Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


PADA BPJS KESEHATAN

Dosen Pengampu :
Dr. Wenny Pebrianti, S.E, M.Si

Disusun Oleh :
Wahyu Surya Hadinata (B1022221017)
Cakrawala Bahana Satria (B1022221001)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Implementasi Sistem Teknologi Informasi
dan Sistem Informasi Manajemen pada JKN KIS BPJS" dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Ibu Dr. Wenny Pebrianti, SE.
M.Si pada makul Sistem Informasi Manajemen. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Dr. Wenny Pebrianti, SE. M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sudah


merambah ke berbagai sektor termasuk sektor kesehatan. Hal ini berpotensi
untuk mengubah wajah layanan kesehatan di seluruh dunia. Peran teknologi
dalam dunia kesehatan termasuk hal yang sangat penting terutama dalam
meningkatkan kualitas serta mutu pelayanan kesehatan.
Sarana komunikasi berkembang dengan sangat pesat dan dengan mudah
mendapatkan informasi baik dari telepon tabel, telepon seluler hingga satelit
berkembang dengan sangat pesat. Sehingga dengan mudah bisa menikmati
perkembangan teknologi komunikasi yang ditandai dengan kehadiran sejumlah
piranti komunikasi mutakhir. Dengan perkembangan ICT setiap orang dapat
mengolah, memproduksi serta mengirimkan ataupun menerima segala bentuk
pesan komunikasi dimana saja dan kapan saja, seolah olah tanpa mengenal
batasan ruang dan waktu.
Mobile application yang banyak digunakan seperti media sosial telah
mencapai 92 juta pengguna atau sekitar 32% dari jumlah populasi masyarakat
Indonesia. Semakin pesat perkembangan teknologi saat ini di kalangan
masyarakat membuat sistem informasi sudah tidak asing lagi dikarenakan dapat
membantu dalam mendapatkan informasi dengan cara yang yang cepat dan
akurat, terlebih jika dalam keadaan darurat serta membutuhkan fasilitas
kesehatan yang melayani BPJS.
Sistem informasi yang baik dapat mendukung alur kerja klinis dengan
berbagai cara yang akan memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang
lebih baik. Sistem informasi mempunyai 3 peranan penting dalam
mendukung proses pelayanan kesehatan, yaitu: mendukung proses dan
operasi pelayanan kesehatan, mendukung pengambilan keputusan staf dan
manajamen serta mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.
Sehingga dengan kemajuan teknologi, sistem informasi kesehatan yang
awalnya dilakukan manual dari kegiatan administratif di kantor cabang
beralih ke bentuk transformasi digital model bisnis BPJS Kesehatan, dalam
bentuk aplikasi.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap peserta Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan
meluncurkan sebuah aplikasi Mobile JKN yang merupakan transformasi
digital model bisnis yg dibuat oleh BPJS Kesehatan sejak November tahun
2017 (Humas BPJS Kesehatan, 2017). Sebagai alat pendaftaran peserta aplikasi
ini berfungsi untuk registrasi maupun perubahan data peserta JKN. Dengan
asumsi akan dicapainya Universal Health Coverage di Indonesia pada tahun
2019.
Sejak beroperasinya Program Jaminan Kesehatan Nasional pada tanggal
1 Januari 2014 pemerintah memiliki target pencapaian kepesertaan semesta
jaminan kesehatan (Universal Health Coverage) pada tahun 2019. Universal
Health Coverage (UHC) merupakan program yang memastikan seluruh
masyarakat untuk memiliki akses ke pelayanan kesehatan tanpa terkecuali.
Menurut World Health Organization (2010) salah satu dimensi dalam
pencapaian Universal Health Coverage adalah kepesertaan. Sehingga untuk
mencapai cakupan semesta atau Universal Health Coverage diperlukan
peningkatan serta perluasan kepesertaan dari sektor informal.
Untuk melakukan percepatan rekrutmen peserta maka dilakukan
perubahan pada sub sistem lain, salah satunya adalah perubahan yang terjadi
pada sub sistem informasi kesehatan. Guna menciptakan efisiensi serta
efektivitas kerja, maka sistem informasi harus mampu mendukung kebutuhan
pengolahan data yang ada di dalam suatu instansi terutama instansi milik
pemerintah. Sistem informasi berbasis web bisa menyimpan data lebih aman
serta memberikan informasi yang lebih cepat. Dalam mendukung
pengambilan keputusan, sistem informasi memiliki peranan penting dalam
pelayanan.
1.2. Rumusan Masalah

a. Apa konsep dasar sistem teknologi informasi?

b. Apa peran sistem teknologi informasi pada Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan?

c. Bagaimana penerapan sistem teknologi informasi terhadap pelaksanaan


pelayanan BPJS Kesehatan

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui definisi system informasi manajemen.


b. Untuk mengetahui peran sistem informasi teknologi terhadap perusahaan BPJS
Kesehatan.
c. Mengetahui lebih lanjut tentang penerapan sistem teknologi informasi yang
diterapkan pada BPJS Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Sistem Teknologi Informasi


2.1.1. Konsep Sistem
Definisi sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung operasi
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak
luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Dalam arti lainnya kata sistem diartikan sebagai kumpulan dari komponen-
komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya.Sistem informasi
merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau
organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi.
Dalam hal ini, teknologi informasi hanya merupakan salah satu komponen kecil saja
dalam format perusahaan. Jadi, suatu sistem informasi dalam perusahaan atau
organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen-komponen yang ada, sehingga
dapat dihasilkan dan dialirkan suatu informasi yang berguna (akurat, terpercaya, detil,
cepat, relevan, dsb.) untuk organisasi yang bersangkutan.
2.1.2. Konsep Informasi
Konsep informasi digunakan untuk menempatkan sesuatu pada penyajian
dengan hubungan waktu dan mutu.
2.1.3. Konsep Komponen-komponen Sistem Teknologi Informasi
Ketidak-mampuan mengidentifikasikan dan memahami komponen-komponen
STI akan mengakibatkan sistem teknologi informasi yang dibuat tidak dapat mencapai
tujuannya.
2.1.4. Siklus Sistem Informasi
Siklus informasi terjadi ketika model mengubah data menjadi informasi, seseorang
kemudian membuat keputusan dan melakukan tindakan yang menghasilkan tindakan lain
yang akan menghasilkan kembali sejumlah data yang dikenal sebagai input, diproses
kembali melalui suatu model, dan kemudian dibentuk menjadi suatu siklus data.
2.2. Peran Sistem Teknologi Informasi Pada BPJS Kesehatan
2.2.1. Profil Perusahaan
BPJS Kesehatan mulai resmi beroperasi pada 1 Januari 2014. Dasar pendirian
beroperasinya BPJS Kesehatan adalah pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan UU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian
pada tahun 2011 pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). PT Askes (Persero) ditunjuk sebagai
penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes
(Persero) pun bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.
Namun, cikal bakal jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia sebenarnya
sudah dimulai sejak zaman kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan, pada tahun 1949,
setelah pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, upaya untuk menjamin
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil
beserta keluarga, tetap dilanjutkan. Prof. G.A. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan
yang menjabat pada saat itu. Ia mengajukan sebuah gagasan untuk perlu segera
menyelenggarakan program asuransi kesehatan semesta (Universal Health Coverage)
yang saat itu mulai diterapkan di banyak negara maju dan tengah berkembang pesat.
Kondisi saat itu, kepesertaannya baru mencakup pegawai negeri sipil beserta anggota
keluarganya saja. Namun Siwabessy yakin suatu hari nanti, klimaks dari
pembangunan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan tercapai melalui suatu
sistem yang dapat menjamin kesehatan seluruh warga bangsa ini.
Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1
Tahun 1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan kesehatan
(BPDPK) yang mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negara dan penerima
pensiun beserta keluarganya. Hal ini sebagai tindak lanjut dari munculnya Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 230 Tahun 1968 Tentang Peraturan Pemelihaaraan
Kesehatan Pegawai Negeri, Penerima Pensiun serta anggota keluarganya, pada
tanggal 15 Juli 1968. Atas dasar tersebut, maka tanggal 15 Juli 1968 dimaknai sebagai
hari lahir BPDPK yang merupakan cikal bakal BPJS Kesehatan sebagai
penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Dalam perjalanan BPDPK, Pemerintah saat itu menginginkan cakupan
kepesertaan terus diperluas dan tidak berhenti sampai pada pemeliharaan kesehatan
pegawai negeri saja. Selain itu skema BPDPK yang masih menganut sistem fee for
service dirasa memberatkan dana jaminan kesehatan saat itu. Pemerintah akhirnya
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 dan 23 Tahun 1984. Atas dasar tersebut,
BPDPK berubah status dari sebuah badan penyelenggara yang berada di lingkungan
Departemen Kesehatan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Perum
Husada Bhakti (PHB). PHB bertugas meningkatkan program jaminan dan
pemeliharaan kesehatan bagi para peserta yang terdiri dari PNS, TNI/Polri, pensiunan,
veteran, perintis kemerdekaan, dan anggota keluarga mereka. Harapannya PHB
sebegai perusahaan dapat dikelola secara lebih profesional mengelola sebuah program
asuransi, dalam hal ini asuransi social.
Sebelum bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan, cakupan kepesertaan PT
Askes (Persero) sudah mencapai lebih dari 76 juta jiwa serta jumlah fasilitas kesehatan
yang bekerja sama terus meningkat, cakupan manfaat pun semakin luas termasuk
menjamin penyakit berbiaya katastropik. PT Askes (Persero) juga terus
mempersiapkan diri untuk memperkuat SDM, infrastruktur dan sistem informasi
manajemen dalam rangka bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan sebagai
komitmen dalam implementasi UU SJSN dan UU BPJS yang harus
diimplementasikan pada 1 Januari 2014. Hal inilah yang menjadi cikal bakal
pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia,
yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
2.2.2. Komponen Sistem Informasi Pada BPJS

a. Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menggunakan JKN Mobile adalah


smartphone atau tablet. Dengan perangkat ini, Anda dapat mengunduh aplikasi JKN
Mobile dari toko aplikasi resmi, seperti Google Play Store atau App Store. Setelah
menginstal aplikasi, Anda dapat menggunakan layanan JKN Mobile dengan mudah,
seperti melihat informasi dan riwayat peserta JKN, mencari faskes terdekat, atau
memeriksa saldo iuran Anda. Jadi, cukup sediakan smartphone atau tablet yang
kompatibel untuk memanfaatkan kemudahan akses ke layanan JKN Mobile.
b. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengakses JKN Mobile adalah sebuah
aplikasi khusus yang dapat diunduh dan diinstal di smartphone atau tablet Anda.
Aplikasi ini memungkinkan Anda untuk dengan mudah mengakses informasi
tentang peserta JKN, mencari fasilitas kesehatan terdekat, memeriksa saldo iuran,
dan melakukan berbagai transaksi terkait JKN dengan cepat dan praktis. Jadi, dengan
aplikasi JKN Mobile, Anda dapat mengakses layanan JKN dengan mudah melalui
perangkat lunak yang telah dirancang khusus untuk memberikan kenyamanan
kepada peserta JKN.
c. Prosedur untuk menggunakan JKN Mobile sangat sederhana. Pertama, unduh
aplikasi JKN Mobile dari toko aplikasi resmi, seperti Google Play Store atau App
Store, dan instal di smartphone atau tablet Anda. Setelah menginstal, buka aplikasi
tersebut. Kemudian, masukkan informasi akun JKN Anda atau lakukan registrasi
jika belum memiliki akun. Setelah masuk, Anda akan dapat mengakses berbagai fitur
seperti melihat informasi peserta, mencari fasilitas kesehatan, memeriksa saldo
iuran, dan lainnya. Anda cukup mengikuti panduan yang ada di dalam aplikasi, dan
Anda akan dapat menggunakan JKN Mobile dengan mudah. Ini adalah cara praktis
untuk mengakses layanan JKN di mana pun Anda berada, langsung dari perangkat
seluler Anda.
d. JKN Mobile menggunakan jaringan seluler yang ada di smartphone Anda untuk
berkomunikasi dengan server pusat. Ini berarti Anda dapat mengakses informasi dan
melakukan transaksi melalui koneksi seluler seperti 4G atau 5G, atau bahkan melalui
koneksi Wi-Fi jika tersedia. Jadi, dengan menggunakan sinyal seluler atau Wi-Fi,
Anda dapat dengan mudah terhubung dengan layanan JKN Mobile dan mengakses
semua fitur yang ditawarkan tanpa masalah.
e. Basis data yang digunakan dalam JKN Mobile adalah tempat penyimpanan semua
informasi terkait peserta JKN, transaksi, dan data penting lainnya. Basis data ini
sangat penting karena memungkinkan aplikasi JKN Mobile untuk mengakses
informasi dengan cepat dan akurat. Jadi, ketika Anda menggunakan JKN Mobile,
basis data ini memastikan bahwa semua data yang Anda butuhkan tersedia dan
terjamin keamanannya
f. Orang yang menggunakan JKN Mobile disebut sebagai 'peserta JKN'. Mereka adalah
individu yang memiliki akses ke aplikasi JKN Mobile dan menggunakan layanan ini
untuk mengakses informasi kesehatan mereka, mencari fasilitas kesehatan,
memeriksa saldo iuran, dan melakukan berbagai transaksi terkait JKN. Dengan JKN
Mobile, peserta JKN dapat dengan mudah mengelola kebutuhan kesehatan mereka
secara praktis melalui smartphone atau tablet mereka.

2.2.3. Implementasi Pilar Informasi Pada BPJS

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) memiliki beberapa pilar atau


