Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan
untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil
yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari
apa yang ada di tempat ia tinggal. Dan menurut Maternity, Dainty (2017)
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan.
Kehadiran ambulans desa ini dinilai cukup membantu kelancaran proses
persalinanwarga dan dapat digolongkan dalam Gerakan Sayang Ibu.Selain mobil
Sepeda motor juga disebut ambulans karena memiliki fungsi sepertimobil ambulans
yaitu membawa pasien. Ojek ambulans diutamakan untuk mengantar ibuhamil ke bidan di
Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes). Para pengojek di desa terpencil secara
sukarela siap menjaga dan mengantar para ibu yang hamil memeriksakan
kandungannya ke bidan hingga pada waktu menjelang kelahiran. Tim
sukarelawan ini selalu Siaga (siap antar dan jaga) selama 24 jam bagi ibu hamil
dengan kata lain para tukang ojek turut serta dalam Gerakan Sayang Ibu (GSI)
yang sudah dimulai sejak tahun 2002. . Keberadaan ojek ambulans sudah pasti
sangat menolong masyarakat karena di daerahterpencil belum ada alat transportasi
umum yang memadai kecuali kendaraan. Keberadaan ojek ambulans sudah pasti
sangat menolong masyarakat karena di daerah terpencil belum ada alat
transportasi umum yang memadai kecuali kendaraan Cidomo yaitu sejenis delman
yang ditarik kuda. Beberapa lokasi permukiman penduduk pun masih ada yang
tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat karena hanya berupa jalan
setapak.Oleh karena itu, wajar jika sebelum ada program GSI banyak ibu
melahirkan tidak tertolong sehingga angka kematian ibu dan anak banyak
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ambulans desa?
2. Apa tujuan dari ambulans desa?
3. Apa sasaran dari ambulans desa?
4. Apa kriteria dari ambulans desa?
5. Apa indikator proses pembentukan ambulans desa?
6. Apa saja pengolahan dari ambulans desa?
7. Apa saja pembiayaan dari ambulans desa?
8. Apa peran bidan dalam pengelolaan dari ambulans desa?
9. Apa saja peran serta masyarakat dalam ambulans desa?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang tujuan dari
ambulans desa dan peran bidan dalam pengelolaan dari ambulans desa.
Tujuan khusus
a Menjelaskan pengertian dari ambulans desa
b Menjelaskan tujuan dari ambulans desa
c Menjelaskan siapa saja sasaran dari ambulans desa
d Menjelaskan kriteria dari ambulans desa
e Menjelaskan indikator proses pembentukan ambulans desa
f Menjelaskan pengolahan dari ambulans desa
g Menjelaskan pembiayaan dari ambulans desa
h Menjelaskan peran bidan dalam pengelolaan dari ambulans desa
i Menjelaskan peran serta masyarakat dalam ambulans desa
1.4 Manfaat
1. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang tujuan dan peran serta masyarakat
dalam ambulans desa.
2. Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang tujuan
ambulans desa dan sasaran ambulans desa.
3. Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang ambulans desa khususnya
bagi institusi kesehatan agar dapat mengetahui tentang ambulans desa.
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian

Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan
untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil
yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari
apa yang ada di tempat ia tinggal.
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling
peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan
kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan (Maternity, Dainty. 2017:83).
Kehadiran ambulans desa ini dinilai cukup membantu kelancaran proses
persalinanwarga dan dapat digolongkan dalam Gerakan Sayang Ibu.Selain mobil
Sepeda motor juga disebut ambulans karena memiliki fungsi sepertimobil ambulans
yaitu membawa pasien. Ojek ambulans diutamakan untuk mengantar ibuhamil ke bidan di
Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes). Para pengojek di desa terpencil secara
sukarela siap menjaga dan mengantar para ibu yang hamil memeriksakan
kandungannya ke bidan hingga pada waktu menjelang kelahiran. Tim
sukarelawan ini selalu Siaga (siap antar dan jaga) selama 24 jam bagi ibu hamil
dengan kata lain para tukang ojek turut serta dalam Gerakan Sayang Ibu (GSI)
yang sudah dimulai sejak tahun 2002. Keberadaan ojek ambulans sudah pasti
sangat menolong masyarakat karena di daerahterpencil belum ada alat transportasi
umum yang memadai kecuali kendaraan. Keberadaan ojek ambulans sudah pasti
sangat menolong masyarakat karena di daerah terpencil belum ada alat
transportasi umum yang memadai kecuali kendaraan Cidomo yaitu sejenis delman
yang ditarik kuda. Beberapa lokasi permukiman penduduk pun masih ada yang
tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat karena hanya berupa jalan
setapak.Oleh karena itu, wajar jika sebelum ada program GSI banyak ibu
melahirkan tidak tertolong sehingga angka kematian ibu dan anak banyak. Ojek
ambulans bukanlah milik pemerintah desa tetapi milik perorangan. Sepedamotor
ini milik sendiri (pribadi -Red). Untuk lokasi yang hanya dapat dicapai dengan
berjalankaki, tak jarang pengojek bersama warga lainnya menandu dengan
menggunakan kain yang diikat pada bambu hingga menyerupai ayunan dan ibu
naik di atas kain tersebut. Ada yang ditandu (digotong) pakai kain itu dan harus
berjalan lama sampai dua jam baru sampai ke jalan. Sepeda motor yang biasanya
hanya boleh ditumpangi dua orang, tetapi ojek ambulans bisa dinaiki tiga orang
yakni pengojek, ibu hamil, dan pengantar. Selain suami, dukun beranak juga
sering diminta mengantar ibu hamil. Tetapi jika tidak ada bisa mengantar, maka
ibu hamil tersebut membonceng dengan cara badan si ibu diikat dengan kain
panjang ke badan pengojek.

