnya tidak

berkurang, tetapi rahim akan menyusut dengan cepat

setelah 2 hari, dan tidak akan ada lagi pada hari ke 10

rasakan lagi dari luar. Setelah 6 minggu, ukurannya

kembali ke keadaan semula sebelum hamil. Pada ibu

230
yang sudah punya anak, biasanya rahim sedikit lebih tua

dari seorang ibu tanpa anak (Sukma dkk,2017:4-5).

Menurut Sukma dkk (2017:5) perubahan Involusi Uterus

pada ibu nifas adalah seperti table 2.8 di bawah ini.

Tabel 2.8 Involusi Uterus


Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Uterus
Bayi Setinggi Pusat 1000 gram
Lahir
Uri Dua Jari Bawah Pusat 750 gram
Lahir
1 Pertengahan Pusat-Simpisis 500 gram
minggu
2 Tak Teraba Diatas Simpisis 350 gram
minggu
6 Bertambah Kecil 50 gram
minggu
8 Sebesar Normal 30 gram
minggu
(Sumber : Sukma dkk,2017:5)

b) Involusi tempat plasenta

Menurut Sukma dkk (2017:5) setelah melahirkan,

permukaan plasenta kasar dan tidak rata, kira-kira

berukuran sama dengan telapak tangan. Lukanya

plasenta menyusut dengan cepat, hanya 3-4 cm di akhir

minggu kedua dan 1-2 cm di akhir masa nifas (Sukma

dkk,2017:5).

c) Perubahan pembuluh darah Rahim


231
Menurut Sukma dkk (2017:5) ada banyak

pembuluh darah di dalam rahim selama kehamilan, tapi

karena tidak lagi dibutuhkan setelah melahirkan darah

bersirkulasi, arteri harus berkontraksi lagi selama masa

nifas (Sukma dkk, 2017:5).

d) Perubahan pada serviks dan vagina

Menurut Sukma dkk (2017:5) beberapa hari

setelah melahirkan, keluarnya cairan dari luar bisa lewat

2 jari dengan ujung yang tidak rata tetapi retak karena

robek melahirkan, hanya bisa dilalui dengan satu jari di

akhir minggu pertama terpisah, dan sirkuit retraksi sesuai

dengan bagian kanal dari leher rahim (Sukma dkk,

2017:5).

e) Perubahan pada cairan vagina (lochia)

Menurut Sukma dkk (2017:5-6) perubahan pada

vagina dan perineum adalah estrogen pascapartum

mengurangi penipisan dan pengelupasan mukosa vagina

rugae. Vagina yang tadinya sangat meregang akan pulih

secara bertahap ukuran pra-kehamilan dari 6 hingga 8

minggu setelah lahir (Sukma dkk,2017:6).

232
Menurut Sukma dkk (2017:5-6) Jenis lokia terbagi

menjadi beberapa diantaranya yaitu:

Lochia Rubra (Cruenta) adalah lockhia yang

mengandung darah segar dan sisa membran sel desidua

ketuban (desidua, mukosa uterus).

Lochia (lochia sanguinolenta) adalah lochia yang

berwarna kuning kemerahan, penuh darah, lendir terjadi

3-7 hari setelah melahirkan.

Lochia serosa adalah lochia yang berwarna kuning

dan tidak berdarah lagi 7-14 hari setelah melahirkan.

sedangkan untuk lochia alba yaitu cairan putih yang

terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

Lochia purulenta ini terjadi karena ada infeksi,

seperti keluarnya cairan bau nanah. sedangkan untuk

lochiotosis adalah lochia yang tidak lancer keluarnya.

2) Perubahan System Pencernaan

Menurut Sukma dkk (2017:6-7) perubahan system

pencernaan yaitu dinding perut menjadi lunak setelah

melahirkan peregangan selama kehamilan. Nafsu makan ibu

meningkat setelah melahirkan. untuk BAB kembali normal

bisa diatasi dengan meningkatkan diet tinggi serat asupan

233
cairan, bergerak lebih awal. Jika tidak berhasil, dalam 2-3

hari minum obat (Sukma dkk,2017: 6-7).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Menurut Sukma dkk (2017:4) kandung kemih selama

masa nifas kurang sensitif dan memiliki volume yang lebih

kecil akan meningkat, mencapai 3000 ml perhari dalam 2-5

hari pascapartum. hal ini akan menyebabkan kandung kemih

terisi. Sedangkan untuk ekspansi ureter dan plak, kembali

normal satu minggu setelah melahirkan. Sekitar 40% wanita

postpartum menderita proteinuria ini non-patologis dari

postpartum sampai hari kedua setelah melahirkan (Sukma

dkk,2017: 7).