komponen utama yang menjadi dasar pelaksanaan program jaminan sosial di
Indonesia. Implementasi pilar-pilar ini menjadi kunci dalam menjalankan program
jaminan sosial BPJS. Berikut adalah pilar-pilar utama dalam implementasi BPJS:
Pilar Peserta: Pilar ini berkaitan dengan mengidentifikasi, mendaftarkan, dan
mengelola peserta program jaminan sosial BPJS. Implementasi pilar peserta
mencakup proses pendaftaran peserta, pengelolaan data peserta, dan pemantauan
status kepesertaan. BPJS harus memastikan bahwa semua warga yang memenuhi
syarat telah mendaftar dan memiliki akses yang sesuai ke layanan kesehatan atau
perlindungan ketenagakerjaan.
Pilar Pembiayaan: Pilar ini mencakup sumber pembiayaan program jaminan
sosial. Implementasi pilar pembiayaan melibatkan pengumpulan iuran dari peserta,
pemerintah, dan/atau pihak lain yang terlibat. BPJS harus memiliki sistem yang
efisien untuk mengelola dan mengalokasikan dana yang diperoleh dari iuran peserta
dan pemerintah agar program jaminan sosial dapat berjalan dengan baik.
Pilar Pelayanan: Pilar ini berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan perlindungan ketenagakerjaan kepada peserta. Implementasi pilar
pelayanan melibatkan kerja sama dengan penyedia layanan kesehatan, rumah sakit,
dan lembaga kesehatan lainnya. BPJS harus memastikan bahwa peserta memiliki
akses yang baik ke layanan medis yang berkualitas dan bahwa klaim peserta
diproses dengan cepat dan akurat.
Pilar Manajemen Risiko: Pilar ini berkaitan dengan manajemen risiko dalam
program jaminan sosial. BPJS harus memiliki strategi untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan mengelola risiko finansial yang mungkin timbul akibat klaim peserta
yang tinggi atau biaya pelayanan kesehatan yang tidak terkendali. Hal ini melibatkan
pengembangan kebijakan, peraturan, dan praktik manajemen risiko yang efektif.
Pilar Sumber Daya Manusia: Pilar ini berkaitan dengan pengembangan dan
pelatihan sumber daya manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan program
jaminan sosial. BPJS harus memiliki staf yang terampil dan kompeten dalam berbagai
bidang seperti manajemen, keuangan, teknologi informasi, hukum, dan lainnya.
Pengembangan sumber daya manusia yang baik akan mendukung efisiensi
operasional dan pematuhan terhadap regulasi.
Pilar Teknologi Informasi: Pilar ini mencakup penggunaan teknologi
informasi yang canggih untuk mengelola data peserta, menghitung iuran,
memproses klaim, dan menyediakan layanan online kepada peserta. BPJS harus
memiliki sistem informasi yang handal dan aman untuk menjalankan operasionalnya.
Pilar Pengawasan dan Pengendalian: Pilar ini melibatkan pengawasan dan
pengendalian yang ketat terhadap berbagai aspek program jaminan sosial, termasuk
keuangan, pelayanan, dan manajemen risiko. BPJS harus memiliki mekanisme audit
internal dan eksternal untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan program.
Pilar Komunikasi dan Edukasi: Pilar ini mencakup upaya komunikasi kepada
peserta, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat umum untuk mempromosikan
program jaminan sosial, mengedukasi peserta tentang hak dan kewajiban mereka,
dan menjelaskan manfaat program. Komunikasi yang efektif dapat membantu
memperluas cakupan dan partisipasi peserta.Pengelolaan program jaminan sosial
seperti BPJS adalah tugas yang kompleks dan memerlukan koordinasi yang baik
antara semua pilar ini. Implementasi yang baik akan membantu BPJS mencapai
tujuannya dalam memberikan perlindungan sosial kepada warga negara Indonesia.
2.2.4. Teknologi Informasi Pada BPJS
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) di Indonesia menggunakan
berbagai jenis teknologi informasi untuk mendukung operasional dan layanan jaminan
