Anda di halaman 1dari 18

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

“KONDISI POSITIF DAN PELUANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN”

OLEH :

WENI INDAH ASTIKA

170301162

DOSEN PEMBIMBING:

RISKI NATHIA WIJI, SST., M.KES

JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH

PEKANBARU

T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatNya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah Sistem Informasi Kesehatan ini dengan judul “Kondisi Positif
Dan Peluang Sistem Informasi Kesehatan”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswi-mahasiswi kebidanan STIKes Al
Insyirah Pekanbaru.

Saya sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan saya akan sangat bangga apabila makalah yang
saya susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat membangun. Tidak lupa saya
sampaikan permohonan maaf apabila makalah yang saya buat terdapat suatu kesalahan. Saya
sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi
para pembaca.

Pekanbaru, 07 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….…………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang.....................................................................................................................1
B.      Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………….......2
BAB II PEMBAHASAN
A.     Kondisi Positif Sistem Informasi Kesehatan …………………………………………….........3

B. Peluang Sistem Informasi Kesehatan ……………………………………………………11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................................14
B Saran……………………………………………………………………………………..14
Daftar Pustaka……….................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and Implementation of
Health Iinformation System” Geneva (2000), adalah suatu sistem informasi kesehatan yang
tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem
informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi sebagai proses
pengambilan keputusan di segala jenjang. Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi
kesehatan tersebut pada tahun 2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)”.
Tujuan pembangunan nasional disusun dalam rencana pembangunan jangka panjang
nasional, hal ini tertuang dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 yang mempunyai tiga
tujuan pembangunan nasional. Rencana pembangunan jangka panjang nasional tersebut
dibagi lagi setiap lima tahunan, atau disebut juga Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) yang mana bertujuan memantapkan pembangunan secara menyeluruh
dimana salah satunya adalah menekankan pembangunan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kondisi ini bisa dilihat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2014 tentang istem informasi kesehatan, hal ini untuk melaksanakan ketentuan pasal
168 ayat (3) Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena merupakan sumber
utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi positif yang akan
sangat mendukung berkembangnya sistem informasi kesehatan, hal ini juga sangat berguna
dalam pengambilan keputusan bisa lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah
tersedia. Untuk tujuan itu sistem informasi kesehatan perlu dibangun dengan mengorganisir
berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi
yang berguna.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi positif sistem informasi kesehatan?
2. Bagaimana peluang sistem informasi kesehatan?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui kondisi positif sistem informasi kesehatan?
2. Mengetahui peluang sistem informasi kesehatan?

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
sistem informasi kesehatan serta agar dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama
mengikuti perkuliahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Positif Sistem Infomasi Kesehatan