4) Musculoskleletal

Menurut Sukma dkk (2017:8) Otot rahim berkontraksi

segera setelah melahirkan. Pembuluh darah di antara

miometrium akan terjepit. Proses ini akan menghentikan

pendarahan di plasenta diberikan. Wanita berdiri pada hari

pertama setelah melahirkan, perut akan menonjol dan

membuat wanita terlihat masih hamil. Dalam 2 minggu

setelah melahirkan, dinding perut wanita akan bersantai.

Diperlukan waktu sekitar 6 minggu untuk dinding perut

234
kembali normal situasi sebelum kehamilan (Sukma dkk,

2017: 8).

5) Endokrin

Menurut Sukma dkk (2017:8) Setelah melahirkan,

hormon plasenta menurun, HCG menurun dan menetap

mencapai 10% dalam waktu 3 jam pada hari ketujuh. Pada

hormon pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak

menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

meningkat pada minggu ketiga (Sukma dkk, 2017: 8).

6) Kardiovaskuler

Menurut Sukma dkk (2017:8-9) pada keadaan setelah

melahirkan perubahan volume darah bergantung beberapa

faktor, misalnya kehilangan darah, curah jantung meningkat

serta perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma agak

menurun dan selama minggu-minggu kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma, leukositosis serta faktor-faktor

pembekuan darah meningkat. Pada hari postpartum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun dan faktor

pembekuan darah meningkat (Sukma dkk,2017:8-9).

7) Hematologi

Menurut Sukma dkk (2017:9-10) jumlah normal

kehilangan darah dalam persalinan pervaginam 500 ml,

235
seksio secaria 1000 ml, histerektomi secaria 1500 ml. Total

darah yang hilang hingga akhir masa postpartum sebanyak

1500 ml, yaitu 200-500 ml pada saat persalinan, 500-800 ml

pada minggu pertama postpartum ±500 ml pada saat

puerperium selanjutnya. Total volume darah kembali normal

setelah 3 minggu postpartum. Jumlah hemoglobin normal

akan kembali pada 4-6 minggu postpartum (Sukma dkk,

2017:9-10).

8) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Menurut Sukma dkk (2017:9) perubahan tanda tanda

vital dibagi menjadi beberapa yaitu :

a) Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah.

Kemungkinan tekanan darah ibu akan berkurang

setelah melahirkan. Tekanan darah tinggi dapat terjadi

setelah melahirkan hal itu menunjukkan terjadinya

preeklamsia setelah melahirkan.

b) Nadi

Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah

60-80 kali menit. Denyut nadi setelah melahirkan

biasanya lebih besar atau cepat. Setiap denyut melebihi

236
100x/menit abnormal, yang menandakan adanya

infeksi.

c) Suhu

Dalam 24 jam setelah melahirkan, suhu tubuh

akan naik sedikit (37.5-380C) karena kerja keras saat

melahirkan. Kehilangan cairan dan kelelahan. Jika

dalam keadaan normal suhu tubuh akan normal.

Biasanya suhu pada hari ketiga saat adanya pembekuan

ASI.

c. Kebutuhan pada masa nifas

Menurut Sukma dkk (2017: 16-27) kebutuhan pada masa

nifas adalah kebutuhan yang harus di penuhi selama masa nifas.

Kebutuhan pada masa nifas dibagi menjadi beberapa yaitu:

1) Nutrisi dan Cairan

Nutrisi dan rehidrasi sangat penting karena

mempengaruhi proses laktasi dan volume bagian dalam.

Makan-makanan seimbang dengan 500-800 kalori ekstra /

hari. Serta makan-makanan yang seimbang untuk protein dan

mineral dan cukup vitamin. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil

zat besi (Fe) diminum untuk menambah zat besi setidaknya

selama 40 hari selama persalinan, kapsul vitamin A (200.000

237
IU) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya

melalui ASI.

2) Mobilisasi

Sesegera mungkin membimbing klien keluar dan

turun dari tempat tidur, tergantung kepada keadaan klien,

namun dianjurkan pada persalinan normal klien dapat

melakukan mobilisasi 2 jam post partum. Pada persalinan

dengan anestesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu

tidur ½ duduk, turun dari tempat tidur setelah 24 jam.

Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi, ibu merasa lebih

sehat dan kuat.

3) Eliminasi

Kandung kemih sering mengisi dan mengosongkan

secara alami. BAK normal setiap 2 hingga 6 jam post partum

dan setiap 3-4 jam. BAB harus dilakukan 3-4 hari post

partum. Ambulasi dini dan diet dapat mencegah konstipasi.

4) Kebersian diri

Ibu nifas memang mudah sekali terkena infeksi,

sehingga harus menjaga kebersihan diri. Untuk itu personal

hygiene harus dijaga, yaitu dengan mencuci tangan setiap

habis genital hygiene, kebersihan tubuh, pakaian, lingkungan,

tempat tidur harus slalu dijaga. Membersihkan daerah genital


238
dengan sabun dan air bersih, mengganti pembalut setiap 6

jam minimal 2 kali sehari, menghindari menyentuh luka

perineum, menjaga kebersihan vulva perineum dan anus,

tidak menyentuh luka perineum, memberikan salep, betadine

pada luka.

5) Seksual

Hanya separuh wanita yang tidak kembali ke tingkat

energi yang biasa pada 6 minggu pots partum. Penelitian

pada 199 ibu multipara hanya 35 % ibu melakukan hubungan

seks pada 6 minggu dan 3 bln, 40% nya rasa nyeri dan sakit.

6) Senam Nifas

Menurut Brayshaw (2008) Senam nifas merupakan

suatu latihan yang dapat dilakukan 24 jam setelah

melahirkan. (Brayshaw, 2008).

Sedangkan untuk tujuan dilakukanya senam nifas

menurut Sukma dkk (2017: 18) adalah perbaikan jaringan

yang meregang akibat kehamilan dan melahirkan,

kembalikan rahim ke ukuran aslinya, memperlancar

peredaran darah, mulailah buang air besar dan buang air

besar, melancarkan produksi ASI,tingkatkan sikap yang baik

(Sukma dkk,2017: 18).

d. Tahap masa nifas


239
Menurut Sukma dkk (2017: 1) menegaskan tahapan masa

nifas dibagi menjadi tiga tahapan diantaranya yaitu:

1) Puerperium Dini adalah kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam

dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-

alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna.

e. Kunjungan

Menurut Sukma dkk (2017: 1) kunjungan minimal 4 kali

kunjungan nifas untuk menilai status ibu dan bayinya yang

bertujuan untuk mencegah, mendeteksi serta mengantisipasi

masalah yang muncul. Kunjungan pertama dilakukan pada saat 6-8

jam setelah melahirkan. Kunjungan kedua dilakukan pada saat 3-

7 hari setelah melahirkan. Kunjungan ketiga dilakukan pada saat

8-28 hari setelah melahirkan. Kunjungan keempat dilakukan pada

saat 29-42 hari setelah melahirkan (Sukma dkk,2017: 1).

Asuhan masa nifas berdasarkan waktu kunjungan nifas

menurut Sukma dkk (2017: 2-3) adalah sebagai berikut:

1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

240
Bertujuan untuk mengecek adanya perdarahan masa

nifas, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan atau

rujuk bila perdarahan berlanjut, menanyakan pemberian asi

awal, 1 jam setelah inisiasi menyusu dini (IMD) berhasil

dilakukan atau tidak, menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia.

2) Kunjungan II (3-7 hari setelah persalinan).

Bertujuan untuk memastikan involusi uterus normal,

kontraksi uterus di bawah pusar. tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau yang menyengat. mengkaji tanda-

tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. memastikan

ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

komplikasi menyusui. memberi nasehat kepada ibu tentang

perawatan bayi yaitu perawatan tali pusat agar bayi tetap

hangat dan asuh baby setiap hari.

3) Kunjungan III (8-28 hari setelah persalinan).

Bertujuan untuk memastikan involusi uterus yang

normal, uterus berkontraksi di bawah pusar, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau yang kuat, mengkaji

tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal,

memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

241
tanda-tanda komplikasi menyusui, memberikan nasehat kepada

ibu tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali pusar untuk

menjaga bayi tetap hangat dan mengasuh sayang setiap hari.

4) Sedangkan untuk kunjungan IV (29-42 hari setelah persalinan).