1.2 Tujuan Ambulance Desa


Gambar 1.1 Ambulance Desa
Sumber : Maternity, Dainty. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:
Andi

a. Tujuan Umum
Membantu mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
b. Tujuan Khusus
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masalah kesehatan, bencana serta
kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.

1.3 Sasaran Ambulance desa


Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan
keluarga yang dapat menciptakan suasana yang kondusif terhadap perubahan
perilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap
permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi sarana
transportasi sebagai ambulan desa.

1.4 Kriteria Ambulance desa


1. Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart ( mobil sehat ).
2. Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
3. Online (siap pakai)
4. Ambulan desa dapat berupa alat alat transportasi yang dimiliki di Desa seperti
becak, gerobak, andong, perahu, motor, mobil dan lain sebagainya.

1.5 Indikator Proses Pembentukan Ambulance Desa


1. Ada forum kesehatan yang aktif
2. Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta
kegawatdaruratan kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya
3. UKBM berkualitas
4. Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan
5. Penurunan kasus masalah kesehatan bencana atau kegawatdaruratan
kesehatan

1.6 Pengelolaan Ambulan Desa


Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri baik termasuk toma,
toga, dan forum masyarakat lainnya dimana sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang
ditentukan (setiap harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami
kegawat daruratan ketempat pelayanan kesehatan/rujukan.

1.7 Pembiayaan Ambulan Desa


Pembiayaan ambulan desa bisa berasal dari dana sehat ataupun dari Dasolin
(Dana sosial bersalin) ataupun iuran rutin yang dibuat khusus oleh masyarakat, hal
tersebut dapat dimusywarahkan oleh masyarakat untuk disepakati bersama agar
alat transportasi yang digunakan sebagai ambulan desa dapat berjalan baik dan
bertahan lama digunakan dalam menolong kesehatan masyarakat.

1.8 Peran Bidan dalam pengelolaan Ambulance Desa


Peran bidan desa di dalam desa siaga yang salah satunya terdapat ambulance
desa terdiri dari fasilitator, motivator, dan katalisator.
a. Peran fasilitator
Peran utama fasilitator adalah menjadi pemandu proses, ia selalu mencoba
proses yang terbuka, inklusif dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi
secara seimbang. Fasilitator juga menciptakan ruang aman dimana semua pihak
bisa sungguhsungguh berpartisipasi. Pendamping mempunyai tanggung jawab
untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta
memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.
b. Peran motivator
Peran motivator adalah peran untuk menyadarkan dan mendorong
kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan
potensinya untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Menurut george R. Terry, dalam dasar-dasar motivasi motivator yang biasanya
memberikan hasil yang sangat memuaskan memiliki 10 ciri yaitu :
1) Melakukan perluasan dan perputaran pekerjaan
2) Meningkatkan partisipasi dan peran serta
3) Menerapkan manajemen berdasarkan hasil
4) Melakukan sentuhan perilaku manajerial pada setiap tingkatan secara
bertahap
5) Memiliki kemampuan berfikir yang kuat
6) Membangun hubungan antar manusia yang realistik
7) Melakukan akomodasi lingkungan kerja
8) Memiliki waktu kerja yang fleksibel
9) Bersedia menerima kritik secara efektif
10)Berusaha membangun sistem kerja yang solid
c. Peran katalisator
Katalisator adalah orang-orang yang menjadikan segalanya terlaksana,
karakteristik. Seorang katalisator antara lain : intuitif, komunikatif, bersemangat,
berbakat, kreatif, menginisiatifkan, bertanggung jawab, murah hati dan
berpengaruh. Seorang katalisator akan membantu anggota tim lain untuk saling
mendukung dan memberi semangat. Dalam peran bidan ini dapat dengan
melakukan aktivitas sebagai penghubung antara kelompok pendampingan dengan
lembaga di luar kelompok maupun lembaga tekhnis lainnya, baik tehnis pelayanan
permodalan maupun pelayanan keterampilan berusaha dalam rangka
pengembangan jaringan.

1.9 Pembinaan Peran Serta Masyarakat


Untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu serta bayinya, bidan
harus bekerjasama dengan masyarakat. Bentuk Pembinaan peran serta masyarakat
(PSM) yang dapat dilakukan adalah :
1. Pendataan sasaran
2. Pencatatan kelahiran dan kematian ibu serta bayinya.
3. Penggerakan sasaran agar mau menerima pelayanan KIA
4. Pengaturan transportasi setempat yang siap pakai untuk rujukan
(ambulance desa)
5. Pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu
6. Pengorganisasian donor darah berjalan.
7. Pelaksanaan pertemuan rutin gerakan saying ibu dalam promosi Suami,
bidan, dan desa siaga
Pengembangan peran serta masyarakat yaitu menghidupkan tenaga
masyarakat, untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara
swadaya sebatas kemampuannya.
Ciri ciri pengembangan PSM yaitu
1. Langkah berantai
2. Intensitas tiap langkah bisa berbeda. Hal ini tergantung situasi dan kondisi
masyarakat.
3. Tiap langkah memiliki dasar rasional.
4. Mempunyai tujuan rasional.
5. Secara kumulatif akan menghasilkan perubahan yang diharapkan
6. Hakikatnya merupakan rangkaian yang mencerminkan lingkaran
pemecahan masalah dan proses perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna, S.Sit dan Y Sriati Rismintari,S.Sit. 2009. Asuhan
Kebidanan Komunitas. Numed : Yogyakarta.
Karwati, SST,dkk. 2010. Asuhan Kebidanan V ( Kebidanan Komunitas ). Jakarta :
Trans Info Media.
Maternity, Dainty. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Andi

Syafrudin, Hamidah. 2009 Kebidanan Komunitas. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai