BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetri. Komplikasi yang
mengancam jiwa kebanyakan terjadi selama persalinan, dan ini semua tidak dapat
diprediksi. Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan
mengembangkan komplikasi (Rooks, Winikoff, dan Bruce 1990).
Perempuan tidak diidentifikasi sebagai "berisiko tinggi" dapat dan
melakukan mengembangkan komplikasi obstetrik. Kebanyakan komplikasi
obstetrik terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas
yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara
bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan
gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin
intrauterine atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia
janin yang terjadi
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam
mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan
atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan
direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan
yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Gawat Darurat?
2. Apa Penilaian Awal Gawat Darurat?
3. Apa Penilaian Klinik Lengkap?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Gawat Darurat
2. Mengetahui Penilaian Awal Gawat Darurat
3. Mengetahui Penilaian Klinik Lengkap
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian awal
kondisi kegawatdaruratan
b. Pembaca mendapat pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian awal
kondisi kegawatdaruratan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Periksa Raba
a. Kulit : dingin, demam.
b. Nadi : lemah/kuat, cepat/normal.
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
3. Tanda vital
· Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
Hasil penilaian awal ini,
berfokus pada apakah pasien
mengalami syok hipovolemik, syok
septic, syok jenis lain, koma, kejang-
kejang atau koma disertai kejang-
kejang, menjadi dasar pemikiran
apakah kasus mengalami perdarahan,
infeksi,
hipertensi/preeklamsia/eklamsia atau
penyulit lain. Dasar pemikiran
ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan
klinik lengkap, tertapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap selesai dilakukan,
5
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dan menentukan baik
dalam penanganan kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan
preeklamsia/eklamsia, maupun kasus kegawatdaruratan yang lain.
6. Pemeriksaan Darah
Darah diambil untuk pemeriksaan berikut (disesuaikan dengan indikasi
klinik).
a) Golongan darah dan cross match
b) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit.
Kadar hemoglobin dan hematokrit penting dalam kasus perdarahan.
dalam perdarahan akut kadar Hb dapat lebih tinggi, tetapi dalam kenyataannya
jauh lebih rendah. Dalam kasus sepsis kadar Hb penting dalam kapasitasnya
untuk mengangkut oksigen guna mempertahankan perfusi jaringan yang
adekuat, sehingga harus diupayakan kadar Hb > 10 gr% dan Ht >30%.
Jumlah dan hitung jenis leukosit berguna untuk memprediksi infeksi,
walaupun kenaikan jumlah leukosit tidak spesifik untuk infeksi. Pada kasus
demam tanpa tanda-tanda, lokasi infeksi, bila jumlah leukosit >15.000/mm3
berkaitan dengan infeksi bakteri sebesar 50%. Selain itu, jumlah leukosit juga
menjadi suatu komponen criteria dalam SIRS (Systemik Inflammatory
Response Syndrome) suatu istilah untuk menggambarkan kondisi klinik
tertentu yaitu pengaktifan inflammatory cascade dan dianggap ada apabila
terdapat 2 kelainan dari 4 yaitu : 1) suhu tubuh, 2) Frekuensi jantung, 3)
frekuensi napas, 4) jumlah leukosit. Jumlah trombosit meningkat pada
peradangan dan menurun pada DIC (disseminated intravascular coagulation).
8
c) Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal dan dehidrasi
berat
d) pemeriksaan glukosa darah
e) Pemeriksaan pH darah dan elektrolit (HCO3, Na, K, dan Cl)
f) Pemeriksaan koagulasi
g) Pemeriksaan fungsi hati, bilirubin, dalam evaluasi gagal organ ganda
h) Kultur darah untuk mengetahui jenis kuman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang
mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera. Untuk
menghindari keadaaan yang tidak diinginkan, maka diperlukan penilaian awal
kondisi kegawatdaruratan
b. Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang membutuhkan pertolongan segera dan mengidentifikasi penyulit
(komplikasi) yang dihadapi.
c. Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai berikut :
1) Periksa Pandang
2) Periksa Raba
3) Tanda vital
B. Saran
Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian
yang begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan
kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa,
marilah kita memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sunggu
kasus-kasus kegawatadaruratan dan memaksimalkan keterampilan dalam
melakukan penanganan kegawatdaruratan yang berada dalam koridor wewenang
bidan
10
DAFTAR PUSTAKA