Bertujuan untuk menanyakan kepada ibu tentang

keluhan utama dan komplikasi. Memberikan konsultasi dan

penggunaan KB.

f. Tujuan asuhan pada ibu nifas

Menurut Elly (2018:4-5) tujuan dilakukannya asuhan pada ibu nifas

adalah sebagai berikut :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

pisikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan

keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan

psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh)

dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan

pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian,

interpretasi data dan analisa masalah, perencanaan,

penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga dengan asuhan

kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi secara

dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan

bayi.
242
3) Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi

penyulit atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas

pelayanan rujukan.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi,

perencanaan pengaturan jarak kelahiran, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat

serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai

dengan pilihan ibu.

g. Pedoman pelayanan kebidanan pada ibu nifas di masa Covid-19.

Menurut Kemenkes (2020:4-5) mengatakan bahwa ada

beberapa pedoman pelayanan pada ibu nifas di era Covid-19 yang

harus di terapkan oleh bidan diantaranya yaitu:

1) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di

masa nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda

bahaya, maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.

2) Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan

nifas yaitu:

a) KF 1: pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2

(dua) hari pasca persalinan.

243
b) KF 2: pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7

(tujuh) hari pasca persalinan.

c) KF 3: pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28

(dua puluh delapan) hari pasca persalinan.

d) KF 4: pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai

dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan.

3) Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi

daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-

upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas,

ibu dan keluarga.

4) Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan

membuat perjanjian dengan petugas.

2. Menejemen Asuhan Kebidanan

Menurut Husanah (2015) Manajemen asuhan kebidanan atau

yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode

berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi

asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan suatu

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,


244
temuan-temuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien

(Husanah, 2015).

Ditegaskan juga oleh KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

Bahwa Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan (KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber di

atas dapat penulis simpulkan bahwa menejemen asuhan kebidanan

adalah suatu metode berfikir,bertindak dan sebagai acuan dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh bidan sesuai

dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan

kiat kebidanan dalam memberi asuhan kebidanan.

Manajemen asuhan bidan yang digunakan dalam penyusunan

LTA ini mengacu pada KEPMENKES NO.938 / MENKES / SK /

VIII / 2007 tentang standar asuhan bidan.

a. STANDAR I: PENGKAJIAN

245
Dalam pengkajian bidan mengumpulkan semua informasi

yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada ibu nifas meliputi :

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk

pada saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam : untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

1) Data subjektif

Menurut Handayani (2017:123) Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dirasakan (PPSDM Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:185-186) dalam data

subjektif melipti bebeapa bagian diantaranya yaitu identitas,

keluhan utama, pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan data

psikologis (PPSDM Kemenkes,2017).

a) Identitas

Menurut Handayani (2017:185) dalam data

subjektif identitas pasien dibagi menjadi beberapa yaitu

246
nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,

pekerjaan dan alamat (PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Nama bertujuan untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur

Menurut Johnson dan Taylor (2005)

dalam Handayani (2017:185) semakin tua usia

seseorang berpengaruh terhadap semua fase

penyembuhan luka sehubungan dengan adanya

gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon

inflamasi yang lebih lambat dan penurunan

aktivitas fibroblast (Johnson & Taylor, 2005;

PPSDM Kemenkes,2017).

(3) Suku/Bangsa

Menurut Handayani (2017:185) asal

daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh

terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,

pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi, pola

eliminasi, personal hygiene, pola istirahat dan

aktivitas) dan adat istiadat yang dianut (PPSDM

Kemenkes,2017).

247
(4) Agama

Menurut Handayani (2017:185) untuk

mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa

sesuai dengan keyakinannya (PPSDM

Kemenkes,2017).

(5) Pendidikan

Menurut Handayani (2017:185) untuk

mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga

tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi

dengan istilah bahasa yang sesuai dengan

pendidikan terakhirnya, termasuk dalam hal

pemberian konseling (PPSDM Kemenkes,2017).

(6) Pekerjaan

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:185) status ekonomi

seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status

gizinya Hal ini dapat dikaitkan antara status gizi

dengan proses penyembuhan luka ibu. Jika

tingkat sosial ekonominya rendah, kemungkinan

penyembuhan luka pada jalan lahir berlangsung

lama. Ditambah dengan rasa malas untuk

248
merawat dirinya. (Hidayat & Uliyah, 2008;

PPSDM Kemenkes,2017).