sosialnya. Beberapa teknologi informasi yang digunakan di BPJS meliputi:
a. Sistem Informasi: BPJS menggunakan sistem informasi untuk mengelola
data peserta, klaim, keuangan, dan operasional lainnya. Sistem ini mencakup
basis data yang besar untuk menyimpan dan mengelola informasi peserta.
b. Aplikasi Perangkat Lunak: BPJS mengembangkan dan menggunakan
berbagai aplikasi perangkat lunak khusus untuk mengelola keanggotaan peserta,
perhitungan iuran, pemrosesan klaim, dan manajemen keuangan.
c. Situs Web dan Aplikasi Mobile: BPJS menyediakan layanan online melalui situs
web resmi dan aplikasi mobile. Peserta dapat mengakses informasi keanggotaan
mereka, melacak klaim, dan melakukan transaksi online seperti pembayaran iuran
melalui platform ini.
d. Jaringan Komunikasi: BPJS mengandalkan jaringan komunikasi yang
kuat untuk menghubungkan berbagai kantor cabang, rumah sakit, penyedia
layanan kesehatan, dan pusat data. Jaringan ini mendukung pertukaran data yang
penting untuk operasional BPJS.
e. Teknologi Enkripsi: Untuk melindungi data pribadi dan finansial
peserta, BPJS menggunakan teknologi enkripsi yang kuat untuk
mengamankan komunikasi dan penyimpanan data.
f. Sistem Manajemen Keuangan: BPJS menggunakan sistem manajemen
keuangan untuk mengelola keuangan program jaminan sosial, termasuk
pengumpulan iuran, pengeluaran untuk klaim, dan pemantauan anggaran.
g. Sistem Manajemen Risiko: BPJS menggunakan sistem manajemen risiko untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko finansial yang mungkin
muncul dalam operasionalnya, seperti risiko klaim yang tinggi atau perubahan
dalam regulasi.
h. Penggunaan Teknologi Baru: BPJS terus mengikuti perkembangan teknologi
baru seperti kecerdasan buatan (AI) dan analisis data untuk meningkatkan
manajemen risiko, deteksi penipuan, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan:
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi telah memberikan
dampak positif pada sektor kesehatan, termasuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan di Indonesia. Penggunaan teknologi informasi telah
memungkinkan BPJS Kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan
kesehatan yang mereka tawarkan kepada peserta. Dalam upaya mencapai Universal
Health Coverage (UHC) di Indonesia, BPJS Kesehatan telah meluncurkan berbagai
inisiatif teknologi informasi, termasuk aplikasi mobile JKN. Sistem informasi
memainkan peran penting dalam mendukung operasional BPJS Kesehatan. Ini
mencakup manajemen data peserta, pengelolaan klaim, perhitungan iuran, dan
pemantauan keuangan. Sistem informasi yang efisien membantu BPJS Kesehatan
dalam mengidentifikasi peserta, mengelola dana, dan memproses klaim dengan cepat
dan akurat. Selain itu, teknologi informasi juga digunakan dalam komunikasi
dengan peserta melalui situs web dan aplikasi mobile.
Penerapan teknologi informasi pada BPJS Kesehatan telah memungkinkan
perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada peserta. Selain itu, hal ini juga membantu BPJS Kesehatan
dalam memantau dan mengelola risiko, serta memastikan kepatuhan terhadap
regulasi.
3.2. Saran:
a. Terus Meningkatkan Keamanan Data: Mengingat sensitivitas data peserta,
BPJS Kesehatan harus terus meningkatkan langkah-langkah keamanan data,
termasuk enkripsi dan kontrol akses yang lebih ketat.
b. Inovasi Teknologi: BPJS Kesehatan perlu terus mengikuti perkembangan teknologi
baru seperti kecerdasan buatan dan analisis data untuk meningkatkan pengelolaan
risiko, deteksi penipuan, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
c. Edukasi Peserta: BPJS Kesehatan harus meningkatkan upaya komunikasi dan
edukasi kepada peserta untuk memastikan pemahaman yang lebih baik tentang
program jaminan sosial dan hak serta kewajiban mereka.