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi positif yang


akan sangat mendukung berkembangnya Sistem Informasi Kesehatan. Oleh karenanya,
implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan menjadi solusi paling bijak yang harus diambil. Meskipun disadari bahwa sistem
informasi tidak identik dengan komputerisasi, namun perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini sangat signifikan memberi kontribusi bagi implementasi sistem
informasi secara lebih profesional. Implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dapat:
(1) meningkatkan kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan; dan
(2) mengoptimalkan aliran data sehingga meningkatkan ketersediaan dan kualitas Data
dan Informasi Kesehatan dan yang terkait.
Lebih dari itu, dewasa ini implementasi teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya
sebatas penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan tetapi telah diintegrasikan dalam
pelayanan kesehatan yang lebih luas. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bahkan
telah sampai pada tingkatan mentransformasi pelayanan kesehatan. Meskipun dibatasi oleh
jarak dan waktu, pelayanan kesehatan pun bisa memungkinkan untuk tetap diberikan. Tenaga
kesehatan yang berada di daerah terpencil dapat berkonsultasi untuk memperoleh pendapat
ahli mengenai keputusan diagnostik, terapi, maupun tindakan lebih  lanjut kepada tenaga ahli
lain dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang handal. Komunikasi
tidak hanya melalui suara, tetapi juga dapat mengirimkan gambar digital, rekaman suara
sampai dengan multimedia.
e-Health merupakan suatu inisiatif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk pelayanan dan informasi kesehatan, utamanya untuk meningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien. Dalam hal implementasi
Sistem Informasi Kesehatan secara elektronik, e-Health merupakan superset atau suprasistem
dari Sistem Informasi Kesehatan yang diselenggarakan secara elektronik.
Data Kesehatan adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda-tanda yang
secara relatif belum bermakna bagi pembangunan kesehatan. Informasi kesehatan adalah
Data Kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan
makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam mendukung pembangunan
kesehatan.
Indikator Kesehatan adalah istilah, nilai, dan/atau tingkatan sebagai variabel yang
membantu untuk menganalisis atau mengukur status kesehatan atau perubahan baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembangunan kesehatan. Sistem Elektronik Kesehatan adalah
serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan/atau menyebarkan Data dan Informasi Kesehatan. Dalam rangka
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan Data, Informasi, dan
Indikator Kesehatan yang terperinci dan terklasifikasi dikelola dalam Sistem Informasi
Kesehatan.
Data Kesehatan harus terbuka untuk diakses oleh unit kerja instansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang mengelola Sistem Informasi Kesehatan sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Data Kesehatan harus memenuhi standar, yang meliputi: data sesuai dengan
Indikator Kesehatan; jenis, sifat, format, basis data, kodefikasi, dan metadata yang dapat
dengan mudah diintegrasikan; akurat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan;  mampu
rekam pada alat/sarana pencatatan, pengolahan, dan penyimpanan data yang andal, aman,
dan mudah dioperasikan.
Secara factual, Indonesia memiliki beberapa kondisi positif terkait dengan Sistem
Informasi Kesehatan, yaitu:
1. Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN, Kebijakan
dan strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA).
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tersedia di semua Provinsi dan hampir
seluruh Kabupaten/kota
4. Indikator kesehatan telah tersedia.
5. Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber dari fasilitas kesehatan
pemerintah dan masyarakat.
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
7. Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi dan
Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan.

Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam rangka pengembangan


sistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah. 
Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem informasi
kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang dikembangkan benar-benar
dapat mendukung terwujudnya visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Analisis situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis
SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap
komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau
perbaikan mutu sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.
SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan/kondisi positif), Weakness
(kelemahan internal sistem), Opportunity (kesempatan/ peluang sistem), dan  Threats
(ancaman/ rintangan/ tantangan dari lingkungan eksternal sistem). Kekuatan yang dimaksud
adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam sistem, sehingga sistem tersebut memiliki
keunggulan kompetitif di pasaran. Kekuatan dapat berupa: sumber daya, keterampilan,
produk, jasa andalan, dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam
memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan masyarakat di dalam atau di luar sistem.
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, keterampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kerja sistem informasi
kesehatan. Adapun peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi
sistem tersebut, sedangkan ancaman/tantangan merupakan kebalikan dari peluang. Tantangan
yang mungkin muncul sehubungan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan pada
dasarnya berasal dari dua perubahan besar yaitu tantangan dari otonomi daerah dan tantangan
dari globalisasi. Dengan demikian ancaman/tantangan adalah faktor-faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan sistem.
Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategis.
Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor
kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem
dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat
diterapkan dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:   
1. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis dan holistik
yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi
alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang
diperkirakan paling ampuh.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak,
serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada kuadran
tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat
posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek produk/
jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.
Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-
langkahnya adalah:
Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi secara
umum pada semua komponen.
Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.
Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam
Pola Analisis SWOT seperti berikut.
Gambar 1. Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT
Pada waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
sistem informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor
internal yang perlu diidentifikasikan di dalam sistem, sedangkan peluang dan
ancaman merupakan faktor eksternal yang harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal
sistem. Lingkungan eksternal suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa: pemerintah,
masyarakat luas, stakeholder internal dan eksternal, dan pesaing. Langkah ini dapat dilakukan
secara keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk
komponen masukan, proses, dan keluaran.
Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan
manajemen waktu (7M = man, money, material, methode, machine, market dan minute).
Masukan non fisik berupa data kesehatan.
Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk tatapamong,
manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama. Keluaran berupa jenis informasi yang
dihasilkan, termasuk model dan media informasi, publikasi, dan pengguna informasi.
Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk
menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah,
perbaikan, dan pengembangan program secara berkelanjutan. Analisis
untuk pengembangan strategi pemecahan masalah dan
perbaikan/pengembangan program itu digambarkan pada Gambar 2.
Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan susunlah
suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.
Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan masalah, serta
pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika kekuatan lebih
besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi pengembangan
sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih
kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya strategi
pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan penataan
sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada,
dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari luar. Analisis itu dapat digambarkan
sebagai berikut.
Contoh penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi,
dan unit-unit lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar sektor kesehatan maka
diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sistem informasi kesehatan,
seperti tampak dalam tabel di bawah ini. Hasil deskripsi ini kemudian dianalisis dan
selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana jangka
menengah pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional selanjutnya.
Tabel 1: Deskripsi SWOT

STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNESSES ( KELEMAHAN )

1. Indonesia telah memiliki beberapa 1. SIK masih terfragmentasi (belum


legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, terintegrasi) dan dikelola berbagai
SKN, Kebijakan dan strategi pihak sehingga terdapat “pulau-
pengembangan SIKNAS dan pulau informasi”.
SIKDA). 2. Legislasi yang ada belum kuat untuk
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai mendukung integrasi SIK.
tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi 3. Tidak terdapatnya penanggung
dan Kabupaten/Kota. jawab khusus SIK (petugas SIK
3. Infrastruktur teknologi informasi dan umumnya masih rangkap jabatan).
komunikasi tersedia di semua Provinsi 4. Tenaga Pengelola SIK umumnya
dan hampir seluruh Kabupaten/kota masih kurang diakui perannya,
4. Indikator kesehatan telah tersedia. pengembangan karir tidak jelas dan
5. Telah ada sistem penggumpulan data belum ada jabatan fungsionalnya.
secara rutin yang bersumber dari 5. Terbatasnya anggaran untuk
fasilitas kesehatan pemerintah dan teknologi informasi dan komunikasi
masyarakat. khususnya untuk pemeliharaan.
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK 6. Indikator yang digunakan sering
oleh beberapa fasilitas kesehatan kurang menggambarkan “subjek”
seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan yang diwakili.
Dinas Kesehatan, untuk memenuhi 7. Belum terbangunnya mekanisme
kebutuhan mereka sendiri. aliran data kesehatan baik lintas
7. Diseminasi data dan informasi telah program (Pusat, Provinsi,
dilakukan, contohnya hampir semua Kabupaten/Kota) maupun lintas
Provinsi dan Kabupaten/kota dan sektor.
Pusat menerbitkan profil kesehatan. 8. Masih lemahnya mekanisme
monitoring, evaluasi dan audit SIK.
9. Kualitas data masih bermasalah
(tidak akurat, lengkap, tepat waktu)
10. Penggunaan data/informasi oleh
pengambil keputusan dan
masyarakat masih sangat rendah
OPPORTUNITIES THREATHS ( ANCAMAN )
( PELUANG )

1. Kesadaran akan permasalahan kondisi 1. Dengan Otonomi daerah, terkadang


SIK dan manfaat  eHealth mulai pengembangan SIK tidak menjadi
meningkat pada semua pemangku prioritas.
kepentingan terutama pada tingkat 2. Rotasi tenaga SIK di fasilitas
manajemen Kementerian Kesehatan. kesehatan Pemerintah tanpa
2. Telah ada peraturan perundang- perencanaan dan koordinasi dengan
undangan terkait informasi dan TIK. Dinas Kesehatan telah menyebabkan
3. Terdapatnya kebijakan perampingan hambatan dalam pengelolaan SIK.
struktur dan pengkayaan fungsi, 3. Sebagian program kesehatan yang
memberikan peluang dalam didanai oleh donor mengembangkan
pengembangan jabatan fungsional sistem informasi sendiri tanpa
pengelolaan SIK. dikonsultasikan atau dikoordinasikan
4. Terdapat jenjang pendidikan sebelumnya dengan Pusat Data dan
informasi kesehatan yang bervariasi Informasi dan pemangku
dari diploma hingga sarjana di kepentingannya.
perguruan tinggi. 4. Komputerisasi data kesehatan
5. Para donor menitik beratkan program terutama menuju data individu
pengembangan SIK. (disaggregate) meningkatkan risiko
6. Registrasi vital telah dikembangkan terhadap keamanan dan kerahasiaan
oleh Kementerian Dalam Negeri dan sistem TIK.
telah mulai dengan proyek percobaan 5. Kondisi geografis Indonesia yang
di beberapa Provinsi. sangat beragam dimana infrastruktur
7. Adanya inisiatif penggunaan nomor masih sangat lemah di daerah
identitas tunggal penduduk oleh terpencil sehingga menjadi
Kementerian Dalam Negeri yang hambatan modernisasi SIK.
merupakan peluang untuk
memudahkan pengelolaan data
sehingga menjadi berkualitas.
8. Kebutuhan akan data berbasis bukti
meningkat khususnya untuk anggaran
(perencanaan) yang berbasis kinerja.

Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan masalah, serta
pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika kekuatan lebih
besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi pengembangan
sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih
kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya strategi
pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan penataan
sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada,
dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari luar.

B. Peluang Sistem Informasi Kesehatan

Faktor peluang merupakan faktor eksternal sistem informasi kesehatan nasional. Faktor
ini juga merupakan lingkungan dan suprasistem yang berpengaruh pada akselerasi
pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional.

Faktor peluang kritis yang diidentifikasi secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan data dan informasi semakin meningkat. Sejalan dengan semakin


meningkatnya kebutuhan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien, apresiasi
terhadap data dan informasi pun juga semakin meningkat. Kini, orang semakin sadar
bahwa data dan informasi sangat berguna sebagai masukan pengambilan keputusan
dalam setiap proses manajemen. Orang semakin sadar bahwa data/informasi sangat
penting bagi organisasi dalam menjalankan prinsip-prinsip manajemen modern.
Informasi berguna untuk manajemen layanan masyarakat, manajemen institusi, dan
manajemen program pembangunan atau wilayah. Kini, data/informasi telah menjadi salah
satu sumber daya yang strategis bagi suatu organisasi di samping SDM, dana, dan
sebagainya. Dalam konteks politik anggaran, sektor kesehatan harus dapat membuktikan
kepada para pengambil keputusan di bidang anggaran (khususnya DPR dan DPRD)
bahwa dana yang dialokasikan untuk pembangunan kesehatan membawa manfaat bagi
masyarakat. Pembuktian ini tentu sangat memerlukan dukungan data dan informasi yang
diperoleh dari suatu sistem informasi. Hal tersebut menjadi peluang untuk pengembangan
dan penguatan sistem informasi kesehatan agar mampu menyediakan data/informasi yang
akurat, lengkap, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan.
2. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Berkembangnya teknologi
informasi dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan kondisi positif yang dapat
mendukung berkembangnya sistem informasi kesehatan dan implementasi e-kesehatan
khususnya untuk memperkuat integrasi sistem dan optimalisasi aliran data. Infrastruktur
teknologi informasi telah merambah semakin luas di wilayah Indonesia dan apresiasi
masyarakat pun tampaknya semakin meningkat. Sementara itu, penyediaan perangkat
keras dan perangkat lunak pun semakin banyak. Harga teknologi informasi tampaknya
juga relatif terjangkau karena telah semakin berkembangnya pasar dan ditemukannya
berbagai bahan serta cara kerja yang lebih efisien. Demikian pula fasilitas pendidikan dan
pelatihan di bidang teknologi informasi, baik yang berbentuk pendidikan formal maupun
kursus-kursus juga berkembang pesat.