(7) Alamat

Menurut Handayani (2017:185) bertujuan

untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam

melakukan follow up terhadap perkembangan ibu

(PPSDM Kemenkes,2017).

b) Keluhan Utama

Menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani

(2017:186) persoalan yang dirasakan pada ibu nifas

adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri ulu hati,

konstipasi, kaki bengkak, nyeri perut setelah lahir,

payudara membesar, nyeri tekan pada payudara dan

puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat berlebih

serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu

mengalami hemoroid (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

c) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

Menurut Handayani (2017:186) dalam data

subjektif pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien

dibagi menjadi beberapa meliputi:

249
(1) Pola Nutrisi

ibu nifas harus mengkonsumsi makanan

yang bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori

untuk mendapat protein, mineral, vitamin yang

cukup dan minum sedikitnya 2-3 liter/hari. Selain

itu, ibu nifas juga harus minum tablet tambah

darah minimal selama 40 hari dan vitamin A.

(2) Pola Eliminasi

ibu nifas harus berkemih dalam 4-8 jam

pertama dan minimal sebanyak 200 cc.

Sedangkan untuk buang air besar, diharapkan

sekitar 3-4 hari setelah melahirkan.

(3) Kebersian diri

Kebersian diri ini bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi yang dilakukan

dengan menjaga kebersihan tubuh, termasuk pada

daerah kewanitaannya dan payudara, pakaian,

tempat tidur dan lingkungan.

(4) Istirahat

ibu nifas harus memperoleh istirahat yang

cukup untuk pemulihan kondisi fisik, psikologis

250
dan kebutuhan menyusui bayinya dengan cara

menyesuaikan jadwal istirahat bayinya

(5) Aktivitas

mobilisasi dapat dilakukan sedini

mungkin jika tidak ada kontraindikasi, dimulai

dengan latihan tungkai di tempat tidur, miring di

tempat tidur, duduk dan berjalan. Selain itu, ibu

nifas juga dianjurkan untuk senam nifas dengan

gerakan sederhana dan bertahap sesuai dengan

kondisi ibu

(6) Hubungan Seksual

Pemenuhan kebutuhan seksual biasanya

tenaga kesehatan memberi batasan rutin 6 minggu

pasca persalinan untuk melakukan hubungan

seksual (PPSDM Kemenkes,2017).

d) Data Psikologis

Menurut Handayani (2017:186) dalam data

subjektif pada data psikologi pasien dibagi menjadi tiga

yaitu :

251
(1) Respon Orangtua

Respon orangtua terhadap kehadiran bayi

dan peran baru sebagai orangtua: Respon setiap

ibu dan ayah terhadap bayinya dan terhadap

pengalaman dalam membesarkan anak berbeda-

beda dan mencakup seluruh spectrum reaksi dan

emosi, mulai dari tingginya kesenangan yang

tidak terbatas hingga dalamnya keputusasaan dan

duka

(2) Respon Anggota Keluarga

Respon anggota keluarga terhadap

kehadiran bayi: Bertujuan untuk mengkaji

muncul tidaknya sibling rivalry.

(3) Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga bertujuan untuk

mengkaji kerja sama dalam keluarga sehubungan

dengan pengasuhan dan penyelesaian tugas

rumah tangga.

(PPSDM Kemenkes,2017).

252
2) Data objektif

Menurut Handayani (2017:123) Data objektif adalah

pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium.

Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis

klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017:187-188) dalam data

objektif diambil dari beberapa pemeriksaan diantaranya

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang (PPSDM Kemenkes,2017).

a) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017:187) pemeriksaan

umum dibagi menjadi beberapa yaitu keadaan umum,

kesadaran, keadaan emosional, tanda-tanda vital

(PPSDM Kemenkes,2017).

(1) Keadaan Umum: Baik.

253
(2) Kesadaran

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008)

dalam Handayani (2017:187) pemeriksaan

kesadaran ini bertujuan untuk menilai status

kesadaran ibu. Composmentis adalah status

kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran

penuh dengan memberikan respons yang cukup

terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat &

Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

(3) Keadaan Emosional: Stabil

(4) Tanda-Tanda Vital

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:187) segera setelah melahirkan,

banyak wanita mengalami peningkatan sementara

tekanan darah sistolik dan diastolik kemudian

kembali secara spontan setelah beberapa hari.