d. Pelatihan Sumber Daya Manusia: Penting untuk mengembangkan staf


dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam teknologi informasi
dan manajemen risiko untuk mendukung operasional yang lebih baik.
e. Pengawasan dan Pengendalian: BPJS Kesehatan harus memastikan adanya
pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap semua aspek program
jaminan sosial, termasuk keuangan, pelayanan, dan manajemen risiko, untuk
menjaga akuntabilitas dan transparansi.
f. Terus Berinovasi dalam Layanan: Terus berinovasi dalam layanan online dan
aplikasi mobile untuk memudahkan peserta mengakses informasi dan melakukan
transaksi terkait BPJS Kesehatan. Dengan mengambil langkah-langkah ini, BPJS
Kesehatan dapat terus meningkatkan pelayanan kepada peserta dan mencapai
tujuan Universal Health Coverage dengan lebih efisien.
Daftar Pustaka

https://www.researchgate.net/publication/349260695_Evaluasi_Aplikasi_Mobile_Jamina
n_Kesehatan_Nasional_JKN_di_Kota_Malang_Ditinjau_Dari_Aspek_Usability

https://jurnal-jkn.bpjs-kesehatan.go.id/index.php/jjkn

https://repository.unsri.ac.id/11427/3/RAMA_13201_10011381520160_0015097902_01
_front_ref.pdf

https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/33905/1/d8dca1f8c6c382f787875d13270a9093.pdf

https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-fitur-aplikasi-mobile-jkn-untuk-peserta-jkn-kis

https://accurate.id/marketing-manajemen/sistem-informasi-manajemen/

Anda mungkin juga menyukai