3. Kepedulian pemerintah terhadap penerapan sistem teknologi informasi untuk


penyelenggaraan layanan publik dan pemerintahan semakin meningkat. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi akan menjadi peluang yang baik dalam
mendukung penyelenggaraan organisasi secara efektif dan efisien bila dimanfaatkan
secara cerdas, namun sekaligus di sisi yang lain akan memberikan ancaman bila
penerapan teknologi informasi dan komunikasi itu tidak dikelola sebaik-baiknya. Secara
umum, penerapan sistem teknologi informasi dalam suatu sistem layanan publik dan
pemerintahan bertujuan untuk mempercepat proses kerja dan meningkatkan kualitas
pelayanan serta penyediaan data/informasi. Adanya kepedulian pemerintah terhadap
penerapan sistem teknologi informasi itu tentunya menjadi peluang yang positif bagi
pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan termasuk implementasi e-
kesehatan.

4. Kebijakan nasional di bidang TIK semakin kuat. Berbagai kebijakan nasional yang telah
dirumuskan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, melalui visi dalam
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, merupakan peluang
yang besar dalam mendukung penguatan dan perluasan implementasi sistem informasi
kesehatan dan e-kesehatan. Kemkominfo membagi tahapan pengembangan atau peta
jalan TIK nasional tahun 2010-2020 dalam 4 bagian, yaitu: Indonesia Connected,
Indonesia Informative, Indonesia Broadband, dan Indonesia Digital. Tahapan Indonesia
Connected (2010-2012), seluruh desa ada akses telepon dan seluruh kecamatan ada akses
internet. Tahapan lndonesia Informative (2012-2014), seluruh ibukota provinsi akan
terhubung dengan jaringan serat optik, seluruh kabupaten kota memiliki akses broadband,
dan peningkatan pelayanan berbasis elektronik seperti e-layanan, e-kesehatan, e-
pendidikan. Tahapan selanjutnya adalah Indonesia Broadband (2014-2019), yang mana
diharapkan adanya peningkatan akses broadband di atas 5MB dan peningkatan daya
saing bangsa dan industri inovatif. Pada tahapan ini diterbitkannya Peraturan Presiden
nomor 96 tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019. Pada tahun 2020
adalah tahapan Indonesia Digital, yang mana seluruh kabupaten/kota memiliki e-
government, dan Indonesia yang kompetitif. Keempat tahapan peta jalan TIK nasional
tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan sistem informasi kesehatan ke
depan mulai dari pengembangan sistem informasi kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan (puskesmas, klinik swasta, rumah sakit), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi, hingga Kementerian Kesehatan.

5. Bantuan pendanaan dari mitra pembangunan (development partner) untuk pengembangan


sistem informasi kesehatan. Pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan
bagi negara-negara berkembang dan belum maju menjadi prioritas dari lembaga-lembaga
donor internasional. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya peluang yang dibuka oleh
beberapa lembaga donor internasional untuk memberikan bantuan pendanaan dan
bantuan teknis pengembangan system informasi kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan Sistem
Informasi Kesehatan dapat (1) meningkatkan kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan (2) mengoptimalkan aliran data sehingga meningkatkan
ketersediaan dan kualitas Data dan Informasi Kesehatan dan yang terkait.  
Ada beberapa peluang sistem informasi kesehatan, diantaranya SIK di Dinas Kesehatan
Provinsi pernah dikembangkan, tersedianya SDM untuk pengelolaan SIK, pemekaran
beberapa kabupaten baru, dsb.

B. Saran
Lewat makalah ini penulis mengharapkan semoga dapat menambah wawasan mengenai
sistem informasi kesehatan, lebih khusus dalam memanfaatkan kondisi positif dan peluang
sistem informasi kesehatan.
Daftar Pustaka

Hartono, Bambang. Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan Pengembangan


Sistem   Informasi Kesehatan Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003

Hartono B., Wandaningsih. Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan dalam :


Medika No. 11 Tahun 17, November 1991. Jakarta : 1991.

Anda mungkin juga menyukai