Pada saat bersalin, ibu mengalami kenaikan suhu

tubuh dan akan kembali stabil dalam 24 jam

pertama pasca partum. Denyut nadi yang

meningkat selama persalinan akhir, kembali

normal setelah beberapa jam pertama pasca

partum. Sedangkan fungsi pernapasan kembali

254
pada keadaan normal selama jam pertama pasca

partum (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

b) Pemeriksaan Fisik

Menurut Handayani (2017:187-188)

pemeriksaan fisik dibagi menjadi beberapa yaitu:

(1) Payudara

Pemeriksaan pada payudara bertujuan

untuk mengkaji ibu menyusui bayinya atau tidak,

tanda-tanda infeksi pada payudara seperti

kemerahan dan muncul nanah dari puting susu,

penampilan puting susu dan areola, apakah ada

kolostrom atau air susu dan pengkajian proses

menyusui.

(2) Perut

Pemeriksaan pada perut ini bertujuan

untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada

perut.Pada beberapa wanita, linea nigra dan

strechmark pada perut tidak menghilang setelah

kelahiran bayi.

255
(3) Vulva dan Perineum

Menurut Handayani (2017:187-188)

Pemeriksaan pada vulva dan perineum dibagi

menjadi dua pemeriksaan yaitu pengeluaran

lokhea dan luka perineum (PPSDM

Kemenkes,2017).

(a) Pengeluaran Lokhea

Menurut Mochtar (2011) dalam

Handayani (2017:187-188) jenis lokhea

diantaranya adalah:

Lokhea rubra (Cruenta), muncul

pada hari ke-1-3 pada masa nifas, berwarna

merah kehitaman dan mengandung sel

desidua, verniks caseosa, rambut lanugo,

sisa mekonium serta sisa darah.

Lokhea sanguilenta, lokhea ini

muncul pada hari ke-3 – 7 pada masa nifas

berwarna putih bercampur merah karena

mengandung sisa darah bercampur lendir.

Lokhea serosa, muncul pada hari

ke-7 – 14 pada masa nifas, berwarna

kekuningan atau kecoklatan dan


256
mengandung lebih banyak serum, leukosit

dan tidak mengandung darah lagi.

Lokhea alba, muncul pada hari ke-

14 pada masa nifas, berwarna putih dan

mengandung leukosit, selaput lendir serviks

dan serabut jaringan yang mati. Bila

pengeluaran lokhea tidak lancar disebut

Lochiastasis (Mochtar 2011; PPSDM

Kemenkes,2017).

(b) Luka Perineum

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017188) bertujuan untuk

mengkaji nyeri, pembengkakan, kemerahan

pada perineum, dan kerapatan jahitan jika

ada jahitan (Varney dkk, 2007; PPSDM

Kemenkes,2017).

c) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Handayani (2017:188) pemeriksaan

penunjang dibagi menjadi beberapa yaitu pemeriksaan

hemoglobin, protein urine dan glukosa urine (PPSDM

Kemenkes,2017).

257
(1) Hemoglobin

Menurut Varney dkk (2007) dalam

Handayani (2017:188) pada awal masa nifas

jumlah hemoglobin sangat bervariasi akibat

fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar

volume sel darah merah (Varney dkk, 2007;

PPSDM Kemenkes,2017).

(2) Protein Urine dan Glukosa Urine

Menurut Varney dkk (2006) dalam

Handayani (2017:188) urine negative untuk

protein dan glukosa (Varney dkk, 2006; PPSDM

Kemenkes,2017).

b. STANDAR II: PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU

MASALAH KEBIDANAN

Dalam perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan

bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengintrepestasinya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

Menurut Handayani (2017; 188) Perumusan diagnosa masa

nifas disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti P2A0

usia 22 tahun postpartum fisiologis. Perumusan maalah disesuaikan

dengan kondisi ibu.


258
Sedangakn menurut Varney dkk (2007) dalam Handayani

(2017; 188) ketidaknyamanan yang dirasakan pada ibu nifas adalah

nyeri perut setelah lahir, payudara membesar, nyeri tekan pada

payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat

berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami

hemoroid (Varney dkk, 2007; PPSDM Kemenkes,2017).

c. STANDAR III: PERENCANAAN

Menurut Handayani (2017:123) perencanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi data.

Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraanya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria

tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu (PPSDM

Kemenkes,2017).

Dalam perencanaan bidan merencanakan asuhan kebidanan

berdasarkan diagnosis dan masalah yang ditegakkan.

(1) Lakukan observasi TTV (Tekanan darah normal antara

100/60 sampai dengan 120/80 mmHg. Suhu normal yang

berkisar antara 36,5 – 37,5ºC. Pernapasan normal per menit

antara 20-24 x/menit. Denyut nadi normal per menit antara

80-90 x/menit).

259
(2) Lakukan observasi:

(a) Pengeluaran pervaginam: Untuk pengawasan

pengeluaran pervaginam dilakukan pengawasan keadaan

pembalut, untuk mengetahui lochea yang keluar,

meliputi: warna, banyak dan baunya bila tidak normal

kemungkinan infeksi.

(b) Kontraksi uterus: Untuk memastikan kontraksi uterus

baik melakukan massase uterus sehingga dapat

mengeluarkan bekuan darah.

(c) Luka pada perineum : Pemeriksaan luka pada perineum

digunakan untuk melihat keadaan jahitan, perdarahan

aktif, dan tanda infeksi.

(d) Eliminasi: Pemeriksaan eliminasi digunakan untuk

sistem urinaria dan digestivus sudah berfungsi pasca

persalinan.

(e) Laktasi: Periksa keadaan puting dan kelancaran

pengeluaran ASI untuk memastikan ibu tidak mengalami

bendungan ASI dan mastitis.

(3) Anjurkan ibu Ambulasi sedini mungkin, kecuali ada

kontraindikasi. (ibu nifas turun dari tempat tidur sedini

mungkin 1 atau 2 jam setelah persalinan) untuk mengurangi

kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi, Pada

ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada saat ini

260
biasanya ibu merasa pening ketika pertama kali bangun

setelah melahirkan.

(4) Berikan terapi vitamin A 200.000 IU dengan dosis 2 tablet

selama masa nifas untuk meningkatkan kandungan vitamin A

dalam ASI yang akan bermanfaat pada bayinya sehingga bayi

lebih kebal dan jarang terkena infeksi, kesehatan ibu lebih

cepat pulih setelah melahirkan.

(5) Berikan tablet Fe 1 x 60 mg/hari untuk meningkatkan

sirkulasi darah, menambah sel darah merah (HB), mencegah

terjadinya anemia pasca persalinan, Tablet Fe diberikan

sehari 1 tablet (60 mg besi dan 0,25 mg asam folat) selama

nifas (40 hari).

(6) Berikan pendidikan kesehatan tentang :

(a) Gizi ibu nifas ( makan makanan yang mengandung

protein, banyak cairan, sayuran, dan buah-buahan,

tambahan kalori 400-500 kalori. Pada wanita dewasa

memerlukan 1800 kalori per hari) dengan nutrisi yang

adekuat dapat membantu mempercepat penyembuhan

ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu).

(b) Perawatan perineum untuk mencegah terjadinya infeksi

sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

261
(c) Tanda bahaya masa nifas (pendarahan dan pengeluaran

abnormal, sakit daerah abdomen/punggung, sakit

kepala terus menerus/penglihatan kabur, nyeri ulu hati,

bengkak pada ekstremitas, demam, dan lain-lain) agar

jika ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut

segera dibawa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan

penanganan khusus.

(d) Hubungan seksual (hubungan seks dapat dilakukan saat

darah nifas sudah berhenti dan ibu merasa nyaman)

agar organ reproduksi ibu cepat pulih dan

meminimalkan resiko terjadinya infeksi pada rahim.

(e) Teknik menyusui yang benar agar pemberian ASI

kepada bayi dengan perlekatan dan posisi yang benar.

(f) Perawatan payudara/breast care agar puting susu tetap

bersih, menguatkan dan melenturakn puting susu,

mencegah bendungan ASI dan mastitis sehingga

pengeluaran ASI menjadi lancar.

(g) KB (IUD, Implant, suntik, pil KB dan lain-lain) sebagai

upaya pencegahan kehamilan segera setelah

melahirkan.

(7) Ajarkan ibu tentang komplementer terapi seperti pijat

oksitosin (memperlancar produksi ASI), pijat payudara

(menghindari terjadinya pembengkakan pada payudara), dan

262
massase nifas/pijat (memulihkan semangat dan melepaskan

ketegangan emosi yang terjadi), senam nifas (pemulihan

otot).

(8) Jelaskan perubahan psikologi pada ibu nifas (depresi

postpartum : kecemasan ibu dalam mengurus anaknya, Post

partum bluse/baby bluse : ketidaknyamanan yang tidak

diharapkan, perubahan pola tidur)

(9) Berikan dukungan baik tenaga kesehatan maupun anggota

keluarga dalam untuk memastikan ibu tetap merasa nyaman,

tidak cemas pada saat menjalani perubahan yang terjadi masa

nifas.

d. STANDAR IV: IMPLEMENTASI

Menurut Handayani (2017:123-124)

Implementation/implementasi, adalah pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam

rangka mengatasi masalah klien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan klien (PPSDM Kemenkes,2017)

Dalam implementasi bidan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dana man

berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan

263
secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan serta Ikuti rencana dan

penuhi kebutuhan berdasarkan masalah ibu.

e. STANDAR V: EVALUASI

Menurut Handayani (2017:124) evaluation/evaluasi, adalah

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan

nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan (PPSDM

Kemenkes,2017).

Dalam evaluasi bidan melakukan evaluasi secara sistematis

dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

(1) Ibu dengan Tekanan darah normal antara 100/60 sampai

dengan 120/80 mmHg. Suhu normal yang berkisar antara 36,5

– 37,5ºC. Pernapasan normal per menit antara 20-24 x/menit.

Denyut nadi normal per menit antara 80-90 x/menit.

(2) Nutrisi ibu nifas tercukupi/adekuat

(3) Kontraksi uterus keras

(4) Tidak ada pengeluaran pervaginam yang abnormal <500ml

264
(5) Ibu tidak mengalami tanda-tanda komplikasi kandung kemih

dan konstipasi.

(6) Ibu BAK spontan 3-4 jam setelah persalinan dan BAB 3-4

hari post partum.

(7) Uterus semakin mengecil (berinvolusi)

(8) Ibu tidak mengalami tanda-tanda anemia (Hb >11 gr/dl)

(9) Ibu mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU dengan dosis 2 tablet

selama masa nifas

(10) Jahitan perineum menyatu dengan baik (apabila ada

jahitan)

(11) Organ reproduksi ibu pulih dan tidak terjadi infeksi pada

rahim.

(12) Tidak ada bendungan ASI dan mastitis

(13) Pemberian ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi

yang benar.

(14) Puting susu tetap bersih, kuat dan lentur sehingga

pengeluaran ASI menjadi lancar.

(15) Ibu bisa melakukan terapi komplementer yang sudah

diajarkan (Pijat oksitosin dengan dibantu anggota keluarga,

perawatan payudara/breast care)

(16) Ibu tidak mengalami kehamilan segera setelah melahirkan.

265
(17) Ibu tidak mengalami tanda-tanda depresi pada saat nifas,

ibu senang dalam mengurus anaknya dan menerima perubahan

yang terjadi pada masa nifas.

(18) Ibu mendapat dukungan baik dari tenaga kesehatan maupun

anggota keluarga, ibu merasa nyaman, tidak cemas pada saat

menjalani perubahan yang terjadi masa nifas.

f. STANDAR VI: PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Dalam pencatatan asuhan kebidanan bidan melakukan

pencatatn secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai

keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Pencatatan dilakukan segera setelag melaksanakan asuhan

pada formulis yang tersedia (Rekam media/Status pasien/buku

KIA), Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP (1) S

adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa (2) O adalah data

objektif, mencatat hasil pemeriksaan (3) A adalahhasil analisa,

mencatat diagnosi dan masalah kebidanan (4) P adalah

penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pentalaksanaan

yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,

tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi/follow up dan rujukan.

266
G. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan teori tentang asuhan kebidanan berkesinambungan

yang meliputi asuhan masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, maka

penulis dapat menyusun kerangka teori sebagi berikut :

Asuhan Kehamilan :
Pengkajian
Perumusan Diagnosa
Ibu hamil 36 Kesehatan Ibu
Perencanaan
minggu Implementasi Kesehatan Janin
Evaluasi
Laporan Pelaksanaan

Asuhan Bersalinan :
Pengkajian
Perumusan Diagnosa
Kesehatan Ibu
Perencanaan
Ibu Bersalin Kesehatan Janin
Implementasi
Evaluasi
Laporan Pelaksanaan

Asuhan BBL :
Kesehatan Bayi
Pengkajian segera setelah
Perumusan Diagnosa lahir s/d 2 jam
BBL Perencanaan dan setelah 2 jam
Implementasi
Evaluasi
Laporan Pelaksanaan

AsuhanNifas :
Pengkajian
Perumusan Diagnosa Kesehatan Ibu
Ibu Nifas Perencanaan
267
Implementasi
Evaluasi
Laporan Pelaksanaan
Sumber : Varney (2007).Manuaba (2007), Mochtar (2011), Prawirohardjo (2010)

268

Anda mungkin juga menyukai